MODEL KONSEPTUAL KEPERAWATAN DOROTHY E. JHONSON



BAB 1
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Keperawatan  merupakan sebuah profesi yang unik dan kompleks sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu keperawatan. Ilmu keperawatan berawal dari konsep dan teori keperawatan yang menjadi acuan pada pelaksanaan praktek keperawatan yang ada. Konsep merupakan sebuah ide abstrak yang perlu diuraikan atau dijelaskan dalam sebuah teori, sedangkan konsep keperawatan merupakan ide untuk menyusun suatu kerangka konseptual atau model keperawatan.
Model konsep keperawatan mengandung komponen dasar seperti adanya keyakinan dan nilai yang mendasari sebuah model, adanya tujuan praktek yang ingin dicapai dalam memberikan pelayanan ataupun asuhan keperawatan terhadap kebutuhan pasien, serta adanya pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan oleh perawat dalam mencapai tujuan yang ditetapkan sesuai kebutuhan pasien. Model konsep keperawatan digunakan dalam menentukan model praktek keperawatan yang akan diterapkan sesuai kondisi dan situasi tempat perawat tersebut bekerja. Selain itu, model konseptual keperawatan juga digunakan dalam penelitian dan pengajaran.
Pengetahuan tentang proses pengembangan empiris teori/model konseptual merupakan dasar untuk memahami disiplin ilmu keperawatan, sehingga perawat menyadari kebutuhan akan teori-teori keperawatan untuk membimbing penelitian dan praktek profesional keperawatan / pelayanan keperawatan dimana kualitas pelayanan keperawatan sangat mempengaruhi kualitas pelayanan kesehatan. Pemberian asuhan keperawatan menuntut seorang perawat untuk mampu berpikir kritis dan mengembangkan keilmuan, salah satunya dengan penggunaan model konsep keperawatan dalam aplikasi proses keperawatan.
Para ahli telah mengembangkan tingkatan Philosophical theory and model konseptual. Masing-masing model keperawatan memiliki ciri khas dan spesifikasi yang berbeda, Setiap konsep ini menjelaskan suatu fenomena mulai dari bersifat abstrak sampai konkrit. salah satunya adalah model konseptual Dorothy E Jonhson yang merupakan model konseptual yang berfokus pada memandang manusia sebagai sistem perilaku yang terdiri dari tujuh subsistem.


1.2  Tujuan Penulisan
1.2.1        Tujuan Umum
Memahami penerapan teori model konseptual Dorothy E. Johnson dalam asuhan keperawatan
1.2.2        Tujuan Khusus
1.        Mengidentifikasi sejarah Model Konseptual Keperawatan Dorothy E. Johnson
2.        Menganalisi fokus Model Konseptual Keperawatan Dorothy E. Johnson
3.        Mengidentifikasi isi /konten Model Konseptual Keperawatan Dorothy E. Johnson
1.3  Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari 3 bab yaitu bab 1 menjelaskan tentang latar belakang, tujuan, dan sistematika penulisan makalah. Bab 2 menjelaskan tinjauan model sistem perilaku Dorothy E. Johnson,  dan bab 3 adalah bab penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran dari makalah. 



 

BAB 2
TINJAUAN MODEL SISTEM PERILAKU DOROTHY JOHNSON

2.1 Sejarah Theory Dorothy E. Jhonson
Dorothy E. Johnson dilahirkan tanggal 21 Agustus 1919 di Savanah, George. Jhonson menerima A.A dari Amstrong Junior College di Savanah, Georgia (1938), S1 dari Vanderbilt University di Nashvillw, Tennesse (1942), dan MPH dari Harvard University di Boston (1948). Pada tahun 1948, dia menerima gelar Master di bidang kesehatan masyarakat dari Harvard University di Boston, Massachusetts. Pada tahun 1948 dia menerima gelar Master di bidang kesehatan masyarakat dari Harvard University di Boston, Massachusetts. Setelah lulus, pengalaman profesional Johnson sebagian besar melibatkan pengajaran, meskipun dia adalah seorang staff perawat di Dewan Kesehatan Chatham – Savannah dari tahun 1943 sampai 1944. Dia adalah seorang instruktur dan asisten profesor keperawatan anak-anak di Sekolah Perawatan Keperawatan Vanderbilt University. Dari tahun 1949 sampai dia pensiun pada tahun 1978 dan selanjutnya pindah ke Key Largo, Florida, Johnson adalah asisten profesor keperawatan anak-anak, seorang profesor keperawatan, dan seorang profesor keperawatan di University of California, Los Angeles. Pada tahun 1955 dan 1956, Johnson adalah seorang penasihat keperawatan anak yang ditugaskan ke Christian Medical College School of Nursing di Vellore, India Selatan. Dari tahun 1965 sampai 1967, dia menjabat sebagai ketua komite Asosiasi Perawat California yang mengembangkan pernyataan posisi mengenai spesifikasi spesialis klinis. Dia memiliki keyakinan kuat bahwa perbaikan perawatan terus berlanjut adalah tujuan akhir dari perawatan. Makalah 1968-nya yang berjudul, One Conceptual Model of Nursing, merupakan kontribusi klasik terhadap literatur keperawatan (Alligood & Tomey, 2010)
Model sistem perilaku Jhonson atau Jhonson Behaavioral System Model (JBSM) ini dikembangkan berdasarkan teori Florence Nightingale, yang ditulis dalam buku Notes on Nursing. Jhonson memulai pekerjaannya dalam model ini dengan premis bahwa keperawatan adalah suatu profesi yang bias memberikan kontribusi yang sangat besar bagi kesejahteraan masyarakat (Alligood & Tomey, 2010). Jhonson mencatat bahwa sistem model perilaku telah berproses dalam perkembangan kehidupannya. Jhonson termotivasi untuk bertanya beberapa hal pertanyaan, seperti apa isi dari pendidikan keperawatan karena inti dari pengetahuan keperawatan, pengetahuan bertujuan untuk apa akhirnya, apa tujuan keperawatan secara eksplisit. Dalam menjawab pertanyaan tersebut, Jhonson melihatnya untuk memperjelas misi sosial keperawatan dari perspektif pandangan teoritis tentang manusia dan menjelaskan ilmu pengetahuan yang dibutuhkan untuk tujuan keperawatan.
Dengan menggunakan pendekatan historis, empris, dan analitis, Jhonson mendefinisikan keperawatan adalah apa yang perawat lakukan dan berfokus pada manusia yang sakit atau yang mungkin dicegah menjadi sakit. Perspektif itu membawa Jhonson untuk menerima “pandangan teoritis tentang klien, manusia sebagai sistem perilaku dengan cara yang sama seperti dokter telah menerima pandangan teoritis tentang manusia sebagai sistem biologis (Fawcett, 2005).

2.2 Fokus Unik Theory Dorothy E. Jhonson
Fokus unik dari Model Sistem Perilaku adalah manusia sebagai sistem perilaku (Johnson, 1968, 1978a, 1980, 1990a). Lebih khusus lagi, fokus dari Model Sistem Perilaku adalah pada tingkah laku sosial, yaitu ciri dan tindakan yang dapat diamati dari manusia yang memperhitungkan keberadaan aktual atau tersirat dari makhluk sosial lainnya. Secara khusus, fokusnya adalah pada bentuk perilaku yang telah terbukti memiliki signifikansi adaptif utama (Fawcett, 2005).
Perhatian khusus diberikan pada masalah struktural atau fungsional aktual atau potensial dalam sistem perilaku secara keseluruhan dan dalam berbagai subsistem dan fungsi perilaku yang kurang dari tingkat yang diinginkan atau optimal (Johnson, 1980, 1990). Dua jenis kelainan sistem perilaku bersifat sangat relevan, yaitu yang berhubungan secara tangensial atau perifer terhadap gangguan pada sistem biologis. Artinya, mereka diendapkan hanya oleh fakta penyakit atau konteks perlakuan situasional, dan hal-hal yang merupakan bagian integral dari gangguan sistem biologis, dimana mereka terkait langsung  atau mendapat konsekuensi langsung dari gangguan sistem biologis tertentu ataupunterhadap perawatannya (Johnson, 1968).
Johnson (1990) juga menekankan bahwa penerimaan sistem perilaku sebagai klien adalah komponen utama dari model keperawatan ini. Johnson mengklaim bahwa konsep manusia sebagai sistem perilaku, atau gagasan bahwa pola respons spesifik manusia membentuk keseluruhan yang terorganisir dan terpadu adalah asli dengan dirinya, sejauh yang ia tahu (Johnson, 1980). Terdapat banyak literatur yang menyatakan dukungan pada klaimnya tersebut, salah satunya adalah Ackoff yang menggunakan istilah Behavioral System pada tahun 1960.

2.2.1   Kategori Ilmu
Model sistem perilaku diklasifikasikan sebagai sistem model. Model sistem perilaku ditempatkan sebagai contoh menonjol dari kategori outcome model dan juga mengklasifikasikan model sebagai fokus klien. Selain itu, model sistem perilaku juga dimasukkan ke dalam kategori intervensi skema klasifikasinya. Kesesuaian klasifikasi kategori sistem terbukti dalam perbandingan antara model Sistem Perilaku dengan karakteristik kategori pengetahuan sistem, seperti berikut:
·           Sistem
Manusia merupakan suatu sistem perilaku
·           Integrasi bagian
Bagian dari subsistem saling berkaitan dan terbuka, dan gangguan pada salah satu subsistem dapat mempengaruhi yang lainnya.
·           Lingkungan
Lingkungan internal dan eksternal termasuk dalam sistem ini, namun parameter khususnya tidak teridentifikasi.
·           Batas
Tampaknya ada sistem yang terbangun dengan fleksibilitas yang cukup untuk memperhitungkan fluktuasi yang biasa terjadi pada kekuatan yang menimpakan dan toleransi stres yang cukup bagi sistem untuk menyesuaikan diri dengan banyak fluktuasi umum namun ekstrim.
·           Tekanan, Stres, Tegangan, dan konflik
Kekuatan "alami" yang menimpa sistem perilaku dianggap sebagai sumber ketegangan atau stres, dan mengarah pada "penyesuaian atau adaptasi yang kurang lebih otomatis" yang diperlukan untuk melanjutkan keseimbangan dan stabilitas sistem perilaku.
·           Kestabilan
Keadaan mapan dikaitkan dengan keseimbangan sistem perilaku (Johnson, 1980). Meskipun konsep keseimbangan dan stabilitas sistem perilaku menyiratkan bahwa sistem berada pada titik tetap atau mencapai ekuilibrium saat stabil, Johnson tampaknya menganggap stabilitas sebagai ekuilibrium dinamis. Aspek model konseptual itu membutuhkan klarifikasi.
·           Umpan balik
Menurut Johnson (1978a), perlu dipahami mekanisme input, output, feedback, dan regulatory control untuk menganalisis fungsi sistem perilaku. Namun, sifat dari operasi sistem tersebut tidak dijelaskan.

2.3 Isi Theory Dorothy E.Jhonson
Teori model sistem perilaku Johnson membahas konsep metaparadigma dari manusia, lingkungan, dan keperawatan. Manusia adalah suatu sistem yang mempunyai tujuh subsistem yang berinteraksi satu dengan lainnya (Gambar 2.1), yaitu subsistem keterikatan / afiliasi, subsistem ketergantungan / dependency, subsistem ingestif,  subsistem eliminasi, subsistem seksual, subsistem pencapaian / achievement, dan subsistem agresif - proteksi (Alligood, 2014;  Fawcett, 2005). Setiap subsistem dibentuk oleh serangkaian respon perilaku atau kecenderungan respon atau sistem tindakan yang mempunyai kesamaan niat dan tujuan. Diatur oleh niat atau usaha (beberapa jenis struktur motivasi intraorganisme) mempunyai respon yang bisa dibedakan, dikembangkan dan dimodifikasi sepanjang waktu melalui kematangan pribadi, pengalaman dan proses belajar. Hal tersebut ditentukan perkembangan secara terus menerus dari faktor fisik, biologis dan psikologis yang bekerja dalam situasi yang komplek dan saling keterkaitan (Alligood, 2014).

Gambar 2.1 Model Sistem Perilaku Johnson
Tiap subsistem digambarkan dan dianalisa dalam konteks kebutuhan struktural dan fungsional. Empat elemen struktural yang telah diidentifikasi meliputi: (1) niat atau tujuan konsekensi utama dari perilaku terhadap niat atau tujuan yang tercakup didalamnya; (2) secara umum terdiri dari dua jenis, yaitu: persiapan (preparatory) atau apa yang seseorang biasa akan lakukan, dan perserative, kebiasaan untuk mempertahankan keadaan tertentu; (3) pilihan yang mewakili perilaku seorang pasien ketika melihat dirinya sendiri dalam berbagai situasi yang menyertainya; (4) tindakan atau perilaku yang ditunjukkan (Grubbs, 1980; Johnson, 1980 dalam Alligood, 2010). Sistem tersebut memainkan peranan yang sangat penting baik ketika seseorang akan menentukan suatu pilihan dan dalam perilaku yang sering ditunjukkan (Alligood, 2014).
Masing-masing subsistem mempunyai tiga persyaratan fungsional, yaitu perlindungan (protection), pengembangan (nurturance) dan perangsangan (stimulation). Persyaratan fungsional ini harus dipenuhi melalui upaya yang dilakukan oleh individu sendiri, atau dengan bantuan dari pihak luar yaitu dari perawat. Untuk mengembangkan dan mempertahankan stabilitas dari subsistem, masing-masing harus mempunyai persediaan persyaratan fungsional yang biasanya disediakan oleh lingkungan. Namun dengan demikian, selama seseorang mengalami sakit atau pada saat ada ancaman terhadap kesehatan, maka perawat menjadi salah satu sumber dari prasyarat fungsional.
Respon subsistem tersebut dikembangkan oleh motivasi, pengalaman, dan belajar serta dipengaruhi oleh faktor biologis, psikologis, dan sosial (Johnson, 1980 dalam Alligood, 2014). Sistem perilaku berusaha untuk mencapai keseimbangannya dengan menyesuaikan terhadap stimulus internal dan lingkungan. Sistem menjaga hubungannya dengan lingkungan sekitarnya, sistem ini muncul secara aktif dan tidak pasif. Perawat berada diluar dari sistem perilaku namun masih bisa tetap bisa berinteraksi dengan sistem tersebut.
Setiap ketidakseimbangan yang terjadi dalam sistem perilaku menghasilkan kebutuhan akan tindakan keperawatan (Brown, 2006 dalam Alligood, 2014). Intervensi keperawatan dapat berupa hal yang sangat umum. Jika sumber utama itu mempunyai struktur stressor, maka perawat dapat memfokuskan pada pencapaian tujuan yang dikaitkan dengan visi-misi dari masing-masing bagian.  Tujuan dari keperawatan adalah untuk mempertahankan atau menyimpan kembali dari tingkatan sistem perilaku pada saat hal tersebut diinginkan atau mungkin  untuk dicapai (Johnson, 1978 dalam Alligood, 2014).

2.3.1 Konten Utama dan Definisi 
Konsep                                                     Definisi
Perilaku
Johnson mendefiniskan perilaku seperti yang disepakati oleh para ahli biologi dan perilaku, yaitu suatu keluaran dari struktur intraorganisme dan proses yang terkoordinasi didalamnya serta dimunculkan dan direspon untuk mengubah stimulasi sensori. Johnson menitikberatkan pada perilaku yang dipengaruhi secara actual atau potensial terhadap segala sesuatu yang membutuhkan adaptasi atau penyesuaian keadaan yang bermakna (Johnson, 1980 dalam Alligood, 2010)
Sistem
Johnson menggunakan definisi sistem yang dicetuskan oleh Rapoport (1968) yaitu “Suatu sistem adalah suatu keseluruhan fungsi sebagai semua bagian yang memiliki ketergantungan antar bagian yang menyusun didalamnya”. Johnson sepakat dengan pendapat yang diungkapkan oleh Chin yang menyatakan bahwa “adanya suatu organisasi, interaksi, interdependensi dan integrasi dari seluruh unsur pendukungnya”. Selain itu, seorang manusia berusaha untuk mempertahankan suatu keseimbangan melalui perubahan dan penyesuaian terhadap kekuatan yang mempengaruhinya (Johnson, 1980 dalam Aligood 2010)
Sistem perilaku
Suatu sistem perilaku mencakup cara-cara berperilaku yang terpola, berulang dan memiliki tujuan. Cara berperilaku ini membentuk suatu fungsi unit yang tertata dan terintegrasi yang membedakan dan membatasi interaksi antara seseorang dan dengan lingkungannya serta membentuk suatu relasi antara seseorang dengan benda, peristiwa dan situasi yang ada pada lingkungan tempatnya berada. Biasanya suatu perilaku dapat dideskripsikan dan dijelaskan. Manusia sebagai suatu sistem perilaku berusaha untuk mencapai stabilitas dan keseimbangan dengan melakukan perubahan dan adaptasi, kondisi ini akan berhasil jika menggunakan fungsi yang efektif dan efisien yang ada dalam dirinya.
Subsistem
Sistem perilaku mempunyai beberapa aktivitas yang dilakukan, bagian dari sistem akan membentuk suatu subsistem yang memiliki aktivitas yang lebih spesifik. Suatu subsistem adalah suatu sistem kecil yang mempunyai tujuan dan fungsi tersendiri yang dapat dipelihara sepanjang hubungan dengan subsistem atau lingkungan yang lain tidak terganggu. Ketujuh subsistem yang teridentifikasi oleh Johnson bersifat terbuka, terkait satu dengan lainnya dan saling berhubungan satu dengan lainnya. Input dan hasil (output) merupakan komponen dari subsistem tersebut (Grubbs, 1980 dalam Alligood, 2010). Adanya motivasi dapat mengarahkan aktivitas subsistem yang senantiasa berubah melalui proses maturasi, pengalaman dan pembelajaran. Sistem ini menggambarkan seluruh proses yang terjadi di berbagai situasi dengan latar belakang budaya yang berbeda serta dikendalikan oleh faktor biologis, psikologis dan sosial. Ketujuh subsistem ini adalah keterikatan-afilasi (attachment-affiliative), ketergantungan (dependency), in gestif (ingestive), eliminasi (eliminative), seksual (sexual), pencapaian (achievement) dan agresif-proteksi (aggressive-protective) (Johnson, 1980 dalam Alligood, 2010).

Subsistem keterikatan-afilasi
(attachment-affiliative)
Subsistem yang paling kritis karena membentuk landasan untuk semua organisasi sosial. Pada kondisi umum, hal ini menjadi bagian pertahanan (survival) dan keamanan (security). Sebagai konsekuensinya adalah inklusi sosial, kedekatan (intimacy), susunan dan pemeliharaan ikatan sosial yang kuat.
Subsistem ketergantungan (dependency)
Dalam konteks yang luas, subsistem ketergantungan mengembangkan perilaku pemberian pertolongan (helping behavior) yang memunculkan adanya suatu respon terhadap kebutuhan pemberian asuhan keperawatan. Konsekuensinya adalah bantuan persetujuan, perhatian/pengenalan dan bantuan fisik. Pengembangannya, perilaku ketergantungan berubah dari perilaku bergantung dengan orang lain secara total menjadi lebih mandiri.
Subsistem ingestif (ingestive)
Subsistem ingestif adalah “segala sesuatu yang harus dikerjakan kapan, bagaimana, apa, berapa banyak makanan yang kita makan”. Hal ini menunjukkan fungsi yang luas dari kepuasan apetitif (appetitive). Perilaku itu berhubungan dengan pertimbangan sosial, psikologis dan biologis.
Subsistem eliminasi (eliminative)
Subsistem eliminasi membahas tentang “kapan, bagaiman dan kondisi tertentu yang memerlukan tindakan eliminasi”. Dalam hal ini, faktor sosial dan psikologis yang mempengaruhi aspek biologis dari subsistem ini dan memungkinkan pada suatu waktu tertentu bisa mengalami konflik dengan subsistem eliminasi.
Subsistem seksual (Sexual)
Subsistem ini memiliki fungsi ganda yaitu berkaitan dengan reproduksi (procreation) dan hal yang menciptakan kesenangan (gratification) yang didalamnya bukan hanya mencakup aktifitas seksual dengan pasangannya saja. Sistem respon ini dimulai dengan perkembangan peran dari identitas gender dan perilaku peran seksual.
Subsistem pencapaian (achievement)
Subsistem ini dimaksudkan untuk memanipulasi lingkungan. Hal ini berfungsi sebagai pengendalian atau penguasaan terhadap suatu aspek dari diri atau lingkungan untuk mencapai suatu keberhasilan yang diharapkan.
Subsistem Agresif-proteksi
(aggressive-protective)
Fungsi dari subsitem ini adalah perlindungan dan pemeliharaan. Hal tersebut lebih dikembangkan berdasarkan alur berfikir. Perilaku agresif tidak hanya dipelajari, tetapi memiliki intensitas primer untuk menyakiti orang lain. Masyarakat membutuhkan perlindungan diri sendiri (self-protection) serta segala sesuatu kepemilikkannya perlu dihargai dan dilindungi.

2.3.2        Asumsi Utama
2.3.2.1  Keperawatan
Keperawatan menurut Johnson adalah suatu kekuatan eksternal yang menjaga keteraturan dan kesatuan dari perilaku seseorang untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Hal ini dilakukan dengan cara menyediakan sumber-sumber dari dalam diri pasien ketika sedang stress atau mengalami ketidakseimbangan sistem perilaku. Menurut Johnson (1980), keperawatan memberikan bantuan dari luar diri pasien baik sebelum, selama dan sesudah terjadinya gangguan keseimbangan sistem sehingga memerlukan adanya rangkaian pengetahuan, gangguan dan kendali. Keperawatan tidak hanya bergantung pada pengobatan medis akan tetapi dapat membantu mempercepat pengobatan medis.

2.3.2.2  Manusia
Menurut Johnson (1980), manusia dipandang sebagai suatu sistem perilaku yang mempunyai pola yang terjadi secara berulang untuk menghubungkan seseorang dengan lingkungannya. Manusia merupakan suatu sistem perilaku dimana manusia mengenali stresor fisik ,psikologis dan sosial yang bekerja diluar diri. Keseimbangan sistem perilaku memerlukan keteraturan dan perilaku yang konstan. Keseimbangan sitem perilaku akan tercapai jika seseorang mampu beradaptasi terhadap stressor yang muncul dari luar diri untuk tetap menjaga fungsi efisien dan efektif dari seseorang.

2.3.2.3  Kesehatan
Johnson merefleksikan kesehatan sebagai suatu keadaan yang dinamis, seimbang, teratur, terintegrasi seluruh sub sistem dari sistem perilaku. Seseorang dikatakan sehat jika mampu mencapai keseimbangan sistem perilaku menuju kepada perilaku fungsional yang akhirnya mencapai beberapa keadaan diantaranya pengeluaran energi yang lebih sedikit daripada energi yang dibutuhkan, kemampuan bertahan secara biologis dan sosial, dan beberapa tingkatan dari kebutuhan pribadi telah tercapai.

2.3.2.4  Lingkungan
Teori Johnson mengemukakan bahwa lingkungan adalah semua faktor yang bukan dari sistem perilaku. Perawat bisa memanipulasi beberapa aspek dari lingkungan sehingga tujuan untuk mencapai keseimbangan sistem perilaku bisa tercapai bagi seorang pasien (Brown, 2006). Sistem perilaku menentukan dan membatasi interaksi antara seseorang dan lingkungannya dan membangun suatu hubungan antara seseorang terhadap benda, peristiwa, dan situasi yang terdapat dalam lingkungan tersebut. Sistem perilaku berupaya untuk mempertahankan keseimbangan untuk merespon faktor lingkungan dengan cara menyesuaikan diri dengan kekuatan yang memengaruhi seseorang. Lingkungan juga merupakan sumber dari perlindangan, pemeliharaan, dan stimulasi yang diperlukan sebagai syarat untuk memelihara kesehatan

Dari hasil analisa diatas,  kelompok menyimpulkan bahwa kekuatan pada konsep perilaku ini adalah Johnson memberikan kerangka acuan bagi perawat yang bersangkutan dengan perilaku klien tertentu. Model perilaku Johnson dapat digeneralisasikan di seluruh jangka hidup dan lintas budaya. Sedangkan kelemahan dari konsep ini adalah Johnson tidak secara jelas menggambarkan hubungan antar konsepnya dalam subsistem. Kurangnya definisi yang jelas untuk hubungan timbal balik antara dan antara subsistem membuat sulit untuk melihat seluruh sistem perilaku sebagai suatu entitas. Kurangnya keterkaitan yang jelas antara konsep menciptakan kesulitan dalam mengikuti logika kerja Johnson.



BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Model konseptual keperawatan Dorothy Johnson melakukan pendekatan pada sistem perilaku dimana individu dipandang sebagai sistem perilaku yang selalu ingin mencapai keseimbangan dan stabilitas, baik di lingkungan internal maupun lingkungan eksternal, serta memiliki keinginan dalam mengatur dan menyesuaikan dari pengaruh yang ditimbulkannya. Sebagai suatu sistem, maka di dalamnya terdapat komponen sub sistem yang membentuk sistem perilaku tersebut, yaitu ingestif, achievement, agresif, eliminasi, seksual, gabungan/tambahan, ketergantungan. Asuhan keperawatan dilakukan untuk membantu individu menfasilitasi tingkah laku yang efektif dan efisien untuk mencegah timbulnya penyakit.
Manusia merupakan makhluk yang utuh yang terdiri dari sistem perilaku tertentu. Lingkungan, termasuk masyarakat, adalah sistem eksternal yang berpengaruh terhadap perilaku seseorang. Seseorang dikatakan sehat jika mampu berespons / berperilaku adaptif baik fisik, mental, emosi dan sosial terhadap lingkungan internal dan eksternal dengan harapan dapat memelihara kesehantanya. Asuhan keperawatan dilakukan untuk membantu keseimbangan individu terutama koping atau cara pemecahan masalah yang dilakukan ketika ia sakit. Menurut Johnson, ada empat tujuan asuhan keperawatan kepada individu yaitu agar tingkah lakunya sesuai dengan tuntutan dan harapan masyarakat, mampu beradaptasi terhadap perubahan fungsi tubuhnya, bermanfaat bagi dirinya dan orang lain atau produktif serta mampu mengatasi masalah kesehatan yang dialaminya.

3.2 Saran
Perawat dalam melakukan asuhan keperawatan hendaknya menerapkan model konseptual keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan pasien. Untuk itu, diperlukan pemahaman yang baik dari perawat tentang berbagai model konsep keperawatan agar dapat memilih model apa yang akan digunakan, sehingga asuhan keperawatan yang diberikan berkualitas dan bermutu.




DAFTAR REFERENSI

Alligood, Martha,  R & Tomey, Ann, M. (2010). Nursing Theorist and Their Work, Seventh Edition. St.Louis.Missouri: Mosby Elsivier.
Alligood, Martha, R. (2014). Nursing Theorist and Their Work, Eight Edition. St.Louis.Missouri: Mosby Elsivier.
Brown, V. M. (2006). Behavioral System Model. In A. M. Tomey & M. R. Alligood (Eds.), Nursing theorists and their work (6th ed., pp. 386-404) Philadelpia: Mosby/Elsevier
Fawcett, J. (2005). Contemporary Nursing Knowledge : Analysis and Evaluation of Nursing Models and Theories (2nd ed). Philadelpia : F.A. Davis.
Grubbs, J. (1980). An Interpretation of the Johnson Behavioral System Model for Nursing Practice In J. P. Riehl & C. Roy (Eds), Conceptual models for nursing practice (pp. 217-254). New York: Appleton-Century-Crofts.
Johnson, D. E. (1968). One Conceptual Model in Nursing. Unpublished Lecture, Vanderbilt University, Nashville, TN.
Johnson, D. E. (1978). Implications fo Research – The Johnson Behavioral System Model. Paper presented at the Second Annual Nurse Educator Conference, New York City
Johnson, D. E. (1980). The Behavioral System Model For Nursing In J.P. Riehl & C. Roy (Eds), Conceptual models in nursing practice (2nd ed). New York: Appleton-Century-Crofts.
Johnson, D. E. (1990). The Behavioral System Model For Nursing In M. E. Parker (Ed.), Nursing theories in practice. New York: National League for Nursing.



Tidak ada komentar: