A.
Pengertian
Mual dan
muntah yang hebat pada kehamilan, biasanya timbul pagi hari tetapi dapat pula
timbul setiap saat, perasaan mual ini disebabkan oleh peningkatan kadar hormon estrogen dan HCG dalam serum, hal ini dapat
berlangsung sampai kehamilan berusia 4 bulan.
B.
Etiologi
Penyebab pasti
belum diketahui secara pasti, beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang
mungkin berperan adalah :
1.
Mola hidatidosa dan kehamilan ganda, frekuensi yang
tinggi pada mola hidatidosa dan kehamilan ganda menimbulkan dugaan bahwa faktor
hormon memegang peranan, karena pada kedua keadaan tersebut hprmon HCG dibentuk
secara berlebihan.
2.
Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan
perubahan metabolik akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu
terhadap perubahan ini merupakan faktor organik.
3.
Alergi, sebagai salah satu respon dari jaringan ibu
terhadap anak, juga disebut sebagai faktor organik.
4.
Faktor psikologis memegang peranan yang penting pada
penyakit ini, rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap
kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggungjawab sebagai ibu, hal
tersebut dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan
muntah sebgai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadai hamil atau sebagai
pelarian dari kesukaran hidup.
C.
Patofisiologi
Ada yang menyatakan
bahwa, perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar
hormon estrogen, oleh karena ini terjadi pada trimester pertama. Pengaruh
fisiologis hormon estrogen ini tidak jelas, mungkin berasal dari sistem saraf
pusat atau akibat berkurangnya pengosongan lambung. Penyesuaian terjadi pada
kebanyakan wanita hamil, meskipun demikian mual dan muntah dapat berlangsung
berbulan-bulan.
Hiperemisis
gravidarum yang merupakan komoplikasi mual dan muntah pada hamil muda, bila hal
ini terjadai terus menerus dapat mengakibatkan dehidrasi dan tidak imbangnya
elektrolit dengan alkalosis hipokloremik, belum jelas mengapa hal ini terjadio
pada sebagian kecil wanita, tetapi faktor psikologik merupakan faktor utama
disamping pengaruh hormonal, tetapi pada wanita yang sebelum kehamilan sudah
menderita lambung spastik dengan gejala tak suka makan dan mual akan mengalami
emesis gravidarum yamg lebih berat.
Hiperemesis
gravidarum juga dapat megakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis
terpakai untuk keperluan eregi tubuh, karena oksidasi lemak yang tidak sempurna
terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asan aseton-asetik, aam hidroksi
butirik dan aseton dalam darah. Kekurangan
cairan yang diminum dan kehilangan cairan yang dimuntahkan akan mengakibatkan
dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan
klorida darah turun, demikian juga klorida air kemih. Selain itu dehidrasi
menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal
ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan berkurang juga dan
tertimbunnya zat sisa metabolik yang toksik. Kekurangan kalium sebgai akibat
dari muntah dan bertambahnya eksresi lewat
ginjal, menambanh frekuensi mual muntah yang lebih banyak, dapat merusak hati
dam terganggunya keseimbangan elektrolit, dapat terjadi sobekan selaput lendir
esofagus dan lambung (sindroma Mallory-Weiss) dengan akibat perdarahan gastro
intestinal. Pada umumnya perdarahan ini ringan dan dapat berhenti sendiri,
jarang sampai diperlukan transfusi atau tindakan operatif.
D.
Tanda dan
gejala
Batasan tegas
antara hiperemesis gravidarum dengan yang masih fifiologis tidak ada, tetapi
apabila sudah mempengaruhi keadaan umum penderita maka sebaiknya dianggap
sebagai hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya dibagi menjadi 3
tingkatan yaitu :
Tingkatan I. Muntah yang terus menerus yang
mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu merasa lemah, nafsu makan tidak ada,
berat badan menurun dan merasa nyeri pada epigastrium, nasi meningkat sekitas
100 per menit, tekanan darah sistolik menurun, turgor kulit mengurang, lidah
mengering dan mata cekung.
Tingkatan
II. Penderita tampak lemah dan apatis, turgor kulit lebih mengurang,
lidah mengering dan tampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik
dan mata terlihat sedikit ikterik. Berat badan turun dan mata menjadi cekung,
tensi turun, hemokonsentrasi, oligurua dan konstipasi. Aseton dapat tercium
dalam hawa pernapasan, karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula
ditemukan dalam urine.
Tingkatan
II. Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dari
somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat dan tensi menurun.
Komplikasi fatal dapat terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai
ensepfalopati werniecke dengan gejala nistagmus, diplopia, dan perubahan
mental, keadaan ini akibat kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B kompleks,
timbulnya ikterus menandakan terjadinya payah hati.
E.
Pengobatan
1.
Obat-obatan
Hal yang harus
diperhatikan dalam pemberian obat-obatan adalah sifat obat yang tidak
teratogen, sedativa juga sering diberikan misalnya phenobarbital, vitamin yang
diberikan biasanya B1 dan B6, anti
histamin juga dianjurkan misalnya dramamin, avomin dsb, pada keadaan yang lebih
berat diberikan anti emetik seperti disiklomin hirokloride atau khlorpromasin,
penanganan yang lebih berat perlu dikelola di rumah sakit.
2.
Isolasi
Penderita
disendirikan dikamar yang tenang, tetapi cerah dan peredaran udara yang baik,
catat cairan yang keluar masuk, hanya dokter dan perawat yang boleh masuk kamar penderita dampai muntah
berhenti dan penderita mau makan, tidak diberikan makan dan minum selama 24 jam
kadang-kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang atau hilang
tanpa pengobatan.
3.
Terapi Psikologik
Perlu
diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa
takut karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan
konflik yang menjadi latar belakang terjadinya penyakit.
4.
Cairan parenteral
Berikan cairan
parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glukose 5 %
dalam cairan fisiologis sebanyak 2 – 3 liter perhari, bila perlu ditambah
kalium dan vitamin khususnya B kompleks dan C, bila terjadi kekurangan protein
maka diberikan asam amino secara intra vena. Perlu montrol keseimbangan cairan
antara asupan dan keluaran, urine perlu diperiksa sehari-hari terhadap protein, aseton,
klorida, dan bilirubin, suhu dan nadi diperiksa setiap 4 jam dan tekanan darah
3 kali sehari, perlu juga diperiksa hematokrit dari permulaan dan seterusnya
menurut keperluan. Bila dalam 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum
dapat membaik maka dapat dicoba pemberinan cairan peroral secara bertahap dan
dapat ditambahkan makanan yang tidak
cair jika kondisi membaik.
5.
Penghentian kehamilan
Pada sebagian
kasus keadaan tidak membaik, bahkan mundur, usahakan untuk melakukan
pemeriksaan medik dan psikiatrik bila keadaan memburuk, delirium, kebutaan,
takhikardia, ikterus, anuria, dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi
organik. Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk terminasi kehamilan
dengan pertimbangan yang matang dan obyektif ( tidak boleh terlalu cepat tetapi
tidak boleh menunggu sampai terjadi gejala kerusakan yang ireversibel ).
F.
Diagnosa
keperawatan
Diagnosa
keperawatan yang mungkin muncul pada kasus hiperemesis gravidarum adalah :
1.
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
volume cairan secara aktif
2.
Risiko kekurangan volume cairan
3.
Cemas berhubungan dengan krisis maturasional,perubahan
dalam status peran
4.
Kelelahan berhubungan dengan kehamilan,cemas,
peningkatan penggunaan fisik
5.
Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
6.
Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan rangsangan
muntah, iritasi mukosa lambung
7.
Risiko ketidak seimbangan suhu tubuh
8.
Kurang tidur berhubungan dengan ketidak nyamanan fisik
dan psikologis sekunder terhadap kehamilan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar