APLIKASI CONCEPTUAL SYSTEM IMOGENE M. KING PADA PROSES ASUHAN KEPERAWATAN



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Pelayanan keperawatan memegang peranan penting dalam pelayanan kesehatan masyarakat. Keperawatan  merupakan sebuah profesi yang unik dan kompleks sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu keperawatan. Ilmu keperawatan berawal dari konsep dan teori keperawatan dimana pada pelaksanaan praktek keperawatan harus mengacu kepada model konsep dan teori keperawatan yang ada. Perawat harus dapat mengaplikasikan konsep-konsep keperawatan yang telah dibangun oleh pakar-pakar keperawatan sebagai bentuk eksistensinya di masyarakat. Konsep merupakan sebuah ide yang abstrak yang perlu diuraikan atau dijelaskan dalam sebuah teori. Pengetahuan tentang proses pengembangan empiris teori/model konseptual merupakan dasar untuk memahami disiplin ilmu keperawatan, sehingga perawat menyadari kebutuhan akan teori-teori keperawatan untuk membimbing penelitian dan praktek profesional keperawatan/ pelayanan keperawatan dimana kualitas pelayanan keperawatan sangat mempengaruhi kualitas pelayanan kesehatan.
Fokus intervensi keperawatan adalah memberikan bantuan karena adanya kelemahan fisik, mental, keterbatasan pengetahuan dan kurangnya kemampuan yang merupakan respon dari masalah baik aktual maupun potensial yang ditujukan bagi pemenuhan kebutuhan dasar klien. Praktik keperawatan berarti membantu individu atau kelompok dalam mempertahankan atau meningkatkan kesehatan yang optimal sepanjang proses kehidupan dengan mengkaji status kesehatannya, menentukan diagnosa, merencanakan dan mengimplementasikan strategi perawatan untuk mencapai tujuan, serta mengevaluasi respons terhadap perawatan dan pengobatan.
Para ahli telah mengembangkan teori dari tingkatan Philosophical theory, grand theory, dan middle range theory. Setiap teori ini menjelaskan suatu fenomena mulai dari bersifat abstrak sampai konkrit.Pemahaman perawat tentang teori keperawatan menjadi pedoman dalam pemberian pelayanan yang profesional dan terarah. Sehingga ilmu keperawatan berkembang dengan adanya keterkaitan antara riset, praktik dan teori dalam keperawatan.
Salah satu pendekatan praktik keperawatan dapat menggunakan teori Imogene King yang membangun teori “interaksi” yang memiliki konsep dasar yaitu menggambarkan hubungan interpersonal yg memungkinkan individu untuk tumbuh dan berkembang, mencapai tujuan hidup tertentu. Dalam keperawatan, King mempunyai konsep dasar bahwa perawat dan klien mengkomunikasikan informasi, menentukan tujuan bersama, dan melakukan tindakan untuk mencapai tujuan. Berdasarkan hal di atas, penulis tertarik membahas teori Imogene King yang dikaitkan dengan analisis teori terhadap pendekatan proses keperawatan.

1.2 Tujuan Penulisan
         1.2.1  Tujuan Umum
Memahami penerapan Teori Interaksi Imogene King dalam proses asuhan keperawatan
1.2.2   Tujuan Khusus
1.2.2.1       Menganalisis konsep dan definisi Teori Interaksi Imogene King
1.2.2.2        Menganalisis proposisi / asumsi Teori Interaksi Imogene King
1.2.2.3        Menganalisis cakupan/scope Teori Interaksi Imogene King
1.2.2.4       Menganalisis Teori Interaksi Imogene King berdasarkan pendekatan proses keperawatan




BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1.       Definisi
King’s Conceptual System merupakan model konseptual keperawatan yang dikembangkan oleh Imogene King sejak tahun 1961. Sistem konseptual King menjelaskan tentang suatu pendekatan untuk lebih mempelajari sistem secara keseluruhan dibandingkan dengan sebagai bagian dari sistem yang terisolasi. Kerangka kerja Sistem konseptual King terdiri dari sistem personal, interpersonal, dan sosial sebagai domain keperawatan. Setiap sistem mengidentifikasi manusia sebagai elemen dasar didalam sistem, sehingga unit analisis dari kerangka tersebut adalah perilaku manusia dalam berbagai lingkungan sosial (Alligood, 2006).
Model Sistem Konseptual yang dikembangkan oleh King tersebut selanjutnya juga dikembangkan menjadi sebuah grand theory berupa King’s Goal Attainment Theory. Teori tersebut yang kemudian dijadikan sebagai kerangka berpikir yang lebih konkrit untuk merumuskan suatu kerangka kerja pada aplikasi pelayanan keperawatan.

2.2.       Sejarah Perkembangan Model
Imogene King merupakan salah seorang yang memiliki peran penting dalam pengembangan sains keperawatan. Beliau mulai mengembangkan Sistem Konseptualnya pada masa dimana keperawatan sedang diperjuangkan agar ditetapkan sebagai sains dan sebagai profesi yang sah. Beliau bersama dengan penulis lain pada tahun 1960an berpendapat bahwa keperawatan memerlukan penggambaran teori pengetahuan yang dilakukan secara teoritis untuk kemajuan ilmunya. Hal tersebut disebabkan karena adanya bias antitematik yang dikhawatirkan muncul yang dapat mengubah pandangan tentang teori keperawatan berdasarkan teknik praktis menjadi bagaimana 'daripada' mengapa. Oleh karena itu beliau mengembangkan kerangka referensi konseptual untuk keperawatan sebagai awal mula teori yang akan menjelaskan alasan dari tindakan-tindakan keperawatan.
King (1971) menjelaskan bahwa konsep-konsep yang ia tuangkan ke dalam sistem konseptualnya dirumuskan sebagai tanggapan atas beberapa pertanyaan yang timbul dari keprihatinan beliau tentang perubahan yang mempengaruhi keperawatan, adanya pengembangan pengetahuan, dan firasat bahwa beberapa komponen penting dari keperawatan terus berlanjut. Beberapa pertanyaan yang beliau gunakan untuk mengembangkan konsep meliputi apa saja perubahan sosial dan pendidikan di Amerika Serikat yang telah mempengaruhi perubahan keperawatan, apa saja unsur dasar keperawatan yang masih terus berlanjut selama adanya perubahan, sejauh mana cakupan praktik keperawatan,  dan dalam jenis pengaturan apakah perawat melakukan fungsinya, apakah tujuan keperawatan saat ini sama dengan separuh abad yang lalu,  dan apa saja dimensi praktik yang telah memberikan fokus pemersatu dari waktu ke waktu terhadap keperawatan.
Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang muncul, King kemudian membentuk kerangka kerja untuk menganalisis kondisi keperawatan saat ini di masyarakat, serta untuk mendiskusikan gagasan dengan perawat dan individu lainnya. Kemudian, beliau mengidentifikasi adanya tiga masalah utama dalam keperawatan meliputi: (a) kurangnya bahasa profesional, (b) bias antitematik, dan (c) belum teridentifikasinya domain keperawatan.
King melanjutkan penjelasan bahwa awalnya beliau menganggap tindakan keperawatan merupakan tindakan (bukan intervensi) dan serangkaian tindakan tersebut mewakili keperawatan sebagai sebuah proses. Hal ini membuat beliau mengajukan beberapa pertanyaan lagi, mengenai dimana perawat melakukan tindakan tersebut dan bagaimana paerawat terlibat. Beliau kemudian melakukan tinjauan komprehensif terhadap literatur keperawatan terkait pertanyaan tersebut. Terdapat beberapa konsep yang dapat dianalisis dari tinjauan tersebut, namun beliau memilih yang dapat mewakili konseptualisasi pengetahuan secara luas. Beliau kemudian mengembangkannya dalam penelitian sistem yang menghasilkan kerangka konseptual membentuk tiga sistem interaksi dinamis.
Alur pemikiran King kemudian mengarah kepada sistem yang berkaitan dengan pengambilan keputusan perawat. Beliau berpikir tentang keputusan seperti apa yang dibutuhkan perawat dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya, informasi apa yang penting bagi mereka dalam membuat keputusan, apakah ada alternatif yang dapat digunakan oleh perawat dalam situasi tertentu, seperti apa tindakan alternatif yang dimiliki perawat dalam membuat keputusan penting tentang perawatan, pemulihan, dan kesehatan orang lain, keterampilan apa yang sekarang dilakukan perawat dan pengetahuan apa yang penting bagi perawat untuk membuat keputusan tentang alternatif.  Beliau kemudian mulai mempelajari berbagai penelitian tentang Teori Sistem Umum, dan menjelaskan bahwa pada akhirnya beliau fokus pada pengetahuan sebagai pemrosesan informasi, pencarian tujuan, dan sistem pengambilan keputusan.
King kemudian menyatakan bahwa perspektif keperawatannya berkembang sebagai respons terhadap dua pertanyaan lainnya yaitu apa esensi keperawatan, dan apa tindakan manusia. Sintesis tersebut menghasilkan empat gagasan universal meliputi sistem sosial, kesehatan, persepsi, dan hubungan interpersonal. King (1971) berpendapat bahwa gagasan tersebut membentuk Sistem Konseptual yang menunjukkan bahwa karakteristik penting dari keperawatan adalah sifat yang bertahan meskipun ada perubahan lingkungan. Empat gagasan tersebut kemudian digunakan sebagai kerangka acuan umum untuk identifikasi konsep lain dari Sistem Konseptual.

2.3.       Fokus Unik
Fokus unik dari sistem konseptual adalah manusia (Fawcett, 2006). Secara khusus, sistem konseptual berfokus pada perilaku manusia, interaksi sosial, dan gerakan sosial. Lebih spesifik lagi, fokus unik dari King's Conceptual System adalah ‘manusia yang berinteraksi dengan lingkungannya’ atau ‘individu yang berinteraksi dalam kelompok sistem sosial mempengaruhi perilaku di dalam sistem’. Perhatian khusus diberikan kepada kemampuan individu yang terus-menerus untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka sehingga mereka dapat berfungsi dalam peran sosial mereka.
Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap masalah dalam kemampuan individu untuk berfungsi dalam peran sosial dapat disimpulkan sebagai penyebab stres pada lingkungan internal dan eksternal. Kesehatan didefinisikan sebagai ‘pengalaman hidup dinamis’ yang dimiliki oleh manusia, yang menyiratkan penyesuaian berkelanjutan terhadap stresor di lingkungan internal dan eksternal melalui pemanfaatan sumber daya seseorang secara optimal untuk mencapai potensi maksimal kehidupan sehari-hari.

2.4.       Asumsi Utama
Sistem konseptual King maupun teori pencapaian tujuan didasarkan pada sebuah asumsi yang menyeluruh bahwa fokus dari keperawatan adalah manusia yang berinteraksi dengan lingkungannya, yang mengarahkan ke keadaan kesehatan bagi individu, yang merupakan sebuah kemampuan untuk berfungsi dalam peran sosial (Alligood, 2017). Pernyataan filosofis King tentang sistem konseptual tertuang di dalam asumsi tentang keperawatan, sistem terbuka, manusia, kesehatan, dan interaksi antara perawat dan klien. Penjelasannya adalah sebagai berikut.
a.         Keperawatan
Keperawatan adalah sebuah perilaku yang dapat diamati yang ditemukan dalam sistem perawatan kesehatan di masyarakat. Tujuan keperawatan adalah untuk membantu individu menjaga kesehatan mereka sehingga merea dapat berfungsi dalam peran-peran mereka. Keperawatan adalah aksi, reaksi, interaksi, dan transaksi interpersonal. Perepsi seorang perawat dan seorang klien memengaruhi proses interpersonal (Alligood, 2017).
b.        Manusia
King mengasumsikan manusia sebagai makhluk yang melakukan interaksi terus menerus dengan memanfaatkan berbagai potensi yang dimilikinya. Berikut merupakan asumsi King tentang manusia (Alligood, 2017; Fawcett, 2006):
a)        Individu merupakan makhluk spiritual
b)        Individu adalah unik dan holistik, dari nilai intrinsik, dan mampu berpikir secara rasional dan mengambil keputusan dalam berbagai situasi
c)        Individu merupakan makhluk sosial dan berakal, yang diamati melalui interaksi mereka dengan orang lain dan objek di lingkungan sekitarnya
d)       Individu dianggap sebagai makhluk yang mampu bereaksi, dimana perilaku mereka dapat mengendalikan, berorientasi pada tujuan, berorientasi pada tindakan, dan berorientasi terhadap waktu.
e)        Individu adalah manusia sosial, spiritual, penuh kesadaran, dan rasional, yang dapat bertindak dalam suatu situasi dengan cara memahami, mengendalikan, dan menunjukkan perilaku yang berorientasi tindakan yang bertujuan jangka panjang.
f)         Individu memiliki kemampuan untuk berpikir, mengetahui, membuat pilihan, dan memilih tindakan alternatif lainnya.
g)        Manusia memiliki kecerdasan dan secara alamiah mereka memiliki sifat ingin tahu.
h)        Nilai membentuk dasar dari tujuan setiap orang.
i)          Karena setiap orang unik, sifat nilai berasal dari sifat manusia
j)          Nilai ditunjukkan dalam standar perilaku manusia dan telah diturunkan dari satu generasi ke generasi lainnya
k)        Nilai dikaitkan dengan budaya sehingga hal tersebut berbeda pada masing-masing individu, keluarga, maupun masyarakat.
l)          Manusia adalah sistem terbuka yang mampu berpikir, menetapkan tujuan, dan memilih cara untuk mencapainya
m)      Manusia adalah sistem terbuka yang bertransaksi dengan lingkungan
n)        Individu menunjukkan rasa heran tentang dunia mereka dan mengajukan pertanyaan, mencari jawaban, mengidentifikasi masalah, dan mencari resolusi
o)        Individu memproses masukan selektif dari lingkunganmelalui indra
p)        Individu melakukan transaksi terus menerus dengan lingkungan internal dan eksternal mereka
q)        Transaksi berkonotasi bahwa tidak ada keterpisahan antara manusia dan lingkungan
r)         Individu mengatur dan menghubungkan informasi dari lingkungan eksternal dengan lingkungan internal
s)         Manusia memiliki kemampuan melalui bahasa dan istilah lain untuk mencatat sejarah dan melestarikan budaya mereka.
t)         Individu umumnya ingin melestarikan kehidupan, menghindari rasa sakit, mengemulasi, memuaskan keinginan, dan menjamin keamanan mereka.Selain itu, individu ingin melakukan fungsi terkait dengan aktivitas kehidupan sehari-hari.
u)        Manusia dan uang adalah sumber utama dalam mencapai tujuan
v)        Individu meliliki perberbedaan dalam hal kebutuhan, keinginan, dan tujuan.
c.       Kesehatan
Kesehatan adalah keadaan dinamis dalam siklus hidup, sementara penyakit mengganggu proses tersebut. Kesehatan berarti penyesuaian yang terus menerus untuk memberikan tekanan di lingkungan internal dan eksternal melalui penggunaan sumber daya seseorang secara optimal untuk mencapai potensi maksimal untuk kehidupan sehari-hari.
d.      Lingkungan
Sistem terbuka menyiratkan bahwa interaksi terjadi secara terus menerus antara sistem dan lingkungan sistem. Berikut merupakan perincian asumsi mengenai sistem terbuka (Fawcett, 2006):
a)    Sistem terbuka menunjukkan pertukaran energi dan informasi dan mengarah kepada tujuan
b)   Sistem terbuka yang menunjukkan kesetaraan dengan cara yang berbeda dapat digunakan untuk mencapai tujuan yang sama
c)    Sistem setidaknya terdiri dari lima elemen yaitu tujuan, struktur, fungsi, sumber daya, dan pengambilan keputusan
d)   Sumber daya mengalir ke sistem sebagai masukan, sedangkan aktivitas menunjukkan penggunaan sumber daya, dan keluaran merupakan sesuatu yang dihasilkan
e)    Bila input diubah menjadi output, maka transformasi akan terjadi
f)    Sistem terbuka sangat penting dalam mempelajari keutuhan keperawatan
g)   Tujuan dari sistem ini adalah kesehatan




2.5.       Konten
System konseptual King berisi tentang system personal, system interpersonal, dan system sosial. Konsep personal system memiliki tujuh dimensi yang terdiri dari persepsi, pribadi, tumbuh dan kembang, gambaran diri, waktu, ruang pribadi, dan pembelajaran.Konsep Sistem Interpersonal memiliki enam dimensi yang terdiri interaksi, komunikasi, transaksi, peran, stress, dan koping. Dimensi komunikasi miliki dua subdimensi yaitu komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Konsep Sistem Sosial memiliki enam dimensi yaitu organisasi, kewenangan, kekuasaan, status, pengambilan keputusan, dan pengendalian.
King (1989) menjelaskan bahwa penempatan dimensi dalam konsep sistem personal, sistem interpersonal, dan system sosial karena ketiga system tersebut saling terkait dengan manusia dan lingkungan. Metaparadigma konsep lingkungan oleh King adalah lingkungan internal dan eksternal. Kedua konsep bersifat unidimensional. Sedangkan metaparadigma konsep kesehatan oleh King adalah konsep sehat dan sakit yang juga unidimensional. Konsep metaparadigm tentang keperawatan oleh model konseptual King's terdiri dari aksi, reaksi, interaksi, dan proses yang juga bersifat unidimensional.
2.5.1 Non Relational Propositions
a.       Personal Sistem
Sistem pribadi yang dimaksudkan oleh King adalah individu. Sistem pribadi adalah kesatuan yang utuh dan kompleks.Sistem pribadi mencakup baik individu sehat maupun sakit. Konsep Personal System mencakup tujuh dimensi, yaitu:
1)      Persepsi
Persepsi adalah proses pengorganisasian, penilaian, dan proses mengubah informasi dari data dan ingatan. Ini merupakan proses transaksi manusia dengan lingkungan yang memberikan makna pengalaman, mewakili citra diri, dan mempengaruhi sebuah perilaku seseorang.  Persepsi didefinisikan sebagai representasi masing-masing individu tentang kenyataan. Persepsi melibatkan unsur-unsur berikut: impor energi dari lingkungan yang diatur oleh informasi, transformasi energi, pengolahan informasi, penyimpanan informasi, ekspor informasi dalam perilaku terbuka. Persepsi bervariasi dari satu orang ke orang lain, hal ini karena setiap manusia memiliki latar belakang, pengetahuan, keterampilan, kemampuan, kebutuhan, nilai, dan tujuan yang berbeda.
2)      Diri
Diri adalah gabungan pemikiran dan perasaanyang merupakan kesadaran seseorang terhadap keberadaan dirinya, konsepsinya tentang siapa dirinya. Diri seseorang adalah satu kesatuan utuh yang kompleks yang merasakan, berpikir, menginginkan, membayangkan, memutuskan, mengidentifikasi tujuan dan memilih sarana untuk mencapainya.
3)      Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan dan perkembangan meliputi perubahan seluler, molekuler, dan perilaku pada manusia. Pertumbuhan dan perkembangan didefinisikan sebagai perubahan terus menerus pada individu yang meliputi aktivitas seluler, molekuler, dan perilaku. Tumbuh dan berkembang merupakan fungsi dari genetik, pengalaman yang berarti, dan lingkungan kondusif yang akan membantu individu bergerak menuju kedewasaan.
4)      Body Image
Citra tubuh merupakan persepsi seseorang tentang tubuhnya sendiri, reaksi orang lain terhadap penampilannya, dan akibat reaksi orang lain terhadap diri sendiri.
5)      Waktu
Waktu adalah durasi antara terjadinya satu kejadian dan terjadinya kejadian lain. Waktu adalah serangkaian kejadian yang terus berlanjut ke masa depan, arus peristiwa terus menerus yang berurutan yang berarti perubahan, masa lalu dan masa depan. Waktu memberikan perintah untuk sebuah kejadian dan digunakan untuk menentukan durasi berdasarkan persepsi pengalaman masing-masing.
6)      Ruang Pribadi
Ruang pribadi mengacu pada ruang yang dirasakan oleh setiap orang. Ruang didefinisikan sebagai elemen yang ada di segala arah dan sama dimana saja dan sebagaiwilayah fisik oleh perilaku individu yang menempati tempat. Ruang adalah elemen yang ada di segala arah dan sama di mana-mana adalah wilayah fisik yang disebut wilayah, dan didefinisikan oleh perilaku individu yang menempati ruang seperti gerak tubuh, postur, dan batas yang terlihat untuk menandai ruang pribadi. Pengaturan ruang mengkomunikasikan peran, posisi, dan interaksi dengan orang lain. Menandai sebuah area yang tak terlihat batas ruang pribadi untuk diri memberi individu rasa aman dan identitas. Ruang mengarahkan seseorang ke lingkungannya. Ruang unik bagi individu dan dipengaruhi oleh kebutuhan, pengalaman masa lalu, dan budaya.
7)      Pembelajaran
Belajar adalah proses persepsi indrawi, konseptualisasi, dan pemikiran kritis yang melibatkan banyak pengalaman di mana perubahan konsep, keterampilan, simbol, kebiasaan, dan nilai dapat dievaluasi dalam pengamatan. Belajar adalah aktivitas diri, tidak ada yang bisa belajar dari orang lain. Belajar bersifat dinamis, berorientasi pada tujuan, dan pengaturan diri dalam penguatan dan umpan balik tersebut mempengaruhi masukan dan keluaran.
b.      Interpersonal Sistem
Interpersonal system terdiri dari dua, tiga, atau lebih interaksi individu pada situasi tertentu.Sehubungan dengan sistem interpersonal, menjelaskan bahwa individu meningkatkan kesadaran dan keterbukaan terhadap persepsi interpersonal dalam komunikasidan interaksi dengan orang dan hal-hal di lingkungan. Individu memiliki potensi untuk melakukan transaksi termasuk penetapan tujuan, dan cara memilih untuk mencapainyatujuan menjaga kesehatan dan fungsi mereka dalam peran.
Konsep system interpersonal terdiri dari 6 dimensi, yaitu:
1)      Interaksi
Interaksi adalah proses persepsi dankomunikasi antara seseorang dengan lingkungan, diwakili oleh perilaku verbal dan nonverbalyang diarahkan pada tujuan.Interaksi didefinisikan sebagai tindakan dua orang atau lebih yang saling hadir. Interaksi dapat mengungkapkan bagaimana seseorang berpikir, merasakan tentang yang orang lain rasakan, apa yang orang lain lakukan terhadap dirinya, apa harapannyanya, dan bagaimana masing-masing bereaksi terhadap tindakan yang lain. Proses interaksi terdiri dari simultan persepsi masing-masing orang dan penilaian tentang lainnya dalam interaksi, pengambilan beberapa tindakan mental berdasarkan penilaian dan bereaksi terhadap reaksi persepsi orang lain. Interaksi mengikuti proses mental tersebut,dan ini diikuti pada oleh transaksi. Dalam proses interaksi, dua individu saling mengidentifikasi tujuan dan sarana untuk mencapainya. Kapan mereka setuju dengan cara untuk menerapkan tujuan, mereka bergerak menuju transaksi. Transaksi didefinisikan sebagai pencapaian tujuan.
2)      Komunikasi
Komunikasi adalah proses dimana informasi juga diberikan dari satu orang ke orang lain baik secara langsung dalam pertemuan tatap muka atau secara tidak langsung melalui telepon, televisi, atau kata-kata. Semua perilaku adalah komunikasi. Semua aktivitas manusia yang menghubungkan orang yang satu ke orang lain dan ke lingkungan adalah bentuk komunikasi.
Dimensi komunikasi terbagi menjadi 2 subdimensi, yaitu:
a)      Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal bersifat intrapersonal dan interpersonal, meliputi tanda dan simbol verbal, termasuk yang diucapkan dan kata-kata tertulis, digunakan oleh individu untuk mengekspresikannya tujuan dan nilai.
b)      Komunikasi nonverbal
Komunikasi nonverbal meliputi intrapersonal dan interpersonal meliputi tanda dan symbol nonverbal yaitu gerakan dan sentuhan digunakan oleh individu untuk mengekspresikan tujuan dan nilainya.
3)      Transaksi
Transaksi diartikan proses interaksi dimana manusia yang mengkomunikasikan dengan lingkungan. Transaksi didefinisikan sebagai sebuah proses interaksi dimana manusia berkomunikasi dengan lingkungan untuk mencapai tujuan yang dinilai. Transaksi adalah tujuan yang diarahkan pada perilaku manusia. Transaksi didefinisikan sebagai perilaku manusia yang dapat diamati. Transaksi dipandang sebagai arus informasi dari lingkungan melalui pengkodean, transformasi, dan pengolahan unsur sensorik, linguistik, dan neurofisiologis yang dihasilkan dalam pengambilan keputusan yang mengarah pada tindakan manusia.
4)      Peran
Peran adalah seperangkat perilaku yang diharapkan saat menempati posisi dalam sistem sosial. Aturan yang mendefinisikan hak dan kewajiban dalam posisi dan hubungan dengan satu atau lebih banyak individu berinteraksi dalam situasi tertentu untuk suatu tujuan. Peran adalah sebuah hubungan dengan satu atau lebih individu yang berinteraksi secara spesifik situasi untuk suatu tujuan. Peran melibatkan peraturan atau prosedur yang menentukan hak dan kewajiban posisi dalam suatu organisasi.
5)      Stress
Stress adalah kondisi dinamis dimana manusia berhubungan dengan lingkungan untuk mempertahankan pertumbuhan dan perkembangan dan kinerja yang melibatkan pertukaran energi dan informasi antara anak dan lingkungan untuk regulasi dan pengendalian stres. Stres dipandang negatif dan positif sekaligus konstruktif dan destruktif. Stres berkurang saat transaksi dibuat.
6)      Koping
Koping merupakan pengetahuan penting yang terkait dengan sistem interpersonal. Koping mengacu pada mengatasi stres.
c.       Sistem Sosial
Sistem sosial adalah sistem peran terorganisir dari peran sosial, perilaku, dan praktik yang dikembangkan untuk mempertahankan nilai dan mekanisme untuk mengatur praktik dan aturan. Sistem sosial adalah kelompok yang terbentuk oleh tujuan khusus dalam masyarakat, seperti keluarga,sekolah, rumah sakit, industri, dan organisasi sosial.Sistem sosial menggambarkan unit analisis dalam masyarakat dimana individu membentuk kelompok untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari untuk menjaga kehidupan dan kesehatan dan kebahagiaan.Konsep sistem sosial mencakup enam dimensi yaitu organisasi, otoriti, kekuatan, status, pembuatan keputusan, dan pengendalian.
1)      Organisasi
Sebuah organisasi terdiri dari manusia dengan peran dan posisi yang ditentukan yang menggunakan sumber daya untuk mencapai tujuan pribadi dan organisasi.
2)      Otoritas
Otoritas adalah proses transaksional yang ditandai oleh hubungan timbal balik yang aktif dimana nilai, latar belakang, dan persepsi anggota berperan dalam mendefinisikan, memvalidasi, dan menerima otoritas individu dalam sebuah organisasi. Satu orang memengaruhi yang lain, dan dia mengakui, menerima, dan mematuhi otoritas orang itu.



3)      Kekuatan
Proses dimana satu atau lebih orang mempengaruhi orang lain dalam suatu situasi. Kekuatan adalah situasi orang akan menerima apa yang sedang dilakukan, sementara mereka mungkin tidak setuju.
4)      Status
Posisi individu dalam kelompok atau posis kelompok dalam kaitannya dengan kelompok lain dalam sebuah organisasi.
5)      Pembuatan keputusan
Pengambilan keputusan dalam organisasi adalah proses dinamis dan sistematis yang diarahkan pada tujuan. Pilihan alternatif yang dibuat dan ditindaklanjuti oleh individu atau kelompok untuk menjawab pertanyaan dan mencapai tujuan.
6)      Kontrol
Sebuah dimensi konsep sistem sosial(King, 1986a).
Keterkaitan antara sistem personal , sistem interpersonal, dan sistem sosial adalah fokus sistem konseptualnya ada pada individu yang interaksi dalam kelompok dalam sistem sosial mempengaruhi perilaku di dalam sistem. Hal tersebut menggambarkan tiga sistem terbuka dalam kerangka interaksi yang dinamis.
d.      Lingkungan Internal
Lingkungan internal merupakan sumber stress dan energi.
e.       Lingkungan Eksternal
Lingkungan eksternal adalah sumber stress dan perubahan secara terus menerus. Lingkungan internal manusia mengubah energi untuk memungkinkan mereka menyesuaikan diri untuk perubahan lingkungan eksternal yang terjadi secara berkelanjutan. Lingkungan adalah fungsi keseimbangan antara interaksi internal dan eksternal. Secara khusus kinerja kegiatan kehidupan sehari-hari bergantung pada lingkungan eksternal dan internal seseorang yang bekerja dalam beberapa jenis harmoni dan keseimbangan. Lingkungan sosial adalah faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan.Sistem personal, system interpersonal, dan sistem sosial adalah elemen dalam lingkungan total. System konseptual King menggambarkan bahwa lingkungan  yang didalamnya terdapat manusia yang tumbuh, berkembang, dan melakukan aktivitas sehari-hari.


1)      Sehat
Kesehatan adalah pengalaman hidup dinamis seorang manusia,yang menyiratkan  penyesuaian terus menerus terhadap stressor dilingkungan internal dan eksternal melalui penggunaan sumber daya seseorang secara optimal untuk mencapai potensi maksimal kehidupan sehari-hari. Keadaan kesehatan adalah kemampuan untuk berfungsi dalam peran sosial dan kemampuan fungsional.Kesehatan dapat berhubungan dengan individu dengan kesehatan kelompok dengan kesehatan mereka, dan masyarakat dengan kesehatan. Kesehatan mencakup delapan karakteristik yaitu genetik, subyektif, relatif, dinamis, lingkungan, fungsional, budaya, dan perseptual.
2)      Sakit
Penyakit adalah penyimpangan dari normal, yaitu ketidakseimbangan dalam struktur biologis seseorang atau dalam psikologisnya atau konflik dalam hubungan sosial seseorang. Penyakit atau kecacatan adalah gangguan pada keadaan dinamis dari individu.
3)      Aksi, reaksi, dan interaksi
Keperawatan adalah proses tindakan, reaksi, dan interaksi dimana perawat dan klien berbagi informasi tentang persepsi mereka dalam situasi keperawatan. Melalui komunikasi mereka mengidentifikasi tujuan khusus, masalah, atau kekhawatiran. Mereka mengeksplorasi sarana untuk mencapai suatu tujuan dan persetujun untuk mencapai tujuan. King memandang keperawatan sebagai profesi yang membantu menyediakan layanan untuk memenuhi kebutuhan sosial. Pelayanan ini meliputi layanan keperawatan pada individu dan kelompok yang sedang sakitdan dirawat di rumah sakit, mereka yang memiliki penyakit kronis dan yang sedang rehabilitasi, dan mereka yang membutuhkan bimbingan pemeliharaan kesehatan. Sehingga ruang lingkup keperawatan meliputi promosi kesehatan, perawatan dan pemulihan, perawatan orang sakit dan luka, dan perawatan pada tahap kematian. Perawat adalah tokoh penting dalam pelayanan kesehatan yang lain dalam mempromosikan kesehatan, dalam mencegah penyakit, dan dalam pengelolaan perawatan klien. Perawat bekerja sama dengan dokter, keluarga, dan lain-lain untuk mengkoordinasikan rencana perawatan kesehatan. Dengan demikian tujuan keperawatan adalah untuk membantu individu menjaga kesehatan mereka agar bisa berfungsi sesuai peran mereka.

2.5.2   Realitonal Proposition
Proposisi relasional dari sistem konseptual King meliputi Proposisi relasional A menghubungkan konsep metaparadigm manusia dan lingkungan. Hal tersebut merupakan konsep metaparadigma manusia, lingkungan, dan keperawatan dihubungkan dalam proposisi relasional B. Relasional proposisi C menghubungkan konsep metaparadigma manusia, kesehatan, dan keperawatan. Keempat konsep metaparadigm terkait dalam proposisi relasional D.
a.       Dalam sistem terbuka, seperti interaksi manusia dengan lingkungan mereka, terjadi komunikasi ada yang terus menerus dan dinamis.
b.      Batas keperawatan adalah individu dankelompok yang berinteraksi dengan lingkungan. Perawat berfungsi dalam peran mereka di berbagai lingkungan layanan kesehatan.
c.       Sebagai profesional, perawat menangani perilaku individu dan kelompok dalam situasi yang berpotensi menimbulkan stress terhadap kesehatan dan penyakit dan membantu orang menemukan kebutuhan dasar dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari.
d.      Fokus keperawatan adalah interaksi manusia dengan lingkungan mereka yang mengarah pada keadaan kesehatan bagi individu, yang merupakan kemampuan untuk berfungsi dalam peran social
 
 
BAB 3
APLIKASI PENGKAJIAN TEORI MODEL IMOGENE M.KING

3.1  Penerapan Aplikasi Teori Dalam Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan menggunakan metode King dilakukan pada individu sebagai sistem personal, sistem interpersonal dan sistem sosial. Pengkajian dilakukan selama interaksi antara perawat dan klien, perawat membawa pengetahuan khusus dan keterampilan, sedangkan klien membawa pengetahuan tentang diri dan persepsi masalah yang menjadi perhatian untuk interaksi ini. Selama proses pengkajian, perawat mengumpulkan data tentang:
3.1.2       Pengkajian Sistem Personal
A.    Persepsi
Kaji persepsi keluhan utama didapat dengan menanyakan tentang gangguan terpenting yangdirasakan  klien sampai perlu pertolongan. Tanyakan kepada klien tentang riwayat sakit klien yang mungkin mempengaruhi penyakit klien saat ini, bagaimana persepsi klien terhadap penyakit masa lalunya, latar belakang pendidikan klien dan pemahaman klien terhadap penyakitnya. Kaji status ekonomi klien saat ini, bagaimana cara klien dalam memenuhi kebutuhan hidup terutama dalam memenuhi kebutuhan untuk pemeliharaan kesehatan.
B.     Self
Diri seseorang adalah satu kesatuan utuh yang kompleks yang merasakan berpikir, menginginkan, membayangkan, memutuskan, mengidentifikasi tujuan dan memilih sarana untuk mencapainya. Berdasarkan definisi di atas pengkajian diri meliputi keadaan apa yang bisa menyebabkan penyakit dari dalam tubuh klien apakah itu fisik ataupun psikologis, pengkajian yang perlu dilakukan meliputi pemeriksaan fisik menggunakan teknik inspeksi, auskultasi, perkusi, palpasi untuk mendapatkan data objektif dari klien. Selanjutnya melakukan pemeriksaan penunjang (diagnostik) yang terkait gangguan yang muncul pada klien. Kemudian kaji apa usaha klien untuk mengatasi penyakitnya, harapan serta perasaan klien terhadap penyakitnya.
C.   Pertumbuhan dan Perkembangan.
Yang perlu perawat kaji pada pertumbuhan dan perkembangan adalah mengkaji riwayat kesehatan masa lalu sehingga mempengaruhi status kesehatan klien sekarang, kaji pengalaman klien dalam menangani penyakit atau keluhan yang sama ketika mucul kembali, kaji respon terhadap penyakit dan bagaimana cara mengatasi serta bagiaimana hasilnya, kaji tingkat aktivitas klien sebelum mengalami penyakit dan bandingkan dengan keadaaan setelah sakit.Sehingga  keluhan klien sekarang menyebabkan klien memerlukan bantuan dari keluarga maupun perawat.
D.  Body Image
Kaji bagaimana klien menilai dan menggambarkan gambaran fisik tubuhnya sebelum dan sesudah sakit. Kaji adanya depresi terhadap penampilan klien saat ini.
E.   Waktu
Waktu adalah serangkaian kejadian yang terus berlanjut ke masa depan, arus peristiwa terus menerus yang berurutan yang berarti perubahan, masa lalu dan masa depan. Perlu dikaji tentang waktu yang digunakan oleh klien untuk mendapatkan perawatan kesehatan, berapa lama sakit yang sudah diderita klien, intensitas rasa sakit yang dialami, kapan klien mengalami rasa sakitnya, efek dari penyakit terhadap pola aktivitas klien, keterlibatan orang terdekat saat klien mengalami sakitnya.
F.   Ruang personal
Ruang mengarahkan seseorang untuk lingkungannya (King, 1981). Ruang yang unik untuk individu adalah dipengaruhi oleh kebutuhan, pengalaman masa lalu, dan budaya (King, 1981). Hal yang perlu dikaji pada klien adalah harapan klien kepada orang lain ketika mengalami sakit, orang terdekat yang diinginkan klien untuk mendampingi saat sakit, privacy yang diinginkan klien selama proses perawatan, kenyamanan klien  berkaitan dengan lingkungan ruang rawat selama dirawat serta budaya yang mempengaruhi kesehatan, seperti adat dan kebiasaan.
G.  Belajar
Belajar adalah aktivitas diri, tidak ada yang bisa belajar dari orang lain. Belajar bersifat dinamis, berorientasi pada tujuan, dan pengaturan diri dalam penguatan dan umpan balik tersebut mempengaruhi masukan dan keluaran. Yang perlu dikaji adalah tingkat kognitif klien, kemampuan kien menyerap informasi, bagimana pola kebiasaan klien menyerap informasi, dan cara klien untuk menerima informasi ( media dan metoda pembelajaran yang tepat).

3.1.3        Sistem Interpersonal
A.    Interaksi
Proses interaksi terdiri dari simultan persepsi masing-masing orang dan penilaian tentang lainnya dalam interaksi, pengambilan beberapa tindakan mental berdasarkan penilaian dan bereaksi terhadap reaksi  persepsi orang lain. Interaksi mengikuti proses mental tersebut, dan ini diikuti pada oleh transaksi. Dalam proses interaksi, dua individu saling mengidentifikasi tujuan dan sarana untuk mencapainya. Kapan mereka setuju dengan cara untuk menerapkan tujuan, mereka bergerak menuju transaksi. Transaksi didefinisikan sebagai pencapaian tujuan. Pasa interaksi yang perlu dikaji adalah bagaimana klien berinteraksi dengan perawat, bagaimana klien berinteraksi dengan anggota keluarga, bagaimana klien berinteraksi dengan lingkungan sekitar , bagaimana perasaan klien saat kontak dengan tenaga kesehatan,  rasa nyaman klien saat berinteraksi dengan klien lain di ruang rawat yang sama. Serta tanyakan riwayat pekerjaan apakah lingkungan mempengaruhi kesehatan.
B.     Komunikasi
Identifikasi bagaimana pola komunikasi klien dengan anggota keluarga dan tenaga medis. Apakah klien dapat menerima semua informasi yang telah diberikan oleh tenaga medis, jika tidak apa yang menyebabkan klien sulit menerima informasi tersebut. Pola komunikasi yang diterapkan dalam keluarga seperti apa, apakah tertutup atau terbuka.
C.     Transaksi
Bagaimana sikap klien saat berkomunikasi, pandangan mata, dan bagaimana gerak tubuh klien saat berkomunikasi dengan lingkungan sekitar dan tenaga medis. Apakah klien kooperatif saat melakukan pengkajian, bagaimana perkembangan kondisi klien dari awal sampai akhir masa perawatan.
D.    Peran
Identifikasi status perkawinan klien, apakah klien sebagai tulang punggung dalam menafkahi hidupnya, bagaimana tanggapan tentang perubahan perannya sekarang. Kaji pekerjaan klien, bagaimana kualitas bekerja klien, apakah lingkungan pekerjaan menerima posisi klien saat ini, bagaimana harapan klien saat ini tentang posisi dalam pekerjaannya.Tanyakan kepada klien, bagaimana klien akan mengambil keputusan dalam masalah keseahatannya. Identifikasi kepada klien dan keluarga klien siapakah yang paling berpengaruh dalam pengambilan keputusan suatu masalah. Identifikasi support sistem klien, siapa yang menjadi support sistem, bagaimana pengaruh bsupport sistem tersebut terhadap kondisi klien saat ini, bagaimana dukungan keluarga terhadap kondisi saat ini terkait dengan selama masa perawatan di rumah sakit.
E.     Stress
Kaji status emosi klien, apakah klien lebih sensitive setelah menderita gangguan, bagaimana kecemasan klien, factor apa yang menyebabkan dan memperberat kecemasan klien, apa yang dilakukan oleh klien saat kecemasan itu muncul.
F.      Koping
Identifikasi pola koping klien dan keluarga misalnya masalah utama selama masuk RS (keuangan, perawatan diri, lainnya, kehilangan / perubahan yang terjadi sebelumnya, pandangan terhadap masa depan.Kaji sistem kepercayaan klien, tentang agama yang dianut, Mengidentifikasi tentang keyakinan hidup, optimisme terhadap kesembuhan penyakit, gangguan dalam melaksanakan ibadah, dan larangan agama dalam pengobatan tertentu misalnya transfuse darah.
3.1.4        Sistem Sosial
A.    Organisasi
Kaji apakah klien  membutuhkan bantuan dalam memenuhi kebutuhan dasarnya dalam konteks sehat sakit di suatu RS, dengan perawat sebagai pemberi pelayanan pemenuhan kebutuhan dasar yang terganggu tersebut.
B.     Otoritas 
Perawat memiliki wewenang dan tanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia yang terganggu serta kaji hak klien atau otoritas kliendalam pemenuhan kebutuhan tersebut.
C.     Kekuatan
Kaji kemampuan klien dalam mempengaruhi orang lain dalam lingkungan keluarga, masyarakat dan lingkungan kerja
D.    Status
Kaji posisi klien dalam lingkungan keluarga, posisi klien dalam lingkungan masyarakat,  posisi klien dalam lingkungan kerja, status klien dalam dalam kelompok.
E.     Pengambilan keputusan
Kaji klien dalam proses pengambilan keputusan dan dalam memilih alternatif untuk pengambilan keputusan.
F.      Kontrol
Evaluasi dilaksanakan perawat untuk menentukan keberhasilan tujuan hasil interaksi klien dengan perawat dalam memenuhi kebutuhan dasar yang terganggu.



BAB 4
APLIKASI TEORI  MODEL IMOGENE M.KING PADA KASUS
ACUTE CORONARY SYNDROME

4.1 Kasus
Seorang laki-laki  usia 52 tahun dirawat di ruang perawatan jantung  dengan  keluhan nyeri pada dada kiri hingga ke punggung, rasanya seperti tertusuk, sesak nafas, TD : 150/90 mmHg, RR : 20 x/mnt, HR : 105 x/mnt bibir dan kuku (aliran perifer) terlihat sianosis. Kapileri refill>3 detik. Lama nyeri dada kurang lebih 20 – 30 menit. Klien mengatakan 6 bulan terakhir  ia sering mengalami mudah lelah, nyeri pada dada kirinya saat beraktifitas yang berat seperti mengangkat beras dan barang –  barang lain ditoko, dan sesak, mata klien tampak sayu, klien juga memiliki riwayat hipertensi. Namun ia tidak pernah berobat kedokter, karena beliau sibuk dengan pekerjaannya sebagai pedagang sembako, selain itu istri dan kedua anak klien tidak mengetahui bahwa beliau menderita penyakit jantung (nyeri dada kiri), karena klien tidak pernah terlihat sering mengalami nyeri dada saat di rumah. Klien  tampak cemas dan takut saat dilakukan pemeriksaan.
4.2 Pengkajian
4.2.1 Pengkajian Sistem Personal
4.2.1.1  Persepsi
Keluhan utama klien pada saat pengkajian adalah nyeri dada sebelah kiri yang menjalar hingga kepunggung. Klien mengatakan nyeri dirasakan kurang lebih 6 bulan yang lalu sebelum masuk rumah sakit,klien memilki riwayat hipertensi, namun klien tidak pernah berobat kedokter, karena beliau sibuk dengan pekerjaannya sebagai pedagang sembako. Klien merupakan lulusan sekolah menengah pertama, klien juga  mengatakan tidak mengetahui pronosis penyakitnya, dan klien beranggapan penyakit yang klien derita adalah penyakit biasa sehingga klien kurang memperdulikannya, pada akhirnya penyakit semakin di rasa berat kemudian keluarga membawa klien ke rumah sakit. Klien terdaftar sebagai anggota asuransi kesehatan yang dikelola pemerintah, jadi seluruh biaya kesehatan klien selama perawatan di tanggung asuransi.






4.2.2.2 self
a.  Pemeriksaan fisik
Tabel 4.1 pemeriksaan fisik
1.                   
Keadaan Umum
Kesadaran: Compos Mentis
Keadaan umum lemah, Tampak Sakit Berat
TD       : 150/90 mmHg   Nadi: 105x/m
RR      : 20 x/m               Suhu: 36.80C
TB       : 170 cm              BB   : 120 kg
2.                   
Kepala
Bentuk simetris, rambut kusam dan kering, tampak sudah beruban sebagian, rontok (-), ketombe (-), kebersihan baik, lesi (-), benjolan (-), nyeri tekan (-).
3.                   
Mata
Bentuk simetris, pupil isokor, tidak edema periorbita, konjungtiva an anemis, skelera anikterik.
4.                   
Hidung
Bentuk simetris, bersih, nafas cuping hidung (-), lesi (-), nyeri tekan (-).
5.                   
Telinga
Bentuk simetris, warna sesuai warna kulit, lesi (-), nyeri tekan (-), bersih, sekresi (-).
6.                   
Mulut
Bentuk simetris, warna pucat, mukosa bibir lembab, gigi tidak lengkap namun bersih, bau mulut (-), mukosa mulut lembab.
7.                   
Leher
Bentuk simetris, tidak ada lesi dan ada pembesaran, JVP 5+ 2H2O.
8.                   
Dada  
Bentuk simetris, gerakan dada teratur, retraksi dinsing dada (-), tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan, Suara paru vesikuler, ronchi (-/-), wheezing (-/-), suara Jantung BJ I-II Normal, gallop (-), mur-mur (-).
9.                   
Abdomen
Bentuk simetris, Ascites tidak ada, Bising usus 10x/m, nyeri tekan ada, nyeri pukulan tidak ada pada kedua sisi area ginjal.
10.               
Genitalia
Bersih, tidak terdapat kemerahan, tidak terdapat tanda-tanda infeksi, terpasang kateter urin no. 16 isi balon 20 cc dengan Water for Injection.
11.               
Ektremitas
Lengkap atas dan bawah, tidak ada hemiparese,  terdapat edema grade 1, CRT > 3 detik.
12.               
Kulit
Tampak kering pada ekstremitas bawah, ekimosis (-) warna kulit sesuai tempat.

b.      Pemeriksaan diagnostik
Tabel 4.2 pemeriksaan penunjang
Jenis Pemeriksaan
Hasil
Satuan
Nilai Normal
Hematologi
Hemoglobin
16,4
g/dL
13-16
Hematokrit
40
%
40-48
Eritrosit
5.82
106
4,40-5,50
Lekosit
6700
/uL
5.000-10.000
Trombosit
213.000
/uL
150.000-450.000
LED
4
mm/jam
0-10
MCV
86
Fl
82-92
MCH
28
Pg
27-31
MCHC
33
g/dL


32-36
Elektrolit
Natrium
140
mEq/L
132-145
Kalium
4,2
mEq/L
3,10-5,10
Klorida
103
mEq/L
96-111
Kalsium
9,2
mg/dL
8,4-10,2
Magnesium
1,7
mg/dL
1,6-2,6
Kimia Klinik
Asam Urat
6,7
mg/dL
3,4-7,0
Albumin
3,2
g/dL
3,5-5,2
Bilirubin Total
0,56
mg/dL
0,00-1,10
SGOT
20
U/L
0-40
SGPT
30
U/L
0-41
Ureum
68,1
mg/dL
16,6-48-5
Creatinin
1,4
mg/dL
0,1-1,1
GDS
126
mg/dL
70-200
Kolesterol Total
153
mg/dL

LDL
240
mg/dL

HDL
65
mg/dL

Trigliserida
101
mg/dL




Analisa Gas Darah
pH
7,32

7,350-7,450
pO2
84
mmHg
83-108
pCO2
36,6
mmHg
35,0-48,0
HCO3
19
mEq/L
22-26
O2 Saturasi
96,6
%
95,0-98,0
BE
-2,7

22,0-29,0
ENZIM JANTUNG
CK-CKMB
15 UL


Troponin T
1,2


Troponin i
1,4


·         Pemeriksaan foto thoraks :
Kardiomegali dengan kalsifikasi arkus aorta, pulmo baik.
·         EKG :
STEMI Lateral

c.  Pemeriksaan respon psikologis
Klien tampak cemas dengan merasa belum menerima dengan penyakit yang klien derita sekarang.
4.2.1.3  Pertumbuhan dan Perkembangan
Klien sebelumnya mengatakan tidak memiliki keluhan penyakit apa- apa, sakit dirasakan 6 bulan yang lalu dan keluhan semakin lama semakin berat, klien hanya makan obat di warung dan sebelumnya belum pernah memeriksakan kesehatan ke pelayanan kesehatan, setelah makan obat keluhan terkadang berkurang tapi kemudian muncul kembali. Saat ini klien terbaring di tempat tidur hasil pemeriksaan kemandirian klien dengan barthel index di dapatkan data :



Gambar 3
Penilaian Kemampuan Aktivitas berdasarkan Bartel Index
Aktivitas
Skor
Aktivitas
Skor
Makan
0 = tidak mampu
5 = dibantu dengan dipotong-potong, dihaluskan, dimodifikasi
10 = mandiri
10
Berpakaian
0 = dibantu
5 = dibantu, tapi sebagian dapat dilakukan secara mandiri
10 = mandiri
5
Mandi
0 = tidak mampu
5 = mandiri

5
Toileting
0 = dibantu
5 = dibantu, tapi sebagian mandiri
10 = mandiri
5
Berdandan
0 = dibantu
5 = mandiri (cuci muka, gosok gigi, keramas)
5
Tangga
0 = tidak mampu
5 = butuh bantuan
10 = mandiri
5
Bowels
0 = inkontinensia
5 = tidak mampu mengontrol
10 = mampu mengontrol
10
Bladder
0 = inkontinensia
5 = tidak mampu mengontrol
10 = mampu mengontrol
10
Mobilisasi
0 = tidak mampu mobilisasi atau mobilisasi <50 span="" yard="">
5 = menggunakan kursi roda <50 span="" yard="">
10 = berjalan dengan bantuan 1 orang atau instruksi <50 span="" yard="">
15 = mandiri tetapi dapat juga menggunakan alat bantu <50 span="" yard="">
15
Berpindah
0 = tidak mampu, tidak memiliki keseimbangan untuk duduk
5 = membutuhkan bantuan 1-2 orang
10 = membutuhkan bantuan berupa instruksi
15 = mandiri
15
Nilai Total 
85
Kriteria :1   – 20 (dependen total),  21 – 40  (dependent berat),41 – 60  (dependent sedang),    61 – 90  (dependent ringan), 91 – 100 ( independent/mandiri).





4.2.1.4  Body image
Klien  merasa badannya sudah tidak seperti dulu seperti waktu masih muda, berat badannya yang sekarang jadi lebih gemuk, keluarga tidak menganggap berat badannya menjadi masalah yang besar.
4.2.1.5  Waktu
Klien lupa kapan klien pertama kali mengalai keluhan nyeri, dan bagaimana serta response dari kien saat mengalami keluhan, klien ingat nyeri dirasakan 6 bulan lalu, nyeri timbul setiap bulannya, muncul saat aktivitas berlebihan, nyeri menjalar kebelakang, skala nyeri 6 menurut klien, ketika nyeri dataang klien hanya istiraha dan minum obat warung dengan air hangat. Keluhan bertambah berat dirasakan dan mengurangi kemampuan aktivitas klien.
4.2.1.6  Ruang personal
Klien  menginginkan keluarganya selalu didekat klien, klien merasa nyaman dirawat diruangan rawat, klien mengatakan ruang perawatan mementingkan privasi buat keluarga, klien dapat beristirahat dengan baik.
4.2.1.7  Belajar
Klien sebelumnya tidak tahu yang menjadi penyebab sakitnya, tapi sekarang sudah tahu, Klien sekarang sudah tahu apa yang yang menjadi larangan terkait sakitnya, keluarga terlihat sudah bisa membantu dalam melakukan perawatan klien.

4.2.2        Pengkajian Interpersonal
4.2.2.1 Interaksi
Klien bisa merasakan kalau semua keluarga khawatir dengan penyakitnya, menurut klien istri dan anaknya merasa sedih dan takut saat klien dirawata, dan keluarga berharap klien bisa cepat pulih dan bisa pulang kerumah, klien sangat senang dengan perhatian keluarga terhadap dirinya.
4.2.2.2 Komunkasi
Dokter dan perawat selalu menyampaikan rencana tindakan kepada klien dan keluarga, klien selalu menyampaikan keluhannya kepada dokter maupun perawat, keluarga sering menanyakan pronosis dan langkah tindakan selanjutnya. Mata klien tampak sayu, adanya ekspresi untuk menahan sakit dan adanya usaha menarik nafas lebih dalam.
4.2.2.3 Transaksi
Klien dan keluarga sudah mendapatkan penjelasan dan rencana tindakan terhadap penyakit, perawat selalu menjelaskan asuhan keperawatan yang diberikan, perawat memberikan batasan aktivitas yang hanya boleh dilakukan saat ini, dan klien mengatakan sekarang banyak mengalami keterbatasan.
4.2.2.4  Peran
Sebagai kepala rumah tangga klien merasa masih harus bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, saat di dalam ruang perawatan klien dan keluarga selalu memtuhi standar dan peraturan RS, klien memahami bahwa klien berhak mendapatkan pelayanan sesuai standart,  dan perawat memberikan asuhan sesuai dengan masalah klien.
4.2.2.5  Stres
Klien merasa cemas saat tahu klien mengalami sakit jantung, klien beranggapan umurnya tidak panjang lagi, klien menghawatirkan biaya pengobatan dan klien mengkhawatirkan pemenuhan kebutuhan rumah tangga saat klien sakit.
4.2.2.6  Koping
Saat nyeri dada muncul, klien berusaha mengabaikan, klien beranggapan penyakit biasa dan hanya minumobat warung dengan air hangat. Saat di rumah sakit ketika keluhan muncul klien selalu sampaikan dengan perawat, klien berusaha berserahdiri dengan penyakitnya, klien lebih banyak berdoa kepada Allah dan klien mengatakan ingin keluarga ada saat klien membutuhkan.
4.2.3        Pengkajian Sistem Sosial
4.2.3.1  Organisasi
Rumah Sakit merupakan lembaga pelayanan kesehatan yang membantu proses kesembuhan klien , RS menjadi tempat perawatan bagi yang sakit untuk memperoleh kesehatan.
4.2.3.2  Otoritas
Dokter jantung sebagai DPJP memiliki tanggung jawab terhadap rencana pengobatan.Perawat penanggung jawab memiliki kewenangan dalam penentuan rencana asuhan keperawatan.
4.3.3.3  Kekuasaan
Klien dan keluarga menerima apa yang menjadi instruksi dokter, klien merasa apa yang dilakukan oleh perawat pasti untuk kesehatannya.
4.2.3.3  Status
Klien  hanyalah seorang pedagang sembako, dan tidak aktif dalam organisasi apapun.
4.2.3.4  Pengambilan Keputusan
RS terdiri dari tim dokter dan tim keperawatan yang saling bekerja sama dalam merencanakan tujuan perawatan, RS memiliki SOP dalam setiap tindakan perawatan pasien dengan penyakit jantung, RS memiliki panduan discharge planning terkait dengan perawatan pasien jantung.
4.2.3.5  Kontrol
RS memiliki indicator mutu untuk pengendalian kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan pada pasein.

4.2.4        Diagnosis Keperawatan
Setelah dilakukan analisa data pada kasus tersebut, maka diagnosis yang muncul pada kasus tersebut adalah :
a.       Nyeri akut berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan miokard.
b.      Penurunan  curah jantung berhubungan dengan cidera miokard dan penurunan kontraktilitas miokard
c.       Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian dan perubahan pola hidup
 
4.2.5        Intervensi keperawatan

No
Tanggal
Diagnosa Keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi


Penurunan curah jantung b/d peningkatan afterload, vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard
NOC :
·         Cardiac Pump effectiveness
·         Circulation Status
·         Vital Sign Status

NIC :
Cardiac Care
v  Evaluasi adanya nyeri dada ( intensitas,lokasi, durasi)
v  Catat adanya disritmia jantung
v  Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac putput
v  Monitor status kardiovaskuler
v  Monitor status pernafasan yang menandakan gagal jantung
v  Monitor abdomen sebagai indicator penurunan perfusi
v  Monitor balance cairan
v  Monitor adanya perubahan tekanan darah
v  Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan antiaritmia
v  Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan
v  Monitor toleransi aktivitas pasien
v  Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu dan ortopneu
v  Anjurkan untuk menurunkan stress


Fluid Management
·         Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
·         Pasang urin kateter jika diperlukan
·         Monitor status hidrasi ( kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik ), jika diperlukan
·         Monitor vital sign sesuai indikasi penyakit
·         Monitor indikasi retensi / kelebihan cairan (cracles, CVP , edema, distensi vena leher, asites)
·         Kaji lokasi dan luas edema
·         Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori harian
·         Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi cairan sesuai  program
·         Monitor status nutrisi
·         Berikan cairan
·         Kolaborasi pemberian diuretik sesuai program
·         Berikan cairan IV pada suhu ruangan
·         Dorong masukan oral
·         Berikan penggantian nesogatrik sesuai output
·         Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
·         Monitor respon pasien terhadap terapi elektrolit
·         Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul meburuk

Fluid Monitoring
·         Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan eliminaSi
·         Tentukan kemungkinan faktor resiko dari ketidak seimbangan cairan (Hipertermia, terapi diuretik, kelainan renal, gagal jantung, diaporesis, disfungsi hati, dll )
·         Monitor berat badan
·         Monitor serum dan elektrolit urine
·         Monitor serum dan osmilalitas urine
·         Monitor BP
·         Monitor tekanan darah orthostatik dan perubahan irama jantung
·         Monitor parameter hemodinamik infasif
·         Catat secara akutar intake dan output
·         Monitor membran mukosa dan turgor kulit, serta rasa haus
·         Catat monitor warna, jumlah dan
·         Monitor adanya distensi leher, rinchi, eodem perifer dan penambahan BB
·         Monitor tanda dan gejala dari odema
·         Beri cairan sesuai keperluan
·         Kolaborasi pemberian obat yang dapat meningkatkan output urin
·         Lakukan hemodialisis bila perlu dan catat respons pasien

Vital Sign Monitoring
§  Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
§  Catat adanya fluktuasi tekanan darah
§  Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
§  Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
§  Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas
§  Monitor kualitas dari nadi
§  Monitor adanya pulsus paradoksus
§  Monitor adanya pulsus alterans
§  Monitor jumlah dan irama jantung
§  Monitor bunyi jantung
§  Monitor frekuensi dan irama pernapasan
§  Monitor suara paru
§  Monitor pola pernapasan abnormal
§  Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
§  Monitor sianosis perifer
§  Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
§  Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign



Intoleransi aktivitas b/d kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.

Definisi : Ketidakcukupan energu secara fisiologis maupun psikologis untuk meneruskan atau menyelesaikan aktifitas yang diminta atau aktifitas sehari hari.

Batasan karakteristik :
a.       melaporkan secara verbal adanya kelelahan atau kelemahan.
b.      Respon abnormal dari tekanan darah atau nadi terhadap aktifitas
c.       Perubahan EKG yang menunjukkan aritmia atau iskemia
d.      Adanya dyspneu atau ketidaknyamanan saat beraktivitas.

Faktor factor yang berhubungan :
·         Tirah Baring atau imobilisasi
·         Kelemahan menyeluruh
·         Ketidakseimbangan antara suplei oksigen dengan kebutuhan
·         Gaya hidup yang dipertahankan.
NOC :
v  Energy conservation
v  Activity tolerance
v  Self Care : ADLs

Kriteria Hasil :
v  Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR
v  Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri

NIC :
Activity Therapy
v  Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalammerencanakan progran terapi yang tepat.
v  Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
v  Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yangsesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan social
v  Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan
v  Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek
v  Bantu untu mengidentifikasi aktivitas yang disukai
v  Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang
v  Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas
v  Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
v  Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan
v  Monitor respon fisik, emoi, social dan spiritual











Nyeri

Definisi :
Sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang muncul secara aktual atau potensial kerusakan jaringan atau menggambarkan adanya kerusakan (Asosiasi Studi Nyeri Internasional): serangan mendadak atau pelan intensitasnya dari ringan sampai berat yang dapat diantisipasi dengan akhir yang dapat diprediksi dan dengan durasi kurang dari 6 bulan.

Batasan karakteristik :
-          Laporan secara verbal atau non verbal
-          Fakta dari observasi
-          Posisi antalgic untuk menghindari nyeri
-          Gerakan melindungi
-          Tingkah laku berhati-hati
-          Muka topeng
-          Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit atau gerakan kacau, menyeringai)
-          Terfokus pada diri sendiri
-          Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, kerusakan proses berpikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan)
-          Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan, menemui orang lain dan/atau aktivitas, aktivitas berulang-ulang)
-          Respon autonom (seperti diaphoresis, perubahan tekanan darah, perubahan nafas, nadi dan dilatasi pupil)
-          Perubahan autonomic dalam tonus otot (mungkin dalam rentang dari lemah ke kaku)
-          Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah, merintih, menangis, waspada, iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah)
-          Perubahan dalam nafsu makan dan minum

Faktor yang berhubungan :
Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis)

NOC :
v  Pain Level,
v  Pain control,
v  Comfort level
Kriteria Hasil :
v  Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
v  Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
v  Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
v  Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
v  Tanda vital dalam rentang normal


NIC :

Pain Management

§  Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
§  Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
§  Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
§  Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
§  Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
§  Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau
§  Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
§  Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
§  Kurangi faktor presipitasi nyeri
§  Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter personal)
§  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
§  Ajarkan tentang teknik non farmakologi
§  Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
§  Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
§  Tingkatkan istirahat
§  Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
§  Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri

Analgesic Administration
§  Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
§  Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
§  Cek riwayat alergi
§  Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih dari satu
§  Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri
§  Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal
§  Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur
§  Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
§  Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
§  Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping)





A.    IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Tanggal dan Diagnosa
Implementasi
Evaluasi

Tanggal : ........................
Penurunan curah jantung
Jam ....................
1.      Memberikan  O2 3-5 liter/menit dan berikan posisi setengah duduk (Hasil klien tampak rileks)
2.      Melakukan pemeriksaan nadi perifer, keadaan kulit apakah ditemukan sianosis, keringat dingin ( nadi 88x/menit, irama irreguler, adanya sianosis, pengisian kapiler 4 detik)
3.      Monitor urine output hasil ( volume 250 cc/ 8 jam, warna kuning pekat)
4.      Membrikan obat captopril
5.      Melakukan pemeriksaan  TD, nadi, suhu, dan RR
Hasil TD 160/90 mmHg. Nadi 88 x/menit irama irreguler, suhu 36,5 derajat celcius, RR 20x/mnit

S :
Ø  klien mengatakan rileks, walau masih terasa sesak
O :
Ø  nadi 88x/menit, irama irreguler, adanya sianosis, pengisian kapiler 4 detik
Ø  volume urine 250 cc/ 8 jam, warna kuning pekat
Ø  TD 160/90 mmHg. Nadi 88 x/menit irama irreguler, suhu 36,5 derajat celcius, RR 20x/mnit
A : penurunan curah jantung
P :
Ø  Catat adanya fluktuasi tekanan darah
Ø  Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
Ø  Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas
Ø  Observasi tanda-tanda vital, irama jantung dan bunyi jantung
Ø  Kaji adanya perubahan sensoris
Ø  Ciptakan lingkungan yang tenang
Ø  Berikan penjelasan bila akan melakukan tindakan
Ø  Tinggikan kaki, cegah tekanan dibawah lutut
Ø  Anjurkan untuk mobilisasi pasif/aktif sesuai kempuan pasien


Tanggal :.........................
Nyeri akut
Jam ............................
§  melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
§  melakukan observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
§  mengkaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
§  melakukan evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
§  melakukan evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau
§  membantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
§   

S. 
Ø  Klien mngatakan nyeri masih dirasakan walau sudah berkurang, skala maupun intensitas dan frekuensi nya
O.
Ø  Skala nyeri 4
Ø  Pasien sesekali memegangi dada sebelah kiri
Ø  Nyeri dirasakan bila melakukan aktivitas berlebihan
A : Nyeri akut
P.
§  Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
§  Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
§  Cek riwayat alergi
§  Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih dari satu
§  Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri



Tanggal :.........................
Intoleransi aktivitas
Jam............................
Ø  Mengukur  tanda-tanda vital sebelum dan sesudah melakukan aktivitas, diukur saat klien ke WC
Hasil : sebelum aktivitas TD 160/95 mmhg, nadi 86 x/menit
Setelah : TD 168/95 mmhg, nadi 98 x/menit
Ø  mengkaji ketidakmampuan aktivitas
hasil : terjadi penurunan kemampuan aktivitas, hanya terbatas 20 meter


S :
Ø  klien mengeluh sesak saat aktivitas
O :
Ø  Terjadi perubahan TTV sebelum dan sesudah aktivitas TD 160/95 mmhg, nadi 86 x/menit Setelah : TD 168/95 mmhg, nadi 98 x/menit
Ø  terjadi penurunan kemampuan aktivitas, hanya terbatas 20 meter
A : Intoleransi aktivitas
Ø  P : Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan dirinya(hindari aktivitas yang memperberat kerja jantung)







BAB 5
PEMBAHASAN


Konsep teori Pencapaian Tujuan King merupakan konsep teori derivat dari kerangka kerja konseptual (Conceptual Framework) dan asumsi dasar King tentang Human Being. Konsep ini terdiri dari sistem personal, sistem interpersonal dan sistem sosial, dimana ketiga konsep ini menjadi dasar dalam proses perawat dan klien berinteraksi. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan, diperlukan keterampilan perawat berinteraksi agar dapat melibatkan pasien untuk berpartisipasi aktif dalam penyusunan tujuan secara bersama, mengambil keputusan, dan berinterasi untuk mencapai tujuan klien.
King mempunyai asumsi dasar terhadap kerangka kerja konseptualnya, bahwa manusia seutuhnya (Human Being) merupakan sistem terbuka yang secara konsisten berinteraksi dengan lingkungannya, oleh karena itu menurut analisis kelompok teori ini cocok diterapkan pada keperawatan klinik maupun komunitas karena berfokus pada interaksi antara manusia dan lingkungannya. Manusia sebagai individu, dalam hal ini sebagai pasien dapat melakukan penyesuaian terhadap stressor internal maupun eksternal dalam rentang sehat sakit dengan menggunakan sumber-sumber yang dimiliki perawat untuk mencapai kesehatan optimal.
Pada kasus yang dianalisis oleh kelompok mengenai pengkajian pada pasien acute coronary syndrome  dengan menggunakan penerapan teori King, didapatkan bahwa masih banyak aspek yang perlu dikaji oleh kelompok secara mendalam  baik itu dalam sistem personal, sistem interpersonal maupun sistem sosial. Sistem personal mencakup tentang persepsi, diri, citra tubuh, ruang, waktu, koping, tumbuh kembang dan belajar ; Sistem interpersonal mencakup tentang komunikasi, interaksi, peran, stres, stressor, transaksi ; Sistem sosial mencakup tentang organisasi, otoritas, power, status, pengambilan keputusan. Sulitnya mendapatkan pengkajian secara mendalam dengan menggunakan konsep King disebabkan karena diperlukan pemahaman mendalam terhadap aspek yang pelu dikaji pada tiap-tiap sistem. Format pengkajian  teori King untuk mendapatkan informasi dari pasien dan keluarga membutuhkan pengkajian secara mendalam dengan menggunakan pertanyaan bersifat terbuka atau membutuhkan penjelasan. Jika ingin menerapkan pengkajian dengan teori King, dibutuhkan waktu yang tidak singkat. Hal ini berbanding terbalik dengan kenyataan di lapangan, dimana beban kerja perawat di ruangan rawat inap jantung sangat tinggi, sehingga akhirnya menyebabkan pengkajian yang dilakukan tidak menyeluruh. Selain itu, untuk melakukan pengkajian menggunakan teori King dengan tepat, dibutuhkan dasar pengetahuan tentang konsep-konsep yang ada dalam teori Pencapaian Tujuan (Goal Attainment) dan memiliki kemampuan untuk membuat perencanaan keperawatan individu sambil mendorong partisipasi aktif pasien dalam fase pengambilan keputusan. Dari sisi pasien, pengkajian dengan menggunakan teori King membutuhkan waktu yang lebih banyak sehingga menjadi sulit diterapkan pada pasien dengan kondisi sangat lemah.
Dengan demikian, menurut analisis kelompok untuk melakukan pengkajian dengan menerapkan pendekatan teori King dibutuhkan dasar pengetahuan tentang konsep-konsep yang ada dalam teori Pencapaian Tujuan (Goal Attainment) oleh perawat. Menurut analisa kelompok, teori king memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan teori ini adalah mengutamakan partisipasi aktif klien dalam penyusunan tujuan bersama, mengambil keputusan dan interaksi untuk mencapai tujuan klien, teori ini berperan penting pada kolaborasi antara tenaga kesehatan. Kekurangan  pada teori ini adalah dibutuhkan waktu yang lebih banyak jika ingin mendapatkan informasi secara lengkap dalam proses pengkajian, dibutuhkan keterampilan perawat dalam berinteraksi dengan pasin sehingga didapatkan pengkajian yang lengkap, pengkajian sulit dilakukan pada pasien dengan penurunan kesadaran dan pasien jiwa dan pada pasien emergency.
King mempunyai asumsi dasar terhadap kerangka kerja konseptualnya, bahwa manusia seutuhnya (Human Being) merupakan sistem terbuka yang secara konsisten berinteraksi dengan lingkungannya, oleh karena itu menurut analisis kelompok teori ini cocok diterapkan pada keperawatan klinik maupun komunitas karena berfokus pada interaksi antara manusia dan lingkungannya. Manusia sebagai individu, dalam hal ini sebagai pasien dapat melakukan penyesuaian terhadap stressor internal maupun eksternal dalam rentang sehat sakit dengan menggunakan sumber-sumber yang dimiliki perawat untuk mencapai kesehatan optimal.



BAB 6
KESIMPULAN


Konseptual system King memandang keperawatan sebagai profesi yang membantu menyediakan layanan untuk memenuhi kebutuhan sosial. King mempunyai asumsi dasar terhadap kerangka kerja konseptualnya, bahwa manusia seutuhnya (Human Being) merupakan sistem terbuka yang secara konsisten berinteraksi dengan lingkungannya. Sehingga teori ini sesuai diterapkan pada keperawatan klinik maupun komunitas karena berfokus pada interaksi antara manusia dan lingkungannya. Manusia sebagai individu, dalam hal ini sebagai pasien dapat melakukan penyesuaian terhadap stressor internal maupun eksternal dalam rentang sehat sakit dengan menggunakan sumber-sumber yang dimiliki perawat untuk mencapai kesehatan optimal.
Pelayanan memiliki ruang lingkup keperawatan meliputi promosi kesehatan, perawatan dan pemulihan, perawatan orang sakit dan luka, dan perawatan pada tahap kematian. Perawat adalah tokoh penting dalam pelayanan kesehatan yang berperan mempromosikan kesehatan dalam mencegah penyakit, dan dalam pengelolaan perawatan klien. Perawat bekerja sama dengan dokter, keluarga,dan lain-lain untuk mengkoordinasikan rencana perawatan kesehatan. Dengan demikian tujuan keperawatan adalah untuk membantu individu menjaga kesehatan mereka agar bisa berfungsi sesuai peran mereka.



DAFTAR PUSTAKA

Alligood, M. R. (2014). Nursing Theorist and Their Work. St.Louis, Missouri.
Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2013). Nursing Interventions Classification (NIC): Edisi Bahasa Indonesia Edisi ke 6. Singapore: ISBN.
Fawcett, J. (2006). Contemporary Nursing Knowledge: Analysis and evaluation of nursing model an theories. Philadelpia: FA Davis.
Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2015). Diagnosis Keperawatan: Definisi&klasifikasi 2015-  2017 Edisi 10. Jakarta: EGC.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2013). Nursing Outcome Classification (NOC): Pengukuran Outcomes Kesehatan: Edisi Bahasa Indonesia: Edisi kelima. Singapore: ISBN.