I. PENGERTIAN
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah
plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandung kembali seperti keadaan
semula (sebelum hamil) yang berlangsung kurang lebih 6 minggu.
Masa nifas dibagi kedalam dalam 3 periode:
a.
puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri
dan berjalan-jalan +40 hari
b.
Puerperium intyermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat kandungan
atau genetalia yang lamanya 6-8 minggu
c.
Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi,
waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan.
II.
PERUBAHAN-PERUBAHAN YANG TERJADI
a.
Involusi rahim
Setelah
2 hari uterus mengecil dengan cepat sehingga pada hari ke-10 uterus tidak terba
lagi dari luar.
b.
Involusi tempat placenta
Mengecil dengan cepat pada akhir minggu ke-2 yaitu 3-4 cm
dan pada akhir masa nifas 2-3 cm.
c.
Pembuliuh darah rahim
Setelah persalinan pembuluh-pembuluh darah akan mengecil
kembali karena darah yang diperlukan tidak sebanyak waktu hamil.
d.
Servik dan vagina
e.
Pada servik terbentuk sel-sel otot baru pada minggu ketiga post partum
rugae kembali nampak, luka pada jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan
sembuh dalam 6-7 hari.
f.
Dinding perut dan peritonium
Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang
begitu lama, namun berangsur-angsur akan pulih kembali dalam 6 minggu.
g.
Saluran kencing
Dapat terjadi udem, dan hyperemia, pada masa nifas
(puerperium) kandung kemih kurang
sensitif dan kapasitasnya bertambah sehingga kandung kencing masih terdapat
urine residual sisa urine dan trauma kandung kemih waktu persalinan akan
memudahkan terjadinya infeksi.
h.
Laktasi
Keadaan buah dada / payudara 2 hari pertama nifas sama
dengan keadaan dalam kehamilan. Buah dada belum mengandung susu melainkan
kolostrum. Mulai 3 hari post partum buah dada membesar, keras dan nyeri.
i.
Lokea
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri
dan vagina dalam nifas.
Macam-macam lochea :
1.
Lochea rubra (cruenta)
Merupakan darah segar dan terdapat sisa-sisa selaput
ketuban, sel-sel desidua, vetriks caseosa, lanugo dan mechonium selama 2 hari
post partum.
2.
Lochea sanguinolenta
Berwarna merah kekuningan berisi darh dan lendir, 3-7
hari post partum.
3.
Lochea serosa
Berwarna kuning., cairan tidak berdarah lagi. Hari 7-14
post partum.
4.
Lochea alba
Cairan berwarna putih setelah 2 minggu post partum.
5.
Lochea purulenta
Bila terjadi
infeksi, keluar cairan nanah berbau busuk.
j.
Perubahan-perubahan penting lainya
1.
Hemokonsentrasi
Pada masa hamil didapat hubungan pendek yang dikenal
sebagai shunt antara sirkulasi ibu dan plasenta, setelah melahirkan shunt akan
hilang secara tiba-tiba, sehingga volume darah ibu relatif akan bertambah dan
dapat menimbulkan beban pada jantung sehingga dapat menimbulkan decompensasi
cordis. Keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi timbulnya
hemokonsentrassi. Hal ini terjadi pada hari ke 3 sampai 15 hari post partum.
2.
Laktasi
Sejak kehamilan muda sudah terdapat persiapan-persiapan
pada kelenjar mamae, perubahan pada kedua mammae antara lain :
a). Proliferasi jaringan, terutama kelenjar – kelenjar
dan alveolus mammae dan lemak.
b). Pada duktus laktiferus terdapat cairan yang
kadang-kadang dapat dikeluarkan berwarna kuning (kolostrum).
c). Hipervaskularisasi, terdapat pada permukaan maupun
pada bagian dalam mammae.
d). Setelah partus, pengaruh menekan dari estrogen dan
progesteron terhadap hipofise hilang dan berpengaruh timbulnya hormon
laktogenic (prolaktin), sehingga mammae yang terlah dipersiapkan terpengaruhi
dengan akibat kelenjar-kelenjar berisi air susu.
Pengaruh oksitosin mengakibatkan mioepitelium
kelenjar-kelenjar susu berkontraksi sehingga terjadi pengeluaran air susu yang
berlangsung pada hari 2-3 post partum.
III. PENANGANAN MASA NIFAS (PUERPERIUM)
a.
Kebersihan diri
-
Anjurkan menjaga kebersihan seluruh tubuh
-
Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah alat kelamin dengan sabun dan
air. Pastikan bahwa klien mengerti untuk membersihkan daerah vulva terlebih
dahulu dari depan ke belakang, baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus.
Nasehatkan ibu untuk membersihkan vulva setiap kali buang air kecil atau besar.
-
Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya 2x
sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik dan
dikeringkan dibawah matahari dan disetrika.
-
Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah
membersihkan daerah kelaminnya.
-
Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk
menghindari menyentuh daerah luka.
b.
Istirahat
-
Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan berlebihan.
-
Sarankan untuk kembali melakukan kegiatan rumah tangga secara
perlahan-lahan serta untuk tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur.
-
Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam:
ü Mengurangi jumlah asi yang diproduksi
ü
Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan
ü
Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya
sendiri.
c.
Latihan
- Diskusikan pentingnya otot-otot panggul kembali normal. Ibu akan merasa lebih kuat dan ini menyebabkan otot perutnya menjadi kuat sehingga mengurangi rasa sakit pada panggul.
-
Jelaskan pentingnya latihan untuk memperkuat tonus otot jalan lahir dan
dasar panggul (kelgel exercise). Mulai dengan mengerjakan 5 kali latihan untuk
setiap gerakan. Setiap minggu naikkan jumlah latihan 5 kali lebih banyak. Pada
minggu ke-6 setelah persalinan ibu harus mengerjakan setiap gerakan sebanyak 30
kali.
d.
Gizi
-
Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari.
-
Makan dengan diet seimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin
yang cukup
-
Minum sedikitnya 3 liter setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap kali
menyusui.
-
Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari
post partum.
-
Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A kepada
bayi melalui air asinya.
e.
Perawatan payudara
-
Menjaga payudara tetap bersih dan kering, terutama pada puting susu
-
Menggunakan Bra yang menyokong payudara
-
Apabila puting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada
sekitar puting susu setiap kali menyusui. Tetap menyusui dimulai dari puting
susu yang tidak lecet.
-
Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI
dikeluarkan dan diminumkan menggunakan sendok.
-
Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat minum paracetamol 1 tablet.
-
Urut payudara dari arah pangkal menuju puting susu dan gunakan sisi tangan
untuk mengurut payudara.
-
Keluarkan ASI sebagian dari depan payudara sehingga puting susu menjadi
lunak.
-
Susukan bayi setiap 2-3 jam. Apabila tidak dapat menghisap seluruh ASI,
sisanya keluarkan dengan tangan.
-
Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.
f.
Senggama
-
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah
berhenti dan ibu dapat memasukkan 1 atau 2 jarinya kedalam vagina tanpa rasa
nyeri
-
Banyaknya budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai
pada masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah
persalinan. Keputusan bergantung pada pasangan yang bersangkutan.
IV. PENGAMATAN PADA MASA NIFAS
a.
Keadaan umum ibu
b.
Suhu tubuh
c.
Nadi dan tekanan darah
d.
Miksi
e.
Defekasi
f.
Tinggi fundus uteri
g.
Lochea
h.
Payudara
V. PERLUNYA ASUHAN MASA NIFAS
a.
Menjaga kesehatan ibu dan bayinya
b.
Deteksi masalah, pengobatan dan rujukan
c.
Penyuluhan kesehatan
d.
Pelayanan KB
VI. KOMPLIKASI POST PARTUM
a.
Perdarahan pasca persalianan
b.
Infeksi pada masa nifas, kejang dan panas
c.
Metritis
d.
Bendungan ASI
e.
Infeksi payudara
f.
Abses payudara
VII. PEMERIKSAAAN POST NATAL ATAU POST PARTUM
a.
Pemeriksaan umum : tanda-tanda vital, keluhan
b.
Payudara : ASI, puting susu
c.
Dinding perut, perineum, kandung kemih, rectum, dll
d.
Sekret yang keluar (lochea, fluor albus)
e.
Keadaan alat reproduksi
VIII. DISCHARGE PLANNING
a.
Fisiotherapi post natal
b.
Menyusui bayi
c.
Melakukan gymnastik sehabis bersalin
d.
Merencanakan KB untuk menjarangkan kehamilan
e.
Mengimunisasi bayi
IX. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1.
Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik (laserasi, episiotomi)
2.
Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan, prosedur invasif
3.
Menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
4.
Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
5.
Konstipasi berhubungan dengan
penurunan tonus otot, nyeri perineal
6.
Kurang pengetahuan : perawatan diri / perawatan bayi berhubungan dengan
kurangnya paparan informasi
7.
Kelelahan berhubungan dengan
perubahan pola tidur, sensasi nyeri, lamanya proses persalianan.
8.
Retensi urine berhubungan dengan
adanya hambatan (oedema perineum).
SECTIO SESARIA
Pengertian
Sectio
Saesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut
dan dinding rahim.
A. Jenis
v Bedah
Caesar klasik /corporal.
v Bedah
Caesar transperitoneal profunda
v Bedah
Caesar ekstraperitoneal
Yang paling banyak dilakukan saat ini adalah SC transperitoneal
profunda dengan insisi dari segmen bawah uterus.
Keunggulan
dari SC transperitoneal profunda :
1.
Perdarahan
luka insisi tidak terlalu banyak
2.
Bahaya
peritonitis tidak terlalu besar
3.
Parut pada
uterus umumnya kuat sehingga bahaya terjadi ruptur uteri di kemudian hari tidak
besar karena dalam masa nifas segmen bawah uterus tidak seberapa banyak
mengalami kontraksi seperti korpus uteri sehingga luka dapat sembuh lebih
sempurna.
B. Indikasi
1.
Disporporsi
panggul janin
2.
Gawat janin
3.
Plasenta
previa
4.
Kelainan
letak
5.
Pernah seksio
caesaria
6.
Incoordinate
uterine action
7.
Preeklampsi
dan hipertensi
C. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN PADA SC
1.
SC elektif :
pembedahan direncanakan terlebih dahulu , karena segala persiapan dapat
dilakukan dengan baik.
2.
Anestesia :
anestesia umum akan mempengaruhi defensif pada pusat pernafasan janin, anestesi
spinal aman buat janin tetapi ada kemungkinan tekanan darah ibu menurun yang
bisa berakibat bagi ibu dan janin sehingga cara yang paling aman adalah
anestesi local, tetapi sering tidak dilakukan karena mengingat sikap mental
penderita.
3.
Transfusi
darah : pada umumnya SC perdarahannya lebih banyak disbanding persalinan
pervaginam, sehingga perlu dipersiapkan.
4.
Pemberioan
antibiotik : pemberian antibiotik sangat dianjurkan mengingat adanya resiko
infeksi pada ibu.
D. Komplikasi
Yang
sering terjadi pada ibu SC adalah :
1.
Infeksi
puerperial : kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa nifas (ringan), atau
sedang, yang berat bisa berupa peritonitis, sepsis.
2.
Perdarahan :
perdarahan banyak bisa terjadi jika pada saat pembedahan cabang-cabang arteri
uterine ikut terbuka atau karena atonia uteri.
3.
Komplikasi-komplikasi
lainnya antara lain luka kandung kencinmg, embolisme paru yang sangat jarang
terjadi.
4.
Kurang
kuatnya parut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa
terjadi ruptur uteri.
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
- Menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurangnya pengetahuan ibu tentang cara menyusui yang bernar.
- Nyeri akut berhubungan dengan injury fisik jalan lahir.
- Defisit pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal atau familiar dengan sumber informasi tentang cara perawatan bayi.
- Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelelahan sehabis bersalin
- Retensi urine berhubungan dengan spinkter yang kuat dan kaku
- Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jalan lahir.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Bari
Saifuddin,, 2002 , Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal, Penerbit Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, Jakarta
Abdul Bari
Saifuddin,, 2001 , Buku Acuan
Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
Dan Neonatal, Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta
Hacher/Moore,
2001, Esensial Obstetric Dan Ginekologi,
Hypokrates , Jakarta
Manuaba,Ida Bagus Gede, 1998, Ilmu
Kebidanan,Penyakit Kandungan Dan Keluarga Berencana, EGC, Jakarta
Marlyn
Doenges,Dkk, 2001,Rencana Perawatan
Maternal/Bayi, EGC , Jakarta
Sarwono,
1989, Ilmu Bedah Kebidanan, Yayasan
Sarwono, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar