TEORI ADAPTASI
(CALLISTA ROY)
Tingkatan Teori
|
Gambaran Model/Teori
|
Sub Sytem
|
Asumsi Utama
|
Kelebihan
|
Kekurangan
|
|||
Manusia
|
Lingkungan
|
Kesehatan
|
Keperawatan
|
|||||
Nursing Conceptual Model / Calista Roy
|
1.
Input (stimulus)
Pada manusia sebagai suatu sistim yang dapat menyesuaikan
diri: yaitu dengan menerima masukan dari lingkungan luar dan lingkungan dalam
diri individu itu sendiri (Faz Patrick & Wall;
1989). Input atau stimulus yang masuk,
dimana feedbacknya dapat berlawanan atau responnya yang berubah ubah dari
suatu stimulus. Hal ini menunjukkan bahwa manusia mempunyai tingkat adaptasi
yang berbeda dan sesuai dari besarnya stimulus yang dapat ditoleransi oleh
manusia.
2.
Control (mekanisme
koping)
Proses kontrol seseorang menurut
Roy adalah bentuk mekanisme koping yang di gunakan. Mekanisme kontrol ini
dibagi atas regulator dan kognator yang merupakan subsistem.
1) Subsistem regulator.
Merupakan
gambaran respon yang kaitannya dengan perubahan pada sistim saraf, kimia
tubuh, dan organ endokrin, merupakan mekanisme kerja utama yang berespon dan
beradaptasi terhadap stimulus lingkungan.
2) Subsistem kognator.
Merupakan
gambaran respon yang kaitannya dengan perubahan kognitif dan emosi, termasuk
didalamnnya persepsi, proses informasi, pembelajaran, membuat alasan dan
emosional.
3.Output
Roy
mengkategorikan output sistem sebagai respon yang adaptif atau respon yang
tidak mal-adaptif. Koping yang tidak konstruktif
atau tidak efektif berdampak terhadap respon sakit (mal-adaptif). Jika
pasien masuk pada zona maladaptif
maka pasien mempunyai masalah keperawatan adaptasi.
|
Holistic
Adaptif System
Regulator
Fungsi
Fisologis :
Meliputi oksigenasi, nutrisi, eliminasi, aktivitas dan
istirahat, proteksi, sensori, cairan dan elektrolit, fungsi neurologis dan
fungsi endokrin.
Kognator
Konsep
Diri:
Konsep diri
adalah seluruh keyakinan dan perasaan yang dianut individu dalam suatu waktu
tertentu. Di dalamnya termasuk dalam persepsi internal, persepsi terhadap
orang lain, dan tindakan langsung.
Meliputi Sensasi
tubuh, Citra
tubuh, Konsistensi
diri, Ideal diri, Moral,
etik, dan
spiritual diri.
Fungsi
Peran:
Kebutuhan yang didasari
oleh integritas sosial. Peran-peran ini dilaksanakan dengan
perilaku yang bersifat
instrumental (penampilan fisik) dan ekspresif (perasaaan, sikap,
kesukaan atau ketidak sukaan).
Interdependensi
Berfokus pada integritas hubungan yang spesifik
mencakup significant other (orang yang berarti) dan support system.
|
Individu
atau manusia sebagai suatu system adaptif yang berespon terhadap stimulus
lingkungan internal dan eksternal dalam empat model adaptif sebut saja
fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan interdependensi. Tingkat adaptasi
individu ditentukan oleh intensitas dan keberagaman stimulus fokal,
kontekstual, dan residual. Sebagai suatu sistem, manusia mempunyai proses
internal yang berperan untuk mempertahankan kesatuan individu. Proses
internal ini dikategorikan sebagai subsistem regulator dan kognator.
Subsistem regulator melibatkan proses fisiologi seperti respon kimia, sistem
saraf dan endokrin yang memungkinkan tubuh untuk mengatasi perubahan
lingkungan. Subsistem kognator melibatkan proses kognitif dan emosional untuk
berinteraksi dengan lingkungan. Kedua aktivitas subsistem tersebut
dimanifestasikan dalam empat cara pada setiap individu pada perilaku
diindikasikan dalam fungsi fisiologi-fisik, konsep diri dan identitas
kelompok, fungsi peran dan interdependensi (Roy, 2009 dalam Tommey &
Aligood, 2014). Manusia mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap
perubahan lingkungan baik eksternal maupun internal. Di mana individu akan
mendapatkan stimulus dari lingkungan dan kemudian berespon terhadap stimulus
dan beradaptasi (Alligood & Tomey, 2006
|
Menurut Roy lingkungan merupakan
konsep utama dalam interaksi manusia secara konstan. Lingkungan adalah semua
kondisi, keadaan dan kondisi tertentu yang dapat mempengaruhi perkembangan
dan perilaku individu maupun kelompok. Interaksi lingkungan adalah input
untuk individu atau kelompok yang disebut sebagai sistem adaptasi. Input
tersebut meliputi faktor internal dan eksternal yang dikategorikan sebagai
stimulus fokal, konstektual dan residual. Adanya pertimbangan tertentu dalam
stimulus adalah tahapan adaptasi, dimana dapat menjelaskan kapasitas koping
individu. Perubahan tahapan tersebut merupakan kemampuan internal yang
mempengaruhi perilaku adaptif. stimuluis
signifikan yang mempengaruhi semua adaptasi manusia.
|
Kesehatan adalah suatu keadaan dan
proses berfungsinya manusia karena terjadinya adaptasi terus-menerus. Respon
adaptif dalam kesehatan merupakan respon yang meningkatkan integritas dalam
masa antara tujuan dan sistem individu, yang bertahan, tumbuh, reproduksi,
penguasaan, personal dan perubahan lingkungan.
|
Roy
menjelaskan bahwa keperawatan sebagai proses interpersonal yang diawal adanya
kondisi maladaptasi akibat perubahan lingkungan baik internal maupun
eksternal. Manusia sebagai sistem, berinteraksi dengan lingkungan dan
mengatasi lingkungan melalui mekanisme adaptasi bio-psikososial. Adaptasi
ditingkatkan bila terjadi peningkatan atau pengurangan pemenuhan kebutuhan.
Di dalam menghadapi perubahan atau stimulus, manusia harus menjaga integritas
dirinya dan selalu beradaptasi secara menyeluruh (holistik adaptive system). Tindakan keperawatan diarahkan
untuk mengurangi atau mengatasi dan meningkatkan kemampuan adaptasi manusia.
Peran perawat adalah memfasilitasi potensi pasien untuk mengadakan adaptasi
dalam menghadapi perubahan kebutuhan dasarnya untuk mempertahankan
homeostatis atau integritasnya.
|
- Model adaptasi
Roy dapat diaplikasikan diberbagai tatanan
pelayanan rumah sakit pada klien dengan penyakit akut maupun kronis, dari klien
dengan permasalahan fisiologis dan psikologis, mengatasi masalah klien dari
yang sederhana sampai yang komplek
- Model adaptasi Roy mempunyai kekuatan untuk
melakukan pendataan secara lengkap dan akurat karena pengkajiannya melalui
dua tahap.
- Model ini
menstimulus perawat untuk lebih kritis terhadap perilaku yang dikeluhkan oleh
klien melalui pengakjian stimulus sehingga intervensi yang diberikan oleh
perawat dapat meningkatkan adaptasi klien sehingga klien dapat adaptif
terhadap keluhannya.
- Melalui pengkajian
stimulus, perawat mampu menilai faktor risiko klien dan juga support system
klien sehingga perawat dapat memilih intervensi yang dapat meinimalkan
terjadinya factor risiko tersebut menjadi actual.
- Model ini menyediakan
kerangka kerja yang cukup baik untuk pengkajian, serta seluruh proses
keperawatan.
|
- Model adaptasi Roy memiliki
kekurangan terhadap pendokumentasian karena adanya data yang tumpang tindih
pada setiap pengkajian.
- Model ini sulit diaplikasikan di
pelayanan karena membutuhkan waktu lama dalam pendokumentasian, dan
memerlukan kejelian perawat dalam mengkritisi penyebab atau patofisiologi
terhadap fenomena atau keluhan yang ditampilkan klien.
|
Format Proses Keperawatan menggunakan Roy’s Adaptation Model
PROSES KEPERAWATAN
|
||||
Pengkajian
|
Mode Adaptasi
|
Berfikir Kritis
|
Assesment
|
|
Perilaku
|
Stimulus
|
|||
Fisiologis
|
Berfokus pada
integritas fisiologis mengacu pada cara seseorang sebagai makhluk fisik
berespon terhadap lingkungan internal dan eksternal, meliputi;
1. Oksigenasi
2. Nutrisi
3. Eliminasi
4. Aktivitas dan Istirahat
5. Proteksi
6. Sensasi
7. Cairan dan elektrolit
8. Fungsi neurologi
9. Fungsi endokrin
|
1. Pengkajian perilaku menurut Roy dilakukan
secara observasi dan non observasi. Contoh observasi perilaku adalah nadi,
sedangkan non observasi adalah bagaimana pasien mengungkapkan perasaannya
terhadap penyakit, misalnya riwayat dan keluhan.
2. Mengkaji bagaimana individu berespon dan
berinteraksi terhadap lingkungan eksternal dan internal
3. Mengkaji proses fisik dan kimia yang terlibat
dalam fungsi dan akitivitas pasien. Proses fisik berhubungan dengan kebutuhan
dasar integritas fisiologis yaitu oksigenasi, nutrisi, eliminasi, aktivitas
istirahat, proteksi, sensasi, cairan elektrolit, keseimbangan asam basa,
fungsi neurologi, dan fungsi endokrin.
|
Pada pengkajian
stimulus, perawat menganalisis perilaku subjektif dan objektif serta melihat
lebih dalam kemungkinan penyebab dari perilaku. Stimulus muncul dari
lingkungan internal dan eksternal yang dapat diklasifikasikan menjadi fokal,
kontekstual, dan residual.
1. Stimulus fokal
Mengkaji penyebab
munculnya keluhan utama.
2. Stimulus kontekstual
Mengkaji faktor
pendukung yang menyebabkan penyebab munculnya keluhan
3. Stimulus residual
Mengkaji faktor lain
yang dapat memperberat keluhan seperti lingkungan, riwayat kesehatan, usia,
jenis kelamin,dan penggunaan obat-obatan.
|
|
Konsep diri
|
Berfokus pada aspek psikososial dan spiritual,
mencakup ;
1.
Fisik diri
a. Sensasi tubuh
b. Citra tubuh
2.
Personal diri
a. Konsistensi diri
b. Ideal diri
c. Moral, etik, spiritual diri
|
a. Sensasi tubuh mengkaji perasaan positif/negatif
tentang keberadaan fisik seseorang misalnya fungsi fisik, seksualitas,
ataupun kesehatan.
b. Citra tubuh mengkaji pandangan positif/negatif
terhadap penampilan fisik dan tubuh seseorang.
c. Konsistensi diri mengkaji tentang manajemen
diri yang konsisten
d. Ideal diri mengkaji pandangan atau harapan
terhadap bagaimana seseorang, harapan tentang menjadi orang yang seperti apa,
dan melakukan apa
e. Moral, etik, spiritual diri mengkaji evaluasi
terhadap identitas seseorang, mengkaji hubungan yang erat dan saling menjaga
untuk memberi dan menerima cinta, rasa hormat, dan nilai, serta mengetahui
bagaimana harapan seseorang dan masyarakat sehingga dapat berbuat sesuai
harapan
|
a. Stimulus fokal
Mengkaji stressor
sebagai pemicu perubahan konsep diri
b. Stimulus kontekstual
Mengkaji pengalaman
sebelumnya terhadap stressor yang serupa atau adanya stressor lain dalam
waktu yang bersamaan
c. Stimulus residual
Mengkaji pandangan
tentang penyakit, harapan individu, nilai, dan sosial budaya yang
mempengaruhi perubahan konsep diri
|
|
Fungsi peran
|
Kebutuhan yang didasari
oleh integritas sosial. Peran-peran ini dilaksanakan dengan perilaku yang
bersifat:
a. Instrumental (penampilan fisik)
b. Ekspresif (Perasaaan, sikap, kesukaan atau
ketidak sukaan).
|
a. Peran Primer; mengkaji perilaku utama yang
dimiliki seseorang dalam waktu tertentu, peran ini bergantung pada umur,
jenis kelamin, tahap perkembangan.
b. Peran Sekunder; mengkaji peran yang perlu
dilakukan untuk melengkapi tugas tahap perkembangan serta tugas dari peran
primer.
c. Peran Tersiar ; mengkaji cara seseorang untuk
mengetahui kewajiban yang berhubungan dengan perannya, dapat mencakup
aktivitas seperti hobi atau klub.
|
a. Stimulus fokal
Mengkaji penyebab
terjadinya perubahan peran primer yang berefek terhadap perubahan peran
sekunder, dan tersier
b. Stimulus kontekstual
Mengkaji faktor pemicu
terhadapa perubahan fungsi peran
c. Stimulus residual
Mengkaji faktor sosial
dan lingkungan yang memperberat kehilangan peran.
|
|
Interdependensi
|
Berfokus pada
integritas hubungan yang spesifik mencakup significant other (orang
yang berarti) dan support system.
|
Mengkaji perilaku
menerima dan memberikan cinta, rasa hormat, dan nilai dalam hubungan saling
ketergantungan
|
a. Stimulus fokal
Mengkaji penyebab
terjadinya seseorang merasa tidak berarti dan kehilangan sistem pendukung.
b. Stimulus kontekstual
Mengkaji faktor apa
yang menjadi penyebab kehilangan
c. Stimulus residual
Mengkaji faktor sosial
lingkungan yang memperberat kehilangan orang berarti dan sistem pendukung.
|
|
Diagnosa
|
Membuat pernyataan atau diagnosis keperawatan dari
status adaptif pasien. masalah yang sering terjadi adalah berhubungan dengan
empat mode adaptif yaitu fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan
interdependensi.
|
|||
Menetapkan Tujuan
|
Menetapkan tujuan untuk
meningkatkan adaptasi perilaku, perubahan harapan, dan kerangka waktu.
|
|||
Intervensi
|
Mengelola stimulus untuk meningkatkan adaptasi. Perawat
memberikan intervensi yang mengubah, menaikkan, menurunkan, menghilangkan,
atau merpertahankan stimulus.
|
|||
Evaluasi
|
Mengevaluasi apakah
tujuan adaptif telah terpenuhi.
|