A.
PENDAHULUAN
Setiap
tahun diseluruh dunia diperkirakan terjadi 4,3 juta kelahiran mati dan 3,3 juta
kematian neonatal. WHO memperkirakan lebih dari 9 juta bayi meninggal sebelum
lahir atau pada minggu pertama kehidupannya (periode perinatal) setiap tahun.
Hamper semua kematian tersebut terjadi dinegara berkembang. Angka kematian
perinatal (perinatal mortality rate) dinegara berkembang (50/1000) adalah lima
kali lebih tinggi daripada Negara maju (10/1000).
Penurunan kematian perinatal di negara berkembang
termasuk Indonesia akan sangat ditentukan oleh penatalaksanaan kesehatan ibu
pada saat kehamilan, menjelang persalinan, saat persalinan dan setelah
persalinan. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa kelangsungan hidup pada
masa perinatal juga dipengaruhi oleh sejumlah factor meliputi karakteristik
demografi dan social ibu, riwayat kesehatan reproduksi ibu, kondisis kesehatan
bayi dan kondisi lingkungan tempat tinggal.
B.
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui factor-faktor
yang berhubungan dengan kejadian kematian perinatal di Indonesia dan
memperkirakan program intervensi yang paling berperan dan menurunkannya.
C. TINJAUAN TEORI
Faktor – faktor yang
berhubungan dengan kematian perinatal :
1. faktor ibu
jarak kelahiran yang terlalu
cepat dapat mengakibatkan meningkatnya angka kematian perinatal, karena
terjadinya maternal depletion syndrome (Rafalimanana, 2001). tingkat
pendidikan ibu yang rendah dapat meningkatkan resiko kelahiran prematur,
kelahiran mati, kemtian neonatal dan post neonatal.
2. faktor bayi
BBLR merupakan salah satu penyebab
utama terjadinya kematian perinatal dan neonatal (Care : USAID, 1998).
3. faktor pelayanan kesehatan
a. penolong persalinan non nakes
b. tempat persalinan non faskes
c. kunjungan ANC
4. faktor lingkungan
a. rural
b. urban
D. METODE PENELITIAN
Desain epidemiologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah disain studi
cross sectional. Sumber data adalah data sekunder yang diperoleh dari data set
SDKI 2002-2003 yang sudah dipublikasikan oleh badan pusat statistik pada tahun
2003. Instrumen pengumpulan data yang digunakan SDKI 2002\2003 adalah kuesioner
yang terdiri dari 3 macam kuesioner, yaitu kuesioner dalftar rumah tangga,
daftar pertanyaan pria. Penelitian
ini menggunakan data yang berasal dari dua daftar pertanyaan pertama.
Populasi adalah semua bayi lahir hidup dan lahir mati yang yang dilahirkan
oleh wanita usia subur di indonesia. Sampel adalah semua bayi anak terakhir
responden wanita SDKI 2002-2003 yang lahir hidup dan lahir mati, pada kurun
waktu 1997-2003. Ukuran sampel minimal yang dihitung berdasarkan rumus dua proporsi
dari Lemeshow, dengan mengacu angka prevalensi kematian perinatal pada tiap
pajanan didapatkan hasil sampel minimum adalah sebesar 1.372 responden.
Metode sampling SDKI 2002-2003 yang digunakan dengan menggunakan simple
random smpling. Data dianalisis dengan menggunakan perangkat lunak SPSS
versi 13 lisensi dari IMMPACT –PUSKA FKM UI Stat Calc Info 6 dengan analisis
univariat, bivariat dan multivariat. Dampak faktor risiko terhadap kejadian
terhadap kematian perinatal diukur dengan rumus PAR%=Par/Ip.
E. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
a. analisis deskriptif
Dari
analisis deskrptif ditemukan angka kematian perinatal pada periode 1997-2003
adalah 2,3%. Juga ditemukan proporsi primipara 77,4%; kelahiran <24 bln dan
.≥36 (masing-masing 7,9%) ; komplikasi kehamilan dan persalinan (7,3% dan
38,4%) ; ibu berpendidikan rendah (44,1%) ; kehanilan yang tak di inginkan 0,5%
; BBLR 6%; persalinan non nakes 26,4% ; persalinan di non yankes 53,8% ;
kunjungan ANC jelek 21,9% ; bermukim di rural denan GRD rendah 46,9%.
b. Analisis multivariat
Sebanyak
77% responden merupakan ibu primipara. Pada kelompok primipara periode
1997-2003 terlihat bahwa variabel yang berhubungan dengan kematian perinatal di
indonesia adalah : (1) komplikasi persalinan (OR= 4,00 CI 95% : 1.12 – 14.34).
(2) BBLR (OR= 6,56 CI 95% : 3.50 – 12.27) ). (3) tenaga penolong persalinan non
kesehatan (OR=4,00 CI 95% : 1.12 –14.34 ). (4) tempat persalinan non faskes
(OR=0.14 CI 95% : 0.04 – 0.42). (5) riwayat kunjungan ANC yang buruk (OR=5.19
CI 95% : 1.14 – 23.62).
Model non
primipara, faktor-faktor yang berpengaruh meliputi: (1) jarak kelahiran <24
bulan (OR=4,03 CI 95% : 6.14 – 14.42) dan jarak kelahiran 24-36 bulan (OR= 6.14
CI 95% : 1.65 – 9.84). (2) komplikasi persalinan pada non primipara (OR=0.55 CI
95% : 0.20 – 1.50). (3) tingkat pendidikan ibu nonprimipara yang rendah
(OR=2.00 CI 95% : 1.13 – 3.54). (4) BBLR pada nonprimipara (OR=1.92 Ci 95% :
0.87 – 4.23). (5) tenaga penolong persalinan nonkesehatan pada non primapara
(OR=0.55 CI 95% : 0.20 – 1.50 ). (6) tempat persalinan non faskes pada
nonprimipara (OR=0.47 CI 95% : 0.25 – 0.89). (7) riwayat kunjungan ANC yang
buruk pada nonprimipara (OR=0.93 CI 95% : 0.37 – 2.33). (8) wilyah tempat
tinggal pada nonprimipara di daerah urban/rural dengan tingkat GRDP rendah
secara berturut-turut (OR=1.43 CI 95% : 0.09 – 2.98) dan (OR=2.40 CI 95% : 1.17
– 4.92).
c. Analisis Dampak
Prevalensi variabel independen
didapatkan nilai PAR % terendah adalah jarak kelahiran (-5.2) dan tertinggi
adalah tempat persalinan (-37.48) sedangkan nilai PAR % BBLR dan persalinan non
nakes masing-masing adalah 14.90 dan –14.58
Pembahasan
- faktor ibu
penelitian ini menemukan bahwa
semakin lebar jarak kelahiran maka semakin kecil kematian perinatal. Hal
tersebut memperlihatkan hubungan dose response yang merupakan salah satu
kriteria hubungan kausal yang kuat. Berdasarkan model akhir untuk keompok
nonprimipara terlihat bahwa variabel jarak kelahiran <24 bulan dan 24 – 36
bulan berhubungan positif dengan kematian perinatal (OR=6.14) dan (OR=4.03).
temuan ini konsisten dengan penelitian USAID dan John hopskin (2002) bahwa
anak-anak yang lahir terlalu cepat setelah kelahiran sebelumnya mempunyai
resiko kematian lebih besar, terutama apabila selang kelahiran terdekat < 36
bulan.
Tingkat pendidikan ibu yang rendah
meningkatkan resiko kematian perinatal 2 kali lebih besar, temuan ini sejalan
dengan Luo, Zhong-Cheng et.al (2006) menunjukkan hubungan antara pendidikan ibu
yang rendah dengan penigkatan resiko bayi kelahiran prematur, kelahiran mati,
kematian neonatal dan post natal.
- Faktor bayi
Pada kelompok nonprimipara BBLR
ditemukan merupakan faktor resiko kematian perinatal dengan nilai Or 1.92,
namun hubungan tersebut secara statistik tidak bermakna. Hal tersebut mungkin
disebabkan oleh jumlah sampel BBLR yang terlalu kecil. Pada model akhir
kelompok primipara ditemukan bahwa BBLR juga menjadi faktor resiko terhadap
kematian perinatal dengan peningkatan resiko menjadi 7 kali lebih besar.
- Faktor Pelayanan Kesehatan
Tenaga penolong kesehatan dan non
kesehatan pada model nonprimipara menjadi faktor protektif terhadap kematian
perinatal OR=0.55 sebaliknya pada model primipara ditemukan hasil yang berbeda,
tenaga penolong persalinan nonkesehatan justru menjadi faktor resiko terhadap
kematian perinatal OR=4.00. berdasarkan tempat persaalinan pada kedua model ditemukan
hasil yang sama yakni persalinan difasilitas kesehatan menjadi faktor protektif
terhadap kematian perinatal. Sedangkan kunjungan ANC buruk pada non primipara
OR=0.95 menjadi faktor protektif terhadap kematian perinatal yang pada model
primipara ibu yang memiliki kunjungan ANC kurang baik meningkatkan resiko
bayinya mengalami kematian perinatal 4 -5 kali lebih besar daripada ibu yang
memiliki riwayat kunjungan ANC yang baik. Pada model primipara, persalinan
dengan tenaga non kesehatan meningkatkan resiko untuk mengalami kematian.
- Faktor lingkungan
Dari dua variabel faktor lingkungan
hanya satu yang berhasil bertahan pada model multivariat yaitu variabel wilayah
tempat tinggal. Ibu yang tinggal diwilayah rural memiliki GRBP rendah berisiko
1.5 – 2.5 kali lebih besar untuk mengalami kematian bayi perinatal daripada
yuang tinggal di wilayah urban dengan GRBP tinggi.
F. KELEMAHAN DAN KELEBIHAN
Kelebihan
Penelitian ini juga dapat digunakan untuk menilai program prioritas yang
paling efisien dan efektif yang dapat digunakan dalam menurunkan kejadian
perinatal di indonesia.
Kelemahan
Penelitian ini hanya dapat menangkap ibu yang melahirkan di fasilitas
kesehatan saja. Tidak ada data ibu dengan jarak kelahiran lebh dari 5 tahun.
G. KESIMPULAN DAN SARAN
a. Kesimpulan
1. Jarak kelahiran < 24 bulan dan 24-36
bulan, pada ibu non primipara beresiko kematian perinatal lebih tinggi daripada
jarak kelahiran 36 bulan.
2. Komplikasi persalinan pada ibu primipara,
beresiko kematian perinatal hampir sama dengan ibu yang tanpa komplikasi
persalinan tetapi pada ibu non primipara justru beresiko kematian perinatal
lebih rendah daripada ibu primipara.
3. Tingkat pendidikan yang rendah, pada ibu
non primipara beresiko kematian bayi perinatal lebih tinggi daripada ibu dengan
tingkat pendidikan yang tinggi.
4. Bayi BBLR, pada ibu primipara dan non
primipara beresiko kematian bayi perinatal lebih besar daripada bayi BBLN.
5. Persalinan non tenaga kesehatan, pada ibu
primipara beresiko kematian bayi perinatal lebih tinggi tetapi pada ibu non
primipara beresiko kematian perinatal lebih rendah daripada persalinan tenaga
kesehatan.
6. Persalinan di non fasilitas kesehatan,
pada ibu primipara dan non primipara beresiko kematian perinatal lebih rendah
daripada persalinan di fasilitas kesehatan.
7. Kunjungan anc yang buruk, pada ibu
primipara beresiko kematian perinatal lebih tinggi tetapi pada ibu non
primipara beresiko kematian bayi perinatal lebih rendah daripada yang dengan
riwayat anc baik.
8. Variabel yang dapat dimodifikasi dapat
dijadikan dasar perbaikan program intervensi adalah jarak kelahiran kunjungan
anc, berat badan bayi penolong persalinan dan tempat persalinan. Konstribusi
terbesar diberikan oleh tempat persalinan (par % = 37,48) dan terkecil
diberikan oleh jarak kelahiran (par % = 5,2). Penolong persalinan & bblr
berkonstribusi sedang (14,58 dan 14,90%).
b. Saran
1. Upaya KIE pada ibu hamil hendaknya
diarahkan pada upaya memperbesar jarak kelahiran menjadi lebih besar daripada
36 bulan dengan cara memperpanjang periode pemberian ASI dan menggunakan alat
kontrasepsi.
2. Pemeriksaan kehamilan ibu primipara yang
pendidikan rendah perlu lebih ditingkatkan untuk menyampaikan informasi tentang
asupan gizi, persiapan persalinan, persalinan tenaga kesehatan dan lain-lain.
3. Melaksanakan program pemberian makanan
suplementasi kepda ibu hamil yang beresiko tinggi melahirkan BBLR.
4. Memberikan perawatan skin to skin
(metode kangguru) kepada bayi BBLR sehungga dapat menjaga kehangatan bayinya
agar organ-organ tubuh bayi menjadi cepat matang.
5. Menganjurkan persalinan pada tenaga
kesehatan yang terampil merawat bayi
BBLR sehingga terhindar dari kematian perinatal.
6. Melakukan studi lanjutan dengan desain
studi kohort terhadap variabel-variabel yang berpengaruh secara controversial
terhadap kematian perinatal. Studi ini dapat dilakukan didaerah penelitian yang
sudah memeiliki sistem pencatatan kohort ibu dan kohort anak yang baik dan
lengkap seperti kabupaten Subang, Jawa Barat.
H. IMPLIKASI KEPERAWATAN
Peran
perawat dalam hal ini yaitu melakukan promosi kesehatan tentang pengaturan
jarak kelahiran, melakukan kunjungan ANC secara rutin, memonitor berat badan
bayi, menganjurkan untuk memilih penolong persalinan dan tempat persalinan yang
tepat (pelayanan kesehatan).
I. DAFTAR PUSTAKA
Promoting quality maternal and newborn dare : a reference manual for
program managers, Care : USAID, 1998
Kraner, michael S, et.al., analysis of perinatal mortality and its
components : time for a change, american journal of epidemiology, volume 156,
number 6 (493-497), 2002
Child health research project spesial report : reducing perinnatal and
neonatal mortality, USAID, 1999
Neonatal and perinatal mortality, country, reginal, and global
estimates, WHO, 2006a
Survey demografi kesehatan indonesia 2002-2003, BPS. BKKBN. Depkes RI
& macro international Inc. (IMI). Jakarta, 2003
Actual versus preffered birth intervals, USAID & john Hopkins
University. 2002. population information program, volume XXX no.3
Gap between preffered and actual birth intervals in sub saharan africa
: implications for fertility and child health, DHS analytical studies,
rafalimanana, 2001
Birth spacing : three to five saves lives, population reports, series
L., no. 13. baltimore, johns hopkins blomberg school of publick health.,
population information program., setty-vanugopal, V dan upadhyay, U.D. 2002
Tidak ada komentar:
Posting Komentar