A. Pengertian
1.
Periode post partum (puerperium) atau juga sering
disebut masa nifas adalah masa sejak ibu
melahirkan bayi (bayi lahir) sampai 6 minggu (42 hari) kemudian. Kadang
juga disebut masa trimester IV (Piliteri, 1998).
2.
Nifas atau puerperium adalah periode waktu atau masa
dimana organ-organ reproduksi kembali kepada keadaan tidak hamil. Masa ini
membutuhkan wktu sekitar 6 minggu (Farrer, 2001).
3.
Masa nifas dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali pada keadaan sebelum hamil, berlangsung
kira-kira 6 minggu (Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,
2002).
B. Tujuan Perawatan Masa Nifas
1. Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik
maupun psikologis
2. Melaksanakan skrinning yang komprehensif,
mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu
maupun bayinya.
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang
perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian
imunisasi kepada bayinya, dan perawatan bayi sehat.
4.
Memberikan pelayanan KB.
C.
Perubahan Fisiologis
Selama masa nifas ibu akan mengalami beberapa
perubahan dalam tubuhnya, yaitu:
1.
Retrogresif
Yaitu perubahan sistem
reproduksi (involusi/pulihnya kembali alat kandungan ke keadaan sebelum hamil)
dan sistemik.
a.
Uterus
Pada kala tiga TFU setinggi umbilikus dan
beratnya 1000 gram. Selama 7-10 hari pertama mengalami involusi dengan cepat.
Post natal 12 hari sudah tidak dapat diraba melalui abdomen, setelah 6 minggu
ukuran seperti sebelum hamil setinggi 8 cm dengan berat 50 gram.
Involusi disebabkan oleh:
1)
Kontraksi dan retraksi serabut otot uterus yang
terus-menerus sehingga terjadi kompresi pembuluh darah yang menyebabkan anemia
setempat dan akhirnya menjadi iskemia.
2)
Otolisis
Sitoplasma sel yang berlebihan
akan tercerna sendiri sehingga tinggal jaringan fibro-elastik.
3)
Atrofi
Jaringan yang berproliferasi
dengan adanya estrogen kemudian mengalami atrofi akibat penghentian produksi
estrogen.
b.
Lokia
Yaitu pengeluaran darah dan jaringan desidua yang
nekrotik dari dalam uterus. Jenisnya:
1)
Rubra (hari 1-4) jumlahnya sedang, berwarna merah,
terutama lendir dan darah.
2)
Sanguinolenta berwarna coklat, terdiri dari cairan
bercampur darah.
3) Serosa (hari 4-8) jumlah berkurang dan
berwarna merah muda.
4) Alba (8-14) jumlahnya sedikit, berwarna
putih atau hampir tidak berwarna.
c.
Serviks
Setelah persalinan ostium
eksterna dapat dimasuki 2-3 jari tangan, setelah 6 mingu serviks menutup.
d.
Vulva dan vagina
Dalam beberapa hari setelah
persalian dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu kembali dalam keadaan tidak
hamil, rugae berangasur-angsur muncul kembali dan labia lebih menonjol. Himen mengalami ruptur dan yang tersisa
hanya kulit (karunkulae mirtiformis).
e.
Perineum
Pada post natal hari ke-5 sudah mendapatkan
kembali sebagian besar tonusnya.
f.
Payudara
Menjadi lebih besar, lebih
kencang, mula-mula nyeri tekan sebagai reaksi terhadap perubahan status
hormonal serta dimulainya laktasi.
g.
Traktus urinarius
Buang air kecil sulit selama 24 jam pertama. Terdapat spasme spingter dan edema leher buli-buli.
Urin dalam jumlah besar dihasilkan dalam waktu 12-36 jam post partum. Ureter
akan kembali normal dalam waktu 6 mingu.
h.
Sistem Gastrointestinal
Diperlukannya waktu 3-4 hari
sebelum faal usus kembali normal. Asupan makanan berkurang, gerak tubuh berkurang,
usus bagian bawah sering kosong.
i.
Sistem Kardiovaskuler
Jumlah sel darah merah dan Hb kembali normal
setelah hari ke-5.
j.
Hormonal
1)
Prolaktin: diproduksi hipofise anterior untuk
memproduksi ASI, meningkat saat putting dirangsang oleh penghisapan bayi,
menyebabkan amenorea.
2)
Oksitosin: merangsang kontraksi myoepitel sehingga
terjadi ejeksi dan ASI keluar, menyebabkan kontraksi uterus yang membantu
involusi dan mencegah perdarahan post partum.
2.
Progresif
Berupa laktasi (pembentukan
air susu ibu) dan kembalinya menstruasi.
Pembentukan ASI dipacu oleh
hormon prolaktin (dihambat oleh estrogen yang dihasilkan plasenta). Dimulai
pada hari 3-4 post partum dengan hormon oksitosin yang berperan dalam
ejakulasinya.
D. Komplikasi
1.
Perdarahan.
2.
Infeksi.
3.
Gangguan psikologis: depresi.
4.
Gangguan involusi uterus.
E. Manajemen pada Pasien Masa Nifas Normal
Tindakan
|
Deskripsi dan Keterangan |
Kebersihan diri
|
©
Anjurkan kebersihan seluruh tubuh.
Menganjurkan ibu tentang bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun
dan air.
©
Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau
kain pembalut setidaknya 2 kali dalam sehari.
©
Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun
dan air sebelum dan sesudah
membersihkan daerah kelaminnya.
©
Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau
laserasi, sarankan kepada ibu menghindari menyentuh daerah luka.
|
Istirahat
|
ù
Anjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk
mencegah kelelahan berlebihan.
ù
Sarankan untuk kembali kegiatan-kegiatan rumah
tangga secara perlahan-lahan, serta tidur siang atau beristirahat saat
bayinya tidur
ù
Apabila kurang istirahat dapat mempengaruhi:
Jumlah produksi ASI, memperlambat
proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan, menyebabkan depresi dan ketidakmampuan
merawat bayi dan dirinya.
|
Latihan
|
©
Diskusikan tentang pentingnya latihan beberapa
menit setiap hari akan sangat membantu. Dengan tidur terlentang lengan di
samping, menarik otot perut selagi menarik napas, tahan napas ke dalam dan
angkat dagu ke dada tahan satu hitungan sampai 5, rileks dan ulangi sampai 10
kali.
©
Untuk memperkuat tonus otot vagina dengan
latihan Kegel.
©
Berdiri dengan tungkai dirapatkan,
kencangkan otot-otot pantat dan
pinggul tahan sampai hitungan 5, kendurkan dan ulangi latihan sebanyak 5
kali.
|
Gizi
|
ù
Ibu menyusui harus:
C
Mengkonsumsi tambahan kalori tiap hari.
C Diit berimbang untuk mendapatkan
protein, mineral dan vit yang cukup.
C
Minum sedikitnya 3 liter/hari.
C Tablet zat besi setidaknya selama 40
hari post partum.
C Kapsul vitamin A (200.000 Ui) agar
bisa memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI.
|
Perawatan payudara
|
© Menjaga payudara tetap bersih dan kering
© Memakai BH yang benar-benar
menyokong buah dada, tidak boleh
terlalu ketat atau kendor.
© Apabila putting susu lecet oleskan
colostrom atau ASI yang keluar pada sekitar putting susu setiap kali
menyusui.
© Apabila lecet lebih parah dapat
diistirahatkan selama 24 jam. ASI dikeluarkan dan diminumkan dengan memakai
sendok.
© Untuk menghilangkan nyeri minum
Paracetamol 1 tablet setiap 4 – 6 jam.
©
Apabila payudara bengkak lakukan:
C Kompres payudara dengan kain basah dan
hangat kira-kira 5 menit
C
Urut payudara (seperti Breast Care).
C
Keluarkan ASI sebagian di bagian depan
payudara.
C
Susukan bayi setiap 2 – 3 jam sekali.
C Letakkan kain dingin pada payudara
setelah menyusui.
C
Payudara dikeringkan.
|
Hubungan perkawinan atau rumah
tangga
|
ù
Secara fisik aman untuk melakukan hubungan
seksual begitu darah merah berhenti dan ibu dapat menilai dengan memasukkan
1-2 jarinya ke dalam vagina tanpa rasa
nyeri.
ù
Tetapi ada tradisi dan aturan agama tertentu
baru boleh melakukan hubungan seksual
setelah 40 hari.
|
Keluarga Berencana
|
© KB dilakukan sebelum haid pertama
setelah persalinan. Penjelasan
tentang KB adalah sebagai berikut:
C Bagaimana metode KB dapat mencegah
kehamilan dan efektifitasnya.
C
Kelebihan dan keuntungan KB
C
Efek samping
C
Bagaimana memakai metode yang benar
C
Kapan metode itu dapat dimulai dipakai untuk
wanita post partum.
|
F.
Frekuensi Kunjungan pada Masa Nifas
Kjgn |
Waktu |
Tujuan |
1
|
6-8 jam post
partum
|
© Mencegah perdarahan masa nifas
karena atonia uteri.
©
Mendetaksi dan merawat penyebab lain
perdarahan, Rujuk bila perdarahan berlanjut.
©
Memberikan konseling pada ibu atau salah satu
anggota keluarga. bagaimana mencegah perdarahan karena atonia uteri.
©
Pemberian ASI awal.
©
Membina hubungan antara ibu dan bayinya.
© Menjaga bayi tetap sehat dengan cara
mencegah hipotermia.
|
2
|
6 hari post
partum
|
ù
Memastikan involusi uteri berjalan normal:
uterus berkontraksi, fundus di bawah pusat, tak ada perdarahan abnormal, tak ada bau.
ù Menilai adanya tanda-tanda demam,
infeksi atau perdarahan abnormal.
ù
Memastikan ibu mendapatkan makanan, cairan dan
cukup istirahat.
ù
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak
memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
ù
Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan
bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
|
3
|
2 minggu post
partum
|
©
Sama seperti di atas ( 6 hari post partum)
|
4
|
6 minggu post
partum
|
ù
Menanyakan kepada ibu tentang
penyulit-penyulit yang dialami pada ibu maupun pada bayinya.
ù
Menberikan konseling untuk KB.
|
G. Tindakan Pada Bayi Persalinan Normal
Tindakan
|
Deskripsi dan Keterangan |
Kebersihan
|
© Basuh bayi dengan kain/ busa setiap
hari.
© Bayi yang baru lahir tidak boleh
dimandikan sepenuhnya sampai tali
pusatnya kering dan pangkalnya telah
sembuh.
©
Setiap kali bayi BAB atau BAK bersihkan bagian perianal dengan air dan
sabun serta kering dengan baik.
|
Menyusui
|
ù Menyusui dilakukan dalam 2 jam
pertama.
ù Bayi disusui ASI selama 4 bulan.
ù ASI merupakan makanan yang terbaik
bagi bayi.
|
Tidur
|
©
Baringkan bayi ke samping atau terlentang (
jangan pakai bantal).
|
Ujung tali pusat
|
ù Ujung talu pusat dijaga bersih dan
kering.
ù Mencuci sekitar tali pusat setiap
hari
ù
Mengompres alkohol 70% 1-2 kali sehari.
ù
Bila
telah pulang di rumah, anjurkan agar ibu melaporkan ke petugas
kesehatan bila tali pusat berbau, ada kemerahan di sekitarnya atau
mengeluarkan cairan.
|
Imunisasi
|
©
Dalam waktu 1 minggu pertama berikan imunisasi
BCG, vaksin Polio oral dan Hepatitis B.
|
H. Asuhan Keperawatan
1.
Pengkajian
a.
Pengkajian Fisik
1)
Riwayat kesehatan sebelumnya
2)
Tanda-tanda Vital
3)
Mamae: gumpalan, kemerahan, nyeri, perawatan payudara,
management engorgement, kondisi putting, pengeluaran ASI.
4)
Abdomen: palpasi RDA, tinggi fundus uteri, kontraksi
uterus, striae.
5) Perineum: lochea, tanda-tanda REEDA.
6) Ekstremitas: varices, tanda-tanda
Homan.
7)
Rektum: hemoroid, dll.
8)
Aktivitas sehari-hari.
b.
Pengkajian Psikologis
1)
Umum: status emosi,gambaran diri dan tingkat
kepercayaan.
2)
Spesifik: depresi postpartum.
3)
Seksualitas: siklus menstruasi,pengeluaran ASI dan
penurunan libido.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pada Ibu
1)
Nyeri b.d. Agen injuri fisik (trauma jalan lahir,
episiotomi).
2)
Risiko infeksi b.d. Faktor risiko: Episiotomi, laserasi
jalan lahir, bantuan pertolongan persalinan.
3)
Gangguan pola tidur b.d. Kelemahan.
4)
Defisit perawatan diri: Mandi/Kebersihan diri, makan,
toileting b.d. Kelelahan postpartum.
5)
Risiko ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan
b.d Kurangnya pegetahuan tentang kebutuhan nutrisi postpartum.
6)
Menyusui tidak efektif b.d. Kurang pengetahuan ibu,
terhentinya proses menyusui.
7)
Kurang pengetahuan: Perawatan post partum b.d.
Kurangnya informasi tentang penanganan postpartum.
8)
PK: Perdarahan.
b. Pada Bayi
1)
Menyusui tidak efektif b.d. Lemahnya refleks menghisap
bayi.
2) Risiko infeksi b.d. Faktor risiko:
Imaturitas imun.
3) Bersihan jalan napas tidak efektif b.d.
Obstruksi jalan nafas.
4) Hipotermi b.d. Imaturitas
hipotalamus.
5)
PK: Distress pernapasan
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J. 2001. Buku Saku Diagnosa
Keperawatan. Edisi 8. EGC.
Jakarta
Carpenito, L. J. 1998. Diagnosa Keperawatan
Aplikasi pada Praktek Klinis. Edisi 6. EGC. Jakarta
Farrer, H. 2001. Perawatan Maternitas. Edisi
2. EGC. Jakarta
http://www. Us elsevierhealth. com. Nursing
diagnoses. Outcomes and interventions
NANDA. 2001. Nursing Diagnoses: Definitions &
Classification. Philadelphia
Sarwono, P. 1994. Ilmu Kebidanan. Balai
Penerbit UI. Jakarta
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. Tridasa. Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar