Analisis dan Evaluasi Model Konseptual Keperawatan Myra Estrin Levine; Teori Konservasi



BAB I

PENDAHULUAN

 

I.1 Latar Belakang

Keperawatan merupakan salah satu profesi yang memiliki peran penting dalam pelayanan kesehatan disamping keperawatan sedang mengalami perkembangan yang begitu pesat, baik dibidang praktik, penelitian, maupun pendidikan keperawatan. Ilmu keperawatan sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan, memiliki teori-teori yang terbentuk dari filosofi dan paradigma yang berbeda dari para pencetus teori keperawatan. Tidak semua teori dapat diaplikasikan secara langsung pada praktik keperawatan sehari-hari, tergantung pada kondisi pasien dan situasi lingkungan yang dialami pasien (Fawcett, 2005). Sehingga, perawat sebagai profesi yang menjalankan praktik berdasarkan batang tubuh ilmu keperawatannya, harus dapat mengenali dan memahami teori-teori yang berkembang dalam dunia keperawatan. Perkembangan ilmu pengetahuan keperawatan saat ini tidak terlepas dari upaya ahli keperawatan yang mengembangkan berbagai konsep model teori keperawatan untuk memberikan arah bagi perawat dalam melaksanakan kegiatan praktek keperawatan.
Salah satu model kosnseptual keperawatan adalah model keperawatan konservasi yang dikembangkan oleh Myra Estrin Levine. Tiga konsep utama konservasi model adalah holistik, adaptasi, dan konservasi (Tomey&Alligood, 2006). Tujuan dari model ini adalah untuk meningkatkan adaptasi dan mempertahankan keutuhan menggunakan prinsip-prinsip konservasi.
Makalah ini akan menganalisis tentang  model konseptual keperawatan yang dikemukakan oleh Myra E Levine yang memperkenalkan teori Konservasi.  Kerangka kerja dalam menganalisis teori konservasi ini mengacu pada buku yang ditulis oleh Fawcett (2005).



I.2 Tujuan Penulisan


Penulisan ini bertujuan agar penyusun mampu memberikan gambaran tentang model konseptual Mary E Levine yang meliputi:
·           Mampu menganalisa Model Konseptual Keperawatan Myra E Levine
·           Mampu mengevaluasi Model Konseptual Keperawatan Myra E Levine

I.3 Manfaat Penulisan

Penulisan makalah ini yang dilakukan diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan pengembangan sains keperawatan khususnya terkait dengan model konseptual Myra E Levine dan makalah ini diharapkan menjadi referensi tambahan ilmu dalam upaya pengembangan diri terutama dalam hal penerapan model konseptual Myra E. Levine.













BAB II

ANALISIS MODEL KEPERAWATAN MYRA E LEVINE

 


II.1 Riwayat Hidup

Myra Estrin Levine (1920-1996) lahir di Chicago, Illinois. Ia adalah anak tertua dari tiga bersaudara. Levine sangat mengagumi ayahnya yang seorang pekerja keras. Awal ketertarikan Levine pada keperawatan adalah saat ayahnya sering keluar masuk rumah sakit karena masalah gastrointestinal. Ibunya adalah ibu rumah tangga yang mendukung profesi Levine sebagai perawat (Parker & Smith, 2010). Levine mengembangkan minat dalam perawatan karena ayahnya sering sakit (mengalami masalah gastrointestinal) dan memerlukan perawatan (George, 2002).
Levine masuk di Universitas Chicago, tetapi karena masalah keuangan, dia memutuskan untuk keluar dan melanjutkan studi dan menyelesaikan program D3 Keperawatan di Cook Country School of Nursing dan lulus pada tahun 1944  memperoleh gelar Bachelor Science of Nursing (BSN) dari University of Chicago pada tahun 1949. Setelah lulus, Levine bekerja sebagai perawat sipil untuk US Army, Levine memiliki pengalaman bekerja di ruang operasi dan onkologi (Parker & Smith, 2010) sebagai supervisor perawat bedah, dan administrasi keperawatan. Levine menyelesaikan gelar S-1 di University of Chicago pada tahun 1944 dan mendapatkan gelar S-2 nya dari Wayne State University pada tahun 1962. Setelah mendapatkan gelar Master Science of Nursing (MSN) di Wayne State University pada tahun 1962, ia mengajar keperawatan di berbagai lembaga seperti University of Illinois di Chicago dan Tel Aviv University di Israel. Levine menulis 77 artikel yang dipublikasikan yang termasuk artikel “An Introduction to Clinical Nursing” yang dipublikasikan berulang kali pada tahun pada tahun 1969, 1973 & 1989.Ia juga menerima gelar doktor kehormatan dari Loyola University pada tahun 1992(Tomey&Alligood, 2006).
Levine meninggal pada tanggal 20 Maret 1996 di usianya ke 75 tahun. Levine pribadi menyatakan bahwa ia tidak bertujuan khusus untuk mengembangkan “Teori keperawatan” tetapi ingin menemukan cara untuk mengajarkan konsep-konsep utama dalam Keperawatan Medikal Bedah dan berusaha untuk mengajarkan siswa keperawatan sebuah pendekatan baru dalam kegiatan keperawatan. Levine juga ingin berpindah dari praktek keperawatan pendidikan yang  menurutnya sangat prosedural dan kembali fokus pada pemecahan masalah secara aktif dan perawatan pasien (George, 2002).

II.2 Analisa Langkah 1: Asal-usul model keperawatan

Levine konseptual model berfokus pada mempromosikan dan mengatur keutuhan dengan menggunakan prinsip konservasi (Parker, 2003) Model ini membimbing perawat untuk fokus dalam pengaruh dan respon dari level organismik. Aligood (2004) menjelaskan bahwa pada awal mulanya Levine mempelajari sudut pandang sejarah penyakit dan menyadari bahwa pemikiran manusia terhadap penyakit berubah sepanjang waktu. Model konsep ini juga sangat  dipengaruhi oleh defenisi sistem perseptual dari Erikson dan juga teori model lingkungan  Bates, (Aligood, 2003). Kedua teori itu membuat Levine menyadari bahwa lingkungan ekternal memberi tantangan cukup besar untuk manusia

II.3  Analisa Langkah 2: Fokus Yang Unik dari Model Keperawatan

Fokus Yang Unik dari Model Keperawatan konservasi adalah konservasi keutuhan manusia. Lebih khusus lagi, fokus model konservasi adalah adaptasi sebagai proses dimana manusia mempertahankan keutuhan atau integritas mereka. Dengan demikian, model menekankan efektivitas adaptasi manusia. Selain  itu, model konservasi memfokuskan perhatian perawat pada manusia dan kompleksitas hubungan mereka dengan lingkunagn internal dan eksternal, yang juga menekankan tanggung jawab perawat untuk konsevrasi energi pasien, serta integritas struktural, pribadi dan sosial.
Kategori dari Pengetahuan
Levine menganggap model konservasi adalah model interaksi, isi model konservasi berkaitan dengan interaksi antara manusia dan lingkungan. Dengan kata lain “Model adaptasi”.
·           Sistem: manusia atau organisme adalah sistem
·           Integritas: bagian – bagian dari sistem organisme
·           Lingkungan: lingkungan dipandang internal maupun eksternal
·           System terbuka: gagasan “keutuhan” dikaitkan dengan gagasan tentang system terbuka. Inetraski tak henti – hentinya organisme individu dengan lingkungan yang mewakili system “terbuka dan cairan”
·           Batas: karakteristik batas secara eksplisit ditujukan dalam model konservasi dalam diskusi tentang territoriality individu. “setiap individu memerlukan ruang dan pendirian batas – batas pribdai dan pertahanan mereka masing – masing yakni berupa komponan penting dari perilaku.
·           Ketegangan, stress, dan konflik: sumber ancaman terhadap keutuhan manusia atau integritas adalah tantangan lingkungan.
·           Keseimbangan dan kesetimbangan: Levine menyebutkan kesetimbangan ketika homerrhesis, yang menandakan “aliran stabil, dari pada keadaan statis”. Konsep aliran stabil lebih akurat mnecerminkan realitas perubahan harian serta perubahan dalam aktivitas fisiologis yang mencirikan proses pertumbuhan dan perkembangan”.
·           Umpan balik: umpan balik adalah metode untuk mengendalikan sistem oleh reinserting kedalamnya yang merupakan hasil dari masa lalu. Umpan balik yang positif diwujudkan ketika proses patologis terjadi dan dapat bertanggungjawab untuk patologi. Umpan balik negatif dikaitkan dengan autoregulation fisiologis sistem. Umpan balik negatif dikaitkan dengan mekanisme sukses adaptasi. Meskipun Levine membahas tentang kelangsungan hidup individu, ia juga membahas tenggapan fisiologis dan perilaku, yang dianggapnya sebagai satu dan sama – tidak hanya paralel dan tidak hanya stimultan, tetapi merupakan bagian – bagian penting dari kegiatan. Selain itu dia juga mengidentifikasi empat prinsip konservasi, yang dilihatkan seperti bergabung, tidak terisoliasi atau terpisah.

II.4 Analisa Langkah 3: Konten dari Konsep Model Myra Levine

Dalam model konsepnya, Myra Levine memandang manusia sebagai satu kesatuan yang holistik  dan beritegritas (Aligood, 2004). Berintegritas berarti manusia memiliki kebebasan untuk memilih dan melakukan sesuatu. Manusia juga memiliki sense of identity dan self worth (Parker, 2001) atau dengan kata lain manusia memiliki keunikan dan berharga. Lebih lanjut Levine mendefinikan manusia sebagai sistem dari sebuah sistem dan masing-masing bagian menjadikan manusia sebagai satu kesatuan. Dalam kehidupan manusia akan mengalami perubahan. Konsep utama dari model konsep ini adalah bagaimana manusia menghadapi perubahan dengan adaptasi (Aligood, 2004). Respon atau cara manudia menghadapi perubahan model konsep levine dikenal dengan Organismic response. Organismic respon adalah sebuah tingkah laku atau perubahan pda level fungsi selama seseorang beradaptasi dengan lingkungan. Level dari organismik respons menurut Parker (2005) diantaranya adalah:
1.      Respon terhadap rasa takut (Flight/fight response)
Respon ini merupakan respon paling primitif. Respon ini muncul apabila seseorang mengalami perubahan lingkungan yang tiba-tiba dan tidak diduga
2.      Respon Inflamantori
Respon ini merupakan mekanisme pertahanan tubuh dari hal-hal yang berbahaya di lingkungan. Kontrol lingkungan sangat penting.
3.      Respon terhadap stress
Pada level ini, respon dibangun menurut waktu dan dipengaruhi oleh setiap pengalaman stres yang dirasakan pasien. Jika stres terjadi dalam waktu lama, hal tersebut dapat membahayakan sistem.
4.      Respon Perseptual
Respon ini terjadi berdasarkan kesadaran perceptual seseorang. Hal tersebut terjadi sebagai pengalaman individu dengan dunia di sekitarnya. Seseorang menggunakan respon untuk mencari dan memperoleh keamanan.
Dalam Model konsepnya, Levine mendefenisikan lingkungan (baik eksternal maupun internal) merupakan suatu sistem yang mempengaruhi konsep adaptasi manusia (Parker, 2003). Adaptasi merupakan proses perubahahan ketika seseorang menahan integritas untuk menghadapi lingkungan eksternal dan internal (Aligood, 2004) dengan kata lain saat beradaptasi manusia menahan kebebasan dalam melakukan sesuatu untuk menghadapi lingkungan eksternal dan internal yang mempengaruhinya. Setiap Individu memiliki respon adaptasi yang berbeda bergantung pada suku, usia, jenis kelamin, atau berat tidaknya sebuah penyakit (Parker, 2003). Lebih lanjut Parker (2003) mengemukakan bahwa lingkungan menyempurnakan manusia sebagai sistem yang utuh. Manusia memiliki lingkungan internal dan eksternal. Lingkungan internal adalah lingkungan yang berasal dari dalam pasien. Lingkungan internal merupakan kombinasi dari aspek psikologi dan dan patopsikologi individu yang secara konstan dipengaruhi oleh lingkungan eksternal (Parker, 2003). Sementara itu lingkungan external merupakan lingkungan luar yang mempengaruhi individu. Aliigood (2004) mendefenisikan 3 level lingkungan eksternal dalam model konsep Levine yaitu
1.      Perseptual – Merupakan aspek dari lingkungan yang dapat diterima dan dirasakan seseorang menggunakan indra
2.      Operasional – Merupakan hal-hal dari lingkungan yang dapat mempengaruhi manusia secara fisik, walaupn manusia tidak dapat merasakan mereka. Misalnya Bakteri atau kuman dari lingkungan
3.      Konseptual – Pada level ini lingkunan dibangun atas dasar kebudayaan dan juga agama yang dimediasi oleh bahasa, pemikiran dan sejarah. Misalnya Norma, nilai, budaya, dan kepercayaan.
Levine mengemukan bahwa kondisi sehat adalah ketika seorang mampu beradaptasi dengan efektif. Adaptasi efektif akan membawa pasien ke konservasi yang merupakan suatu kondisi ketika pasien dapat mencapai level maksimum kesehatan dengan menggunakan minimum energi (Sitzman, 2005). Alligood (2004) mendefenisikan konservasi sebagai cara sebuah sistem mampu untuk berfungsi walaupun menghadapi tantangan yang berat.  Tujuan dari konservasi adalah kesehatan dan kekuatan untuk mencegah terjadinya kecacatan.
Aligood (2004)  mengungkapkan empat level Konservasi Myra Levine yaitu:
1.      Konservasi energi
Pada konservasi ini seorang individu harus memiliki keseimbangan energi keluar dan masuk agar dapat melakukan aktifitas sehari-hari dengan baik.
2.      Konservasi Integritas Struktural
Konservasi ini berarti cara-cara yang dilakukan untuk mengembalikan kondisi tubuh ke kondisi sehat dan mencegah terjadi kerusakan yang lebih parah
3.      Konservasi integritas personal
Pada konservasi ini, seserang sebagai manusia yang memiliki identitas, harga diri, dan kedudukan.
4.      Konservasi integritas Sosial
Pada Konsevasi ini, manusia merupakan mahluk sosial yang membutuhkan suprt system untuk dapat menjalani kehidupan yaitu keluarga, kelompok masyarakat, dan pemuka agama.
Seseorang dikatakan sehat dan mencapai keutuhan jika keempat konservasi di atas dapat dipenuhi dan dikatakan sakit dan tidak mencapai keutuhan jika keempat konservasi di atas tidak dapat dipenuhi. Secara sederhana, konsep sehat sakit dari Model Konsep Myra Levine adalah sebagai berikut

Sehat
Mampu untuk berkonservasi
Bagan II.1 konsep sehat – Sakit model konsep Myra Levine
Sakit
Kelebihan kerja
Kurang tidur
Kurang Nutrisi
Luka di kulit
Fraktur
Deformitas

de
Gagal mencapai tujuan
Harga diri renda


Kehilangan supoort sistem
Gagal untuk berkonservasi
ENERGI
INTEGRITAS STRUKTURAL
INTEGRITAS PERSONAL

INTEGRITAS SOSIAL
Aktifitas dan tidur seimbang
Nutrisi baik
Postur bagus
Kerbesihan baik
Tidak luka
Konsep diri baik

Memiliki supoort sistem

 
          Dalam model konsepnya, Levine mengungkapkan bahwa perawat berperan dalam memenuhi setiap konversi pasien dengan baik (Parker, 2011) Asuhan keperawatan melihat manusia secara holistik dan memperhatikan setiap bentuk konservasi. Peran perawat dalam model konsep Levine berdasarkan konservasi adalah sebagai berikut (Aligood, 2004)
1.                  Konservasi energi
Pada konservasi ini perawat membantu pasien untuk pasien menyimbangkan  energinya agar tidak lemah dengan cara memperhatikan istiraha dan makan
Contoh: Menjaga nutrisi dan istirahat pasien dengan masalah nutrisi
2.                  Konservasi intergritas struktural
Pada konservasi ini perawat membantu proses penyembuhan fungsi dan struktur pasien dan mencegah terjadinya kerusakan yang lebih parah.
Contoh: Latihan ROM pada pasien dengan Struk, Pengobatan luka dekubitus pada klien tirah baring
3.                  Konservasi integritas personal
Perawat menghargai pasien dengan cara memanggil nama mereka, menghormati keinginan meraka, menghargai hal-hal personal pasien, menjaga rahasia dan kenyamanan pasien.
Contoh: Tidak membocorkan status kesehatan pasien kepada orang lain
4.                  Konservasi integritas sosial
Perawat membantu pasien untuk melakukan komunikasi dengan keluarga, orang lain dan juga pemuka agama jika perlu.
Contoh: Memfasilitasi klien dengan keluarga
Menurut model konsep Levine, perawat memiliki fungsi yang signifikan dalam meningkatkan keutuhan sehingga klien dapat mencapai konservasi dengan baik. Asuhan keperawatan menurut Levine harus berdasarkan pada level konservasi (Aligood, 2004)
Tujuan praktik keperawatan dari model konservasi adalah untuk mempromosikan adaptasi dan menjaga keutuhan dengan menggunakan prinsip konservasi (Parker, 2003) Perawat diharapkan melihat setiap level konservasi dan menganalisa kemungkinan masalah yang terjadi jika seseorang tidak dapat mencapai level konservasi dengan baik. Menggunakan model konsep dalam praktik  mengharuskan perawat mengerti hal yang lumrah tentang kesehatan, manusia,lingkungan, dan perawat itu sendiri. Tujuan dari perawat menggunakan model konsep ini untuk mempromosikan kesehatan. Selain itu Aligood (2004) juga mengemukan bahwa tujuan dari asuhan keperawatan dengan menggunakan model konsep Levine adalah untuk mempromosikan kesehatan, menyadari bahwa setiap individu membutuhkan aktifitas yang unik dan berkelompok. Selain itu seseorang akan selalu memperhatikan intergritasnya dan tanggung jawab perawat adalah untuk membantu, membela dan mencari cara agar dapar menjadikannya nyata.


BAB III

EVALUASI  MODEL KEPERAWATAN MYRA E LEVINE



III. 1 Evaluasi Langkah 1 : Penjelasan Asal Usul Model Konseptual Myra E Levine

Asal usul dari teori model konservasi Levine berasal dari teori perkembangan “Mengapa” tindakan keperawatan itu dilakukan, yang artinya tindakan keperawatan itu berbasis konsep ilmiah. Filosofi klaim Levine yakni kesucian hidup dan pencegahan penderitaan. Manusia dianggap sebagai mahkluk yang berada dalam lingkungan, baik lingkungan internal maupun eksternal. Sistem nilai Levine menyatakan bahwa manusia itu berbasis sistem moral yang dilihat secara utuh, yang memandang hak – hak pasien sebagai manusia secara realistis. Teori model konservasi Levine menghubungan masalah keperawatan, mendorong kebebasan dari eksplorasi dalam praktik, penelitian, dan pendidikan tanpa menghilangkan integritas antara praktisi dengan pasien, sehingga teori model Levine ini banyak mempengaruhi sekolah keperawatan maupun disiplin ilmu lainnya. Hal ini dikarenakan Levine menghubungan teori model konservasi dengan llingkungannya Nightingale tentang observasi, lingkungan, dan keperawatan.

III.2 Evaluasi Langkah 2: Pemahaman Isi

Menurut Fawcett (2005) suatu teori keperawatan dikatakan mempunyai makna yang dalam dan luas jika mengandung empat paradigma yaitu manusia/individu, kesehatan, lingkungan, dan keperawatan. Hal ini perlu dimiliki karena setiap paradigma haruslah didefinisikan dan dideskripsikan yang nantinya akan mengacu pada praktik keperawatan. Teori ini nantinya akan digunakan dalam bagian proses keperawatan atau metodologi dalam praktik keperawatan.
Konservasi mendeksripsikan sistem yang kompleks yang bisa dilanjutkan untuk fungsi suatu tindakan meski sangat menantang dalam pengaplikasinnya. Tujuan dari konservasi adalah kesehatan dan kekuatan untuk melawan ketidakmampuan seorang individu. Levine dengan Teori Model Konservasinya menguraikan empat paradigma dengan karakteristiknya masing-masing.

1)      Manusia / Individu
Manusia/Individu dipandang memiliki pola diri yang pasti dan unik. Pola ini telah dibentuk untuk menjamin kesuksesan dari pencapaian aktivitas dasar dalam hidup individu itu sendiri. Melihat adanya pola diri yang adaptif, hal ini mendemonstrasikan bahwa adaptasi adalah sesuatu yang historical dan spesifik pada diri seorang individu. Selain itu pola adaptasi bisa tersembunyi di gen seorang individu. Pada pola adaptasi dikenal istilah redudansi. Redundansi merupakan pilihan gagal-berhasil pada individu yang melakukan adaptasi. Kehilangan segi redudansi yang didapat dipengaruhi oleh trauma, faktor usia, penyakit,  atau kondisi lingkungan,  membuat individu ini sulit untuk mengatur hidupnya (Alligood, 2014).
2)      Lingkungan
Lingkungan didefinisikan Levine (Fawcett, 2005) terbagi menjadi lingkungan internal dan eksternal. Didalam lingkungan internal meliputi dua dimensi , Homeostatis dan Homeorrhesis. Homeostatis yang merupakan suatu keadaan statis mengembangkan dasar yang penting yakni sinkskronasi antara fisiologis dan psikologis. Sedangkan Homeorrhesis merupakan  aliran yang stabil. Hal ini menekankan ketidakstabilan perubahan dari waktu- ke waktu dan lebih mendeskripsikan pola adaptasi yang luar biasa atas individu dalam menanggapi perubahan yang luas dalam hidup.
Respon yang ada pada lingkungan internal akan berlanjut ke lingkungan eksternal. Lingkan eksternal menekankan kepada 3 dimensi yakni lignkungan perseptual, lingkungan operasional, dan lingkungan konseptual.
3)      Keperawatan
Model interaksi keperawatan tentang stress dan intervensi yang ada diperuntukkan untuk mempromosikan adaptasi dan mempertahankan suatu keutuhan (wholeness). Interaksi-interaksi ini didasari oleh latar belakang keilmuan dari prinsip konservatif. Fokus dari teori konservatif adalah mencapai keseimbangan penyaluran energi dan permintaan didalam realitas bilogis yang unik bagi setiap individu. Asuhan keperawatan didasari oleh pengetahuan keilmuan dan keahlian keperawatan. Intervensi keperawatan berdarkan pada prinsip-prinsip konservasi.
4)      Kesehatan
Kesehatan secara sosial diartikan sebagai kemampuan dalam berfungsi secara wajar. Kesehatan tidak hanya sebuah absensi dari kondisi patologis. Kesehatan adalah proses kembali ke kehidupan, individu adalah hal yang bebas dan bisa untuk mengejar ketertarikan yang ia ingin kejar didalam lingkup kehidupannya. Setiap individu mempunyai definisi sehat yang akan berubah-ubah sesuai dengan berubahnya waktu.
Keempat paradigma yang telah dijelaskan diatas dikataan kongruen jika memiliki proporsi hubungan dalam teori model konseptual ini. Fawcett (2005) menyatakan bahwa homeostatis pada lingkungan internal merefleksikan kesesuaian antara seorang individu seutuhnya dengan lingkungannya. Hal ini juga sesuai dengan makna dari lingkungan perceptual yang menyatakan bahwa lingkungan menfasilitasi individu seutuhnya. Sehingga individu bukanlah seorang secara pasif menerima rangsangan dari lingkungan. Hal berkaitan dengan kemampuan adaptasi individu yang menekankan akan tiga hal yakni historisitas, spesifikasi, dan redudansi. Lingkungan baik internal dan eksternal. Perawat dapat mengaitkan lingkungan internal ke aspek fisiologis dan  patofisiologis dari pasien.
Levine mendenskripsikan lebih lanjut tentang hubungan keempat paradigma tersebut didalam empat prinsip konservasi teori model konservasinya yakni :
1)      Konservasi Energi
Individual membutuhkan keseimbangan energi dan pembaharuan berkala untuk mengatur aktivitas hidupnya. Proses-proses seperti penuaan menjadi tantangan dalam mencapai proses keseimbangan energi. Hal ini juga didasarkan dari hukum kedua dari termodinamik yaitu pengaplikasian setiap hal di semesta, termasuk manusia. Konservasi energi sudah lama digunakan di praktik keperawatan meski sebagian besar berupa prosedur dasar. Intervensi keperawatan mengukur kemampuan individu yang tergantung kepada perawatan yangmembuat permintaan akan muncul seminimal mungkin.
2)      Konservasi Integritas Struktural
Penyembuhan adalah proses menyimpang integritas struktural dan fungsional didalam konservasi di pertahanan keutuhan (wholeness). Ketidakmampuan akan menggring kepada level baru adaptasi. Perawat bisa membatasi jumlah bagian tubuh yang diserang oleh suatu penyakit dengan pengenalan dari perubahan fungsional dan dengan intervensi keperawatan.


3)      Konservasi integritas personal
Harga diri dan perasaan terhadap identitas adalah penting. Hal yang paling rentan pada pasien. Ini dimulai dengan pengikisan dari privasi dan tahapan munculnya ansietas. Perawat dapat menunjukkan respek ke pasien dengan memanggil nama pasien, menghormati permintaannya, menghargai kepemilikan pribadinya, memfasilitasi privasi selama prosedur, mensuport ketahanannya, dan mengajarkan mereka. Tujuan dari seorang perawat adalah untuk memberi pengetahuan dan kekuatan , jadi individu dapat melanjutkan menjadi seorang individu yang mandiri, selama tidak menjadi pasien lagi maka mereka tidak akan tergantung lagi. Kesucian dari hidup dimanisfestasikan didalam kesehatan, sebuah bukti spiritual di semua orang. Konservasi dari integritas personal termasuk pengenalan dari konsep kesucian tiap individu.
4)      Konservasi integritas sosial
Pencapaian makna hidup didalam komunitas sosial dan kesehatan ditentukan secara sosial. Perawat memenuhi peran professional, mempunyai peran untuk anggota keluarga, membantu dengan kebutuhan religius, dan menggunakan hubungan intrapersonal untuk menjaga integrasi sosial.

Panduan pendidikan keperawatan berdasar teori model konseptual Levine juga sudah disusun yang mendeskripsikan bahwa model ini adalah persiapan mahasiswa keperawatan untuk menerapkan holistic care pada pasien nantinya di lahan praktik.  Pada penerapaannya mahasiswa perawatan harus dapat berpikir secara intuitif, kritis, dan kreatif. Hal yang tidak kalah penting lagi adalah mahasiswa harus menghargai kebutuhan akan pembelajaran yang berlangsung sepanjang hayat. Ketika di kelas, pembelajaran model diskusi, membawa bahan yang diperlukan, presentasi oral dan memvalidasi hipotesis akan praktik model konsep ini adalah sangat dibutuhkan (Fawcett, 2005).

III.3 Evaluasi Tahap 3 : Kongruen Logis

Logical Congruence adalah proses evaluasi teori kedalam proses intelektual yang melibatkan penilaian segi kongruens dari penyertaan model filosofi seorang theorist dengan konten dari model tersebut. Levine secara primer menggunakan logika deduktif. Dalam mengembangkan teorinya, Levin mengintegrasi dan mengkonsep hal dari kemanusiaan dan ilmu keperawatan, filosofi, teologi, kemanusiaan, fisiologi, mikrobiologi, psikologi, sosiologi, sejarah pendidikan, antropologi, matematika, bahasa inggris dan riset. Beliau menggunakan informasi untuk menganalisa praktik keperawatan dan mendeskripsikan keterampilan keperawataan serta aktivitas keperawatan (Alligood, 2014). 
Menurut Fawcett (2005) teori model konservasi ini kongruen secara logical. Levine mampu mentranslasikan ide mekanis dari reaksi kepada lingkungan dengan membawa ide yang lebih holistic dan berespon integratif. Asuhan keperawatan didasari oleh pengetahuan keilmuan dan keahlian keperawatan yang diikuti oleh 4 prinsip dasar konservasi yang sudah dijelaskan sebelumnya.
Konservasi mendeksripsikan sistem cara yang kompleks yang bisa dilanjutkan untuk fungsi meski sangat menantang. Tujuan dari konservasi adalah kesehatan dan kekuatan untuk melawan ketidakmampuan. Fokus primer dari konservasi adalah mempertahankan kebersamaan keutuhan dari individu. Meskipun intervensi keperawatan bisa berhadapan dengan 2 prinsip konservasi yang khas, perawat harus mengenali pengaruh dari prinsip konservasi lain.

III.4 Evaluasi Tahap 4: Pembentukan Teori dari Model Konseptual Levine

Evaluasi pada tahap ini mengkaji hubungan antara model konseptual yang masih bersifat abstrak dan umum dengan teori yang lebih spesifik dan konkrit. Konsep dan proposisi dari model konseptual dijabarkan dengan jelas termasuk mengidentifikasi teori yang dihasilkan dari model konseptual Levine (Fawcett, 2005; Alligood & Tomey, 2010). Conservation Model  mengembangkan dua teori yaitu Therapeutic Intention dan Redundancy.
Teori Therapeutic Intention dikembangkan sejak tahun 1970. Pada tahun 1987, Levine menyatakan ia mengorganisasi intervensi keperawatan yang lebih dari realitas biologis dimana realitas tersebut harus dihadapi oleh perawat. Beberapa asumsi dari teori tersebut diantaranya konservasi sebagai hasil dari proses adaptasi, perubahan yang berhubungan dengan intervensi terapeutik menghasilkan proses adaptasi, penerapan dari prinsip model konservasi adalah restorasi kesehatan fisik, serta aktifitas yang berhubungan dengan upaya menjaga kesehatan meliputi promosi kesehatan, pengawasan kesehatan, pencegahan kesehatan dan aktifitas pemantauan kesehatan berkala (Fawcett, 2005).
Levine menyatakan cakupan dari teori Therapeutic Intention meliputi tujuh area yaitu regimen terapeutik digunakan untuk mendukung proses penyembuhan fisik dan pemulihan optimal dari struktur dan fungsi tubuh sebagai respon alamiah terhadap penyakit, regimen terapeutik yang mensubstitusi proses servomechanism (mekanisme tubuh untuk menghasilkan tingkat energi yang lebih tinggi dari sebelumnya) sebagai akibat dari kegagalan proses autoregulasi tubuh, regimen terapeutik berfokus pada penyebab spesifik penyakit dan  penyembuhan setelah pembedahan atau terapi pengobatan serta pemulihan kondisi kesejahteraan klien, regimen terapeutik yang tidak dapat mengganti proses patologis akan ditujukan untuk meningkatkan kenyaman klien, regimen terapeutik akan menyeimbangkan resiko terkena maupun proses penyakit, regimen terapeutik akan menstimulasi proses fisiologis dan memfasilitasi respon perbaikan fungsi tubuh serta regimen terapeutik berperan dalam menyeimbangkan kondisi metabolik, nutrisi dan latihan.
Levine menyatakan dalam mengembangkan teori Therapeutic Intention tidak semua ide atau konsep berasal dari model konsep konservasi. Levine menyatakan proses berpikirnya memang cukup konsisten akan tetapi dicurahkan dalam banyak area, tidak hanya pada satu area saja. Schaefer (1991) menyatakan bahwa penerapan teori Therapeutic Intention tidak hanya menjelaskan informasi spesifik mengenai pemberian perawatan akan tetapi perawat harus memiliki informasi terkait respon individu sehingga teori ini pun mengarah pada kualitas perawatan dan efektifitas biaya.
Teori selanjutnya yang dikembangkan berdasarkan Levine’s Conservation Model adalah teori Redundancy. Teori ini masih bersifat spekulatif yang mendefinisikan ulang mengenai penuaan dan hampir keseluruhan hal yang harus dilakukan berkenaan dengan kehidupan manusia. Levine menyatakan bahwa penuaan merupakan suatu kondisi dimana berkurangnya ketersediaan sistem redundansi yang dibutuhkan dalam rangka menjaga kesejahteraan fisik dan dan sosial. Selanjutnya ia menyatakan bahwa penuaan menghasilkan konsekuesi kegagalan redundansi proses fisiologis dan psikologis. Teori ini berasal dari konsep adaptasi. Perubahan  merupakan proses adaptasi dan konservasi merupakan hasil dari proses adaptasi (Fawcett, 2005).
Schaefer mengembangkan teori redundansi dengan mengidentifikasi pernyataan asumsi dan proposisi dalam teori tersebut. Teori redundansi berasumsi bahwa tidak tersedianya kondisi baik dalam fisiologis, anatomi dan respon psikologis individu yang digunakan dalam pengembangan upaya perawatan pasien. Proposisi dalam teori tersebut adalah tubuh memiliki lebih dari satu cara untuk memenuhi fungsinya hal tersebut mencakup rangkaian proses adaptasi yang dilakukan individu ketika stabilitasnya terganggu, pilihan redundansi diambil berdasarkan pengetahuan dan konsultasi dari klien dan petugas kesehatan dan ketika pilihan redundansi tidak tersedia maka mempertahankan diri menjadi hal yang sulit bagi klien (Schaefer, 2001).
Asumsi dari teori ini dikembangkan oleh Schaefer yang menyatakan bahwa seluruh aktifitas keperawatan merupakan konservasi, konservasi adalah prinsip fundamental dalam ilmu pengetahuan dasar, tujuan dari konservasi adalah tetap dalam kebersamaan menuju keseimbangan intervensi keperawatan dan partisipasi klien dan konservasi menitikberatkan dalam keseluruhan, integritas serta kesatuan. Beberapa proposisi yang dikembangkan adalah individu selalu terkait dengan lingkungan dan kesadaran individu tentang lingkungan tersebut akan mempengaruhi perilaku individu tersebut, individu melindungi dirinnya dari lingkungan dengan mengupayakan pencarian informasi terkait, perawat berpartisipasi aktif dalam lingkungan pasien termasuk mendukung proses adaptasi serta perawat harus mempertimbangkan interaksi lingkungan dan individu dalam asuhan keperawatan. Dalam perkembangannya, Conservation Model  menjadi dasar dikembangkannya beberapa teori lain seperti teori menjaga keseimbangan yang dikembangkan oleh Schaefer (1996) dilakukan pada wanita dengan fibromyalgia, teori mengenai efek latihan berjalan bagi wanita yang menderita kanker payudara yang dikembangkan oleh Mock (1998) (Fawcett, 2005).

III.5 Evaluasi Tahap 5 : Kredibilitas dari Model Konseptual Levine

Evaluasi terhadap kredibilitas model konseptual bertujuan untuk memastikan konsep dalam model konseptual mana yang cocok diaplikasikan pada situasi dan populasi tertentu. Evaluasi ini dilakukan dengan cara menghubungkan konsep dan proposisi dalam model konseptual yang masih bersifat abstrak dan umum dengan konsep dan proposisi middle range theory yang lebih konkrit dan spesifik sehingga menghasilkan indikator empiris yang secara langsung dapat dievaluasi kredibilitasnya.  Evaluasi pada tahap ini mencakup evaluasi pada aspek utilitas sosial, kongruensi sosial dan signifikansi sosial (Fawcett, 2005).


3.5.1. Utilitas Sosial
Perbendaharaan kata dalam Conservation Model bersifat khas dan luas sehingga membutuhkan beberapa studi mendalam untuk menguasainya. Hal tersebut menunjukkan upaya Levine yang berhati-hati dalam memilih diksi guna menghindari adanya makna ganda dari teorinya. Conservation Model merupakan model konseptual yang memungkinkan untuk diaplikasikan pada berbagai setting dan populasi klien. Berbagai pendapat mengenai penerapan model konseptual ini membahas mengenai penggunaan model konseptual Levine sebagai model yang mengkaji sumber daya manusia dan material yang dibutuhkan dalam mengimplementasikan level organisasi pelayanan kesehatan serta memfasilitasi setiap tenaga kesehatan untuk menyediakan pelayanan atau level praktek berdasarkan  pengetahuan yang dimiliki (Cox, 1991).
Penggunaan Conservation Model dalam penelitian keperawatan telah banyak dipublikasikan baik pada penelitian deskriptif, korelasional maupun penelitian eksperimental. Beberapa penelitian tersebut diantaranya Langemo,et al. (1991) yang mengkaji mengenai konservasi pada struktur integritas meliputi insidensi dan prediksi dari nyeri tekan pada populasi pasien di setting IGD rumah sakit, panti rehabilitasi maupun nursing home, serta penelitian Roberts,et al. (1994) yang melakukan penelitian pada wanita dewasa yang sehat terkait konservasi energi dalam kapasitas pernafasan (Fawcett, 2005).
Dalam bidang pendidikan keperawatan, model konseptual Levine mempengaruhi pada pengembangan kurikulum, termasuk pada pengembangan model pelatihan di level magister keperawatan. Beberapa institusi yang menerapkan model konseptual ini dalam pengembangan kurikulumnya adalah Loyola University of Chicago, Allentown College of St. Francis de Sales Pensylvania,  Hines Veterans Administration Medical Illinois. Beberapa administrasi keperawatan berupa instrumen yang dikembangkan berdasarkan model konseptual Levine adalah sebagai berikut:
1.        Levine’s Nursing Process Tool (Schaefer, 2002), penelitian ini menyediakan panduan pada setiap komponen dalam metodologi praktek model konseptual Levine (Alligood, 2010).
2.        Nursing Diagnosis Assessment Guide (Taylor, 1989), penelitian ini mengkaji konservasi energi pada pasien dengan gangguan neurologis. Konservasi energi yang dimaksud meliputi kebutuhan oksigen, nutrisi, aktivitas dan istirahat dan kondisi sakit. Selain itu juga dilakukan pengkajian pada integritas struktural yaitu sistem integumen dan muskuloskeletal, sensori persepsi, perfusi serebral, eliminasi, cairan dan elektrolit. Selanjutnya pengkajian pada konservasi integritas personal yang meliputi status mental, komunikasi, gambaran diri, dan adaptasi serta pengkajian pada konservasi integritas sosial yaitu keluarga dan situasi sosial. Pengkajian ini dilakukan untuk melengkapai proses asuhan keperawatan yang mencakup diagnosa, perumusan hasil, dan intervensi keperawatan dengan pendekatan prinsip konservasi.
3.        Family Assessment Tool (Lynn Mc Hale & Smith, 1991). Penelitian ini meliputi pengkajian pada anggota keluarga dari pasien di unit perawatan kritis (ICU) meliputi pengkajian konservasi energi (persepsi terhadap kejadian, mekanisme koping, transportasi logistik), konservasi integritas struktur (proses penyakit, fungsi keluarga dan kebutuhan kesehatan), konservasi integritas personal (riwayat penyakit, faktor etnis, agama, kebutuhan keluarga, informasi dan diskusi dengan tenaga kesehatan) serta pengkajian konservasi integritas sosial meliputi dukungan keluarga, dan pola kerja.

Penggunaan model konseptual Levine dalam praktek keperawatan dimulai dengan penerapan pada setting perawatan akut. Levine menitikberatkan pada intervensi keperawatan berfokus pada seluruh aspek dalam individu klien. Beberapa penelitian yang berlandaskan pada model ini adalah penelitian Taylor (1989) mengenai pengembangan diagnosa keperawatan berdasarkan prinsip konservasi pada populasi wanita lansia dengan riwayat cedera serebrovaskular, penelitian Cooper (1990) dan Neswick (1997) mengenai konservasi struktur integritas pada pasien dengan luka pada jaringan lunak, serta penelitian Fawcett (1992) mengenai aplikasi model konservasi pada pasien dengan glomerulonefritis (Fawcett, 2005).
3.5.2.       Kongruensi Sosial
Meskipun Conservation Model telah dikembangkan sejak beberapa tahun yang lalu, akan tetapi model konseptual ini selaras dengan topik perawatan kesehatan holistik saat ini yang menitikberatkan pada perawatan individu sebagai makhluk yang unik. Conservation Model dalam penerapan promosi kesehatan dan pencegahan sakit juga dilakukan dengan pendekatan empat dimensi dalam model tersebut. Model konseptual ini dapat diaplikasikan oleh setiap petugas kesehatan dalam intervensi mandiri maupun kolaborasi dimana intervensi kesehatan dimulai sejak promosi kesehatan, pencegahan sakit, pengobatan, pemulihan, pencegahan kekambuhan hingga perawatan akhir hayat (Fawcett, 2005; Alligood, 2010).
3.5.3.           Signifikansi Sosial
Penelitian mengenai penerapan model konseptual Levine sudah mencakup berbagai ranah dalam keperawatan. Hirschfeld (1976) menyatakan bahwa empat prinsip model konservasi sangat mudah digunakan terutama pada klien dengan gangguan kognitif pada lansia dimana pendekatan konservasi yang dimaksud meliputi aktifitas klien dengan perawat maupun klien dengan keluarga. Cox (1991) menyatakan bahwa prinsip dalam model konseptual konservasi telah memenuhi seluruh fokus keperawatan dengan komprehensif. Conservation Model akan menciptakan suasana aktifitas keperawatan yang kreatif dan fleksibel terutama dalam melakukan pendekatan dengan keluarga termasuk pada anggota keluarga dengan gangguan mental. Kesimpulan dari beberapa bukti empiris mengenai Conservation Model menunjukkan bahwa energi dapat dihasilkan dari intervensi keperawatan yang tepat dan dapat diukur atau dinilai dengan mengkaji respon organisme (Schaefer, 2001).



BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

 

VI.1 Kesimpulan

     Analisis, kritik, dan evaluasi adalah metode-metode yang digunakan untuk mempelajari karya teoritis keperawatan secara kritis. Analisis teori dilakukan untuk memperoleh pengetahuan tentang kecukupan teoritis. Proses analisis berguna untuk belajar tentang karya dan sangat penting bagi para ilmuwan perawat yang berniat untuk menguji, memperluas, atau memperpanjang karya. (Alligood, 2010).
Menurut Fawcett (2005) teori model konservasi ini kongruen secara logis. Levine mampu mentranslasikan ide mekanis dari reaksi kepada lingkungan dengan membawa ide yang lebih holistic dan berespon integratif. Asuhan keperawatan didasari oleh pengetahuan keilmuan dan keahlian keperawatan yang diikuti oleh 4 prinsip dasar konservasi yang sudah dijelaskan sebelumnya.
Konservasi mendeksripsikan sistem cara yang kompleks yang bisa dilanjutkan untuk fungsi meski sangat menantang. Tujuan dari konservasi adalah kesehatan dan kekuatan untuk melawan ketidakmampuan. Fokus primer dari konservasi adalah mempertahankan kebersamaan keutuhan dari individu. Meskipun intervensi keperawatan bisa berhadapan dengan 2 prinsip konservasi yang khas, perawat harus mengenali pengaruh dari prinsip konservasi lain.

VI. 2 Saran

Dalam memberikan Asuhan keperawatan kepada pasien kita dapat mengembangkan dan menganalisa dari model keperawatan yang telah dikemukan Myra E Levine bahwa inti dari praktik keperawatan yang baik adalah mempertahankan kebersamaan keutuhan dari individu. Sehingga akan menghasilkan hubungan diantara perawat dan pasien untuk mencapai kondisi sehat


 


 


DAFTAR PUSTAKA

Alligood, M. R & Tomey. (2010). Nursing Theorist and Their Works Seventh Ed. St.Louis : Mosby Elsevier.
Cox, R.A., Sr. (1991). A tradition of caring: Use of Levine’s model in long term care. Philadelphia : F.A Davis Company.
Fawcett, J. (2006). Contemporary nursing knowledge : Analysis and evaluation of nursing models and theories. Second Edition. Philadelphia : F.A Davis Company.
Hirschfeld, M.J. (1976). The cognitively impaired older adult. American Journal of Nursing, 76: 1981-1984.
Langemo, D.K., Olson, B., Hanson, D., Hunter, S., Silberberg, T. (1991) Incidence and prediction of pressure ulcers in five patient care setting. Decubitus: 4(3), 25-26.
Lynn-McHale & Smith, A. (1991). Comprehensive assessment of families of the critically ill.  AACN Clinical Issues in Critical Care Nursing, 2: 195-209.
Schaefer, K.M. (1991). Levine’s conservation principles and research. Philadelphia: FA. Davis.
Schaefer, K.M. (2001). Myra Levine conservation model: A model for the future. Philadelpia: F.A. Davis.
Taylor, J.W. (1989). Levine’s conservation principles. Norwalk: CT: Appleton & Lange.

Tidak ada komentar: