Konsep Dasar
1.
Pengertian.
Tumor intracranial meliputi lesi benigna dan maligna.
Tumor intracranial dapat terjadi pada beberapa struktur area otak dan pada
semua kelompok umur. Tumor otak dinamakan sesuai dengan jaringan dimana tumor
itu muncul.
2.
Penyebab
Tumor intracranial primer atau neoplasma berasal dari
sel intrinsic jaringan otak dan berasal dari kelenjar pituitary dan kelenjar
pineal. Sedangkan tumor
sekunder atau metastasis juga beperngaruh pada tumor intracranial. Tumor intracranial primer dibagi atas dua yaitu tumor intraserebral
primer dan tumor ekstrasebral primer.
3.
Type tumor otak
Tumor intraserebral primer :
a.
Glioma : astrocytoma,
oligodendrogliomas, ependymomas, medulloblastoma dan glioblastoma.
Terdapat pada jaringan konektif otak, infiltrasi
terutama pada jarinan hemisfer serebral, berkembang cepat.
Tumor ekstraserebral primer :
- Meningioma.
Terdapat pada lapisan meningeal yang menutupi otak.
Biasanya beningna tapi bias berubah menjadi ganas. Bisa timbul tanda dan gejala
neurologis seperti anosmia, atropi optic, palsi ekstraokuler, papiledema,
disfungsi serebelar.
- Tumor pituitary.
Terdapat pada berbagai jaringan.
- Neuroma.
Berasal dari sel Schwann pada saraf cranial ketiga.
Mulanya benigna kemudia berubah menjadi maligna.
Tumor metastase
Sel kanker menyebar ke otak via system sirkulasi,
pembedahannya sulit, dan prognosis jelek. Metastase dapat terjadi pada
epidural, meningeal atau parenkim otak.
4.
Patofisiologi
Gejala tumor intracranial dapat
memberikan efek local ataupun efek general. Pada lobus frontal terjadi gangguan
kepribadian, gangguan afek, disfungsi system motor, kejang, aphasia.. Pada
presentral gyrus dapat ditemukan kejang Jacksonian. Pada lobus oskipital
terjadi gangguan penglihatan, dan sakit kepala (headache). Lobus temporal bias
terjadi halusinasi pendengaran, penglihatan atau gustatory dan kejang
psikomotor, aphasia.. Pada lobus parietal dapat ditemukan ketidakmampuan
membedakan kiri – kanan, deficit sensori (kontralateral). Ada juga yang menekan
secara langsung pada struktur saraf menyebabkan degenerasi dan interferensi
dengan sirkulasi local. Bisa timbul edem local dan jika lama maka mempengaruhi
fungsi jaringan saraf.
Suatu tumor otak sesuai type
dimana-mana pada rongga cranial bias menyebabkan peningkatan tekanan
intracranial (TIK). Bila tumor berada di ventrikel maka dapat menyebabkan
obstruksi. Bila edema meningkat maka suplay darah ke otak menurun dan
karbondioksida tertahan. Pembuluh darah dilatasi untuk meningkatkan suplay
oksigen darah. Hal ini malah akan memperberat edem.
Papilledem merupakan efek general
dari peningkatan tekanan intracranial dan sering sebagai tanda terakhir yang
timbul. Kematian akibat kompresi batang otak.
5.
Komplikasi :
a.
Edema serebral
b.
Tekanan intracranial meningkat.
c.
Herniasi otak
d.
Hidrosefalus.
e.
Kejang.
f.
Metastase ke tempat lain.
6.
Studi diagnostic dan hasil.
a.
Scan otak. Meningkatt isotop
pada tumor.
b.
Angiografi serebral. Deviasi
pembuluh darah.
c.
X-ray tengkorak. Erosi
posterior atau adanya kalsifikasi intracranial.
d.
X-ray dada. Deteksi tumor paru
primer atau penyakit metastase.
e.
CT scan atau MRI. Identfikasi
vaskuler tumor, perubahan ukuran ventrikel serebral.
f.
Ekoensefalogram. Peningkatan
pada struktur midline.
7.
Manajemen medis.
Pengobatan tumor otak meliputi pembedahan, kemoterapi,
radiasi atau kombinasi ketiga – tiganya.
a.
Managemen umum. Terapi radiasi
dan nutrisi yang adekuat.
b.
Pembedahan. Kraniotomi,
kraninektomi, prosedur transpheniodal, prosedur shunting, dan reservoir Ommaya.
c.
Terapi obat. Kortikosteroid,
antikonvulsan, analgesic/antipiretik, histamine reseptor antagonis, antacids,
kemoterapi sistemik.
Asuhan Keperawatan Tumor Otak
1.
Pengkajian.
a.
Gangguan fokal neurologis. Pada
lobus frontal terjadi gangguan kepribadian, gangguan afek, disfungsi system
motor, kejang, aphasia.. Pada presentral gyrus dapat ditemukan kejang
Jacksonian. Pada lobus oskipital terjadi gangguan penglihatan, dan sakit kepala
(headache). Lobus temporal bias terjadi halusinasi pendengaran, penglihatan
atau gustatory dan kejang psikomotor, aphasia.. Pada lobus parietal dapat
ditemukan ketidakmampuan membedakan kiri – kanan, deficit sensori
(kontralateral).
b.
Meningkatnya TIK : letargi, HR
menurun, tingkat kesadaran menurun, papilledem, muntah proyektil, kejang,
perubahan pola napas, perubahan tanda vital.
c.
Mentasi. Perubahan kepribadian,
depresi, menurun daya ingat dan kemampuan mengambil keputusan.
d.
Disfungsi pituitary. Syndroma
cushing, akromegali, giantisme, hipopituitarisme.
e.
Nyeri. Headache persisten.
f.
Aktivitas kejang.
g.
Status cairan. Mual dan muntah,
urine output menurun, membrane mukosa kering, turgor kulit menurun, serum
sodium menurun, BUN, Hb, Hct, hipotensi, takikardi, berat badan menurun.
h.
Psikososial. Marah, takut,
berkabung dan hostility.
2.
Diagnosa Keperawatan.
a.
Gangguan body image berhubungan
dengan kehilangan rambut, dan perubahan struktur dan fungsi tubuh.
b.
Antisipasi berkabung
berhubungan dengan penerimaan kemungkinan kematian pasien.
c.
Kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan efek kemoterapi dan terapi radiasi.
d.
Gangguan rasa nyaman nyeri
berhubungan sakit kepala yang hebat dan efek samping pengobatan.
e.
Resiko tinggi volume cairan
menurun berhubungan dengan efek samping kemoterapi dan terapi radiasi.
3.
Perencanaan Keperawatan.
Diagnosa Keperawatan
|
Perencanaan Keperawatan
|
||
Tujuan dan criteria hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
|
Gangguan body
image berhubungan dengan kehilangan rambut, dan perubahan struktur dan fungsi
tubuh.
|
Pasien mengekspresikan gambaran diri yang positif
dengan criteria pasien menerima perubahan pada body imagenya.
|
1. Kaji reaksi pasien terhadap perubahan tubuhnya.
2. Observasi interaksi social pasien.
3. Pertahankan hubungan terapeutik dengan
pasien.
4. Anjurkan pasien untuk berkomunikasi
terbuka dengan petugas kesehatan atau orang penting lainnya.
5. Bantu pasien menemukan koping yang
efektif tentang body image.
|
Menentukan reaksi pasien terhadap perubahan body
imagenya
Withdrawl social bisaa terjadi karena penolakan.
Memfasilitasi suatu hubungan terapeutik yang terbuka
Ekspresi ketakutan secara terbuka dapat mengurangi
kecemasan
Membantu pasien menemukan strategi koping yang dapat
mengurangi kecemasan dan ketakutan
|
Antisipasi
berkabung berhubungan dengan penerimaan kemungkinan kematian pasien.
|
Pasien dan keluarga mampu ekspresikan rasa
berkabungnya dengan criteria perasaan pasien dan keluarga tentang rasa
berkabungnya diekspresikan dengan tepat.
|
1. Kaji reaksi pasien dan keluarga terhadap
diagnosis.
2. Anjurkan pasien untuk ekspresi perasaan
secara terbuka.
3. Antisipasi perasaan pasien akan kemarahan
dan ketakutannya.
4. Bantu pasien mereview pengalaman masa
lalu
5. Anjurkan pasien untuk berpartisipasi
dalam ADL
6. Rujuk pasien dan keluarga kepada kelompok
pendukung.
|
Menentukan proses berkabung dan strategi koping yang
digunakan.
Mengurangi kecemasan dan ketakutan.
Perasaan bimbang (tak menentu) bisa muncul setelah
shock akan diagnosis
Membantu pasien menemukan koping mekanisem
Mengurangi perasaan ketidakberdayaan.
Kelompok penduduk dapat membantu dalam hal support
emosional
|
Kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan efek kemoterapi dan terapi radiasi.
|
Integritas kulit pasien dipertahankan dengan
criteria kulit tetap intak, tidak ada kemerahan atau kerusakan.
|
1.
Kaji
integritas kulit tiap 4 jam
2.
Pertahankan
kulit bersih dan kering, gunakan sabun dan air untuk memandikan pasien.
3.
Reposisi
pasien setiap 2 jam
4.
Anjurkan
untuk intake cairan dan nutrisi yang adekuat.
|
Merah, kering, dan luka dapat terjadi pada daerah
radiasi, kemoterapi bias menyebabkan rash, hiperpigmentasi dan kehilangan
rambut.
Mencegah kerusakan kulit
Meningkatkan sirkulasi dan mencegah luka tekan
Dehidrasi dan malnutrisi dapat meningkatkan resiko
berkembangnya luka tekan.
|
Gangguan rasa
nyaman nyeri berhubungan sakit kepala yang hebat dan efek samping pengobatan.
|
Pasien bebas nyeri dengan criteria melaporkan tidak
ada ketidaknyamanan, tidak meringis, menangis, tanda vital dalam batas
normal, berpartisipasi dalam aktivitas dengan tepat.
|
1.
Kaji
lokasi, dan lamanya nyeri kepala dan nyeri insisi tiap 2 jam.
2.
Atur
pmberian analgesic/narkotik
3.
Berikan
kenyamanan pada pasien
|
Perubahan yang mendadak atau nyeri hebat dapat
menunjukkan TIK meningkat dan harus dilaporkan ke dokter.
Narkotik memberikan efek sedative.
Menghilangkan ketidaknyamanan dan kecemasan.
|
Resiko tinggi
volume cairan menurun berhubungan dengan efek samping kemoterapi dan terapi
radiasi.
|
Keseimbangan cairan yang adekuat dipertahankan
dengan criteria intake dan output seimbang,
turgor kulit dan membrane mukosa lembab, serum elektrolit, Hb, Hct,
dan tanda vital dalam batas normal
|
1.
Kaji
turgor kulit, membrane mukosa, haus, tekanan darah, HR, monitor serum
elektrolit, albumin dan CBC.
2.
Monitor
intake dan output
3.
Anjurkan
intake yang adekuat. Atur pemberian cairan per iv sesuai order
4.
Atur
pemberian antiemtek sesuai order.
|
Menentukan status dehidrasi.
Muntah dapat terjaid pasien dengan kemoterapi dan tera[I radiasi
Membantu mempertahankan hidrasi yang adekuat.
Mengurangi mual dan muntah
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar