A. Latar Belakang
Gagal nafas adalah ketidakmampuan
alat pernafasan untuk mempertahankan oksigenasi didalam darah, dengan atau
tanpa penumpukan CO2.
Terdapat 6 sistem sistem kegawatan salah
satunya adalah gagal nafas, dari 6 sistem tersebut Gagal nafas menempati urutan
pertama, Hal ini dapat dimengerti karena bila terjadi gagal nafas waktu yang
tersedia terbatas sehingga diperlukan ketepatan dan kecepatan untuk bertindak.
Sampai saat ini gagal nafas pada anak
masih merupakan salah satu penyebab mordibitas dan mortalitas terbesar
penderita yang dirawat di Ruang perawatan Intensif Anak RS Cipto Mangunkusumo
Jakarta (RSCM). Keterlambatan merujuk penderita diduga merupakan salah satu
penyebab tingginya angka kematian, disamping beratnya penyakit dasar, penyakit
penyerta dan penyulit selama perawatan.
Penatalaksanaan
perawatan gagal nafas memerlukan suatu ketrampilan dan pengetahuan khusus serta
penafsiran dan perencanaan maupun melakukan tindakan harus dilakukan dengan
cepat dan sistematis, oleh karena itu pengetahuan perawat tentang apa dan
bagaimana terjadinya gagal nafas sangat diperlukan.
B. Tujuan
Tujuan yang akan dicapai dari
mempelajari materi ini adalah mahasiswa mampu :
a.
Menjelaskan pengertian gagal
nafas
b.
Menyebutkan penyebab gagal
nafas
c.
Menyebutkan tanda-tanda gagal
nafas
d.
Menyebutkan diagnosa
keperawatan dan intervensi keperawatan pada anak dengan gagal nafas
e.
Menjelaskan penatalaksanaan
pada anak dengan gagal nafas
f.
Menjelaskan tahapan prosedur
RJP pada penatalaksanaan gagal nafas.
BAB
II
TINJAUAN
TEORI
A. Definisi
Gagal nafas adalah ketidakmampuan tubuh dalam mempertahankan
tekanan parsial normal O2 dan atau CO2 didalam darah. (Merenstein,
1995)
Gagal nafas adalah suatu kegawatan
yang disebabkan oleh gangguan pertukaran oksigen dan karbondioksida, sehingga
sistem pernafasan tidak mampu memenuhi metabolisme tubuh. (Staf pengajar ilmu
kesehatan anak, 1985)
B. Etiologi
1.
Faktor predisposisi
Terjadinya gagal nafas pada bayi dan anak dipengaruhi
oleh beberapa faktor yang berbeda dengan orang dewasa, yaitu :
1.
Struktur anatomi
a.
Dinding dada
Dinding dada pada bayi dan anak masih lunak disertai
insersi tulang iga yang kurang kokoh, letak iga lebih horisontal dan
pertumbahan otot interkostal yang belum sempurna, menyebabkan pergerakan
dinding dada terbatas.
b.
Saluran pernafasan
Pada bayi dan anak relatif lebih besar dibandingkan
dengan dewasa. Besar trakea neonatus 1/3 dewasa dan diameter bronkiolus ½
dewasa, sedangkan ukuran tubuh dewasa 20 kali neonatus. Akan tetapi bila
terjadi sumbatan atau pembengkakan 1 mm saja, pada bayi akan menurunkan luas
saluran pernafasan 75 %.
c.
Alveoli
Jaringan elastis pada septum alveoli merupakan ‘ elastic
recoil ’ untuk mempertahankan alveoli tetap terbuka. Pada neonatus alveoli
relatif lebih besar dan mudah kolaps. Dengan makin besarnya bayi, jumlah
alveoli akan bertambah sehingga akan menambah ‘ elastic recoil’.
2.
Kerentangan terhadap infeksi
Bayi kecil mudah terkena infeksi berat seperti
pneumonia, pada anak kerentangan terhadap infeksi traktus respiratorius
merupakan faktor predisposisi gagal nafas.
3.
Kelainan konginetal
Kelainan ini dapat mengenai semua bagian sistem
pernafasan atau organ lain yang berhubungan dengan alat pernafasan.
4.
Faktor fisiologis dan metabolik
Kebutuhan oksigen dan tahanan jalan nafas pada bayi
lebih besar daripada dewasa. Bila terjadi infeksi, metabolisme akan meningkat
mengakibatkan kebutuhan oksigen meningkat. Kebutuhan oksigen tersebut di capai
dengan menaikkan usaha pernafasan, dengan akibat pertama adalah kehilangan
kalori dan air; Kedua dibutuhkan kontraksi otot pernafasan yang sempurna.
Karena pada bayi dan anak kadar glikogen rendah, maka dengan cepat akan terjadi
penimbunan asam organik sebagai hasil metabolisme anaerib akibatnya terjadi
asidosis.
2.
Sebab gagal nafas
Jenis penyakit penyebab gagal nafas pada
bayi / anak
penyebab
|
Bayi / Anak
|
Jalan nafas bagian atas
:
Faring
Laring
Trakea
Jalan nafas bagian bawah
Bronkus/bronkiolus
Alveoli
Kompresi pulmonal
Susunan saraf
|
Makroglosis
Hipertropi
tonsil
Laringotrakeobronkitis
Epiglotis akut
Laringitis
difterika
Edema/stenosis
pasca intubasi
Benda asing
Bronkiolitis
Status
asmatikus
Pneumonia
Kelainan
jantung bawaan
Trauma
Luka bakar
Pneumonia
Trauma dada
Trauma
Ensefalitis
Takaran obat
berlebihan
Status
epileptikus
Sindrom
Guillain-Barre
|
Dikutip dari Brown dan Fisk, Anesthesia
for Children, Intensive Care
aspeect, Blackwell Scientific Publ (1979)
C. Patofisiologi dan Pathway
Terdapat 2 mekanisme dasar yang mengakibatkan kegagalan
pernafasan yaitu obstruksi saluran nafas dan konsolidasi atau kolaps alveolus.
Apabila seorang anak menderita infeksi saluran nafas maka akan terjadi :
1.
Sekresi trakeobronkial
bertambah
2.
Proses peradangan dan sumbatan
jalan nafas
3.
aliran darah pulmonal bertambah
4.
‘metabolic rate’ bertambah
Akibat edema mukosa, lendir yang tebal dan spasme otot
polos maka lumen saluran nafas berkurang dengan hebat. Hal ini mengakibatkan
terperangkapnya udara dibagian distal sumbatan yang akan menyebabkan gangguan
oksigenasi dan ventilasi. Gangguan difusi dan retensi CO2 menimbulkan
hipoksemia dan hipercapnea, kedua hal ini disertai kerja pernafasan yang
bertambah sehingga menimbulkan kelelahan dan timbulnya asidosis. Hipoksia dan
hipercapnea akan menyebabkan ventilasi alveolus terganggu sehingga terjadi
depresi pernafasan, bila berlanjut akan menyebabkan kegagalan pernafasan dan
akirnya kematian.
Hipoksemia akan menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah
pulmonal yang menyebabkan tahanan alveolus bertambah, akibatnya jantung akan
bekerja lebih berat, beban jantung bertambah dan akirnya menyebabkan gagal
jantung.
Akibat bertambahnya aliran darah paru, hipoksemia yang
mengakibatkan permiabilitas kapiler bertambah, retensi CO2 yang mengakibatkan
bronkokontriksi dan ‘metabolic rate’ yang bertambah, terjadinya edema paru.
Dengan terjadinya edema paru juga terjadinya gangguan ventilasi dan
oksigenisasi yang akhirnya dapat menimbulkan gagal nafas.
Pathway
Etiologi (bronkiolitis, status asmatikus, pneumonia)
Penurunan respon pernafasan
Kegagalan pernafasan ventilasi
Ketidakseimbangan
ventilasi dan perfusi
Hipoventilasi
alveoli
Gangguan
difusi dan retensi CO2
Hipoksia
jaringan
Otak kardiovaskuler paru-paru
Sel otak mati mekanisme
kompensasi (peningkatan
Heart
rate dan tekanan darah) kerja
pernafasan meningkat sekret, edema, wheezing PCO2
Tekanan intrakranial kelemahan otot jantung (
TD dan CO, bradikardi)
kelelahan , diaporosis, sianosis Gangguan pertukaran gas Depresi
Pusat pernafasan
Kejang, pusing, gelisah, penurunan
curah jantung intoleransi
aktivitas
kesadaran hipoventilasi
(tachipnea)
gagal
jantung
Bradipnea
Kardio
Respirasi Arrest
Gangguan
proses keluarga resti terjadi
kematian
D. Manifestasi klinik
Umum :
kelelahan, berkeringat
Respirasi : wheezing, merintih, menurun/menghilangnya suara
nafas,
cuping Hidung retraksi, takipnea,
bradipnea atau apnea,
sianosis.
Kardiovaskuler : bradikardia atau takikardia hebat,
hipotensi/hipertensi,
pulsus Paroksus 12 mmHg, henti jantung.
Serebral :
gelisah, iritabilitas, sakit kepala, kekacauan mental,
kesadaran Menurun, kejang, koma.
E. Pemeriksaan penunjang
Pengenalan dini gagal nafas sulit diketahui secara
klinis, pemeriksaan laboratorium yang terpenting untuk membantu diagnosa gagal
nafas ialah pemeriksaan analisa gas darah untuk mengetahui keadaan oksigenasi,
ventilasi dan keseimbangan asam basa, saturasi O2 dan pH darah.
Pada pemeriksaan BGA pada gagal nafas akan didapat
Hipoksemia, hiperkapnia, asidosis (respiratorik atau metabolik).
F. Pengkajian keperawatan.
a.
Riwayat keluarga
·
Riwayat keluarga tentang alergi
dan penyakit keturunan
·
Riwayat pasien tentang gangguan
petnafasan yang baru diderita, terkena infeksi, adanya alergi/iritasi, trauma.
b.
Kaji keadaan dada
·
Kaji suara nafas dan suara
nafas tambahan
·
Kaji adanya pembesaran anterior
/ posterior ukuran dada
·
Kaji peningkatan dan penurunan
taktil fremitus
·
Kaji adanya retraksi otot
supraklafikula, interkosta / subkostal
·
Kaji adanya hyperesonan (adanya
distensi alveoli)
·
Kaji adanya ekspirasi yang
memanjang.
c.
Observasi pernafasan :
·
Frekuensi
Kaji adanya takipnue, normal,
bradipnue
·
Kedalaman
Normal, terlalu
lambat (hypopnea), terlalu dalam (hyperpnea)
·
Kelancaran
Kurang usaha, dypnea, ortopnea berhubungan dengan adanya
retraksi interkostal / substernal, adanya wheezing, pulsus paradoxus (tekanan
darah turun saat inspirasi dan tekanan darah naik dengan ekspirasi)
·
Labored breating
Terus menerus, intermitten, secara tiba – tiba, kelelahan
dalam usaha pernafasan.
·
Tanda – tanda infeksi
Peningkatan suhu tubuh, pembesaran nodus limfa,
inflamasi membran mukus, keluarnya cairan purulen dari hidung dan kuping,
adanya sputum yang purulen.
·
Batuk
Kaji karakteristik batuk (produktif/kering) kapan waktu
terjadinya batuk (hanya malam hari/setiap waktu), frekuensi batuk yang
berkaitan dengan aktivitas dan suhu.
·
Wheezing
Kapan terjadinya wheezing; saat inspirasi / ekspirasi,
apakah memanjang, terjadi secara tiba-tiba/berlahan-lahan.
·
Sianosis
Catat distribusi sianosis (periperal, daerah bibir,
wajah), derajat, durasi, keterkaitan dengan aktivitas.
·
Nyeri dada
Terjadi pada anak – anak catat lokasi, penyebaran ke
leher/abdomen, dalam/dangkal.
·
Sputum
Pasien anak – anak dapat mengeluarkan sputum pada bayi
diperlukan section untuk mendapatka sempel, catat volume, warna, bau,
viskositas.
·
Adanya pernafasan yang buruk
Berhubungan dengan infeksi pernafasan.
d.
Kaji tanda terjadinya hipoxia
o
Hypotensi/hypertensi
o
Dyspnea
o
Bradikardi
o
Sianosis : perifer / sentral
o
Somnolen
o
Stupor
o
Coma
H. Diagnosa keperawatan dan
Intervensi keperawatan
1.
Gangguan pertukaran gas b/d
perubahan suplay oksigen, perubahan aliran darah ke pulmonal.
Kriteria hasil :
Anak menunjukkan peningkatan kapasitas ventilasi dan
pertukaran gas.
Intervensi :
o
Beri posisi yang dapat
memaksimalkan ekspansi paru; tinggikan kepala selama tidak ada kontraindikasi,
cek secara teratur posisi klien.
o
Pertahankan jalan nafas tetap
terbuka, hindari hyperektensi leher gunakan ‘sniffing’
posisi, anjurkan anak untuk mengeluarkan sputum.
o
Beri bantuan oksigen
o
Jika perlu pertahankan anak
tetap puasa
o
Kaji warna kulit
o
Observasi usaha nafas : Observasi
pergerakan dada, kembang kempis dada dan penggunaan otot bantu pernafasan
o
Monitor BGA
2.
Resiko tinggi terjadi kematian
b/d obstruksi jalan nafas.
Kriteria hasil :
Anak dapat bernafas, jalan nafas terbuka.
Intervensi :
o
Singkirkan penghalang (sekret) yang
dapat menghalangi pertukaran udara (jika mungkin)
o
Hindari situasi yang dapat
menyebabkan obstruksi jalan nafas atau aktivitas yang memerlukan kebutuhan
oksigen yang berlebihan.
o
Siapkan peralatan emergensi
o
Lakukan managemen emergensi
jalan nafas (RJP) sesuai prosedur
3.
Gangguan proses keluarga b/d
krisis situasi (penyakit serius pada anak)
Kriteria hasil :
Keluarga menunjukkan paham tentang penyakit anak dan
dapat menggunakan koping yang efektif.
Intervensi :
o
Beri informasi kepada keluarga
tentang proses penyakit pada anaknya
o
Terangkan tentang prosedur dan
terapi yang diberikan
o
Beri informasi tentang kondisi
anak
o
Anjurkan untuk mengekpresikan
perasaan keluarga khususnya tentang kondisi dan prognosis anak.
o
Susun suport sistem keluarga.
4.
Intoleransi aktivitas b/d
distress pernafasan
Kriteria hasil : anak mampu melakukan aktivitas tanpa merasa kelelahan.
Intervensi :
o
Kaji tingkat kemampuan
aktivitas anak
o
Berikan lingkungan yang nyaman
dan tenang
o
Atur posisi anak seseuai
kebutuhan
o
Berikan periode istirahat dan
hindari hal – hal yang melelahkan anak.
LAMPIRAN
BANTUAN HIDUP DASAR
PEDIATRIK
Langkah – langkah tindakan resusitasi dapat dibagi menjadi tiga
tahap :
Tahap I : Bantuan
hidup dasar (BHD), terdiri atas :
A
(Airway) : menguasai jalan nafas
B
(Breathing): membuat nafas buatan
C (Circulation) :
membuat aliran darah buatan
Tahap II :
Bantuan hidup lanjutan (BHL), terdiri dari :
D (Drug) : pengobatan dengan cairan dan obat
E
(EKG) : melakukan pemantauan dengan
alat
elektrokardiografi
F
(Fibrilasi) : menilai pengobatan dengan
defibrilator (untuk
fibrilasi
ventrikel)
Tahap III :
Bantuan hidup jangka panjang (BHJP), terdiri dari :
G (Gauging) :
menilai keadaan korban masih dapat diselamatkan
atau tidak
H (Human mentatiaon) : melakukan resusitasi
lanjutan dengan
orientasi Otak
I (Intensive care) : mengelola korban secara intensif
PENGKAJIAN
1.
Jika curiga trauma kepala,
jangan pindahkan atau gerakkan kepala/leher anak.
Hindari memindahkannya kalau anak tidak dalam bahaya
injuri lebih lanjut, jika anda akan membalikkan anak gulingkan kepala dan torso
sebagai satu unit, dukung kepala dan leher untuk mencegah pergerakan yang dapat
menyebabkan injuri lebih lanjut.
2.
Coba untuk membangunkan anak.
Tepuk anak dan panggil namanya dengan keras atau
kibaskan ujung kakinya dan lihat adanya respon / pergerakan.
3.
Segera cari bantuan.
4.
Jika anak tetap tidak berespon,
mulai lakukan CPR segera dengan membuka jalan nafas anak.
5.
Jika ada orang lain bersama
anda, minta untuk menelpon 118 (gawat darurat) untuk minta bantuan.
Jika anda sendirian tetaplah memulai RJP secepatnya,
tidak usah berhenti untuk menelpon 118, lakukan RJP selama 1 menit, lalu
telepon 118 gawat darurat secepatnya.
A = AIRWAY (JALAN NAFAS)
1. Tempatkan anak dengan posisi telentang (dengan
punggung) pada permukaan yang keras dan rata.
2. Posisi kepala dengan tepat dan buka jalan
nafas dengan meletakkan tangan penolong pada dahi dan letakkan jari (bukan ibu
jari) dari tangan yang lain dibawah tulang rahang bawah dekat pertengahan dagu.
Hati – hati, jangan terlalu
mendorong dahi terlalu jauh kebelakang
atau memberikan tekanan terlalu kuat pada rahang bagian bawah.
Pastikan bibir anak terbuka,
kemudian angkat dan miringkan sedikit
kepala kebelakang untuk menposisikan titik langit – langit hidung agar
memudahkan pemberian O2.
Posisi ini penting untuk mengalirkan udara masuk batang tenggorokan
kemudian menuju ke paru-paru.
3. Jika terdapat muntahan, bersihkan mulut
anak sebelum memberikan bantuan pernafasan.
4. Bersihkan sekret atau muntahan dengan jari
atau spuit balon setelah memiringkan kepala anak.
Jika menggunakan spuit balon,
peras dulu sebelum meletakkannya kedalam mulut, kemudian lepaskan tekanan balon
untuk memindahkan meterial.
a.
Jika penolong melihat objek
(sekret atau muntahan), masukkan tangan lain
ke dalam mulut.
b.Gerakkan / pindahkan jari ke arah anda ke dalam bagian belakang
tenggorokan. Tindakan ini akan membantu membuang benda asing.
B = BREATING (PERNAFASAN)
5.
Jika mulut sudah bersih,
kembalikan posisi kepala dan obserfasi dada untuk mengetahui apakah anak mulai
bernafas. Tempatkan telinga penolong dekat dengan mulut anak dan lihat,
dengarkan, rasakan nafas anak selama 3 – 5 detik.
6.
Jika anak tidak mulai bernafas,
penolong harus memberikan bantuan nafas
pada anak.
a. Buka lebar mulut anak, tutup hidung dengan
jari dan tutup mulut anak dengan mulut anda.
b. Beri 2 tiupan pelan sekitar 1- 1 ½ detik
lamanya, berhenti sebentar untuk menarik nafas.
Setiap tiupan nafas harus
cukup untuk mengangkat atau mengembangkan dada.
7. Jika penolong tidak melihat pengembangan
dada, kembalikan posisi kepala dan coba lagi.
Setelah reposisi kepala, jika
anda tetap tidak melihat pengembangan dada, ikuti untuk perawatan anak
tersedak.
8. Jika anak muntah, miringkan kepala dan
bersihkan mulut dengan jari atau dengan spuit balon.
C = CIRCULATION
(SIRKULASI)
9.
Setelah memberikan 2 tiupan
nafas dan melihat pengembangan dada, jika anak belum bernafas periksa nadi
anak.
10.
Tempatkan jari telunjuk dan
jari tengah anda dengan ringan pada lengan
bagian dalam dekat tubuh anak. Rasakan
selama 5 detik. Lakukan ini sebelum kasus menjadi lebih gawat.
11.
Jika terdapat nadi tetapi tidak ada pernafasan,
teruskan berikan nafas bantuan sampai anak mulai bernafas.
Pada banyi, anak 1 – 8 tahun, kecepatan kira-kira 1 kali nafas setiap 3
detik atau 20 kali per menit.
Bantuan pernafasan merupakan hal yang diperlukan agar
dapat mulai bernafas kembali.
Jika sudah dapat bernafas, lihat langkah nomor 18.
12.
Lakukan RJP (kompresi jantung)
jika tidak ada nadi.
13. Berikan posisi yang tepat untuk melakukan
kompresi jantung.
Gunakan satu tangan untuk
memegang kepala anak pada posisi yang benar. Gunakan tangan lain, tarik garis imajinsi yang
menghubungkan putting anak dan letakkan 2 jari pada titik di bawah garis
imajiner pada tulang rusuk.
14. Gunakan jari tengah dan kelingking, tekan
pada tulang rusuk dengan jarak ½ - 1 inci ulangi tekan 5 kali. Setiap setelah 5
kali kompresi berhenti dan beri anak 1 kali bantuan nafas.
15. Tekan dada kurang lebih 100 kali per
menit.
Untuk menghindari tidak
terlalu cepat hitung 1, 2, 3, 4, 5 dikepala anda.
16. Setelah sekitar 1 menit, berhenti dan
periksa anak untuk melihat apakah anak mulai bernafas atau nadi muncul.
Panggil nomor darurat 118 jika
anda sendiri.
Jika anda akan memindahkan
anak untuk mendapatkan bantuan/menghindari bahaya, usahakan untuk tidak
menghentikan RJP lebih dari 5 detik.
17. RJP dapat dihentikan jika setelah satu ini
muncul :
a.
Anak mulai bernafas dan detak
jantung mulai kembali normal.
b.
Anda digantikan oleh orang lain
yang dapat melakukan CPR.
c. Anda memperoleh bantuan medis dan sudah
dimulai tindakan lain.
d.
Anda kelelahan.
18.
Posisi pemulihan (Recovery
Position).
Jika anak mulai bernafas sendiri dan tidak dicurigai
adanya injuri, letakkan anak dengan posisi miring dengan kepala direbahkan pada
lengan dan dengan tungkai sebelah atas ditekuk lututnya dan istirahatkan pada
permukaan yang kuat dan rata.
Catat gambaran yang terlihat dan segera telepon 118.
CHEK
LIST PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN GAGAL NAFAS
1.
Identitas
a.
Nama : …………
b.Tempat/tgl. Lahir : ………..
c.
Umur : …………
d.
Jenis kelamin : …………
e.
Nama orang tua : …………
f.
Alamat : …………
2.
Diagnosa medik : ………….
3.
Anamnesa
a.
Keluhan utama : …………
b.Alasan masuk RS : ……….
c.
Riwayat penyakit sekarang :
………..
d.
Riwayat pasien tentang gangguan
pernafasan : …………
e.
Riwayat penyakit dahulu : ………..
f.
Riwayat penyakit
keluarga :
Ada penyakit keturunan, yaitu : …………
tidak ada penyakit
keturunan
4.
Riwayat alergi
Obat Makanan
5.
Riwayat imunisasi
BCG
|
POLIO
1 2
3 4
|
DPT
1 2
3
|
HEPATITIS
1 2 3
|
CAMPAK
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
6.
Pemeriksaan fisik
a.
Keadaan umum
1.
Berat badan :
2.
Tinggi badan :
3.
Lingkar kepala :
b.Kesadaran
komposmentis nnn sopor
apatis soporo
komatus
somnolen nn koma
c.
TTV
1.
temperature :
2.
Nadi :
3.
Pernafasan :
a.
Frekuensi :
b.
Kedalaman :
Zz normal hypopnea
hypernea
c.
Kelancaran :
Kurang usaha dypnea ortopnea
d.
Labored breathing :
Terus – menerus intermiten tiba - tiba
e.
Batuk :
1.
karakteristik ( produktif / non
produktif ) :
2.
Frekuensi batuk :
3.
Waktu terjadinya batuk ( hanya
malam hari/setiap waktu ) :
f.
Wheezing :
1.
waktu terjadinya wheezing
(inspirasi/ekspirasi) :
2.
Apakah memanjang :
3.
Terjadi secara
tiba-tiba/berlahan-lahan :
g.
Sputum :
1.
Volume sputum :
2.
Warna :
3.
Bau :
4.
Viskositas :
4.
Tekanan darah :
d.
Kulit
Sianosis turgor baik turgor jelek Dingin panas
e.
Hidung
Sekret peradangan kelainan
f.
Dada
1.
Inspeksi :
Postur :
Bentuk :
Kesimetrisan :
Ekspansi paru :
Retraksi interkostal :
2.
Palpasi :
Kaji keadaan kulit :
Nyeri tekan :
Adanya massa
:
Peradangan :
Kesimetrisan ekspansi
:
Taktil fremitus :
3.
Perkusi :
Resonan pekak hiperesonan bunyi
timpani
4.
Auskultasi :
Normal Ronchi wheezing