ANALISIS TEORI KEPERAWATAN SYMPHONOLOGICAL THEORY GLADYS & JAMES HUSTED DENGAN PENDEKATAN APLIKATIF DALAM ASUHAN KEPERAWATAN



BAB I
PENDAHULUAN

1.1.       Latar Belakang
Manusia berkutat dengan berbagai keputusan setiap harinya terkait bagaimana cara bertindak dalam pekerjaan, berhubungan dengan individu lain, dan lain-lain. Oleh karena itu, individu akan terus berpikir mengenai keputusan yang dibuat sesuai dengan etik atau tidak. Banyak dari pengambilan keputusan bukan merupakan suatu dilema, artinya pilihan tersebut adalah jelas, karena sesungguhnya individu paham akan apa yang harus dilakukan namun ada pandangan-pandangan etis yang terlibat didalammnya (Husted & Husted, 2008). Meskipun masalah etik yang dihadapi perawat adalah fokus utama disini, konsep symphonology bioethical theory dapat diaplikasikan oleh seluruh tenaga profesional pelayanan kesehatan. Penyesuaian yang dibutuhkan berdasarkan pada pendidikan, pengalaman, dan peran dari setiap profesi yang terlibat. Teori ini juga dapat diaplikasikan kepada pasien, populasi tertentu, jenjang umur, penyakit, kompetensi dan berbagai latar belakang budaya (Husted, Husted, Scotto, & Wolf, 2015).
Teori ini menjadi penting dipelajari karena mengandung makna interaksi antara pasien dengan perawat yang ditinjau dari segi bioetik. Interaksi merupakan hal yang tidak dapat dihindari setiap harinya antara perawat dengan pasien. Namun untuk membangun interaksi tidaklah mudah. Hal tersebut sesuai dengan peran perawat yang harus memiliki kemampuan interaksi yang baik dengan pasien sehingga asuhan keperawatan dapat berjalan sesuai dengan target yaitu peningkatan derajat kesehatan pasien (Husted & Husted, 2008).
Pada makalah ini penulis akan menggambarkan pandangan teori symphonological bioethical dalam mencapai interaksi antara perawat dengan pasien sehingga tujuan perawatan dapat tercapai. Pada makalah ini, terdapat beberapa kaidah yang akan dipaparkan di bab selanjutnya terkait upaya membangun proses interaksi yang baik antara perawat dengan pasien guna mencapai persetujuan. Fenomena masalah juga penulis angkat untuk menjelaskan secara jelas mengenai pentingnya interaksi berdasarkan bioetik yang dapat dilakukan oleh perawat.
1.2.Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam makalah ini adalah analisis Symphonological Bioethical Theory menggunakan proses keperawatan sebagai pendekatan aplikatif dalam asuhan keperawatan.
1.3.Tujuan Penulisan
1.3.1        Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan makalah ini agar pembaca mampu memahami dan menganalisis Symphonological Bioethical Theory dalam proses keperawatan.
1.3.2        Tujuan Khusus
Penulisan makalah ini bertujuan agar penulis dan pembaca mampu memberikan gambaran tentang Symphonological Bioethical Theory yang meliputi :
a.       Menganalisis definisi dan konsep Symphonological Bioethical Theory
b.      Menganalisis proposisi atau asumsi utama dari Symphonological Bioethical Theory
c.       Menganalisis cakupan Symphonological Bioethical Theory
d.      Menganalisis Symphonological Bioethical Theory berdasarkan pendekatan proses keperawatan
1.4  Manfaat Penulisan
Penyusunan makalah ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman perawat dan mahasiswa keperawatan mengenai teori keperawatan dari Gladys L. Hausted dan James H. Hausted yaitu Symphonological Bioethical Theory sehingga dapat memotivasi perawat melakukan pengembangan asuhan keperawatan yang tepat berdasarkan pemahaman grand theory ini.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.    Profil Gladys dan James Husted
Gladys L. Husted, Ph.D., MSNEd, RN, adalah profesor emeritus keperawatan di Universitas Duquesne, Pitssburgh, Pennsylvania. Beliau menyelesaikan pendidikan master keperawatan di Universitas of Pittsburgh dimana beliau juga menyelesaikan studi doktoralnya di bidang kurikulum dan supervisi. Beliau mendapatkan gelar School of Nursing Distinguished Professor di tahun 1998. Beliau telah pensiun dari pekerjaannya di Universitas Duquesne namun tetap melanjutkan mengajar secara paruh waktu di program magister dan doktoral. Ide pokok beliau adalah bioetik. Gladys L. Husted melanjutkan menulis dan menjadi konsultan pada area ini. Area keahlian lainnya yang ia pelajari adalah di rancangan kurikulum, strategi instruksional, dan teori perkembangan (Alligood, 2014). 
James H. Husted adalah cendekiawan yang lahir di Kingston, Pennsylvania. Ia adalah adalah anggota dari American Philosophical Association dan North American Spinoza Society. Ia telah menjadi anggota dari High IQ Societies, Mensa dan Internel. Ia adalah ahli filosofi untuk Dial-An-M untuk Mensa dan juga editor filosofi dari Integra yang merupakan jurnal dari Internel (Husted & Husted, 2008). Kedua tokoh ini menikah pada tahun 1974, mengembangkan dan mengangkat teori Symphonology. Salah satu buku hasil karya mereka adalah Ethical Desicion Making in Nursing yang mendapatkan penghargaan Nursing Society Award pada tahun 2001 (Alligood, 2014).
 
2.2.    Definisi dan Konsep Symphonological Bioethical Theory
2.2.1. Bioetik
Bioetik adalah cabang dari ilmu etik yang menjelaskan tentang perkembangan masalah ditinjau dari segi penelitian medis dan biologis dengan praktik klinik. Hal ini mencakup masalah mengenai perawatan individual dan hubungan yang lebih luas seperti akses di pelayanan kesehatan, kerahasiaan, tes genetik, dan alokasi sumber daya (Husted, Husted, Scotto, & Wolf, 2015). Bioetik menurut (Alligood, 2014) adalah pemikiran yang berkutat dengan hal etik di dalam hubungan interaksi antara seorang pasien dan profesi pemberi pelayanan kesehatan, terkait yang seharusnya dilindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan manusia didalam area pelayanan kesehatan. Teori yang mendasari hal ini terus berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi di bidang pelayanan kesehatan dan terciptanya ancaman serta keadaan yang membingungkan buka situasi yang ditemui sebelumnya. Peningkatan angka kejadian dan tipe dari pilihan penanganan yang diperbolehkan ke pasien untuk proses bertahan akan kondisi yang ada yang kondisi tersebut akan didapat akibat efek kejadian masa lalu. Menurut Alligood (2014) terdapat beberapa standar penerapan bioetik antara lain:
1) Autonomy
Autonomy adalah bagian unik dari individu serta karakter yang ada pada seorang individu. Setiap orang mempunyai hak untuk bertindak untuk tujuan mereka masing-masing.
2) Beneficience
Beneficence adalah kemampuan untuk memperoleh kebaikan dan hal-hal yang merupakan syarat hidup yang dibutuhkan. Setiap individu mungkin akan melakukan apapun untuk menghilangkan tantangan yang ada.
3) Fidelity
Fidelity adalah kepercayan atau kesetiaan akan keunikan dirinya. Setiap individu mengatur, memelihara, dan merawat hidupnya. Bagi pelayanan kesehatan profesional, makna fidelity dalam suatu kesepakatan adalah komitmen untuk menerima segala peraturan dalam peran seorang profesional. 
4) Freedom
Freedom atau kebebasan adalah kemampuan dan hak untuk mengambil tindakan yang berdasarkan situasi. Setiap individu dapat memilih tindakan yang hendak dilakukan dalam hidup.
5) Objectivity
Objectivity adalah hak untuk memperoleh dan memelihara kesadaran objektif. Setiap individu mempunyai kesadaran dan pemahaman terkait lingkungan sekitarnya. Setiap individu mempunyai hak untuk mengatur, menjaga, dan memelihara sesuatu yang telah diyakini.
6) Self Assertion
Penegasan diri adalah hak dan kemampuan untuk mengontrol waktu dan usaha. Setiap individu mempunyai hak untuk meraih tindakan yang dipilih tanpa adanya gangguan.
2.2.2. Symphonia
Teori ini menyajikan sistem untuk membimbing tim kesehatan profesional dalam menyediakan perawatan bersifat etis. Symphonia berasal dari bahasa Yunani berarti persetujuan. Symphonology adalah suatu hal mengenai persetujuan dan elemen yang penting untuk membentuk persetujuan (Alligood, 2014). Didalam lingkup kesehatan, symphonology adalah praktik berdasarkan etik yang seharusnya dalam mempraktikkan pelayanan kesehatan yang professional.  Ini adalah suatu pendekatan yang normatif untuk etik yang memperlihatkan terkait tindakan yang seharusnya dilakukan dalam memberikan konteks dan berkontribusi pada nilai karakter. Symphonology menggambarkan standar dari perilaku profesional yang berdasarkan kondisi sebelumya dimana terdapat kebutuhan adanya interaksi untuk mencapai kesepakatan profesional. Standar ini akan diaplikasikan didalam pemahaman kontekstual. Tujuan dari hal ini adalah untuk membawa interaksi yang optimal di tananan pelayanan kesehatan untuk mencapai hasil perawatan yang optimal pada pasien (Husted, Husted, Scotto, & Wolf, 2015).
2.2.3. Agency
Agensi adalah kapasitas agen untuk mengambil tindakan mengacu pada tujuan yang ditetapkan. Perawat bertindak sebagai agen yang membantu dalam pengambilan tindakan untuk pasien, bagi pasien dan tidak bisa bertindak atas namanya sendiri. Tujuan bersama yang ditetapkan oleh pasien dan perawat adalah memulihkan atau mengembalikan agensi pasien tersebut (Alligood, 2014).
2.2.4. Context
Dalam Symphonological Bioethical Theory terdapat tiga fokus konteks situasi yang saling berhubungan yaitu konteks situasi, konteks pengetahuan, dan konteks kesadaran agen. Konteks situasi mencakup seluruh aspek situasi yang menyediakan pemahaman terkait situasi dan mendorong kemampuan efektif dalam situasi tersebut. Konteks pengetahuan mencakup pengetahuan sebelumnya termasuk pengetahuan terkait faktor yang ditemukan dalam suatu situasi. Konteks kesadaran agen merupakan hasil dari hubungan konteks situasi dan konteks pengetahuan yang terjalin (Alligood, 2014).
2.2.5. Environment-Agreement
Lingkungan yang dikembangkan dalam Symphonology terbentuk dari kesepakatan atau persetujuan. Kesepakatan adalah bentuk dari kepedulian bersama yang berdasarkan iteraksi yang sudah terjadi. Kesepakatan membentuk suatu lingkungan dimana perawat dan individu lain melakukan interaksi. Setiap kesepakatan bertujuan untuk mencapai nilai akhir atau tujuan yang telah disepakati pada awal interaksi. Persetujuan antara tim kesehatan dan pasien dibentuk dari pertemuan dimana kebutuhan dan keinginan pasien adalah pusat dari proses tersebut. Jika terjadi kondisi dimana tidak adanya persetujuan, maka tidak akan terwujud interaksi antara keduanya (Alligood, 2014) 
2.2.6. Health
Konsep kesehatan secara luas dan dengan holistik dalam Symphonological Bioethical Theory. Kesehatan adalah sebuah konsep yang bisa diaplikasikan ke setiap hidup manusia secara potensial. Kesehatan tidak hanya melibatkan kondisi fisik yang baik namun juga menyertakan kebahagiaan. Kebahagiaan dirasakan seseorang sebagai suatu pencapain hidup dan proses sesuai dengan pilihan individu tersebut. Kesehatan merupakan yang fakta yang terjadi ketika seorang individu sudah memiliki riwayat, ekspresi, dan terlibat dalam standar pokok bioetik. 
2.2.7. Nursing
Symphonology menyatakan bahwa perawat dan tim kesehatan lainnya bertindak sebagai agen pasien. Dengan menggunakan pendidikan dan pengalaman, seorang perawat dituntut sabar melakukan tugasnya. Hal ini dikarenakan suatu perawatan tidak dapat berjalan jika tidak didukung oleh perawat dan pasien. Seorang perawat tidak mengambil tindakan yang bukan interaksi. Perawat adalah profesi yang bekerja atas dasar etik. Perawat bertanggung jawab dalam mendorong dalam memperkuat kualitas layanan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan pasien melalui interaksi yang mereka lakukan.
 
2.2.8. Person-patient
Husted menggambarkan seorang manusia sebagai individu dengan karakter yang unik. Tujuan yang penting terfokus pada pertahanan dan peningkatan kualitas hidup. Seorang individu mengambil peran akan pasien ketika pasien tidak dapat mengambil keputusan karena alasan fisik maupun mental. 
2.2.9. Rights
Konsep ini merupakan terminologi yang menggambarkan kesepakatan atau persetujuan kritis dari hasil rasional individu di dalamnya (Alligood, 2014). Kesepakatan yang diperoleh berdasarkan pemikiran yang rasional baik dipengaruhi oleh nilai maupun pemikiran.
Menurut analisis kelompok, definisi dan konteks dalam Symphonological Bioethical Theory berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kesepakatan atau persetujuan antara perawat (tenaga kesehatan) dan pasien. Sebuah kesepakatan adalah dibentuk oleh kepedulian yang mendasari interaksi terjadi. Seorang perawat mempunyai motivasi menjadi seorang perawat, sedangkan pasien tidak pernah memilih untuk menjadi pasien sehingga interaksi harus dengan sabar diinisiasi oleh perawat. Jika tidak ada kesepakatan diantara mereka makan tidak akan terjadi kepercayaan diantara mereka. 
Kepercayaan dibentuk oleh kesepakatan yang spesifik. Namun jika tidak ada kesepakatan maka interaksi perawat dan pasien di akan berdasarkan atas suatu tujuan, tidak adanya dasar yang kuat dalam hubungan antara perawat dan pasien, tidak akan ada hal yang membentuk parameter dari kepercayaan, perawat tidak mempunyai dasar untuk komitmen yang baik dengan pasien dan pasien tidak mempunyai alasan objektif untuk merasa percaya akan perawatan yang diberikan perawat (Husted & Husted, 2008). Hal tersebut menjadi penting karena tanpa adanya kesepakatan antara perawat dan pasien, mereka tidak akan mengerti perannya masing-masing. Kesepakatan membuat hubungan keduanya menjadi lebih erat. Kesepakatan dimulai ketika perawat bergerak menuju pasien atau bertemu untuk pertama kali dan saling mengenalkan diri. Perawat juga memaparkan bahwa pasien tersebut adalah tanggung jawabnya. Selanjutnya perawat juga menjelaskan asuhan atau intervensi yang akan perawat lakukan untuk pasien tersebut. 
2.3.    Proposisi atau Asumsi Utama Symphonological Bioethical Theory
          Teori ini menegaskan tentang hubungan persetujuan dan bioetik pada perawat dan pasien sebelum melakukan asuhan keperawatan (Aligood, 2014). Dalam melakukan persetujuan, seorang perawat harus memperhatikan standar bioetik yang didasari konteks kesadaran, lingkungan/situasi dan pengetahuan (Husted & Husted, 2008). Ketiga konteks tersebut sangat mempengaruhi standar bioetik teutama dalam membentuk ketaatan pasien dan secara tidak langsung mempengaruhi persetujuan. Berikut adalah bagan model pengambilan keputusan bioetik dan penjelasan tentang ketiga konteks tersebut berdasarkan Husted & Husted (2008).
          Konteks situasi merupakan aspek situasi yang membantu untuk mengerti situasi dan melakukan asuhan keperawatan secara efektif. Ketika seorang perawat atau tenaga kesehatan melakukan asuhan kepada pasien, tenaga kesehatan harus mempertimbangkan situasi pasien. Faktor yang memperngaruhi situasi pasien adalah faktor pedisposisi dan presipitasi pasien, situasi keluarga, hasil laboratorium, status emosional, usia dan jenis kelamin. Seorang perawat menghadapi konteks ini setiap kali berhubungan dengan pasien. Kondisi mental pasien sangat berhubungan dengan lingkungan, motivasi, karakter, dan rencana masa depan (Alligood, 2014). 
Konteks pengetahuan merupakan pengetahuan tenaga kesehatan yang ada sebelumnya yang relevan dengan situasi saat ini. Dengan kata lain, seorang perawat memanfaatkan pengetahuan yang telah dimilikanya untuk melakukan pendekatan pada setiap situasi dengan benar dan efektif. Saat melakukan perjanjian dengan pasien, perawat mungkin akan menghadapi masalah, pengetahuan diperlukan agar dapat mengatasi masalah tersebut (Alligood, 2014).
Konteks kesadaran merupakan kesadaran seorang perawat terhadap hal-hal yang relevan dengan situasi yang ada. Aspek ini sangat penting untuk memahami situasi agar dapat menerapkan asuhan keperawatan yang efektif. Seorang perawat harus memiliki kesadaraan atas situasi yang mungkin memperngaruhi seorang psaien dalam melakukan perjanjian. Kesadaran di sini juga adalah kesadaran perawat terhadap pasien sebagai manusia yang beretika yang memiliki norma dan etiknya (Alligood, 2014).
Ketiga konteks tersebut di atas mempengaruhi perawat dan tenaga kesehatan dalam melakukan perjanjian untuk mencapai kesepakatan. Situasi, kesadaran, dan pengetahuan merupakan hal penting yang harus dimiliki perawat sehingga dapat melihat bagaimana autonomy, kebebasan, benefisiensi, dan penegasan diri dari pasien. Hal tersebut dapat memudahkan perjanjian perawat dan pasien sehingga membentuk kesetiaan (fidelity) dan menghasilkan keputusan yang efisien dalam membuat keputusan.
          Menurut analisis kelompok, pemahaman mengenai konteks yang dihadapi oleh perawat setiap berinteraksi dengan pasien yang meliputi konteks situasi, konteks pengetahuan dan konteks kesadaran agen akan berguna dalam mencapai proses asuhan keperawatan yang berkualitas. Tindakan dan tujuan perawatan yang ditetapkan berdasarkan persetujuan, pengambilan keputusan berdasarkan pendekatan bioetik perlu diterapkan sebagai landasan pemikiran dalam tindakan profesional perawat. Keseluruhan proposisi dan asumsi utama dalam Symphonological Bioethical Theory penting untuk dipahami dan menjadi perhatian dalam proses keperawatan.
 
2.4.    Cakupan Symphonological Bioethical Theory
Teori Symphonological Bioethical yang disusun oleh James dan Gladys Husted merupakan grand theory karena masih memiliki cakupan yang luas. Struktur tujuan dari grand theory berhubungan dengan sudut pandang tertentu dari suatu disiplin dan dapat menjadi model panduan praktek maupun penelitian keperawatan. Teori ini berfokus pada symphonological (simfoni) dan bioethical (bioetik) (Aligood, 2014). Symphonology (berasal dari kata Symphonia, dalam bahasa Yunani yang berarti persetujuan) merupakan studi tentang persetujuan dan elemen-elemen penting yang membentuk persetujuan (Husted & Husted, 2008).
Bioetik berpusat pada hubungan etik antara pasien dan tenaga kesehatan, serta hal  yang harus dilakukan untuk memelihara dan meningkatkan kesejahteraan manusia. Teori ini dibangun berdasarkan teori pemikiran logis tiga orang filsuf sebelumnya yaitu Aristoteles, Benedict Spinoza, dan Michael Polanyi. Secara sederhana teori ini mengemukakan terkait mekanisme mencapai persetujuan antara tenaga kesehatan dalam hal ini perawat dengan pasien berdasarkan standar etik yang ada sehingga membentuk keputusan yang tepat.
Tenaga kesehatan terutama perawat tak lepas dari persetujuan dan etik. Sebelum memberikan asuhan keperawatan, seorang perawat harus meminta persetujuan pasien dengan memperhatikan prinsip etik (Crane, 2009). Teori symphonological dikembangkan setelah menyadari bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam praktek perawatan kesehatan menimbulkan berbagai masalah bioetik (Husted & Husted, 2008). Metode pengambilan keputusan tradisional tidak cukup untuk mengatasi masalah bioetika yang muncul dalam sistem perawatan kesehatan yang berkembang. Hal tersebut menjadi alasan Gladys dan James Husted untuk memasukan bioetik ke dalam teori mereka sehingga tidak terjadi kesalahan etik dalam melakukan asuhan keperawatan kepada pasien. 
Teori ini menunjukkan keunikan dalam konsep keperawatan yaitu persetujuan yang dibangun antara perawat dan pasien (Alligood, 2014). Jika tidak ada persetujuan antara perawat dan pasien maka tidak akan ada kesetiaan (fidelity), sementara itu kesetian dibutuhkan agar terjadi hubungan profesional (Husted & Husted, 2008). Kesetiaan dibuat spesifik berdasarkan persetujuan. Tanpa adanya persetujuan maka akan terjadi hal seperti berikut: Interaksi terjadi tanpa adanya tujuan, tidak ada dasar yang kuat untuk berinteraksi antara perawat dan pasien, perawat tidak memiliki dasar untuk komitmen terhadap pasien, pasien tidak memiliki alasan untuk merasa percaya dan nyaman dengan asuhan keperawatan yang diberikan (Husted & Husted, 2008). Menurut pendapat kelompok, dapat dikatakan bahwa persetujuan antara perawat dan pasien penting agar dapat membangun komitmen di antara keduanya dalam melakukan dan menerima asuhan keperawatan.
Cakupan teori ini dibatasi oleh beberapa konsep yang meliputi bioetik sebagai dasar dari persetujuan yang dibangun antara perawat dan pasien. Sebuah persetujuan dapat dianalisa dengan menggunakan standar bioetik. Standar bioetik terdapat dalam konflik yang membentuk persetujuan yang irasional (Husted & Husted, 2008).  Standar-standar bioetik yang mempengaruhi persetujuan itu di antaranya adalah otonomi, kebebasan, benefecience, dan penegasan diri (Husted & Husted, 2008). Cakupan ini yang kemudian menjadikan tolak ukur keberhasilan sebuah persetujuan yang menghasilkan ketaatan antara perawat dan pasien sehingga mencapai persetujuan. Model symphonological adalah patient centre dan pengambilan keputusan etis yang benar. Tujuan teori ini ada dua yaitu perawat dapat mengambil keputusan yang tepat bagi pasien sesuai aspek etik dan  pasien mendapatkan hasil yang maksimal dari pelayanan karena setiap keputusan dan tindakan mengacu pada kebutuhan dan tujuan pasien (Husted & Husted, 2008). Selain itu, teori ini juga ditujukan pada profesional kesehatan lain, termasuk dalam panduan untuk tindakan kolaborasi antar tenaga kesehatan, sehingga dapat dilihat bahwa tujuan teori ini sangat luas, yang mencakup semua pihak dan aspek yang terlibat dalam pemberian pelayanan kesehatan pada pasien.


BAB III
PEMBAHASAN
 
3.1. Analisis Symphonological Bioethical Theory berdasarkan Pendekatan Proses Keperawatan
Symphonological Bioethical Theory berdasarkan pada beberapa asumsi utama yang mendasari dalam upaya mencapai kesepakatan dan pengambilan keputusan berdasarkan pendekatan bioetik. Menurut pendapat kelompok, Symphonological Bioethical Theory sangat penting dalam praktek keperawatan maupun profesional kesehatan lain memungkinkan perawat memahami sebuah teori etika berbasis praktek. Teori ini dapat membantu meningkatkan kemampuan dalam mengidentifikasi tindakan etis dalam perawatan kesehatan, yang merupakan hal yang sangat penting untuk pasien, profesional perawatan kesehatan, dan industri perawatan kesehatan itu sendiri.
Selain itu teori ini juga membantu perawat dalam memahami dilema etika praktik keperawatan, sebagai isu penting bagi pendidikan keperawatan, penelitian dan praktek. Sebelum seorang perawat atau tenaga kesehatan mengambil tindakan (terlepas dari seberapa efektif tindakan memiliki di masa lalu), tindakan harus dirujuk dulu secara etika, berkaitan dengan pasien tertentu yang ditangani, dan semua itu dapat dilakukan dengan baik jika perawat memiliki pemahaman yang baik tentang teori etika dalam praktek keperawatan, yang terdapat dalam teori Symphonological bioethical. Husted membuat teori etik dan decision making berdasarkan pemikiran rasional yang dikombinasikan dengan wawasan dan pemahaman. Teori ini berasal dari konsep dasar hak asasi manusia. Atas dasar tersebut sehingga terjadi kesepakatan dalam hubungan perawat dengan pasien.

3.2. Analisis Kasus  berdasarkan Perspektif Symphonological Bioethical Theory
3.2.1. Contoh Kasus 1
Alvin 66 tahun, telah berada di rumah sakit selama 12 minggu dengan beberapa trauma akibat kecelakaan kendaraan bermotor. Kondisinya memburuk setiap hari, dan prognosisnya sangat parah. Dia tidak sadar, tapi dia meringis dan menarik diri dari rangsangan. Sebelum cedera, Alvin menandatangani surat wasiat dan mendiskusikan dengan keluarganya keinginannya untuk tidak tetap hidup jika dia sakit dan tidak ada harapan kesembuhan. Tim perawat memberitahu keluarganya bahwa, meski dilakukan perawatan yang maksimal beberapa sistem tubuh Alvin akan gagal. Bahkan jika Alvin bertahan, tidak ada harapan bahwa dia akan bisa hidup tanpa ventilator karena kerusakan paru-paru yang meluas. Tim menyarankan perawatan suportif untuk Alvin dan perintah untuk tidak di resusitasi. Sebagian besar anggota keluarga mengungkapkan keinginan untuk memastikan kenyamanan Alvin. Dua anggota keluarga percaya Alvin akan bertahan dan pulih. Mereka menolak saran tim dan meminta agar Alvin menerima setiap perawatan yang ada agar dia tetap hidup.
Berdasarkan kasus tersebut, dapat dianalisis beberapa aspek sesuai dengan Symphonological Theory yaitu sebagai berikut:
a)        Autonomy: Keinginan Alvin harus diprioritaskan atas keinginan anggota keluarganya.
b)        Freedom: tidak menghormati keinginan Alvin adalah pelanggaran dalam kebebasannya.
c)        Objectivity: Perasaan subyektif dari dua anggota keluarga bertentangan dengan kenyataan obyektif. Hanya perasaan pasien yang dipertimbangkan dalam keputusan etis.
d)       Self Assertation: Tidak dapat dibenarkan untuk mengganti nilai anggota keluarga untuk pasien.
e)        Beneficence: Tujuan pasien tidak dapat diperoleh dengan perawatan agresif (terus menerus diberikan) karena perawatan agresif dapat menyebabkan pasien lebih parah.
f)         Fidelity: Kesepakatan profesional perawatan kesehatan dengan Alvin adalah bertindak sebagai agen dirinya sendiri dalam mengejar tujuan yang mungkin dapat dicapai.
 
3.2.2. Contoh Kasus 2
Christina, 46 tahun, telah berada di rumah sakit selama 2 minggu dengan luka traumatik. Kondisinya sangat parah, tapi dia menunjukkan tanda – tanda vital mulai membaik. Tim kesehatan pun menyarankan transfusi darah untuk meningkatkan kondisi kesehatan Christina. Christina dan keluarganya meyakini agamanya tidak memperbolehkan transfusi darah. Suami Christina dan pemuka agamanya bersikeras tidak mengizinkan untuk transfusi darah dan tidak peduli terhadap konsekuensinya. Ketika pengunjung pergi, Christina menyampaikan kepada perawat bahwa dia setuju untuk transfusi darah, tapi minta dirahasiakan kepada anggota keluarganya. Apa yang seharusnya perawat lakukan?
Berdasarkan kasus tersebut, apabila ditinjau dengan symphonologycal bioethical theory yaitu kesepakatan bersama dapat dilakukan karena terjadi interaksi anatara pasien dan perawat maka dapat dianalisis beberapa hal berikut:
a)    Autonomy : Keinginan Christina harus diprioritaskan atas keinginan anggota keluarga dan pemuka agamanya yaitu transfusi darah tetap ingin dilakukan dan minta dirahasiakan dari keluarganya
b)   Freedom : tidak menghormati keinginan Christina adalah pelanggaran kebebasannya. Teori symphonological bioethical berfokus pada kebebasan klien dalam mengambil keputusan berdasarkan pengetahuan, nilai yang ia anut maupun faktor lainnya.
c)    Objectivity:  Perasaan subyektif dari anggota keluarga dan pemuka agamanya bertentangan dengan kenyataan obyektif. Hanya perasaan pasien yang dipertimbangkan dalam keputusan etis berdasarkan symphonological bioethical theory.
d)   Self Assertation: Tidak dapat dibenarkan untuk mengganti nilai anggota keluarga untuk pasien. Teori symphonological bioethical berfokus pada asertasi diri klien.
e)    Beneficence: Tujuan pemberian transfusi darah bertujuan untuk kebaikan yaitu meningkatkan kondisi kesehatan Christina dan apabila tidak dilakukan akan menyebabkan perburukan kondisi atau lambatnya kesembuhan.
f)     Fidelity: Kesepakatan profesional perawatan kesehatan dengan Christina adalah bertindak sebagai agen dirinya sendiri sesuai keinginan Christina dalam mengejar tujuan yang mungkin dapat dicapai atau yang diinginkan olehnya.
 
 
Symphonological bioethical adalah teori yang didasarkan pada prinsip-prinsip etika dan berdasarkan pada kenyataan. Bukti telah menunjukkan dukungan teori dalam penelitian keputusan praktek keperawatan, dan kegunaan teori dalam praktek sudah terbukti. Perawat dan profesional kesehatan lainnya dapat dengan mudah memahami konsep-konsep dan menerapkannya dalam segala situasi. Hasil dari menggunakan model Symphonological adalah patient centred, dan keputusan etis yang sesuai dengan standar. 
Teori Symphonological bioethical termasuk dalam kategori nurse-client dynamic, dimana teori ini berfokus pada interaksi yang terjadi pada perawat dan klien. Didalam teori ini dijelaskan bahwa seorang perawat tidak akan melakukan tindakan jika tidak ada interaksi antara perawat dan pasien. Selain itu teori Symphonological bioethical dapat diterapkan pada semua tingkatan praktek keperawatan dan dalam semua bidang pelayanan kesehatan. 
Prinsip-prinsip dalam teori ini dapat diterapkan pada perawat dan pasien, peneliti dan subjek penelitian manajer dan karyawan, serta pendidik dan mahasiswa. Semua jenis profesional pelayanan kesehatan dapat menggunakan metode ini untuk menentukan perilaku etis yang tepat dalam prakteknya. Teori ini juga dapat diterapkan pada proses pembentukan kebijakan etis kesehatan. Prinsip-prinsip ini dapat diterapkan di semua lapisan masyarakat,tergantung pada sifat kesepakatan antara para pihak terlibat.
Teori Symphonological bioethical juga telah dapat diuji dengan penelitian ilmiah, diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Irwin (2004) menggunakan sampel dari 30 peserta yang terlibat dalam berbagai keputusan mengenai perawatan kesehatan dan pengobatan selama dirawat di rumah sakit dalam setting perawatan akut. Hasil menegaskan bahwa pasien mengungkapkan semua konsep Symphonology ketika mendiskusikan pengalaman mereka dengan pengambilan keputusan pelayanan kesehatan. Skor analisis statistik pretest dan posttest pada Bioehical Desicion Making Preference Scale for Patients menunjukkan bahwa subjek memiliki pengalaman yang lebih positif terlibat dalam pengambilan keputusan (p = 0,02) dan merasa lebih memiliki cukup pengetahuan (p = 0,013), frustrasi yang relatif rendah (p = 0.014) dan rasa kekuasaan yang lebih (p = 0,009) setelah intervensi. Temuan ini mendukung validitas Symphonologycal Bioethical Theory dapat digunakan untuk menggambarkan pengalaman pada keterlibatan dalam pengambilan keputusan (Husted & Husted, 2008). Hal ini sesuai dengan pendapat Husted yang menyatakan bahwa symphonologycal adalah pembelajaran  tentang kesepakatan dan bagian-bagian lain yang memerlukan kesepakatan, dalam hal ini kesepakatan antara perawat dan pasien.



BAB IV
PENUTUP

4.1  Kesimpulan
Gladys dan James Husted mengembangkan Symphonological Bioethical Theory berdasarkan sifat unik yang dimiliki individu dan adanya pemikiran, pengetahuan, nilai yang membentuk individu tersebut dalam mengambil keputusan. Grand theory ini memiliki cakupan luas yang dapat diterapkan dalam proses keperawatan dan tenaga profesional kesehatan lain yang menitikberatkan pada interaksi yang baik antara tenaga kesehatan dan pasien atau klien. Proses keperawatan berdasarkan teori ini berfokus pada pelibatan aspek bioetik dalam mencapai persetujuan atau kesepakatan tujuan perawatan sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan klien.
4.2  Saran
Symphonological Bioethical Theory sebagai grand theory dapat menjadi acuan dalam praktek maupun penelitian keperawatan hendaknya dipahami dan diinternalisasi oleh perawat bahkan sejak masa pendidikan. Pemahaman mengenai aspek etik dan konteks yang terjalin selama masa perawatan dapat memudahkan perawat mencapai interaksi dan kesepakatan dengan pasien atau klien. Dengan begitu, kualitas asuhan mengalami peningkatan dan berpengaruh pada optimalisasi derajat kesehatan klien.



DAFTAR PUSTAKA

Alligood, M. R. (2014). Nursing theorist and their work (8th ed.). St. Louis: Elsevier.
Crane, C. (2009). Ethical considerations in patient and family education : using the symphonological approach. Journal of Orthopaedic Nursing, 28, 4.
Husted, G.L., & Husted, J.H. (2008). Ethical decision making in nursing and health care the symphonological approach (4th ed.). New York: Springer Publishing Company.
Husted, G.L., Husted, J.H., Scotto, C.J., & Wolf, K.M. (2015). Bioethical decision making in nursing (5th ed.). New York: Springer Publishing Company.

Tidak ada komentar: