I.PENDAHULUAN.
CVA
atau Cerebro Vaskuler Accident biasa di kenal oleh masyarakat dengan istilah
Stroke.Istilah ini lebih populer di banding CVA.Kelainan ini terjadi pada organ otak.Lebih tepatnya adalah
Gangguan Pembuluh Darah Otak.Berupa penurunan kualitas pembuluh darah
otak.Stroke menyebabkan angka kematian yang tinggi.
Kejadian
sebagian besar dialami oleh kaum lai-laki daripada wanita (selisih 19 % lebih tinggi)dan usia umumnya di atas 55
tahun.
II.PENYEBAB
dan KLASIFIKASI.
Pecahnya
pembuluh darah otak sebagian besar diakibatkan oleh rendahnya kualitas pembuluh
darah otak.Sehingga dengan adanya tekanan darah yang tinggi pembuluh darah
mudah pecah.
Faktor
resiko terjadinya stroke ada 2 :
1.Faktor resiko yang dapat diobati /
dicegah :
§ Perokok.
§ Penyakit
jantung ( Fibrilasi Jantung )
§ Tekanan
darah tinggi.
§ Peningkatan
jumlah sel darah merah ( Policitemia).
§ Transient
Ischemic Attack ( TIAs)
2.Faktor resiko yang tak dapat di rubah
:
§ Usia
di atas 65.
§ Peningkatan
tekanan karotis ( indikasi terjadinya artheriosklerosis yang meningkatkan
resiko serangan stroke).
§ DM.
§ Keturunan
( Keluarga ada stroke).
§ Pernah
terserang stroke.
§ Race
( Kulit hitam lebih tinggi )
§ Sex
( laki-laki lebih 30 % daripada wanita ).
Secara
patologik suatu infark dapat di bagi dalam :
1.
Trombosis pembuluh darah ( trombosis serebri ).
2.
Emboli a.l dari jantung (emboli serebri ).
3.
Arteritis sebagai akibat
lues / arteritis temporalis.
KLASIFIKASI
:
Secara klinis stroke di bagi menjadi :
1. Serangan
Ischemia Sepintas ( Transient Ischemia Attack / TIA ).
2. Stroke
Ischemia ( Stroke non Hemoragik ).
3. Stroke
Hemoragik.
4. Gangguan
Pembuluh Darah Otak Lain.
Sumber
: 2000, Harsono ED, Kapita Selekta
Neurologi, Gajah Mada UP, hal : 84.
III.PATOFISIOLOGI.
Faktor penyebab :
Kualitas
pembuluh darah tidak baik
Trombosis pembuluh darah ( trombosis serebri ).
Emboli
a.l dari jantung (emboli serebri ).
Arteritis
sebagai akibat lues / arteritis temporalis.
Penurunan Blood Flow
ke otak
|
Ischemia dan hipoksia
jaringan otak
Infark otak
EDEMA
JARINGAN OTAK
|
||||||
|
||||||
Kematian sell otak
Kerusakan
sistem motorik dan sensorik
( DEFICIT NEUROLOGIS )
§ Kelumpuhan / hemiplegi
§ Kelemahan
/ paralyse
§ Penurunan kesadaran
dan Dysphagia
(Sumber : Susan C.dewit, ESSENTIALS OF
MEDICAL SURGICAL NURSING, W.B SOUNDERS COMPANY, 1998, hal.350 dan 363).
IV.TANDA
DAN GEJALA.
1.
Jika terjadi peningkatan TIK
maka dijumpai tanda dan gejala :
§ Perubahan
tingkat kesadaran : penurunan orientasi dan respons terhadap stimulus.
§ Perubahan
kemampuan gerak ekstrimitas : kelemahan sampai paralysis.
§ Perubahan
ukuran pupil : bilateral atau unilateral dilatasi.Unilateral tanda dari
perdarahan cerebral.
§ Perubahan
tanda vital : nadi rendah, tekanan nadi melebar, nafas irreguler, peningkatan
suhu tubuh.
§ Keluhan
kepala pusing.
§ Muntah
projectile ( tanpa adanya rangsangan ).
2.Kelumpuhan
dan kelemahan.
3.Penurunan
penglihatan.
4.Deficit
kognitif dan bahasa ( komunikasi ).
5.Pelo
/ disartria.
6.Kerusakan
Nervus Kranialis.
7.Inkontinensia
alvi dan uri.
V.PENATALAKSANAAN
MEDIK.
A.PEMERIKSAAN
PENUNJANG.
1.LABORATORIUM.
§ Hitung
darah lengkap.
§ Kimia
klinik.
§ Masa
protombin.
§ Urinalisis.
2.DIAGNOSTIK.
§ SCAN
KEPALA
§ Angiografi
serebral.
§ EEG.
§ Pungsi
lumbal.
§ MRI.
§ X
ray tengkorak
B.PENGOBATAN.
1.Konservatif.
a.Pemenuhan
cairan dan elektrolit dengan pemasangan infus.
b.Mencegah
peningkatan TIK.
§ Antihipertensi.
§ Deuritika.
§ Vasodilator
perifer.
§ Antikoagulan.
§ Diazepam
bila kejang.
§ Anti
tukak misal cimetidine.
§ Kortikosteroid
: pada kasus ini tidak ada manfaatnya karena
klien akan mudah terkena infeksi, hiperglikemi dan stress
ulcer/perdarahan lambung.
§ Manitol
: mengurangi edema otak.
2.Operatif.
Apabila
upaya menurunkan TIK tidak berhasil maka perlu dipertimbangkan evakuasi hematom
karena hipertensi intrakranial yang menetap akan membahayakan kehidupan klien.
3.Pada
fase sub akut / pemulihan ( > 10 hari )
perlu :
§ Terapi
wicara.
§ Terapi
fisik.
§ Stoking
anti embolisme.
VI.
KOMPLIKASI DAN PENCEGAHAN STROKE.
§ Aspirasi.
§ Paralitic
illeus.
§ Atrial
fibrilasi.
§ Diabetus
insipidus.
§ Peningkatan
TIK.
§ Hidrochepalus.
PENCEGAHAN
:
§ Kontrol
teratur tekanan darah.
§ Menghentikanmerokok.
§ Menurunkan
konsumsi kholesterol dan kontrol
cholesterol rutin.
§ Mempertahankan
kadar gula normal.
§ Mencegah
minum alkohol.
§ Latihan
fisik teratur.
§ Cegah
obesitas.
§ Mencegah
penyakit jantung dapat mengurangi resiko stroke.
VI.ASUHAN
KEPERAWATAN.
A.PENGKAJIAN
BIODATA
Pengkajian biodata di fokuskan pada :
Umur : karena usia di atas 55 tahun merupakan
resiko tinggi terjadinya serangan stroke.Jenis kelamin : laki-laki lebih
tinggi 30% di banding wanita.Ras : kulit
hitam lebih tinggi angka kejadiannya.
KELUHAN
UTAMA.
Biasanya klien datang ke rumah sakit dalam
kondisi : penurunan kesadaran atau koma serta disertai kelumpuhan dan keluhan
sakit kepala hebat bila masih sadar.
UPAYA YANG TELAH DILAKUKAN.
Jenis CVA Bleeding memberikan gejala yang
cepat memburuk.Oleh karena itu klien
biasanya langsung di bawa ke Rumah Sakit.
RIWAYAT
PENYAKIT DAHULU.
Perlu di kaji adanya riwayat DM, Hipertensi,
Kelainan Jantung, Pernah TIAs, Policitemia karena hal ini berhubungan dengan
penurunan kualitas pembuluh darah otak menjadi menurun.
RIWAYAT
PENYAKIT SEKARANG.
Kronologis peristiwa CVA Bleeding sering setelah melakukan aktifitas tiba-tiba terjadi keluhan neurologis misal :
sakit kepala hebat, penurunan kesadaran sampai koma.
RIWAYAT
PENYAKIT KELUARGA.
Perlu di kaji mungkin ada anggota keluarga
sedarah yang pernah mengalami stroke.
PEMENUHAN
KEBUTUHAN SEHARI-HARI.
Apabila telah mengalami kelumpuhan
sampai terjadinya koma maka perlu klien membutuhkan bantuan dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari dari bantuan
sebagaian sampai total.Meliputi :
§ mandi
§ makan/minum
§ bab
/ bak
§ berpakaian dan berhias
§ aktifitas
mobilisasi
PEMERIKSAAN
FISIK DAN OBSERVASI.
BI (
Bright / pernafasan).
Perlu di kaji adanya :
§ Sumbatan
jalan nafas karena penumpukan sputum dan kehilangan refleks batuk.
§ Adakah
tanda-tanda lidah jatuh ke belakang.
§ Auskultasi
suara nafas mungkin ada tanda stridor.
§ Catat
jumlah dan rama nafas
B2 (
Blood / sirkulasi ).
Deteksi adanya : tanda-tanda peningkatan TIK
yaitu peningkatan Tekanan Darah disertai
dengan pelebaran nadi dan penurunan jumlah nadi.
B3 (
Brain / Persyarafan, Otak )
Kaji adanya keluhan sakit kepala
hebat.Periksa adanya pupil unilateral,
Observasi tingkat kesadaran .
B4 (
Bladder / Perkemihan ).
Tanda-tanda inkontinensia urin.
B5 (
Bowel : Pencernaan )
Tanda-tanda inkontinensia alvi.
B6 (
Bone : Tulang dan Integumen ).
Kaji adanya kelumpuhan atau
kelemahan.Tanda-tanda decubitus karena tirah baring lama.Kekuatan otot.
SOSIAL
INTERAKSI.
Biasanya di jumpai tanda kecemasan karena
ancaman kematian diekspresikan dengan menangis, klien dan keluarga sering
bertanya tentang pengobatan dan kesembuhannya.
B.DIAGNOSA
YANG MUNCUL.
1.
Resiko peningkatan TIK
berhubungan dengan penambahan isi otak sekunder terhadap perdarahan otak .
2.
Intoleransi aktifitas (ADL )
berhubungan dengan kehilangan kesadaran,kelumpuhan.
3.
Kerusakan mobilitas fisik
berhubungan dengan kelemahan dan kelumpuhan.
4.
Defisit perawatan diri
berhubungan dengan kelemahan dan kelumpuhan.
5.
Kecemasan (ancaman kematian) berhubungan dengan kurang informasi prognosis dan terapi.Kurang
pengetahuan prognosis dan terapi berhubungan dengan kurang informasi, salah
interpretasi.
6.
Resiko injury berhubungan
dengan kelemahan dan kelumpuhan, penurunan kesadaran.
7.
Gangguan nutrisi (kurang
dari kebutuhan tubuh ) berhubungan dengankesulitan menelan(disfagia),
hemiparese dan hemiplegi.
8.
Inkoninensia uri berhubungan
dengan defisit neurologis.
9.
Inkontinensia alfi
berhubungan dengan kerusakan mobilitas
dan kerusakan neurologis.
10.
Resiko kerusakan integritas
kulit berhubungan dengan penurunan mobilitas, parise dan paralise.
11.
Kerusakan komunikasi verbal
berhubungan dengan ketidakmampuan bicara verbal atau tidak mampu komunikasi.
12. Gangguan persepsi sensori
: perabaan yang berhubungan dengan penekanan pada saraf sensori.
13. Resiko terjadinya :
kekeringan kornea, Pneumonia ortostatik sekunder kehilangan kesadaran.
C.INTERVENSI KEPERAWATAN.
Rencana keperawatan dari diagnosa
keperawatan diatas adalah :
1.RESIKO PENINGKATAN TIK
BERHUBUNGAN DENGAN PENAMBAHAN ISI OTAK SEKUNDER TERHADAP HIPOKSIA, EDEMA OTAK.
Tujuan : setelah dilakukan
tindakan keperawatan klien tidak mengalami peningkatan tekanan intra kranial .
Kriteria hasil :
Tidak
terdapat tanda peningkatan tekanan intra kranial :
§ Peningkatan
tekanan darah.
§ Nadi
melebar.
§ Pernafasan
cheyne stokes
§ Muntah
projectile.
§ Sakit
kepala hebat.
Pencegahan
TIK meningkat di laksanakan.
Intervensi.
NO
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
|
Pantau tanda dan
gejala peningkatan TIK
§ tekanan
darah
§ nadi
§ GCS
§ Respirasi
§ Keluhan
sakit kepala hebat
§ Muntah
projectile
§ Pupil
unilateral
|
Deteksi dini
peningkatan TIK untuk melakukan tindakan lebih lanjut.
|
2.
|
Tinggikan kepala
tempat tidur 15-30 derajat kecuali ada kontra indikasi.Hindari mengubah
posisi dengan cepat.
|
Meninggikan kepala
dapat membantu drainage vena untuk mengurangi kongesti vena.
|
3.
|
Hindari hal-hal
berikut :
Masase karotid
Fleksi leher atau
rotasi > 45 derajat.
Rangsangan anal
dengan jari(boleh tapi dengan hati-hati ) hindari mengedan, fleksi ekstrem
panggul dan lutut.
|
Masase karotid memperlambat frekuensi jantung dan
mengurangi sirkulasi sistemik yang diikuti peningkatan sirkulasi secara
tiba-tiba.
Fleksi atau rotasi
ekstrem leher mengganggu cairan
cerebrospinal dan drainage vena dari rongga intra kranial.
Aktifitas ini
menimbulkan manuver valsalva yang merusak aliran balik vena dengan kontriksi
vena jugularis dan peningkatan TIK.
|
4.
|
Konsul dokter untuk
mendapatkan pelunak feces jika di perlukan.
|
Mencegah konstipasi
dan mengedan yang menimbulkan manuver valsalva.
|
5.
|
Pertahankan
lingkungan tenang, sunyi dan
pencahayaan redup.
|
Meningkatkan
istirahat dan menurunkan rangsangan membantu menurunkan TIK.
|
6.
|
Berikan obat-obatan
sesuai dengan pesanan:
§ Anti
hipertensi.
§ Anti
koagulan.
§ Terapi
intra vena pengganti cairan dan elektrolit.
§ Pelunak
feces.
§ Anti
tukak.
§ Roborantia.
§ Analgetika.
§ Vasodilator
perifer.
|
§ Menurunkan
tekanan darah.
§ Mencegah
terjadinya trombus.
§ Mencegah
defisit cairan.
§ Mencegah
obstipasi.
§ Mencegah
stres ulcer.
§ Meningkatkan
daya tahan tubuh.
§ Mengurangi
nyeri.
§ Memperbaiki
sirkulasi darah otak.
|
2.GANGGUAN
MOBILITAS FISIK BERHUBUNGAN DENGAN HEMIPARESE / HEMIPLEGIA
Tujuan :
Klien
mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya
Kriteria
hasil
1. Tidak terjadi kontraktur sendi
Bertambahnya
kekuatan otot
2. Klien menunjukkan tindakan untuk
meningkatkan mobilitas
Intervensi.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1. Ubah
posisi klien tiap 2 jam
2. Ajarkan
klien untuk melakukan latihan gerak aktif pada ekstrimitas yang tidak sakit
3. Lakukan
gerak pasif pada ekstrimitas yang sakit
4. Berikan
papan kaki pada ekstrimitas dalam posisi fungsionalnya
5. Tinggikan
kepala dan tangan
6. Kolaborasi
dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien
|
§ Menurunkan
resiko terjadinnya iskemia jaringan akibat sirkulasi darah yang jelek pada
daerah yang tertekan
§ Gerakan
aktif memberikan massa, tonus dan kekuatan otot serta memperbaiki fungsi
jantung dan pernapasan
§ Otot
volunter akan kehilangan tonus dan kekuatannya bila tidak dilatih untuk
digerakkan
|
3.GANGGUAN
PERSEPSI SENSORI : PERABAAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENEKANAN PADA SARAF
SENSORI.
Tujuan :
Meningkatnya persepsi
sensorik : perabaan secara optimal.
Kriteria
hasil :
§ Klien
dapat mempertahankan tingkat kesadaran dan fungsi persepsi
§ Klien
mengakui perubahan dalam kemampuan untuk meraba dan merasa
§ Klien
dapat menunjukkan perilaku untuk mengkompensasi terhadap perubahan sensori
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1. Tentukan
kondisi patologis klien
2. Kaji
kesadaran sensori, seperti membedakan panas/dingin, tajam/tumpul, posisi
bagian tubuh/otot, rasa persendian
3. Berikan stimulasi terhadap rasa sentuhan,
seperti memberikan klien suatu benda untuk menyentuh, meraba. Biarkan klien
menyentuh dinding atau batas-batas lainnya.
4. Lindungi
klien dari suhu yang berlebihan, kaji adanya lindungan yang berbahaya.
Anjurkan pada klien dan keluarga untuk melakukan pemeriksaan terhadap suhu
air dengan tangan yang normal
5. Anjurkan
klien untuk mengamati kaki dan tangannya bila perlu dan menyadari posisi
bagian tubuh yang sakit. Buatlah klien sadar akan semua bagian tubuh yang
terabaikan seperti stimulasi sensorik pada daerah yang sakit, latihan yang
membawa area yang sakit melewati garis tengah, ingatkan individu untuk
merawata sisi yang sakit.
6. Hilangkan
kebisingan/stimulasi eksternal yang berlebihan.
7. Lakukan
validasi terhadap persepsi klien
|
1. Untuk
mengetahui tipe dan lokasi yang mengalami gangguan, sebagai penetapan rencana
tindakan
2. Penurunan
kesadaran terhadap sensorik dan perasaan kinetik berpengaruh terhadap
keseimbangan/posisi dan kesesuaian dari gerakan yang mengganggu ambulasi,
meningkatkan resiko terjadinya trauma.
3. Melatih
kembali jaras sensorik untuk mengintegrasikan persepsi dan intepretasi diri.
Membantu klien untuk mengorientasikan bagian dirinya dan kekuatan dari daerah
yang terpengaruh.
4. Meningkatkan
keamanan klien dan menurunkan resiko terjadinya trauma.
5. Penggunaan
stimulasi penglihatan dan sentuhan membantu dalan mengintegrasikan sisi yang
sakit.
6. Menurunkan
ansietas dan respon emosi yang berlebihan/kebingungan yang berhubungan dengan
sensori berlebih.
7. Membantu
klien untuk mengidentifikasi ketidakkonsistenan dari persepsi dan integrasi
stimulus.
|
4.KURANGNYA
PERAWATAN DIRI BERHUBUNGAN DENGAN HEMIPARESE/HEMIPLEGI DAN KEHILANGAN KESADARAN.
Tujuan
Kebutuhan perawatan
diri klien terpenuhi
Kriteria hasil
§ Klien
dapat melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan kemampuan klien
§ Klien dapat mengidentifikasi sumber
pribadi/komunitas untuk memberikan bantuan sesuai kebutuhan
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1. Tentukan
kemampuan dan tingkat kekurangan dalam melakukan perawatan diri.
2. Beri
motivasi kepada klien untuk tetap melakukan aktivitas dan beri bantuan dengan
sikap sungguh
3. Hindari
melakukan sesuatu untuk klien yang dapat dilakukan klien sendiri, tetapi
berikan bantuan sesuai kebutuhan.
4. Berikan
umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang dilakukannya atau
keberhasilannya
5. Kolaborasi
dengan ahli fisioterapi/okupasi
|
1. Membantu
dalam mengantisipasi/merencanakan pemenuhan kebutuhan secara individual
2. Meningkatkan
harga diri dan semangat untuk berusaha terus-menerus
3. Klien
mungkin menjadi sangat ketakutan dan sangat tergantung dan meskipun bantuan
yang diberikan bermanfaat dalam mencegah frustasi, adalah penting bagi klien
untuk melakukan sebanyak mungkin untuk diri-sendiri untuk mempertahankan
harga diri dan meningkatkan pemulihan
4. Meningkatkan
perasaan makna diri dan kemandirian serta mendorong klien untuk berusaha
secara kontinyu
5. Memberikan
bantuan yang mantap untuk mengembangkan rencana terapi dan mengidentifikasi
kebutuhan alat penyokong khusus
|
5.RESIKO GANGGUAN NUTRISI
KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH BERHUBUNGAN DENGAN KELEMAHAN OTOT MENGUNYAH DAN
MENELAN SEKUNDER KEHILANGAN KESADARAN.
Tujuan
Tidak terjadi
gangguan nutrisi
Kriteria hasil
§ Berat
badan dapat dipertahankan/ditingkatkan
§ Hb
dan albumin dalam batas normal
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1. Tentukan
kemampuan klien dalam mengunyah, menelan dan reflek batuk
2. Letakkan
posisi kepala lebih tinggi pada waktu, selama dan sesudah makan
3. Stimulasi
bibir untuk menutup dan membuka mulut secara manual dengan menekan ringan
diatas bibir/dibawah dagu jika dibutuhkan
4. Letakkan
makanan pada daerah mulut yang tidak terganggu
5. Berikan
makan dengan berlahan pada lingkungan yang tenang
6. Mulailah
untuk memberikan makan peroral setengah cair, makan lunak ketika klien dapat
menelan air
7. Anjurkan
klien menggunakan sedotan meminum cairan
8. Anjurkan
klien untuk berpartisipasidalam program latihan/kegiatan
9. Kolaborasi
dengan tim dokter untuk memberikan ciran melalui iv atau makanan melalui selang
|
1. Untuk
menetapkan jenis makanan yang akan diberikan pada klien
2. Untuk
klien lebih mudah untuk menelan karena gaya gravitasi
3. Membantu
dalam melatih kembali sensori dan meningkatkan kontrol muskuler
4. Memberikan
stimulasi sensori (termasuk rasa kecap) yang dapat mencetuskan usaha untuk
menelan dan meningkatkan masukan
5. Klien
dapat berkonsentrasi pada mekanisme makan tanpa adanya distraksi/gangguan
dari luar
6. Makan
lunak/cairan kental mudah untuk mengendalikannya didalam mulut, menurunkan
terjadinya aspirasi
7. Menguatkan
otot fasial dan dan otot menelan dan menurunkan resiko terjadinya tersedak
8. Dapat
meningkatkan pelepasan endorfin dalam otak yang meningkatkan nafsu makan
9. Mungkin
diperlukan untuk memberikan cairan pengganti dan juga makanan jika klien tidak
mampu untuk memasukkan segala sesuatu melalui mulut
|
Evaluasi
Evaluasi
merupakan langkah akhir dalam proses keperawatan. Evaluasi adalah kegiatan yang
di sengaja dan terus-menerus dengan melibatkan klien, perawat, dan anggota tim
kesehatan lainnya. Dalam hal ini diperlukan pengetahuan tentang kesehatan,
patofisiologi, dan strategi evaluasi. Tujuan evaluasi adalah untuk menilai
apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai atau tidak dan untuk melakukan
pengkajian ulang. (Lismidar, 1990).
PUSTAKA.
1. Marylin
Doengus , TERJEMAHAN RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN , EGC, 1999.
2. Lynda
Jual C ,RENCANA ASUHAN DAN DOKUMENTASI KEPERAWATAN, EGC,1999.
3. Anna
Owen ,PEMANTAUAN PERAWATAN KRITIS, , EGC, 1997.
4. Susan
C.dewit, ESSENTIALS OF MEDICAL SURGICAL NURSING, W.B SOUNDERS COMPANY,
1998
5. Harsono,ED,
NEUROLOGI KLINIS, GAJAH MADA UNIVERSITY PRESS, 1996.
6. 2000,
Harsono ED, KAPITA SELEKTA NEUROLOGI,
Gajah Mada UP.
Bersihan
jalan napas tak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan batuk aktif sekunder
gangguan kesadaran.
Tujuan : Kebersihan jalan napas
efektif.
Kriteria hasil :
Ü Mencari posisi yang nyaman yang memudahkan peningkatan pertukaran
udara.
Ü Mendemontrasikan batuk efektif.
Ü Menyatakan strategi untuk menurunkan kekentalan sekresi.
Rencana
Tindakan :
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1. Jelaskan klien tentang kegunaan batuk yang efektif dan mengapa
terdapat penumpukan sekret di sal. pernapasan.
|
R/ Pengetahuan yang diharapkan akan membantu mengembangkan
kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.
|
2. Ajarkan klien tentang metode yang tepat pengontrolan batuk.
|
R/ Batuk yang tidak terkontrol adalah melelahkan dan tidak
efektif, menyebabkan frustasi.
|
3. Napas dalam dan perlahan saat duduk setegak mungkin.
|
R/ Memungkinkan ekspansi paru lebih luas.
|
4. Lakukan pernapasan diafragma.
|
R/ Pernapasan diafragma menurunkan frek. napas dan meningkatkan
ventilasi alveolar.
|
5. Tahan napas selama 3 - 5
detik kemudian secara perlahan-lahan, keluarkan sebanyak mungkin
melalui mulut.
Lakukan napas ke dua , tahan dan batukkan dari dada dengan melakukan
2 batuk pendek dan kuat.
|
R/ Meningkatkan volume udara dalam paru mempermudah pengeluaran
sekresi sekret.
|
6. Auskultasi paru sebelum dan sesudah klien batuk.
|
R/ Pengkajian ini
membantu mengevaluasi keefektifan upaya batuk klien.
|
7. Ajarkan klien tindakan untuk menurunkan viskositas sekresi :
mempertahankan hidrasi yang adekuat; meningkatkan masukan cairan 1000 sampai
1500 cc/hari bila tidak kontraindikasi.
|
R/ Sekresi kental sulit untuk diencerkan dan dapat menyebabkan
sumbatan mukus, yang mengarah pada atelektasis.
|
8. Dorong atau berikan perawatan mulut yang baik setelah batuk.
|
R/ Hiegene mulut yang baik meningkatkan rasa kesejahteraan dan
mencegah bau mulut.
|
9. Kolaborasi dengan
tim kesehatan lain :
Dengan dokter, radiologi dan
fisioterapi.
Pelaksanaan fisioterapi
dada / postural drainase
Pemberian expectoran.
Pemberian antibiotika.
Konsul photo toraks.
|
R/ Expextorant untuk memudahkan mengeluarkan lendir dan
menevaluasi perbaikan kondisi klien atas pengembangan parunya.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar