BAB
1
KONSEP DASAR KESEHATAN JIWA
A. Pengertian Kesehatan Jiwa
1. A mind that grows and adjust, is in control and is free of stress. (Kondisi
jiwa seseorang yang terus tumbuh berkembang dan mempertahankan keselarasan,
dalam pengendalian diri serta terbebas dari stress yang serius). (Rosdahl,
Textbook of Basic Nursing, 1999: 58)
2. Sikap yang positif terhadap diri sendiri, tumbuh, berkembang, memiliki
aktualisasi diri, keutuhan, kebebasan diri, memiliki persepsi sesuai kenyataan
dan kecakapan dalam beradaptasi dengan lingkungan. (Stuart & Laraia,
Principle and Practice Psychiatric Nursing, 1998) (Yahoda)
3. Fisik, intelektual, emosional secara optimal dari seseorang dan perkembangan
ini berjalan selaras dengan orang lain. (UU Kesehatan Jiwa No. 3 Tahun 1996)
B. Kriteria Sehat Jiwa Menurut Yahoda
1. Sikap positif terhadap diri sendiri
2. Tumbuh kembang dan aktualisasi diri
3. Integrasi (keseimbangan/keutuhan)
4. Otonomi
5. Persefsi realitas
6. Environmental mastery (Kecakapan dalam adaptasi dengan lingkungan)
C. Rentang Sehat Jiwa
1. Dinamis bukan titik statis
2. Rentang dimulai dari sehat optimal mati
3. Ada tahap-tahap
4. Adanya variasi tiap individu
5. Menggambarkan kemampuan adaptasi
6. Berfungsi secara efektif sehat
D. Pengertian Keperawatan Kesehatan Jiwa
Keperawatan adalah ilmu dan kiat yang merupakan perpaduan dan integrasi dari
area teori-teori yang berbeda: ilmu-ilmu sosial, seperti psikologi dan
sosiologi, ilmu-ilmu dasar seperti Anatomi, fisiologi, mikrobiologi, dan
biokimia serta ilmu media tentang diagnose dan pengobatan terhadap penyakit.
Menurut Stuart Sundeen
Keperawatan mental adalah proses interpersonal dalam meningkatkan dan
mempertahankan perilaku yang berpengaruh pada fungsi integrasi.
E. Prinsip-Prinsip Keperawatan Kesehatan Jiwa
1. Peran dan fungsi keperawatan jiwa
2. Hubungan yang terapeutik antara perawat dengan klien
3. Konsep model keperawatan jiwa
4. Model stress dan adaptasi dalam keperawatan jiwa
5. Keadaan-keadaan biologis dalam keperawatan jiwa
6. Keadaan-keadaan psikologis dalam keperawatan jiwa
7. Keadaan-keadaan sosial budaya dalam keperawatan jiwa
8. Keadaan-keadaan lingkungan dalam keperawatan jiwa
9. Keadaan-keadaan legal etika dalam keperawatan jiwa
10. Penatalaksanaan proses keperawatan: dengan standar-standar keperawatan
11. Aktualisasi peran keperawatan jiwa: melalui penampilan standar-standar
profesional
BAB 2
TREND CURRENT ISSUE DAN KECENDERUNGAN
DALAM KEPERAWATAN JIWA
Trend atau current issue dalam keperawatan jiwa adalah masalah-masalah yang
sedang hangat dibicarakan dan dianggap penting. Masalah-masalah tersebut dapat
dianggap ancaman atau tantangan yang akan berdampak besar pada keperawatan jiwa
baik dalam tatanan regional maupun global. Ada beberapa trend penting yang
menjadi perhatian dalam Keperawatan Jiwa di antaranya adalah masalah berikut :
- Kesehatan jiwa dimulai masa konsepsi
- Trend peningkatan masalah kesehatan jiwa
- Kecenderungan dalam penyebab gangguan jiwa
- Kecenderungan situasi di era globalisasi
- Globalisasi dan perubahan orientasi sehat
- Kecenderungan penyakit jiwa
- Meningkatnya post traumatik sindrom
- Meningkatnya masalah psikososial
- Trend bunuh diri pada anak
- Masalah AIDS dan Napza
- Pattern of parenting
- Presfektif life span history
- Kekerasan
- Masalah ekonomi dan kemiskinan
a. Kesehatan jiwa dimulai masa konsepsi
Dahulu bila berbicara masalah kesehatan jiwa biasanya dimulai pada saat onset
terjadinya sampai klien mengalami gejala-gejala.
b. Trend peningkatan masalah kesehatan jiwa
Masalah jiwa akan meningkat di era globalisasi.
c. Kecenderungan Faktor Penyebab Gangguan Jiwa
Terjadinya perang, konflik, dan lilitan krisis ekonomi berkepanjangan merupakan
salah satu pemicu yang memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan
kesehatan jiwa pada manusia.
d. Kecenderungan situasi di Era Globalisasi
Era globalisasi adalah suatu era dimana tidak ada lagi pembatas antar
Negara-negara khususnya di bidang informasi, ekonomi, dan politik.
e. Globalisasi dan Perubahan Orientasi Sehat
Globalisasi atau era pasar bebas disadari atau tidak telah berdampak pada
pelayanan kesehatan.
f. Kecenderungan Penyakit
1. Meningkatnya post traumatic syndrome disorder
2. Meningkatnya masalah psikososial
3. Trend bunuh diri pada anak dan remaja
4. Masalah Napza dan HIV/AIDS
g. Trend dalam pelayanan keperawatan mental psikiatri
1. Sekilas tentang Sejarah
2. Trend pelayanan keperawatan mental psikiatri di Era Globalisasi
h. Issue Seputar Pelayanan Keperawatan Mental Psikiatri
1. Pelayanan keperawatan mental psikiatri yang ada kurang bisa dipertanggung
jawabkan secara ilmiah hal ini karena masih kurangnya hasil-hasil riset
keperawatan tentang keperawatan jiwa klinik.
2. Perawat psikiatri yang ada kurang siap menghadapi pasar bebas karena
pendidikan yang rendah dan belum adanya licence untuk praktek yang bias diakui
secara internasional.
3. Pembedaan peran perawat jiwa berdasarkan pendidikan dan pengalaman
seringkali tidak jelas dalam “Position Description”, job responsibility dan
system reward di dalam pelayanan keperawatan dimana mereka bekerja (Stuart
Sudeen, 1998).
4. Menjadi perawat psikiatri bukanlah pilihan bagi peserta didik (mahasiswa
keperawatan)
i. Bagaimana profesi keperawatan mental psikiatri di Indonesia menghadapinya?
a. Sehubungan dengan trend masalah kesehatan utama dan pelayanan kesehatan jiwa
secara global, maka fokus pelayanan keperawatan jiwa sudah saatnya berbasis
pada komunitas (community based care) yang member penekanan pada preventif dan
promotif.
b. Sehubungan dengan peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat
cepat, perlu peningkatan dalam bidang ilmu pengetahuan dengan cara mengembangkan
institusi pendidikan yang telah ada dan mengadakan program spesialisasi
keperawatan jiwa.
c. Dalam rangka menjaga mutu pelayanan yang diberikan dan untuk melindungi
konsumen, sudah saatnya ada “licence” bagi perawat yang bekerja di pelayanan.
d. Sehubungan dengan adanya perbedaan latar belakang budaya kita dengan
narasumber, yang dalam hal ini kita masih mengacu pada Negara-negara Barat
terutama Amerika, maka perlu untuk menyaring konsep-konsep keperawatan mental
psikiatri yang didapatkan dari luar.
BAB 3
KONSEP STRESS DAN ADAPTASI
A. Konsep Dasar Stress
1. Pengertian stress
Stress merupakan istilah yang berasal dari bahasa latin “stingere” yang berarti
“keras” (stricus). Istilah ini mengalami perubahan seiring dengan perkembangan
penelaahan yang berlanjut dari waktu ke waktu dari straise, stresce, dan
stress.
2. Model stress berdasarkan stimulus
3. Model stress berdasarkan respon
4. Model stress berdasarkan transaksional
B. Psikofisiologi Stress
Menurut Selye (1982) stress merupakan tanggapan non spesifik terhadap setiap
tuntutan yang diberikan pada suatu organisme dan digambarkan sebagai GAS.
1. Penyebab stress dan stressor psikososial
Jenis stressor psikososial dapat digolongkan sebagai berikut :
a. Perkawinan
b. Problem orangtua
c. Hubungan interpersonal (Antarpribadi)
d. Pekerjaan
e. Lingkungan hidup
f. Keuangan
g. Hokum
h. Perkembangan
i. Penyakit fisik atau cidera
j. Faktor keluarga
k. Lain-lain
2. Tahapan stress
a. Stress tingkat I
b. Stress tingkat II
c. Stress tingkat III
d. Stress tingkat IV
e. Stress tingkat V
f. Stress tingkat VI
BAB 4
FAKTOR PENYEBAB DAN PROSES TERJADINYA
GANGGUAN JIWA
A. Skizofrenia sebagai bentuk gangguan jiwa
Skizofrenia merupakan bahasan yang menarik perhatian pada konferensi tahunan
The American Psychiatric Association/APA di Miami, Florida, Amerika Serikat,
Mei 1995 lalu.
B. Faktor Penyebab Skizofrenia
Penyebab skizofrenia menurut penelitian mutakhir antara lain :
1. Faktor genetik
2. Virus
3. Auto antibody
4. Malnutrisi
C. Penyebab Umum Gangguan Jiwa
Sumber penyebab gangguan jiwa dipengaruhi oleh factor-faktor pada ketiga unsur
itu yang terus menerus saling mempengaruhi, yaitu :
1. Faktor-faktor somatik (somatogenik) atau organobiologis
2. Faktor –faktor psikologik (psikogenik) atau psikoedukatif
3. Faktor-faktor sosio-budaya (sosiogenik) atau sosiokultural
- Faktor keturunan
- Faktor konstitusi
- Cacat kongenital
- Perkembangan psikologik yang salah
- Deprivasi dini
- Pola keluarga yang petagonik
- Masa remaja
- Faktor sosiologik dalam perkembangan yang salah
- Genetika
- Neurobiological
- Biokimiawi tubuh
- Neurobehavioral
- Stress
- Penyalahgunaan obat-obatan
- Psikodinamik
- Sebab biologik
- Sebab psikologik
- Sebab sosio kultural
D. Proses Perjalanan Penyakit
Gejala mulai timbul biasanya pada masa remaja atau dewasa awal sampai dengan
umur pertengahan dengan melalui beberapa fase antara lain :
1) Fase Promodal;
- Berlangsung antara 6 bulan sampai 1 tahun
- Gangguan dapat berupa self care, gangguan dalam akademik, gangguan dalam
pekerjaan, gangguan fungsi sosial, gangguan perilaku, disertai kelainan
neurokimiawi.
2) Fase Residual;
- Klien mengalami minimal 2 gejala: gangguan afek dan gangguan peran, serangan
biasanya berulang.
BAB 5
TANDA GEJALA GANGGUAN JIWA
A. Gangguan Kognisi
Kognisi adalah suatu proses mental yang dengannya seseorang individu menyadari
dan mempertahankan hubungan dengan lingkungannya baik lingkungan dalam maupun
lingkungan luarnya (fungsi mengenal).
Proses kognisi meliputi :
- Sensasi dan persepsi
- Perhatian
- Ingatan
- Asosiasi
- Pertimbangan
- Pikiran
- Kesadaran
B. Gangguan Perhatian
Perhatian adalah pemusatan dan konsentrasi energi menilai dalam suatu proses
kognitif yang timbul dari luar akibat suatu rangsang.
C. Gangguan Ingatan
Ingatan (kenangan, memori) adalah kesanggupan untuk mencatat, menyimpan,
memproduksi isi dan tanda-tanda kesadaran.
D. Gangguan Asosiasi
Asosiasi adalah proses mental yang dengannya suatu perasaan, kesan atau gambaran
ingatan cenderung untuk menimbulkan kesan atau gambaran ingatan respon/konsep
lain, yang memang sebelumnya berkaitan dengannya.
E. Gangguan Pertimbangan
Pertimbangan (penilaian) adalah suatu proses mental untuk membandingkan/
menilai beberapa pilihan dalam suatu kerangka kerja dengan memberikan
nilai-nilai untuk memutuskan maksud dan tujuan dari suatu aktivitas.
F. Gangguan Pikiran
Pikiran umum adalah meletakkan hubungan antara berbagai bagian dari pengetahuan
seseorang.
G. Gangguan Kesadaran
Kesadaran adalah kemampuan seseorang untuk mengadakan hubungan dengan
lingkungan serta dirinya melalui pancaindera dan mengadakan pembatasan terhadap
lingkungan serta dirinya sendiri.
H. Gangguan Kemauan
Kemauan adalah suatu proses dimana keinginan-keinginan dipertimbangkan untuk
kemudian diputuskan untuk dilaksanakan sampai mencapai tujuan.
I. Gangguan Emosi dan Afek
Emosi aalah suatu pengalaman yang sadar dan memberikan pengaruh pada aktivitas
tubuh dan menghasilkan sensasi organis dan kinetis. Afek adalah kehidupan
perasaan atau nada perasaan emosional seseorang, menyenangkan atau tidak, yang
menyertai suatu pikiran, biasa berlangsung lama dan jarang disertai komponen
fisiologik.
J. Gangguan Psikomotor
Psikomotor adalah gerakan badan yang dipengaruhi oleh keadaan jiwa.
BAB 6
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN GANGGUAN
ALAM PERASAAN
A. Pengertian Mood
Perasaan suasana hati yang mewarnai seluruh kehidupan psikis seseorang dan
mempengaruhi seseorang dalam waktu yang lama. Misalnya seseorang yang sedih,
malas untuk berkomunikasi, makan, bekerja, dan sebagainya.
B. Rentang Respon Emosi
Emotional Responsive Reaksi kehilangan yang wajar Supresi Supresi reaksi
kehilangan yang memanjang Mania atau depresi
Rentang respon emosi bergerak dari emotional responsive sampai mania/ depresi dengan
cirri-ciri sebagai berikut :
• Responsive
• Reaksi kehilangan yang wajar
• Supresi
• Depresi
C. Tipe Gangguan Alam Perasaan
Secara garis besar tipe gangguan dapat diklasifikasikan sebagai berikut: mood
episode, depressive disorder, dan bipolar disorders.
D. Faktor Predisposisi Gangguan Mood
Berbagai teori telah diajukan untuk menjelaskan gangguan alam perasaan yang
parah. Teori ini menunjukkan rentang faktor-faktor penyebab yang mungkin
bekerja sendiri atau dalam kombinasi.
1. Genetic factor
2. Aggression turned inward theory
3. Object loss theory
4. Personality organization theory
5. Cognitive model
6. Learned helplessness model
7. Behavioral model
8. Biological model
9. Masalah dalam bounding and attachment dan genetic
E. Gejala Gangguan Mood Depresi
Depresi adalah salah satu bentuk gangguan jiwa pada alam perasaan (afektif,
mood) yang ditandai kemurungan, kesedihan, kelesuan, kehilangan gairah hidup,
tidak ada semangat, dan merasa tidak berdaya, perasaan bersalah atau berdosa,
tidak berguna dan putus asa. Gejala lain yang sering menyertai gangguan mood
adalah:
- Sulit konsentrasi dan daya ingat menurun
- Nafsu makan dan berat badan menurun
- Gangguan tidur (sulit tidur atau tidur berlebihan) disertai mimpi-mimpi yang
tidak menyenangkan, misal mimpi orang yang sudah meninggal.
- Agitasi atau retardasi motorik (gelisah atau perlambatan gerakan motorik)
- Hilang perasaan senang, semangat, dan minat, meninggalkan hobi.
- Kreativitas dan produktivitas menurun
- Gangguan seksual (libido menurun)
- Pikiran-pikiran tentang kematian dan bunuh diri
BAB 7
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN
POST PARTUM BLUES
A. Pengertian
Post Partum Blues merupakan Depresi yang terjadi setelah melahirkan
(Post-Partum).
B. Tanda dan Gejala
Klien yang menderita post partum blues akan menunjukkan kesedihan mendalam,
sering menangis, insomnia (susah tidur) atau tidur tidak nyenyak, mudah
tersinggung, kehilangan minat terhadap bayi, kurang berminat terhadap kegiatan
rutin sehari. Gejalanya adalah gelisah, sedih, dan ingin menangis tanpa sebab
yang jelas.
C. Faktor Penyebab
- Masalah dalam pernikahan
- Kemiskinan atau tidak adanya dukungan sosial dari keluarga
- Adanya stress atau kejadian buruk selama masa kehamilan seperti kematian
orang tua, atau orang terdekat atau perpindahan ke tempat baru, atau gangguan
alam perasaan.
- Pengalaman melahirkan yang bersifat traumatis
Kelainan fisik yang dapat menyebabkan depresi :
1. Efek samping obat-obatan
2. Infeksi
3. Kelainan hormonal
4. Penyakit jaringan ikat
5. Kelainan neurologis
6. Kelainan gizi
7. Kanker
BAB 8
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN
EKSPRESI MARAH
A. KonsepMarah
1. Pengertian
Kemarahan (anger) adalah suatu emosi yang terentang mulai dari iritabilitas
sampai agresivitas yang dialami oleh semua orang. Biasanya, kemarahan adalah
reaksi terhadap stimulus yang tidak menyenangkan atau mengancam (Widjaya
Kusuma, 1992:423).
Kemarahan menurut Stuart dan Sunden (1987 : 363) adalah perasaan jengkel yang
timbul sebagai respon terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman (Budi
Ana Keliat, 1996:5)
2. Rentang Respon Kemarahan
Respon kemarahan dapat berfluktuasi dalam rentang adaptif maladaptif (lihat
gambar berikut).
Respon adaptif Respons maladaptif
Pernyataan
(assertion) Frustasi Pasif Agresif Ngamuk
3. Proses Kemarahan
Stress, cemas, marah merupakan bagian kehidupan sehari-hari yang harus dihadapi
oleh setiap individu. Respon terhadap marah dapat diungkapkan melalui 3 cara
yaitu :
1) Mengungkapkan secara verbal
2) Menekan; dan
3) Menantang
B. Peran Perawat pada Klien Marah
1. Pengkajian
2. Diagnose keperawatan
3. Intervensi dan implementasi keperawatan
4. Evaluasi
5. Fungsi positif marah
6. Respon perawat terhadap kemarahan klien
BAB 9
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN
PERILAKU MENCEDERAI DIRI
A. Konsep Bunuh Diri
1. Pengertian bunuh diri
Bunuh diri adalah segala perbuatan seseorang dengan sengaja yang tahu akan
akibatnya yang dapat mengakhiri hidupnya sendiri dalam waktu singkat.
2. Trend bunuh diri pada anak dan remaja
Bunuh diri sebagai masalah dunia
Bunuh diri merupakan masalah psikologis dunia yang sangat mengancam.
3. Faktor yang berkontribusi pada anak dan remaja
4. Stressor pencetus secara umum
5. Faktor yang mempengaruhi bunuh diri
- Faktor mood dan biokimiawi otak
- Faktor riwayat gangguan mental
- Faktor meniru, imitasi, dan pembelajaran
- Faktor isolasi sosial dan human relations
- Faktor hilangnya perasaan aman dan ancaman kebutuhan dasar
- Faktor religiusitas
6. Rentang respon
7. Jenis bunuh diri
Ada tiga jenis bunuh diri yang bisa diidentifikasi, yakni bunuh diri anomik,
altruistik, dan egoistik.
8. Terapi lingkungan pada kondisi khusus bunuh diri (Suicide)
Ruangan aman dan nyaman, terhindar dari alat yang dapat digunakan untuk
mencederai diri sendiri atau orang lain, alat-alat medis, obat-obatan dan jenis
cairan medis di lemari dalam keadaan terkunci.
B. Peran Perawat dalam Perilaku Mencederai Diri
PengkajianØ
Diagnoga keperawatanØ
Ø Intervensi dan rasional
Intervensi klien bunuh diriØ
BAB 10
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN
PERILAKU KEKERASAN
A. Konsep Perilaku Kekerasan
1. Pengertian perilaku kekerasan
Suatu keadaan emosi yang merupakan campuran perasaan frustasi dan benci atau
marah.
2. Rentang respon marah
Adaptif Maladaptif
Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk/PK
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan
yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang
lain. Sering disebut juga gaduh gelisah atau amuk dimana seseorang marah
berespon terhadap suatu stressor dengan gerakan motorik yang tidak terkontrol.
3. Faktor predisposisi
- Faktor psikologis
- Faktor sosial budaya
- Faktor biologis
- Faktor presipitasi
B. Peran Perawat dalam Perilaku Kekerasan
Asuhan keperawatan
Pengkajian
• Kesadaran diri
Perawat harus menyadari bahwa stress yang dihadapinya dapat mempengaruhi
komunikasinya dengan klien.
• Pendidikan klien
Pendidikan yang diberikan mengenai cara berkomunikasi dan cara mengekspresikan
marah yang tepat.
• Latihan asertif
Kemampuan dasar interpersonal yang harus dimiliki perawat :
- Berkomunikasi secara langsung dengan setiap orang
- Mengatakan ‘tidak’ untuk sesuatu yang tidak beralasan
- Sanggup melakukan complain
- Mengekspresikan penghargaan dengan tepat
• Komunikasi
Strategi berkomunikasi dengan klien perilaku agresif :
- Bersikap tenang
- Bicara lembut
- Bicara tidak dengan cara menghakimi
- Bicara netral dan dengan cara yang konkrit
- Tunjukkan respek pada klien
- Hindari intensitas kontak mata langsung
- Demonstrasikan cara mengontrol situasi tanpa kesan berlebihan
- Fasilitasi pembicaraan klien
- Dengarkan klien
- Jangan terburu-buru yang tidak dapat perawat tepati
• Perubahan lingkungan
Unit perawatan sebaiknya menyediakan berbagai aktivitas.
• Tindakan perilaku
Pada dasarnya membuat kontrak dengan klien mengenai perilaku yang dapat
diterima dan yang tidak dapat diterima, konsekuensi yang didapat bila kontrak
dilanggar, dan apa saja kontribusi perawat selama perawatan.
• Psikofarmakologi
Antianxiety dan sedative-hipnotics. Obat-obatan ini dapat mengendalikan agitasi
yang akut.
• Managemen krisis
Bila pada waktu intervensi awal tidak berhasil, maka diperlukan intervensi yang
lebih aktif.
• Seclusion
- Pengkajian fisik
- Pengekangan dengan sprei basah atau dingin
- Restrains
- Isolasi
- Kontraindikasi
- Evaluasi
BAB 11
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN
PENYALAHGUNAAN NAPZA
A. Rentang Respon Gangguan Penggunaan Zat Adiktif
Rentang respon gangguan penggunaan NAPZA ini berfluktuasi dari kondisi yang
ringan sampai yang berat.
Respon adaptif Respon maladaptif
Eksperimental Rekreasional Situasional Penyalahgunaan Ketergantungan
B. Pengenalan Zat Adiktif
Zat adiktif : suatu bahan atau zat yang apabila digunakan dapat menimbulkan
kecanduan atau ketergantungan.
C. Beberapa Faktor Pendukung Terjadinya Gangguan Penggunaan NAPZA
1. Faktor biologis
- Genetik (tendensi keturunan)
- Metabolik
- Infeksi pada organ otak
2. Faktor psikologis
- Tipe kepribadian
- Harga diri yang rendah
- Disfungsi keluarga
- Individu yang mempunyai perasaan tidak aman
- Cara pemecahan masalah individu yang menyimpang
- Individu yang mengalami krisis identitas dan kecenderungan untuk
mempraktikkan homoseksual, krisis identitas.
- Rasa bermusuhan dengan keluarga atau dengan orantua.
3. Faktor sosial Cultural
- Masyarakat yang ambivalensi tentang penggunaan zat seperti tembakau, nikotin,
ganja, dan alkohol.
- Norma kebudayaan pada suku bangsa tertentu, menggunakan halusinogen atau
alkohol untuk upacara adat dan keagamaan.
- Lingkungan tempat tinggal, sekolah, teman sebaya banyak mengedarkan dan
menggunakan zat adiktif.
- Persefsi dan penerimaan masyarakat terhadap penggunaan zat adiktif
- Remaja yang lari dari rumah
- Penyimpangan seksual pada usia dini
- Perilaku tindak kriminal pada usia dini, misalnya mencuri, merampok dalam
komunitas.
- Kehidupan beragama yang kurang
BAB 12
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN
KEHILANGAN DAN BERDUKA (LOSS AND GRIEF)
A. Definisi
Kehilangan adalah suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang
sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau
keseluruhan.
B. Proses Kehilangan
1. Stressor internal atau eksternal – gangguan dan kehilangan – individu
memberi makna positif – melakukan kompensasi dengan kegiatan positif –
perbaikan (beradaptasi dan merasa nyaman)
2. Stressor internal atau eksternal – gangguan dan kehilangan – individu
memberi makna – merasa tidak berdaya – marah dan berlaku agresi – diekpresikan
ke dalam diri – muncul gejala sakit fisik.
3. Stressor internal atau eksternal – gangguan dan kehilangan – individu
memberi makna – merasa tidak berdaya – marah dan berlaku agresi – diekspresikan
ke luar diri individu – kompensasi dengan perilaku konstruktif – perbaikan
(beradaptasi dan merasa nyaman)
4. Stressor internal dan eksternal – gangguan dan kehilangan – individu memberi
makna - merasa tidak brdaya – marah dan berlaku agresi diekspresikan ke luar
diri individu – kompensasi dengan perilaku destruktif – merasa bersalah –
ketidakberdayaan.
C. Fase-Fase Kehilangan
1. Fase peningkatan (denial)
2. Fase marah (anger)
3. Fase tawar menawar (bargaining)
4. Fase depresi (depression)
5. Fase penerimaan (acceptance)
BAB 13
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN
MASALAH PSIKOSEKSUAL
A. Pengertian Psikoseksual
Seksualitas dalam arti yang luas ialah semua aspek badaniah. Psikologik dan
kebudayaan yang berhubungan langsung dengan seks dan hubungan seks manusia.
Kita membedakan beberapa pengertian yang berkaitan dengan psikoseksual yang
meliputi :
1) Sexual identity (identitas kelamin)
2) Gender identity (identitas jenis kelamin)
3) Gender role behavior (perilaku peranan jenis kelamin)
B. Teori Psikoseksual
1) Menurut teori Libido Freud
2) Teori interpersonal
3) Teori biologis
4) Teori psikoanalitik
C. Seksualitas Normal dan Penyesuaian Seks yang Sehat
Normal dalam hal ini diartikan sehat atau tidak patologik dalam hal fungsi
keseluruhan.
D. Tingkatan Respon Faaliyah Seksual
1) Tingkat I (perangsangan)
2) Tingkat 2 (dataran)
3) Tingkat 3 (orgasme)
4) Tingkat 4 (resolusi)
E. Organ Seksualitas
Klitoris merupakan organ seksualitas utama pada wanita di samping vagina, labia,
putting susu dan mulut.
F. Dorongan Seksual dan Transmutasi Seksual
Dorongan seksual, seperti dorongan lain pada manusia, merupakan kejadian yang
normal dan netral.
G. Disfungsi Seksual
Disfungsi seksual adalah suatu keadaan dimana seorang individu mengalami suatu
perubahan dalam fungsi seksual yang digambarkan sebagai ketidakpuasan, merasa
tidak dihargai, tidak adekuat.
H. Deviasi Seksual dan Seksual Abnormal
Deviasi seksual adalah gangguan arah tujuan seksual.
I. Faktor Predisposisi Penyimpangan Seksual
1. Faktor biologis
2. Faktor psikososial
3. Pandangan psikoanalitis
Disini kita melihat fase-fase psikoseksual yang pasti dilalui setiap individu
sesuai dengan tahap perkembangannya. Fase-fase tersebut adalah :
a. Fase oral/mulut (0-18 bulan)
b. Fase anal (1 ½ - 3 tahun)
c. Fase uretral
d. Fase phallus (3-5 tahun)
e. Fase latensi (5/6 tahun 11/13 tahun)
f. Fase genital (11/13 tahun – 18 tahun)
4. Pandangan perilaku
Perspektif ini memandang perilaku seksual sebagai suatu respon yang dapat diukur
dengan komponen fisiologis maupun psikologis terhadap stimulus yang dipelajari
atau kejadian yang mendukung.
J. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi spesifik meliputi :
1. Penyakit fisik dan emosional
2. Efek samping dari pengobatan
3. Kecelakaan atau pembedahan
4. Perubahan karena proses penuaan
BAB 14
TERAPI MODALITAS
I. TERAPI KOGNISI
A. Konsep Gangguan Kognisi
Secara garis besar gejala gangguan jiwa dikelompokkan menjadi empat kelompok
besar.
Gangguan Kognisi adalah adanya masalah dalam proses mental yang dengannya
seseorang individu menyadari dan mempertahankan hubungan dengan lingkungannya
baik lingkungan dalam maupun lingkungan luarnya (fungsi mengenal).
1. Pengertian Cognitive Behavioral Therapy
Cognitive behavioral therapy : Apikasi dari berbagai variasi teori belajar
dalam kehidupan. Tujuannya adalah untuk menolong seseorang keluar dari
kesulitannya dalam berbagai bidang kehidupan dan pengalaman.
B. Peran Perawat Jiwa dalam Kognitif Terapi
Secara umum kognitif terapi meliputi beberapa teknik dengan tujuan sebagai
berikut :
- Meningkatkan aktivitas yang diharapkan (increasing activity)
- Menurunkan perilaku yang tidak dikehendaki (reducing unwanted behavior)
- Meningkatkan rekreasi (increasing pleasure)
- Meningkatkan dan memberi kesempatan dalam kemampuan sosial (enchancing social
skill)
1. Teknik restrukturisasi kognisi (Rectucturing Cognitive)
Perawat berupaya untuk memfasilitasi klien dalam melakukan pengamatan terhadap
pemikiran dan perasaan yang muncul.
2. Teknik penemuan fakta-fakta (Questioning the evidence)
3. Teknik penemuan alternatif (Examing Alternative)
Banyak klien melihat bahwa masalah terasa sangat berat karena tidak adanya
alternative pemecahan lagi.
4. Dekatastropik (Decatastrophizing)
Teknik dekatastropik dikenal juga dengan teknik bila dan apa (the what-if
then).
5. Reframing
Reframing adalah strategi dalam berubah persepsi klien terhadap situasi atau
perilaku.
6. Thought Stopping
Kesalahan berpikir seringkali menimbulkan dampak seperti bola salju bagi klien.
7. Learning New Behavior with Modeling
Modeling adalah strategi untuk merubah perilaku baru dalam meningkatkan
kemampuan dan mengurangi perilaku yang tidak dapat diterima.
8. Membentuk pola (Shaping)
Membentuk pola perilaku baru oleh perilaku yang diberikan reinforcement.
9. Token Economy
Token economy adalah bentuk reinforcement positif yang sering digunakan pada
kelompok anak-anak atau klien yang mengalami masalah psikiatrik.
10. Role Play
Role play memungkinkan klien untuk belajar menganalisa perilaku salahnya
melalui kegiatan sandiwara yang bisa dievaluasi oleh klien dengan memanfaatkan
alur cerita dan perilaku orang lain.
11. Social Skill Trining
Teknik yang didasari oleh sebuah keyakinan bahwa keterampilan apapun diperoleh
sebagai hasil belajar. Beberapa prinsip untuk memperoleh baru bagi klien adalah
:
- Bimbingan
- Demonstrasi
- Praktik
- Feedback
12. Aversion Therapy
Aversion therapy bertujuan untuk menghentikan kebiasaan-kebiasaan buruk klien
dengan cara mengaversikan kegiatan buruk tersebut dengan sesuatu yang tidak
disukai.
13. Contingency Contracting
Contingency contracting berfokus pada perjanjian yang dibuat antara therapist
dalam hal ini perawat jiwa dengan klien.
II. LOGOTERAPI
A. Konsep Logoterapi
B. Peran Perawat dalam Logoterapi
Keperawatan adalah ilmu dan kiat yang merupakan perpaduan dan integrasi dari
area teori-teori yang berbeda: Ilmu-ilmu sosial, seperti psikologi dan
sosiologi, ilmu-ilmu dasar seperti anatomy, fisiologi, mikrobilogi, dan
biokimia serta ilmu medis tentang diagnose dan pengobatan terhadap penyakit.
III. TERAPI KELUARGA
A. Konsep Terapi Keluarga
B. Peran perawat dalam terapi keluarga
IV. TERAPI LINGKUNGAN
A. Konsep terapi lingkungan
B. Peranan perawat dalam terapi lingkungan
V. TERAPI PSIKORELIGIUS
A. Pendahuluan
B. Religius sebagai kebutuhan dasar dan God Spot pada otak manusia
C. Riset epidemologis, korelasi antara kesehatan dan religiusitas
D. Riset religiusitas pada klien jiwa
E. Pendapat para ahli ilmu jiwa
F. Pandangan beberapa ahli ilmu jiwa
G. Pengaruh do’a terhadap penyakit kejiwaan
H. Penerapan psikoreligius terapi di Rumah Sakit Jiwa
I. Kaitan antara shalat dengan ilmu keperawatan
VI. TERAPI KELOMPOK
a. Tujuan terapi kelompok
b. Sasaran dan keanggotaan
c. Mekanisme dalam terapi kelompok
d. Pelaksanaan terapi kelompok
VII. PROGRAM PERENCANAAN PULANG
a. Pengertian
b. Tujuan dan prinsip
c. Jenis-jenis pemulangan pasien
d. Standar keperawatan perencanaan pulang
DAFTAR ISI
BAB I
KONSEP DASAR KESEHATAN JIWA 1
A. Pengertian kesehatan jiwa 1
B. Kriteria sehat jiwa 1
C. Pengertian keperawatan kesehatan jiwa 1
D. Tentang sehat jiwa 2
E. Prinsip-prinsip keperawatan kesehatan jiwa 2
BAB II
TREND CURRENT ISSUE DAN KECENDERUNGAN DALAM KEPERAWATAN JIWA 3
BAB III
KONSEP STRESS DAN ADAPTASI 6
A. Konsep dasar stress 6
B. Psikofisiologi stress 6
BAB IV
FAKTOR PENYEBAB DAN PROSES TERJADINYA GANGGUAN JIWA
A. Skizofrenia sebagai bentuk gangguan jiwa 8
B. Faktor penyebab skizofrenia 8
C. Penyebab umum gangguan jiwa 8
BAB V
TANDA GEJALA GANGGUAN JIWA 10
A. Gangguan Kognisi 10
B. Gangguan Perhatian 10
C. Gangguan ingatan 10
D. Gangguan asosiasi 10
E. Gangguan pertimbangan 10
F. Gangguan pikiran 11
G. Gangguan kesadaran 11
H. Gangguan kemauan 11
I. Gangguan emosi dan efek 11
J. Gangguan Psikomotor 11
BAB VI
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN GANGGUAN ALAM
PERASAAN 12
A. Pengertian Mood 12
B. Rentang respon emosi 12
C. Tipe gangguan alam perasaan 12
D. Faktor predisposisi gangguan mood 12
E. Gejala gangguan mood depresi 13
BAB VII
ASUHAN KEPERAWATAN POST PARTUM BLUES 14
A. Pengertian 14
B. Tanda dan Gejala 14
C. Faktor penyebab 14
BAB VIII
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN EKSPRESI MARAH 15
A. Konsep Marah 15
B. Peran perawat pada klien marah 16
BAB IX
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PRILAKU
MENCEDERAI DIRI 17
A. Konsep bunuh diri 17
B. Peran perawat dalam perilaku mencederai diri 18
BAB X
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN PERILAKU KEKERASAN 19
A. Konsep perilaku kekerasan 19
B. Peran perawat dalam perilaku kekerasan 19
BAB XI
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN PENYALAHGUNAAN NAPZA 22
A. Rentang respon gangguan penggunaan zat adiktif 22
B. Pengenalan zat adiktif 22
C. Faktor pendukung terjadinya gangguan penggunaan NAPZA 22
BAB XII
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN KEHILANGAN DAN BERDUKA 24
A. Definisi 24
B. Proses kehilangan 24
C. Fase-fase kehilangan 24
BAB XIII
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN MASALAH
PSIKOSEKSUAL 25
A. Pengertian psikoseksual 25
B. Teori psikoseksual 25
C. Seksualitas normal 25
D. Tingkatan respon 25
E. Organ seksualitas 25
F. Dorongan seksual 26
G. Disfungsi seksual 26
H. Defisiasi seksual 26
I. Faktor predispon penyimpangan seksual 26
J. Faktor Presipitasi 26
BAB XIV
TERAPI MORALITAS 27
1. Terapi Kognisi 27
2. Terapi logo terapi 29
3. Terapi keluarga 29
4. Terapi lingkungan 29
5. Terapi psikoreligius 29
6. Terapi kelompok 30
7. Program perencanaan pulang 30
1.1
PENGERTIAN
Kesehatan Jiwa adalah Perasaan Sehat
dan Bahagia serta mampu mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana
adanya serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain.
:
Kesehatan
jiwa meliputi
· Bagaimana perasaan anda terhadap diri sendiri
· Bagaimana perasaan anda terhadap orang lain
· Bagaimana kemampuan anda mengatasi persoalan hidup anda Sehari - hari.
Beberapa pengertian manusia:
- Individu yang holistik: terdiri
dari jasmani dan ‘rohani’.
- Terdiri dari komponen jasmani,
akal, jiwa dan qalbu (ruh)
- Struktur jiwa manusia terdiri
dari id (insting-prinsip kepuasan), ego (kesadaran realitas-prinsip
realitas), super ego/ moralitas-prinsip moralitas (Teori Freud)
________________________________________________________________
1.2 KRITERIA SEHAT MENTAL MENURUT YAHODA
- Sikap positif terhadap diri sendiri
- Tumbuh, berkembang dan aktualisasi
- Integrasi : Masa lalu dan sekarang
- Otonomi dalam pengambilan kupusan
- Persepsi sesuai kenyataan
- Menguasai lingkungan : mampu beradaptasi
___________________________________________________________
1.3 RENTANG
SEHAT JIWA
- Dinamis
bukan titik statis
- Rentang
dimulai dari sehat optimal – mati
- Ada
tahap-tahap
- Adanya
variasi tiap individu
- Menggambarkan
kemampuan adaptasi
- Berfungsi
secara efektif : sehat
_____________________________________________________
a. Menurut American Nurses Associations (ANA)
Keperawatan jiwa adalah
area khusus dalam praktek keperawatan yang menggunakan ilmu tingkah laku
manusia sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri secara teraupetik dalam
meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan mental klien dan kesehatan
mental masyarakat dimana klien berada (American Nurses Associations).
b. Menurut WHO
Kes.
Jiwa bukan hanya suatu keadaan tdk ganguan jiwa, melainkan mengandung berbagai
karakteristik yg adalah
perawatan langsung, komunikasi dan management, bersifat positif yg menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan
yg mencerminkan kedewasaan kepribadian yg bersangkutan.
c. Menurut UU KES. JIWA NO 03 THN 1966
Kondisi
yg memungkinkan perkembangan fisik, intelektual emosional secara optimal dari
seseorang dan perkebangan ini selaras dgn orang lain.
Keperawatan jiwa adalah pelayanan keperawatan
profesional didasarkan pada ilmu perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia
sepanjang siklus kehidupan dengan respons psiko-sosial yang maladaptif yang
disebabkan oleh gangguan bio-psiko-sosial, dengan menggunakan diri sendiri dan
terapi keperawatan jiwa ( komunikasi terapeutik dan terapi modalitas
keperawatan kesehatan jiwa ) melalui pendekatan proses keperawatan untuk
meningkatkan, mencegah, mempertahankan dan memulihkan masalah kesehatan jiwa
klien (individu, keluarga, kelompok komunitas ).
Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal
yang berusaha untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku sehingga klien
dapat berfungsi utuh sebagai manusia.
Prinsip keperawatan jiwa terdiri dari empat
komponen yaitu manusia, lingkungan, kesehatan dan keperawatan.
Fungsi seseorang sebagai makhluk holistik yaitu bertindak,
berinteraksi dan bereaksi dengan lingkungan secara keseluruhan. Setiap individu
mempunyai kebutuhan dasar yang sama dan penting. Setiap individu mempunyai
harga diri dan martabat. Tujuan individu adalah untuk tumbuh, sehat, mandiri
dan tercapai aktualisasi diri. Setiap individu mempunyai kemampuan untuk
berubah dan keinginan untuk mengejar tujuan personal. Setiap individu mempunyai
kapasitas koping yang bervariasi. Setiap individu mempunyai hak untuk
berpartisipasi dalam pengambilan keputuasan. Semua perilaku individu bermakna
dimana perilaku tersebut meliputi persepsi, pikiran, perasaan dan tindakan.
Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari
dalam dirinya dan lingkungan luar, baik keluarga, kelompok, komunitas. Dalam
berhubungan dengan lingkungan, manusia harus mengembangkan strategi koping yang
efektif agar dapat beradaptasi. Hubungan interpersonal yang dikembangkan dapat
menghasilkan perubahan diri individu.
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang
menunjukkan salah satu segi kualitas hidup manusia, oleh karena itu, setiap
individu mempunyai hak untuk memperoleh kesehatan yang sama melalui perawatan
yang adekuat.
Dalam keperawatan jiwa, perawat memandang manusia secara holistik
dan menggunakan diri sendiri secara terapeutik.
Metodologi dalam keperawatan jiwa adalah
menggunakan diri sendiri secara terapeutik dan interaksinya interpersonal
dengan menyadari diri sendiri, lingkungan, dan interaksinya dengan lingkungan.
Kesadaran ini merupakan dasar untuk perubahan. Klien bertambah sadar akan diri
dan situasinya, sehingga lebih akurat mengidentifikasi kebutuhan dan masalah
serta memilih cara yang sehat untuk mengatasinya. Perawat memberi stimulus yang
konstruktif sehingga akhirnya klien belajar cara penanganan masalah yang
merupakan modal dasar dalam menghadapi berbagai masalah.
Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Pemberian asuhan keperawatan
merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerja sama antara perawat
dengan klien, dan masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal (
Carpenito, 1989 dikutip oleh Keliat,1991).
Perawat memerlukan metode ilmiah dalam melakukan proses terapeutik
tersebut, yaitu proses keperawatan. Penggunaan proses keperawatan membantu
perawat dalam melakukan praktik keperawatan, menyelesaikan masalah keperawatan
klien, atau memenuhi kebutuhan klien secara ilmiah, logis, sistematis, dan
terorganisasi. Pada dasarnya, proses keperawatan merupakan salah satu teknik
penyelesaian masalah (Problem solving).
Proses keperawatan bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan
kebutuhan dan masalah klien sehingga mutu pelayanan keperawatan menjadi
optimal. Kebutuhan dan masalah klien dapat diidentifikasi, diprioritaskan untuk
dipenuhi, serta diselesaikan. Dengan menggunakan proses keperawatan, perawat
dapat terhindar dari tindakan keperawatan yang bersifat rutin, intuisis, dan
tidak unik bagi individu klien. Proses keperawatan mempunyai ciri dinamis,
siklik, saling bergantung, luwes, dan terbuka. Setiap tahap dapat diperbaharui
jika keadaan klien klien berubah.
Tahap demi tahap merupakan siklus dan saling bergantung. Diagnosis keperawatan
tidak mungkin dapat dirumuskan jika data pengkajian belum ada. Proses
keperawatan merupakan sarana / wahana kerja sama perawat dan klien. Umumnya,
pada tahap awal peran perawat lebih besar dari peran klien, namun pada proses
sampai akhir diharapkan sebaliknya peran klien lebih besar daripada perawat
sehingga kemandirian klien dapat tercapai. Kemandirian klien merawat diri dapat
pula digunakan sebagai kriteria kebutuhan terpenuhi dan / atau masalah
teratasi.
Manfaat Proses Keperawatan Bagi Perawat.
a. Peningkatan otonomi, percaya diri dalam memberikan
asuhan keperawatan.
b. Tersedia pola pikir/ kerja yang logis, ilmiah,
sistematis, dan terorganisasi.
c. Pendokumentasian dalam proses keperawatan memperlihatkan
bahwa perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat.
d. Peningkatan kepuasan kerja.
e. Sarana/wahana desimasi IPTEK keperawatan.
f. Pengembangan karier, melalui pola pikir penelitian.
Bagi Klien
a.
Asuhan yang diterima bermutu dan dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
b. Partisipasi meningkat dalam menuju perawatan mandiri (independen care).
c. Terhindar dari malpraktik.
Keperawatan Jiwa merupakan suatu bidang spesialisasi praktik keperawatan yang
menerapkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan penggunaan diri sendiri
secara terapeutik sebagai kiatnya. Praktik keperawatan jiwa terjadi dalam
konteks sosial dan lingkungan. Perawat jiwa menggunakan pengetahuan dari
ilmu-ilmu psikososial, biofisik, teori-teori kepribadian dan perilaku manusia
untuk menurunkan suatu kerangka kerja teoritik yang menjadi landasan praktik
keperawatan.
Kesehatan jiwa merupakan kondisi yang memfasilitasi secara optimal dan selaras
dengan orang lain, sehingga tercapai kemampuan menyesuaikan diri dengan diri
sendiri, orang lain, masyarakat dan lingkungan, keharmonisan fungsi jiwa, yaitu
sanggup menghadapi problem yang biasa terjadi dan merasa bahagia. Sehat secara
utuh mencakup aspek fisik, mental, sosial, dan pribadi yang dapat dijelaskan
sebagi berikut.Kesehatan fisik, yaitu proses fungsi fisik dan fungsi
fisiologis, kepadanan, dan efisiensinya.
Indikator sehat fisik yang paling minimal adalah tidak ada disfungsi, dengan
indikator lain (mis. tekanan darah, kadar kolesterol, denyut nadi dan jantung,
dan kadar karbon monoksida) biasa digunakan untuk menilai berbagai derajat
kesehatan.Kesehatan mental/psikologis/jiwa, yaitu secara primer tentang
perasaan sejahtera secara subjektif, suatu penilaian diri tentang perasaan
seseorang, mencakup area seperti konsep diri tentang kemampuan seseorang,
kebugaran dan energi, perasaan sejahtera, dan kemampuan pengendalian diri
internal, indikator mengenai keadaan sehat mental/psikologis/jiwa yang minimal
adalah tidak merasa tertekan/ depresi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kesehatan jiwa adalah bagian integral dari
kesehatan dan merupakan kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, dan
sosial individu secara optimal, dan selaras dengan perkembangan dengan orang
lain.
Kesehatan sosial, yaitu aktivitas sosial seseorang. Kemampuan seseorang
untuk menyelesaikan tugas, berperan, dan belajar berbagai keterampilan untuk
berfungsi secara adaptif di dalam masyarakat. Indikator mengenai status sehat
sosial yang minimal adalah kemampuan untuk melaksanakan tugas dan keterampilan
dasar yang sesuai dengan peran seseorang.
Kesehatan pribadi adalah suatu keadaan yang melampaui berfungsinya secara
efektif dan adekuat dari ketiga aspek tersebut di atas, menekankan pada
kemungkinan kemampuan, sumber daya, bakat dan talenta internal seseorang, yang
mungkin tidak dapat/ akan ditampilkan dalam suasana kehidupan sehari-hari yang
biasa.
Menurut pedoman asuhan keperawatan jiwa rumah sakit umum atau pusat kesehatan
masyarakat (puskesmas) sehat pribadi berarti bahwa di dalam diri seseorang
terdapat potensi dan kemampuan untuk memenuhi dan menyelesaikan dimensi lain
dari dirinya, hal yang tidak bersifat instrumental, dan yang memungkinkan
perkembangan optimal seseorang. Indikator minimal dari kesehatan pribadi adalah
ada minat yang nyata terhadap aktivitas dan pengalaman yang memungkinkan
seseorang untuk menembus keadaan “status quo”.
Psikiatri dan kesehatan jiwa Indonesia menggunakan pendekatan elektik-holistik
yang melihat manusia dan perilakunya baik dalam keadaan sehat maupun sakit,
sebagai kesatuan yang utuh dari unsur-unsur organo-biologis (bio-sistem), psiko
edukatif/ psikodinamik (psiko-sistem), dan sosio-kultural (sosio-sistem).
Pendekatan ini berarti bahwa kita harus dapat melihat kondisi manusia dan
perilakunya, baik dalam kondisi sehat maupun sakit, secara terinci “detail”
dalam ketiga aspek tersebut di atas (ekletik), tetapi menyadari bahwa ketiga
aspek tersebut saling berkaitan dan merupakan satu kesatuan yang utuh sebagai
satu sistem (holistik).
Jadi jelas dengan pendekatan ini kita memperhatikan faktor psikologis dan
sosial atau psikososial di samping faktor biologis di dalam melaksanakan upaya
kesehatan.
Proses keperawatan pada klien dengan masalah kesehatan jiwa merupakan tantangan
yang unik karena masalah kesehaan jiwa mungkin tidak dapat dilihat langsung,
saperti pada masalah kesehatan fisik yang memperlihatkan bermacam gejala dan
disebabkan berbagai hal. Kejadian masa lalu yang sama dengan kejadian saat ini,
tetapi mungkin muncul gejala yang berbeda dan kontradiksi. Kemampuan mereka
untuk berperan dalam menyelesaikan masalah juga bervariasi.
Hubungan saling percaya antara perawat dan klien merupakan dasar utama dalam
melakukan asuhan keperawatan pada klien gangguan jiwa. Hal ini penting karena
peran perawat dalam asuhan keperawatan jiwa adalah membantu klien untuk dapat
menyelesaikan masalah sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Klien mungkin
menghindar atau menolak berperan serta dan perawat mungkin cenderung
membiarkan, khususnya terhadap klien yang tidak menimbulkan keributan dan tidak
membahayakan.
Hal itu harus dihindari karena :
- Belajar
menyelesaikan masalah akan lebih efektif jika klien ikut berperan serta.
- Dengan
menyertakan klien maka pemulihan kemampuan klien dalam mengendalikan
kehidupannya lebih mungkin tercapai.
- Dengan
berperan serta maka klien belajar bertanggung jawab terhadap pelakunya.
Peran dan Fungsi Perawat Jiwa Defenisi dan
Uraian Keperawatan Jiwa
Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya
meningkatkan dan mempertahankan perilaku pasien yang berperan pada fungsi yang
terintegrasi. Sistem pasien atau klien dapat berupa individu, keluarga,
kelompok, organisasi atau komunitas. ANA mendefiniskan keperawatan kesehatan
jiwa sebagai Suatu bidang spesialisasi praktik keperawatan yang menerapkan
teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan pengunaan diri yang bermanfaat
sebagai kiatnya. Praktik kontemporer keperawatan jiwa terjadi dalam konteks
sosial dan lingkungan.
Peran keperawatan jiwa profesional berkembang secara kompleks dari elemen
historis aslinya. Peran tersebut kini mencakup dimensi kompetensi klinis,
advokasi pasien-keluarga, tanggung jawab fiskal, kolaborasi antardisiplin,
akuntabilitas sosial, dan parameter legal-etik.
Center for Mental Health Services secara resmi mengakui keperawatan
kesehatan jiwa sebagai salah satu dari lima inti disiplin kesehatan jiwa.
Perawat jiwa menggunakan pengetahuan dari ilmu psikososial, biofisik,, teori
kepribadian, dan perilaku manusia untuk mendapatkan suatu kerangka berpikir
teoritis yang mendasari praktik keperawatan.
Berikut ini adalah dua tingkat praktik keperawatan klinis kesehatan jiwa yang
telah diidentifikasi.
1. Psychiatric-mental health registered nurse (RN)
adalah perawat terdaftar berlisensi yang menunjukkan keterampilan klinis dalam
keperawatan kesehatan jiwa melebihi keterampilan perawat baru di lapangan.
Sertifikasi adalah proses formal untuk mengakui bidang keahlian klinis perawat.
2. Advanced practice registered nurse ini psychiatric-mental health
(APRN-PMH)
adalah perawat terdaftar berlisensi yang minimal berpendidikan tingkat master,
memiliki pengetahuan mendalam tentang teori keperawatan jiwa, membimbing
praktik klinis, dan memiliki kompetensi keterampilan keperawatan jiwa lanjutan.
Perawat kesehatan jiwa pada praktik lanjutan dipersiapkan untuk memiliki gelar
master dan doktor dalam bidang keperawatan atau bidang lain yang berhubungan.
3. Rentang Asuhan Tatanan Tradisional
Untuk perawat jiwa meliputi fasilitas psikiatri, pusat kesehatan jiwa
masyarakat, unit psikitari di rumah sakit umum, fasilitas residential, dan
praktik pribadi. Namun, dengan adanya reformasi perawatan kesehatan, timbul
suatu tatanan alternatif sepanjang rentang asuhan bagi perawat jiwa.
Banyak rumah sakit secara spesifik berubah bentuk menjadi sistem klinis
terintegrasi yang memberikan asuhan rawat inap, hospitalisasi parsial atau
terapi harian, perawatan residetial, perawatan di rumah, dan asuhan rawat
jalan.
Tatanan terapi di komunitas saat ini berkembang menjadi foster care atau group
home, hospice, lembaga kesehatan rumah, asosiasi perawat kunjungan, unit
kedaruratan, shelter, nursing home, klinik perawatan utama, sekolah, penjara,
industri, fasilitas managed care, dan organisasi pemeliharaan kesehatan.
Tiga domain praktik keperawatan jiwa kontemporer meliputi :
(1) Aktivitas asuhan langsung
(2) Aktivitas komunikasi
(3) Aktivitas penatalaksanaan
Fungsi penyuluhan, koordinasi, delegasi, dan kolaborasi pada peran perawat
ditunjukkan dalam domain praktik yang tumpang tindih ini.Berbagai aktivitas
perawat jiwa dalam tiap-tiap domain dijelaskan lebih lanjut. Aktivitas tersebut
tetap mencerminkan sifat dan lingkup terbaru dari asuhan yang kompeten oleh
perawat jiwa walaupun tidak semua perawat berperan serta pada semua aktivitas.
Selain itu, perawat jiwa mampu melakukan hal-hal berikut ini:
- Membuat
pengkajian kesehatan biopsikososial yang peka terhadap budaya.
- Merancang
dan mengimplementasikan rencana tindakan untuk pasien dan keluarga yang
mengalami masalah kesehatan kompleks dan kondisi yang dapat menimbulkan
sakit.
- Berperan
serta dalam aktivitas manajemen kasus, seperti mengorganisasi, mengakses,
menegosiasi, mengordinasi, dan mengintegrasikan pelayanan perbaikan bagi
individu dan keluarga.
- Memberikan
pedoman perawatan kesehatan kepada individu, keluarga,dan kelompok untuk
menggunakan sumber kesehatan jiwa yang tersedia di komunitas termasuk
pemberian perawatan, lembaga,teknologi,dan sistem sosial yang paling
tepat.
- Meningkatkan
dan memelihara kesehatan jiwa serta mengatasi pengaruh gangguan jiwa
melalui penyuluhan dan konseling.
- Memberikan
asuhan kepada pasien penyakit fisik yang mengalami masalah psiokologis dan
pasien gangguan jiwa yang mengalami masalah fisik.
- Mengelola
dan mengordinasi sistem asuhan yang mengintegrasikan kebutuhan pasien,
keluarga,staf, dan pembuat kebijakan.
____________________________________________________________________________
1. 5 PRINSIP-PRINSIP KEPERAWATAN
KESEHATAN JIWA
- Roles
and functions of psychiatric nurse : competent care (Peran dan fungsi keperawatan
jiwa : yang kompeten).
- Therapeutic
Nurse patient relationship (hubungan yang terapeutik antara perawat dengan
klien).
- Conceptual
models of psychiatric nursing (konsep model keperawatan jiwa).
- Stress
adaptation model of psychiatric nursing (model stress dan adaptasi
dalam keperawatan jiwa).
- Biological
context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan biologis
dalam keperawatan jiwa).
- Psychological
context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan psikologis
dalam keperawatan jiwa).
- Sociocultural
context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan sosial budaya
dalam keperawatan jiwa).
- Environmental
context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan lingkungan
dalam keperawatan jiwa).
- Legal
ethical context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan legal etika
dalam keperawatan jiwa).
- Implementing
the nursing process : standards of care (penatalaksanaan proses
keperawatan : dengan standar- standar perawatan).
- Actualizing
the Psychiatric Nursing Role : Professional Performance Standards (aktualisasi
peran keperawatan jiwa: melalui penampilan standar-standar professional).
__________________________________________________________________________________
1.6 PERKEMBANGAN KEPERAWATAN KESEHATAN
JIWA
Menangani
klien yang memiliki masalah sikap, perasaan dan konflik
↓
Pencegahan
primer
↓
Penanganan
multidisiplin
↓
Spesialisasi
keperawatan jiwa
DULU :
Pasien
Gangguan Jiwa dianggap sampah, memalukan dipasung
SEKARANG :
- Meningkatkan
Iptek
- Pengetahuan
masyarakat tentang gangguan jiwa meningkat
- Perlu
pemahaman tentang human right
- Penting
meningkatkan mutu pelayanan dan perlindungan konsumen.
______________________________________________________________________
1.7 KONSEPTUAL MODEL KEPERAWATAN
KESEHATAN JIWA
Tabel 1
|
Model
|
View of behavioral deviation
|
|
Therapeutic process
|
Roles of a patient & therapist
|
|
Psychoanalytical
(freud, Erickson)
|
Ego tidak mampu
mengontrol ansietas, konflik tidak selesai
|
|
Asosiasi bebas &
analisa mimpi
Transferen
untuk memperbaiki traumatic masa lalu
|
Klien: mengungkapkan
semua pikiran & mimpi
Terapist
: menginterpretasi pikiran dan mimpi pasien
|
|
Interpersonal
(Sullivan, peplau)
|
Ansietas timbul &
dialami secara interpersonal, basic fear is fear of rejection
|
|
Build feeling security
Trusting relationship
& interpersonal satisfaction
|
Patient: share
anxieties
Therapist : use
empathy & relationship
|
|
Social
(caplan,szasz)
|
Social &
environmental factors create stress, which cause anxiety &symptom
|
|
Environment
manipulation & social support
|
Pasien: menyampaikan
masalah menggunakan sumber yang ada di masyarakat
Terapist: menggali
system social klien
|
|
Existensial
(Ellis, Rogers)
|
Individu gagal
menemukan dan menerima diri sendiri
|
|
Experience in
relationship, conducted in group
Encouraged to accept
self & control behavior
|
Klien: berperan serta
dalam pengalaman yang berarti untuk mempelajari diri
Terapist:
memperluas kesadaran diri klien
|
|
Supportive Therapy
(Wermon,Rockland)
|
Faktor biopsikososial & respon maladaptive saat ini
|
|
Menguatkan respon
koping adaptif
|
Klien: terlibat dalam
identifikasi coping
Terapist:
hubungan yang hangta dan empatik
|
|
Medical
(Meyer,Kreaplin)
|
Combination from
physiological, genetic, environmental & social
|
|
Pemeriksaan
diagnostic, terapi somatic, farmakologik & teknik interpersonal
|
Klien:
menjalani prosedur diagnostic & terapi jangka panjang
Terapist : Therapy,
Repport effects,Diagnose illness, Therapeutic Approach
|
Berdasarkan konseptual model keperawatan
diatas, maka dapat dikelompokkan ke dalam 6 model yaitu:
1. Psycoanalytical (Freud, Erickson)
Model ini menjelaskan bahwa gangguan jiwa dapt terjadi pada
seseorang apabila ego(akal) tidak berfungsi dalam mengontrol id (kehendak nafsu
atau insting). Ketidakmampuan seseorang dalam menggunakan akalnya (ego) untuk
mematuhi tata tertib, peraturan, norma, agama(super ego/das uber ich), akan
mendorong terjadinya penyimpangan perilaku (deviation of Behavioral).
Faktor penyebab lain gangguan jiwa dalam teori ini adalah adanya
konflik intrapsikis terutama pada masa anak-anak. Misalnya ketidakpuasan pada
masa oral dimana anak tidak mendapatkan air susu secara sempurna, tidak adanya
stimulus untuk belajar berkata- kata, dilarang dengan kekerasan untuk
memasukkan benda pada mulutnya pada fase oral dan sebagainya. Hal ini akan
menyebabkan traumatic yang membekas pada masa dewasa.
Proses terapi pada model ini
adalah menggunakan metode asosiasi bebas dan analisa mimpi, transferen untuk
memperbaiki traumatic masa lalu. Misalnya klien dibuat dalam keadaan ngantuk
yang sangat. Dalam keadaan tidak berdaya pengalaman alam bawah sadarnya digali
dengamn pertanyaan-pertanyaan untuk menggali traumatic masa lalu. Hal ini lebih
dikenal dengan metode hypnotic yang memerlukan keahlian dan latihan yang
khusus.
Dengan cara demikian, klien
akan mengungkapkan semua pikiran dan mimpinya, sedangkan therapist berupaya
untuk menginterpretasi pikiran dan mimpi pasien.
Peran perawat adalah
berupaya melakukan assessment atau pengkajian mengenai keadaan-keadaan
traumatic atau stressor yang dianggap bermakna pada masa lalu misalnya ( pernah
disiksa orang tua, pernah disodomi, diperlakukan secar kasar, diterlantarkan,
diasuh dengan kekerasan, diperkosa pada masa anak), dengan menggunakan
pendekatan komunikasi terapeutik setelah terjalin trust (saling percaya).
2. Interpersonal ( Sullivan, peplau)
Menurut konsep model ini, kelainan jiwa seseorang bias muncul
akibat adanya ancaman. Ancaman tersebut menimbulkan kecemasan (Anxiety).
Ansietas timbul dan alami seseorang akibat adanya konflik saat berhubungan
dengan orang lain (interpersonal). Menurut konsep ini perasaan takut
seseorang didasari adnya ketakutan ditolak atau tidak diterima oleh orang
sekitarnya.
Proses terapi menurut konsep ini adalh Build Feeling Security
(berupaya membangun rasa aman pada klien), Trusting Relationship and
interpersonal Satisfaction (menjalin hubungan yang saling percaya) dan
membina kepuasan dalam bergaul dengan orang lain sehingga klien merasa berharga
dan dihormati.
Peran perawat dalam terapi adalah share anxieties (berupaya
melakukan sharing mengenai apa-apa yang dirasakan klien, apa yang biasa
dicemaskan oleh klien saat berhubungan dengan orang lain), therapist use
empathy and relationship ( perawat berupaya bersikap empati dan turut
merasakan apa-apa yang dirasakan oleh klien). Perawat memberiakan respon verbal
yang mendorong rasa aman klien dalam berhubungan dengan orang lain.
3. Social ( Caplan, Szasz)
Menurut konsep ini seseorang akan mengalami gangguan jiwa atau
penyimpangan perilaku apabila banyaknya factor social dan factor lingkungan
yang akan memicu munculnya stress pada seseorang ( social and environmental
factors create stress, which cause anxiety and symptom).
Prinsip proses terapi yang sangat penting dalam konsep model ini
adalah environment manipulation and social support ( pentingnya modifikasi
lingkungan dan adanya dukungan sosial)
Peran perawat dalam memberikan terapi menurut model ini adalah
pasien harus menyampaikan masalah menggunakan sumber yang ada di masyarakat
melibatkan teman sejawat, atasan, keluarga atau suami-istri. Sedangkan
therapist berupaya : menggali system sosial klien seperti suasana dirumah, di
kantor, di sekolah, di masyarakat atau tempat kerja.
4. Existensial ( Ellis, Rogers)
Menurut teori model ekistensial gangguan perilaku atau gangguan
jiwa terjadi bila individu gagal menemukan jati dirinya dan tujuan hidupnya.
Individu tidak memiliki kebanggan akan dirinya. Membenci diri sendiri dan
mengalami gangguan dalam Bodi-image-nya
Prinsip dalam proses terapinya adalah : mengupayakan individu agar
berpengalaman bergaul dengan orang lain, memahami riwayat hidup orang lain yang
dianggap sukses atau dapat dianggap sebagai panutan(experience in
relationship), memperluas kesadaran diri dengan cara introspeksi (self
assessment), bergaul dengan kelompok sosial dan kemanusiaan (conducted in
group), mendorong untuk menerima jatidirinya sendiri dan menerima kritik atau
feedback tentang perilakunya dari orang lain (encouraged to accept self and control
behavior).
Prinsip keperawatannya adalah : klien dianjurkan untuk berperan
serta dalam memperoleh pengalaman yang berarti untuk memperlajari dirinya dan
mendapatkan feed back dari orang lain, misalnya melalui terapi aktivitas
kelompok. Terapist berupaya untuk memperluas kesadaran diri klien melalui feed
back, kritik, saran atau reward & punishment.
5. Supportive Therapy ( Wermon, Rockland)
Penyebab gangguan jiwa dalam konsep ini adalah: factor
biopsikososial dan respo maladaptive saat ini. Aspek biologisnya menjadi
masalah seperti: sering sakit maag, migraine, batuk-batuk. Aspek psikologisnya
mengalami banyak keluhan seperti : mudah cemas, kurang percaya diri, perasaan
bersalah, ragu-ragu, pemarah. Aspek sosialnya memiliki masalah seperti : susah bergaul,
menarik diri,tidak disukai, bermusuhan, tidak mampu mendapatkan pekerjaan, dan
sebagainya. Semua hal tersebut terakumulasi menjadi penyebab gangguan jiwa.
Fenomena tersebut muncul akibat ketidakmamupan dalam beradaptasi pada
masalah-masalah yang muncul saat ini dan tidak ada kaitannya dengan masa lalu.
Prinsip proses terapinya adalah menguatkan respon copinh adaptif,
individu diupayakan mengenal telebih dahulu kekuatan-kekuatan apa yang ada pada
dirinya; kekuatan mana yang dapat dipakai alternative pemecahan masalahnya.
Perawat harus membantu individu dalam melakukan identifikasi
coping yang dimiliki dan yang biasa digunakan klien. Terapist berupaya menjalin
hubungan yang hangat dan empatik dengan klien untuk menyiapkan coping klien
yang adaptif.
6. Medica ( Meyer, Kraeplin)
Menurut konsep ini gangguan jiwa cenderung muncul akibat
multifactor yang kompleks meliputi: aspek fisik, genetic, lingkungan dan factor
sosial. Sehingga focus penatalaksanaannya harus lengkap melalui pemeriksaan
diagnostic, terapi somatic, farmakologik dan teknik interpersonal. Perawat
berperan dalam berkolaborasi dengan tim medis dalam melakukan prosedur
diagnostic dan terapi jangka panjang, therapist berperan dalam pemberian
terapi, laporan mengenai dampak terapi, menentukan diagnose, dan menentukan
jenis pendekatan terapi yang digunakan.
_________________________________________________________________
1.8 PERAN PERAWAT KESEHATAN JIWA
- Pengkajian yg mempertimbangkan budaya
- Merancang dan mengimplementasikan rencana
tindakan
- Berperan serta dlm pengelolaan kasus
- Meningkatkan dan memelihara kesehatan mental,
mengatasi pengaruh penyakit mental - penyuluhan dan konseling
- Mengelola dan mengkoordinasikan sistem pelayanan
yang mengintegrasikan kebutuhan pasien, keluarga staf dan pembuat
kebijakan
- Memberikan pedoman pelayana kesehatan
___________________________________________
1.9 ASUHAN
YANG KOMPETEN BAGI PERAWAT JIWA ( COMPETENT OF CARING )
- Pengkajian biopsikososial yang
peka terhadap budaya.
- Merancang
dan implementasi rencana tindakan untuk klien dan keluarga.
- Peran
serta dalam pengelolaan kasus: mengorganisasikan, mengkaji, negosiasi,
koordinasi pelayanan bagi individu dan keluarga.
- Memberikan
pedoman pelayanan bagi individu, keluarga, kelompok, untuk menggunakan
sumber yang tersedia di komunitas kesehatan mental, termasuk pelayanan
terkait, teknologi dan sistem sosial yang paling tepat.
- Meningkatkan
dan memelihara kesehatanmental serta mengatasi pengaruh penyakit mental
melalui penyuluhan dan konseling.
- Memberikan
askep pada penyakit fisik yang mengalami masalah psikologis dan penyakit
jiwa dengan masalah fisik.
- Mengelola
dan mengkoordinasi sistem pelayanan yang mengintegrasikan kebutuhan klien,
keluarga, staf, dan pembuat kebijakan.
Daftar Pustaka
Keliat, Budi Anna;Panjaitan;Helena. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Ed.2. Jakarta: EGC.
Stuart, Gail W.2007.Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Suliswati, 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC
Yosep,Iyus.2007. Keperawatan Jiwa. Jakarta: PT. Refika Aditama.