BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Haemorrhagic
Disease of The Newborn ( HDN) / yang lazim disebut perdarahan akibat defisiensi
vitamink K atau vitamin K deficiency bleeding (VKDB) adalah terjadinya
perdarahan spontan atau perdarahan karena proses lain seperti pengambilan darah
vena atau operasi yang disebabkan karena berkurangnya aktivitas koagulasi yang
tergantung pada vitamin K (faktor II, VII, IX dan X). Sedangkan aktifitas faktor koagulasi yang
tidak tergantung pada vitamin K, kadar fibrinogen dan jumlah trombosit masih
dalam batas normal (Depkes. go.id. 2003).
Perdarahan
intracranial pada bayi merupakan jenis perdarahan yang paling sering
dihubungkan dengan HDN onset lambat. Hampir 2/3 bayi dengan HDN onset lambat
datang dengan perdarahan intracranial. HDN onset lambat adalah perdarahan pada
bayi yang muncul pada usia lebih dari 7 hari, biasanya terjadi pada usia 2
sampai 8 minggu tetapi dapat terjadi kapan saja pada tahun pertama kehidupan.
(Respati, dkk: 2005).Selama periode Januari 2004 sampai dengan Desember 2007
terdapat 15 bayi yang dirawat di ruang HCU Anak RSUP Dr. M.Djamil Padang dengan
perdarahan intracranial dengan rentang usia 3-20 minggu. Umur 4 samapi 8 minggu
merupakan kelompok terbanyak (80%) dengan jumlah jumlah laki-laki mencapai 73,3%
(rasio laki-laki dan perempuan 2,7:1).
Persalianan
normal ditemukan pada 14 orang penderita (93,3 %) dan tidak satupun yang
mendapat vitamin K profilaksis. Bidan merupakan penolong persalinan terbanyak
(73,3 %) dan 4 (26,7%) penderita lahir di rumah sakit, dan hamper semua
menderita mendapat ASI (93,3%). (Syarif, 2008).
B.
Tujuan
1.
Tujuan Umum
Agar
mahasiswa-mahasiswi dapat mengetahui tentang penyakit dan Asuhan Keperawatan
pada klien dengan Hemorrhagic Disease of The Newborn (HDN) dan sebagai acuan
dalam praktek klinik.
2. Tujuan Khusus
a.
Agar mahasiswa/I mampu menjelaskan anatomi fisiologi
dari organ yang terkait dengan penyakit
HDN
b.
Agar mahasiswa/I mampu menjelaskan landasan teoritis
penyakit HDN
c.
Agar mahasiswa/I mampu menjelaskan Landasan teoritis
Asuhan keperawatan pada klien dengan HDN
d.
Agar mahasiswa/I mampu menjelaskan dan mampu
menerapkan Asuhan keperawatan pada klien dengan HDN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.Konsep Dasar Hemorrhagic Disease of the Newborn (HDN)
A. Pengertian Hemorrhagic disease of the
newborn
1. Hemorrhagic disease of the newborn(HDN) merupakan suatu
keadaan akibat dari kekurangan vitamin K pada masa neonatus (Bambang P, Buku
ajar Haematologi–Onkologi Anak, hal 184). Padakebanyakan kasus perdarahan terjadi di
kulit, mata, hidung dan saluran cerna. Kasus perdarahan pada intracranial
jarang di jumpai. Sistem pembekuan darah pada neonatus masih imatur sehingga
pada saat lahir kadar protein koagulasinya juga masih rendah.
2. HDNadalah hasildari perjalananantibodiIgGdari sirkulasimaternalmelintasiplasentake
dalamsirkulasijanindi manamerekabereaksi dengansel darah merahjanin
danmenyebabkankehancuranoleh sistemretikuloendotelialjanin (A.V. Hoffbrand, Essential Haematology,hal 322).
3. Hemorrhagic
disease of the newborn(HDN)adalah sindroma klinis yang disebabkan oleh defisiensi
vitamin K (hal 1373).
4. HDN juga didefinisikan sebagai perdarahan spontan atau
akibat trauma pada bayi yangberhubungan dengan defisiensi vitamin K dan menurunnya
aktifitas factorpembekuan II, VII, IX, dan X dengan fibrinogen dan trombosit normal.
5.The Committee on
Nutrition of the American Academy of Pediatrics (1996) mengatakan bahwa HDN
adalah pendarahan yang terjadi pada beberapa hari pertama kelahiran akibat
kekurangan vitamin K dan ditandai dengan defisiensi protrombin, prokonvertin,
dan mungkin faktor pembekuan lain (Markum,dkk, FKUI, Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Anak, hal 321)
6. Penyakit
Pendarahan pada neonatus atau Hemorrhagic Diseases of Newborn (HDN) merupakan
gangguan pendarahan yang dapat sembuh sendiri dan terjadi akibat defisiensi
faktor pembekuan yang tergantung vitamin K (Waldo E. Nelson, Ilmu kesehatan
Anak, hal 887)
Kadar dari system prokoagulasi seperti
proteinprekalikrein, faktor V, XI, XII, sert faktor koagulasi yang tergantung
vitamin K (II, VII, IX,X). Kadar faktor koagulasi yang tergantung vitamin K
berlangsung kembali ke normal pada usia 7-10 hari. Cadangan vitamin K pada BBL
rendah, hal ini disebabkan oleh kurangnya vitamin K ibu, serta tidak adanya
cadangan flora normal usus yang mampu
mensintesa vitamin K.
B. ANATOMI
FISOLOGI
Anatomi Fisiologi Otak Dan Peredaran
Darah Otak
1.
Anatomi Otak
Otak terletak dirongga kranium dan
dilindungi oleh tulang tengkorak serta tiga lapis selaput penutup (meningen)
yaitu : duramater, arachnoid, dan piamater. Berat otak manusia kira-kira 2 %
dari total berat badan orang dewasa. Otak menerima 20 % dari curah jantung dan
memerlukan sekitar 20 % pemakaian O2 tubuh, atau sekitar 400 kilo kalori energi
setiap harinya.
Otak
merupakan jaringan yang paling banyak menggunakan energi dalam seluruh tubuh
manusia, yang terutama berasal dari proses metabolisme oksidasi glukosa.
Kebutuhan O2 dan glukosa relatif konstan, hal ini disebabkan oleh metabolisme
otak yang merupakan proses yang terus menerus tanpa periode istirahat yang
berarti. Bila kadar O2 dan glukosa kurang dalam jaringan otak maka metabolisme
menjadi terganggu dan jaringan saraf akan mengalami kerusakan.
Secara garis besar otak terbagi menjadi
tiga bagian utama yaitu :
1) Serebrum (Otak Besar / Hemisfer
Serebri)
Serebrum merupakan bagian otak yang
terluas dan terbesar dari otak, berbentuk telur mengisi penuh bagian depan atas
rongga tengkorak. Serebrum terbagi menjadi dua hemisfer yaitu hemisfer kanan
dan kiri, keduanya dipisahkan oleh lekuk atau celah dalam yang disebut visura
longitudinalis mayor dan dihubungkan oleh suatu pita serabut lebar yang disebut
korpus kalosum. Pusat aktivitas sensorik dan motorik pada masing-masing
hemisfer dirangkap dua dan sebagian besar berkaitan dengan bagian tubuh yang
berlawanan, hemisfer sebelah kanan mengatur bagian tubuh sebelah kiri dan
hemisfer serebri kiri mengatur bagian tubuh sebelah kanan. Konsep fungsional
ini disebut pengendalian kontralateral.
Bagian luar hemisfer serebri terdiri dari subtansia
grisea yang disebut sebagai korteks serebri, terletak diatas substansia alba
yang merupakan bagian inti hemisfer yang disebut pusat medula. Fungsi kortek
yaitu untuk menjalankan semua fungsi–fungsi mental yang lebih tinggi seperti
penilaian, bahasa, memori (daya ingat), kreativitas dan berfikir abstrak.
Berfungsi juga dalam persepsi, penempatan dan interpretasi semua sensasi serta
mengatur semua gerak volunter terutama aktivitas motorik diskrit.
Basal ganglia terdiri dari sejumlah nukleus dan terletak
dibagian terdalam hemisfer serebri. Ganglia basalis yang merupakan kelompok
massa substansia grisea tertanam didalam substansia alba. Substansia alba
terdiri dari sel-sel saraf yang menghubungkan bagian-bagian otak dengan bagian
yang lain.
Fungsi basal ganglia bertanggung jawab mengontrol gerakan
halus tubuh, kedua tangan dan ekstremitas bagian bawah. Fungsi basal ganglia
dalam kooperasi dengan bagian-bagian otak yang lebih rendah dalam memberikan
sirkuit dalam gerakan tubuh dasar dan dibawah sadar. Basal ganglia ini
memberikan latar belakang tonus otot yang penting untuk gerakan volunter yang
mempunyai ciri tersendiri, kehalusan dan koordinasi fungsi-fungsi antagonis
otot, dasar gerakan berirama bawah sadar otomatis yang terlibat dalam
pemeliharaan keseimbangan dan berjalan.
Secara anatomi serebrum hemisfer memiliki 4 lobus dan
secara umum terletak dibawah masing-masing tulang tengkorak, yaitu frontal,
parietal, temporal dan oksipital. Beberapa daerah tertentu dari korteks serebri
memiliki fungsi spesifik. Lobus tersebut dibagi lagi menjadi 47 area yang lebih
dikenal dengan area brodmann yang mempunyai fungsi, yaitu:
a) Lobus Frontal
·
Area 4 brodmann merupakan area motorik primer, terletak di sepanjang
girus presentralis dan tersusun secara somatotopik. Area ini bertanggung jawab
atas gerakan-gerakan volunter.
·
Area 6 brodmann terletak dikenal sebagai korteks premotorik. Area ini
bertanggung jawab terhadap gerakan-gerakan terlatih seperti menulis, mengetik
atau mengemudi.
·
Area 8 brodmann bersama area 6 bertanggung jawab atas gerakan-gerakan
menyidik volunter dan deviasi konjugat dari mata dan kepala atau sering disebut
juga area lapangan pandang frontal.
·
Area 4, 6, 8, 9, dan 46 Brodmann, mengatur gerakan mata volunter.
·
Area 44 dan 45 Brodmann, dikenal sebagai area bicara motorik broca.
Terletak di girus frontalis inferior pars operkularis dan triangularis. Area
ini bertanggung jawab atas pelaksanaan motorik berbicara. Hemisfer dominan yang
mengatur bicara terletak pada hemisfer kiri.
·
Area 9 sampai 12 Brodmann, merupakan area yang berkaitan dengan
kepribadian. Terletak di korteks prefrontalis, fungsinya melakukan kegiatan
intelektual seperti fungsi ingatan, ide-ide dan pikiran kreatif.
b) Lobus Parietal
·
Area 1 sampai 3 Brodmann, area ini terletak pada girus post sentralis.
Area ini dikenal dengan area somestetik primer, fungsinya memproses dan
mengintegrasi informasi sensasi seperti nyeri, suhu, raba, tekan, dan
propioseptik. Jika ada lesi diarea ini mengakibatkan gangguan sensorik kontralateral.
·
Area 5 dan 7 Brodmann terletak di lobus parietalis superior dan meluas
sampai permukaan medial hemisfer. Fungsinya adalah menerima berbagai modalitas
sensorik seperti kualitas, bentuk, berat dan tekstur dan suhu berdasarkan
pengalaman-pengalaman masa lalu. Area ini disebut juga area asosiasi
somestetik.
·
Area 39 brodmann (Girus Angularis) terletak di lobus parietalis
inferior. Fungsinya mengintegrasi kemampuan dalam memahami bahasa tulisan.
·
Area 40 brodmann (Girus Supramarginalis) terletak di lobus parietalis
inferior, fungsinya mengintegrasikan kemampuan stereogenesis.
c) Lobus Temporal
·
Area 41 (Area auditorik Primer) dan 42 (Area auditorik sekunder)
Brodmann, area ini berfungsi sebagai penerima suara.
·
Area 22 Brodmann (Area Asosiasi Auditorik) terletak pada girus
temporalis superior. Fungsinya sebagai tempat proses pemahaman atau lebih
dikenal dengan nama area Wernicke.
d) Lobus Oksipital
·
Area 17 Brodmann (Area Visual Primer), terletak pada sulkus kalkarinus.
Fungsinya sebagai penerima informasi penglihatan dan menyadari sensasi warna.
·
Area 18 dan 19 Brodmann, area ini memegang peranan penting dalam reflek
gerakan mata apabila sedang memandang atau mengikuti suatu benda dan menjadikan
informasi-informasi penglihatan menjadi berarti.
2) Batang Otak (Trankus
Serebri)
Bagian–bagian batang otak
dari atas ke bawah adalah diensefalon, mesensefalon (otak tengah), pons varolli
dan medula oblongata.
a) Diensefalon
Merupakan fosa bagian tengah yang terisi talamus,
hipotalamus dan kelenjar hipofisis. Talamus berada pada salah satu sisi pada
sepertiga ventrikel sebagai pusat pemancar sensorik dan motorik. Aktivitasnya
adalah sebagai penyambung sensasi bau yang diterima. Talamus memancarkan
impuls-impuls sensorik seperti penglihatan dan pendengaran ke kortek serebri
juga sebagai kesadaran kasar dari sensasi tertentu yang terbanyak adalah nyeri.
Hipotalamus terletak pada anterior dan inferior talamus. Hipotamus berfungsi
mengontrol dan mengatur sistem saraf otonom. Hipotalamus juga bekerja sama dengan
hipofisis untuk mempertahankan keseimbangan cairan, mempertahankan pengaturan
suhu tubuh melalui peningkatan vasokontriksi atau vasodilatasi dan
mempertahankan sekresi hormonal. Hipotalmus juga sebagai pusat lapar dan
mengontrol berat badan. Sebagai pengatur tidur, tekanan darah, prilaku agresif,
seksual dan pusat respon emosional. Kelenjar hipofisis dianggap sebagai master
kelenjar karena sejumlah hormon dan fungsinya diatur oleh kelenjar ini. Dengan
hormon-hormonnya hipofisis dapat mengontrol fungsi ginjal, pankreas,
organ-organ reproduksi, tiroid, kortek adrenal dan organ-organ lain.
b) Mesensefalon (otak
tengah)
Merupakan bagian pendek dari batang otak yang letaknya
diatas pons. Substansia nigra dan nukleus ruber terletak dalam mesensefalon dan
merupakan bagian dari jaras ekstra piramidal atau jaras impuls motorik
involunter.
c) Pons Varolli
Merupakan jembatan serabut yang menghubungkan kedua
hemisfer serebelum, serta menghubungkan mesensefalon disebelah atas dengan
medulla oblongata dibawah. Bagian bawah pons berperan dalam pengaturan
pernapasan.
d) Medula Oblongata
Merupakan
pusat refleks untuk jantung, vasokontriktor, pernafasan, bersin, batuk,
menelan, pengeluaran air liur dan muntah
Di seluruh batang
otak banyak ditemukan jaras-jaras yang berjalan naik dan turun. Batang otak
merupakan pusat relai dan refleks dari susunan saraf pusat. Jaras-jaras
tersebut adalah jaras motorik dan jaras sensorik.
Jaras motorik
Setiap serabut otot yang mengatur
gerakan disadari melalui dua kombinasi sel-sel saraf, salah satunya terdapat
pada kortek motorik, serabut-serabutnya berada tepat pada traktus piramida atau
penyilangan traktus piramida dan serat lainnya berada pada ujung anterior
medula spinalis, serat-seratnya berjalan menuju otot. Pertama disebut sebagai
neuron motorik atas / Upper Motor Neuron (UMN) dan yang kedua disebut sebagai
neuron motorik bawah / Lower Motor Neuron (LMN). Setiap saraf motorik yang
menggerakan setiap otot merupakan komposisi gabungan ribuan saraf-saraf motorik
bawah.
Jaras motorik dari otak ke medula spinalis dan juga dari
serebrum ke batang otak dibentuk oleh UMN. UMN mulai didalam kortek pada sisi
yang berlawanan di otak menurun melalui kapsul interna, menyilang ke sisi yang
berlawanan di dalam batang otak, menurun melalui traktus kortikospinal dan
ujungnya berakhir pada sinaps LMN. UMN seluruhnya berada dalam sistem saraf
pusat (SSP). LMN menerima impuls di bagian ujung posterior dan berjalan menuju
sambungan mioneural, berbeda dengan UMN, LMN berakhir didalam otot.
Lesi pada UMN dapat
melibatkan kortek motor, kapsul interna, medula spinalis dan struktur-struktur lain
pada otak dimana sistem kortikospinal menuruninya. Jika UMN rusak atau hancur
sering menyebabkan stoke, paralisis (kehilangan gerak yang disadari). Hemiplegi
(paralisis satu tangan kaki pada sisi tubuh yang sama) adalah salah satu contoh
paralisis UMN. Jika terjadi hemoragi, embolus atau trombus dapat merusak
serat-serat pada daerah motor di kapsula interna, tangan dan kaki pada sisi
yang berlawanan menjadi kaku dan sangat lemah atau lumpuh, kondisi ini disebut
paraplegi.
Lesi pada LMN yaitu pada satu saraf motor antara otot dan
medula spinalis berakibat rusak berat pada jaras ke otot. Akibatnya otot
menjadi lumpuh dan orang tersebut tidak mampu menggerakan otot. Saraf tidak
mengambil peran pada gerakan-gerakan reflek, otot menjadi lemah dan atropi karena
otot tidak digerakan. Rentetan kejadian ini terjadi pada poliomielitis
anterior, paralisis flaksid (kelumpuhan dan atropi) pada otot-otot adalah tanda
spesifik pada penyakit LMN.
Jaras sensorik
Transisi impuls sensorik dari titik asal menuju serebral
melibatkan tiga jalur neuron. Dimana ketiga jaras mayor ini dilalui oleh
sensasi dan bergantung pada tipe sensasi yang ada. Akson pada saraf yang
mengandung impuls sensori memasuki medula spinalis melalui akar posterior.
Akson yang membawa sensasi panas, dingin dan nyeri segera saat memasuki kolumna
grisea posterior di medula spinalis, dimana akson ini membuat hubungan dengan
sel-sel neuron sekunder. Serabut-serabut nyeri dan temperatur segera menyilang
ke sisi yang berlawanan pada medula dan jalan ke atas menuju talamus.
Serabut-serabut yang membawa sensasi sentuhan, tekanan cahaya, dan yang
ditempati sensasi-sensasi tersebut tidak segera berhubungan dengan neuron kedua
tetapi naik ke medula.
Kategori sensasi ketiga dihasilkan oleh stimulus yang
timbul dari otot-otot, sendi-sendi dan tulang termasuk sensasi terhadap posisi
dan getaran. Stimulus ini dibawa oleh neuron primer menuju batang otak tanpa
adanya proses penyilangan. Terputusnya saraf-saraf sensori menyebabkan
kehilangan sensasi total pada area distribusinya. Kerusakan dan degenerasi
selektif kolumna medula spinalis posterior berakibat kehilangan indra posisi
pada segmen distal lesi tidak disertai hilangnya persepsi
3) Serebelum (Otak Kecil)
Serebelum terletak pada fosa kranii posterior dan
ditutupi oleh durameter yang menyerupai atap tenda, yaitu tentorium yang
memisahkan dari bagian posterior serebrum. Serebelum terdiri dari bagian
tengah, vermis dan dua hemisfer lateral. Semua aktivitas serebelum ada dibawah
kesadaran. Fungsi utamanya sebagai pusat refleks yang mengkoordinasi dan
memperhalus gerakan otot, serta mengubah tonus dan kekuatan kontraksi untuk
mempertahankan keseimbangan dan sikap tubuh.
2. Sirkulasi Serebral
Sirkulasi serebral menerima kira-kira 20 % dari curah
jantung atau 750 ml/menit. Sirkulasi ini sangat dibutuhkan, karena otak tidak
mampu menyimpan makanan, sementara kebutuhan metabolisme otak tinggi. Aliran
darah otak sangat unik, karena melawan arah gravitasi. Sirkulasi darah arteri
mengalir mengisi dari bawah dan vena mengalir dari atas. Kurangnya aliran darah
kolateral dapat menyebabkan jaringan rusak ireversibel, hal ini berbeda dengan
organ tubuh lainnya yang akan cepat mentoleransi apabila aliran darahnya
menurun.
1). Arteri-arteri
Jaringan otak mendapat
suplai darah dari 2 arteri besar, yaitu :
a). Arteri karotis
Arteri karotis interna dan eksterna bercabang dari arteri
karotis komunis. Arteri karotis komunis kiri berasal dari arkus aorta, sedangkan
arteri korotis komunis kanan berasal dari arteri brakhiosefalika. Arteri
karotis eksterna memperdarahi wajah, tiroid, lidah dan faring. Arteri karotis
interna masuk kedalam tengkorak dan bercabang menjadi arteri serebri anterior
dan media. Segera sesudah masuk kedalam ruang subarakhnoid dan sebelum
bercabang-cabang, arteri karotis interna mempercabangkan arteri oftalmika yang
masuk kedalam orbita dan memperdarahi mata dan isi orbita lainnya,
bagian-bagian hidung dan sinus-sinus udara. Bila cabang arteri karotis interna
ini tersumbat dapat mengakibatkan kebutaan monokular.
Arteri serebri anterior memberi suplai darah pada
struktur-struktur seperti nukleus kaudatus dan putamen basal ganglia,
bagian-bagian kapsula interna dan korpus kalosum, serta bagian-bagian lobus
frontal dan parietal serebri, termasuk korteks somestetik dan korteks motorik.
Bila arteri serebri anterior mengalami sumbatan maka akan terjadi hemiplegi
kontalateral.
Arteri serebri media mensuplai darah untuk lobus
temporalis, parietalis dan frontalis korteks serebri. Arteri ini merupakan
sumber darah utama girus pra sentralis dan post sentralis. Korteks auditorius,
somestetik, motorik dan premotorik disuplai oleh arteri ini seperti juga
korteks asosiasi yang berkaitan dengan fungsi integrasi yang lebih tinggi pada
lobus sentralis tersebut. Apabila arteri serebri media tersumbat akan
menimbulkan afasia, kehilangan sensasi posisi dan diskriminasi taktil dua titik
kontralateral.
b). Arteri vertebralis
kanan dan kiri
Arteri
vertebralis kiri dan kanan berasal dari arteri subklavia sisi yang sama. Arteri
subklavia kanan merupakan cabang dari arteri inominata, arteri subklavia kiri
merupakan cabang langsung dari aorta. Arteri vertebralis memasuki tengkorak
melalui foramen magnum. Kedua arteri ini bersatu membentuk arteri basilaris.
Arteri basilaris terus berjalan sampai setinggi otak tengah dan disini
bercabang menjadi dua membentuk sepasang arteri serebri posterior.
Cabang-cabang sistem vertebrobasilaris ini memperdarahi medula oblongata, pons,
serebelum, otak tengah dan sebagian diensefalon.
Arteri serebri posterior dan
cabang-cabangnya memperdarahi sebagian diensefalon, sebagian lobus oksipitalis
dan temporalis, aparatus koklearis dan organ vestibular. Korteks penglihatan
primer pada lobus oksipitalis diperdarahi oleh arteri kalkarina yang merupakan
cabang dari arteri serebri posterior. Apabila arteri kalkarina tersumbat akan
menimbulkan hemianopasi homonim kontralateral.
2). Sirkulasi
Willisi
Meskipun arteri karotis interna dan
vertebrobasilaris merupakan dua sistem arteri terpisah yang mengalirkan darah
ke otak, tetapi keduanya disatukan oleh pembuluh-pembuluh anastomosis yang
membentuk sirkulus arteriosus willisi. Aliran darah dari sirkulus willisi
secara langsung mempengaruhi sirkulasi anterior dan posterior serebral,
arteri-arteri pada sirkulus willisi memberi rute alternatif pada aliran darah
jika salah satu peran arteri mayor tersumbat. Jika arteri tersumbat karena
spasme vaskuler, emboli atau karena trobus dapat menyebabkan sumbatan aliran
darah kedistal neuron-neuron dan hal ini mengakibatkan sel-sel neuron cepat
nekrosis ataupun infark.
3). Vena
Aliran
vena untuk otak tidak menyertai sirkulasi arteri sebagaimana pada struktur
organ lain. Vena-vena pada otak menjangkau daerah otak dan bergabung menjadi
vena-vena besar. Penyilangan pada sub arachnoid dan pengosongan pada sinus
dural yang luas, mempengaruhi vaskular yang terbentang dalam duramater yang
kuat. Jaringan kerja pada sinus-sinus membawa vena keluar dari otak dan
pengosongan vena jugularis interna menuju sistem sirkulasi pusat. Vena-vena
serebri bersifat unik, karena vena serebri tidak mempunyai katup untuk mencegah
aliran darah balik darah seperti pada vena-vena lain ditubuh
C. Etiologi
1.Kekurangan vitamin
2.Trauma kelahiran
·
Partus biasa oleh pemutaran/penarikan kepala
yang berlebihan
·
Disproporsi antara kepala anak dan jalan lahir
sehingga terjadi mulase
3.partus buatan
(ekstraksi vakum, cunam)
4.partus presipitatus
Bukan trauma kelahiran, umumnya
ditemukan pada bayi kurangbulan(prematur). Faktor dasar ialah prematuritas dan
yang lain merupakanfaktor pencetus intracranial bleeding (ICB) seperti hipoksia
dan iskemiaotak yang dapat timbul pada syok, infeksi intrauterin, asfiksia, dan
kejang-kejang, kelainan jantung bawaan, hipotermi,
jugahiperosmolaritas/hipernatremiad.
D.Klasifikasi
Klasifikasiperdarahan
Defisiensi Vitamin K
(PDVK) dibagi menjadi
early, clasiccal dan late
berdasarkan pada umur saat kelainan tersebut bermanifestasi (Sutor dkk
1999, Von Kries1999).
1. Early Vitamin K
defisience bleeding (VKDB) (PDVK dini), timbul pada hari pertamakehidupan.
Kelainan ini jarang sekali dan biasanya terjadi pada bayi dari ibu
yangmengkonsumsi obat-obatan yang dapat mengganggu metabolisme vitamin K.
Insidens yang dilaporkan atas bayi dari ibu yang tidak mendapat suplementasi
vitamin K adalahantara 6-12% (tinjauan oleh Sutor dkk 1999).
2. Classical VKDB (PDVK klasik)
Ini timbul pada hari ke 1
sampai 7 setelah lahir dan lebihsering terjadi pada bayi yang kondisinya tidak
optimal pada waktu lahir atau yangterlambatmendapatkan suplementasi makanan.
Insidens dilaporkan bervariasi, antara 0sampai 0,44% kelahiran. Tidak adanya
angka rata-rata kejadian PDVK klasik yang pastikarena jarang ditemukan kriteria
diagnosis yang menyeluruh.
3. Late VKDB (PDVK lambat)
Ini timbul pada hari ke 8
sampai 6 bulan setelah lahir, sebagianbesar timbul pada umur 1 sampai 3 bulan.
Kira-kira setengah dari pasien ini mempunyaikelainan hati sebagai penyakit
dasar atau kelainan malabsorpsi. Perdarahan intrakranialyang serius timbul
pada 30-50%. Pada bayi berisiko mungkin ditemukan tanda-tandapenyakit hati atau
kolestasis seperti ikterus yang memanjang, warna feses pucat,
danhepatosplenomegali. Angka rata-rata kejadian PDVK pada bayi yang tidak
mendapatkanprofilaksis vitamin K adalah 5-20 per 100.000 kelahiran dengan angka
mortalitas sebesar30% (Loughnan dan mcdougall 1993)
Table
klasifikasi Perdarahan Defisiensi Vitamin K (PDVK) pada anak
|
PDVK dini
|
PDVK klasik
|
PDVK lambat
|
Umur
|
¸24 jam
|
1-7 hari (terbanyak 3-5hari)
|
2 minggu
– 6 bulantrutama 4-6 minggu
|
Penyebab dan faktor resiko
|
Obat yang diminumselama hamil
|
Pemberianmakananterlambat
Intake vitamin
Kinadekuat.
Kadar vitamink rendah
padaasi
Tidak dapat profilaksisvitamin
K
Intake vitamink inadekuat
|
|
Frekuensi
|
< 5 % pada kelompok resiko tinggi
|
0,01-1 % (tergantungpada pola makananbayi)
|
|
Lokasi perdarahan
|
Sefalhematom,umbilicus, intrakranial,intra abdominal,
GIT,intrathorakal.
|
GIT, umbilicus, hidung,tempat suntikan, bekassirkumsisi,
intrakranial
|
|
Pencegahan
|
Penghentian/penggantianobat penyebab
|
- Vitamin
Kprofilaksis(oral/im)
-
Asupan vitamink yang adekuat
|
|
Berdasarkan lokasi
pendarahan yang terjadi di daerah otak, perdarahan intrakranial padaneonatus
dibagi dalam empat daerah yaitu :
a. Epidural
Hemorrhage,
Terjadi karena rupturnya
cabang-cabang arteri atau venameningia media di antara tulang kepala dan
durameter. Pengumpulan darah di dalamruangan durameter disebut hematoma
epidural. Perdarahan ini sering berlokasi didaerah parietal dan oksipital.
Perdarahan epidural biasanya disertai fraktur linier tulang kepala dan tanda
shock hipovolemik. Gangguan fungsi otak bergantung padaluas dan banyaknya
perdarahan. Bila perdarahan sedikit, tidak dijumpai tanda-tandagangguan fungsi
otak. Jika perdarahan banyak, dalam beberapa jam setelah lahir akantampak
tanda-tanda dan gejala peninggian tekanan intrakranial seperti
iritabel,menangis melengking ( cephalic cry
), ubun-ubun tegang dan menonjol, deviasi mata,sutura melebar, kejang,
hemiparase, atau tanda-tanda herniasi unkal seperti dilatasipupil homolateral.
b. Subdural Hemorrhage
Dengan laserasi tentorium
disebabkan oleh rupturnya venagalen, sinus strait, dan kadang-kadang sinus
transversal. Perdarahan ini sering diinfratentorial. Bila perdarahan banyak,
dapat meluas ke fossa posterior danmenyebabkan kompresi batang otak ( brain
stemp). Kadang-kadang, perdarahan inidapat meluas ke permukaan superior atau
posterior dari serebellum. Perdarahansubdural dengan laserasi falks serebri
terjadi karena rupturnya sinus sagitalis inferior.Perdarahan biasa terjadi di
tempat pertemuan falks serebri dan tenterium. Perdarahanini kurang sering bila
dibandingkan dengan laserasi tenterium. Lokasi perdarahan didalam fisura
serebri longitudinal berada di atas korpus kollosum. Rupturnya venasuperfisial
serebri ( bridging vein ), mengakibatkan perdarahan subdural padapermukaan
hemisfer serebri. Perdarahan ini sering unilateral dan biasanya
diikutiperdarahan subaraknoid..
c. Subarachnoid Hemorrhage,
Perdarahan
dalam rongga araknoid akibat rupturnyavena-vena dalam rongga araknoid (
bridging veins ), rupturnya pembuluh darah kecildi daerah leptomeningen, atau
perluasan perdarahan. Timbunan darah biasanyaberkumpul di lekukan serebral
bagian posterior dan di fossi posterior.Hal yangditakutkan adalah terjadi
hidrosefalus karena penyumbatan trabekula araknoid olehdarah dan menyebabkan
peninggian tekanan intrakranial.
d. Intraventricular
hemorrhage
Adalah pendarahan yang
terjadi di bagian lateralventrikel ketiga dan keempat. Terjadi perdarahan
flexus choroid dan pemanjangandari matriks subependymal atau thalamus
e. Intraparenchymal
hemorrhage
Adalah pendarahan yang terjadi
diantara jaringanparenkim otak. Biasanya terjadi edema vasogenik dalam jumlah
yang besar
E.
Manifestasi klinis
Gejala-gejala Hemorrhagic
disease of the newborn
(HDN)
tidak khas, dan umumnya sukardidiagnosis jika tidak didukung oleh riwayat
persalinan yang jelas.Gejala-gejala berikutdapat ditemukan :
1. Pada kebanyakan kasus
perdarahan terjadi di kulit, mata, hidung dan salurancerna. Perdarahan kulit sering
berupa purpura, ekimosis atau perdarahan melalui bekastusukan jarum
suntik.Perdarahan intrakranial merupakan komplikasi tersering (63%) 80-100%
berupaperdarahan subdural dan subaraknoid. Pada
perdarahan intrakranial didapatkan gejala peningkatan tekanan intrakranial(TIK)
bahkan kadang-kadang tidak menunjukkan gejala ataupun tanda. Pada sebagian
besar kasus (60%) didapatkan sakit kepala, muntah, anak menjadicengeng,
ubun-ubun besarmembonjol, pucat dan kejang. Kejang yang terjadidapat bersifat
fokal atau umum
2.
Fontanel tegang dan menonjol oleh kenaikan tekanan
intrakranial, misalnya padaperdarahan subaraknoid
3. Iritasi korteks serebri
berupa kejang-kejang, irritable,
twitching, opistotonus. Gejala-gejala ini baru timbul beberapa jam setelah
lahir dan menunjukkan adanya perdarahansubdural , kadang-kadang juga perdarahan
subaraknoid oleh robekan tentorium yang luas.
4. Mata terbuka dan hanya
memandang ke satu arah tanpa reaksi. Pupil melebar, reflexcahaya lambat sampai
negatif.Kadang-kadang ada perdarahan retina, nistagmus daneksoftalmus.
5.
Apnea: berat dan lamanya apnea bergantung pada derajat
perdarahan dan kerusakansusunan saraf pusat. Apnea dapat berupa serangan
diselingi pernapasan normal/takipneadan sianosis intermiten.
6.
Cephalic cry (menangis merintih)
7.
Gejala gerakan lidah yang menjulur ke luar di sekitar
bibir seperti lidah ular (snake like flicking of the tongue), Menunjukkan perdarahan yang
luas dengan kerusakan padakorteks
8.
Tonus otot lemah atau spastis umum. Hipotonia dapat
berakhir dengan kematian bilaperdarahan hebat dan luas. Jika perdarahan dan
asfiksia tidak berlangsung lama, tonusotot akan segera pulih kembali. Tetapi
bila perdarahan berlangsung lebih lama, flaksiditasakan berubah menjadi spastis
yang menetap. Kelumpuhan lokal dapat terjadi misalnyakelumpuhan otot-otot
pergerakan mata, otot-otot muka/anggota gerak (monoplegi/hemiplegi)
menunjukkan perdarahan subdural/ parenkim.
9. Gejala-gejala
lain yang dapat ditemukan ialah gangguan kesadaran (apati, somnolen,sopor atau
koma), tidak mau minum, menangis lemah, nadi lambat/cepat, kadang-kadangada
hipotermi yang menetap. Apabila gejala-gejala tersebut di atas ditemukan pada
bayiprematur yang 24--48 jam sebelumnya menderita asfiksia, maka PI dapat
dipikirkan.
Berdasarkan
perjalanan klinik, ICB dapat dibedakan 2 sindrom yaitu :
·
Saltatory syndrome:Gejala klinik dapat berlangsung
berjam-jam/berhari-hari yangkemudian berangsur-angsur menjadi baik. Dapat sembuh sempurna tetapi
biasanyadengan gejala sisa
·
Catastrophic syndrome.Gejala klinik makin lama makin
berat, berlangsung beberapamenit sampai berjam-jam dan akhirnya meningga
F. Patofisiologi
Vitamin K adalah vitamin yang larut
dalam lemak, merupakan suatu naftokuinon yangberperan dalam modifikasi dan
aktivasi beberapa protein yang berperan dalam pembekuandarah (faktor II, VII,
IX, dan X) sedangkan faktor koagulasi yang tidak tergantung padavitamin K,
kadar fibrinogen dan jumlah trombosit masih dalam batas normal.Ada 3 bentuk
vitamin K yang diketahui di sintesis oleh flora normal usus sepertiBacteriodes
Fragilis dan beberapa strain E.
Coli,yaitu :
1. .Vitamin K 1
( phytomenadion), Berasal dari diet sayuran
berwarna hijau. Vitamin k1bersifat larut dalam lemak
2. Vitamin K 2 (menaquinone) berasal
dari sintesis flora intestinal. Vitamin K2 bersifatlarut dalam lemak
3. Vitamin K 3 (
menadion)Merupakan vitamin K sintetik yang sekarang jarang diberikankepada
neonatus karena dilaporkan dapat menyebabkanAnemia hemolitik. Vitamin Kbanyak
terdapat pada hati, kedelai dan sayuran seperti tomat, bayam.
Secara fisiologi kadar faktor
koagulasi yang tergantung vitamin K dalam tali pusat sekitar50% dan akan
menurun dengan cepat mencapai titik terendah dalam 42-72 jam setelahkelahiran.
Kemudian faktor ini akan bertambah secara perlahan selama beberapa minggutetapi
tetap berada di bawah kadar orang dewasa. Sedangkan bayi baru lahir
relativekekurangan vitamin K karena beberapa alasan, seperti:
§
Simpanan vitamin K yang
rendah pada waktu lahir karena ibu kekurangan zat ini.
§
Sedikitnya perpindahan
vitamin K melalui plasenta.
§
Rendahnya kadar vitamin K
pada ASI
§
Sterilitas saluran cerna.
Pada trauma
kelahiran, perdarahan terjadi oleh kerusakan/robekan pembuluh darahintrakranial
secara langsung. Pada perdarahan yang bukan karena trauma kelahiran, faktor dasar ialah prematuritas. Pada
bayi-bayi tersebut, pembuluh darah otak masih embrionaldengan dinding tipis,
jaringan penunjang sangat kurang dan pada beberapa tempat
tertentu jalannya berkelok-kelok, kadang-kadang membentuk huruf U sehingga
mudah sekali terjadikerusakan bila ada faktor pencetus (hipoksia/iskemia).Keadaan
ini terutama terjadi padaperdarahan intraventrikuler
/periventrikuler. Perdarahan epidural/ ekstradural terjadi oleh
robekan arteri atau vena meningikamedia antara tulang tengkorak dan duramater.
Keadaan ini jarang ditemukan pada neonatus.Tetapi perdarahan subdural merupakan
jenis ICB yang banyak dijumpai pada BCB. Di siniperdarahan terjadi akibat
pecahnya vena-vena kortikal yang menghubungkan ronggasubdural dengan
sinus-sinus pada duramater.
Perdarahan subdural lebih
sering pada bayi yang lahir cukup umur daripada bayi yangprematur sebab pada
bayi prematur vena-vena superfisial belum berkembang baik danmulase tulang
tengkorak sangat jarang terjadi. Perdarahan dapat berlangsung perlahan-lahandan
membentuk hematoma subdural. Pada
robekan tentorium serebeli atau vena galena dapatterjadi hematoma
retroserebeler. Gejala-gejala dapat timbul segera dapat sampai berminggu-
minggu, memberikan gejala kenaikan tekanan intrakranial. Dengan kemajuan dalam
bidangobstetri, insidensi perdarahan subdural sudah sangat menurun
Pada
perdarahan subaraknoid, perdarahan terjadi di rongga subaraknoid yangbiasanya
ditemukan pada persalinan sulit. Adanya perdarahan subaraknoid dapat
dibuktikandengan fungsi likuor.Pada perdarahan intraserebral/intraserebeler,
perdarahan terjadi dalam parenkim otak, jarang pada neonatus karena hanya
terdapat pada trauma kepala yang sangat hebat(kecelakaan). Perdarahan intraventrikuler dalam kepustakaan
ada yang gabungkan bersamaperdarahan intraserebral yang disebut perdarahan
periventrikuler. Dari semua jenis ICB,perdarahan periventrikuler memegang
peranan penting, karena frekuensi dan mortalitasnyatinggi pada bayi prematur.
Sekitar 75--90% perdarahan periventrikuler berasal dari jaringansubependimal
germinal matriks/jaringan embrional di sekitar ventrikel lateral.
Pada perdarahan intraventrikuler, yang
berperanan penting ialah hipoksia yangmenyebabkan vasodilatasi pembuluh darah
otak dan kongesti vena. Bertambahnya alirandarah ini, meninggikan tekanan
pembuluh darah otak yang diteruskan ke daerah anyamankapiler sehingga mudah
ruptur. Selain hipoksia, hiperosmolaritas pula dapat menyebabkanperdarahan
intraventrikuler. Hiperosmolaritas antara lain terjadi karena hipernatremia
akibatpemberian natrium bikarbonat
yang berlebihan/plasma ekspander. Keadaan ini dapatmeninggikan tekanan darah
otak yang diteruskan ke kapiler sehingga dapat pecah
G.
Penatalaksanaan
Bayi
dengan HDN harus di berikan vitamin K1 subkutan atau iv (0,5 -1 mg) dan 2
mg(pada kasus berat) dua atau tiga dosis dengan interval 4-8 jam , dengan
kecepatansuntikan kurang dari 1 mg/menit. Respons yang cepat terjadi
dalam 4-6 jam dengan berhentinya perdarahan danmembaiknya masa protrombin.Bayi
yang mengalami perdarahan luas juga harus mendapatkan fresh frozen plasma
(FFP) 10 sampai 15 ml/kg. Perdarahan yang hebat yang menyebabkan Hb turun
(12mg/dl ) diberikan packed red cells (PRC).Jika
terjadi perdarahan yang mengancam jiwa (perdarahan intrakranial)
dapatdiberikan prothrombin
complex-Concentrates (pccs).Diusahakan tindakan untuk mencegah terjadinya
kerusakan/kelainan yang lebihparah pada bayi dengan dirawat secara intensif diruang
NICU ( Neonatal Intensive careunit ) yaitu dengan :
a.
Bayi dirawat dalam inkubator yang
memudahkan observasi kontinu dan pemberian O2
b.
Perlu diobservasi secara cermat: suhu
tubuh, derajat kesadaran, besarnya dan reaksipupil, aktivitas motorik,
frekuensi pernapasan, frekuensi jantung(bradikardi/takikardi), denyut nadi dan
diuresis. Diuresis kurang dari 1ml/kgbb/jamberarti perfusi ke ginjal
berkurang, diuresis lebih dari 1 ml/kgbb/jam menunjukkanfungsi ginjal baik
c.
Menjaga jalan napas tetap bebas, apalagi kalau penderita
dalam koma diberikan 02
d.
Bayi letakkan dalam posisi miring untuk
mencegah aspirasi serta penyumbatan laringoleh lidah dan kepala agak
ditinggikan untuk mengurangi tekanan vena
serebral
e.
Pemberian vitamin K serta transfusi darah dapat
dipertimbangkan
f.
Infus untuk pemberian elektrolit dan nutrisi yang adekuat
berupa larutan glukosa (5-10%) dan nacl 0,9% dengan perbandingan 4:1 atau glukosa 5-10% dan Nabik 1,5%
dengan perbandingan 4:1
g.
Pemberian obat-obatan :
o valium/luminal
bila ada kejang. Dosis valium 0,3--0,5 mg/kgbb, tunggu 15menit, jika belum
berhenti diulangi dosis yang sama. Bila berhenti diberikanluminal 10 mg/kgbb
(neonatus 30 mg), 4 jam kemudian luminal per os 8mg/kgbb
dibagi dalam 2 dosis selama 2 hari, selanjutnya 4 mg/kgbb dibagidalam 2 dosis
sambil perhatikan keadaan umum seterusnya
o kortikosteroid
berupa deksametason 0,5-1 mg/kgbb/24 jam yang mempunyaiefek baik terhadap
hipoksia dan edema otak.
o antibiotika
dapat diberikan untuk mencegah infeksi sekunder, terutama bila adamanipulasi
yang berlebihan.
o Fungsi lumbal untuk menurunkan tekanan intrakranial,
mengeluarkan darah, mencegah terjadinya obstruksi aliran likuor dan mengurangi
efek iritasi padapermukaan korteks
h. Tindakan bedah darurat bila terjadi
perdarahan/hematoma epidural walaupun jarangdilakukan explorative Burrhole dan bila positif dilanjutkan dengankraniotomi,evakuasi
hematoma dan hemostasis yang cermat. Pada perdarahan/hematomasubdural, tindakan
explorative burrhole dilanjutkan dengan kraniotomi, pembukaanduramater,
evakuasi hematoma dengan irigasi menggunakan cairan garam fisiologik.Pada
perdarahan intraventrikuler karena sering terdapat obstruksi aliran
likuor,dilakukan shunt antara ventrikel lateral dan atrium kanan.
H. Komplikasi
Komplikasi pemberian vitamin K antara
lain
v
reaksi anafilaksis (bila diberikan secara IV)
v
anemia hemolitik
v
hiperbilirubinemia (dosis tinggi)
v
hematoma pada lokasi suntikan
I. Pencegahan
Health
Technology Assesment (HTA) Departemen Kesehatan(Depkes) RI tahun
2003Semua bayi baru lahir harus mendapat profilaksis vitamin K1. Dosis
yang diberikan 1 mg dosis tunggal IM atau oral 3 kali masing-masing 2 mgpada
waktu lahir, umur 3-7 hari, dan saat bayi berumur 1-2 bulan. Untuk bayi yang
lahir ditolong dukun diwajibkan pemberian vitamin K1 secara oral. Ibu hamil
yang mendapat pengobatan antikonvulsan harus mendapat vitamin K 5 mgsehari
selama trimester ketiga atau 24 jam sebelum melahirkan diberikan vitamin K10
mg/IM, kepada bayinya diberikan vitamin K 1 mg IM dan diulang 24 jamkemudian
J. Prognosis
Karena kemajuan obstetri, ICB oleh
trauma kelahiran sudah sangat berkurang.Mortalitas ICB non traumatik 50-70%.
Prognosis ICB bergantung pada lokasi danluasnya perdarahan, umur kehamilan,
cepatnya didiagnosis dan pertolongan. Padaperdarahan epidural terjadi penekanan
pada jaringan otak ke arah sisi yang berlawanan. Dapat
terjadi herniasi unkus dan kerusakan batang otak. Keadaan ini dapat fatal bila
tidak mendapat pertolongan segera. Pada penderita yang tidak meninggal,
dapat disertaispastisitas, gangguan bicara atau strabismus. Kalau ada gangguan
serebelum dapat terjadiataksi serebeler. Perdarahan yang meliputi batang otak
pada bagian formasi retikuler,memberikan sindrom hiperaktivitet.Pada perdarahan
subdural akibattrauma,
hanya 40% dapat sembuh sempurnasetelah
dilakukan fungsi subdural berulang-ulang atau tindakan bedah.Perdarahansubdural dengan hilangnya kesadaran yang lama,
nadi cepat, pernapasan tidak teratur dandemam tinggi, mempunyai prognosis
jelek. Pada perdarahan intraventrikuler, mortalitasbergantung pada derajat
perdarahan.Pada derajat 1-2 (ringan-sedang), angka kematian 10-25%, sebagian
besarsembuh sempurna, sebagian kecil dengan sekuele ringan. Pada derajat 3--4
(sedang-berat), mortalitas 50--70% dan sekitar 30% sembuh dengan sekuele berat.
Sekuele dapatberupaCerebral palsy, gangguan bicara, epilepsi, retardasi mental
dan hidrosefalus.Hidrosefalus merupakan komplikasi paling sering (44%) dari
perdarahan periventrikuler.
II. Konsep Dasar Asuhan
Keperawatan Teoritis pada Klien dengan
Hemorrhagic disease of the newborn (HDN)
Asuhan
keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada
praktek keperawatan yang langsung diberikan kepada klien pada berbagai
tatanan pelayanankesehatan. Dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasar manusia
dengan menggunakanmetodologi proses keperawatan berpedoman pada standar
keperawatan dilandasi etik danetika keperawatan dalam lingkup wewenang serta
tanggung jawab keperawatan(Depkes,1995:5).Proses
keperawatan menyediakan struktur untuk praktik keperawatan, merupakan kerangka
kerja penggunaan pengetahuan dan keterampilan yang dilakukan oleh perawat untuk
mengekspresikan human caring. Proses keperawatan digunakan secara terus menerus
ketika merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan. Perawat menganggap
pasien sebagai figure sentral dalam rencana asuhan dan memastikan ketepatan
dari semua aspek asuhan keperawatan dengan mengobservasi respon pasien. Proses
keperawatan terdiri dari pengkajian, merumuskan diagnosa, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi ,
1. Pengkajian
Pengkajian
adalah langkah awal dalam berpikir kritis dan pengambilan keputusan yang menghasilkan
diagnosis keperawatan. Untuk mengarahkan perawat dalam mengumpulkan data agar
perawat dapat menentukan status dan fungsi kesehatan individu atau kelompok,
Gordon mengembangkan sistem untuk mengatur pengkajian keperawatan berdasarkan
fungsi (1994). Setelah pengumpulan data selesai, perawat dan klien dapat
menentukan status fungsi yang positif, status perubahan fungsi, atau status
resiko perubahan fungsi. Pola kesehatan fungsional meliputi :Pengkajian
Gordon
A) Identitas
klien, meliputi : nama, umur/tanggal lahir,
jenis kelamin, status bangsa, tanggal masuk RS, nomor rekam
medis, diagnosa medis dan alamat. Disamping itu
perlu juga dicantumkan identitas Penanggung jawab yang meliputi
nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, hubungandengan
keluarga dan alamat.
B) Riwayat
Kesehatan sekarang
Pada Hemorhagic disease of the newborn
(HDN)Biasanya akanditemukan adanya penurunan tingkat kesadaran dan kemungkinan
sampaiterjadi koma sehingga klien tidak dapat dilakukan pengkajian tentang
keluhanutamanya, Dikembangkan pula dengan menggunakan konsep PQRST mulaidari
adanya keluhan sampai datang ke rumah sakit untuk meminta pertolongan.PQRST Meliputi
P : Paliatif artinya apa yang memperberat
keluhan yang dialami klien, Q : Qualitas artinya bagaimana keluhan tersebut
dirasakan oleh klien, R : Region artinya di manakah gangguan tersebut
dirasakan, apakahgangguan tersebut menjalar/menyebar ke area lain, apa yang
telahdilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan keluhan tersebut, S : Scala
artinya seberapa berat keluhan tersebut dirasakan, bagaimanakeluhan tersebut
mempengaruhi kemampuan fungsi dirinya.T : Time artinya berapa lama keluhan
tersebut dirasakan, apakah adaperbedaan intensitas keluhan misal: menghebat
pada saat malam hari.
C)
Riwayat kesehatan lalu
meliputi:
adanya riwayat tidak diberikannyavitamin K saat BBL , apakah sebelumnya ibu
klien pernah mengkonsumsiobat-obatan pada saat mengandung klien, apakah klien
pernah mengalamikecelakaan atau tidak, klien pernah mengalami tindakan invasif
yaitumenggunakan vakum dan forcev saat proses persalinan atau kepala
klienterjepit lama oleh panggul ibu saat proses persalinan. Kemudian juga perlu
di kaji riwayat prenatal, natal dan postnatal
v
Riwayat prenatal : apakah kehamilan
direncanakan, kondisi Ibu saat hamil,adakah kelainan kehamilan, obat
– obat yang digunakan oleh Ibusebelum hamil, penyakit yang diderita
Ibu waktu hamil.
v
Riwayat perinatal : lamanya kehamilan, yang
membantu persalinan, di manabersalin, lahir prematur/aterm/postmatur, jenis
kelahiranspontan/dengan alat/operasi, komplikasi waktu persalinan
v
Riwayat neonatal : Pemberian nutrisi/ASI,
jumlah pemberian,frekuensi,pemberian makanan tambahan, kapan berhenti minum
ASI, beratbadan waktu lahir, panjang badan waktu lahir.
v
Riwayat postnatal : Lama di Rumah Sakit/Bidan,
perubahan berat badan (adaperubahan atau tidak), pola buang air besar.
v
Riwayat pertumbuhan dan perkembangan anak : Riwayat pertumbuhan
meliputi : berat badan waktu lahir, beratbadan sekarang, saat masuk rumah
sakit, berat badan saat dikaji,lingkar kepala, lingkar perut, lingkar lengan.
Kemudian hal yang perlu dikaji dalam pertumbuhan dan perkembangan adalah :
(a) Motorik kasar, apakah
anak dapat menghisap, menggenggam
(b) Motorik halus, respon
tubuh terhadap lingkungan
(c) bahasa, apakah anak bisa menangis,
kapan anak bisa bicara
D) Riwayat
Kesehatan Keluarga
Riwayat
yang pernah atau masih dialami anggota keluarga, penyakitmenular, penyakit
keturunan, apakah di antara anggota keluarga adayang menderita penyakit yang
dapat diturunkan atau ditularkan, jika adabuat genogram.
1.
Pola persepsi dan Manajemen Kesehatan
biasanya
klien /keluarga akan mengalami kecemasan karena kondisi penyakit/tidak, proses
hospitalisasi, memikirkan biaya perawatan dan cara keluarga mengatasi masalah.
2.
Pola nutrisi metabolic
nafsu
makan/tidak, adakah penambahan berat badan/tidak, adakah rasa mual, muntah,
frekuensi bising usus, adakah asites/tidak, keadaan mulut bersih / tidak, ada
lesi / tidak, frekuensi buang air besar, keadaan perut kembung /cekung /datar,
adanyeri tekan pada perut /tidak, warna kulit perut ada kelainan / tidak,berat
badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar lengan atas, lingkar
perut.
3.
Pola eliminasi
frekuensi
BAK, adakah sumbatan atau tidak, kondisi alatgenetalia ada kelainan/tidak, pola
urinaria normal/tidak, disuria,retensi urine, warna urine, bau urine,
adanyahematuri/anuria/oliguria, adanya edema pada muka/pada tungkaibawah, warna
urine gelap seperti air teh/air cucian daging.
4.
Pola aktivitas dan latihan
Pola
aktivitas sehari – hariperlu
dikaji kebiasaan klien sehari-hari sebelum sakit dan dengan keadaansekarang
pada waktu sakit, meliputi:
a.
Pola nutrisi, kebiasaan makna
sehari-hari, jam makan, frekuensi makan, porsimakan, jenis makanan yang
disukai/tidak, obat/diet tambahan yang diberikan,alergi terhadap makanan,
masalah yang berhubungan dengan nutrisi.Makanan/cairan: cara
pemberian makan/minum, jenisminuman/makanan, frekuensi, kehilangan cairan yang
berlebihan: vomitus,suction lambung dan drainage berlebihan, asupan
makanan/minuman, infus.
b.
Pola eliminasi, kebiasaan buang air besar
(BAB), buang air kecil (BAK), ngompol,frekuensi BAK/BAB, warna, bau, masalah
yang berhubungan denganbak/BAB, keluhan dan kesulitan
c.
Istirahat tidur, kualitas, kuantitas dan
kebiasaan sebelum tidur, kebiasaan tidur sehari-hari, jam tidur siang, tidur
malam, lama tidur, sering bangun/tidak, masalahyang berhubungan dengan tidur,
hal yang membantu tidur.
d.
Personal hygiene
Kebiasaan mandi, mandi sendiri/dimandikan, kebiasaan cuci
rambut,gosok gigi, ganti pakaian dan gunting kuku
e.
Pola aktivitas, aktivitas gerak dengan
bantuan/tidak, bermain: mainan kesukaan,tempat bermain, teman bermain, apakah anak
lebih sering bermainsendiri/bersama.
5.
Pola tidur dan istirahat
kualitas,
kuantitas dan kebiasaan sebelum tidur, kebiasaan tidur sehari-hari, jam tidur
siang, tidur malam, lama tidur, sering bangun /tidak, masalah yang berhubungan
dengan tidur, hal yang membantu tidur.
6.
Kognitif persepsi
Sistem
persarafan : kesadaran klien, penurunan kesadaran sampai koma/tidak,sakit
kepala berat/tidak, adanya kejang-kejang, tanda peningkatantekanan
intrakranial, adakah perubahan minat, efek, status mentalbaik/tidak, tremor,
paralise, gangguan bicara/tidak, nilai GCS,penglihatan klien, keadaan mata
bersih/tidak, pendengaranbaik/tidak, perabaan baik/tidak, apakah klien dapat
membedakan rasa manis, asam danpahit
7. Persepsi
dan konsep diri
8. Peran
hubungan : hubungan
sosial klien dengan anggota keluarga dan klien dengan lingkungan dimana klien
tinggal
9.
Seksualitas
10. Koping
toleransi
11. Nilai
kepercayaan : kepercayaan yang dianut
klien atau keluarga, nilai dan budaya, pandanganklien atau keluarga terhadap
penyakitnya, keyakinan dan harapan.
Pemeriksaan Diagnostik
a) Pemeriksaan
darahdilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah dan hitung jenisleukosit,
LED, kadar glukosa , kadar ureum elektrolit, kultur. Pada meningitispurulenta
didapatkan peningkatan leukosit.
b) Pemeriksaan radiologis
(1) Foto kepala: periksa mastoid, sinus
paranasal, gigi geligi.
(2) Foto dada.
(3)
Ct Scan
Pemeriksaan fisik yang lain:
A.
Sistem pernapasan : Irama pernapasan reguler/irregiler, frekuensi napas, adakah
suara napas tambahan, adakah penggunaan otot tambahan, gerak dan bentuk
dada simetris/tidak, bunyi napas,
keadaan hidung bersih/tidak, ada sputum atau tidak, keadaan kulit dada
ada kelainan atau tidak, kesulitan bernapas, refraksi otot-otot pernapasan.
B.
Sistem kardiovaskular : frekuensi nadi, tekanan darah sesuai dengan usianya,
apakahada edema atau tidak, adakah palpitasi atau tidak,
konjungtivapucat/tidak, adakah takikardi, peningkatan vena jugularis.
C.Sistem integument
(1) kulit : adakah edema atau tidak, adakah
perubahan warna kulit,peningkatan suhu, turgor, tekstur kulit, bersisik/tidak,
adakah lukamemar dan lesi pada kulit, adakah kelainan integritas kulit akibatedema,
keadaan kulit kotor/tidak misal karena kelemahan fisik untuk memenuhi
personal hygiene
(2) kuku : warna kuku
cyanosis atau tidak, lekukan kuku normal atautidak, keadaan kuku bersih atau
tidak, kuku panjang/pendek
(3) rambut : keadaan rambut
bersih/tidak, distribusi merata atau tidak,mudah dicabut/tidak, lebat/jarang,
banyak kutu/tidak,berketombe/tidak, warna rambut hitam
D. Sistem musculoskeletal
(1) Ekstremitas atas : bentuk
simetris/tidak, jari-jari tangan lengkap/tidak, pergerakanrom terbatas/tidak,
terdapat atropi dan kaku sendi/tidak, kekuatanotot, pada tangan terpasang
infus/tidak.
(2) Ekstremitas bawah: bentuk
simetris/tidak, jari-jari kaki lengkap/tidak, pergerakanrom terbatas/tidak,
terdapat atropi dan kaku sendi/tidak, kekuatanotot.
E. Sistem endokrin : adakah
pembesaran kelenjar tyroid atau tidak, pertumbuhandan perkembangan sesuai
dengan tingkat usia, adakah di antarakeluarga yang menderita penyakit
diabetes/tidak, apakah pernahmengalami penyakit tyroid, keadaan rambut
kering/tidak.
2. Analisa
data
Analisa
data merupakan proses berfikir yang meliputi kegiatanmengelompokkan data,
menginterpretasi dan akan membandingkannya denganstandar yang normal. Setelah
itu dianalisa sehingga didapat gambaran statuskesehatan dan kemungkinan
penyebab timbulnya masalah klien, kemudiandisimpulkan sehingga didapatkan
masalah klien. Diagnosa keperawatan adalah
pernyataan yang dirumuskan berdasarkan datayang terkumpul dan berupa rumusan
tentang respon klien terhadap timbulnyamasalah yang perlu diatasi dengan
tindakan atau intervensi keperawatan (Depkes,1999:7).Diagnosa Keperawatan
adalah keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga,atau masyarakat sebagai
akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau potensial“. (Hidayat,
A. Azis., 2001:12). Diagnosis Keperawatan
merupakan label singkat yang menggambarkan kondisi pasien yang diobservasi
dilapangan. Kondisi ini dapat berupa masalah actual atau potensial atau
diagnosis sejahtera. Menggunakan terminology NANDA International, potensi masalah
dinyatakan sebagai Resiko. Penambahan kata keterangan mungkin diperlukan agar
diagnosis menjadi lebih tepat dan jelas.
ANALISA DATA
NO
|
DATA
|
PATOFISIOLOGI
|
MASALAH
|
||||||
1.
|
DO :
ü Nafas dalam
ü Bradipnea
ü Tacypnea
ü Penggunaan
otot-otot pernafasan
ü nafas cuping hidung
ü perubahan gerakan
dada
|
Perdarahan di otak
Edema otak
Peningkatan tekanan
intracranial
Penekanan batang
otak
Depresi pusat pernafasan
Cynestoke, apnea
|
Pola nafas tidak efektif
|
||||||
22222222222222
|
DO :
ü Purpura, ekimosis
ü Melena
ü Perdarahan intra
cerebral
ü PT/APTT memanjang
ü Trombositopenia
|
Defisiensi vitamin
K
Berkurangny
aktifator faktor pembekuan
Perdarahan
|
Resiko perdarahan
|
||||||
33
|
DO:
ü konvulsi
ü kulit memerah
ü peningkatan suhu
tubuh diatas normal (> 37,5°C)
ü kulit teraba hangat
dan lembab
|
Perdarahan intrakranial
Edema otak
Peningkatan TIK
Penekanan Hypothalamus
Gangguan mekanisme
termogulasi
Hypertermi
|
Hypertermia
|
||||||
|
DO :
ü samnolen, apatis,
coma
ü GCS <13 span="">13>
ü Sulit menelan
ü Pupil melebar
|
Perdarahan cerebral
Kurangnya suplay O2 ke otak
|
Resiko perfusi jaringan cerebral tidak efektif
|
3.RENCANA ASUHAN
KEPERAWATAN TEORITIS PADA KLIEN DENGAN HDN
NO
|
DIAGNOSA
|
TUJUAN/ KRITERIA HASIL (NOC)
|
INTERVENSI
(NIC)
|
TINDAKAN
|
1.
|
Pola nafas tidak efektif
|
ü Kepatenan jalan nafas
ü Status pernafasan : ventilasi
ü Status tanda-tanda vital
|
Manajemen jalan nafas
Monitoring respirasi
|
a.
Membuka jalan
nafas dengan cara dagu diangkat atau rahang ditinggikan
b.
Memposisikan
pasien untuk mengurangi dispnea/memaksimalkan ventilasi
c.
Mendengarkan
bunyi jalan nafas, mencatat daerah yang mengalami penurunan atau ada tidaknya
ventilasi dan adanya bunyi tambahan
d.
Memberikan
terapi oksigen
a.
Monitor
frekuensi, rata-rata, irama, kedalaman dan usaha bernafas
b.
Catat
pergerakan dada, lihat kesimetrisan, penggunaan otot tambahan dan
supraklavikula dan retraksi otot intercostal
c.
Monitor bising
pernafasan seperti bunyi ribut dan dengkuran
d.
Monitor pola nafas
seperti bradipnu, takipnu, hiperventilasi, pernafasan kusmaul, ceyne stokes,
apnoe, biot dan pola ataksi
e.
Palpasi jumlah
pengembangan paru
f.
Perkusi
anterior dan posterior thoraks dari apeks sampai basis secara bilateral
g.
Catat lokasi
trakea
h.
Monitor kelemahan
otot diafragma
i.
Auskultasi
kelemahan bunyi nafas, catat ventilasi yang turun atau hilang
|
2.
|
Resiko Perdarahan
|
ü Status sirkulasi
ü Status koagulasi
ü Pengetahuan: keamanan pribadi
ü Pengetahuan: prosedur pengobatan
ü Kontrol resiko
|
Pencegahan perdarahan
Pengurangan perdarahan
Perawatan Sirkulasi
Monitor tanda-tanda vital
|
a.
Memonitor
pasien secara ketat untuk perdarahan
b.
Catat tingkat
HB, HT sebelum dan sesudah kehilangan darah
c.
Memantau tanda
dan gejala perdarahan yang persisten
d.
Memantau
tanda-tanda vital
e.
Menjaga
istirahat selama perdarahan aktif
f.
Melindungi
pasien dari trauma
g.
Menginstruksikan
keluarga untuk meningkatkan asupan makanan yang kaya vitamin K
a.
Identifikasi
penyebab perdarahan
b.
Monitor jumlah
dan sifat dari kehilangan darah
c.
Catat kadar HB
dan HT sebelum dan sesudah kehilangan darah
d.
Memonitor
status cairan termasuk intake dan output yang sesuai
e.
Memantau
faktor pengiriman oksigen jaringan seperti PaO2, Sa O2
f.
Mengatur
ketersediaan produk darah untuk transfusi, jika perlu
a.
Lakukan penilaian yang komprehensif dari
sirkulasi perifer, misalnya pengisian kapiler, warna dan suhu ekstremitas,
memeriksa denyut nadi perifer, edema, dan tekanan perifer
b.
Menilai
tingkat ketidaknyamanan atau nyeri
c.
Tinggikan
anggota badan yang terkena 20 derjat atau lebih
d.
Ubah posisi
pasien minimal setiap 2 jam
e.
Pertahankan
hidrasi yang adekuat untuk mencegah viskositas darah meningkat
f.
Memantau
status cairan
a.
Pantau TD, N,
S, status pernafasan
b.
Laporkan
tanda-tanda hipotermi dan hipertermi
c.
Pantau
kualitas nadi
d.
Pantau irama
jantung
e.
Pantau irama
dan aliran pernafasan
f.
Pantau pola nafas
g.
Monitor bunyi
paru
h.
Perhatikan
cianosis
i.
Periksa
keakuratan alat yang digunakan
|
3.
|
Hypertermia
|
ü Termoregulasi
Suhu kulit dalam batas normal
Perubahan warna kulit tidak muncul
Denyut nadi dalam batas normal
Status hidrasi adekoat
Tidak terlihat keringat
ü Termoregulasi neonatus
|
Monitor tanda-tanda vital
Regulasi temperatur
Pengobatan demam
Manajemen cairan
Kontrol infeksi
|
a.
Pantau TD, D,
S dan status pernafasan
b.
Laporkan
tanda-tanda hipotermi dan hipertermia
c.
Pantau
kualitas nadi
d.
Pantau pola
nafas
a.
Monitor warna
kulit dan temperatur
b.
Pantau asupan
nutrisi dan cairan
c.
Atur
temperatur ruangan sesuai dengan kebutuhan pasien
a.
Memantau WBC,
HGB, ,dan nilai-nilaihematokrit
b.
Mengadministrasikan
obat antipiretik
c.
Memberikan
obat untuk mengobati demam yang sesuai
d.
Mendorong
peningkatan asupan cairan oral
e.
Terapkan
kantong es ditutupi dengan lowel di pangkal paha dan ketiak
f.
Memonitor
aktifitas kejang
a.
Monitor status
hidrasi
b.
Hitung haluan
c.
Pertahankan
intake yang adekoat
d.
Pasang kateter
urine
e.
Kaji
persediaan darah untuk tranfusi
f.
Berikan terapi
IV
g.
Nasogastrik
untuk mengganti kehilangan cairan
a.
Batasi jumlah
pengunjung yang membezuk
b.
Ajarkan
keluarga teknik mencuci tangan yang benar
c.
Cuci tangan
sebelum dan sesudah melakukan tindakan terhadap pasien
d.
Gunakan sarung
tangan sebagai pengaman umum
e.
Lakukan terapi
antibiotik yang tepat
f.
Pastikan
keadaan steril saat menangani IV
g.
Ajarkan klg
tentang tanda-tanda infeksi dan gejala
infeksi dan segera melaporkan pada tim
kesehatan
|
III.
TINJAUAN KASUS
Bayi
Ana masuk RSUP Dr. M.Djamil Padang pada tanggal 7 Januari 2013 pukul 21.30 WIB
rujukan dari RS Muara Labuh dengan keluhan demam kejang dan penurunan
kesadaran. GCS 8 (E3M3V2). terlihat retraksi epigastrium,
infus terpasang D 12,5 %, O2 2 lpm, terdapat ptekie pada bagian
lengan, terpasang chateter urine dan NGT.
I.
Identitas Data
Nama Anak :
By. A BB/PB : 5 kg/ 56 cm
TTL/Usia :
29 Oktober 2012/ 2,5 bulan
Anak Ke :
2 dari 2 bersaudara
Nama Ayah :
Tn.Firdaus Nama Ibu : Ny.Roslawati
Pekerjaan :
Tani Pekerjaan
: Tani
Pendidikan :
SMP Pendidikan:
SD
Tanggal Pengkajian : 14 januari 2013
Tanggal masuk RS : 7 Januari 2013
No RM : 813337
Alamat :
Sungai Talang, komplek TK.A Solok Selatan
Dx Medis :
Haemorraghic Desease of Newborn (HDN).
II.
Keluhan Utama
Demam
kejang 1 hari sebelum masuk RS disertai dengan penurunan kesadaran
III.
Riwayat
Kehamilan dan Kelahiran
1.
Prenatal
Klien adalah
anak ke 2 dari 2 bersaudara. Ibu klien mengatakan kehamilannya tidak
direncanakan. Keluhan selama kehamilan tidak ada. Ibu klien juga mengatakan
tidak mengkonsumsi obat-obatan selama hamil. Kontrol kehamilan ada yaitu
sebanyak 3 kali. Ibu klien mengatakan tidak pernah mendapat imunisasi TT, hanya
mendapat kapsul vitamin A sebanyak 1 kali.
2.
Intranatal
Klien lahir
melalui persalinan spontan. Persalinan ditolong oleh bidan setempat dengan usia
kehamilan cukup bulan (± 38 minggu) atau aterm. Ibu klien mengatakan tidak dapat
mengingat berapa lama proses persalinan. Penggunaan alat khusus seperti vacum,
dan forcep untuk membantu proses persalinan tidak ada, komplikasi persalinan
tidak ada.
3.
Neonatal
BB klien waktu
lahir 2800 gram, bayi termasuk SMK, Panjang badan (ibu lupa). ASI diberikan 48
jam setelah kelahiran. Sebagai pengganti ASI, klien mendapat 8x30 cc susu
formula.
Klien dirawat
di rumah bidan selama 2 hari. Perubahan berat badan tidak diketahui. Ibu klien
mengatakan setelah lahir klien tidak diberikan profilak vitamin K. Selama di
rumah klien ditidurkan diayunan (diayun-ayun).
IV.
Riwayat
Kesehatan dahulu
1.
Penyakit yang
diderita sebelumnya :
Ibu klien mengatakan sebelumnya tidak pernah mengalami sakit
seperti demam, klien juga tidak pernah mengalami jatuh.
2.
Pernah dirawat
di RS :
Ibu klien mengatakan sebelumnya klien telah dirawat di RS Muara
Labuh selama 1 hari dengan keluhan demam ± 2 hari, demam hilang timbul disertai
dengan muntah yang menyemprot
3. Obat-obatan yang pernah digunakan :
·
Ampicillin 4 x
250 mg
·
Gentamicin 2 x
12,5 mg
·
Neo K 1 x 1 mg
·
Luminal 1 x 50
mg (IM)
4.
Alergi : Tidak ada alergi terhadap
susu formula ataupun obat-obatan
5.
Kecelakaan : Riwayat jatuh tidak ada, riwayat
bayi diayun-ayun ada
6.
Riwayat
Imunisasi : Belum pernah
mendapat imunisasi dasar
V.
Riwayat
Kesehatan Sekarang
Klien masuk RSUP Dr. M.Djamil Padang pada tanggal 7 Januari 2013
pukul 21.30 WIB rujukan dari RS Muara Labuh dengan keluhan demam kejang dan
penurunan kesadaran. GCS 8 (E3M3V2). Saat
dilakukan pengkajian pada tanggal 14 Januari 2012 pukul 10.00 WIB, GCS 10 (E4M4V2).
Nadi 120 x/i, RR 56 x/i, Suhu 37 oC, TD 100/60 mmHg, terlihat
retraksi epigastrium, infus terpasang D 12,5 %, O22 lpm, terdapat
ptekie pada bagian lengan, terpasang chateter urine dan NGT.
VI.
Riwayat
Kesehatan Keluarga
Keluarga klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami
penyakit gangguan pembekuan darah
Genogram :
Keterangan:
: laki-laki
: perempuan
: klien
: tinggal serumah
VII.
Riwayat Tumbuh
Kembang
1.
Kemandirian dan Bergaul
Belum dapat dikaji
2.
Motorik Kasar
Sebelum
sakit klien sudah mampu melakukan gerakan membalikkan badan dan mengangkat
kepala
3.
Motorik Halus
Klien
mampu mengikuti ke garis tengah dan mengukuti ke garis tengah
4.
Kognitif dan Bahasa
Sebelum
sakit klien sudah mampu bersuara, berteriak dan tertawa
5.
Psikososial
Sebelum
sakit klien sudah mampu membalas senyum lawan bicara dengan tertawa
VIII. Riwayat
Sosial
1.
Yang mengasuh klien
Ibu klien mengatakan bahwa klien diasuh langsung oleh kedua
orangtua. Klien adalah anak kedua. Ibu klien mengatakan dalam mengasuh,
anak-anaknya tidak diberi kebebasan untuk berpendapat ataupun dalam hal
lainnya. Semua aturan ditetapkan oleh orangtua klien.
2.
Hubungan dengan anggota keluarga
Belum
bisa dinilai
3.
Hubungan dengan teman sebaya
Belum
bisa dinilai
4.
Pembawaan secara umum
Belum
bisa dinilai
5.
Lingkungan rumah
Rumah
permanen dengan halaman rumah sempit, tidak ada WC, MCK di sungai, sumber air
bersih adalah air sungai, sampah diolah dengan cara dibakar
IX.
Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : buruk, GCS 10 (E4M4V2).
2. PB/BB : 56 cm / 5 kg
3. Kepala : Normochepal, terpasang infus D 12,5 %
Sutura : belum menutup
Ubun-ubun : tampak mennojol
Lingkar Kepala : 37 cm
Kebersihan : kurang bersih
Warna rambut : pirang
Tekstur : halus dan
tidak mudah dicabut
Distribusi rambut :
Tidak merata
4. Mata
Simetris : ada
Sklera : ikterik
Konjungtiva : pucat
Palpebra : oedema (-)
5. Telinga
Simetris : ada
Serumen : tidak ada
Pendengaran : baik
6. Hidung : bersih +/+, terpasang slang NGT +/_
dan slang oksigen binasal
Septum : simetris
Sekret : tidak ada
Nafas cuping hidung: tidak ada
7. Mulut : bersih
Warna Bibir : merah muda
Kelembapan : lembab
a. Lidah : bersih dan berwarna merah
b. Gigi : belum tumbuh
8. Leher
a. Kelenjer Getah Bening : tidak ada
pembesaran
b. Kelenjer Tiroid : tidak ada
pembesaran
c. JVP :
sukar dinilai
9. Jantung
a. Inspeksi : ictus tidak terlihat
b. Palpasi : ictus teraba di LMCS RIC V
c. Auskultasi : irama teratur
10. Paru-paru
a. Inspeksi : simetris, retraksi epigastrium (+)
b. Palpasi : fremitus kiri = kanan
c. Perkusi : sonor
d. Auskultasi : bronchovesikuler, Ronchy (-/-), wheezing (-/-)
11. Perut
a. Inspeksi : distensi (+)
b. Palpasi : hepar dan lien tidak teraba
c. Perkusi : tympani
d. Auskultasi : bising usus (+) 2-3 x / menit
12. Ekstremitas
Atas : lengkap (+/+)
Bawah : lengkap (+/+)
CRT : < 3 detik
terpasang
infusNaCl 0,9 % pada ekstremitas atas (dextra)
13. Genitalia : terpasang catheter, terlihat bengkak pada labia mayora kiri
14. Kulit
Warna : kuning langsat
Turgor : baik, kembali cepat
Elastisitas : elastis
X.
Pemeriksaan Tumbuh Kembang DDST
·
Klien tidak mengalami keterlambatan dalam proses tumbuh kembang
Status Nutrisi :
·
BB/U x 100 % =
5/5,6 x 100 % = 89,2 % (N)
·
TB/U x 100 % =
56/59,5 x 100 % = 94,11 % (N)
·
BB/TB x 100 % =
5/4,8 x 100 % = 104 % (N)
·
Kesimpulan:
status nutrisi klien tergolong baik
1. Pemeriksaan
Penunjang
Laboratorium
·
Tanggal 08/1/13
ü Hb : 6,1 gr%, (N: 11 –14 gr %)
ü HT : 18 % (N: 30 – 43 %)
ü Leuko : 14.560/mm3 ( 5- 10 x 103/ mm3)
ü Ca :
0,25 mmol/L (1,12-1,32 mmol/L)
·
Tanggal 10/1/13
ü Hb : 12,8 gr%, (N: 11 –14 gr %)
ü HT : 37,8 % (N: 30 – 43 %)
ü Leuko : 10.000 mm3 (N: 5- 10 x 103/ mm3)
ü Trombo: 27.000 mm3 (N:150.000-400.000 mm3)
ü SGOT :
104 U/L (N: 0-31 U/L)
ü SGPT :
37 U/L (N: 0-30 U/L)
·
Tanggal 11/1/13
ü Ca : 9,1 mmol/L (1,12-1,32 mmol/L)
ü GD : 66 mg/dl (N: 30 – 43 %)
·
Tanggal 12/1/13
ü Trombo: 9.000 mm3 (N:
150.000- 400.000 /mm3)
ü Hb : 7,3gr%, (N: 11 –14 gr %)
ü HT : 21 % (N: 30 – 43 %)
ü Albumin: 3,5 gr/dl (N: 3,5 – 5,2 gr/dl)
·
Tanggal 13/1/13
ü Hb : 11,1gr%, (N: 11 –14 gr %)
ü HT : 33 % (N: 30 – 43 %)
ü Trombo: 10.000 mm3 (N:
150.000- 400.000 /mm3)
- Brain Ct Scan tanggal 7 januari 2013 : infark luas di hemisfer cerebri dextra + perdarahan subdural + perdarahan subarachnoid.
- Lain-lain :
a.
Pengobatan :
ü
Meropenem 3 x
200mg (IV) : jam 6, 14 dan jam 22
ü
Lasix 1x 5 mg
(IV): jam 24
ü
Transamin 3x75
mg (IV) : jam 6, 14 dan jam 22
ü
Luminal 2 x 50
mg (oral): jam 6 dan jam 18
ü
Urdafak 2
x 50mg (oral): jam 6 dan jam 18
ü
Kcl 3x 12 mg
(oral) ): jam 6, 14 dan jam 22
b.
Terapi : O2 1
lt/ menit
c.
Infus : D 12,5%
12 tts/ menit
d.
Infus
aminofusin Paed 150 cc/ hari
e.
Asi 8 x 5 cc/
NGT
XI.
Kebutuhan Dasar Sehari-hari
No
|
Jenis kebutuhan
|
Dirumah/Sebelum Sakit
|
Di Rumah Sakit
|
1
|
Makan
|
-
|
-
|
2
|
Minum
|
Asi
ekslusif saban 3 jam
|
Asi ekslusif
8x 5 cc
|
3
|
Tidur
|
± 18 jam
|
Tidak dapat
dinilai
|
4
|
Mandi
|
1x/ hari
(mandi celup)
|
1x/ hr (
mandi dilap)
|
5
|
Eliminasi
|
BAK > 7x/
hari
BAB 1 x /
hari (warna kuning)
|
Terpasang
cateter
BAB bewarna
coklat kehitaman (2 x/ hari)
|
6
|
Bermain
|
Sudah dapat
main cilukba
|
-
|
ANALISA DATA
No.
|
Data
|
Patofisiologi
|
Masalah
|
|||
1
|
DO :
ü Nafas 56 x/ menit
ü Terlihat adanya penggunaan otot bantu pernafasan
ü Terpasang O2 1 lpm
ü Jenis pernafasan tachypnea
DS
:
ü Keluarga mengatakan klien mengalami sesak nafas semenjak tadi
malam
|
Tidak
mendapat profilaks vit K pada awal kelahiran
Defisiensi
vit K
Berkurangnya
faktor koagulasi
Perdarahan
di otak
Edema
di otak
Peningkatan
tekanan intrakranial
Penekanan
batang otak
Cynesstoke,
apnea, tachypnea
|
Pola nafas
tidak efektif
|
|||
2
|
DO :
ü Terlihat adanya ptekie pada daerah lengan
ü BAB bewarna coklat kehitaman
ü Hasil CT Scan : perdarahan subdural dan
perdarahan sub arachnoid (7/1/13)
ü Trombosit: 10.000/mm3
DS :
ü Keluarga mengatakan bintik-bintik merah sudah ada semenjak 2 hari yang lalu
|
Defisiensi vitamin K
Berkurangnya aktifitas pembentukan faktor pembekuan
(faktor II, VII, IX dan X)
Tombositopenia dan
Trauma
Resiko
perdarahan
|
Resiko
perdarahan
|
|||
3
|
DO :
ü Akral teraba hangat
ü Temperatur : 38, 5 °C
ü Muka terlihat memerah
ü Klien terlihat rewel
ü Kulit teraba lembab
ü Infus
terpasang D 12,5% 12 tts/ menit
DS :
ü Keluarga mengatakan klien demam
|
Perdarahan tekanan intracranial
Edema otak
Peningkatan tekanan intra cranial
Penekanan
hypothalamus
Gangguan
mekanisme termoregulasi
Hypertermi
|
Hypertermia
|
RENCANA
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BY A DENGAN HAEMORRHAGIC DISEASE OF THE NEWBORN
NO
|
DIAGNOSA
|
TUJUAN/ KRITERIA HASIL (NOC)
|
INTERVENSI
(NIC)
|
TINDAKAN
|
1.
|
Pola nafas tidak efektif
|
ü Kepatenan jalan nafas
ü Status pernafasan : ventilasi
ü Status tanda-tanda vital
|
Manajemen jalan nafas
Monitoring respirasi
|
a.
Membuka jalan
nafas dengan cara dagu diangkat atau rahang ditinggikan
b.
Memposisikan
pasien untuk mengurangi dispnea/memaksimalkan ventilasi
c.
Mendengarkan
bunyi jalan nafas, mencatat daerah yang mengalami penurunan atau ada tidaknya
ventilasi dan adanya bunyi tambahan
d.
Memberikan
terapi oksigen
a.
Monitor
frekuensi, rata-rata, irama, kedalaman dan usaha bernafas
b.
Catat
pergerakan dada, lihat kesimetrisan, penggunaan otot tambahan dan
supraklavikula dan retraksi otot intercostals
c.
Monitor bising
pernafasan seperti bunyi ribut dan dengkuran
d.
Monitor pola
nafas seperti bradipnu, takipnu, hiperventilasi, pernafasan kusmaul, ceyne
stokes, apnoe, biot dan pola ataksi
e.
Palpasi jumlah
pengembangan paru
f.
Perkusi
anterior dan posterior thoraks dari apeks sampai basis secara bilateral
g.
Catat lokasi
trakea
h.
Monitor
kelemahan otot diafragma
i.
Auskultasi
kelemahan bunyi nafas, catat ventilasi yang turun atau hilang
|
2.
|
Resiko Perdarahan
|
ü Status sirkulasi
ü Status koagulasi
ü Pengetahuan: keamanan pribadi
ü Pengetahuan: prosedur pengobatan
ü Kontrol resiko
|
Pencegahan perdarahan
Pengurangan perdarahan
Perawatan Sirkulasi
Monitor tanda-tanda vital
|
a.
Memonitor
pasien secara ketat untuk perdarahan
b.
Catat tingkat
HB, HT sebelum dan sesudah kehilangan darah
c.
Memantau tanda
dan gejala perdarahan yang persisten
d.
Memantau
tanda-tanda vital
e.
Menjaga
istirahat selama perdarahan aktif
f.
Melindungi
pasien dari trauma
g.
Menginstruksikan
keluarga untuk meningkatkan asupan makanan yang kaya vitamin K
a.
Identifikasi
penyebab perdarahan
b.
Monitor jumlah
dan sifat dari kehilangan darah
c.
Catat kadar HB
dan HT sebelum dan sesudah kehilangan darah
d.
Memonitor
status cairan termasuk intake dan output yang sesuai
e.
Memantau
faktor pengiriman oksigen jaringan seperti PaO2, Sa O2
f.
Mengatur
ketersediaan produk darah untuk transfusi, jika perlu
a.
Lakukan
penilaian yang komprehensif dari sirkulasi perifer, misalnya pengisian
kapiler, warna dan suhu ekstremitas, memeriksa denyut nadi perifer, edema,
dan tekanan perifer
b.
Menilai
tingkat ketidaknyamanan atau nyeri
c.
Tinggikan anggota
badan yang terkena 20 derjat atau lebih
d.
Ubah posisi
pasien minimal setiap 2 jam
e.
Pertahankan
hidrasi yang adekuat untuk mencegah viskositas darah meningkat
f.
Memantau
status cairan
a.
Pantau TD, N,
S, status pernafasan
b.
Laporkan
tanda-tanda hipotermi dan hipertermi
c.
Pantau
kualitas nadi
d.
Pantau irama
jantung
e.
Pantau irama
dan aliran pernafasan
f.
Pantau pola
nafas
g.
Monitor bunyi
paru
h.
Perhatikan
cianosis
i.
Periksa
keakuratan alat yang digunakan
|
3.
|
Hypertermia
|
ü Termoregulasi
Suhu kulit dalam batas normal
Perubahan warna kulit tidak muncul
Denyut nadi dalam batas normal
Status hidrasi adekoat
Tidak terlihat keringat
ü Termoregulasi neonatus
|
Monitor tanda-tanda vital
Regulasi temperatur
Pengobatan demam
Manajemen cairan
Kontrol infeksi
|
a.
Pantau TD, D,
S dan status pernafasan
b.
Laporkan
tanda-tanda hipotermi dan hipertermia
c.
Pantau
kualitas nadi
d.
Pantau pola
nafas
a.
Monitor warna
kulit dan temperature
b.
Pantau asupan
nutrisi dan cairan
c.
Atur
temperatur ruangan sesuai dengan kebutuhan pasien
a.
Memantau WBC,
HGB, , dan nilai-nilai hematokrit
b.
Mengadministrasikan
obat antipiretik
c.
Memberikan
obat untuk mengobati demam yang sesuai
d.
Mendorong
peningkatan asupan cairan oral
e.
Terapkan
kantong es ditutupi dengan lowel di pangkal paha dan ketiak
f.
Memonitor aktifitas
kejang
a.
Monitor status
hidrasi
b.
Hitung haluan
c.
Pertahankan
intake yang adekoat
d.
Pasang kateter
urine
e.
Kaji
persediaan darah untuk tranfusi
f.
Berikan terapi
IV
g.
Nasogastrik
untuk mengganti kehilangan cairan
a.
Batasi jumlah
pengunjung yang membezuk
b.
Ajarkan
keluarga teknik mencuci tangan yang benar
c.
Cuci tangan
sebelum dan sesudah melakukan tindakan terhadap pasien
d.
Gunakan sarung
tangan sebagai pengaman umum
e.
Lakukan terapi
antibiotik yang tepat
f.
Pastikan
keadaan steril saat menangani IV
g.
Ajarkan klg
tentang tanda-tanda infeksi dan gejala
infeksi dan segera melaporkan pada tim
kesehatan
|
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
- Bayi dikatakan HDN apabila terjadi perdarahan spontan atau akibat trauma yang berhubungan dengan defisiensi vitamin K dan menurunnya aktifitas factor pembekuan II, VII, IX, dan X dengan fibrinogen dan trombosit normal. Penyakit ini ditandai dengan terjadi hipertermi, perdarahan di kulit berupa purpura, perdarahan di mata, hidung, saluran cerna dan intracranial.
- Setelah dilakukan pengkajian, diperoleh 3 diagnosa keperawatan, yaitu: pola nafas tidak efektif b/d disfungsi neuromuskular, resiko perdarahan, dan hipertermi.
- Untuk mengatasi masalah keperawatan yang timbul, disusun rencana asuhan keperawatan sesuai teoritis untuk mengatasi masalah HDN berdasarkan intervensi NIC dan NOC.
- Implementasi keperawatan yang dilakukan juga di lakukan sesuai rencana asuhan keperawatan yang telah disusun, yang disesuaikan dengan kondisi bayi, walaupun ada beberapa rencana asuhan keperawatan yang tidak bisa terlaksana.
- Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 hari pada By.O, hari pertama sampai hari ketiga By.O memperlihatkan adanya perbaikan, terutama untuk masalah pola nafas tidak efektif. Sedangkan untuk masalah resiko perdarahan dan hipertermi belum teratasi secara keseluruhan disebabkan karena proses penyakit klien.
B.
Saran
1.
Makalah ini masih
banyak kekurangan, mohon kritik dan saran untuk perbaikan makalah ini.
2.
Diharapkkan makalah
ini dapat menjadi refensi bagi mahasiswa keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Waldo E. Nelson.
(2007) . Ilmu kesehatan Anak Edisi 12 Bagian 2. EGC ; Jakarta
Hoffbrand,
A.V.dkk.( 2006).Essential haematology Fourth Edition, Blackwell
Science
Bambang
P.
(2010). Buku Ajar Haematologi–Onkologi Anak
Cetakan ketiga, EGC ; Jakarta
Markum,dkk. (1991).Buku
Ajar Ilmu Kesehatan Anak. FKUI; Jakarta
Judith M.
Wilkinson. (2011). Buku Saku Diagnosis Keperawatan edisi 9, EGC :
Jakarta
Bulecheck,Gloria
dkk. (2008). Nursing Interventions
Classification (NIC), Fifth Edition.UnitedState : Mosby
Hidayat, A. (2008).Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, (2
Edition), Jakarta:Salemba Medika.
Moorhead, Sue
dkk. (2008). Nursing Outcomes
Classification (NOC), Fourth Edition.UnitedState:Mosby
Price, S.A
& Wilson, L.M (2005). Patofisiologi.
Jakarta: EGC
Suriadi.,
(2006), Asuhan Keperawatan Pada Anak, (2
Edition) Jakarta: Sagung Seto.
Windiastuti, E.
(2005). Buku ajar hematologi onkologi anak. Jakarta : IDAI.
Wong, D.L.
(2003). Pedoman klinis keperawtan
pediatrik. Jakarta: EGC
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar