RONDE KEPERAWATAN
1. Pengertian
Suatu kegiatan yang
bertujuan unruk mengatasi masalah
keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat, disamping pasien dilibatkan
untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan, akan tetapi pada kasus
tertentu harus dilakukan oleh perawat, yang melibatkan seluruh anggota tim.
2. Karakteristik
- Klien dilibatkan secara langsung
- Klien merupakan fokus kegiatan
- Perawat associate, perawat primer dan konsuler melakukan diskusi bersama
- Konsuler memfasilitasi kreatifitas
- Konsuler membantu mengembangkan kemampuan perawat associate perawat primer untuk meningkatkan kemampuan dalam mengatasi masalah
3. Tujuan
- Menumbuhkan cara berfikir secara khas
- Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berasal dari masalah klien
- Meningkatkan validitas data klien
- Menilai kemampuan justifikasi
- Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja
- Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana keperawatan
4. Peran
4.1. Perawat Primer dan perawat associate
Dalam
menjalankan pekerjaan perlu adanya sebuah peranan yang bisa untuk memaksimalkan
keberhasilan yang bisa disebutkan antara lain :
- Menjelaskan keadaan dan data demografi klien
- Menjelaskan masalah keperawatan utama
- Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilakukan
- Menjelaskan tindakan selanjutnya
- Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang diambil
4.2. Peran perawat Primer lain dan atau Konsuler
- Memberikan justifikasi
- Memberikan reinforcement
- Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi keperawatan serta tindakan yang rasional
- Mengarahkan dan koreksi
- Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari
Rencana Strategi Ronde Keperawatan
Teknik Relaksasi Otot Progresif
A.
Latar belakang
Setiap orang membutuhkan istirahat dan tidur
agar dapat mempertahankan status kesehatan pada tingkat yang optimal. Pemenuhan
kebutuhan istirahat dan tidur terutama sangat penting bagi orang yang sedang
sakit agar lebih cepat memperbaiki kerusakan pada sel. Apabila kebutuhan
istirahat dan tidur tersebut cukup, maka jumlah energi yang diharapkan untuk memulihkan
status kesehatan dan mempertahankan kegiatan dalam kehidupan sehari-hari
terpenuhi (Alimul, 2006). Hospitalisasi atau dirawat di rumah sakit
terbukti dapat menyebabkan gangguan istirahat-tidur, ketidakmampuan klien
mendapatkan posisi yang nyaman dan rasa nyeri merupakan penyebab tersering
gangguan istirahat-tidur (Hirnle, 2000).
Menurut Carpenito (1995) dalam Alimul (2006)
Gangguan pola istirahat-tidur secara umum merupakan suatu keadaan dimana
individu mengalami atau mempunyai resiko perubahan dalam jumlah dan kualitas
pola istirahat – tidur yang menyebabkan ketidaknyamanan. Gangguan ini terlihat
pada klien dengan kondisi yang memperlihatkan perasaan lelah, mudah terangsang
dan gelisah, lesu dan apatis, kehitaman didaerah sekitar mata, kelopak
mata bengkak, konjungtiva merah, mata perih, perhatian terpecah-pecah, sakit
kepala dan sering menguap atau mengantuk. Tindakan keperawatan mandiri yang
bisa diberikan kepada klien sebagai alternatif yang dapat dipilih untuk
mengatasi gangguan istirahat – tidur adalah dengan menciptakan lingkuangan
keperawatan yang tenang, membatasi pengunjung, menganjurkan klien tehnik
relaksasi, masase punggung dan latihan guided imageri (Mija, 1995).
Tehnik latihan relaksasi progresif sebagai
salah satu tehnik relaksasi otot telah terbukti atau terdapat hasil yang
memuaskan dalam program terapi terhadap ketegangan otot yang mampu mengatasi
keluhan anxietas, insomnia, kelelahan, kram otot, nyeri leher
dan pinggang, tekanan darah tinggi, phobia ringan dan gagap (Asmadi,
2008). Kaitan antara tehnik relaksasi dan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur
sangat erat, karena istirahat dan tidur tergantung dari relaksasi otot (Hirnle,
2000). Perawat mempunyai kontak paling lama dengan klien, sehingga peran
perawat dalam upaya penyembuhan klien menjadi sangat penting, termasuk dalam
menangani klien dengan gangguan istirahat – tidur, perawat perlu mengetahui
kebiasaan (rutinitas) yang dilakukan klien sebelum tidur agar dapat mengatasi
penyebab gangguan tidur.
Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada
pasien rawat inap Bougenvill Pav.Ambun Pagi RS M.Djamil Padang 3 hari yang
lalu, klien mengatakan kecenderungan mengalami gangguan istirahat–tidur,
sementara istirahat-tidur sangat tergantung dari kemampuan klien mendapatkan
kenyamanan serta relaksasi otot dan psikisnya, oleh karena itu relaksasi
progresif dapat diberikan sebagai salah satu alternatif tindakan keperawatan
untuk memenuhi kebutuhan istirahat – tidur klien.
B. Tujuan
- Tujuan Umum
Peserta Ronde mampu melakukan teknik relaksasi otot
progresif
- Tujuan Khusus
a)
Peserta ronde
mampu menyebutkan definisi relaksasi otot progresif
b)
Peserta ronde
mampu menyebutkan manfaat latihan relaksasi otot
progresif
c)
Hal- hal yang perlu
diperhatikan dalam memberikan latihan relaksasi otot progresif
d)
Langkah –langkah latihan
relaksasi otot progresif
C. Waktu
Topik : Teknik Relaksasi Otot Progresif
Sasaran : Klien
Waktu : 30 Menit
Hari/ Tanggal : Rabu, 29 April
2015
D. Metode
Diskusi dan Demonstrasi
E. Media
· Lembar balik
· Leaflet
F.
Setting tempat
« ¥
Keterangan :
J J « : Karu
J J ¥ : pasien
J J J : Perawat Pelaksana
G.
Pengorganisasian
·
Kepala
Ruangan :
Rizki Kurniadi, S.Kep
·
Ketua Tim : Anneliese
Satoko, S.Kep
Marlizayani, S.Kep
·
Perawat
pelaksana : Dewi
Marlina, S.Kep
Nelvi Desmita, S.Kep
Freza Siska, S.Kep
Suci Asha Rahmadini, S.Kep
Yose Angri Yolla, S.Kep
Winda Susrianti, S. Kep
Frissy Lestari , S. Kep
H.
Proses
Kegiatan Ronde
No.
|
Kegiatan Penyaji
|
Kegiatan Audien
|
Waktu
|
1.
|
Pre Ronde
-
Memberi
salam
-
Menjelaskan
Topik, tujuan
-
Menyepakati
kontrak waktu
-
Menggali pengetahuan audiens
tentang latihan relaksasi otot progresif
-
Memberikan reinforcement
positif
-
Menjelaskan pengertian
latihan relaksasi otot progresif
-
Menggali pengetahuan audiens
tentang manfaat relaksasi otot progresif
-
Memberi reinforcement positif
-
Menjelaskan tujuan latihan
relaksasi otot progresif
-
Menggali pengetahuan audiens
tentang jenis-jenis relaksasi
-
Memberi reinforcement positif
-
Menjelaskan jenis-jenis
relaksasi otot progresif
-
Menggali pengetahuan audiens
mengenai hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan relaksasi otot
progresif
-
Memberi reinforcemen positif
-
Menjelaskan mengenai hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam melakukan relaksasi otot progresif
-
Menjelaskan langkah-langkah
melakukan relaksasi otot progresif
-
Memberi kesempatan pada
audiens untuk bertanya
-
Menjawab pertanyaan audiens
|
-
Menjawab
salam
-
Mendengarkan
-
Menyepakati
-
Mengemukakan pendapat
-
Mendengarkan
-
Mendengarkan dan
memperhatikan
-
Mengungkapkan pendapat
-
Mendengarkan
-
Mendengarkan dan
memperhatikan
-
Mengungkapkan pendapat
-
Mendengarkan
-
Mendengarkan dan
memperhatiakn
-
Mengungkapkan pendapat
-
Mendengarkan
-
Mendengarkan dan memperhatikan
-
Mendengarkan dan
memperhatiakn
-
Memberi pertanyaan
-
Mendengarkan dan
memperhatikan
|
10 menit
|
2.
|
Pelaksanaan Ronde
-
Salam
pembuka
-
Memperkenalkan
pembimbing dan tim ronde
-
Menjelaskan
tujuan
-
Menyampaikan
identitas dan masalah klien
-
Pelaksanaan
·
Mempersiapkan
klien untuk dilakukan relaksasi
·
Mendemonstrasikan
cara relaksasi
|
Mendengarkan
Mendengarkan
Mendengarkan
Mendengarkan
Mendengarkan dan
memperhatikan
|
15 Menit
|
3.
|
Post Ronde
-
Melakukan
evaluasi bersama tentang tindakan yang telah dilakukan
-
Menyimpulkan
materi bersama audien
-
Memberi
salam
|
Ikut mengevaluasi
Menyimpulkan bersama
Menjawab salam
|
5 Menit
|
7. Kriteria evaluasi
- Evaluasi struktur
-
Kegiatan
ronde terlaksana sesuai waktu
-
Peserta ronde
dapat hadir sesuai rencana
- Evaluasi proses
-
Peserta ronde
berperan aktif dalam kegiatan ronde
-
Selama ronde
berlangsung, semua peserta dapat mengikuti dengan penuh perhatian
- Evaluasi hasil
-
Pasien puas
dengan hasil kegiatan
-
Masalah
pasien teratasi
-
Perawat dapat
:
·
Berpikir
kritis
·
Tumbuh pemikiran
bahwa tindakan keperawatan berasal dari masalah klien ataupun dari perawat
sendiri
·
Meningkatkan
pola pikir sistematis
·
Mengaplikasikan
latihan pembelajaran pada praktek klinik
MATERI
LATIHAN RELAKSASI OTOT
PROGRESIF
A. Defenisi Relaksasi Progresif
Relaksasi
adalah satu bentuk aktivitas yang boleh membantu mengatasi stres. Teknik
relaksasi ini melibatkan pergerakan anggota badan secara mudah dan boleh
dilakukan di mana-mana saja.
Relaksasi progresif adalah satu teknik dalam terapi
perilaku untuk mengurangi ketegangan dan kecemasan. Teknik ini dapat digunakan
oleh pasien tanpa bantuan terapis dan mereka dapat menggunakannya untuk
mengurangi stres, ketegangan dan kecemasan yang dialami sehari-hari di rumah. Dalam
Jurnal Pengembangan multimedia relaksasi oleh Neila Ramdhani dan Adhyos Aulia
Putra pada tahun 2006, relaksasi progresif merupakan salah satu teknik
pengelolaan diri yang didasarkan pada cara kerja sistem syaraf simpatetis dan
parasimpatetis ini. Teknik relaksasi semakin sering dilakukan karena terbukti
efektif mengurangi ketegangan dan kecemasan, membantu orang yang mengalami
insomnia, dan asma.
B. Jenis-jenis Relaksasi
Tedapat banyak macam teknik
relaksasi yang bisa dilakukan. ada empat macam tipe relaksasi, yaitu:
- Relaksasi otot (progresive muscle relaxation)
- Pernafasan (diaphragmatic breathing)
- Meditasi (attention-focussing exercises)
- Relaksasi perilaku (behavioral relaxation training)
C. Tujuan Latihan Relaksasi
Otot Progresif
Tujuan dari relaksasi otot progresif ini sendiri adalah
untuk mengatasi berbagai macam permasalahan
- tekanan dan ketegangan jiwa menjadi rendah;
- berkurangnya rasa cemas, khawatir dan gelisah;
- detak jantung lebih rendah;
- mengurangi tekanan darah;
- ketahanan yang lebih besar terhadap penyakit;
- tidur lelap;
- kesehatan mental menjadi lebih baik;
- daya ingat lebih baik;
- meningkatkan daya berpikir logis;
- meningkatkan kreativitas;
Permasalahan tersebut
dapat menjadi suatu rangkaian bentuk gangguan psikologis bila tidak diatasi.
D. Hal- Hal yang Perlu
Diperhatikan Dalam Memberikan Latihan Relaksasi Otot Progresif
Ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam memberikan latihan relaksasi otot progresif yaitu :
1.
Jangan terlalu menegangkan otot
berlebihan karena dapat melukai diri sendiri.
2.
Untuk merilekskan otot-otot
membutuhkan waktu sekitar 20-50 detik.
3.
Posisi tubuh, lebih nyaman
dengan mata tertutup. Jangan dengan berdiri.
4.
Menegangkan kelompok otot dua
kali tegangan.
5.
Melakukan pada bagian kanan
tubuh dua kali, kemudian bagian kiri dua kali.
6.
Memerikasa apakah klien
benar-benar rileks.
7.
Terus menerus memberikan
instruksi.
8.
Memberikan instruksi tidak
terlalu cepat, dan tidak terlalu lambat.
E. Langkah –Langkah Latihan
Relaksasi Otot Progresif
Berikut dipaparkan
masing-masing gerakan dan penjelasan mengenai otot otot yang dilatih:
1.
Gerakan pertama ditujukan untuk melatih otot tangan yang dilakukan dengan cara
menggenggam tangan kiri sambil membuat suatu kepalan. Klien diminta membuat
kepalan ini semakin kuat (gambar 1), sambil merasakan sensasi ketegangan yang
terjadi. Pada saat kepalan dilepaskan, klien dipandu untuk merasakan rileks
selama 10 detik. Gerakan pada tangan kiri ini dilakukan dua kali sehingga klien
dapat membedakan perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan relaks yang
dialami. Prosedur serupa juga dilatihkan pada tangan kanan.
2.
Gerakan kedua adalah gerakan untuk melatih otot tangan bagian belakang. Gerakan
ini dilakukan dengan cara menekuk kedua lengan ke belakang pada pergelangan
tangan sehingga otot-otot di tangan bagian belakang dan lengan bawah menegang,
jari-jari menghadap ke langit-langit (gambar 2).
3.
Gerakan ketiga adalah untuk melatih otot-otot Biceps. Otot biceps adalah otot
besar yang terdapat di bagian atas pangkal lengan (lihat gambar 3). Gerakan ini
diawali dengan menggenggam kedua tangan sehingga menjadi kepalan kemudian
membawa kedua kepalan ke pundak sehingga otot-otot biceps akan menjadi tegang.
4.
Gerakan keempat ditujukan untuk melatih otot-otot bahu. Relaksasi untuk
mengendurkan bagian otot-otot bahu dapat dilakukan dengan cara mengangkat kedua
bahu setinggi-tingginya seakan-akan bahu akan dibawa hingga menyentuh kedua
telinga. Fokus perhatian gerakan ini adalah kontras ketegangan yang terjadi di
bahu, punggung atas, dan leher.
5.
Gerakan kelima sampai ke
delapan adalah gerakan-gerakan yang ditujukan untuk
melemaskan otot-otot di wajah. Otot-otot wajah yang dilatih adalah otot-otot
dahi, mata, rahang, dan mulut. Gerakan untuk dahi dapat dilakukan dengan cara
mengerutkan dahi dan alis sampai otot-ototnya terasa dan kulitnya
keriput.
6.
Gerakan yang ke enam ditujukan untuk
mengendurkan otot-otot mata diawali dengan menutup keras-keras mata sehingga
dapat dirasakan ketegangan di sekitar mata dan otot-otot yang mengendalikan
gerakan mata (gambar 5).
7.
Gerakan ketujuh bertujuan untuk mengendurkan ketegangan yang dialami oleh otot-otot
rahang dengan cara mengatupkan rahang, diikuti dengan menggigit gigi-gigi
sehingga ketegangan di sekitar otot-otot rahang.
8.
Gerakan kedelapan ini dilakukan untuk mengendurkan otot-otot sekitar mulut.
Bibir dimoncongkan sekuat-kuatnya sehingga akan dirasakan ketegangan di
sekitar mulut.
9.
Gerakan kesembilan (gambar 7) dan gerakan kesepuluh (gambar 7) ditujukan untuk
merilekskan otot-otot leher bagian depan maupun belakang. Gerakan diawali
dengan otot leher bagian belakang baru kemudian otot leher bagian depan. Klien
dipandu meletakkan kepala sehingga dapat beristirahat, kemudian diminta untuk
menekankan kepala pada permukaan bantalan kursi sedemikian rupa sehingga klien
dapat merasakan ketegangan di bagian belakang leher dan punggung atas. Sedangkan
gerakan kesepuluh bertujuan untuk melatih otot leher bagian depan (lihat gambar
7). Gerakan ini dilakukan dengan cara membawa kepala ke muka, kemudian klien
diminta untuk membenamkan dagu ke dadanya.
10.
Gerakan kesebelas bertujuan untuk melatih otot-otot punggung. Gerakan ini dapat
dilakukan dengan cara mengangkat tubuh dari sandaran kursi, kemudian punggung
dilengkungkan, lalu busungkan dada sehingga tampak seperti pada gambar 6.
Kondisi tegang dipertahankan selama 10 detik, kemudian rileks. Pada saat rileks,
letakkan tubuh kembali ke kursi, sambil membiarkan otot-otot menjadi lemas.
11.
Gerakan keduabelas, dilakukan untuk melemaskan otototot dada. Pada gerakan ini, klien
diminta untuk menarik nafas panjang untuk mengisi paru-paru dengan udara
sebanyak-banyaknya. Posisi ini ditahan selama beberapa saat, sambil merasakan
ketegangan di bagian dada kemudian turun ke perut. Pada saat ketegangan
dilepas, klien dapat bernafas normal dengan lega. Sebagaimana dengan gerakan
yang lain, gerakan ini diulangi sekali lagi sehingga dapat dirasakan perbedaan
antara kondisi tegang dan rileks.
12.
Gerakan ketigabelas bertujuan untuk melatih otot-otot perut. Gerakan ini dilakukan
dengan cara menarik kuat-kuat perut ke dalam, kemudian menahannya sampai perut
menjadi kencang dank eras. Setelah 10 detik dilepaskan bebas, kemudian diulang
kembali seperti gerakan awal untuk perut ini. Gerakan 14 dan 15 adalah
gerakan-gerakan untuk otot-otot kaki. Gerakan ini dilakukan secara berurutan.
13.
Gerakan keempat belas bertujuan untuk
melatih otot-otot paha, dilakukan dengan cara meluruskan kedua belah
telapak kaki (lihat gambar delapan) sehingga otot paha terasa tegang. Gerakan
ini dilanjutkan dengan mengunci lutut (lihat gambar delapan), sedemikian
sehingga ketegangan pidah ke otot-otot betis. Sebagaimana prosedur relaksasi
otot, klien harus menahan posisi tegang selama 10 detik baru setelah itu
melepaskannya. Setiap gerakan dilakukan masing-masing dua kali.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. http://www.psikologizone.com/relaksasi-otot-progresif/06511414
diakses tanggal 28 April 2015.
Anonim. 2012. http://dikeskotabima.wordpress.com/2010/12/23/pengaruh-tehnik-relaksasi-progresif-terhadap-pemenuhan-kebutuhan-istirahat-%E2%80%93-tidur-klien-di-ruangan-vip-b-rsud-bima/
diakses tanggal 28 April 2015.
Alimul,A. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Aplikasi
Konsep Dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Asmadi. 2008. Tehnik Prosedural Keperawatan : Konsep Dan
Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta. Salemba Medika.
Davis, Marta.1987. The Relaxation & Stress Reduction
Workbook; Alih Bahasa Indonesia; Achiryani S Hamid dan Budi Anna
Keliat. Jakarta: EGC.
Hirnle,
Constance J; F. Craven. 2000. Fundamental of Nursing ; Human Health And
Function. Lippincot Williams Wilkins. 3 rd 227 East Washington Square
Philadelphia.
Mija, Kim.
1995. Diagnosa Keperawatan. Alih Bahasa Indonesia: Yasmin Asih. Jakarta:
EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar