MAKALAH STRUKTUR KEKUATAN KELUARGA



A.    Definisi Kekuasaan Keluarga menurut Friedmen 1998
Kekuasaan adalah kemampuan, baik kemampuan potensial maupun actual dari seorang individu untuk mengontrol, mempengaruhi dan mengubah tingkah laku seseorang. Kekuasaan selalu melibatkan hubungan antar pribadi yang asimetris. Kekuasaan keluarga merupakan sebuah karakteristik dari sistem keluarga (Mc. Donald, 1980). Komponen-komponen utama dari kekuasaan keluarga adalah pengaruh dan pengambilan keputusan.  Pembuatan keputusan merujuk pada proses pencapaian persetujuan dan komitmen anggota keluarga untuk melakukan serangkaian tindakan, sehingga pembuatan keputusan merupakan sebagai alat untuk menyelesaikan segala sesuatu.
Kekuasaan merupakan sebuah dimensi dari suatu sistem atau subsistem keluarga yang didalamnya bukan suatu karakteristik dari anggota keluarga yang terpisah dari sistem social. Keluarga mempunyai lima unit yang berbeda yang dapat dianalisa hubungannya dengan karakteristik kekuasaan mereka. Kekuasaan keluarga berfokus pada kekuasaan perkawinan (Olson. Et al, 1975).
Kekuasaan adalah suatu fenomena yang bersifat abstrak, kompleks, dan multidimensional.yang tidak dapat diobservasi secara langsung. Kekuasaan dapat disimpulkan dari tingkah laku yang dapat diobservasi dan laporan pribadi dari anggota keluarga serta wawancara yang diarahkan pada tujuan (Pasquali. et al, 1985).

B.     Mengukur Kekuasaan Keluarga
1.      Hubungan Alokasi tugas dengan kekuasaan keluarga
Alokasi tugas merupakan suatu hubungan positif antara siapa yang ditugaskan untuk melakukan tugas tertentudan kekuasaan dalam bidang tersebut.pembagian tugas tidak langsung ditunjuk, ada cara dimana yang mempunyai kekuasaan suatu keputusan dapat dicapai dengan pembagian tugas tersebut. Pembagian tugas tersebut dapat menunjukkan bahwa terdapat kebiasaan-kebiasaan tradisional bahwa tugas yang dialokasikan dapat dilakukan dalam kasus tertentu dan alokasi ini mempunyai akar perbedaan jenis kelamin baik latihan fisik maupun cultural (Reiss, 1976).
2.      Berfokus pada Hasil pembuatan keputusan.
Kekuasaan keluarga secara khusus telah diteliti dengan memusatkan perhatian pada pengambilan keputusan. Namun kekuasaan ini diidentifikasikan dengan menentukan hasil dari suatu keputusan. (Blood dan Wolfe, 1969).
3.      Dasar-dasar kekuasaan
a.       Kekuasaan atau wewenang yang sah
Wewenang yang sah merujuk pada kepercayaan bersama dan persepsi dari anggota keluarga bahwa satu orang mempunyai hak untuk mengontrol tingkah laku dari satu anggota keluarga lain. Dengan bantuan peran dan posisi yang ditempati seseorang, hak-hak tertentu dan hak-hak istimewa yang diwariskan berdasarkan budaya yang berhubungan dengan peran-peran posisi tersebut. Contohnya adalah control dominasi orangtua terhadap anaknya. Setiap anggota keluarga mempunyai wewenang seesuai dengan perannya dari keluarga tersebut.
b.      Kekuasaaan yang tidak berdaya
Tipe kekuasaan ini merupakan suatu bentuk penting dari kekuasaan yang sah didasarkan pada hak yang diterima secara umum dari mereka yang tidak berdaya yang berharap menerima bantuan dari mereka yang memiliki posisi untuk memberi bantuan tersebut. Jika anggota keluarga seperti suami/istri mengalami kececatan atau penyakit kronis dapat mengontrol anggota keluarga atas dasar ketidakbedayaan atau kelemahannya. Hal ini menimbulkan suatu situasi yang sulit kebutuhan anggota keluarga lain untuk dipenuhi secara memadai.
c.       Kekuasaan referen
Adalah kekuasaan yang dimiliki oleh orang-orang tertentu terhadap orang lain karena identifikasi positif terhadap mereka, seperti identifikasi positif dari seorang anak dengan orangtua. Biasanya orangtua menjadi model peran bagi anaknya.
d.      Kekuasaan ahli dan sumber
Adalah tipe dasar kekuasaan yang datangnya dari sumber-sumber yang berharga dalam jumlah yang lebih banyak dalam suatu hubungan. Salah satu sumber penting adalah pemakaian teknik-teknik antarpribadi. Kekuasaan ahli adalah sumber kekuasaan yang ada dalam suatu hubugan jika seseorang sedang dipengaruhi merasa bahwa orang lain (ahli) memiliki pengetahuan khusus, keterampilan keahlian atau pengalaman.
e.       Kekuasaaan penghargaaan
Kekuasaan penghargaan berasal dari adanya harapan bahwa orang yang berpengaruh atau dominan akan melakukan sesuatu yang positif terhadap ketaatan seseorang. Anak-anak memilki suatu sumber yang penting dalam kepatuhan mereka. 


f.       Kekuasaan dominasi atau paksaan
Kekuasaan yang bersifat memaksa digunakan dengan pengambilan keputusan yang paksa pula.
g.      Kekuasaan informasional
Sebuah bentuk variasi dari kekuasaan informasi adalah kekuasaaan informasional tidak langsung. Kekuasaan ini terjadi jika suatu pemberian isyarat, anjuran dan informasi yang tidak jelas mempengaruhi seseorang untuk bertindak tanpa indikasi persuasive yang jelas.
h.      Kekuasaan manajemen ketegangan
Tipe dasar kekuasaan ini diturunkan dari control dimana dicapai oleh satu pasangan dengan mengatasi  ketegangan dan konfliks yang ada dalam keluarga.

C.    Hasil Kekuasaan Keluarga
Hasil kekuasaan keluarga berfokus membuat keputusan akhir yang memiliki kendali utama. Didalam keluarga dimana keputusan dibagi dan menunjukan hasil keputusan dan pengendalian bersama. Kekuasaan paling terlihat pada akhir pertentangan keputusan pada kemenangan salah satu pasangan.
Kekuasaan hubungan suami/istri dapat bervariasi dari satu dominan ke dominan lainnya. Perbedaan kekuasaan dapat berfungsi untuk menekan potensi situasi konflik.berkenaan dengan keputusan dan hasilnya akan mempertajam seperti apa masalah yang dilibatkan dan seberapa penting untuk keluarga. Pembuatan keputusan umum dalam satu atau dua area hidup keluarga tidak dapat menjadi indeks kekuasaan umum yang baik.  Hal itu tergantung pada pentingnya kekuasaan untuk setiap pasangan. Hasil kekuasaan yang dilakukan perawat untuk dikaji adalah masalah financial, social, keputusan-keputusan dan pengasuh anak.
D.    Proses Pengambilan Keputusan Kekuasaan Keluarga  menurut Friedmen (1998)
Pengambilan keputusan adalah suatu proses dalam memilih dan menetapkan alternatif yang tepat untuk suatu tindakan yang diinginkan dan akan mendasari semua fungsi manajemen, walaupun sering dilakukan oleh keluarga dalam melangsungkan fungsinya dan dianggap biasa, tetapi dalam memperkirakan pilihan yang diambil merupakan suatu hal yang sulit (Guhardja et al. 1989). pengambilan keputusan merupakan suatu proses manajemen, yang dimulai dengan proses perencanaan atau persiapan dan berakhir dengan proses persiapan.
Deacon dan Firebaugh (1988) dalam Guhardja et al. (1989) mengemukakan bahwa pengambilan keputusan merupakan proses yang mendasari semua fungsi manajemen sumberdaya keluarga. Hal ini berarti bahwa selama proses manajemen sumberdaya berlangsung, maka proses pengambilan keputusan juga sering terjadi. Informasi tentang suatu ide memegang peranan yang cukup penting karena berdasarkan informasi atau pengetahuan seorang menyusun alternative dalam pengambilan keputusan. Semakin jelas dan banyak informasi tentang suatu ide, memungkinkan semakin baik pula keputusan yang diambil (Hastuti et al. 1993). Pada umumnya suatu keputusan dibuat dalam rangka memecahkan permasalahan atau persoalan (problem solving), setiap keputusan yang dibuat pasti ada tujuan yang ingin dicapai. Setiap proses pengambilan keputusan selalu terdapat pihak yang lebih berwewenang. Pola pengambilan keputusan untuk urusan rumahtangga dan urusan luar.rumahtangga lebih sering ditentukan dalam musyawarah bersama antar suami/istri (Riyadi 1993 dalam Puspa 2007).
1.      Menurut Sajogyo (1983) diacu dalam Puspa (2007) menyatakan bahwa tingkat keputusan dihubungkan dengan pengeluaran dalam kebutuhan pokok yang terdiri dari: makanan (biaya hidup, jenis atau menu makanan, distribusi)
2.      perumahan (pembelian dan perbaikan), pakaian, pendidikan, kesehatan, dan perabot rumahtangga.
Sedangkan untuk jenis keputusan rumahtangga, dikelompokkan dalam lima tingkatan yaitu:
1.      keputusan dibuat oleh istri seorang diri tanpa melibatkan suami
2.      keputusan dibuat bersama oleh suami-istri, tetapi dengan pengaruh yang lebih besar dari istri
3.      keputusan dibuat bersama dan senilai oleh suami-istri (dengan tidak ada tanda-tanda bahwa salah satu mempunyai pengaruh yang relatif lebih besar)
4.       keputusan dibuat bersama oleh suami-istri, tetapi dengan pengaruh yang lebih besar dari suami
5.      keputusan dibuat oleh suami seorang diri tanpa melibatkan istri). Berdasarkan penelitian Iskandar (2007), analisis pengambilan keputusan yang berkekuatan individualistik pusat perhatian ditujukan pada kedudukan, karakter, dan resource yang dimiliki, sedangkan analisis pengambilan keputusan yang berkekuatan keluarga pusat perhatian ditujukan pada dinamika humanistic (keputusan bersama). Pengambilan keputusan yang berkekuatan individualistic dalam penelitian ini mengungkap berbagai peran dan karakter individu serta sumberdaya yang dikuasai oleh satu anggota. Seorang istri atau suami yang mempunyai kedudukan tertentu lebih berperan, sehingga anggapan yang dibangun adalah bahwa tingkah laku anggota lain selalu lentur dan berusaha menerima dan menyepakati apa yang dilakukannya. Peran seperti ini bisa terungkap pada berbagai wilayah kehidupan seperti domestik, publik dan lain-lain yang lazim dimainkan oleh seorang ibu rumahtangga maupun suami.
Menurut Guhardja et al. (1989), ada tiga tipe pengambilan keputusan dalam keluarga, yaitu:
a.       Pengambilan Keputusan Konsensus
Pengambilan keputusan konsensus merupakan pengambilan keputusan secara bersama-sama antar anggota keluarga, setiap anggota keluarga mempunyai hak untuk mengemukakan pendapatnya. Keputusan yang diambil merupakan keputusan bersama dan akan menjadi tanggung jawab semua anggota keluarga. Konflik antar anggota keluarga tidak terjadi dan semua anggota keluarga akan puas.
b.      Pengambilan Keputusan Akomodatif
Pengambilan keputusan ini dicirikan oleh adanya orang yang dominan, sehingga keputusan yang diambil adalah dengan menerima pendapat orang yang dominan tersebut, karena hanya orang tertentu yang akan merasa puas,maka ada dua akibat dari pengambilan keputusan ini,  yakni: keputusan ini akan dilakukan oleh orang lain dengan persyaratan dan dalam melaksanakan keputusan akan didominasi oleh orang-orang yang mempunyai pendapat tersebut.
c.       Pengambilan Keputusan De Facto
Keputusan dalam tipe ini yang diambil karena terpaksa, misalnya ada pasangan muda-mudi ingin mengisi malam minggunya, kemudian berdiskusi tentang acara yang ingin dinikmasti bersama, antara keinginan untuk nonton di bioskop dan makan-makan saja. Karena berdiskusi tersebut, sampai waktu main bisokop terlewati, sehingga pasangan tersebut mengambil keputusan menikmati acara malam minggunya dengan makan-makan saja.



Pengambilan keputusan dalam keluarga dikenal dua pola:
a.       Pola tradisional
Merupakan pengambilan keputusan keluarga yang memberikan wewenang kepada suami untuk mengambil keputusan. Sedangkan sang istri hanya sebagai pelancar dalam pengambilan keputusan.
b.      Pola modern
Merupakan pengambilan keputusan dalam keluarga secara bersama-sama, ada semacam persamaan hak istri dalam mengambil keputusan, dengan tanpa menghilangkan peran dan masing-masing anggaran (Guhardja et al.1989).

E.     Variabel yang Mempengaruhi Kekuasaan Keluarga
1.      Hirarki kekuasaan keluarga
Hirarki kekuasaan biasanya banyak diterapkan pada keluarga inti. Variasi-variasi dalam hirarki kekuasaan berkenaan dengan perbedaan bentuk-bentuk keluarga.
2.      Pembentukan koalisi keluarga
Salah satu cara struktur kekuasaan keluarga diubah dengan pembentukan koalisi. Koalisi dalam keluarga paling sehat bila hal ini ada dalam tingkat kekuasaan yang tepat. Keluarga dengan dua orang tua cenderung mempunyai sumber dan pilihan-pilihan secara yang bermakna yang tersedia bagi mereka daripada yang dilakukan orangtua tunggal.
3.      Jaringan komunikasi keluarga
Jaringan komunikasi yang disebut disini karena hubungannya dengan struktur kekuasaan. Dengan jaringan komunikasi akan terbentuknya suatu kekuasaan untuk mendapatkan hasil dari pembuatan keputusan.

4.      Kelas social dalam kekuasaan keluarga
Kelas social dibagi menjadi dua yaitu: kelas bawah dan kelas menengah. Kelas tersebut dapat dilihat berdasarkan tahap perkembangan keluarga.
5.      Kelompok situasional
Kelompok situasional juga mempengaruhi kekuasaan keluarga. Kelompok situasional yang mempengaruhi kekuasaan meliputi: waktu, kehadiran orang lain, dan stress.
6.      Pengaruh kebudayaan
Perbedaan budaya dan agama dalam keluarga juga menentukan pengaturan kekuasaan dalam rumahtangga. Kekuasaan berdasarkan budaya seperti kasus kakek/nenek yang memiliki suatu pengaruh yang kuat terhadap kekuasaan.
7.      interdependensi dan tanggung jawab pasangan terhadap perkawinan.
Ketergantungan emosi dan tingkat tanggung jawab terhadap perkawinan belakangan inimempengaruhi proses pengambilan keputusan yang digunakan dalam keluarga.

F.      Keseluruhan system kekuasaan dan kekuasaan subsistem
Seluruh kekuasaan dapat di karakteristikkan oleh dominansi istri, suami maupun anak yang meliputi:
1.      Kepuasan perkawinan dan tipe kekuasaan keluarga
2.      Peran-peran kekuasaan wanita
3.      Kecendrungan kotemporer dalam kekuatan keluarga
4.      Atribut kekuasaan keluarga sehat dan disfungsional
.

G.    Proses keperawatan keluarga tentang kekuasaan keluarga
1.      Pengkajian
Proses pengkajian dari struktur kekuasaan keluarga dikaji sesuai dengan konsep dari kekuasaan keluarga. Konsep kekuasaan keluarga terdiri dari dasar-dasar kekuasaan, pengambilan keputusan, variabel dalam kekuasaan.dan hasil kekuasaan.keseluruhan system kekuasaan dan kekuasaan subsistem.
2.      Doagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang diangkat berdasarkan diagnose NANDA menyangkut keputusan dan konflik-konflik lainnya yang perlu diidentifikasi.
(Friedmen et al, 2003) 

DAFTAR PUSTAKA


Ali, H. Zaidin (2010). Pengantar keperawatan keluarga. Jakarta : EGC
Allender, JA & Spradley, B. W. 2001. Community as Partner, Theory and Practice Nursing. Philadelpia : Lippincott
Friedman. M, Bowden. V, Jones. E (2003). Family Nursing: Research, Theory, And Practice. New Jersey: Pearson Education.
Friedman, M. M. (1998). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek.(Family nursing teori and practice). Edisi 3. Alih bahasa Ina debora R. L. Jakarta: EGC
Murwani, Arita. 2008. Asuhan Keperawatan Keluarga : Konsep dan  Aplikasi Kasus. Jogjakarta : Mitra Cendikia
Rahmawati, (2013) Jumlah Penduduk Di Indonesia. Di unduh 2 oktober 2013 http//Jumlah%20Penduduk%20di%20Indonesia.compas.id


Tidak ada komentar: