1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perdebatan yang terjadi bertujuan untuk
menganalisis dan mengevaluasi model konseptual yang dipandang sebagai suatu karya ilmiah, atau salah
satu aspek dari proses sains yang ditemukan dalam disiplin ilmu keperawatan. Ilmu keperawatan merupakan cabang
dari ilmu pengetahuan yang memiliki teori – teori yang
terbentuk dari filosofi dan paradigma dari para filsuf dan ilmuwan di
bidang keperawatan. Falsafah
merupakan nilai - nilai atau pandangan atau kepercayaan yang mendasari suatu
kelimuan. Dalam hal ini, yang merupakan falsafah dalam keperawatanya itu
keyakinan perawat terhadap nilai-nilai keperawatan yang menjadi pedoman dalam
pemberian asuhan keperawatan. Paradigma keperawatan merupakan hubungan berbagai
teori yang membentuk suatu susunan yang mengatur
hubungan di antara teori guna mengembangkan
model konseptual dan teori-teori
sebagai kerangka kerja keperawatan (Asmadi, 2005).
Keperawatan
sebagai profesi dan badan keilmuan dalam
mengembangkan keilmuannya tidak terlepas dari falsafah, paradigma dan teori
keperawatan. Falsafah dan
paradigm melahirkan teori-teori keperawatan yang dikembangkan oleh beberapa
tokoh di bidang keperawatan. Model konseptual merupakan suatu rancangan
terstruktur yang berisi tentang konsep-konsep yang berkaitan dan teroganisir.
Teori keperawatan membutuhkan model konseptual yang berfungsi untuk memberi
gambaran tentang bagaimana konsep-konsep yang detail lebih disederhanakan
sehingga cocok untuk diaplikasikan. Model konseptual keperawatan mengandung
teori yang berasal dari falsafah dan paradigma tentang keperawatan.
Makalah ini akan membahas tentang hubungan falsafah
dan paradigm dengan model konseptual dan teori keperawatan.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1
Tujuan Umum
Untuk
mengetahui hubungan falsafah dan paradigm dengan model konseptual dan teori
keperawatan.
1.2.2
Tujuan Khusus
1.2.2.1 Mengetahui pengertian falsafah dan paradigm
keperawatan
1.2.2.2 Mengetahui model konseptual dan teori
keperawatan
1.2.2.3 Menganalisis
hubungan falsafah dan paradigm dengan model konseptual dan teori keperawatan
2. LANDASAN
TEORI
Bab ini akan membahas teori-teori
terkait falsafah, paradigma, teori keperawatan, dan model konseptual keperawatan.
2.1
Pengertian Falsafah dan Paradigma Keperawatan
2.1.1
Falsafah
Filosofi
atau Falsafah berasal dari bahasa Yunani, ‘phila’
yang berarti cinta dan ‘sophia’ yang berarti kebijaksanaan,
sehingga bisa dikatakan bahwa filosofi adalah kebijaksanaan yang penuh dengan
cinta. Filosofi keperawatan jiwa merupakan pandangan dasar mengenai hakikat
manusia dan esensi keperawatan jiwa yang akan dijadikan kerangka dalam
melaksanakan keperawatan jiwa (Nasir & Munith, 2011). Kemunculan filsafat
pada abad ke 5 SM merupakan pendobrakan terhadap jaman mitos pada masa itu.
Terjadi pempikiran terhadap dominasi jaman mitos atas klaim kebenaran. Masa ini
merupakan masa penting dimana akal mulai digunakan dalam upaya mencari
kebenaran, akal sebagai sarana mencari dan sebgai sumber kebenaran. Sejarah
pemikiran memasuki jaman baru yaitu jaman Logos.
Filsafat dikatakan sebagai Mother Of
Science. Dalam perkembangannya filsafat melahirkan cabang – cabang ilmu
yang berkembang menjadi ranting – ranting ilmu, sub-ranting ilmu. (Wilujeng,
2012). Filosofi
secara umum berdasarkan Hood dan Leddy
(2006) terbagi menjadi
beberapa area.
a. Logic yaitu
yang mempelajari pedapat baik rasional
maupun
irasional;
b. Epistemology yaitu yang mempelajari pengetahuan;
c. Philosophy of science yaitu
yang menjelaskan
tentang sains;
d. Metaphysics yaitu ilmu yang mempelajari tentang alam yang bersifat
pengalaman, kenyataan;
e. Philosophy of mind yaitu ilmu yang mempelajari tentang pikiran
seseorang;
f.
Moral philosophy yaitu ilmu yang mempelajari yang berhubungan
dengan nilai dan moral;
g. Philosophy of religion yaitu ilmu
yang mempelajari tentang arti
kehidupan;
h. Aesthetics
yaitu ilmu yang mempelajari tentang sesuatu yang indah
dan sesuai.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat dipahami bahwa
filosofi adalah pedoman yang
digunakan dalam suatu komunitas atau
individu untuk mencapai suatu tujuan.
Filosofi
keperawatan adalah sesuatu yang bersifat abstrak
dan
mengartikan
suatu fenomena keperawatan dengan
analisa,
alasan dan presentasi logic (Alligood, 2010). Filosofi keperawatan
sebagai pedoman dalam
menghasilkan
perawat profesional
yang memilki kemampuan dan sikap yang mengacu kepada:
a. Memahami hubungan antara manusia,
lingkungan dan
kesehatan;
b. Pendekatan keperawatan sebagai
disiplin sains;
c. Kesatuan antara perasaan dan
nilai
dalam praktik;
d. Menyatukan unsur
estetik dalam
kontribusi sehat dan sakit;
e. Menemukan misi
keperawatan;
f. Memahami keyakinan sistem personal tentang manusia, lingkungan, kesehatan,
dan
keperawatan
Bagi sebuah
keilmuan filosofi menampilkan kepercayaan dan nilai-nilai dan pandangan atau sudut pandang. Filosofi
keperawatan adalah pernyataan asumsi-asumsi dasar dan universal, kepercayaan,
dan prinsip-prinsip tentang sifat pengetahuan dan kebenaran (epistemologi) dan
tentang sifat kesatuan yang disajikan dalam metaparadigma. (Reed, 1995)
Dalam
keperawatan terdapat beberapa filosofi yang dikembangkan antara lain (Alligood,
2010) :
2.1.1.1
Filosofi Nightingale
Filosofi
Nightingale berorientasi pada lingkungan. Ia percaya bahwa lingkungan perlu
dimodifikasi agar berpengaruh pada pasien. Karyanya sebagian bersar berfokus
pada pasien dan lingkungan tetapi juga termasuk perawat dan kesehatan. Komponen-komponen filosofi
Nightingale dijelaskan sebagai berikut:
Lingkungan,
adalah apapun yang bisa dimanipulasi untuk menempatkan pasien pada kondisi yang
terbaik. Ini meliputi komponen fisik dan psikologis.
Manusia,
yaitu indiviu yang menerima keperawatan yang merupakan manusia yang dinamik dan
kompleks. Ini meliputi kondisi fisik, intelektual, emosional, sosial dan
spiritual.
Kesehatan,
Nightingale berpendapat bahwa kesehatan tidak hanya untuk menjadi baik, tetapi
juga kemampuan untuk menggunakan setiap tenaga yang dimiliki dengan baik. Ini
berarti tindakan preventif dan promotif diperlukan dalam pemberian asuhan.
Perawat,
Nightingale percaya bahwa menjadi perawat adalah panggilan spiritual, perawat
bertanggung jawab mendampingi pasien untuk memperoleh kesembuhan.
2.1.1.2
Filosofi Watson
Teori
Watson berfokus pada caring and healing dalam
praktek dan pendidikan keperawatan. Watson menyimpulkan bahwa caring adalah pusat dari disiplin ilmu
keperawatan. Pada filosofi ini Watson juga menjelaskan bahwa inti dari
keperawatan adalah memiliki kemampuan terapeutik dalam semua prosedur
keperawatan.
2.1.1.3
Filosofi Benner
Menurut
Benner dan Wrubel (1989 dalam
Alligood,
2010) perawatan adalah praktek caring yang dipimpin oleh moral dan etika
perawatan dan tanggung jawab yang terbentuk dalam relasi antara perawat dan
pasien. Domain praktek keperawatan Benner meliputi: (1) Peran penolong, (2)
Fungsi pendidik- pembimbing (3) Fungsi diagnosa dan monitoring pasien, (4)
manejemn efektif dari pergantian situasi yang cepat, (5) Memberikan dan
memonitor intervensi dan regiment terapeutik, (6) Memonitor dan memastikan
kualitas pada praktek praktek kesehatan, (7) serta kompetensi organisasi dan
peran kerja.
2.1.2
Paradigma
Paradigma
dan metapardigma sering ditemukan dalam literatur keperawatan. Paradigma
menyediakan parameter dasar dan kerangka berpikir untuk mengorganisasikan
sebuah disiplin ilmu. Paradigma sangat abstrak dan kurang spesifik dalam
menjelaskan sebuah pengetahuan tetapi paradigma berisi struktur teoritis untuk
membantu sautu disiplin ilmu (Milton, C.L, 2016).
Kuhn
(1996) dalam Peterson (2009)
menjelaskan bahwa paradigma meliputi (1) simbol-simbol umum (hukum-hukum yang
diterima oleh komunitas ilmiah), (2) komitmen untuk percaya pada model model
partikular, motivasi, dan metode yang
digunakan untuk membuat dan mengujinya, (3) berbagi nilai-nilai tentang hal
yang paling bermakna dalam komunitas ilmiah tersebut, (4) disertai contoh masalah
dan cara pemecahannya.
Parse
(1987) dalam Peterson (2009)
mengelompokkan paradigma menjadi dua yaitu (1) Paradigma Total mengacu pada
individu sebagai makhluk biopsikosocial dan spiritual yang berinteraksi dengan
lingkungan. (2) Paradigma Simultan mengacu pada manusia sebagai suatu kesatuan
yang secara terus menerus saling berelasi dengan lingkungan.
Paradigma
berfungsi untuk mengidentifikasi batasan batasan suatu disiplin ilmu.Paradigma
juga menyediakan kesimpulan dari tujuan intelektual dan sosial keilmuan.
Paradigma memberikan batasan dalam pengembangan lahirnya teori-teori namun,
pengembangan paradigma tetap diperlukan untuk berkembangnya sebuah keilmuan.
(Parse, 1987 dalam Paterson
2009).
2.2 Model konseptual dan
teori keperawatan
Teori
adalah visi yang koheren dari
konteks, proses, dan hasil yang
merupakan tujuan dari karya ilmiah (Meleis, 2012). Berdasarkan Meleis (2012) teori keperawatan adalah sebagai konseptualisasi beberapa aspek keperawatan
yang realitas dengan tujuan
menjelaskan fenomena,
menjelaskan hubungan
antara fenomena, memprediksi konsekuensi,
atau asuhan
keperawatan. Teori adalah struktur
yang mencakup asumsi, konsep, deskripsi
narasi, proposisi, dan contoh. Komponen struktural teori deskriptif meliputi : keadaan atau kondisi
klien,
pola tanggapan terhadap kondisi , situasi atau kejadian, analisis konteks
kondisi, situasi, atau peristiwa dan pola tanggapan, analisis kondisi yang mempromosikan
dan menghambat konteks (Meleis, 2012). Komponen struktural teori preskriptif meliputi:
definisi
situasi klien dan terapi
keperawatan, proses dimana terapi diimplementasikan,
pola respon status yang
diinginkan atau hasil, konteks untuk diinginkan/ tanggapan yang
tidak
diinginkan
dan hasil (Meleis,
2012).
Teori
keperawatan merupakan
salah satu komponet
dari struktur hirerakhi dari pengembangan ilmu keperawatan yang
terdiri atas metaparadigma, philosophy, konseptual model, teori keperawatan dan indikator empiris (Parker,2007).
Berdasarkan Fawcett (1993 dalam Parker, 2007) menunjukkan bahwa model konseptual digunakan dalam rangka
untuk memandu pengembangan
dan pengujian teori keperawatan. Teori keperawatan
telah mengalami suatu
proses evolusi
dan akan terus
berkembang.
Model konseptual menjadi level pertama dalam pengembangan teoritis
yang diperlukan untuk kegiatan ilmiah. Hal ini
dikarenakan model konseptual keperawatan memperlihatkan upaya
manusia untuk mempertahankan
keseimbangan melalui pengembangan mekanisme koping yang positif untuk
mengatasi suatu stressor. Pengembangan model konseptual hingga menjadi suatu teori yang dapat
diaplikasikan yang dapat dijelaskan
sebagai berikut (Meleis, 2012):
a. Sebelum-tahun 1955 dimulai dari Florence Nightingale yang kemudian dilakukan
penelitian sehingga terbentuklah filosofi
keperawatan;
b. Tahun 1955-1960 dilakukan oleh banyak penelitian sehingga lahirlah teori keperawatan. Teori keperawatan yang lahir seperti teori Peplau, Henderson, dan
Abdellah;
c. Tahun
1961-1965 adalah
tujuan
nasional keperawatan. Perkembangan
penting lainnya terjadi selama periode ini. Pertama, dukungan federal
diberikan kepada perawat yang ingin mengejar pendidikan doktor di salah
satu ilmu dasar. Perkembangan kedua adalah peresmian jurnal, Ilmu
Keperawatan;
d. Tahun 1966-1970 adalah pengembangan teori untuk tujuan akademik. Pada
tahun ini
dilakukan pengembangan
teori dengan
tujuan
untuk
mengidentifikasi komponen struktural teori
e. Tahun 1971-1975 adalah dimana
metatheorists mendominasi. Penekanannya adalah pada
mengartikulasikan, mendefinisikan, dan memberi penjelasan komponen teori dan proses yang melekat dalam analisis
teori dan kritik;
f. Tahun 1976-1980 adalah dimana pengembangan teori keperawatan dalam
aplikasi;
g. Tahun 1981-1985 adalaah teori keperawatan diterima sebagai alat untuk
riset dan praktik;
h. Tahun
1986-1990
adalah pengembangan
metateori
ke konsep;
i.
Tahun 1991-1995 adalah pengembangan middle range theory keperawatan;
j.
Tahun 1996-2000 adalah pemanfaat model keperawatan dalam praktek serta
aplikasi hasil
penelitian;
k. Tahun 2000-2005 adalah pengembangan teori sesuai dengan kondisi yang
ada.
Sama seperti
model-model konseptual, teori-teori meliputi konsep-konsep dan proposisi. Dalam
sebuah teori konsep-konsep di definisikan secara spesifik dan proposisi
dijelaskan dengan lebih fokus. Sejarah perkembangan teori dalam keperawatan
menyediakan konteks untuk memahami peran perawat sebagai ilmuan dalam
pengembangan badan keilmuan keperawatan (Peterson, 2009).
Teori keperawatan
adalah abstraksi sistematis atau formasi ide tentang praktek keperawatan
realistis. Tujuannya adalah untuk menjelaskan, memprediksi, dan mengontrol
praktek keperawatan untuk mendapatkan hasil yang baik. Teori dikelompokkan
menjadi Grand Theory, Middle range theory. Teori-teori dalam keperawatan dapat dilihat
pada bagan 2.1.
Bagan 2.1 Teori-teori
dalam keperawatan
Tokoh pengembang
|
Tahun
|
Teori
|
Jean
Watson
|
1940
|
The
Philosophy and Science of Caring
|
M.M.
Leininger
|
1925
|
Transcultural
Nursing
|
Martha
Rogers
|
1914
|
Nursing:
A science of Unitray Human Being
|
Virgina
Henderson
|
1897
|
Henderson
berfokus pada pemenuhan kebutuhan individu yang berhubungan dengan hirarki
Maslow
|
Hildegard
Peplau
|
1909
|
Interpersonal
Relations in Nursing: A Conceptual Frame of Reference for Psycodynamic
Nursing
|
3. PEMBAHASAN
3.1 Analisis Hubungan Falsafah dan Paradigma dengan
Model Konseptual dan Teori Keperawatan
Falsafah keperawatan merupakan keyakinan tentang keperawatan yang mengkaji
tentang penyebab-penyebab dan hukum-hukum yang mendasari suatu fenomena-fenomena keperawatan yang terjadi
dan adanya keingintahuan tentang fenomena-fenomena tersebut. Dari falsafah
tersebut, berbagai cara pandang atau paradigma pun bermunculan dimana
manusia, lingkungan dan kesehatan serta keperawatan menjadi fokus kajian yang
dipandang dari berbagai konsep. Konsep-konsep tersebut kemudian diuraikan dan
dijelaskan secara lebih rinci dan dituangkan dalam suatu model konseptual.
Sehingga, dari model tersebut dapat didefenisikan secara operasional tiap-tiap
konsep terhadap fenomena-fenomena. Konsep-konsep tersebut dijelaskan melalui
hubungan sebab akibat. Hubungan antara
beberapa konsep akan akan menghasilkan suatu teori yang merupakan
kesimpulan dari hubungan hubungan beberapa konsep-konsep tadi.
Filosofi
keperawatan dimulai oleh Florence Nightigale yang mengemukakan 4 komponen,
yaitu manusia, lingkungan, kesehatan, dan keperawatan. Dari filosofi tersebut
muncullah beberapa tokoh-tokoh yang memiliki cara pandang tentang keperawatan.
Berbagai cara pandang ini melahirkan konsep dan teori tentang keperawatan.
Kemudian dari berbagai konsep dan teori ini mulai diderivasi oleh beberapa
peneliti di bidang keperawatan, sehingga melahirkan sudut pandang baru tentang
keperawatan.
Marchuk, A (2014) mengemukakan bahwa falsafah
keperawatan menekankan pada seni dalam menyampaikan ilmu keperawatan dengan
kasih sayang dan mendahulukan martabat manusia. Menurut Marchuk, Filosofi ini
didasarkan pada konsep paradigma keperawatan yang menyoroti pentingnya memberikan asuhan
keperawatan holistik untuk pasien dan keluarga mereka. Kemudian Marchuk
menghubungkan filosofinya dengan teori Kenyamanan menurut Kolcaba, karena
menurut Marchuk teori –teori diluar keperawatan bisa digunkan, tetapi harus
mampu menunjukkan hubungan yang kuat dengan praktik keperawatan. Seperti yang
dikemukakan oleh Fawcett (1985) bahwa setiap teori yang dipinjam dari disiplin
lain harus ditempatkan dalam konteks keperawatan yang menghubungkan dengan model
konseptual keperawatan yang logis, dan kemudian disebut dengan teori Synactive.
Teori Synactive adalah kumpulan teori berasal dari berbagai bidang dan
merupakan dasar untuk model konseptual perkembangan keperawatan (Marchuk, A,
2014).
King’s
(1981 dalam Shanta, L
& Connolly, M, 2013) menetapkan bahwa profesi keperawatan sebagai suatu konsep tentang perawatan diri mereka sendiri,
pasien, dan kolega
serta
kemampuan untuk bernegosiasi dalam lingkungan perawatan kesehatan. Setiap
tingkat dalam sistem menuntut yang berbeda dari keterampilan yang saling
terkait dan membangun satu sama lain. interaksi yang rumit ini, seperti
dijelaskan di sini, menunjuk pada perlunya pengembangan kompetensi untuk
berinteraksi dalam sistem. EI
(Emotional Intelligence) menyajikan keterampilan yang tampaknya
akan meningkatkan kemampuan perawat untuk menavigasi sistem ini. Perawat harus
terus menemukan cara untuk mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk
menanggapi rekomendasi yang mendalam dari para pemimpin dalam perawatan
kesehatan. Penelitian
tentang EI (Emotional Intelligence)
merupakan penelitian yang menyajikan kesempatan bagi keperawatan untuk
mengeksplorasi nilai dalam meningkatkan berbagai praktik keperawatan, dari interaksi
dan efektivitas perawat dengan
memenuhi kebutuhan pasien untuk membangun posisi dalam pengambilan keputusan dan
kebijakan. Melalui landasan EI
(Emotional Intelligence), perawat di semua tingkat sistem
perawatan kesehatan dapat memimpin dan mengerahkan maksimal dalam memengaruhi
pada desain ulang penting yang merupakan pusat untuk memenuhi rekomendasi (Shanta, L & Connolly, M, 2013).
Penelitian yang dilakukan oleh Risjord mengatakan
bahwa perawat sering kebingungan ketika ditemukannya kesenjangan antara teori dan
praktek. Hal ini diakibatkan karena sulitnya memahami teori-teori yang ada,
yang berdampak sulitnya mengaplikasikan dalam praktik (Blasckwell, W, 2010). Tetapi secara tersirat dalam sebuah penelitian keperawatan
terapan merupakan suatu pedoman
dalam praktek (Guest
Editorial, 2012).
Theofanidis & Fountouki (2008) mengemukakan bahwa
terjadi ambiguitas terhadap tingkat menganalisa teori keperawatan. Artinya
teori yang ada masih harus dievaluasi lebih lanjut. Ada dua cara yang bisa
dilakukan dalam mengevaluasi teori yang ada, yaitu secara kritik internal dan
kritis eksternal. Kritik internal diidentifikasi melalui empat kriteria yang
memeriksa konstruksi internal teori, yaitu: kejelasan, elaborasi logis,
konsistensi, dan tingkat signifikan evolusi teori ini. Kritik eksternal berkaitan
dengan aspek eksternal dari teori berkaitan dengan dunia nyata yang berasal
dari manusia, lingkungan, kesehatan dan keperawatan. Kritik eksternal terdiri
dari enam kriteria, yaitu: kecukupan, kegunaan, signifikansi, perbedaan, ruang
lingkup dan kesederhanaan dari teori tersebut. Kesenjangan yang terjadi antara
teori dan praktek ini juga menghambat perkembangan pengetahuan keperawatan,
karena untuk menemukan identitas penegtahuan sangat penting untuk
mengidentifikais dan mengatasi apa yang menghambat suatu kemajuan (Anonymous,
2010).
Pada penelitian Reed, Fitzgerald, dan Bish (2016)
melihat pencampuran metodologi, toeri keperawatan, dan desain penelitian untuk
menemukan model praktek advokasi keperawatan di deaerah pedalaman. Dengan
menggabungkan unsur-unsur filosofi dan teori dalam menuntun sebuah desain dalam
situasi etis dapat digunakan untuk memandu praktik keperawatan yang
berkualitas. Menggabungkan filosofi dan teori keperawatan dalam metode desain
penelitian akan meningkatkan hasil penelitian yang dapat menghasilkan sebuah
model keperawatan.
4. PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Falsafah
keperawatan merupakan keyakinan tentang
keperawatan yang mengkaji tentang penyebab-penyebab dan hukum-hukum yang mendasari
suatu fenomena-fenomena keperawatan yang
terjadi dan adanya keingintahuan tentang fenomena-fenomena tersebut. Dari falsafah
tersebut, berbagai cara pandang atau paradigma pun bermunculan dimana
manusia, lingkungan dan kesehatan serta keperawatan menjadi fokus kajian yang
dipandang dari berbagai konsep. Konsep-konsep tersebut kemudian diuraikan dan
dijelaskan secara lebih rinci dan dituangkan dalam suatu model konseptual.
Sehingga, dari model tersebut dapat didefenisikan secara operasional tiap-tiap
konsep terhadap fenomena-fenomena. Konsep-konsep tersebut dijelaskan melalui
hubungan sebab akibat. Hubungan antara
beberapa konsep akan akan menghasilkan suatu teori yang merupakan
kesimpulan dari hubungan hubungan beberapa konsep-konsep tadi.
4.2
Saran
Perawat sebagai tenaga yang profesioanl harus memiliki
integritas yang jelas, hal ini harus didukung oleh perkembangan ilmu
keperawatan itu sendiri. Perawat harus dapat mengembangkan keilmuannya dengan
cara pendekatan ilmiah, sehingga diharapkan banyak menghasilkan model-model
konsep yang dapat mendukung keprofesionalan perawat. Perawat harus mampu menganalisis
dan mengevaluasi model konseptual yang dipandang sebagai suatu karya ilmiah, atau salah
satu aspek dari proses sains yang ditemukan dalam disiplin ilmu keperawatan. Perawat harus menjiwai falsafah-falsafah atau keyakinan-keyakinan terhadap nilai-nilai
keperawatan yang menjadi pedoman dalam pemberian asuhan keperawatan. Perawat harus mampu memahami paradigma
keperawatan yang menghubungankan berbagai teori yang
membentuk suatu susunan antar
teori guna mengembangkan model konseptual dan teori-teori sebagai kerangka
kerja keperawatan.
DAFTAR
REFERENSI
Alligood,
MR & Tomey AM. (2010). Nursing
theory: Utilization & Application/3nd ed. Public Inc: St. Louis.
Anonymous. (2010). Nursing philosophy;
research conducted at mcmaster university has provided new information about
nursing philosophy. Health & Medicine
Week, 1, 18-38.
Asmadi.(2005).
KonsepDasarKeperawatan. Jakarta: EGC.
Blackwell, W.
(2010). Mark, Risjord, nursing knowledge, science, practice and philosophy. Theoretical Medicine and Bioethics, 32,
129-131.
Guest Editorial. (2012). Concept building: Applying rigor to
conceptualize phenomena for nursing research. Applied Nursing Research, 25, 65-67
Hood & Leddy. (2006). Conceptual
Bases of Professional Nursing. Lippincot William & Wilkins,
Philadelphia.
Marchuk,
A. (2014). A personal nursing philosophy in practice. Journal of Neonatal Nursing. 20, 266-273.
Milton, C.L.
(2016). Ancient ethical practices of dualism and ethical implications for
future paradigms in nursing. Nursing
Science Quarterly, 29, 197-198.
Meleis, A.
(2012). Theoretical nursing development and progress (5th ed.).
Philadelphia,: Wolters Kluwer, Lippincott, Williams & Wilkins.
Nazir
& Munith. (2011). Ilmu Filsafat dan penerapannya. Jakarta
: EGC.
Parker. B,J
& Creasia. L, J. (2007).
Conseptual Foundation. Ed. USA : Mosby Inc.
Peterson,S.J. &
Bredow, Timothy S. (2009). Middle Range Theories,
Application to Nursing Research. Second edition. Philadelphia: Lippincott
William & Wilkins.
Reed, P. G. (1995). A treastise on nursing knowledge development for the 21st century:
Beyond postmodernism. Advances in Nursing
Science,
17 (3), 70-84.
Reed, Fitzgerald, & Bish. (2016). Mixing methodology, nursing theory
and research design for a practice model of district nursing advocacy. Nurse Researcher, 23(3), 37-41
Shanta, L & Connolly, M. (2013). Using King’s interacting systems
theory to link emotional intelligence and nursing practice. J Prof Nurs, 29, 174-180.
Theofanidis, D &Fountouki, A.
(2008). Nursing theory: a discussion on an ambiguous concept. International Journal of Caring Sciences,
1, 15-20.
Wilujeng,
S.R. (2012). Filsafat, etika dan ilmu.Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro, 2, 79 – 90.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar