ANALISIS HUBUNGAN FALSAFAH DAN PARADIGMA DENGAN MODEL KONSEPTUAL DAN TEORI KEPERAWATAN



 1.      PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Perdebatan yang terjadi bertujuan untuk menganalisis dan mengevaluasi model konseptual yang dipandang sebagai suatu karya ilmiah, atau salah satu aspek dari proses sains yang ditemukan dalam disiplin ilmu keperawatan. Ilmu keperawatan merupakan cabang dari ilmu pengetahuan  yang  memiliki teori – teori  yang  terbentuk dari filosofi dan paradigma dari para filsuf dan ilmuwan di bidang keperawatan. Falsafah merupakan nilai - nilai atau pandangan atau kepercayaan yang mendasari suatu kelimuan. Dalam hal ini,  yang  merupakan falsafah dalam keperawatanya itu keyakinan perawat terhadap nilai-nilai keperawatan yang menjadi pedoman dalam pemberian asuhan keperawatan. Paradigma keperawatan merupakan hubungan berbagai teori  yang  membentuk suatu susunan yang mengatur hubungan di antara teori guna mengembangkan  model  konseptual dan teori-teori sebagai kerangka kerja keperawatan (Asmadi, 2005).
Keperawatan sebagai profesi dan badan keilmuan dalam mengembangkan keilmuannya tidak terlepas dari falsafah, paradigma dan teori keperawatan. Falsafah dan paradigm melahirkan teori-teori keperawatan yang dikembangkan oleh beberapa tokoh di bidang keperawatan. Model konseptual merupakan suatu rancangan terstruktur yang berisi tentang konsep-konsep yang berkaitan dan teroganisir. Teori keperawatan membutuhkan model konseptual yang berfungsi untuk memberi gambaran tentang bagaimana konsep-konsep yang detail lebih disederhanakan sehingga cocok untuk diaplikasikan. Model konseptual keperawatan mengandung teori yang berasal dari falsafah dan paradigma tentang keperawatan.
Makalah ini akan membahas tentang hubungan falsafah dan paradigm dengan model konseptual dan teori keperawatan.
  
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1        Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan falsafah dan paradigm dengan model konseptual dan teori keperawatan.
1.2.2        Tujuan Khusus
1.2.2.1 Mengetahui pengertian falsafah dan paradigm keperawatan
1.2.2.2 Mengetahui model konseptual dan teori keperawatan
1.2.2.3 Menganalisis hubungan falsafah dan paradigm dengan model konseptual dan teori keperawatan



2.      LANDASAN TEORI

Bab ini akan membahas teori-teori terkait falsafah, paradigma, teori keperawatan, dan model konseptual keperawatan.

2.1 Pengertian Falsafah dan Paradigma Keperawatan
2.1.1 Falsafah
Filosofi atau Falsafah berasal dari bahasa Yunani, ‘phila’  yang berarti cinta dan ‘sophia’ yang berarti kebijaksanaan, sehingga bisa dikatakan bahwa filosofi adalah kebijaksanaan yang penuh dengan cinta. Filosofi keperawatan jiwa merupakan pandangan dasar mengenai hakikat manusia dan esensi keperawatan jiwa yang akan dijadikan kerangka dalam melaksanakan keperawatan jiwa (Nasir & Munith, 2011). Kemunculan filsafat pada abad ke 5 SM merupakan pendobrakan terhadap jaman mitos pada masa itu. Terjadi pempikiran terhadap dominasi jaman mitos atas klaim kebenaran. Masa ini merupakan masa penting dimana akal mulai digunakan dalam upaya mencari kebenaran, akal sebagai sarana mencari dan sebgai sumber kebenaran. Sejarah pemikiran memasuki jaman baru yaitu jaman Logos. Filsafat dikatakan sebagai Mother Of Science. Dalam perkembangannya filsafat melahirkan cabang – cabang ilmu yang berkembang menjadi ranting – ranting ilmu, sub-ranting ilmu. (Wilujeng, 2012). Filosofi secara umum berdasarkan Hood dan Leddy   (2006) terbagi menjadi beberapa area.
a.       Logic  yaitu  yang  mempelajari  pedapat  baik  rasional  maupun irasional;
b.      Epistemology yaitu yang mempelajari pengetahuan;

c.       Philosophy of science yaitu yang menjelaskan tentang sains;

d.      Metaphysics yaitu ilmu yang mempelajari tentang alam yang bersifat pengalaman, kenyataan;
e.       Philosophy of mind yaitu ilmu yang mempelajari tentang pikiran seseorang;
f.       Moral philosophy yaitu ilmu yang mempelajari yang berhubungan dengan nilai dan moral;
g.      Philosophy of religion  yaitu ilmu  yang mempelajari tentang arti kehidupan;
h.      Aesthetics yaitu ilmu yang mempelajari tentang sesuatu yang indah dan sesuai.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat dipahami bahwa filosofi adalah  pedoman yang digunakan dalam suatu komunitas atau individu untuk mencapai suatu tujuan. Filosofi keperawatan adalah sesuatu yang bersifat abstrak dan mengartikan suatu fenomena keperawatan dengan analisa, alasan dan presentasi logic (Alligood, 2010). Filosofi keperawatan sebagai pedoman dalam menghasilkan perawat profesional yang memilki  kemampuan dan  sikap yang mengacu kepada:
a.       Memahami hubungan antara manusia, lingkungan dan kesehatan;
b.      Pendekatan keperawatan sebagai disiplin sains;
c.       Kesatuan antara perasaan dan nilai dalam praktik;
d.      Menyatukan unsur estetik dalam kontribusi sehat dan sakit;
e.       Menemukan misi keperawatan;
f.       Memahami keyakinan sistem personal tentang manusia, lingkungan, kesehatan, dan keperawatan
Bagi sebuah keilmuan filosofi menampilkan kepercayaan dan nilai-nilai dan  pandangan atau sudut pandang. Filosofi keperawatan adalah pernyataan asumsi-asumsi dasar dan universal, kepercayaan, dan prinsip-prinsip tentang sifat pengetahuan dan kebenaran (epistemologi) dan tentang sifat kesatuan yang disajikan dalam metaparadigma. (Reed, 1995)
Dalam keperawatan terdapat beberapa filosofi yang dikembangkan antara lain (Alligood, 2010) :

2.1.1.1  Filosofi Nightingale
Filosofi Nightingale berorientasi pada lingkungan. Ia percaya bahwa lingkungan perlu dimodifikasi agar berpengaruh pada pasien. Karyanya sebagian bersar berfokus pada pasien dan lingkungan tetapi juga termasuk perawat dan kesehatan. Komponen-komponen filosofi Nightingale dijelaskan sebagai berikut:
Lingkungan, adalah apapun yang bisa dimanipulasi untuk menempatkan pasien pada kondisi yang terbaik. Ini meliputi komponen fisik dan psikologis.
Manusia, yaitu indiviu yang menerima keperawatan yang merupakan manusia yang dinamik dan kompleks. Ini meliputi kondisi fisik, intelektual, emosional, sosial dan spiritual.
Kesehatan, Nightingale berpendapat bahwa kesehatan tidak hanya untuk menjadi baik, tetapi juga kemampuan untuk menggunakan setiap tenaga yang dimiliki dengan baik. Ini berarti tindakan preventif dan promotif diperlukan dalam pemberian asuhan.
Perawat, Nightingale percaya bahwa menjadi perawat adalah panggilan spiritual, perawat bertanggung jawab mendampingi pasien untuk memperoleh kesembuhan.

2.1.1.2  Filosofi Watson
Teori Watson berfokus pada caring and healing dalam praktek dan pendidikan keperawatan. Watson menyimpulkan bahwa caring adalah pusat dari disiplin ilmu keperawatan. Pada filosofi ini Watson juga menjelaskan bahwa inti dari keperawatan adalah memiliki kemampuan terapeutik dalam semua prosedur keperawatan.

2.1.1.3  Filosofi Benner
Menurut Benner dan Wrubel (1989 dalam Alligood, 2010) perawatan adalah praktek caring yang dipimpin oleh moral dan etika perawatan dan tanggung jawab yang terbentuk dalam relasi antara perawat dan pasien. Domain praktek keperawatan Benner meliputi: (1) Peran penolong, (2) Fungsi pendidik- pembimbing (3) Fungsi diagnosa dan monitoring pasien, (4) manejemn efektif dari pergantian situasi yang cepat, (5) Memberikan dan memonitor intervensi dan regiment terapeutik, (6) Memonitor dan memastikan kualitas pada praktek praktek kesehatan, (7) serta kompetensi organisasi dan peran kerja.

2.1.2        Paradigma
Paradigma dan metapardigma sering ditemukan dalam literatur keperawatan. Paradigma menyediakan parameter dasar dan kerangka berpikir untuk mengorganisasikan sebuah disiplin ilmu. Paradigma sangat abstrak dan kurang spesifik dalam menjelaskan sebuah pengetahuan tetapi paradigma berisi struktur teoritis untuk membantu sautu disiplin ilmu (Milton, C.L, 2016).
Kuhn (1996) dalam Peterson (2009) menjelaskan bahwa paradigma meliputi (1) simbol-simbol umum (hukum-hukum yang diterima oleh komunitas ilmiah), (2) komitmen untuk percaya pada model model partikular, motivasi, dan  metode yang digunakan untuk membuat dan mengujinya, (3) berbagi nilai-nilai tentang hal yang paling bermakna dalam komunitas ilmiah tersebut, (4) disertai contoh masalah dan cara pemecahannya.
Parse (1987) dalam Peterson (2009) mengelompokkan paradigma menjadi dua yaitu (1) Paradigma Total mengacu pada individu sebagai makhluk biopsikosocial dan spiritual yang berinteraksi dengan lingkungan. (2) Paradigma Simultan mengacu pada manusia sebagai suatu kesatuan yang secara terus menerus saling berelasi dengan lingkungan.
Paradigma berfungsi untuk mengidentifikasi batasan batasan suatu disiplin ilmu.Paradigma juga menyediakan kesimpulan dari tujuan intelektual dan sosial keilmuan. Paradigma memberikan batasan dalam pengembangan lahirnya teori-teori namun, pengembangan paradigma tetap diperlukan untuk berkembangnya sebuah keilmuan. (Parse, 1987 dalam Paterson 2009).

2.2 Model konseptual dan teori keperawatan
Teori adalah visi yang koheren dari konteks, proses, dan hasil yang merupakan tujuan dari karya ilmiah (Meleis, 2012). Berdasarkan Meleis (2012) teori keperawatan adalah sebagai konseptualisasi beberapa aspek keperawatan yang  realitas dengan  tujuan menjelaskan fenomena, menjelaskan hubungan antara fenomena, memprediksi konsekuensi, atau asuhan keperawatan. Teori adalah struktur yang mencakup asumsi, konsep, deskripsi narasi, proposisi, dan contoh. Komponen struktural teori deskriptif meliputi : keadaan atau kondisi klien, pola tanggapan terhadap kondisi , situasi atau kejadian, analisis konteks kondisi, situasi, atau peristiwa dan pola tanggapan, analisis kondisi yang mempromosikan dan menghambat konteks (Meleis, 2012). Komponen struktural teori preskriptif meliputi: definisi situasi klien dan terapi keperawatan, proses dimana terapi diimplementasikan, pola respon status yang diinginkan atau hasil, konteks untuk diinginkan/ tanggapan yang tidak diinginkan dan hasil (Meleis, 2012).
Teori keperawatan merupakan salah satu komponet dari struktur hirerakhi dari pengembangan ilmu keperawatan yang terdiri atas metaparadigma, philosophy, konseptual model, teori keperawatan dan indikator empiris (Parker,2007).  Berdasarkan Fawcett (1993 dalam Parker, 2007) menunjukkan bahwa model konseptual digunakan dalam rangka untuk memandu pengembangan dan pengujian teori keperawatan. Teori keperawatan telah  mengalami  suatu  proses  evolusi  dan  akan  terus  berkembang.  
Model konseptual menjadi level pertama dalam pengembangan   teoritis  yang  diperlukan untuk kegiatan ilmiah. Hal ini dikarenakan model konseptual keperawatan memperlihatkan upaya manusia untuk mempertahankan keseimbangan melalui pengembangan mekanisme koping yang positif untuk mengatasi suatu stressor. Pengembangan model konseptual hingga menjadi suatu teori yang dapat diaplikasikan yang dapat dijelaskan sebagai berikut (Meleis, 2012):
a.       Sebelum-tahun 1955 dimulai dari Florence Nightingale yang kemudian dilakukan penelitian  sehingga terbentuklah filosofi keperawatan;
b.      Tahun 1955-1960 dilakukan oleh banyak penelitian sehingga lahirlah teori keperawatan. Teori keperawatan yang lahir seperti teori Peplau, Henderson, dan Abdellah;
c.       Tahun 1961-1965 adalah tujuan nasional keperawatan. Perkembangan penting lainnya terjadi selama periode ini. Pertama, dukungan federal diberikan kepada perawat yang ingin mengejar pendidikan doktor di salah satu ilmu dasar. Perkembangan kedua adalah peresmian jurnal, Ilmu Keperawatan;
d.      Tahun 1966-1970 adalah pengembangan teori untuk tujuan akademik. Pada tahun ini    dilakukan    pengembangan    teori    dengan    tujuan    untuk mengidentifikasi komponen struktural teori
e.       Tahun  1971-1975 adalah dimana metatheorists mendominasi. Penekanannya adalah pada mengartikulasikan, mendefinisikan, dan memberi penjelasan komponen teori dan proses yang melekat dalam analisis teori dan kritik;
f.       Tahun 1976-1980 adalah dimana pengembangan teori keperawatan dalam aplikasi;
g.      Tahun 1981-1985 adalaah teori keperawatan diterima sebagai alat untuk riset dan praktik;
h.      Tahun 1986-1990 adalah pengembangan metateori ke konsep;
i.        Tahun 1991-1995 adalah pengembangan middle range theory keperawatan;
j.        Tahun 1996-2000 adalah pemanfaat model keperawatan dalam praktek serta aplikasi hasil penelitian;
k.      Tahun 2000-2005 adalah pengembangan teori sesuai dengan kondisi yang ada.
Sama seperti model-model konseptual, teori-teori meliputi konsep-konsep dan proposisi. Dalam sebuah teori konsep-konsep di definisikan secara spesifik dan proposisi dijelaskan dengan lebih fokus. Sejarah perkembangan teori dalam keperawatan menyediakan konteks untuk memahami peran perawat sebagai ilmuan dalam pengembangan badan keilmuan keperawatan (Peterson, 2009).
Teori keperawatan adalah abstraksi sistematis atau formasi ide tentang praktek keperawatan realistis. Tujuannya adalah untuk menjelaskan, memprediksi, dan mengontrol praktek keperawatan untuk mendapatkan hasil yang baik. Teori dikelompokkan menjadi Grand Theory, Middle range theory.  Teori-teori dalam keperawatan dapat dilihat pada bagan 2.1.

Bagan 2.1 Teori-teori dalam keperawatan
Tokoh pengembang
Tahun
Teori
Jean Watson
1940
The Philosophy and Science of Caring
M.M. Leininger
1925
Transcultural Nursing
Martha Rogers
1914
Nursing: A science of Unitray Human Being
Virgina Henderson
1897
Henderson berfokus pada pemenuhan kebutuhan individu yang berhubungan dengan hirarki Maslow
Hildegard Peplau
1909
Interpersonal Relations in Nursing: A Conceptual Frame of Reference for Psycodynamic Nursing
 

 

3.      PEMBAHASAN

3.1 Analisis Hubungan Falsafah dan Paradigma dengan Model Konseptual dan Teori Keperawatan
Falsafah keperawatan merupakan  keyakinan tentang keperawatan yang mengkaji tentang penyebab-penyebab dan hukum-hukum yang mendasari suatu  fenomena-fenomena keperawatan yang terjadi dan adanya keingintahuan tentang fenomena-fenomena tersebut. Dari falsafah tersebut,  berbagai cara pandang atau paradigma pun bermunculan dimana manusia, lingkungan dan kesehatan serta keperawatan menjadi fokus kajian yang dipandang dari berbagai konsep. Konsep-konsep tersebut kemudian diuraikan dan dijelaskan secara lebih rinci dan dituangkan dalam suatu model konseptual. Sehingga, dari model tersebut dapat didefenisikan secara operasional tiap-tiap konsep terhadap fenomena-fenomena. Konsep-konsep tersebut dijelaskan melalui hubungan sebab akibat. Hubungan antara  beberapa konsep akan akan menghasilkan suatu teori yang merupakan kesimpulan dari hubungan hubungan beberapa konsep-konsep tadi.
Filosofi keperawatan dimulai oleh Florence Nightigale yang mengemukakan 4 komponen, yaitu manusia, lingkungan, kesehatan, dan keperawatan. Dari filosofi tersebut muncullah beberapa tokoh-tokoh yang memiliki cara pandang tentang keperawatan. Berbagai cara pandang ini melahirkan konsep dan teori tentang keperawatan. Kemudian dari berbagai konsep dan teori ini mulai diderivasi oleh beberapa peneliti di bidang keperawatan, sehingga melahirkan sudut pandang baru tentang keperawatan.
Marchuk, A (2014) mengemukakan bahwa falsafah keperawatan menekankan pada seni dalam menyampaikan ilmu keperawatan dengan kasih sayang dan mendahulukan martabat manusia. Menurut Marchuk, Filosofi ini didasarkan pada konsep paradigma keperawatan yang  menyoroti pentingnya memberikan asuhan keperawatan holistik untuk pasien dan keluarga mereka. Kemudian Marchuk menghubungkan filosofinya dengan teori Kenyamanan menurut Kolcaba, karena menurut Marchuk teori –teori diluar keperawatan bisa digunkan, tetapi harus mampu menunjukkan hubungan yang kuat dengan praktik keperawatan. Seperti yang dikemukakan oleh Fawcett (1985) bahwa setiap teori yang dipinjam dari disiplin lain harus ditempatkan dalam konteks keperawatan yang menghubungkan dengan model konseptual keperawatan yang logis, dan kemudian disebut dengan teori Synactive. Teori Synactive adalah kumpulan teori berasal dari berbagai bidang dan merupakan dasar untuk model konseptual perkembangan keperawatan (Marchuk, A, 2014).
 King’s (1981 dalam Shanta, L & Connolly, M, 2013) menetapkan bahwa profesi keperawatan sebagai suatu konsep tentang perawatan diri mereka sendiri, pasien, dan kolega serta kemampuan untuk bernegosiasi dalam lingkungan perawatan kesehatan. Setiap tingkat dalam sistem menuntut yang berbeda dari keterampilan yang saling terkait dan membangun satu sama lain. interaksi yang rumit ini, seperti dijelaskan di sini, menunjuk pada perlunya pengembangan kompetensi untuk berinteraksi dalam sistem. EI (Emotional Intelligence) menyajikan keterampilan yang tampaknya akan meningkatkan kemampuan perawat untuk menavigasi sistem ini. Perawat harus terus menemukan cara untuk mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk menanggapi rekomendasi yang mendalam dari para pemimpin dalam perawatan kesehatan. Penelitian tentang EI (Emotional Intelligence) merupakan penelitian yang menyajikan kesempatan bagi keperawatan untuk mengeksplorasi nilai dalam meningkatkan berbagai praktik keperawatan, dari interaksi dan efektivitas perawat dengan memenuhi kebutuhan pasien untuk membangun posisi dalam pengambilan keputusan dan kebijakan. Melalui landasan EI (Emotional Intelligence), perawat di semua tingkat sistem perawatan kesehatan dapat memimpin dan mengerahkan maksimal dalam memengaruhi pada desain ulang penting yang merupakan pusat untuk memenuhi rekomendasi (Shanta, L & Connolly, M, 2013).
Penelitian yang dilakukan oleh Risjord mengatakan bahwa perawat sering kebingungan ketika ditemukannya kesenjangan antara teori dan praktek. Hal ini diakibatkan karena sulitnya memahami teori-teori yang ada, yang berdampak sulitnya mengaplikasikan dalam praktik (Blasckwell, W, 2010). Tetapi  secara tersirat dalam sebuah penelitian keperawatan terapan merupakan suatu pedoman dalam praktek (Guest Editorial, 2012).
Theofanidis & Fountouki (2008) mengemukakan bahwa terjadi ambiguitas terhadap tingkat menganalisa teori keperawatan. Artinya teori yang ada masih harus dievaluasi lebih lanjut. Ada dua cara yang bisa dilakukan dalam mengevaluasi teori yang ada, yaitu secara kritik internal dan kritis eksternal. Kritik internal diidentifikasi melalui empat kriteria yang memeriksa konstruksi internal teori, yaitu: kejelasan, elaborasi logis, konsistensi, dan tingkat signifikan evolusi teori ini. Kritik eksternal berkaitan dengan aspek eksternal dari teori berkaitan dengan dunia nyata yang berasal dari manusia, lingkungan, kesehatan dan keperawatan. Kritik eksternal terdiri dari enam kriteria, yaitu: kecukupan, kegunaan, signifikansi, perbedaan, ruang lingkup dan kesederhanaan dari teori tersebut. Kesenjangan yang terjadi antara teori dan praktek ini juga menghambat perkembangan pengetahuan keperawatan, karena untuk menemukan identitas penegtahuan sangat penting untuk mengidentifikais dan mengatasi apa yang menghambat suatu kemajuan (Anonymous, 2010).
Pada penelitian Reed, Fitzgerald, dan Bish (2016) melihat pencampuran metodologi, toeri keperawatan, dan desain penelitian untuk menemukan model praktek advokasi keperawatan di deaerah pedalaman. Dengan menggabungkan unsur-unsur filosofi dan teori dalam menuntun sebuah desain dalam situasi etis dapat digunakan untuk memandu praktik keperawatan yang berkualitas. Menggabungkan filosofi dan teori keperawatan dalam metode desain penelitian akan meningkatkan hasil penelitian yang dapat menghasilkan sebuah model keperawatan.



4.      PENUTUP

4.1 Kesimpulan
           Falsafah keperawatan merupakan  keyakinan tentang keperawatan yang mengkaji tentang penyebab-penyebab dan hukum-hukum yang mendasari suatu  fenomena-fenomena keperawatan yang terjadi dan adanya keingintahuan tentang fenomena-fenomena tersebut. Dari falsafah tersebut,  berbagai cara pandang atau paradigma pun bermunculan dimana manusia, lingkungan dan kesehatan serta keperawatan menjadi fokus kajian yang dipandang dari berbagai konsep. Konsep-konsep tersebut kemudian diuraikan dan dijelaskan secara lebih rinci dan dituangkan dalam suatu model konseptual. Sehingga, dari model tersebut dapat didefenisikan secara operasional tiap-tiap konsep terhadap fenomena-fenomena. Konsep-konsep tersebut dijelaskan melalui hubungan sebab akibat. Hubungan antara  beberapa konsep akan akan menghasilkan suatu teori yang merupakan kesimpulan dari hubungan hubungan beberapa konsep-konsep tadi.
4.2        Saran
Perawat sebagai tenaga yang profesioanl harus memiliki integritas yang jelas, hal ini harus didukung oleh perkembangan ilmu keperawatan itu sendiri. Perawat harus dapat mengembangkan keilmuannya dengan cara pendekatan ilmiah, sehingga diharapkan banyak menghasilkan model-model konsep yang dapat mendukung keprofesionalan perawat. Perawat harus mampu menganalisis dan mengevaluasi model konseptual yang dipandang sebagai suatu karya ilmiah, atau salah satu aspek dari proses sains yang ditemukan dalam disiplin ilmu keperawatan. Perawat harus menjiwai falsafah-falsafah atau keyakinan-keyakinan terhadap nilai-nilai keperawatan yang menjadi pedoman dalam pemberian asuhan keperawatan. Perawat harus mampu memahami paradigma keperawatan yang menghubungankan berbagai teori  yang  membentuk suatu susunan antar teori guna mengembangkan  model  konseptual dan teori-teori sebagai kerangka kerja keperawatan.


DAFTAR REFERENSI

Alligood, MR & Tomey AM. (2010). Nursing theory: Utilization & Application/3nd ed. Public Inc: St. Louis.

Anonymous. (2010). Nursing philosophy; research conducted at mcmaster university has provided new information about nursing philosophy. Health & Medicine Week, 1, 18-38.

Asmadi.(2005). KonsepDasarKeperawatan. Jakarta: EGC.

Blackwell, W. (2010). Mark, Risjord, nursing knowledge, science, practice and philosophy. Theoretical Medicine and Bioethics, 32, 129-131.

Guest Editorial. (2012). Concept building: Applying rigor to conceptualize phenomena for nursing research. Applied Nursing Research, 25, 65-67

Hood & Leddy. (2006). Conceptual Bases of Professional Nursing. Lippincot William & Wilkins, Philadelphia.

Marchuk, A. (2014). A personal nursing philosophy in practice. Journal of Neonatal Nursing. 20, 266-273.

Milton, C.L. (2016). Ancient ethical practices of dualism and ethical implications for future paradigms in nursing. Nursing Science Quarterly, 29, 197-198.

Meleis, A. (2012). Theoretical nursing development and progress (5th ed.). Philadelphia,: Wolters Kluwer, Lippincott, Williams & Wilkins.

Nazir & Munith. (2011). Ilmu Filsafat dan penerapannya. Jakarta : EGC.

Parker. B,J & Creasia. L, J. (2007). Conseptual Foundation. Ed. USA : Mosby Inc.

Peterson,S.J. & Bredow, Timothy S. (2009). Middle Range Theories, Application to Nursing Research. Second edition. Philadelphia: Lippincott William & Wilkins.

Reed, P. G. (1995). A treastise on nursing knowledge development for the 21st century: Beyond postmodernism. Advances in Nursing Science, 17 (3), 70-84.

Reed, Fitzgerald, & Bish. (2016). Mixing methodology, nursing theory and research design for a practice model of district nursing advocacy. Nurse Researcher, 23(3), 37-41

Shanta, L & Connolly, M. (2013). Using King’s interacting systems theory to link emotional intelligence and nursing practice. J Prof Nurs, 29, 174-180.

Theofanidis, D &Fountouki, A. (2008). Nursing theory: a discussion on an ambiguous concept. International Journal of Caring Sciences, 1, 15-20.

Wilujeng, S.R. (2012). Filsafat, etika dan ilmu.Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro, 2, 79 – 90.

Tidak ada komentar: