1.
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Keperawatan
sebagai salah satu profesi yang memiliki peranan penting dalam praktek
kesehatan, sedang mengalami perkembangan baik di bidang Ilmu pengetahuan, praktik,
dan penelitian. Ilmu keperawatan
merupakan cabang dari ilmu pengetahuan
yang memiliki teori – teori yang
terbentuk dari filosofi dan paradigma dari para filsuf dan ilmuwan di
bidang keperawatan.
Falsafah
merupakan nilai - nilai atau pandangan atau kepercayaan yang mendasari suatu
kelimuan. Dalam hal ini, yang merupakan falsafah dalam keperawatanya itu
keyakinan perawat terhadap nilai-nilai keperawatan yang menjadi pedoman dalam
pemberian asuhan keperawatan. Paradigma keperawatan merupakan hubungan berbagai
teori yang membentuk suatu susunan yang mengatur hubungan
di antara teori guna mengembangkan model
konseptual dan teori-teori sebagai kerangka
kerja keperawatan (Asmadi, 2005).
Keperawatan sebagai
profesi dan badan keilmuan dalam mengembangkan keilmuannya tidak terlepas dari falsafah,
paradigma dan teori keperawatan. Hal ini dikarenakan falsafah, paradigma dan teori
memberikan pengetahuan yang berperan penting dalam pendidikan, praktik, dan riset.
Oleh sebab itu perawat diharapkan memiliki kemampuan menganalisis dan mensintesis
berbagai ilmu tersebut untuk diaplikasikan baik dalam bidang pendidikan,
praktik, maupun penelitian.
1.2 Tujuan penulisan
1.2.1
TujuanUmum
Untuk mengetahui hubungan falsafah, paradigma, dan teori keperawatan dalam pengembangan
Sains keperawatan.
1.2.2
TujuanKhusus:
1.2.2.1 Mengetahui
pengertian falsafah, paradigma dan Teori keperawatan
1.2.2.2 Menganalisis
hubungan antara falsafah, paradigma dan Teori
keperawatan dan sains keperawatan
1.2.2.3 Menganalisis
Interaksi pendidikan, penelitian, dan praktek dalam keperawatan.
1.2.2.4 Menganalisis
hubungan Interaksi antara sains keperawatan dengan pendidikan, penelitian, dan praktek
2.
TINJAUAN TEORI
Bab ini akan
membahas teori-teori terkait falsafah, paradigma, teori keperawatan, sains
keperawatan, serta pendidikan, praktek dan riset keperawatan.
2.1
Pengertian
Paradigma, Falsafah, dan Teori
Keperawatan
Fawcett
(1997) merekomendasikan hirarki struktural dari pengetahuan keperawatan
kontemporer untuk mengembangkan hubungan antara fariasi komponen-komponen yang
meliputi badan keilmuan keperawatan. Komponen-komponen tersebut tersusun dari
yang sangat abstrak hingga yang sangat konkrit meliputi: metaparadigma,
filosofi, model konsep, dan teori. Tipe-tipe teori yang digunakan dalam
keperawatan tersusun dari yang sangat abstrak hingga yang sangat konkrit.
Menurut
Reed (2004) seorang perawat peneliti harus terlebih dahulu harus mempelejari
tentang struktur ilmu keperawatan. Sebelumnya harus dipahami tentang hubungan
antara filosofi, sains, dan teori keperawatan. Pemahaman akan masing-masing komponen sangat
penting, untuk itu pada bab ini akan diuraikan satu persatu:
2.1.1
Paradigma
Paradigma
dan metapardigma sering ditemukan dalam literatur keperawatan. Paradigma
menyediakan parameter dasar dan kerangka berpikir untuk mengorganisasikan
sebuah disiplin ilmu. Paradigma sangat abstrak dan kurang spesifik dalam
menjelaskan sebuah pengetahuan.
Kuhn
(1996) dalam Peterson (2004) menjelaskan bahwa paradigma meliputi (1)
simbol-simbol umum (hukum-hukum yang diterima oleh komunitas ilmiah), (2)
komitmen untuk percaya pada model model partikular, motivasi, dan metode yang digunakan untuk membuat dan
mengujinya, (3) berbagi nilai-nilai tentang hal yang paling bermakna dalam
komunitas ilmiah tersebut, (4) disertai contoh masalah dan cara pemecahannya.
Parse
(1987) dalam Peterson (2004) mengelompokkan paradigma menjadi dua yaitu (1)
Paradigma Total mengacu pada individu sebagai makhluk biopsikosocial dan
spiritual yang berinteraksi dengan lingkungan. (2) Paradigma Simultan mengacu
pada manusia sebagai suatu kesatuan yang secara terus menerus saling berelasi
dengan lingkungan.
Paradigma
berfungsi untuk mengidentifikasi batasan batasan suatu disiplin ilmu.Paradigma
juga menyediakan kesimpulan dari tujuan intelektual dan sosial keilmuan.
Paradigma memberikan batasan dalam pengembangan lahirnya teori-teori namun,
pengembangan paradigma tetap diperlukan untuk berkembangnya sebuah keilmuan.
(Parse, 1987)
2.1.2
Filosofi
Berdasarkan
kamus besar Bahasa Indonesia (2016) filosofi disebut juga filsafat yang
merupakan pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala
yang ada, sebab, asal, dan hukumnya, bisa juga di artikan sebagai teori yang
mendasari alam pikiran suatu kegiatan, atau ilmu yang berintikan logika,
estetika, metafisika, dan epistemologi.
Bagi
sebuah keilmuan filosofi menampilkan kepercayaan dan nilai-nilai dan pandangan atau sudut pandang. Filosofi
keperawatan adalah pernyataan asumsi-asumsi dasar dan universal, kepercayaan,
dan prinsip-prinsip tentang sifat pengetahuan dan kebenaran (epistemologi) dan
tentang sifat kesatuan yang disajikan dalam metaparadigma. (Reed, 1995)
Dalam
keperawatan terdapat beberapa filosofi yang dikembangkan antara lain (Alligood,
2010) :
2.1.2.1
Filosofi
Nightingale
Filosofi
Nightingale berorientasi pada lingkungan. Ia percaya bahwa lingkungan perlu
dimodifikasi agar berpengaruh pada pasien. Karyanya sebagian bersar berfokus
pada pasien dan lingkungan tetapi juga termasuk perawat dan kesehatan.
Komponen-komponen
filosofi Nightingale dijelaskan sebagai berikut:
Lingkungan,
adalah apapun yang bisa dimanipulasi untuk menempatkan pasien pada kondisi yang
terbaik. Ini meliputi komponen fisik dan psikologis.
Manusia,
yaitu indiviu yang menerima keperawatan yang merupakan manusia yang dinamik dan
kompleks. Ini meliputi kondisi fisik, intelektual, emosional, sosial dan spiritual.
Kesehatan,
Nightingale berpendapat bahwa kesehatan tidak hanya untuk menjadi baik, tetapi
juga kemampuan untuk menggunakan setiap tenaga yang dimiliki dengan baik. Ini
berarti tindakan preventif dan promotif diperlukan dalam pemberian asuhan.
Perawat,
Nightingale percaya bahwa menjadi perawat adalah panggilan spiritual, perawat
bertanggung jawab mendampingi pasien untuk memperoleh kesembuhan.
2.1.2.2
Filosofi Watson
Teori Watson
berfokus pada caring and healing dalam
praktek dan pendidikan keperawatan. Watson menyimpulkan bahwa caring adalah pusat dari disiplin ilmu
keperawatan. Pada filosofi ini Watson juga menjelaskan bahwa inti dari
keperawatan adalah memiliki kemampuan terapetik dalam semua prosedur
keperawatan.
2.1.2.3
Filosofi Benner
Menurut Benner
dan Wrubel (1989) perawatan adalah praktek caring yang dipimpin oleh moral dan
etika perawatan dan tanggung jawab yang terbentuk dalam relasi antara perawat
dan pasien. Domain praktek keperawatan Benner meliputi: (1) Peran penolong, (2)
Fungsi pendidik- pembimbing (3) Fungsi diagnosa dan monitoring pasien, (4)
manejemn efektif dari pergantian situasi yang cepat, (5) Memberikan dan
memonitor intervensi dan regiment terapeutik, (6) Memonitor dan memastikan
kualitas pada praktek praktek kesehatan, (7) serta kompetensi organisasi dan
peran kerja.
2.1.3
Teori Keperawatan
Sama
seperti model-model konseptual, teori-teori meliputi konsep-konsep dan
proposisi. Dalam sebuah teori konsep-konsep di definisikan secara spesifik dan
proposisi dijelaskan dengan lebih fokus. Sejarah perkembangan teori dalam
keperawatan menyediakan konteks untuk memahami peran perawat sebagai ilmuan
dalam pengembangan badan keilmuan keperawatan (Peterson, 2004)
Teori
keperawatan adalah abstraksi sistematis atau formasi ide tentang praktek
keperawatan realistis. Tujuannya adalah untuk menjelaskan, memprediksi, dan
mengontrol praktek keperawatan untuk mendapatkan hasil yang baik. Teori
dikelompokkan menjadi Grand Theory, Middle range theory. Teori-teori dalam keperawatan dapat dilihat
pada bagan 2.1.
Bagan
2.1 Teori-teori dalam keperawatan
Tokoh
pengembang
|
Tahun
|
Teori
|
Jean Watson
|
1940
|
The Philosophy and Science of
Caring
|
M.M. Leininger
|
1925
|
Transcultural Nursing
|
Martha Rogers
|
1914
|
Nursing: A science of Unitray
Human Being
|
Virgina Henderson
|
1897
|
Henderson berfokus pada pemenuhan
kebutuhan individu yang berhubungan dengan hirarki Maslow
|
Hildegard Peplau
|
1909
|
Interpersonal Relations in
Nursing: A Conceptual Frame of Reference for Psycodynamic Nursing
|
2.2
Sains keperawatan
Sains
keperawatan yaitu dasar keperawatan, disipin substansif-pengetahuan spesifik
yang berfokus pada manusia-lingkungan-kesehatan yang diproses dalam kerangka
kerja dan teori teori. Disiplin ilmu yang spesifik merupakan ciri khas sekolah
pemikiran yang merefleksikan perspektif filosofi yang berbeda yang muncul dari
proses ontologikal, epistemologikal dan metodologikal untuk mengembangkan dan
menggunakan pengetahuan khususnya keperawatan. (Parse, 2000)
Sains
keperawatan memiliki karakteristik sebagai berikut:
2.2.1
Sains harus
menunjukkan hubungan yang pasti
Sains haruslah
berdasakan pada interrelasi antyara fkta-fakta, prinsip-prinsip, hukum-hukum,
dan berbagai teori yang cukup.
2.2.2
Sains berfokus
pada bidang-bidang pengetahuan tertentu
Manusia tidak
dapat mempelajari semua hal. Oleh karena itu, ia harus mengkhususkan dirinya
dalam satu bidang atau aspek tertentu.
2.2.3
Sains lebih baik
ditunjukkan dalam bahasa yang universal
Sains berusaha
meneliti karakteristik universal dari suatu fenomena dengan sebuah investigasi.
2.2.4
Pernyataan dalam
sains harus benar atau kemungkinan benar
Seorang saintis
bertanggungjawab untuk menemukan suatu realita secara sistematis, akademis, dan
dapat dipercaya
2.2.5
Pernyataan dalam
sains harus logis
Tidak akan
pernah ditarik kesimpulan bila belum ditegakkan sebuah hipotesis. Sains haruslah
merupakan penyajian yang hati hati melalui
metode saitifik, seperti deduksi-induksi, atau analitikal-sintesis.
2.2.6
Sains harus
menjelaskan investigasi dan argumen-argumennya
Seorang saintis
tidak hanya bertanggungjawab untuk melaporkan hasil penelitiannya tapi juga
harus mampu menjelaskan argumen dan mendemonstrasikan apa yang memimpinnya
untuk membuat sebuah kesimpulan.
3.
PEMBAHASAN
Bab
ini akan membahas tentang tiga hal yang akan dijelaskan sebagai berikut:
3.1
Hubungan Paradigma, Filosofi dan Teori Keperawatan
dan perannya mengembangkan Sains keperawatan
Telah dijelaskan dalam
pembahasan bahwa paradigma merupakan parameter sebuah keilmuan. Paradigma
memberikan batasan batasan berfikir bagi suatu disiplin ilmu. Paradigma merupakan cara berpikir yang sangat
abstrak dan luas. Satu tingkat di bawahnya adalah Filosofi. Filosofi sudah
lebih jelas dalam menjelaskan nilai-nilai, kepercayaan yang dianut oleh suartu
keilmuan. Terdapat beberapa filosofi dalam keperawatan. Filosofi tersebut
menuntun pengembangan ilmu dan praktek keperawatan. Dari filosofi dikembangkan
teori-teori. Teori bersifat sangat sistematis dan realistis. Teori dalam
keperawatan memandu perawat untuk melakukan praktek keperawatannya.
Perkembangkan paradigma hingga teori memerlukan sains. Dimana di dalam sains
seseorang melakukan pengujian atau penelitian terhadap suatu fenomena dengan
metode-metode tertentu untuk mendapatkan sebuah pemahaman yang baru.
Sains keperawatan dapat
berperan dalam mengaplikasikan teori-teori keperawatan. Sains dapat juga
menjadikan teori tersebut sebagai panduan dalam menemukan suatu teori yang baru
melalui riset keperawatan. Riset keperawatan adalah salah satu contoh untuk
menjelaskan karakteristik sains bahwa sains haruslah benar atau kemungkinan
benar dan dapat dijelaskan melalui metodologi penelitian .Penjelasan
keperawataan sebagai sains dapat ditempuh melalui pembelajaran secara total dan
menyeluruh terhadap paradigma-paradigma yang sudah ada.
3.2
Hubungan Penelitian, Pendidikan dan Praktek
Keperawatan
Pendidikan, praktek
dan penelitian saling menunjukkan hubungan sebagai berikut:
3.2.1
Pendidikan – Praktek
Pendidikan
memberikan output berupa lulusan yang nantinya akan bekerja di praktek.
Terkadang di lahan praktek ditemui perbedaan atau kesenjangan dengan teori. Dengan
adanya mahasiswa yang berpraktek di praktek, perawat akan terpapar kembali
tentang praktek yang sesuai dengan standar.
Praktek
memberikan lahan untuk praktek mahasiswa sehingga mahasiswa mendapatkan
realitas yang sebenarnya dari tatanan klinis. Kesempatan praktek di praktek
membuat mahasiswa semakin trampil sehingga lebih siap ketika menjadi perawat.
3.2.2
Praktek – Riset
Terdapat
berbagai macam kasus dan hal terkait asuhan yang masih perlu untuk diteliti.
Sehingga praktek membutuhkan riset untuk memperbaiki layanan atau menjelaskan
suatu fenomena yang ditemukan di praktek. Di sisi lain, riset membutuhkan praktek
untuk memperoleh sumber data agar hasil riset tersebut dapat dipercaya dan
representatif hasilnya.
Pelayanan
keperawatan juga memiliki hubungan dengan pendidikan dan riset. Pelayananan
dapat dijadikan sumber fenomena keparawatan yang terjadi, sehingga dapat
menghasilkan model praktik keperawatan yang sesuai dengan teori yang
dikembangkan di pendidikan dan telah dibuktikan melalui riset keperawatan. Sedangkan
riset keperawatan menjadi hal substansi dalam pengembangan sains keperawatan,
karena melalui riset keperawatan dapt dibuktikan suatu teori yang dikembangkan
di pendidikan sehingga dapat bermanfaat dan dipraktekkan di pelayanan
kesehatan. Seperti pada Journal Advance
Nursing pada perawatan luka dengan balutan madu, telah membuktikan bahwa
balutan madu memiliki keuntungan klinis pada perawatan luka yaitu dapat
mempersingkat penyembuhan luka sebesar 46% dibandingkan dengan merawat luka
menggunakan balutan konvensional (Robson, 2009). Sehingga, dapat disimpulkan
bahwa pendidikan, pelayanan dan riset keperawatan saling memiliki hubungan yang
tidak dapat dipisahkan.
3.2.3
Pendidikan-
Riset
Pendidikan mengajarkan
mahasiswa perawat untuk memiliki peran dan kemampuan sebagai perawat peneliti.
Sehingga mahasiswa wajib mempelajari metodologi dan mengaplikasikan penelitian.
Mahasiswa pun bertanggungjawab mempublikasikan hasil risetnya.
Sebaliknya, riset juga
membantu pendidikan untuk dapat memperbaiki kualitas ataupun metode pengajaran
sehingga dapat menghasilkan lulusan yang baik
3.3 Hubungan Antara Sains Keperawatan
Dengan Pendidikan, Praktek Klinik Dan Riset Keperawatan
Sains
dan Praktek Keperawatan, keduanya membutuhkan teori dan penelitian. Untuk
membangun sebuah teori, terlebih dahulu dibutuhkan kemampuan untuk membuat
suatu perkiraan atau gagasan kerangka kerja dari disiplin ilmu tersebut. Teori
mempunyai tujuan yaitu untuk menggambarkan, menjelaskan, memprekdisikan, atau
mengontrol praktik keperawatan sebagai hubungan timbal balik yang sistematis.
3.3.1
Area Pendidikan
Sains
keperawatan memberikan kontribusi yang signifikan bagi dunia pendidikan
keperawatan. Hal ini dibuktikkan dengan berkembangnya teori yang memungkinkan
dunia pendidikan mendapatkan informasi yang up
to date tentang keperawatan. Sehingga kurikulum maupun mata ajar bisa
selalu diperbaharui mengikuti berkembangnya ilmu keperawatan. Begitupun
sebaliknya, dunia pendidikan keperawatan memfasilitasi peserta didik untuk
mengembangkan teori yang telah diajarkan melalui riset, sehingga dunia
diharapkan bisa melahirkan tenaga perawat yang profesional dan bisa menjalankan
peran dan fungsi perawat yang serta mampu mengadakan pembaharuan dan perbaikan
mutu Asuhan Keperawatan, baik secara mandiri maupun kolaboratif.
Tidak hanya
dalam pendidikan formal saja, melainkan sains keperawatan bisa dikembangkan
melalui pelatihan, pengembangan ketrampilan dan seminar-seminar keperawatan.
Pendidikan keperawatan yang berkembang dibuktikkan dengan Strata pendidikan
perawat yang telah mencapai Strata Tiga (S3). Diharapkan outcome dari para magister maupun Doktor di dunia keperawatan bisa
membawa keperawatan ke arah yang lebih baik, semakin diakui oleh disiplin
kelilmuan lainnya.
3.3.2
Area riset
Perawat mempunyai tanggung jawab dalam
hal pengembangan teori ilmu keperawatan.Peran perawat sebagai seorang peneliti
harus dimaknai perawat sebagai salah satu jalan untuk mengembangkan ilmu
keperawatan itu sendiri. Riset keperawatan menghubungkan teori keperawatan dan
praktik dalam berbagai cara. Terkadang, hipotesis dalam teori bisa dibuktikkan
melalui penelitian dalam praktik keperawatan. Tergantung apakah hipotesis
tersebut mendukung dalam praktik, teori tersebut memperkuat atau melemahkan.
Suatu teori menggambarkan atau menjelaskan suatu fenomena dan penelitian
bertujuan untuk mencari tahu apakah gambaran ataupun penjelasan tersebut
keduanya merupakan sesuatu yang perlu distimulasi atau merupakan suatu hal yang
lazim dan alamiah. Sebelum mengaplikasikan hasil dari riset, perlu dilakukan
percobaan terlebih dahulu. Teori melahirkan pedoman umum dan kemungkinan
akibat. Riset mendemonstrasikan bagaimana pedoman tersebut bisa benar-benar
berjalan baik dalam situasi yang memerlukan fakta. Teori memprediksikan hasil,
dan riset mencoba mempertunjukkan apakah prediksi atau perkiraan tersebut benar
adanya.
Penelitian bukan hanya bisa dilakukan
perawat pada ranah pendidikan, tetapi bisa juga dilakukan pada saat praktek,
tentunya berdasarkan teori yang telah dipelajari dan dikembangkan. Dimana
ketika ditemukan suatu fenomena yang tidak sesuai dengan teori yang telah
dipelajari, perawat bisa melakukan penelitian tentang hal tersebut. Sehigga
penelitian bisa dijadikan sebagai pembuktian dan bisa memberikan kontribusi
dalam perbaikan maupun pengembangan ilmu keperawatan.Penelitian keperawatan
adalah cara untuk mengidentifikasi pengetahuan baru, meningkatkan pendidikan
dan praktik professional serta menggunakan sumber secara efektif (Potter &
Perry, 2005).
Hasil
riset keperawatan juga sangat membantu perawat untuk mengetahui trend maupun
issue terbaru. Sehingga perawat bisa menjadikan hasil riset tersebut sebagai
pedoman dalam praktik asuhan keperawatan, maupun menilai kualitas praktek yang
diberikan.
3.3.4
Area praktik klinik/praktek
Sains
keperawatan memberikan suatu arahan kepada praktik keperawatan. Dimana, dalam
menjalankan praktiknya, perarawat harus berdasarkan ilmu pengetahuan serta
ketrampilan yang diperoleh dari dunia pendidikan. Falsafah dan paradigm
keperawatan mengatur perawat dalam hal melakukan praktik pelyanan dengan
memperhatikan hakekat manusia. Sehingga bisa terciptanya praktek yang
professional dan berkualitas.
Sains
keperawatan juga memberikan kontribusi dalam praktik praktek melalui hasil
riset dalam pengembangan teori keperawatan. Sehingga bisa mengarahkan praktik
pelayaan yang berfokus pada trend dan isu terbaru. Praktik keperawatan
merupakan pemberian tindakan asuhan keperawatan sesui dengan ruang lingkup dan
wewenang perawat, dimana dalam pelaksanaannya perawat melakukan secara mandiri
maupun kolaborasi dengan klien juga dengan tenaga kesehatan lainnya.
Praktik praktek
yang professional menuntut perawat vokasi untuk mengembangkan keilmuan maupun
praktiknya. Walaupun memang diakui dalam UU No. 38 bahwa tenaga keperawatan
adalah perawat Vokasi, Ners, dan Ners Spesialis, tetapi diharapkan dengan
semakin berkembanya sains, riset, dan pendidikan, perawat vokasi bisa mengambil
kesempatan untuk melanjutkan pendidikan, Sehingga praktik praktek bisa semakin
professional.
4.
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Dari pembahasan
di atas dapat disimpulkan bahwa dari paradigma sampai dengan teori keperawatan
adalah ilmu yang dari paling abstrak mengerucut menjadi ilmu yang paling
praktis. Kesemuanya menjadi pedoman di dalam keperawatan dalam menentukan
batas-batas keilmuan dan merupakan dasar untuk mengembangkan sains keperawatan
semakin maju lagi. Terdapat hubungan mutualisme antara pendidikan, praktek
keperawatan dan penelitian. Ketiganya saling terkait dan saling mendukung demi
pengembangan sains keperawatan.
4.2
Saran
Hendaknya keilmuan
dalam keperawatan terus dikembangkan. Tetap memegang teguh paradigma dan
filosofi yang dimiliki, namun tetap fleksibel dalam memperbaharui diri sesuai
dengan tantangan kebutuhan perkembangan jaman. Hal ini hanya dapat dicapai
dengan kerjasama yang baik antara pendidikan, praktek keperawatan dan terus
memfasilitasi penelitian keperawatan.
5.
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi.(2005). KonsepDasarKeperawatan.
Jakarta: EGC
Kamus
Besar Bahasa Indonesia online diunduh 6 September 2016 pukul 10.00 WIB
Reed, Pamela G.,
Shearer, Nelma C., & Nicoll, Lesilie H. (2004). Perspectives on Nursing Theory.Edisi 4. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins.
Reed, P. G. (1995). A treastise on nursing knowledge
development for the 21st century: Beyond postmodernism. Advances in Nursing
Science 17 (3), 70-84. Cinahl/ovid database
Linberg, Janice B, Hunter, Mary
Love, &Kruszewski, Ann Z. (1994).Introduction
to Nursing: Concepts,Issues, and Opportunities. (2 nded).
Philadelpia: Lippincott
Tidak ada komentar:
Posting Komentar