METODE PENELITIAN CASE CONTROL STUDY DALAM KEPERAWATAN



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
World Health Organization (WHO) menetapkan konsep kesehatan dan kesejahteraan sebagai hal yang mutlak ditingkatkan di dunia, hal tersebut tertuang dalam Sustainable Development Goals (SDGs) poin ke 3. Di Indonesia, konsep ini tertuan dalam undang – undang No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan yang menyebutkan bahwa kondisi sehat merupakan suatu keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi, dimana secara tersirat, keadaan sehat merupakan hak setiap manusia tanpa terkecuali. Pemerintah dalam pelaksanaanya masih menitikberatkan pelayanan kesehatan dalam bentuk kuratif, promotif, preventif, dan rehabilitatif, salah satu kegiatan yang belum terlalu umum didengar dan masih harus ditegakkan pelaksanaannya adalah penelitian di bidang kesehatan.

Undang – undang no. 38 tahun 2014 tentang keperawatan mengamanatkan bahwa keperawatan merupakan kegiatan pemberian asuhan kepada individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat, baik dalam keadaan sakit maupun sehat. Asuhan yang dipergunakan berupa asuhan keperawatan yang menjadi alat intervensi pembeda antara perawat dengan profesi lain. Asuhan keperawatan merupakan rangkaian interaksi Perawat dengan Klien dan lingkungannya untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan dan kemandirian Klien dalam merawat dirinya. Dalam pelaksanaannya, proses asuhan keperawatan selalu mengalami perubahan – perubahan berdasarkan penelitian – penelitian yang dilaksanakan oleh para peneliti di bidang keperawatan.

Fungsi perawat sebagai peneliti telah diatur dalam undang – undang keperawatan, dimana disebutkan bahwa pelayanan keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat Keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat, baik sehat maupun sakit. Sebagai seorang professional, perawat dituntut untuk turut berkontribusi mengembangkan profesi melalui penelitian – penelitian berbasis kasus di klinik, dimana untuk selanjutnya dapat kembali diimplementasikan di pelayanan. Pada jenjang pendidikan perawat yang lebih tinggi (Magister maupun doctoral), proporsi dalam melakukan fungsi penelitian di bidang keperawatan menjadi lebih besar dibanding jenjang di bawahnya.

Dalam undang – undang nomor 12 tahun 2012 tentang perguruan tinggi, dijelaskan bahwa setiap perguruan tinggi termasuk civitas akademika di dalamnya diwajibkan untuk melakukan penelitian di bidang terkait dalam rangka pertanggungjawaban dalam tanggungjawab ilmu yang dianutnya. Secara umum, terdapat banyak sekali jenis penelitian yang dapat dilakukan, namun jika dilihat jenis data dan analisis yang digunakan, terdapat 2 jenis penelitian yaitu kuantitatif dan kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif terdapat beberapa jenis penelitian yang sering dilakukan dalam bidang kesehatan, antara lain cohort study, case control study, Randomized controlled trial (RCT), quasi experimental,dan cross sectional.

Berdasarkan hal di atas, kelompok menganggap penting diangkatnya tema jenis – jenis penelitian khususnya “Metode Penelitian Case Control Study” di bidang kesehatan dalam rangka meningkatkan pemahaman mahasiswa pascasarjana untuk mengembangkan kemampuan melakukan penelitian.

B.     Tujuan
1.      Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami teori metode penelitian case control study
2.      Tujuan Khusus
a.       Mahasiswa mampu memahami definisi metode penelitian case control study
b.      Mahasiswa mampu memahami kelebihan metode penelitian case control study
c.       Mahasiswa mampu memahami kekurangan metode penelitian case control study
d.      Mahasiswa mampu memahami jenis - jenis metode penelitian case control study








BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Definisi
·         Penelitian case control adalah penelitian analitik observasional yang banyak digunakan terutama pada bidang epidemiologi. Desain ini terutama digunakan untuk mengetahui penyebab penyakit dengan mengivestigasi hubungan Antara faktor risiko (risk faktor) dengan kejadian penyakit (occurance of disease). (Swarjana, I.K. 2015)
·         Penelitian case control adalah Membandingkan serangkaian kasus untuk dibandingkan dengan serangkaian kelompok control, Penelitian dimulai dengan identifikasi pasien dengan efek atau penyakit tertentu (kasus) dan kelompok tanpa efek (kontrol), kemudian secara retrospektif ditelusuri  faktor risiko dapat menerangkan mengapa kasus terkena efek, sedangkan kontrol tidak (Sastroasmoro, 2014)
·         Penelitian case control bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dan variabel dependen berdasarkan perjalanan waktu secara retrospektif (Dharma, 2011)
·         Dalam penelitian case control, investigator bekerja ke belakang (backward). Mereka memulai dengan memilih sampel dari populasi dengan outcome (cases) dan yang lainnya dari populasi tanpa outcome yang dinamakan control. Desain ini banyak digunakan untuk penelitian atau studi tentang outbreak atau kejadian luar biasa (KLB).
·         Jadi dapat disimpulkan bahwa penelitian case control adalah penelitian analitik dengan cara membandingkan variabel dependen dan variabel independen yang terkena efek dan tanpa efek, dimana peneliti harus bekerja secara backward / retrospektif.

B.     Skema Dasar Case Control Study
Pada studi kasus-kontrol sekompok kasus (yakni pasien yang menderita efek atau penyakit yang sedang diteliti) dibandingkan dengan kelompok control (mereka yang tidak menderita penyakit atau efek). Dalam studi ini ingin diketahui apakah suatu faktor risiko tertentu benar berpengaruh terhadap terjadinya efek yang diteliti dengan membandingkan kekerapan pajanan pada kelompok kontrol. Hipotesis yang diajukan adalah : pasien penyakit X lebih sering mendapat pajanan faktor risiko Y dibandingkan dengan mereka yang tidak berpenyakit X.



Adakah faktor risiko?
Penelitian mulai disini
Ditelusur Retrospektif
Faktor risiko (+)
Faktor risiko (+)
Faktor risiko (+)
Faktor risiko (+)
Kasus (Kelompok subyek dengan efek)
Kontrol (Kelompok subyek tanpa efek)
 











Gambar 1. Skema dasar case control study

Penelitian dimulai dengan mengidentifikasikan subyek dengan efek (kelompok kasus), dan mencari subyek yang tidak mengalami efek (kelompok kontrol). Faktor risiko yang diteliti ditelusur secara retrospektif pada kedua kelompok. Kemudian dibandingkan.

C.    Tabel 2 x 2

Kasus
Kontrol
Jumlah
Faktor Risiko (+)
a
b
a + b
Faktor Risiko (-)
c
d
c + d
Jumlah
a + c
b + d
a + b + c + d
Gambar 2. Tabel 2 x 2

Tabel tersebut menunjukkan hasil pengamatan pada studi kasus control (tanpa matching)
Sel a          : kasus yang mengalami pajanan
Sel b          : kontrol yang mengalami pajanan
Sel c          : kasus yang tidak mengalami pajanan
Sel d          : kontrol yang tidak mengalami pajanan

Risiko relatif yang dinyatakan dalam rasio odds (RO) =
(a/(a+b) : b/(a+b)) / (c(c+d)) = a/b : c/d = ad / bc

Pertanyaan yang perlu dijawab dengan penelitian ini adalah apakah ada asosiasi Antara variable efek (penyakit, keadaan lain) dengan variable lain (yang diduga mempengaruhi terjadinya penyakit tersebut) pada populasi yang diteliti?

Studi kasus control sering digunakan dibanding dengan studi kohort karena lebih murah, lebih cepat memberikan hasil, dan tidak memerlukan jumlah subjek yang banyak. Seperti telah disebut, untuk kasus yang jarang desain kasus control merupakan satu-satunya desain yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi faktor risiko. Misalnya penelitian ingin menentukan apakah pemberian estrogen pada ibu di sekitar masa konsepsi mempertinggi risiko terjadinya penyakit jantung bawaan (PJB) pada bayinya. Karena insiden PJB pada bayi lahir hidup dari ibu yang tidak mendapat estrogen adalah 8 per 1000, pada studi kohort diperlukan 4000 ibu tidak terpajan faktor risiko untuk dapat mendeteksi peninggian risiko sebanyak 2 kali, sedang dengan studi kasus control hanya diperlukan 188 kasus dan 188 kontrol. Bila yang diteliti ialah PJB khusus, misalnya malformasi konotrunkus yang kekerapannya hanya 2 per 1000 kelahiran hidup, maka untuk studi kohort diperlukan 15.700 ibu terpajan dan 15.700 ibu tidak terpajan estrogen, sedangkan untuk studi kasus control tetap hanya diperlukan sejumlah 188 kasus dan 188 kontrol.

D.    Langkah – langkah Pada Penelitian Case Control Study
Pada kasus kontrol tahapan yang diperlukan adalah sebagai berikut :
1.      Merumuskan pertanyaan penelitian dan hipotesis yang sesuai
Setiap penelitian diawali dengan penetapan pertanyaan penelitian, kemudian disusun hipotesis yang akan diuji validitasnya
2.      Mendiskripsikan variable penelitian : faktor risiko, efek
Faktor risiko
Intensitas pajanan faktor risiko dapat dinilai dengan cara mengukur dosis, frekuensi, atau lamanya pajanan. Ukuran pajanan terhadap faktor risiko yang berhubungan dengan frekuensi dapat bersifat :
-          Dikotom, yaitu apabila hanya terdapat 2 kategori, misalnya pernah minum jamu peluntur atau tidak
-          Polikotom, pajajan diukur pada lebih dari 2 tingkat, misalnya tidak pernah, kadang – kadang, atau sering terpajan
-          Kontinu, pajanan diukur dalam skala kontinu atau numeric, misalnya umur dalam tahun, paritas, berat lahir.

Ukuran pajanan yang berhubungan dengan waktu dapat berupa :
-          Lamanya pajanan (misalnya jumlah bulan pemakaian AKDR) dan apakah pajanan itu berlangsung terus menerus
-          Saat mendapat pajanan pertama
-          Bilakah terjadi pajanan terakhir

Dalam mencari informasi tentang pajanan suatu faktor risiko yang diteliti maka perlu diupayakan sumber informasi yang akurat. Informasi tersebut dapat diperoleh Antara lain :
-          Catatan medis rumah sakit, laboratorium patologi anatomi
-          Data dari catatan kantor wilayah kesehatan
-          Kontak dengan subyek penelitian, baik secara langsung, telepon, atau surat.

Efek atau Outcome
Karena efek atau outcome merupakan hal yang sentral, maka diagnosis atau penentuan efek harus mendapat perhaitan utama. Untuk penyakit atau kelainan dasar yang diagnosisnya mudah, misalnya anesefali, penentuan subyek yang telah mengalami atau tidak mengalami efek tidak sukar.

3.      Menentukan populasi terjangkau dan sampel (kasus, control) dan cara untuk pemillihan subyek penelitian
Kasus
a.       Cara yang terbaik untuk memilih kasus adalah dengan mengambil secara acak subyek dari populasi yang menderita efek. Namun dalam praktek, hal ini hampir tidak mungkin dilaksanakan, karena penelitian kasus control lebih sering dilakukan pada kasus yang jarang, yang diagnosisnya biasanya ditegakkan di rumah sakit. Mereka ini sebenarnya bukan merupakan subyek yang representatif karena tidak menggambarkan kasus dalam masyarakat. Pasien yang tidak datang ke rumah sakit, yang salah diagnosis, atau yang meninggal sebelum terdiagnosis, mejadi tidak terwakili pada sampel yang diambil dari rumah sakit. Oleh karena itu beberapa hal berikut perlu dipertimbangkan dengan cermat dalam pemilihan kasus untuk studi kasus control agar sampel yang dipergunakan mendekati keadaan dalam populasi.

Kontrol
Pemilihan control memberikan masalah yang lebih besar daripada pemilihan kasus, oleh karena control semata – mata ditentukan oleh peneliti, sehingga sangat terancam bias. Perlu ditekankan bahwa kontrol harus berasal dari populasi yang sama dengan kasus, agar mempunyai kesempatan yang sama untuk terpajan faktor risiko yang diteliti.

4.      Menetapkan besar sampel
Jumlah subyek yang diteliti untuk memperlihatkan adanya hubungan antara faktor risiko dengan penyakit perlu ditentukan sebelum penelitian dimulai. Pada dasarnya kasus control jumlah subyek yang diteliti bergantung pada :
-          Berapa frekuensi pajanan risiko pada suatu populasi
-          Rasio odds terkecil yang dianggap bermakna ®
-          Derajat kemaknaan (α) dan kekuatan (power = 1 – β) yang dipilih
-          Rasio Antara jumlah kasus dan control
-          Apakah pemilihan kontrol dilakukan dengan matching atau tidak.

5.      Melakukan Pengukuran
Pengukuran variable efek dan faktor risiko merupakan hal sentral pada studi kasus kontrol. Penentuan efek ahrus sudah didefinisikan dengan jelas dalam usulan penelitian. Pengukuran faktor risiko atau pajanan yang terjadi pada waktu lampau juga sering menimbulkan kesulitan. Namun lebih sering penentuan pajanan pada masa lalu dilakukan semata – mata dengan anamnesis atau wawancara dengan responden, jadi hanya dengan mangandalkan daya ingat responden yang mungkin dipengaruhi oleh statusnya (mengalami outcome atau tidak).
Recall bias adalah kesalahan sistemik akibat perbedaan upaya untuk mengingat hal yang terjadi pada masa lampau Antara kelompok kasus dan kontrol, bukan hanya kesalahan sekedar mengingat (kesalahan pengukuran, measurement error) saja.  Bias ini merupakan kelemahan utama studi kasus kontrol (bahkan built in, karenanya peneliti harus mempunyai kiat untuk menyiasati misalnya dengan membawa alat peraga pada wawancara.

6.      Menganalisis Hasil Penelitian
Analisis hasil studi kasus control dapat hanya bersifat sederhana yaitu penentuan ratio odds, sampai pada yang kompleks yakni dengan analisis multivariat pada studi kasus kontrol dengan lebih dari satu faktor risiko. Ini ditentukan oleh apayang ingin diteliti, bagaimana cara memilih kontrol (matched atau tidak) dan terdapatnya variabel yang mengganggu ataupun yang tidak.

E.     Karakteristik Case Control Study (Sastroasmoro, 2014)
  • Representatif               : kasus yang diambil secara acak dari populasi yang ingin diteliti
  • Metode seleksi            :
o   Kasus insiden
o   Kasus prevalensi   : berdasarkan survey cross sectional
Gambar 3. Case control study design (Gordis, 2009)

Gambar 2. Sebelum – Setelah dengan Desain Control  (Kothari 2004)

F.     Kelebihan Studi Case Control
1.      Cenderung lebih mudah dan murah, serta lebih singkat dibanding studi cohort
2.      Studi case control ideal untuk penyakit Langka atau dengan latency yang  Panjang.
Studi case control mungkin berguna untuk mempelajari proses di mana waktu periode antara paparan dan perkembangan penyakit sangat lama, jika sebelumnya data pemaparan tersedia atau dapat segera dipastikan. (misalnya, mungkin diperlukan  waktu yang lama meneliti faktor makanan tertentu, seperti minyak ikan  dan  manfaat minyak ikan bagi kardiovaskular.)
3.      Bersifat lebih natural / less intervention dibanding RCT.

G.    Kekurangan Studi Case Control
1.      Data mengenai pajanan terhadap faktor risiko sering diperoleh dengan mengandalkan daya ingat atau rekam medis. Daya ingat responden ini menyebabkan terjadinya recall bias, karena responden yang mengalami efek cenderung lebih mengingat pajanan  terhadap faktor risiko dari pada responden yang tidak mengalami efek. Data sekunder, dalam hal ini rekam medis yang sering kali dipakai sebagi sumber data juga tidak begitu akurat.
2.      Validasi mengenai informasi kadang-kadang sukar diperoleh. (Karena bersifat retrospektif, peneliti sulit mengendalikan vaiabel perancu yang kemungkinan mempengaruhi hubungan variabel independen dengan variabel dependen.)
3.      Oleh karena kasus maupun kontrol dipilih oleh peneliti maka sukar untuk meyakinkan bahwa kedua kelompok tersebut benar sebanding dalam berbagai faktor eksternal dan sumber bias lainnya.
4.      Tidak dapat dipakai untuk menentukan lebih dari 1 variabel dependen, hanya berkaitan dengan satu penyakit atau efek (Sudigdo&Sofyan, 2014).

H.    Contoh Penelitian Case Control
1.      Judul : Hubungan antara higiene perseorangan dengan kejadian hepatitis A pada pelajar/mahasiswa
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan desain case control studi dimana penelitian ini dirancang untuk menguji hubungan antara eksposure dan outcome dengan cara membandingkan hasil antara kelompok terpapar dan kelompok tidak terpapar. Jenis penelitian case control pada jurnal ini adalah restropektif. Variabel independen dalam penelitian ini adalah higiene perseorangan dan variabel dependen penelitian adalah hepatitis A. Sampel terbagi menjadi kelompok kasus dan kelompok kontrol. Hasil dalam penelitian memaparkan keterkaitan faktor resiko dengan kejadian
Hasil uji hubungan higiene perseorangan dengan kejadian Hepatitis A dengan menggunakan Epi-info diperoleh nilai p = 0,016 dengan α = 0,05, yang berarti signifikan. Terdapat hubungan antara higiene perseorangan dengan kejadian Hepatitis A di STDI Imam Syafi ’i. Nilai OR = 5,71, yang berarti responden dengan higiene perseorangan yang buruk memiliki risiko 5,71 kali terkena hepatitis A dibandingkan dengan responden dengan higiene perseorangan yang baik. Nilai CI 95% dengan hasil 1,17< OR< 29,88, menunjukkan bahwa higiene perseorangan merupakan faktor risiko kejadian Hepatitis A.
Hasil analisis hubungan dan OR kebiasaan jajan di luar rumah pada tempat yang berisiko menjadi tempat penular HAV dengan kejadian Hepatitis A diperoleh nilai p = 0,66 dengan α = 0,05, yang berarti tidak signifikan. Tidak terdapat hubungan antara status imunisasi Hepatitis A dengan kejadian Hepatitis A di STDI Imam Syafi ’i. Nilai OR = 0, yang berarti status imunisasi Hepatitis A bukan merupakan faktor risiko kejadian Hepatitis A di STDI Imam Syafi ’i.
Dari hasil analisis hubungan dan analisis OR status vaksinasi HAV dengan kejadian Hepatitis A diperoleh nilai p = 0,59 dengan α = 0,05, yang berarti tidak signifikan. Tidak terdapat hubungan antara kebiasaan jajan di luar rumah dengan kejadian Hepatitis A di STDI Imam Syafi ’i. Nilai OR = 2,15, yang berarti responden yang sering jajan di luar rumah di tempat yang berisiko, memiliki risiko 2,15 kali terkena hepatitis A dibandingkan dengan responden yang jarang jajan di luar rumah. Nilai CI 95% (0,19< OR< 24,99).

2.      Judul : A Case Control Study on Risk Faktors Associated with Low Birth Weight Babies in Eastern Nepal
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan desain case control. Sampel terdiri dari kelompok kasus dan kelompok kontrol dimana ibu yang melahirkan bayi kurang dari 2500 gr sebagai kelompok kasus dan ibu yang melahirkan bayi 2500 gr atau lebih sebagai kelompok kontrol. Variabel independen dalam penelitian ini adalah faktor resiko dari BBLR  dan variabel dependen adalah kejadian BBLR. Hasil dalam penelitian memaparkan keterkaitan faktor resiko dengan kejadian
Hubungan antara kelompok darah ibu dan bayi BBLR juga ditemukan terkait secara bermakna (𝑝 <0 0="" 95="" ab="" bayi="" beberapa="" berat="" ci:="" darah="" dengan="" efek="" ibu="" kelahiran="" kelompok="" lahir="" melahirkan="" memiliki="" perlindungan="" rendah="" span="" terhadap="">𝑝 = 0,902), agama (𝑝 = 0,236), pendidikan ayah (𝑝 = 0,213), pekerjaan ayah (𝑝 = 0,251), status sosial ekonomi berdasarkan skala Kuppuswamy yang dimodifikasi (𝑝 = 0,48), dan pendapatan per kapita (𝑝 = 0.162) ditemukan tidak signifikan. Tetapi kasta (𝑝 <0 jenis="" keluarga="" span="">𝑝 = 0,013), maternaleducation (𝑝 = 0,001), pekerjaan ibu (𝑝 = 0,037), dan tipeof rumah (𝑝 = 0,009) ditemukan terkait secara bermakna dengan BBLR. rasio ditemukan signifikan untuk umat Islam (OR = 4,69,95% CI: 1,28-17,10) dan kasta Hill utama (OR = 2,37, CI: 1,08-5,19). Mengosongkan ibu lebih berisiko memiliki bayi BBLR daripada ibu yang dididik sampai SLC atau lebih (OR = 3,04, CI 95%: 1,54-5,98). Orang sehat tiga kali lebih sering melahirkan bayi BBLR daripada ibu rumah tangga (OR = 3,22,95% CI: 1,24-8,39). Ibu memiliki katcha Rumah yang terbuat dari lumpur bambooor atau bahan lokal lainnya) memiliki dua lipatan lebih besar untuk memiliki BBLR daripada lebih dari ibu yang memiliki pucca rumah (rumah terbuat dari batu bata, batang, dan semen) (OR = 2,06, 95% CI: 1,19-3,55).
Berat pascapersalinan ibu dalam penelitian ini dikaitkan secara bermakna (𝑝 <0 2="" 45="" 4="" 5="" 95="" badan="" bayi="" berat="" ci:="" dengan="" didekati="" dinepal.="" ditemukan="" hampir="" ibu="" kali="" kehamilan="" kilogram="" lahir="" lebih="" memiliki="" nilai="" pada="" paling="" perkiraan="" sering="" sesuai="" span="" tidak="" umum="" yang="">

3.      Judul : The relationship between shiftwork and violence against nurses: a case control study
meneliti tentang hubungan potensial antara shift kerja dan kekerasan fisik yang berhubungan dengan pekerjaan terhadap perawat. Penelitian ini terdiri dari dua tahap. Tahap 1 dirancang untuk memperkirakan frekuensi dan konsekuensi dari kekerasan yang terkait pekerjaan dan mengidentifikasi faktor risiko potensial; Tahap 2 menggunakan pendekatan case control menyelidiki hubungan antara eksposur dan dampak serangan fisik. Dalam penelitian ini terdapat 310 kasus yaitu perawat yang melaporkan serangan fisik pada 12 bulan sebelumnya dan terdapat 946 kontrol yaitu perawat yang dipilih secara acak dari bulan kerja bebas serangan, masing-masing bertujuan untuk mengidentifikasi eksposur yang dialami selama bulan sebelum bulan penyerangan (kasus) dan bulan bebas serangan yang dipilih secara acak (kontrol).
Penelitian ini dilakukan secara prospektif dengan nested case-control. Penelitian ini membandingkan eksposur kasus dan kontrol, shift kerja dinyatakan relevan dengan kekerasan fisik. Di antara 310 kasus dan 946 kontrol, paling banyak bekerja 8 jam atau kurang (87%, 88%) selama shift (44%, 70%). Analisis multivariabel (odds ratio [OR] dan 95% confidence interval [CI]) menunjukkan peningkatan risiko kekerasan fisik untuk perawat yang bekerja shift sore hari (OR = 1,55, 95% CI= [1,05, 2,27]), shift malam (OR = 3,54, 95% CI = [2,31, 5,44]), dan shift rotasi siang dan sore (OR = 2,88, 95% CI = [1,22, 6,80]), dimana hasil ini yang memberikan dasar bagi peluang intervensi.

4.      Judul : Quantifying the association between tuberculosis and diabetes in the US: a case-control analysis
Penelitian mengenai asosiasi antara tuberculosis dan diabetes di AS. Penelitian dilakukan secara retrospektif. Analisis kasus kontrol dilakukan menggunakan data cross-sectional dari Survei Kesehatan dan Gizi Nasional kedua (1976-1980; penduduk sipil yang tidak dilembagakan AS berusia 20-74 tahun). Dalam penelitian ini, kasus adalah responden yang pernah didiagnosis dengan tuberculosis (n=166) dan kontrol adalah responden yang melaporkan tidak pernah menerima diagnosis tuberkulosis (n=15.191).
Penelitian ini menunjukkan eksposur diabetes dan hiperglikemia intermediate diukur dengan menggunakan self-reported measure, tes toleransi glukosa oral, atau keduanya. Penelitian ini menggunakan regresi logistik untuk odd ratio, mengendalikan pembaur utama potensial. Sehubungan dengan ukuran paparan yang utama, odd ratio untuk hubungan antara tuberkulosis dan diabetes ditemukan bervariasi antara 2,31 (95% confidence interval 1,36-3,93) dan 2,36 (95% confidence interval 1,40-3,97), tergantung modelnya. Hasil lainnya menunjukkan tidak ada hubungan yang ditemukan untuk hiperglikemia intermediate, dengan odd ratio bervariasi antara 1,33 (95% confidence interval 0,49-3,64) dan 1,34 (95% confidence interval 0,50-3,62), tergantung pada model. Terlepas dari ukuran paparan dan pembaur yang dikontrol, diabetes dinyatakan memiliki hubungan dengan peningkatan risiko tuberculosis (Corris, Unwin, & Critchley, 2012).

5.      Judul : The cost of serious patient fall-related injuries at hospitals in turkey: A matched case-control study
Penelitian ini bertujuan untuk menghitung biaya rumah sakit tambahan dan lama tinggal (LOS) karena cedera serius terkait-jatuh dan untuk mengidentifikasi faktor penentu untuk kedua hasil. Desain yang digunakan juga case-control lebih tepatnya matched case-control. Penelitian ini dilakukan dengan kelompok kasus dari 39 pasien dan kelompok kontrol 39 pasien di 28 rumah sakit di İzmir, Turki. Dalam metode ini, pasien dalam kelompok kasus (fallers) dicocokkan dengan pasien yang berada dalam kelompok control (nonfallers) sesuai dengan kriteria sebagai berikut: jenis rumah sakit, tipe masuk ke rumah sakit (darurat, poliklinik, atau transfer), diagnosis masuk, usia (± 5), jenis kelamin, dan dirawat di rumah sakit pada tahun yang sama (± 1)
Penelitian ini dilakukan secara retrospektif. Populasi penelitian mencakup semua pasien yang dirawat di rumah sakit antara Januari 2010 dan Juni 2015. Tes signifikansi untuk perbedaan antara keduanya kelompok independen (Student’s t test) digunakan untuk membandingkan biaya rumah sakit dan LOS pasien dalam kelompok kasus dan kontrol. Hasil penelitian ini menyatakan biaya rumah sakit dan LOS pasien dengan luka berat akibat terjatuh adalah lebih tinggi dari biaya dan LOS pasien yang tidak terjatuh. Karakteristik yang terkait dengan biaya rumah sakit ditentukan oleh luka berat akibat terjatuh, skor CCI, rawat inap di rumah sakit universitas, dan menerima perawatan di ruang penyakit dalam (R2 = 0,388, p <0 .001="" berat="" cedera="" dalam="" dan="" dengan="" di="" ditentukan="" inap="" jatuh="" karakteristik="" los="" menerima="" oleh="" penyakit="" perawatan="" rawat="" ruang="" rumah="" sakit="" sup="" terkait="" universitas="" yang="">2
= 0.432, p <0 .001="" akibat="" analisis="" bahwa="" berat="" biaya="" case="" dalam="" dan="" dengan="" di="" dikaitkan="" diterapkan="" hanya="" jatuh="" karena="" kelompok="" luka="" menerima="" menjalani="" menunjukkan="" operasi="" pada="" pasien="" penyakit="" perawatan="" regresi="" ruang="" rumah="" sakit="" sup="" terjatuh="" untuk="">2 = 0.464, p <0 .05="" span="">(Baris, Intepeler, & Yeginboy, 2016).

 
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Metode penelitian case control adalah penelitian analitik dengan cara membandingkan variabel dependen dan variabel independen yang terkena efek dan tanpa efek, dimana peneliti harus bekerja secara backward / retrospektif. Metode ini memiliki karakteristik representatif dan selektif.
Keuntungan dari metode case control antara lain lebih mudah, murah dan tidak memakan waktu yang lama dibanding metode lainnya, selain itu metode ini juga dapat digunakan untuk menjelaskan fenomena kasus – kasus yang langka atau masih jarang terjadi. Kelemahan dari metode ini antara lain, metode pengumpulan data masih menggunakan daya ingat klien ataupun data sekunder seperti rekam medis, sehingga risiko terjadinya recall bias menjadi tinggi, selain itu peneliti akan kesulitan mengendalikan variabel perancu yang dapat mengganggu validitas data yang terkumpul dan metode ini hanya dapat menjelaskan 1 variabel / penyakit dalam satuan waktu tertentu.
Berdasarkan contoh-contoh jurnal yang telah disebutkan, dapat disimpulkan bahwa jurnal yang menggunakan case control study memiliki ciri-ciri, yaitu untuk menguji adanya keterkaitan antara faktor resiko dengan kejadian penyakit, jenis penelitian dapat berupa retrospektif dan prospektif, sampel dalam penelitian terbagi menjadi kelompok kasus dan kelompok kontrol, dan hasil penelitian hanya memaparkan/ menganalisis seberapa besar faktor resiko mempengaruhi kejadian suatu penyakit bukan untuk melihat prevalensi suatu penyakit.

B.     Saran
1.      Mahasiswa diharapkan mampu mengeksplorasi lebih jauh tentang metode penelitian case control study.
2.      Mahasiswa diharapkan mampu mengeksplorasi penelitian – penelitian yang telah dilakukan menggunakan metode penelitian case control study.




DAFTAR PUSTAKA

·         Baris, V. K., Intepeler, S. S., & Yeginboy, E. Y. (2016). The cost of serious patient fall-related injuries at hospitals in turkey: a matched case-control study. Clinical Nursing Research. 1-18.
·         Bhaskar RK, Deo KK, et al. 2015. A case control study on risk faktors associated with low birth weight babies in eastern nepal. International Journal of Pediatrics : Hindawi Publishing Corporation
  • Conway, A., Page, K., Rolley, J., & Fulbrook, P. (2013). Risk faktors for impaired respiratory function during nurse-administered procedural sedation and analgesia in the cardiac catheterisation laboratory: a matched case–control study. European Journal of Cardiovascular Nursing, 12(4), 393–399.
·         Corris, V., Unwin, N., & Critchley, J. (2012). Quantifying the association between tuberculosis and diabetes in the US: a case-control analysis. Chronic Illness, 8, 121–134.
  • Porter, C. N., Miller, M. C., Lane, M., Cornman, C., Sarsour, K., & Kahle-Wrobleski, K. (2016). The influence of caregivers and behavioral and psychological symptoms on nursing home placement of persons with Alzheimer’s disease: A matched case–control study. SAGE Open Medicine, 4, 1-9.
  • Dharma, K.K,.(2011). Metodologi penelitian keperawatan : Panduan melaksanakan dan menerapkan hasil penelitian. Jakarta: Trans info media
  • Kestenbaum , Bryan , Epidemiological and Biostatistic on Introduction to Clinical Research, Springer,USA,2009
  • Kothari, C. R. 2004. New Age International (P) Ltd Research Methodology: Methods & Techniques.
·         Pollit, D. F., & Hungler, B. P. (2008). Nursing research: Principles and methods ( 7 th edition). Philadelphia: J. B. Lippincott.
·         Republik Indonesia. 2009. Undang – undang no. 36 tahun 2009 tentang kesehatan. Diunduh dari http://www.depkes.go.id/resources/download/general/UU%20Nomor%2036%20Tahun2%20009%20tentang%20Kesehatan.pdf
·         Republik Indonesia. 2014. Undang – undang no. 38 tahun 2014 tentang keperawatan. Diunduh dari https://www.kemenkopmk.go.id/sites/default/files/produkhukum/UU%20Nomor%2038%20Tahun%202014.pdf
  • Sasoka DS, Satyabakti P. 2014. Hubungan antara higiene perseorangan dengan kejadian hepatitis A pada pelajar/mahasiswa. Jurnal berkala epidemiologi;vol.2
  • Sastroasmoro, Ismael. (2014). Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. (Edisi 5). Jakarta: Sagung Seto
·         Sun, S., Gerberich, S. G., & Ryan, A. D. (2017). The relationship between shiftwork and violence against nurses-a case control study. Workplace Health & Safety, 20(10), 1–9.
·         Swarjana, I.K. 2015. Metodologi penelitian kesehatan : Edisi revisi. Yogyakarta. CV Andi Offset
·         Thapa, S., Paudel, I. S., Bhattarai, S., Joshi, R., & Thapa, K. (2015). Faktors affecting iucd discontinuation in nepal: a nested case-control study. Asia-Pacific Journal of Public Health, 27(2), 1280-1287.
World Health Organization. 2015. Sustainable development goals. Diunduh dari http://www.undp.or

Tidak ada komentar: