TEORI KEPERAWATAN /
MODEL KONSEPTUAL
A.
TEORI
MODEL SISTEM BETTY NEUMAN
Konsep yang dikemukakan oleh Betty Newman adalah konsep
“Model Sistem”, yaitu model konsep yang menggambarkan aktifitas keperawatan
yang ditujukan kepada penekanan penurunan stres dengan memperkuat garis
pertahanan diri secara fleksibel atau normal maupun resistan dengan sasaran
pelayanan adalah komunitas. Betty Newman mendefinisikan manusia secara utuh
yang merupakan gabungan dari konsep
holistiK dan pendekatan sistem terbuka.
Garis pertahanan diri pada komunitas tersebut
meliputi:
a. Garis
Pertahanan Fleksibel
Garis pertahanan fleksibel menunjukkan suatu tingkat
kesehatan dinamis akibat respon sementara terhadap stressor.
Garis ini meliputi kesediaan dana pelayanan
kesehatan, iklim dan pekerjaan, dll.
b. Garis
Pertahanan Normal
Garis pertahanan normal menunjukkan tingkat
kesehatan komunitas yang dapat dicapai.
Garis ini meliputi ketersediaan pelayanan adanya
perlindungan status nutrisi secara umum, tingkat pendapatan rumah yang memenuhi
syarat kesehatan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan.
c. Garis
Pertahanan Resisten
Garis pertahanan resisten ini merupakan mekanisme
internal yang melakukan pertahanan terhadap stressor.
Garis ini meliputi adanya pelayanan kesehatan
tingkat pendidikan masyarakat, transportasi tempat rekreasi dan cakupan dari
imunisasi di daerah yang ada.
Intervensi keperawatan diarahkan pada garis pertahanan
dengan penggunaan pencegahan primer, sekunder dan terisier. Model ini bertujuan
agar terjadi stabilitas klien dan keluarga dalam lingkungan yang dinamis,
sehingga Betty Newman menggambarkan peran perawat dapat bersifat menyeluruh dan
saling ketergantungan (interdependensi).
Model pencegahan pada Neuman ada 3 yaitu :
a. Pencegahan
primer
Pencegahan primer
meliputi tindakan keperawatan untuk mengidentifikasi adanya stressor,
mencegah terjadinya reaksi tubuh karena adanya stressor.
b. Pencegahan
sekunder
Pencegahan sekunder meliputi tindakan keperawatan
untuk mengurangi atau menghilangkan gejala penyakit atau reaksi tubuh lainnya karena
adanya stressor.
c. Pencegahan
Tersier
Pencegahan tersier meliputi pengobatan rutin dan
teratur serta pencegahan kerusakkan lebih lanjut atau komplikasi dari suatu
penyakit. Prinsip dari pencegahan tersier adalah untuk memberikan penguatan
pertahanan tubuh terhadap stressor melalui pendidikan kesehatan dan untuk
membantu dalam pencegahan terjadinya masalah yang sama.
Menurut Newman sebagai system
terbuka manusia berinteraksi, beradaptasi dan disesuaikan dengan lingkungan
yang digambarkan sebagai stressor. Lingkungan internal terdiri dari segala sesuatu
yang mempengaruhi (interpersonal) yang berasal dari dalam diri klien,sedangkan lingkungan eksternal adalah segala sesuatu
yang berasal dari luar diri klien.
Keperawatan disini, menurut Newman
merupakan suatu profesi yang unik dengan memperhatikan seluruh faktor yang
mempengaruhi respon individu terhadap penyebab stres, tekanan intra, inter, dan
ekstra personal.
Konsep keperawatan ini juga
memiliki dasar pemikiran yang terkait dengan kompaknya paradigma yaitu memandang
manusia sebagai suatu sistem terbuka yang selalu mencari keseimbangan dan
merupakan suatu kesatuan dari variable yang utuh di antaranya fisiologis,
psikologis, sosio cultural dan spiritual juga memandang pelayanan keperawatan
akan dipengaruhi lingkungan sekitar klien serta memandang sehat sebagai kondisi
terbebasnya dari gngguan pemenuhan kebutuhan dan merupakan keseimbangan yang
dinamis dari menghindari stres.
Secara umumnya konsep keperawatan
ini berfokus pada respon terhadap stressor dan faktor-faktor yang mempengaruhi
proses adaptasi pada pasien dengan menggunakan pendekatan sistem terbuka
(mariner, Toney 1994).
B.
TEORI
MODEL PERAWATAN DIRI DORATHEA OREM
Model
konsep keperawatan menurut Orem dikenal
dengan self care, yaitu suatu pelaksanaan
kegiatan yang di prakarsai dan di lakukan oleh individu itu sendiri untuk memenuhi kebutuhan, kesehatan dan
kesejahteraannya, sesuai dengan keadaan baik sehat maupun sakit.
Dalam konsep praktik keperawatan, Orem mengembangkan
tiga bentuk teori self care, yaitu:
I. Perawatn
diri sendiri ( self care )
Teori self care meliputi:
Self care: merupakan
aktivitas dan inisiatif dari individu serta dilaksanakan oleh individu itu
sendiri dalam memenuhi serta mempertahankan kehidupan, kesehatan dan
kesejahteraan.
Self care agency:
merupakan suatu kemampuan individu dalam melakukan perawatan diri sendiri, yang
dapat dipengaruhi oleh usia,
perkembangan, sosiokultural, kesehatan, dll.
Therapeutic self care
demand: tuntutan atau permintaan dalam dalam perawatan diri sendiri yang
merupakan tindakan mandiri yang dilakukan dalam waktu tertentu untuk perawatan
diri sendiri dengan menggunakan metode dan alat dalam tindakan yang tepat.
Self care requisite:
kebutuhan self care merupakan suatu tindakan yang ditunjukkan pada penyediaan
dan perawatan diri sendiri yang bersifat universal dan berhubungan dengan
proses kehidupan manusia serta dalam upaya mempertahankan fungsi tubuh.
II. Self
care defisit
Orem
mendiskripsikandua kategori dibawah ini sebagai keperluan self care , dan
timbul dari pengaruh peristiwa-peristiwa
pada keperluan universal self care antara lain: sewaktu ada
keinginan untuk mengasuh diri nya
sendiri dan orang itu mampu untuk menemukan keinginan nya , maka self care itu
di mungkinkan. Tetapi bila keinginan itu lebih
besar dari kapasitas individu atau kemampuan untuk menemukannya,
terjadilah ketidakseimbangan dan ini dikatakan sebagi self care defisit.
III. Teori
Sistem Keperawatan
Teori sistem keperawatan merupakan
teori yang menguraikan secara jelas bagaimana kebutuhan perawatan diri pasien
terpenuhi oleh perawat atau pasien sendiri.
Dalam sistem keperawatan mandiri dibagi atas 3 kategori
bantuan sebagai berikut:
1.
Wholly compensatory
Wholly
compensatory yaitu bantuan secara keseluruhan. Bantuan ini dibutuhkan bagi klien yang tidak mampu mengontrol dan memantau lingkungannya dan tidak
berespon terhadap rangsangan.
2.
Partially compensatory
Partially compensatory yaitu bantuan sebagian. Bantuan ini dibutuhkan bagi klien yang mengalami berbagai
keterbatasan gerak karena sakit atau kecelakaan.
3.
Supportive
education
Supportive
education yaitu dukungan
pendidikan. Dukungan ini dibutuhkan oleh klien yang memerlukannya untuk di
pelajari agar mampu melakukan perawatan mandiri .
Keyakinan Orem tentang empat konsep utama keperawatan adalah:
a.
Klien: individu
atau kelompok yang tidak mampu, secara terus menerus mempertahankan self cae
untuk hidup dan sehat, pemulihan dari sakit /trauma atau koping dan efeknya.
b.
Sehat:
kemampuan individu atau kelompok memenuhi tuntutan self
care yang berperan untuk mempertahankan dan meningkatkan integras stuktural
fungsi dan perkembangan.
c.
Lingkungan: tatanan
dimana klien tidak memenuhi kebutuhan keperluan self care dan perawat termasuk di dalam nya tetapi
tidak spesifik.
d.
Keperawatan: pelayanan dengan sengaja dipilih atau
kegiatan yang dilakukan untuk membantu individu, keluarga dan kelompok
masyarakat dalam mempertahankan self care yang mencakup integritas struktural
fungsi dan perkembangan.
Berdasarkan
keyakinan empat konsep utama di atas, Orem mengembangkan konsep modelnya hingga dapat diaplikasikan
dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.
Model Orem menyebutkan ada beberapa kebutuhan self care atau yang
disebut sebagai keperluan self care ( self care requisite),
yaitu:
a.
Universal self care
requisite
Universal self
care requisite yaitu keperluan self care
universal yang
ada pada setiap manusia
dan berkaitan dengan fungsi kemanusiaan dan proses kehidupan, biasanya mengacu
pada kebutuhan dasar manusia, universal self care requisite yang dimaksud
adalah:
Pemeliharaaan
kecukupan intake udara
Pemeliharaan
kecukupan intake cairan
Pemeliharaan
kecukupan intake makanan
Pemeliharaan antara
keseimbangan aktifitas dan istirahat
Pemeliharaan antara
keseimbangan antara solotut dan interaksi sosial
Mencegah ancaman
kehidupan manusia, fungsi kemanusiaan dan kesejahteraan manusia
Persediaan asuhan
yang berkaitan dengan proses-proses
eliminasi dan exrement
Meningkatkan fungsu
human fungtioning dan perkembangan kedalam kelompok sosial sesuai dengan
potensi seseorang, keterbatasan seseorang dan keinginan seseorang untuk menjadi
normal.
b.
Development self
care requisite
Development
self care requisite ini terjadi berhubungan dengan tingkat perkembangan individu dan lningkungan
dimana tempat mereka tinggal, yang berkaitan dengan perubahan hidup seseorang
atau tingkat siklus kehidupan seseorang untuk menjadi normal.
c.
Health deviation
self care requiste
Health
deviation self care requiste timbul karena kesehatan yang tidak sehat dan
merupakan kebutuhan yang nyata karena
sakit atau ketidak mampuan yang meningkatkan perubahan dalam prilaku self care.
Tujuan pada keperawatan model orem yang diterapkan dalam
praktek keperawatan keluarga adalah:
1.
Menolong dalam
keluarga untuk keperawatan mandiri secara terapeutik
2.
Menolong klien
bergerak kearah tindakan-tindakan asuhan
mandiri.
3.
Memebantu anggota
keluarga untuk merawat anggota keluarga
yang mengalami gangguan secara kompeten.
Dengan demikian maka fokus asuhan keperawartan Orem yang
diterapkan pada praktek keperawatan
keluarga adalah:
a.
Aspek interpersonal:
hubungan dalam keluarga
b.
Aspek sosial:
hubungan keluarga dengan masyarakat disekitarnya
c.
Aspek prosedural:
melatih keterampilan dasar keluarga sehingga mampu mengantisispasi perubahan yang
terjadi.
d.
Aspek teknis:
mengajarkan kepada keluarga tentang teknik dasar yang
dilakukan dirumah, misalnya melakukan tindakan kompres secar benar.
Model keperawatan orem ini dapat digunakan dalam
melakukan upaya kesehatan yang terkait dengan 5 tugas kesehatan keluarga :
1.
Mengenal masalah
2.
Mengambil keputusan
untuk mengatasi masalah-masalah
3.
Merawat anggota
keluarga yang mengalami ganguan kesehatan
4.
Memodifikasi
lingkungan yang dapat menunjang kesehatan
5.
Mengunakan
fasilitas kesehatan yang tepat.
C.
TEORI ADAPTASI CALLISTA
ROY
Model konsep
adaptasi pertama kali dikemukakan oleh Suster Callista Roy (1969). Konsep ini
dikembangkan dari konsep individu dan proses adaptasi seperti diuraikan di
bawah ini. Asumsi dasar model adaptasi Roy adalah :
1. Manusia adalah keseluruhan dari biopsikologi dan sosial
yang terus-menerus berinteraksi dengan lingkungan.
2. Manusia menggunakan mekanisme pertahanan untuk mengatasi
perubahan-perubahan biopsikososial.
3. Setiap orang memahami bagaimana individu mempunyai batas
kemampuan untuk beradaptasi. Pada dasarnya manusia memberikan respon terhadap
semua rangsangan baik positif maupun negatif.
4. Kemampuan adaptasi manusia berbeda-beda antara satu
dengan yang lainnya, jika seseorang dapat menyesuaikan diri dengan perubahan
maka ia mempunyai kemampuan untuk menghadapi rangsangan baik positif maupun
negatif.
5. Sehat dan sakit merupakan suatu hal yang tidak dapat
dihindari dari kehidupan manusia.
Dalam asuhan
keperawatan, menurut Roy (1984) sebagai penerima asuhan keperawatan adalah
individu, keluarga, kelompok, masyarakat yang dipandang sebagai “Holistic
adaptif system” dalam segala aspek yang merupakan satu kesatuan.
Callista Roy mengemukakan konsep
keperawatan dengan model adaptasi yang memiliki beberapa pandangan atau
keyakinan serta nilai yang dimilikinya diantaranya:
1. Manusia
sebagai makhluk biologi, psikologi dan sosial yang selalu berinteraksi dengan
lingkungannya.
2. Untuk
mencapai suatu homeostatis atau terintegrasi, seseorang harus beradaptasi
sesuai dengan perubahan yang terjadi.
3. Terdapat
tiga tingkatan adaptasi pada manusia yang dikemukakan oleh roy, diantaranya:
a. Focal
stimulasi yaitu stimulus yang langsung beradaptasi dengan seseorang dan akan
mempunyai pengaruh kuat terhadap seseorang individu, misalnya infeksi.
b. Kontekstual
stimulus, merupakan stimulus lain yang dialami seseorang, dan baik stimulus
internal maupun eksternal, yang dapat mempengaruhi, kemudian dapat dilakukan
observasi, diukur, dan dilaporkan secara subjektif. Rangsangan ini muncul
secara bersamaan dimana dapat menimbulkan respon negatif pada stimulus fokal
seperti anemia, isolasi sosial.
c. Residual
stimulus, merupakan stimulus lain yang merupakan cirri tambahan yang ada atau
sesuai dengan situasi dalam proses penyesuaian dengan lingkungan yang sukar
dilakukan observasi. Misalnya pengalaman nyeri pada pinggang ada yang toleransi
tetapi ada yang tidak.
4. System
adaptasi memiliki empat mode adaptasi diantaranya:
a. fungsi
fisiologis, komponen system adaptasi ini yang adaptasi fisiologis diantaranya
oksigenasi, nutrisi, eliminasi, aktivitas dan istirahat, integritas kulit,
indera, cairan dan elektrolit, fungsi neurologis dan fungsi endokrin.
b. konsep
diri yang mempunyai pengertian bagaimana seseorang mengenal pola-pola interaksi
social dalam berhubungan dengan orang lain.
c. fungsi
peran merupakan proses penyesuaian yang berhubungan dengan bagaimana peran seseorang
dalam mengenal pola-pola interaksi social dalam berhubungan dengan orang lain
d. interdependent
merupakan kemampuan seseorang mengenal pola-pola tentang kasih sayang, cinta
yang dilakukan melalui hubungan secara interpersonal pada tingkat individu maupun
kelompok.
5. Dalam
proses penyesuaian diri individu harus meningkatkan energi agar mampu
melaksanakan tujuan untuk kelangsungan kehidupan, perkembangan, reproduksi dan
keunggulan sehingga proses ini memiliki tujuan meningkatkan respon adaptasi.
Menurut Roy terdapat empat objek
utama dalam ilmu keperawatan, yaitu :
1. Manusia
(individu yang mendapatkan asuhan keperawatan)
Roy
menyatakan bahwa penerima jasa asuhan keperawatan adalah individu, keluarga,
kelompok, komunitas atau sosial. Masing-masing dilakukan oleh perawat sebagai
sistem adaptasi yang holistik dan terbuka. Sistem terbuka tersebut berdampak
terhadap perubahan yang konstan terhadap informasi, kejadian, energi antara sistem
dan lingkungan. Interaksi yang konstan antara individu dan lingkungan dicirikan
oleh perubahan internal dan eksternal. Dengan perubahan tersebut individu harus
mempertahankan intergritas dirinya, dimana setiap individu secara kontuniu
beradaptasi.
Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistem
adaptif. Sebagai sistem adaptif, manusia dapat digambarkan secara holistik
sebagai satu kesatuan yang mempunyai input, kontrol, output dan proses umpan
balik. Proses kontrol adalah mekanisme koping yang dimanifestasikan dengan
cara- cara adaptasi. Lebih spesifik manusia didefenisikan sebagai sebuah sistem
adaptif dengan aktivitas kognator dan regulator untuk mempertahankan adaptasi
dalam empat cara-cara adaptasi yaitu : fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi
peran dan interdependensi.
Dalam model adaptasi keperawatan, manusia
dijelaskan sebagai suatu sistem yang hidup, terbuka dan adaptif yang dapat
mengalami kekuatan dan zat dengan perubahan lingkungan. Sebagai sistem adaptif
manusia dapat digambarkan dalam istilah karakteristik sistem, jadi manusia
dilihat sebagai satu-kesatuan yang saling berhubungan antara unit fungsional
secara keseluruhan atau beberapa unit fungsional untuk beberapa tujuan.
Input pada manusia sebagai suatu
sistem adaptasi adalah dengan menerima masukan dari lingkungan luar dan
lingkungan dalam diri individu itu sendiri. Input atau stimulus termasuk
variabel standar yang berlawanan yang umpan baliknya dapat dibandingkan.
Variabel standar ini adalah stimulus internal yang mempunyai tingkat adaptasi
dan mewakili dari rentang stimulus manusia yang dapat ditoleransi dengan
usaha-usaha yang biasa dilakukan.
Proses kontrol manusia sebagai suatu
sistem adaptasi adalah mekanisme koping. Dua mekanisme koping yang telah
diidentifikasi yaitu : subsistem regulator dan subsistem kognator. Regulator
dan kognator digambarkan sebagai aksi dalam hubungannya terhadap empat efektor
atau cara-cara adaptasi yaitu : fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran
dan interdependen.
Empat fungsi
mode yang dikembangkan oleh Roy terdiri dari:
1. Fisiologis.
Oksigenasi:
menggambarkan pola penggunaan oksigen berhubungan dengan respirasi dan
sirkulasi.
Nutrisi: menggambarkan
pola penggunaan nutrient untuk memperbaiki kondisi tubuh dan perkembangan.
Eliminasi:
menggambarkan pola eliminasi.
Aktivitas dan
istirahat: menggambarkan pola aktivitas, latihan, istirahat dan tidur.
Integritas kulit:
menggambarkan pola fungsi fisiologis kulit.
Rasa/senses:
menggambarkan fungsi sensori perceptual berhubungan dengan panca indera
Cairan dan elektrolit:
menggambarkan pola fisiologis penggunaan cairan dan elektrolit
Fungsi neurologis:
menggambarkan pola kontrol neurologis, pengaturan dan intelektual
Fungsi endokrin:
menggambarkan pola kontrol dan pengaturan termasuk respon stres dan sistem
reproduksi
2. Konsep
Diri (Psikis)
Model
konsep ini mengidentifikasi pola nilai, kepercayaan dan emosi yang berhubungan
dengan ide diri sendiri. Perhatian ditujukan pada kenyataan keadaan diri
sendiri tentang fisik, individual, dan moral-etik.
3. Fungsi
Peran (Sosial)
Fungsi
peran mengidentifikasi tentang pola interaksi sosial seseorang berhubungan
dengan orang lain akibat dari peran ganda.
4. Interdependent
Interdependen mengidentifikasi pola
nilai-nilai manusia, kehangatan, cinta dan memiliki. Proses tersebut terjadi
melalui hubungan interpersonal terhadap individu maupun kelompok.
2. Keperawatan
Keperawatan adalah bentuk pelayanan
professional berupa pemenuhan kebutuhan dasar dan diberikan kepada individu
baik sehat maupun sakit yang mengalami gangguan fisik, psikis dan sosial agar
dapat mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Roy mendefinisikan bahwa tujuan
keperawatan adalah meningkatkan respon adaptasi berhubungan dengan empat mode
respon adaptasi. Perubahan internal dan eksternal dan stimulus input tergantung
dari kondisi koping individu. Kondisi koping seseorang atau keadaan koping
seseorang merupakan tingkat adaptasi seseorang.
Tingkat adaptasi seseorang akan ditentukan
oleh stimulus fokal, kontekstual, dan residual. Fokal adalah suatu respon yang
diberikan secara langsung terhadap ancaman/input yang masuk. Penggunaan fokal
pada umumnya tergantung tingkat perubahan yang berdampak terhadap seseorang.
Stimulus kontekstual adalah semua stimulus lain seseorang baik internal maupun
eksternal yang mempengaruhi situasi dan dapat diobservasi, diukur, dan secara
subjektif disampaikan oleh individu. Stimulus residual adalah
karakteristik/riwayat dari seseorang yang ada dan timbul relevan dengan situasi
yang dihadapi tetapi sulit diukur secara objektif.
3. Konsep
sehat;
Roy mendefinisikan sehat sebagai
suatu kontinum dari meninggal sampai tingkatan tertinggi sehat. Dia menekankan
bahwa sehat merupakan suatu keadaan dan proses dalam upaya dan menjadikan
dirinya secara terintegrasi secara keseluruhan, fisik, mental dan social.
Integritas adaptasi individu dimanifestasikan oleh kemampuan individu untuk
memenuhi tujuan mempertahankan pertumbuhan dan reproduksi.
Sakit adalah suatu kondisi
ketidakmampuan individu untuk beradapatasi terhadap rangsangan yang berasal
dari dalam dan luar individu. Kondisi sehat dan sakit sangat individual
dipersepsikan oleh individu. Kemampuan seseorang dalam beradaptasi (koping)
tergantung dari latar belakang individu tersebut dalam mengartikan dan
mempersepsikan sehat-sakit, misalnya tingkat pendidikan, pekerjaan, usia,
budaya dan lain-lain.
4. Konsep
lingkungan;
Roy mendefinisikan lingkungan
sebagai semua kondisi yang berasal dari internal dan eksternal yang
mempengaruhi dan berakibat terhadap perkembangan dari perilaku seseorang dan
kelompok. Lingkunan eksternal dapat berupa fisik, kimiawi, ataupun psikologis
yang diterima individu dan dipersepsikan sebagai suatu ancaman. Sedangkan
lingkungan internal adalah keadaan proses mental dalam tubuh individu (berupa
pengalaman, kemampuan emosioanal, kepribadian) dan proses stressor biologis
(sel maupun molekul) yang berasal dari dalam tubuh individu. Manifestasi yang
tampak akan tercermin dari perilaku individu sebagai suatu respon. Dengan
pemahaman yang baik tentang lingkungan akan membantu perawat dalam meningkatkan
adaptasi dalam merubah dan mengurangi resiko akibat dari lingkungan sekitar.
APLIKASI
MODEL ADAPTASI “ROY” DALAM KEPERAWATAN
Model adaptasi
Roy memberikan petunjuk untuk perawat dalam mengembangkan proses keperawatan.
Elemen dalam proses keperawatan menurut Roy meliputi pengkajian tahap pertama
dan kedua, diagnosa, tujuan, intervensi, dan evaluasi, langkah-langkah tersebut
sama dengan proses keperawatan secara umum.
Pengkajian
Roy merekomendasikan pengkajian
dibagi menjadi dua bagian, yaitu pengkajian tahap I dan pengkajian tahap II.
Pengkajian pertama meliputi pengumpulan data tentang
perilaku klien sebagai suatu system adaptif berhubungan dengan masing-masing
mode adaptasi: fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan ketergantungan. Oleh
karena itu pengkajian pertama diartikan sebagai pengkajian perilaku, yaitu
pengkajian klien terhadap masing-masing model adaptasi secara sistematik dan holistik.
Setelah pengkajian pertama, perawat
menganalisa pola perubahan perilaku klien tentang ketidakefektifan respon atau
respon adaptif yang memerlukan dukungan perawat. Jika ditemukan
ketidakefektifan respon (mal-adaptif), perawat melaksanakan pengkajian tahap
kedua. Pada tahap ini, perawat mengumpulkan data tentang stimulus fokal,
kontekstual dan residual yang berdampak terhadap klien. Menurut Martinez, faktor
yang mempengaruhi respon adaptif meliputi: genetik; jenis kelamin, tahap
perkembangan, obat-obatan, alkohol, merokok, konsep diri, fungsi peran, ketergantungan,
pola interaksi sosial; mekanisme koping dan gaya, strea fisik dan emosi;
budaya; dan lingkungan fisik
Perumusan diagnosa
keperawatan
Roy mendefinisikan 3 metode untuk
menyusun diagnosa keperawatan:
Menggunakan
tipologi diagnosa yang dikembangkan oleh Roy dan berhubungan dengan 4 mode
adaptif . dalam mengaplikasikan diagnosa ini, diagnosa pada kasus Tn. Smith
adalah “hypoxia”.
Menggunakan diagnosa
dengan pernyataan/mengobservasi dari perilaku yang tampak dan berpengaruh
tehadap stimulusnya. Dengan menggunakan metode diagnosa ini maka diagnosanya
adalah “nyeri dada disebabkan oleh kekurangan oksigen pada otot jantung berhubungan
dengan cuaca lingkungan yang panas”
Menyimpulkan perilaku
dari satu atau lebih adaptif mode berhubungan dengan stimulus yang sama, yaitu
berhubungan Misalnya jika seorang petani mengalami nyeri dada, dimana ia
bekerja di luar pada cuaca yang panas. Pada kasus ini, diagnosa yang sesuai
adalah “kegagalan peran berhubungan dengan keterbatasan fisik (myocardial)
untuk bekerja di cuaca yang panas”
Intervensi
keperawatan
Intervensi
keperawatan adalah suatu perencanaan dengan tujuan merubah atau memanipulasi
stimulus fokal, kontekstual, dan residual. Pelaksanaannya juga ditujukan kepada
kemampuan klien dalam koping secara luas, supaya stimulus secara keseluruhan
dapat terjadi pada klien,
sehinga total stimuli berkurang dan kemampuan adaptasi meningkat.
Tujuan
intervensi keperawatan adalah pencapaian kondisi yang optimal, dengan
menggunakan koping yang konstruktif. Tujuan jangka panjang harus dapat
menggambarkan penyelesaian masalah adaptif dan ketersediaan energi untuk
memenuhi kebutuhan tersebut (mempertahankan, pertumbuhan, reproduksi). Tujuan
jangka pendek mengidentifikasi harapan perilaku klien setelah manipulasi
stimulus fokal, kontekstual dan residual.
Implementasi
Implementasi
keperawatan direncanakan dengan tujuan merubah atau memanipulasi fokal, kontekstual
dan residual stimuli dan juga memperluas kemampuan koping seseorang pada zona
adaptasi sehinga total stimuli berkurang dan kemampuan adaptasi meningkat.
Evaluasi
Penilaian terakhir dari proses
keperawatan berdasarkan tujuan keperawatan yang ditetapkan. Penetapan
keberhasilan suatu asuhan keperawatan didasarkan pada perubahan perilaku dari kriteria
hasil yang ditetapkan, yaitu terjadinya adaptasi pada individu
D. TEORI PENCAPAIAN TUJUAN IMOGENE M. KING
Teori pencapaian
tujuan (Theory of Goal Attainment) merupakan derivat dari kerangka kerja
konseptual (Conceptual Framework) dan asumsi dasar King tentang Human Being.
King mengidentifikasi kerangka kerja konseptual (Conceptual Framework) sebagai
sebuah kerangka kerja sistem terbuka, dan teori ini sebagai suatu pencapaian
tujuan. King mempunyai asumsi dasar terhadap kerangka kerja konseptualnya,
bahwa manusia seutuhnya (Human Being) sebagai sistem terbuka yang secara
konsisten berinteraksi dengan lingkungannya.
Teori pencapaian
tujuan (Theory of Goal Attainment) berfokus pada interpersonal sistems, dimana
dua orang (perawat-klien) yang tidak saling mengenal berada bersama-sama di
organisasi pelayanan kesehatan untuk membantu dan dibantu dalam mempertahankan
status kesehatan sesuai dengan fungsi dan perannya. Dalam interpersonal sistems
perawat-klien berinteraksi dalam suatu area (space). Menurut King intensitas
dari interpersonal sistem sangat menentukan dalam menetapkan dan pencapaian
tujuan keperawatan. Dalam interaksi tersebut terjadi aktivitas-aktivitas yang
dijelaskan sebagai sembilan konsep utama, dimana konsep-konsep tersebut saling
berhubungan dalam setiap situasi praktek keperawatan, meliputi:
1. Interaksi
King mendefenisikan interaksi sebagai suatu proses
dari persepsi dan komunikasi antara individu dengan individu, individu dengan
kelompok, individu dengan lingkungan yang dimanifestasikan sebagai perilaku
verbal dan non verbal dalam mencapai tujuan.
2. Persepsi
Persepsi diartikan sebagai gambaran seseorang
tentang realita. Persepsi berhubungan dengan pengalaman yang lalu, konsep diri,
sosial ekonomi, genetika dan latar belakang pendidikan.
3. Komunikasi
Komunikasi diartikan sebagai suatu proses
penyampaian informasi dari seseorang kepada orang lain secara langsung maupun
tidak langsung.
4. Transaksi
Transaksi diartikan sebagai interaksi yang mempunyai
maksud tertentu dalam pencapaian tujuan. Yang termasuk dalam transaksi adalah
pengamatan perilaku dari interaksi manusia dengan lingkungannya.
5. Peran
Peran merupakan serangkaian perilaku yang diharapkan dari posisi pekerjaannya dalam sistem sosial. Tolok ukurnya adalah hak dan kewajiban sesuai dengan posisinya. Jika terjadi konflik dan kebingungan peran maka akan mengurangi efektifitas pelayanan keperawatan.
Peran merupakan serangkaian perilaku yang diharapkan dari posisi pekerjaannya dalam sistem sosial. Tolok ukurnya adalah hak dan kewajiban sesuai dengan posisinya. Jika terjadi konflik dan kebingungan peran maka akan mengurangi efektifitas pelayanan keperawatan.
6. Stres
Stres diartikan sebagai suatu keadaan dinamis yang
terjadi akibat interaksi manusia dengan lingkungannya. Stres melibatkan
pertukaran energi dan informasi antara manusia dengan lingkungannya untuk
keseimbangan dan mengontrol stressor.
7. Tumbuh
kembang
Tumbuh kembang adalah perubahan yang kontinu dalam
diri individu. Tumbuh kembang mencakup sel, molekul dan tingkat aktivitas
perilaku yang kondusif untuk membantu individu mencapai kematangan.
8. Waktu
Waktu diartikan sebagai urutan dari
kejadian/peristiwa kemasa yang akan datang. Waktu adalah perputaran antara satu
peristiwa dengan peristiwa yang lain sebagai pengalaman yang unik dari setiap
manusia.
9. Ruang
Ruang adalah sebagai suatu hal yang ada dimanapun
sama. Ruang adalah area dimana terjadi interaksi antara perawat dengan klien.
Manfaat dari teori ini adalah:
Mengkontribusi pada pengembangan
tubuh ilmu pengetahuan.
Dapat dijadikan sebagai rujukan
dalam memperbaiki praktek keperawatan.
Konsep teori ini dapat
dimanfaatkan oleh pelajar, guru dan juga peneliti dan praktisi untuk
menganalisa dan mengidentifikasi kejadian dalam situasi keperawatan yang
sepesifik.
Sebagai pendekatan untuk
menyeleksi dan memilih konsep yang dijadikan dasar praktek keperawatan
profesional.
Teori pencapaian
tujuan dapat dipergunakan dan menjelaskan atau memprediksi sebagian besar penomena
dalam keperawatan, tetapi teori ini juga mempunyai keterbatasan khususnya
penerapan pada keperawatan klien yang tidak mampu berinteraksi dengan perawat,
contohnya: Klien koma, bayi baru lahir dan pada kasus-kasus psikiatri.
E.
TEORI
PROSES KEHIDUPAN MARTHA ROGERS
Teori
Rogers berfokus pada proses kehidupan manusia. Menurutnya kehidupan seseorang
dipengaruhi alam sebagai lingkungan hidup manusia dan pola pertumbuhan dan
perkembangan seseorang .
Dalam
teorinya Martha Rogers (1970) mempetimbangkan manusia sebagai sumber energi
yang menyatu dengan alam semesta. Manusia berada dalam interaksi yang terus –
menerus dalam lingkungan (Lutjens 1995). Selain itu,manusia merupakan satu
kesatuan utuh, memiliki integritas diri dan menunjukkan karakteristik yang
lebih dari sekedar gabungan beberapa bagian (Rogers 1970).
Manusia
yang utuh merupakan “empat sumber dimensi energi yang di identifikasi oleh pda
dan manifestasi karakteristik spesifik yang menunjukkkan kesatuan dan yang
tidak dapat ditinjau berdasarkan bagian pembentuknya”(Marriner tomey,1994).
Keempat dimensi yang digunakan oleh teori roger – sumber energi, keterbukaan,
keteraturan dan pengorganisasian dan empat dimensionalitas manusia – digunakan
untuk menentukan prinsip mengenai bagaimana manusia berkembang.
Pada intinya Rogers memandang keperawatan sebagai ilmu dan mendukung adanya penelitian keperawatan oleh sebab itu keperawatan mengembangkan pengetahuan dari ilmu – ilmu dasar dan fisiologi , begitu juga dengan ilmu keperawatan itu sendiri.
Ilmu keperawatan bertujuan untuk memberikan inti dari penngetahuan abstrak untuk mengembangkan penelitian ilmiah dan analisis logis dan kemampuan menerapkan dalam praktik keperawatan inti pengetahuan ilmiah keperawatan merupakan hasil penemuan terbaru mengenali keperawatan. Keperawatan merupakan ilmu tentang humanistik.
Pada intinya Rogers memandang keperawatan sebagai ilmu dan mendukung adanya penelitian keperawatan oleh sebab itu keperawatan mengembangkan pengetahuan dari ilmu – ilmu dasar dan fisiologi , begitu juga dengan ilmu keperawatan itu sendiri.
Ilmu keperawatan bertujuan untuk memberikan inti dari penngetahuan abstrak untuk mengembangkan penelitian ilmiah dan analisis logis dan kemampuan menerapkan dalam praktik keperawatan inti pengetahuan ilmiah keperawatan merupakan hasil penemuan terbaru mengenali keperawatan. Keperawatan merupakan ilmu tentang humanistik.
Dasar teori Rogers adalah ilmu
tentang asal usul manusia dan alam semesta seperti antropologi, sosiologi,
agama, filosofi, perkembangan sejarah dan mitologi. Teori Rogers berfokus pada
proses kehidupan manusia secara utuh. Ilmu keperawatan adalah ilmu yang
mempelajari manusia, alam dan perkembangan manusia secara langsung.
Berdasarkan pada kerangka konsep yang dikembangkan oleh Roger ada 5 (lima) asumsi mengenai manusia, yaitu :
Berdasarkan pada kerangka konsep yang dikembangkan oleh Roger ada 5 (lima) asumsi mengenai manusia, yaitu :
1. Manusia
merupakan makhluk yang memiliki kepribadian unik, antara satu dan lainnya
berbeda di beberapa bagian. Secara signifikan mempunyai sifat-sifat yang khusus
jika semuanya jika dilihat secara bagian perbagian ilmu pengetahuan dari suatu
subsistem tidak efektif bila seseorang memperhatikan sifat-sifat dari sistem
kehidupan manusia. Manusia akan terlihat saat bagiannya tidak dijumpai.
2. Berasumsi
bahwa individu dan lingkungan saling tukar-menukar energi dan material satu
sama lain. Beberapa individu mendefenisikan lingkungan sebagai faktor eksternal
pada seorang individu dan merupakan satu kesatuan yang utuh dari semua hal.
3. Bahwa
proses kehidupan manusia merupakan hal yang tetap dan saling bergantung dalam
satu kesatuan ruang waktu secara terus menerus. Akibatnya seorang individu
tidak akan pernah kembali atau menjadi seperti yang diharapkan semula.
4. Perilaku
pada individu merupakan suatu bentuk kesatuan yang inovatif.
5. Manusia
bercirikan mempunyai kemampuan untuk abstrak, membayangkan, bertutur bahasa dan
berfikir, sensasi dan emosi. Dari seluruh bentuk kehidupan di dunia hanya
manusia yang mampu berfikir dan menerima dan mempertimbangkan luasnya dunia.
Berdasar pada asumsi-asumsi terdapat 4 batasan utama yang ditunjukkan oleh Roger :
Berdasar pada asumsi-asumsi terdapat 4 batasan utama yang ditunjukkan oleh Roger :
1. Sumber
energi.
Sumber energi merupakan unit fundamental antara
hidup dan mati. Sumber adalah kesatuan konsep energi konsep energi penting
sebagai kedinamisan alam sebagai bagian dari sumber. Sumber energi tidak hingga
jumlahnya. Dan sumber energi terpenting yaitu manusia dan lingkungan yang memberikan
kespesifikan energi kepada manusia.
2. Keterbukaan.
Konsep keterbukaan ini berdasarkan kepada sumber
energi yang tidak terhingga, terbuka dan satu kesatuan dengan yang lainnya.
Manusia dan lingkungan berada dalam proses yang kontiniu dan terbuka.
3. Pola-pola
perilaku.
4. Ukuran-ukuran
4 dimensi.
Di sini terdapat elemen-elemen yang saling berhubungan pada ini adalah manusia dan lingkungannya. Sebagai sistem hidup dan sumber energi, individu mampu mengambil energi dan informasi dari lingkungan dan menggunakan energi dan informasi untuk lingkungan. Karena pertukaran ini individu adalah sistem terbuka yang mendasari dan membatasi asumsi-asumsi utama Roger.
Di sini terdapat elemen-elemen yang saling berhubungan pada ini adalah manusia dan lingkungannya. Sebagai sistem hidup dan sumber energi, individu mampu mengambil energi dan informasi dari lingkungan dan menggunakan energi dan informasi untuk lingkungan. Karena pertukaran ini individu adalah sistem terbuka yang mendasari dan membatasi asumsi-asumsi utama Roger.
Menurut Martha E Roger ilmu tentang
keperawatan berhubungan langsung dengan proses kehidupan manusia dan bertujuan
untuk menjelaskan dan memperkirakan kealamiahan dan hubungannya dengan
perkembangan. Untuk memperkuat teorinya Martha E. Rogers mengkombinasikan
konsep manusia seutuhnya dengan prinsip homeodinamik yang kemudian di
kemukakannya.
Prinsip-Prinsip
Hemodinamika
Teori
menyatakan bahwa dalam keperawatan dipergunakan prinsip hemodinamika untuk
melayani manusia, yaitu :
1. Integritas
(Integrality), adalah proses berhubungan yang menguntungkan antar manusia dan
lingkungannya secara berkesinambungan.
2. Resonansi
(Resonancy), prinsip ini membicarakan tentang alam dan perubahan yang terjadi
antara manusia dan lingkungan. Resonansi dapat dijelaskan sebagai suatu
pola-pola gelombang yang ditunjukkan dengan perubahan-perubahan dari frekuensi
terendah ke frekuensi yang lebih tinggi pada gelombang perubahan.
3. Helicy,
Prinsip yang menyatakan bahwa keadaan alami dan hubungan manusia dan lingkungan
adalah berkesinambungan, inovatif, ditunjukkan dengan peningkatan jenis
pola-pola perilaku manusia dan lingkungan yang menimbulkan kesinambungan,
menguntungkan, merupakan interaksi yang simultan antara manusia dan lingkungan
bukan menyatakan ritmitasi.
Hubungan teori
keperawatan Martha E. Rogers dengan Praktik Keperawatan
Martha E Rogers mengungkapkan bahwa
teori yang diambilnya dari konsepnya sangat mungkin untuk di terapkan dalam
praktik keperawatan. Malinski (1986) mencatat ada tujuh trend yang ada dalam
praktik keperawatan, yang kesemuanya berdasar pada konsep teori yang di
kemukakan Martha E Rogers.
1. Pemberian
kewenangan penuh dalam hubungan perawat klien
2. Menerima
perbedaan sebagai sesuatu yang wajar
3. Penyesuaian terhadap pola
4. Menggunakan
modalitas gelombang seperti lampu musik, pergerakan dalam proses penyembuhan.
5. Menunjukkan
suatu perubahan yang positif
6. Memperluas fase pengkajian dalam proses
keperawatan
7. sMenerima
hubungan yang menyeluruh dalam hidup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar