ANALISIS MODEL KONSEP KEPERAWATAN KATIE ERIKSSON

BAB 1

PENDAHULUAN

 1.1  Latar Belakang

Ilmu pengetahuan keperawatan yang terdiri atas komponen-komponen yang ada di dalamnya merupakan kekayaan intelektual yang sangat penting dalam pengembangan dunia keperawatan baik pendididikan, praktik maupun riset keperawatan. Pengembangan sains keperawatan dalam berbagai bidang di dunia keperawatan dapat dilakukan berdasarkan analisis dari masing-masing komponen dalam struktur holarchy pengetahuan keperawatan kontemporer.

Sebuah analisis terminologi digunakan untuk menggambarkan pengetahuan keperawatan kontemporer dengan mengidentifikasi lima komponen yaitu metaparadigma, filosofi, model konseptual, teori dan indikator empiris (Fawcett, 1993a; King & Fawcet, 1997a dalam Fawcett, 2006). Komponen- komponen tersebut meliputi disiplin pengetahuan keparawatan yang unik, pengetahuan yang membedakan keperawatan dari disiplin ilmu yang lain (Parse, 2001b dalam Fawcett, 2006).

Komponen ketiga dalam struktur holarchy pengetahuan keperawatan kontemporer adalah model konseptual keperawatan. Model konseptual didefinisikan sebagai suatu perangkat konsep yang relatif abstrak dan umum yang menunjukkan ketertarikan utama dari fenomena suatu disiplin, proposisi yang secara luas menggambarkan konsep tersebut, dan proposisi yang menyatakan hubungan yang relatif abstrak dan umum antar dua atau lebih konsep ( Fawcett, 2006).

Analisis model konsep keperawatan dengan menggunakan kerangka kerja, memerlukan tinjauan yang sistematis dan rinci dari semua sumber utama yang tersedia, termasuk publikasi dan presentasi oleh penulis model, untuk menentukan secara tepat apa yang telah dikatakan, daripada mengandalkan kesimpulan tentang apa yang mungkin dimaksudkan atau mengacu pada interpretasi penulis lain tentang model keperawatan (Levine, 1994 dalam Fawcett, 2006). Analisis model keperawatan meliputi asal-usul model keperawatan, fokus unik dan konten atau isi model konsep tersebut.

Berdasarkan hal tesebut di atas yang terkait dengan model konseptual keperawatan, kelompok dalam makalah ini akan membahas tentang analis model konsep keperawatan dari Katie Eriksson tentang “Caritative Caring”.


1.2  Tujuan

1.2.1        Tujuan Umum

Memahami analisis model konsep keperawatan Katie Eriksson

1.2.2        Tujuan Khusus

1.2.2.1  Memahami analisis model konsep keperawatan Katie Eriksson berdasarkan asal-usul

1.2.2.2  Memahami analisis model konsep keperawatan Karie Erikson berdasarkan fokus unik

1.2.2.3  Memahami analisis moddel konsep keperawatan Katie Eriksosn berdasarkan isi


1.3  Sistematika Penulisan

Penulisan makalah ini terdiri dari 4 (empat) bab yaitu : Bab 1 Pendahuluan, Bab 2 Tinjauan Pustaka, Bab 3 Pembahasan dan Bab 4 Kesimpulan.


















BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

 

2.1 Analisis Model Konsep Keperawatan

Analisis model keperawatan dengan menggunakan kerangka kerja, memerlukan tinjauan yang sistematis dan rinci dari semua sumber utama yang tersedia, termasuk publikasi dan presentasi oleh penulis model, untuk menentukan secara tepat apa yang telah dikatakan, daripada mengandalkan kesimpulan tentang apa yang mungkin dimaksudkan atau mengacu pada interpretasi penulis lain tentang model keperawatan (Levine, 1994 dalam Fawcett, 2006).

Bila penulis model keperawatan belum jelas tentang intinya atau belum menyajikan informasi tertentu, mungkin perlu untuk membuat kesimpulan atau beralih ke ulasan lain dari model. Karena itu harus dicatat secara eksplisit, sehingga perbedaan antara kata - kata penulis model keperawatan dan orang lain jelas (Levine, 1994 dalam Fawcett, 2006).

Analisis model konsep keperawatan terdiri dari tiga langkah yang meliputi analisis asal-usul model keperawatan, analisis fokus unik dan analisis konten/ isi model konsep keperawatan.

Langkah analisis 1 : Asal Usul Model Keperawatan

Menurut Fawcett (2006), langkah pertama dalam analisis model keperawatan adalah pemeriksaan dari empat aspek asal-usulnya yaitu :  

1)      Pertama, menjelaskan sejarah evolusi model keperawatan, dan motivasi penulis untuk perkembangan model keperawatan.

2)      Kedua, mengkaji klaim filosofis penulis tentang keperawatan dan strategi pengembangan pengetahuan yang digunakan untuk merumuskan model keperawatan.

3)      Ketiga, mengidentifikasi pengaruh pikiran penulis dari cendikiawan perawat dan ahli disiplin ilmu.

4)      Keempat, menentukan pandangan dunia yang tercermin pada model keperawatan.

Model konsep keperawatan beranjak dari ketertarikan seorang peneliti atau penulis keperawatan terhadap fenomena yang berkembang dalam bidang keperawatan, kemudian dilakukan pengamatan sehingga akhirnya muncul kesimpulan tentang fenomena yang diamati sehingga menjadi klaim filosofi dari penulis tersebut.

Berdasarkan Fawcett (2006), perkembangan model keperawatan lebih bersifat intelektual daripada usaha empiris, meski pengamatan empiris pastinya mungkin mempengaruhinya. Isi model keperawatan sering berkembang sebagai penulis yang bergerak dalam proses iteratif penalaran induktif dan deduktif. Karena tidak biasa untuk menemukan bahwa isi dari model keperawatan mengalami revisi karena penulis memperbaiki konsep dan proposisi serta merumuskan gagasan baru tentang keperawatan. Analisis asal-usul model keperawatan harus mencakup identifikasi referensi penulis karya para ilmuwan terdahulu dalam bidang keperawatan dan disiplin lainnya. Selain itu, analisis asal usul harus disertai identifikasi pandangan dunia yang tercermin dari model keperawatan. Menurut Fawcett (2006), pertanyaan yang harus ditanyakan tentang analisis asal-usul model keperawatan adalah :

1)      Apa evolusi historis dari model keperawatan?

2)      Apa motivasi pengembangan model keperawatan?

3)      Apa keyakinan dan nilai filosofis keperawatan yang mendasari model keperawatan?

4)      Strategi pengembangan pengetahuan apa yang digunakan merumuskan model keperawatan?

5)      Apa pemikiran yang mempengaruhi pemikiran pemikir model?

6)      Apa pandangan dunia yang tercermin dalam model keperawatan?

Langkah analisis 2 : Fokus Unik Model Keperawatan

Langkah kedua dalam analisis model keperawatan adalah pemeriksaan dari fokus uniknya. Kebutuhan untuk mengidentifikasi fokus unik model keperawatan berasal dari pemahaman bahwa kebanyakan penulis memulai dengan pandangan yang sama tentang tujuan umum keperawatan, dalam bentuk akhir model keperawatan menyajikan pandangan khas tentang konsep metaparadigma (Johnson, 1974 dalam Fawcett, 2006). Model yang berbeda fokus pada berbagai masalah dalam situasi keperawatan atau masalah yang berbeda dalam interaksi antara manusia dan lingkungannya (Christensen & Kenney, 1995; Duffey & Muhlenkamp, 1974 dalam Fawcett, 2006). Model juga berfokus perbedaan penyimpangan aktual dan potensial dari kondisi kesehatan dan dengan perbedaan model intervensi keperawatan (Johnson, 1987 dalam Fawcett, 2006).

Faktor - faktor yang mempengaruhi perkembangan masalah atau penyimpangan dan yang mengarahkan jenis intervensi keperawatan juga bervariasi antara model. Fokus unik model keperawatan ditentukan oleh klasifikasi satu atau lebih kategori dari pengetahuan keperawatan. Kategori yang relevan bersifat perkembangan, sistem, interaksi, kebutuhan, hasil, fokus klien, interaksi manusia-lingkungan yang fokus, perawatan terapeutik, medan energi, intervensi, konservasi, substitusi, rezeki/ dukungan, dan peningkatan. Pertanyaannya adalah : Apa fokus unik dari model keperawatan? (Fawcett, 2006).

Langkah analisis 3 : Isi Model Keperawatan

Fawcett (2006) menguraikan langkah ketiga dalam analisis model keperawatan adalah pemeriksaan isinya. Isi model keperawatan disajikan dalam bentuk konsep abstrak dan umum serta proposisi. Sebagian besar penulis model keperawatan belum mempresentasikan ide mereka dalam bentuk pernyataan eksplisit tentang masing-masing konsep metaparadigm. Oleh karena analisis isi adalah bagian dari analisis paling mudah diselesaikan pertama kali dengan mengkategorikan isi model ke dalam konsep yang mewakili manusia, lingkungan, kesehatan, dan perawatan. Selanjutnya, proposisi nonrelasional yang menentukan dan menggambarkan konsep-konsep tersebut diidentifikasi. Akhirnya, proposisi relasional yang menghubungkan konsep diekstrak dan dikategorikan berdasarkan hubungan antara empat konsep metaparadigm. Berdasarkan Fawcett (2006), pertanyaan tentang isi dari model keperawatan adalah :

1)      Bagaimana manusia didefinisikan dan dijelaskan?

2)      Bagaimana lingkungan didefinisikan dan dijelaskan?

3)      Bagaimana kesehatan didefinisikan? Bagaimana kesehatan dan penyakit dibedakan?

4)      Bagaimana keperawatan didefinisikan?

5)      Apa tujuan keperawatan?

6)      Bagaimana praktik keperawatan dijelaskan?

7)      Pernyataan apa yang dibuat tentang hubungan antara empat konsep metaparadigm?

Johnson (1981) dalam Sarwoko (2008) menjelaskan bahwa suatu model konseptual dalam praktik keperawatan sebagai rangkaian gagasan berdasarkan ilmu pengetahuan. Model konseptual adalah kerangka kerja yang berdasarkan pada konsep, tersusun secara runut dan sistematis, mampu menjelaskan ide dan gagasan secara global serta melibatkan peran serta individu, kelompok, situasi dan pengalaman terhadap pengembangan kelompok keilmuan. Salah satu contoh dari beberapa model konseptual keperawatan adalah Theory of Caritative Caring oleh Katie Eriksson (1980).

2.2 Model Konseptual Katie Eriksson

2.2.1 Biografi Katie Eriksson

Katie Eriksson adalah salah satu pelopor caring science di negara-negara Nordik. Saat memulai karirnya 30 tahun yang lalu, dia harus membuka jalan bagi sains baru. Eriksson lahir pada tanggal 18 November 1943, di Jakobstad, Finlandia. Dia termasuk orang Finlandia minoritas dan bahasa ibunya adalah Swedia. Dia adalah lulusan tahun 1965 dari Helsinki Swedish School of Nursing, dan pada tahun 1967 menyelesaikan pendidikan spesialisasi keperawatan kesehatan masyarakatnya di institusi yang sama. Tahun 1970 Eriksson lulus dari program pendidikan guru keperawatan di Helsinki Finnish School of Nursing. Kemudian melanjutkan studi akademisnya di University of Helsinki, di mana dia menerima gelar MA dalam bidang filsafat tahun 1974 dan gelar lisensinya di tahun 1976. Disertasi doktornya dalam pedagogi (Proses Perawatan Pasien-Pendekatan untuk Konstruksi Kurikulum dalam Pendidikan Keperawatan: Pengembangan Model untuk Proses Perawatan Pasien dan Pendekatan Pengembangan Kurikulum Berbasis Proses Perawatan Pasien) pada tahun 1982 (Eriksson, 1974, 1976, 1981 dalam Alligood, 2014).

Di tahun 1984, Eriksson diangkat sebagai Dosen Caring Science (paruh waktu) di Universitas Kuopio merupakan dosen caring science yang pertama di negara-negara Nordik. Dia diangkat sebagai Profesor Caring Science di Ã…bo Akademi University pada tahun 1992. Antara tahun 1993 dan 1999, dia memegang jabatan profesor dalam bidang caring science di Universitas Helsinki, Fakultas Kedokteran. Sejak 1996, dia juga bertugas sebagai Direktur Keperawatan di Rumah Sakit Pusat Universitas Helsinki, dengan tanggung jawab untuk penelitian dan pengembangan caring science sehubungan dengan jabatan profesor di Ã…bo Akademi University (Alligood, 2014).

Pada akhir 1960-an dan awal 1970-an, Eriksson bekerja di berbagai bidang praktik keperawatan dan melanjutkan studinya pada saat bersamaan. Sejak tahun 1970an, Eriksson telah secara sistematis memperdalam pikirannya tentang caring, sebagian melalui pengembangan model yang ideal untuk caring yang membentuk dasar caritative caring theory, dan sebagian melalui perkembangan otonom, berorientasi humanistic caring science (Alligood, 2014).

Karir dan pengalaman profesional Eriksson terdiri dari dua periode : tahun 1970 sampai 1986 di Helsinki Swedish School of Nursing, dan periode dari tahun 1986, saat dia mendirikan Departemen Caring Science di Ã…bo Akademi University, yang telah diarahkannya sejak tahun 1987. Pada tahun 1974, Eriksson menjadi dekan di Helsinki Swedish School of Nursing, dia mengembangkan program pendidikan unggulan caring science dan keperawatan di negara-negara Nordik. Itu adalah cikal bakal pendidikan berdasarkan caring science dan integrasi dari penelitian di pendidikan (Alligood, 2014).

2.2.2 Konsep Utama Model Konsep “Caritative Caring”

Berdasarkan Alligood (2014), konsep utama yang ditulis Katie Eriksson dalam model konsep keperawatan “caritative caring” adalah :

1)      Caritas

Caritas berarti cinta dan amal. Caritas adalah cinta alami yang tidak bersyarat. Caritas adalah motif fundamental dari ilmu caring. Hal ini berarti caring adalah usaha keras untuk percaya, berharap, mencintai melalui kecenderungan, bermain, dan belajar.

2)      Persekutuan Caring (Caring communion)

Persekutuan caring adalah apa yang menyatukan bersama dan memberikan caring signifikannya (Eriksson, 1992a dalam Alligood & Tomey, 2010). Persekutuan caring adalah konteks dari makna caring dan struktur yang membedakan realita caring. Caring mendapatkan karakter yang berbeda melalui persekutuan caring (Eriksson, 1990 dalam Alligood & Tomey, 2010).

3)      Tindakan Caring

Tindakan caring terdiri dari elemen caring (kepercayaan, harapan, cinta, kecenderungan, bermain, dan belajar), melibatkan kategori dari tanpa batas dan keabadian, dan mengajak untuk bersekutu secara mendalam. Tindakan caring adalah seni untuk membuat sesuatu yang sangat khusus.

4)      Efek caritative caring

Etika caritative caring terdiri dari etika caring, inti dari yang sudah dibedakan oleh motif caritas. Etika caring berhubungan dengan hubungan dasar antara perawat dengan pasien, jalan dimana perawat menemui pasien secara etik. Etika caring adalah inti dari etika keperawatan. Kategori etika yang bergabung sebagai dasar dari etika caritative caring adalah harga diri manusia, persekutuan caring, ajakan, tannggung jawab, baik dan buruk, kebajikan, dan kewajiban (Eriksson, 1995, 2003 dalam Alligood & Tomey, 2010).


5)      Harga diri

Harga diri membentuk salah satu konsep dasar etika caritative caring. Harga diri manusia adalah harga diri yang absolut sebagian, harga diri yang relatif sebagian. Harga diri absolut dibawa oleh manusia sejak lahir, sedangkan harga diri relatif dipengaruhi dan dibentuk melalui budaya dan konteks eksternal. Harga diri absolut manusia contohnya hak untuk diakui sebagai manusia yang unik (Eriksson,1988, 1995, 1997a dalam Alligood & Tomey, 2010).

6)      Invitation

Invitation adalah tindakan yang terjadi ketika pelaku caring menyambut pasien ke dalam persekutuan caring. Konsep dari invitation menemukan ruang untuk tempat dimana manusia diijinkan untuk istirahat, tempat yang berbau sejatinya hospitality.

7)      Penderitaan (suffering)

Penderitaan adalah konsep ontologi yang menggambarkan usaha keras manusia di antara posisi baik dan buruk. Penderitaan mengimplikasikan beberapa rasa meninggalkan dari sesuatu, dan melalui rekonsiliasi, keseluruhan badan, jiwa, dan semangat tercipta kembali, ketika tampak kesucian dan harga diri. Penderitaan adalah unik, pengalaman total yang terisolasi dan berbeda dari nyeri.

8)      Penderitaan berhubungan dengan sakit, kepedulian, dan kehidupan

Penderitaan yang berhubungan dengan sakit adalah pengalaman yang berhubungan dengan sakit dan ancaman. Ketika pasien terpapar oleh penderitaan karena tidak adanya kepedulian, pasien mengalami penderitaan akibat kepedulian dimana merupakan pelanggaran terhadap harga diri pasien.

9)      Manusia mengalami penderitaan

Manusia yang mengalami penderitaan adalah konsep yang digunakan oleh Eriksson untuk menggambarkan pasien. Pasien berasal dari kata patient (bahasa latin) yang berarti penderitaan. Pasien adalah manusia yang mengalami penderitaan atau manusia yang menderita dan menanggung dengan sabar.

10)  Rekonsiliasi

Rekonsiliasi adalah drama dari penderitaan. Manusia yang menderita ingin dikonfirmasi tentang penderitaannya dan diberikan ruang dan waktu untuk menderita dan mencapai rekonsiliasi. Rekonsiliasi mengimplikasikan perubahan dimana keseluruhan baru dibentuk dari kehidupan manusia yang mengalami kehilangan dalam penderitaan. Dalam rekonsiliasi bergabung dengan pentingnya pengorbanan. Rekonsiliasi adalah prasyarat dari caritas.

11)  Budaya caring

Budaya caring adalah konsep yang disebut Eriksson yang masuk ke dalam lingkungan. Budaya caring dicirikan dengan realitas caring total dan berdasarkan elemen budaya seperti tradisi, ritual, dan nilai dasar. Menghargai manusia, harga diri, dan kesucian membentuk tujuan persekutuan dan partisipasi dalam budaya caring. Asal mula dari konsep budaya ditemukan sebagai dimensi dari penghormatan, kecenderungan, pengolahan, dan kepedulian; dimensi ini adalah pusat dari motif dasar mempertahankan dan mengembangkan budaya caring.


BAB 3

PEMBAHASAN

3.1 Analisis Asal Usul Model Keperawatan Katie Eriksson

Dalam Fawwcet (2006), tahap pertama kali dalam menganalisa model keperawatan adalah  dengan menilai empat aspek dari asal usul (origin).  Pertama  menggambarkan sejarah evolusi dari model keperawatan dan menjelaskan motivasi penulis untuk mengembangkan model keperawatan. Kedua, menilai klaim penulis filosofis tentang keperawatan dan strategi pengembangan pengetahuan yang digunakan untuk merumuskan model keperawatan. Ketiga, mengidentifikasi pengaruh pemikiran penulis dari para ilmuan. Keempat, menentukan pandangan dunia yang tercermin dari model keperawatan. Merujuk pada tahapan analisa model keperawatan Fawwcet (2006), maka makalah ini akan membahas model konsep keperawatan Katie Eriksson dengan teorinya yang berfokus pada carative caring.

3.1.1 Sejarah Evolusi dari Model Keperawatan Katie Eriksson dan Motivasi Katie  Eriksson Mengembangkan Model Keperawatan

Katie Eriksson adalah salah satu pionner dari ilmu caring di Negara Nordic (Denmark, Finlandia, Islandia, Norwegia, dan Swedia bersama konstitusi Scandinavia). Ia memulai karirnya selama 30 tahun yang lalu dan membuka jalan bagi ilmu baru. Di Finlandia, Eriksson mengawali untuk merancang ilmu caring sebagai disiplin ilmu sekaligus menghidupkan substansi abstrak dari caring.

Sejak tahun 1970-an, Eriksson secara sistematis memperdalam pemikirannya tentang caring sebagian melalui pengembangan model ideal untuk caring yang membentuk dasar teori carative caring, dan sebagian melalui pengembangan ilmu caring otonom yang berorientasi pada manusiawi. Eriksson, salah satu dari beberapa peneliti dari ilmu caring di negara-negara Nordik yang mengembangkan teori kepedulian dan merupakan pendahulu penelitian dasar dalam ilmu caring. Tahun 1972, setelah mengajar selama 2 tahun di unit pendidikan keperawatan Helsinki Swedish School of Nursing, Eriksson menentukan untuk memulai dan mengembakan program edukasi untuk menyiapkan perawat edukator di institusi tersebut. Program tersebut hanya diajarkan dalam bahasa Swedia tidak ada di Finlandia. Program pendidikan ini, bekerja sama dengan Universitas Helsinki, adalah awal dari ilmu pengetahuan yang didisiplinkan.

Di bawah kepemimpinan Eriksson, Helsinki Swedish School of Nursing mengembangkan sebuah program pendidikan terkemuka dalam caring sains dan keperawatan di negara-negara Nordik yang merupakan cikal bakal pendidikan berdasarkan ilmu caring dan integrasi penelitian di bidang pendidikan. Pada tahun 1986, Eriksson diminta untuk merencanakan program pendidikan dan penelitian dalam mata pelajaran ilmu caring di Fakultas Pendidikan Universitas Ã…bo Akademi di Vaasa, Finlandia. Program pendidikan yang sepenuhnya dikembangkan untuk perawatan kesehatan dengan tiga pilihan fokus dan program penelitian untuk ilmu caring telah diciptakan. Hasil perencanaannya adalah Department of Caring Science pada tahun 1987 yang menjadi departemen otonom di dalam Fakultas Pendidikan Ã…bo Akademi University sampai tahun 1992, ketika Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Keperawatan didirikan. Eriksson mengembangkan pendidikan akademis untuk gelar Master dan Doktor di Ilmu Caring. Program doktor dimulai pada tahun 1987 di bawah arahan Eriksson, dan 44 disertasi doktor telah dipublikasikan.

Dengan staf dan para peneliti, Eriksson telah mengembangkan lebih lanjut teori caristik tentang ilmu caring dan peduli sebagai disiplin akademis. Selain karyanya dengan pengajaran, penelitian, dan pengawasan, Eriksson telah menjadi dekan Departemen Ilmu Caring. Salah satu tugas utamanya adalah mengembangkan kontak Nordik dan internasional dalam ilmu kepedulian. Eriksson telah menjadi tamu dan pembicara utama yang sangat populer, tidak hanya di Finlandia, tapi juga di semua negara Nordik dan di berbagai konggres internasional. Pada tahun 1977, ia menjadi pembicara tamu di Simposium Pendidikan Kedokteran dan Keperawatan di Istanbul, Turki; Pada tahun 1978, juga berpartisipasi dalam pendidikan guru Foundation of Health Care di Reykjavik, Islandia.

Pada tahun 1982, Eriksson mempresentasikan model aseptik asuhan keperawatannya pada Konferensi Terbuka Pertama di Kelompok Kerja Peneliti Perawat Eropa di Uppsala, Swedia. Eriksson mengikuti pendidikan dan pendidikan lanjutan perawat di Statens Utdannings center untuk Helsopersonell di Oslo, Norwegia. Pada tahun 1988, Eriksson mengajar "Basic Research in Nursing" di Universitas daerah Bergen, Norwegia, dan “Nursing Care Science’s Theory of Science and Research” di Universitas UmeÃ¥, Swedia.

Erikkson berkonsultasi di banyak institusi pendidikan Swedia dan telah menjadi dosen reguler di Nordiska Hälsovårdsskolan Gothenburg, Swedia. Pada tahun 1991, Eriksson menjadi pembicara tamu pada International Association for Human Caring (IAHC) Conference ke-13 di Rochester, New York. Pada tahun 1992, Eriksson mempresentasikan teorinya pada IAHC ke-14 di Melbourne, Australia; dan pada tahun 1993, menjadi pembicara utama pada IAHC ke 15, Caring sebagai Penyembuhan: Renewal Through Hope, di Portland, Oregon (Eriksson, 1994b, dalam Alligood, 2010).

Pada simposium ilmu caring tahunan di Helsinki, Finlandia. Dalam banyak dialog publik dengan Kari Martinsen dari Norwegia, Eriksson telah membahas pertanyaan mendasar tentang ilmu caring dan beberapa dialog telah dipublikasikan (Martinsen, 1996; Martinsen & Eriksson, 2009 dalam Alligood, 2010). Eriksson bekerja sebagai pemimpin dibanyak simposium: Simposium Nordik 1975 tentang Nursing Care Proccess pertama di Finlandia. Simposium 1982 dalam Riset Dasar Ilmu Keperawatan; Simposium Nordik 1985 dalam Ilmu Perawatan; Simposium Peduli Kemanusiaan Nordik tahun 1989; Konferensi Ilmu Kesehatan Nordik tahun 1991, "Caritas & Passio di Vaasa, Finlandia"; dan Konferensi Caring Science Nordik 1993, "peduli atau tidak peduli adalah kunci pertanyaaan" dalam Keperawatan di Vaasa, Finlandia.

Teori caricative caring dari Eriksson mulai terfokus secara internasional pada tahun 1997, ketika IAHC untuk pertama kalinya mengatur konferensinya di negara Eropa. Department of Caring Science menjabat sebagai tuan rumah konferensi ini, yang diselenggarakan di Helsinki, Finlandia, dengan topik, "Human Caring : The Primacy of Love and Existential Suffering". Eriksson adalah anggota beberapa komite redaksi untuk jurnal internasional dalam keperawatan dan ilmu caring. Dia telah diundang ke banyak universitas di Finlandia dan negara-negara Nordik lainnya sebagai lawan fakultas untuk mahasiswa doktoral dan konsultan ahli di bidangnya. Dia adalah penasihat untuk siswa penelitiannya sendiri dan untuk mahasiswa penelitian di Universitas Kuopio dan Helsinki, di mana dia adalah seorang profesor. Eriksson menjabat sebagai ketua Nordic Academy of Caring Science dari tahun 1999 sampai 2002.

Eriksson telah menghasilkan textbooks, laporan ilmiah, artikel jurnal profesional, dan makalah singkat. Publikasinya dimulai pada tahun 1970-an dan mencakup sekitar 400 judul. Beberapa terbitannya telah diterjemahkan ke dalam bahasa lain, terutama ke bahasa Finlandia “VÃ¥rdandets Idé” telah dimuat dalam Braille. Terjemahan bahasa Inggris pertamanya, The Suffering Human Being [Den Lidande Människan], diterbitkan pada tahun 2006 oleh Nordic Studies Press di Chicago. Eriksson telah menerima banyak penghargaan atas prestasi profesional dan akademisnya. Pada tahun 1975, dia dinominasikan untuk menerima Penghargaan 3M-ICN (Dewan Perawat Internasional) di Finlandia; Pada tahun 1987, dia menerima Medali Sophie Mannerheim dari Asosiasi Perawatan Swedia di Finlandia; dan pada tahun 1998, dia menerima Caring Science Gold Mark untuk mendapatkan asuhan keperawatan akademis di Helsinki University Central Hospital. Juga pada tahun 1998, dia menerima Doktor Kehormatan di Kesehatan Masyarakat dari Sekolah Kesehatan Masyarakat Nordik di Gothenburg, Swedia. Penghargaan lainnya termasuk Medali Kepulauan Ã…land tahun 2001 untuk ilmu pengetahuan tentang caring dan Medali Topelius 2003, yang dilembagakan oleh Ã…bo Akademi University. Pada tahun 2003, dia dihormati secara nasional sebagai Knight, First Class, dari Order of the White Rose , Finlandia.

Motivasi dasar Eriksson dalam ilmu caring dan merawat adalah caritas, yang merupakan ide utama dan menjaga berbagai elemen bersama hal ini memberi kedua substansi dan disiplin ilmu caring yang merupakan karakter khas. Dalam pengembangan motivasi dasar, St. Augustine (1957) dan Søren Kierkegaard (1843/1943) menjadi sumber penting dalam pengembangan disiplin. Pemikiran Eriksson dipengaruhi oleh Sources seperti Thomas Kuhn (1971)  dan Karl Popper (1997), dan kemudian oleh filsuf Amerika Susan Langer (1942) dan filsuf Finlandia Eino Kaila (1939) dan Georg von Wright (1986), yang kesemuanya mendukung gagasan sains manusia bahwa sains tidak akan ada tanpa nilai. Selama bertahun-tahun, Eriksson berkolaborasi dengan HÃ¥kan Törnebohm (1978), yang menjadi profesor Nordik pertama dalam teori sains di Universitas dari Gothenburg, Swedia terutama dalam penelitian Törnebohm dan pengembangan paradigma yang terkait dengan berbagai budaya ilmiah yang mengilhami Eriksson (Eriksson, 1989; Lindström, 1992).

 

Pemikiran bahwa konsep memiliki makna dan substansi telah menonjol dalam karya ilmiah Eriksson. Hal ini muncul melalui analisis sistematis konsep dasar dengan bantuan metode analisis semantik yang berakar pada gagasan hermeneutika, yang dikembangkan oleh profesor Peep Koort (1975). Koort adalah mentor Eriksson dan sumber inspirasi paling penting dalam karya ilmiahnya. Dengan membangun metodologinya, Eriksson kemudian mengembangkan sebuah model untuk pengembangan konsep yang sangat penting bagi banyak peneliti dalam karya ilmiah. Perumusan etika caring berbasis caritas dimana Eriksson dpipahami sebagai etika entologi. Emmanuel Lévinas (1988) berpendapat bahwa etika mendahului ontologi telah menjadi prinsip penuntun. Eriksson setuju dengan pendapat Levinas bahwa etika selalu lebih penting dalam hubungan dengan manusia lain. Substansi dasar etika adalah caritas, cinta, kasih dan amal yang didukung lebih jauh lagi oleh Aristoteles (1993), Nygren (1972), Kierkegaard (1843/1943), dan St. Augustine (1957).

Dalam rumusan etika karitatif, Eriksson telah terinspirasi oleh gagasan Kierkegaard tentang semangat terdalam manusia sebagai sintesis yang abadi dan temporal, bahwa dengan bertindak etis secara mutlak akan menjadi abadi (Kierkegaard, 1843/1943). Dia menekankan pentingnya pengetahuan tentang sejarah gagasan untuk melestarikan seluruh budaya spiritual dan mendapat dukungan Nikolaj Berdâev (1990) Filsus dan Sejarawan Rusia. Dalam mengintensifkan konsep dasar manusia sebagai tubuh, jiwa, , Eriksson melakukan dialog yang menarikdengan beberapa teolog seperti Gustaf Wingren (1960/1996), Antonio Barbosa da Silva (1993), dan Tage Kurtén (1987), sementara mengembangkan subdisiplin yang dia sebut sebagai teologi caring. Ciri paling menonjol dari pemikiran Eriksson adalah perumusan yang jelas tentang asumsi dasar ontologis, epistemologis, dan etika sehubungan dengan disiplin ilmu caring.

Dari awal perkembangan teorinya, Eriksson menetapkannya dalam empirisme secara sistematis menggunakan pendekatan deduktif hermeneutis dan hipotetis. Sesuai dengan cara berpikir manusia dan hermeneutis, Eriksson mengembangkan konsep pengetahuan caring telah dibuktikan (Eriksson, Nordman, & Myllymäki, 1999 dalam Alligood 2010). Argumen utamanya untuk ini adalah bahwa konsep bukti dalam ilmu pengetahuan alam terlalu sempit untuk menangkap dan mencapai kedalaman realitas kepedulian yang kompleks.

Konsep pembuktiannya berasal dari konsep kebenaran Gadamer (Gadamer, 1960/1994), yang meliputi kebenaran, keindahan, dan kebaikan. Bukti dalam perspektif sains manusia mengandung dua aspek: konseptual dan logis, yang disebut secara ontologis, dan bersifat empiris. Bukti konsep yang dikembangkan oleh Eriksson terbukti secara empiris saat diuji dalam dua studi empiris komprehensif di mana gagasan tersebut untuk mengembangkan budaya kepedulian berbasis bukti di tujuh unit perawatan di Distrik Rumah Sakit dari Helsinki dan Uusimaa (Eriksson & Nordman, 2004). Perkembangan bukti lebih lanjut menghasilkan ilmu caring berbasis  konsep dan teori (Martinsen & Eriksson, 2009 dalam Alligood, 2014)

3.1.2 Klaim/ Pernyataan Katie Eriksson tentang Keperawatan dan Strategi Pengembangan Pengetahuan Untuk Merumuskan Model Keperawatan.

Ide yang mendasari Eriksson saat merumuskan pernyataan teoretis adalah menghubungkan empat tingkat pengetahuan: meta-teoretis, teori, teknologi, dan kepedulian sebagai seni. Generasi teori terjadi melalui gerakan dialektis di kedua tingkat, tapi di sini deduksi merupakan gagasan epistemologis dasar (Eriksson, 1981). Teori sains untuk sains  caring, yang mengatasi sudut pandang epistemologis, logis, dan etika yang fundamental, terbentuk pada tingkat meta-teoritis. Eriksson (1988), sesuai dengan Nygren (1972), melihat motif dasar sebagai unsur yang meresapi pembentukan pengetahuan di semua tingkatan dan memberi pengetahuan ilmiah merupakan keunikan tersendiri. Ontologi yang diformulasikan dengan jelas merupakan fondasi dari teori kepedulian caritatif dan ilmu keperawatan sebagai sebuah disiplin. Motif caritas, etos cinta dan kasih amal, rasa hormat dan penghormatan terhadap kekudusan dan martabat manusia, yang menentukan sifat caring, memberikan teori kepedulian caritatif. Etos ini, yang mengelilingi kepedulian sebagai sains dan seni, menembus budaya caring dan menciptakan prasyarat untuk peduli. Etos tercermin dalam proses asuhan keperawatan, dalam dokumentasi, dan diberbagai model perencanaan perawatan.

Caring Comuunion merupakan konteks makna dari mana konsep teori itu dipahami. Penderitaan manusia menjadi dasar untuk membentuk kepedulian dan membangkitkan perawat untuk benar-benar peduli (yaitu melayani dengan cinta dan ikhlas). Dalam melakukan caring pasien akan disambut dan diundang dengan caring communion. 

Eriksson terus mengembangkan pemikirannya dan teori kepedulian karitatif dengan energi yang tak habis-habisnya dan terus-menerus menemukan cara baru, menciptakan kembali dan memperdalam apa yang telah dinyatakan sebelumnya. Penelitian sistematis dan pengembangan teori kepedulian caritative, serta disiplin ilmu peduli dilakukan dalam lingkup program penelitian di departemennya, stafny dan kelompok postdoctoral. Topik disertasi kandidat doktor terkait dengan program penelitian dan merupakan kontribusi pengetahuan yang penting bagi perkembangan pemikiran Eriksson yang terus berlanjut. Selama beberapa tahun terakhir, Eriksson telah menekankan pentingnya penelitian dasar dalam ilmu perawatan klinis, di mana dia secara khusus menekankan pada pemahaman objek penelitian, kenyataan kepedulian. Dia menggambarkan objek penelitian dari tiga sudut pandang: dunia yang berpengalaman, praksis sebagai aktivitas, dan realita. Dalam realitas nyata, seseorang menemukan sesuatu dari potensi perawatan yang paling dalam adalah kenyataan yang dapat dipahami dalam pengertian Gadamer, dalam arti praksis Yunani kuno yaitu sebagai cara hidup dan keberadaan, yaitu ontologi (Gadamer, 2000). Perkembangan ilmu pengetahuan dalam ilmu caring menjadi fundamental yang berbeda tergantung dari objek pengetahuan yang berfokus pada penelitian (Eriksson & Lindström, 2003 dalam Alligood 2010). Pusat perhatian lainnya menurut Eriksson (2003) dibentuk oleh pengembangan etika kepedulian caritative yang terjadi seperti yaang sduah terjadi sebelumnya melalui penerapan dan pengujian lanjutan dalam berbagai konteks klinis.

3.1.3 Pengaruh Para Ilmuwan Yang Mempengaruhi Terhadap Pemikiran Katie Eriksson

Banyak para ilmuwan yang mempengaruhi terhadap pemikiran Katie Eriksson ini yaitu Plato, Socrates, dan Aristotelles (Eriksson,1987).Substansi dasar dari etik caritas yaitu love dan charity didukung oleh ide dari Aristotelles (1993), Nygren’s (1972), Kierkegaard’s (1843/1943) dan St Augustine’s (1957). Formula dari caritas etik Eriksson terinspirasi dari ide Kierkagaard’s tentang semangat yang paling dalam dari manusia (human being) yaitu gabungan antara enternal (tingkah laku yang pantas dan nyata) dan temporal. Dalam hal ini Eriksson  menitik beratkan pada pentingnya sejarah ilmu pengetahuan yang memberi gagasan terhadap pemeliharaan dari keseluruhan spiritual kultur, yang mendukung hal ini yaitu Nikolaj Berclaev (1990) seorang ahli pilsafat dan ahli sejarah dari Rusia.

Konsep dasar tentang human being yaitu bodi, soul dan spirit Eriksson mendapat ide dari seorang ahli theology yaitu Gustaf Wingren (1960/1996), Antonio Barbosh da Silva (1993) dan Tage Kurten (1987).

3.1.4 Pandangan Dunia Yang Tercermin dari Model Keperawatan Katie Eriksson

Pengertian teori Eriksson secara umum yaitu bertujuan sebagai dasar ontological dan etik dari caring (kepedulian) dimana dalam waktu yang sama membentuk inti dari disiplin dan epistemologi. Pada awal pembentukan teorinya, Eriksson menegakan teorinya secara  sistematik dengan menggunakan hermeneutical dan hyphotetical deduktif. Dalam kesesuaian ilmu manusia (human science) dan pemikiran hermeneutical, Eriksson membentuk konsep ilmu sains sesuai dengan bukti (evidence) (Eriksson, Nordman, dan Myllymaki,1999). Pendapat utama dari konsep teori ini yaitu pemahaman yang terlalu sempit dan kepedulian (caring) yang sangat dalam dan kompleks.Bukti konsep Eriksson berasal dari gadamer’s konsep

3.2 Analisis Fokus Unik Model Keperawatan Katie Eriksson

Langkah kedua dalam menganalisis model keperawatan adalah memeriksa fokus uniknya. Model yang berbeda berfokus pada masalah yang berbeda pada situasi keperawatan atau masalah yang berbeda dalam interaksi antara manusia dengan lingkungan (Christensen & Kenney, 1995; Duffey & Muhlenkamp, 1974 dalam Fawcett, 2005). Fokus unik dari model keperawatan terspesifikasi oleh klasifikasinya terhadap satu atau lebih kategori pengetahuan keperawatan. Kategori yang relevan di sini adalah perkembangan, sistem, interaksi, kebutuhan, target, klien sebagai pusat, fokus interaksi klien dengan lingkungan, keperawatan terapeutik, lahan energi, intervensi, konservasi, subtitusi, dukungan, dan peningkatan. Pertanyaannya adalah apa fokus unik dari model keperawatan? (Fawcett, 2005).

Sejak pertengahan tahun 1970-an, Katie Eriksson mengembangkan substansi dari caring dan mengembangkan ilmu caring sebagai disiplin yang independen (Eriksson, 1988 dalam Alligood & Tomey, 2010). Dari ide dasarnya tentang ilmu caring sebagai ilmu humanistik, Eriksson mengembangkan metateori yang disebutnya sebagai teori tentang ilmu untuk ilmu caring (Eriksson,1988,2001 dalam Alligood & Tomey, 2010). Motif dasar dari ilmu caring dan caring adalah caritas. Teori caritative caring Eriksson berfokus pada konsep caring dan caritas. Berikut ini adalah konsep mayor dari teori caritative caring Eriksson :


1)      Caritas

Caritas berarti cinta dan amal. Caritas adalah cinta alami yang tidak bersyarat. Caritas adalah motif fundamental dari ilmu caring. Hal ini berarti caring adalah usaha keras untuk percaya, berharap, mencintai melalui kecenderungan, bermain, dan belajar.

2)      Persekutuan caring (Caring communion)

Persekutuan caring adalah apa yang menyatukan bersama dan memberikan caring signifikannya (Eriksson, 1992a dalam Alligood & Tomey, 2010). Persekutuan caring adalah konteks dari makna caring dan struktur yang membedakan realita caring. Caring mendapatkan karakter yang berbeda melalui persekutuan caring (Eriksson, 1990 dalam Alligood & Tomey, 2010).

Persekutuan caring membutuhkan pertemuan dalam ruang, waktu dan absolut. Persekutuan caring dicirikan oleh intensitas, vitalitas, kehangatan, kedekatan, istirahat, menghargai, kejujuran, dan toleransi. Persekutuan caring dilihat sebagai sumber kekuatan dan berarti dalam caring.

3)      Tindakan caring

Tindakan caring terdiri dari elemen caring (kepercayaan, harapan, cinta, kecenderungan, bermain, dan belajar), melibatkan kategori dari tanpa batas dan keabadian, dan mengajak untuk bersekutu secara mendalam. Tindakan caring adalah seni untuk membuat sesuatu yang sangat khusus.

4)      Efek caritative caring

Etika caritative caring terdiri dari etika caring, inti dari yang sudah dibedakan oleh motif caritas. Eriksson membedakan antara etika caring dengan etika keperawatan. Dia juga mendefinisikan fondasi etika caring dan substansi pentingnya. Etika caring berhubungan dengan hubungan dasar antara perawat dengan pasien, jalan dimana perawat menemui pasien secara etik. Di sisi lain etika keperawatan berhubungan dengan prinsip etika dan aturan sebagai pedoman dalam bekerja dan membuat keputusan. Etika caring adalah inti dari etika keperawatan. Kategori etika yang bergabung sebagai dasar dari etika caritative caring adalah harga diri manusia, persekutuan caring, ajakan, tannggung jawab, baik dan buruk, kebajikan, dan kewajiban. Dalam seni etika, kebaikan dibawa melalui tindakan etik (Eriksson, 1995, 2003 dalam Alligood & Tomey, 2010).


5)      Harga diri

Harga diri membentuk salah satu konsep dasar etika caritative caring. Harga diri manusia adalah harga diri yang absolut sebagian, harga diri yang relatif sebagian. Harga diri absolut dibawa oleh manusia sejak lahir, sedangkan harga diri relatif dipengaruhi dan dibentuk melalui budaya dan konteks eksternal. Harga diri absolut manusia contohnya hak untuk diakui sebagai manusia yang unik (Eriksson,1988, 1995, 1997a dalam Alligood & Tomey, 2010).

6)      Invitation

Invitation adalah tindakan yang terjadi ketika pelaku caring menyambut pasien ke dalam persekutuan caring. Konsep dari invitation menemukan ruang untuk tempat dimana manusia diijinkan untuk istirahat, tempat yang berbau sejatinya hospitality.

7)      Penderitaan (suffering)

Penderitaan adalah konsep ontologi yang menggambarkan usaha keras manusia di antara posisi baik dan buruk. Penderitaan mengimplikasikan beberapa rasa meninggalkan dari sesuatu, dan melalui rekonsiliasi, keseluruhan badan, jiwa, dan semangat tercipta kembali, ketika tampak kesucian dan harga diri. Penderitaan adalah unik, pengalaman total yang terisolasi dan berbeda dari nyeri.

8)      Penderitaan berhubungan dengan sakit, kepedulian, dan kehidupan

Penderitaan yang berhubungan dengan sakit adalah pengalaman yang berhubungan dengan sakit dan ancaman. Ketika pasien terpapar oleh penderitaan karena tidak adanya kepedulian, pasien mengalami penderitaan akibat kepedulian dimana merupakan pelanggaran terhadap harga diri pasien. Contoh penderitaan yang berhubungan dengan kepedulian adalah tidak ditangani dengan serius, tidak disambut dengan baik, disalahkan, dan menjadi subjek percobaan kekuasaan. Pada situasi menjadi pasien, keseluruhan kehidupan manusia mengalami penderitaan untuk hidup.

9)      Manusia mengalami penderitaan

Manusia yang mengalami penderitaan adalah konsep yang digunakan oleh Eriksson untuk menggambarkan pasien. Pasien berasal dari kata patient (bahasa latin) yang berarti penderitaan. Pasien adalah manusia yang mengalami penderitaan atau manusia yang menderita dan menanggung dengan sabar.


10)  Rekonsiliasi

Rekonsiliasi adalah drama dari penderitaan. Manusia yang menderita ingin dikonfirmasi tentang penderitaannya dan diberikan ruang dan waktu untuk menderita dan mencapai rekonsiliasi. Rekonsiliasi mengimplikasikan perubahan dimana keseluruhan baru dibentuk dari kehidupan manusia yang mengalami kehilangan dalam penderitaan. Dalam rekonsiliasi bergabung dengan pentingnya pengorbanan. Rekonsiliasi adalah prasyarat dari caritas.

11)  Budaya caring

Budaya caring adalah konsep yang disebut Eriksson yang masuk ke dalam lingkungan. Budaya caring dicirikan dengan realitas caring total dan berdasarkan elemen budaya seperti tradisi, ritual, dan nilai dasar. Menghargai manusia, harga diri, dan kesucian membentuk tujuan persekutuan dan partisipasi dalam budaya caring. Asal mula dari konsep budaya ditemukan sebagai dimensi dari penghormatan, kecenderungan, pengolahan, dan kepedulian; dimensi ini adalah pusat dari motif dasar mempertahankan dan mengembangkan budaya caring.

Eriksson membedakan 2 macam asumsi mayor yaitu axiom dan thesis. Axiom adalah adalah kebenaran fundamental yang berhubungan dengan konsepsi dunia; thesis adalah pernyataan fundamental yang fokus pada asal mula ilmu caring dan validitasnya diuji melalui riset dasar. Axiom dan thesis bersama-sama membentuk ontologi ilmu caring dan sebagai fondasi epistemologinya. Teori caritative caring berdasarkan axiom dan thesis, yang diklarifikasi dan dimodifikasi oleh asumsi dasar Eriksson. Axiom tersebut adalah sebagai berikut:

·         Manusia adalah pada dasarnya kesatuan dari tubuh, jiwa, dan spirit

·         Manusia adalah pada dasarnya makhluk religius

·         Manusia adalah pada dasarnya suci. Harga diri manusia berarti menerima tanggung jawab manusia untuk melayani dengan cinta.

·         Persekutuan adalah dasar dari semua humanitas. Manusia adalah pada dasarnya berhubungan dengan abstrak dan atau konkret lain dalam pesekutuan.

·         Caring adalah sesuatu dari manusia yang secara alami terpanggil untuk melayani dengan cinta.

·         Penderitaan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan. Penderitaan dan sehat adalah prasyarat satu sama lain.

·         Kesehatan berarti lebih dari tidak sakit. Kesehatan mengimplikasikan keseluruhan dan kekudusan.

·         Manusia hidup dalam realitas yang dicirikan oleh misteri, ketiadabatasan, dan keabadian.

Thesis adalah sebagai berikut:

·         Ethos memberikan makna pada konteks caring

·         Motif dasar caring adalah motif caritas

·         Kategori dasar caring adalah penderitaan

·         Persekutuan caring membentuk konteks dari makna caring dan memperoleh asal mula dari ethos cinta, tanggung jawab, pengorbanan, dan etika caritative.

·         Sehat berarti pergerakan dalam menjadi dan melakukan ketika berjuang untuk keseluruhan dan kekudusan, yang sesuai dengan penderitaan yang dapat ditahan.

·         Caring mengimplikasikan penanggulangan penderitaan dalam amal, cinta, kepercayaan, dan harapan. Dasar alami caring adalah diekspresikan melalui perjuangan, bermain, dan belajar dalam hubungan caring yang terbina, yang asimetris oleh alam.

3.1  Analisis Isi Model Keperawatan Katie Eriksson

Langkah ketiga dalam analisis model keperawatan adalah pemeriksaan isinya. Isi model keperawatan disajikan dalam bentuk konsep abstrak dan umum serta proposisi. Proposisi relasional yang menghubungkan konsep diekstrak dan dikategorikan berdasarkan hubungan antara empat konsep metaparadigm.

3.3.1 Manusia

Konsep tentang manusia pada teori Eriksson didasarkan pada aksioma bahwa manusia adalah entitas tubuh, jiwa, dan semangat (Eriksson, 1987a, 1988). Eriksson menekankan bahwa manusia pada dasarnya adalah makhluk keagamaan, tapi semua manusia tidak mengakui dimensi ini. Manusia pada dasarnya suci, dan aksioma ini terkait dengan ide tentang martabat manusia, yang berarti menerima kewajiban manusia untuk melayani dengan cinta dan yang ada untuk orang lain.

Eriksson menekankan kebutuhan memahami manusia dalam konteks ontologinya. Manusia dipandang konstan; selalu konstan dalam perubahan dan karenanya dan tidak pernah dalam keadaan penyelesaian lengkap. Manusia dimengerti dalam  istilah kecenderungan ganda yang ada dalam dirinya, terlibat dalam perjuangan terus dan hidup dalam ketegangan antara menjadi dan tidak menjadi. Eriksson melihat kebebasan bersyarat manusia sebagai dimensi menjadi. Eriksson menghubungkan pemikirannya dengan Kierkegaard (1843/1943) ide tentang pilihan bebas dan keputusan dalam berbagai tahapan  kehidupan manusia yaitu estetis, etis, dan tahap keyakinan dan dia berpikir bahwa transendesi kekuatan manusia adalah fondasi kebebasan yang nyata. Dual kecenderungan manusia juga muncul dalam usahanya menjadi unik, sementara secara bersamaan menginginkan menjadi komuni yang lebih besar.

Manusia pada dasarnya bergantung pada komuni; tergantung pada yang lain, dalam hubungan antara hal konkret lainnya (manusia) dan yang abstrak lainnya (beberapa bentuk Tuhan) yang manusia ingin menjadi dirinya sendiri dan keberadaannya (Eriksson, 1987a). Manusia mencari sebuah komuni dimana dia dapat memberi dan menerima cinta, mengalami iman dan harapan, dan sadar bahwa keberadaannya di sini dan saat ini memiliki makna. Menurut Eriksson (1987b), manusia yang kita temui dalam perawatan yaitu manusia kreatif dan imajinatif, memiliki kemauan dan keinginan, dan mampu mengalami fenomena. Oleh karena itu, deskripsi tentang manusia hanya dalam istilah kebutuhannya tidak mencukupi. Saat manusia memasuki konteks caring, maka dia akan menjadi pasien dalam konsep original- makhluk yang menderita (Eriksson,1994a).

3.1.2 Lingkungan

Eriksson menggunakan konsep etos sesuai dengan Gagasan Aristoteles (1935, 1997) bahwa etika berasal jiwa khas suatu bangsa. Dalam pengertian Eriksson, etos ilmu peduli, sebagaimana serta kepedulian, terdiri dari gagasan cinta dan amal dan hormat dan kehormatan dari kekudusan dan martabat dari itu manusia makhluk. Etos adalah yang mencakup semua caring. Etos adalah ontologi batin yang seharusnya, "target kepedulian" yang memiliki bahasanya sendiri dan kunci sendiri "(Eriksson, 2003, hal 23). Caring yang baik dan pengetahuan sejati menjadi terlihat melalui etos. Etos awalnya mengacu pada rumah, atau tempat dimana manusia merasa di rumah. Ini melambangkan ruang terdalam manusia, tempat dimana dia dalam keterbukaannya (Lévinas, 1989). Etika dan etika menyatu bersama, dan dalam budaya peduli menjadi satu (Eriksson, 2003).

Eriksson berpikir bahwa etos berarti itu merasa dipanggil untuk melayani tugas tertentu. Etos sebagai inti dari budaya peduli. Etos, yang membentuk kekuatan dasar dalam budaya peduli, mencerminkan prioritas nilai yang berlaku yang melaluinya fondasi dasar etika dan tindakan etis muncul. Pada awal 1990-an, saat Eriksson memperkenalkan gagasan menderita sebagai kategori dasar caring, dia kembali ke sejarah fundamental kondisi caring, gagasan amal sebagai dasarnya mengurangi penderitaan (Eriksson, 1984, 1993, 1994a, 1997a). Ini berarti sebuah perubahan dalam pandangan realitas caring pada fokus penderitaan manusia. Penderitaan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia, dan tidak memiliki alasan atau definisi yang berbeda. Penderitaan seperti itu tidak ada artinya, tapi manusia bisa dianggap sebagai makna untuk berdamai. Eriksson membuat perbedaan antara penderitaan yang tak tertahankan dan tak tertahankan dan berpikir penderitaan yang tak tertahankan melumpuhkan manusia, mencegahnya tumbuh, meski bisa bertahan lama penderitaan itu sesuai dengan kesehatan. Tujuan akhir dari caring adalah untuk meringankan penderitaan. Eriksson telah menjelaskan tiga bentuk yang berbeda: penderitaan yang berkaitan dengan penyakit, penderitaan terkait dengan perawatan, dan penderitaan yang berkaitan dengan kehidupan (Eriksson, 1993, 1994a, 1997a).

3.1.3 Kesehatan

Eriksson menganggap kesehatan sebagai kesempurnaaan, kesegaran, dan kesejahteraan. Dimensi subjektif, atau kesejahteraan, sangat ditekankan kuat (Eriksson, 1976). Aksioma kesehatan saat ini, kesehatan menyiratkan adanya keseluruhan tubuh, jiwa, dan spirit. Kesehatan berarti sebagai konsep murni keutuhan dan kesucian (Eriksson, 1984). Dalam model ontologi kesehatan, Eriksson melihat kesehatan sebagai gerakan dan integrasi. Premis kesehatan merupakan gerakan terdiri dari ruang dan waktu, kesehatan sebagai gerakan menyebabkan perubahan; seorang manusia menjadi terbentuk atau hancur; namun tidak pernah lengkap; kesehatan adalah perpindahan antara aktual dan potensial; kesehatan adalah gerakan dalam ruang dan waktu; kesehatan sebagai gerakan tergantung pada kekuatan vital dan vitalitas tubuh, jiwa, dan spirit; arah gerakan ini ditentukan oleh kebutuhan manusia dan keinginan; kemauan untuk menemukan makna, kehidupan, dan cinta merupakan sumber energi gerakan; dan kesehatan saat gerakan berusaha mencapai realisasi potensi seseorang (Eriksson, 1984).

Dalam konsepsi ontologis, kesehatan merupakan sebuah gerakan, menuju keutuhan yang lebih dalam dan kesucian. Kesehatan batin manusia potensial tersentuh, sebuah gerakan dapat terlihat dalam dimensi kesehatan yang berbeda sebagai perbuatan, menjadi apa, dan menjadi bagaiman dengan keutuhan unik manusia (Eriksson, Bondas-Salonen, Fagerström, et al., 1990).

3.1.4 Keperawatan

Cinta dan amal, atau caritas, sebagai motif dasar caring telah ditemukan Eriksson (1987b, 1990, 2001) sebagai ide utama bahkan dalam karya awalnya. Motif caritas bisa ditelusuri melalui semantik, antropologi, dan sejarah gagasan (Eriksson, 1992c). Caritas merupakan motif untuk peduli, dan melalui motif caritas tersebut caring dirumuskan. Motif menurut Eriksson, adalah inti dari semua pengajaran dan mendorong pertumbuhan di semua bentuk hubungan manusia.

Di caritas, kedua dasar bentuk cinta - eros dan agapé (Nygren, 1966) digabungkan. Motif dari caritas dapat terlihat secara khusus pada sikap etik dalam caring, atau pandangan karitatif pandangan, yang merumuskan dan menentukan dalam etika perawatan karitatif (Eriksson, 1995). Caritas merupakan kekuatan batin yang terhubung dengan misi untuk peduli. Merawat adalah sesuatu yang alami dan asli. Eriksson Berpikir bahwa substansi caring bisa dipahami hanya dengan mencari asal-usulnya. Asal ini ada di asal konsep dan gagasan peduli alam. Dasar-dasar kepedulian alam didasari oleh gagasan tentang keibuan, yang menyiratkan pembersihan dan bergizi, dan cinta spontan dan tanpa syarat.

Perawatan dasar alami diungkapkan melalui perawatan, bermain, dan belajar dengan semangat cinta, iman, dan berharap. Karakteristik merawat adalah kehangatan, kedekatan, dan sentuhan; Bermain adalah ekspresi olahraga, pengujian, kreativitas, dan imajinasi, dan keinginan dan keinginan; Belajar ditujukan untuk pertumbuhan dan perubahan. Eriksson menekankan bahwa kepedulian karitatif berhubungan dengan yang inti terdalam keperawatan Dia membedakan antara nursing caring dan asuhan keperawatan. Asuhan keperawatan didasarkan pada proses asuhan keperawatan, dan hanya menunjukkan perawatan yang baikdidasarkan pada inti terdalam keperawatan. Caring nursing menunjukkan caring tanpa prasangka yang menekankan pada penderitaan dan keinginan pasien (Eriksson, 1994a).

Inti hubungan caring, antara perawat dan pasien dijelaskan oleh Eriksson (1993), adalah sebuah open invitation yang berisi penegasan saling menerima. Open invitation yang konstan melibatkan tindakan caring. Tindakan caring mengungkapkan yang semangat terdalam caring dan menyusun motif dasar caritas. Tindakan caring mengungkapkan elemen suci terdalam, menjaga martabat individu pasien. Dalam tindakan caring, pasien diajak ke berbagi, dalam persekutuan, dalam rangka membentuk kehidupan dan aktif dasar caring (Eriksson, 1987a) (yaitu, disesuaikan dengan pasien). Dalam pengertian ontologis, tujuan akhir dari caring tidak kesehatan saja; namun lebih jauh dan mencakup kehidupan manusia secara keseluruhan. Karena misi dari manusia adalah untuk melayani, ada demi orang lain. Tujuan utama dari merawat adalah membawa manusia kembali ke misi ini (Eriksson, 1994a).



















BAB 4

PENUTUP


4.1 Kesimpulan

      Katie Eriksson adalah perawat Finlandia-Swedia. Setelah menjadi perawat pada tahun 1965 untuk dapat mempraktikkan keperawatan, dia menjadi instruktur keperawatan di Helsinki Swedish Medical Institute. Dia saat ini bekerja sebagai profesor ilmu kesehatan di Universitas Abo Akademi di Vaasa, di mana dia membangun program magister ilmu kesehatan, dan program studi pascasarjana empat tahun yang mengarah ke gelar doktor dalam bidang ilmu kesehatan.
Teori Caritative Caring dikembangkan oleh Katie Eriksson. Model keperawatan ini membedakan antara etika peduli, hubungan praktis antara pasien dan perawat, dan etika keperawatan. Etika keperawatan adalah prinsip etika yang memandu kemampuan pengambilan keputusan seorang perawat. Perhatian karitatif terdiri dari cinta dan kasih sayang, yang juga dikenal sebagai caritas, dan penghormatan dan penghormatan terhadap kesucian dan martabat manusia. Menurut teori, penderitaan yang terjadi sebagai akibat kurangnya perawatan karitatif adalah pelanggaran martabat manusia.

4.2 Saran

Sebagai perawat profesional diharapkan untuk meningkatkan pengembangan sains keperawatan dalam berbagai bidang di dunia keperawatan dapat dilakukan berdasarkan analisis dari masing-masing komponen dalam struktur holarchy pengetahuan keperawatan kontemporer.

Dengan demikian diharapkan dalam aplikasi sains keperawatan khususnya model konsep keperawatan mengedepankan prinsip analisis yang sistematis, sehingga dapat menjadi panduan dalam pelayanan keperawatan.


DAFTAR PUSTAKA


Alligood, M. R. (2014). Nursing Theorist and their work (EIGHTH EDI). Maryland Heights, MOMosby Elsevier.
Fawcett, J. (2006). Contemporary nursing knowledge : analysis and evaluation of nursing modles and theorist. 2nd Edition.  Philadelphia : FA Davis Company.
Martha Raile Alligood, R., PhD. (2014). An Interpretive Study of Martha Rogers Conception of Pattern. 12(1).
Sarwoko, S. (2008). Pengantar filsafat ilmu keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Tidak ada komentar: