BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pelayanan keperawatan
memegang peranan penting dalam pelayanan kesehatan masyarakat. Keperawatan merupakan sebuah profesi yang unik dan
kompleks sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada
ilmu keperawatan. Ilmu keperawatan berawal dari konsep dan teori keperawatan
dimana pada pelaksanaan praktek keperawatan harus mengacu kepada model konsep
dan teori keperawatan yang ada. Perawat harus dapat mengaplikasikan
konsep-konsep keperawatan yang telah dibangun oleh pakar-pakar keperawatan
sebagai bentuk eksistensinya di masyarakat. Konsep merupakan sebuah ide yang
abstrak yang perlu diuraikan atau dijelaskan dalam sebuah teori. Pengetahuan tentang proses pengembangan empiris
teori/model konseptual merupakan dasar untuk memahami disiplin ilmu
keperawatan, sehingga perawat menyadari kebutuhan akan teori-teori keperawatan
untuk membimbing penelitian dan praktek profesional keperawatan/ pelayanan keperawatan dimana
kualitas pelayanan keperawatan sangat
mempengaruhi kualitas pelayanan kesehatan.
Fokus intervensi keperawatan
adalah memberikan bantuan karena adanya kelemahan fisik, mental, keterbatasan
pengetahuan dan kurangnya kemampuan yang merupakan respon dari masalah baik aktual
maupun potensial yang ditujukan bagi pemenuhan kebutuhan dasar klien. Praktik keperawatan berarti membantu individu atau
kelompok dalam mempertahankan atau meningkatkan kesehatan yang optimal
sepanjang proses kehidupan dengan mengkaji status kesehatannya, menentukan
diagnosa, merencanakan dan mengimplementasikan strategi perawatan untuk
mencapai tujuan, serta mengevaluasi respons terhadap perawatan dan pengobatan.
Para ahli telah mengembangkan teori dari tingkatan Philosophical
theory, grand theory,
dan middle range theory. Setiap teori ini menjelaskan suatu fenomena mulai dari
bersifat abstrak sampai konkrit.Pemahaman perawat tentang teori keperawatan menjadi
pedoman dalam pemberian pelayanan yang profesional dan terarah. Sehingga ilmu
keperawatan berkembang dengan adanya keterkaitan antara riset, praktik dan teori dalam
keperawatan.
Salah satu pendekatan
praktik keperawatan dapat menggunakan teori Imogene
King yang membangun teori “interaksi” yang memiliki konsep dasar yaitu menggambarkan hubungan interpersonal yg memungkinkan
individu untuk tumbuh dan berkembang, mencapai tujuan hidup tertentu.
Dalam keperawatan, King mempunyai konsep dasar bahwa perawat dan klien mengkomunikasikan informasi, menentukan tujuan
bersama, dan melakukan tindakan untuk
mencapai tujuan. Berdasarkan hal di atas, penulis tertarik membahas
teori Imogene
King yang dikaitkan dengan analisis teori terhadap pendekatan proses keperawatan.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1
Tujuan Umum
Memahami penerapan Teori Interaksi Imogene King
dalam proses asuhan keperawatan
1.2.2
Tujuan Khusus
1.2.2.1
Menganalisis konsep dan definisi Teori
Interaksi Imogene King
1.2.2.2
Menganalisis proposisi / asumsi Teori
Interaksi Imogene King
1.2.2.3
Menganalisis cakupan/scope Teori
Interaksi Imogene King
1.2.2.4
Menganalisis Teori Interaksi Imogene
King berdasarkan pendekatan proses keperawatan
BAB
2
TINJAUAN
TEORI
2.1. Definisi
King’s
Conceptual System merupakan model konseptual keperawatan
yang dikembangkan oleh Imogene King sejak tahun 1961. Sistem konseptual King
menjelaskan tentang suatu pendekatan untuk lebih mempelajari sistem secara
keseluruhan dibandingkan dengan sebagai bagian dari sistem yang terisolasi.
Kerangka kerja Sistem konseptual King terdiri dari sistem personal,
interpersonal, dan sosial sebagai domain keperawatan. Setiap sistem
mengidentifikasi manusia sebagai elemen dasar didalam sistem, sehingga unit
analisis dari kerangka tersebut adalah perilaku manusia dalam berbagai lingkungan
sosial (Alligood, 2006).
Model Sistem
Konseptual yang dikembangkan oleh King tersebut selanjutnya juga dikembangkan
menjadi sebuah grand theory berupa King’s Goal Attainment Theory. Teori
tersebut yang kemudian dijadikan sebagai kerangka berpikir yang lebih konkrit
untuk merumuskan suatu kerangka kerja pada aplikasi pelayanan keperawatan.
2.2. Sejarah Perkembangan Model
Imogene King
merupakan salah seorang yang memiliki peran penting dalam pengembangan sains keperawatan.
Beliau mulai mengembangkan Sistem Konseptualnya pada masa dimana keperawatan
sedang diperjuangkan agar ditetapkan sebagai sains dan sebagai profesi yang
sah. Beliau bersama dengan penulis lain pada tahun 1960an berpendapat bahwa
keperawatan memerlukan penggambaran teori pengetahuan yang dilakukan secara
teoritis untuk kemajuan ilmunya. Hal tersebut disebabkan karena adanya bias
antitematik yang dikhawatirkan muncul yang dapat mengubah pandangan tentang teori
keperawatan berdasarkan teknik praktis menjadi bagaimana 'daripada' mengapa.
Oleh karena itu beliau mengembangkan kerangka referensi konseptual untuk
keperawatan sebagai awal mula teori yang akan menjelaskan alasan dari tindakan-tindakan
keperawatan.
King (1971)
menjelaskan bahwa konsep-konsep yang ia tuangkan ke dalam sistem konseptualnya
dirumuskan sebagai tanggapan atas beberapa pertanyaan yang timbul dari
keprihatinan beliau tentang perubahan yang mempengaruhi keperawatan, adanya pengembangan
pengetahuan, dan firasat bahwa beberapa komponen penting dari keperawatan terus
berlanjut. Beberapa pertanyaan yang beliau gunakan untuk mengembangkan konsep
meliputi apa saja perubahan sosial dan pendidikan di Amerika Serikat yang telah
mempengaruhi perubahan keperawatan, apa saja unsur dasar keperawatan yang masih
terus berlanjut selama adanya perubahan, sejauh mana cakupan praktik
keperawatan, dan dalam jenis pengaturan
apakah perawat melakukan fungsinya, apakah tujuan keperawatan saat ini sama
dengan separuh abad yang lalu, dan apa
saja dimensi praktik yang telah memberikan fokus pemersatu dari waktu ke waktu terhadap
keperawatan.
Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan
yang muncul, King kemudian membentuk kerangka kerja untuk menganalisis kondisi
keperawatan saat ini di masyarakat, serta untuk mendiskusikan gagasan dengan
perawat dan individu lainnya. Kemudian, beliau mengidentifikasi adanya tiga
masalah utama dalam keperawatan meliputi: (a) kurangnya bahasa profesional, (b)
bias antitematik, dan (c) belum teridentifikasinya domain keperawatan.
King melanjutkan
penjelasan bahwa awalnya beliau menganggap tindakan keperawatan merupakan
tindakan (bukan intervensi) dan serangkaian tindakan tersebut mewakili
keperawatan sebagai sebuah proses. Hal ini membuat beliau mengajukan beberapa
pertanyaan lagi, mengenai dimana perawat melakukan tindakan tersebut dan bagaimana
paerawat terlibat. Beliau kemudian melakukan tinjauan komprehensif terhadap
literatur keperawatan terkait pertanyaan tersebut. Terdapat beberapa konsep yang
dapat dianalisis dari tinjauan tersebut, namun beliau memilih yang dapat mewakili
konseptualisasi pengetahuan secara luas. Beliau kemudian mengembangkannya dalam
penelitian sistem yang menghasilkan kerangka konseptual membentuk tiga sistem
interaksi dinamis.
Alur pemikiran
King kemudian mengarah kepada sistem yang berkaitan dengan pengambilan
keputusan perawat. Beliau berpikir tentang keputusan seperti apa yang
dibutuhkan perawat dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya, informasi apa
yang penting bagi mereka dalam membuat keputusan, apakah ada alternatif yang
dapat digunakan oleh perawat dalam situasi tertentu, seperti apa tindakan
alternatif yang dimiliki perawat dalam membuat keputusan penting tentang
perawatan, pemulihan, dan kesehatan orang lain, keterampilan apa yang sekarang
dilakukan perawat dan pengetahuan apa yang penting bagi perawat untuk membuat
keputusan tentang alternatif. Beliau
kemudian mulai mempelajari berbagai penelitian tentang Teori Sistem Umum, dan
menjelaskan bahwa pada akhirnya beliau fokus pada pengetahuan sebagai
pemrosesan informasi, pencarian tujuan, dan sistem pengambilan keputusan.
King kemudian
menyatakan bahwa perspektif keperawatannya berkembang sebagai respons terhadap
dua pertanyaan lainnya yaitu apa esensi keperawatan, dan apa tindakan manusia. Sintesis
tersebut menghasilkan empat gagasan universal meliputi sistem sosial,
kesehatan, persepsi, dan hubungan interpersonal. King (1971) berpendapat bahwa
gagasan tersebut membentuk Sistem Konseptual yang menunjukkan bahwa
karakteristik penting dari keperawatan adalah sifat yang bertahan meskipun ada
perubahan lingkungan. Empat gagasan tersebut kemudian digunakan sebagai
kerangka acuan umum untuk identifikasi konsep lain dari Sistem Konseptual.
2.3. Fokus Unik
Fokus unik dari
sistem konseptual adalah manusia (Fawcett, 2006). Secara khusus, sistem konseptual
berfokus pada perilaku manusia, interaksi sosial, dan gerakan sosial. Lebih
spesifik lagi, fokus unik dari King's Conceptual System adalah ‘manusia yang
berinteraksi dengan lingkungannya’ atau ‘individu yang berinteraksi dalam
kelompok sistem sosial mempengaruhi perilaku di dalam sistem’. Perhatian khusus
diberikan kepada kemampuan individu yang terus-menerus untuk memenuhi kebutuhan
dasar mereka sehingga mereka dapat berfungsi dalam peran sosial mereka.
Faktor-faktor
yang berkontribusi terhadap masalah dalam kemampuan individu untuk berfungsi
dalam peran sosial dapat disimpulkan sebagai penyebab stres pada lingkungan
internal dan eksternal. Kesehatan didefinisikan sebagai ‘pengalaman hidup dinamis’
yang dimiliki oleh manusia, yang menyiratkan penyesuaian berkelanjutan terhadap
stresor di lingkungan internal dan eksternal melalui pemanfaatan sumber daya
seseorang secara optimal untuk mencapai potensi maksimal kehidupan sehari-hari.
2.4. Asumsi Utama
Sistem
konseptual King maupun teori pencapaian tujuan didasarkan pada sebuah asumsi
yang menyeluruh bahwa fokus dari keperawatan adalah manusia yang berinteraksi
dengan lingkungannya, yang mengarahkan ke keadaan kesehatan bagi individu, yang
merupakan sebuah kemampuan untuk berfungsi dalam peran sosial (Alligood, 2017).
Pernyataan filosofis King tentang sistem konseptual tertuang di dalam asumsi
tentang keperawatan, sistem terbuka, manusia, kesehatan, dan interaksi antara
perawat dan klien. Penjelasannya adalah sebagai berikut.
a.
Keperawatan
Keperawatan adalah sebuah perilaku
yang dapat diamati yang ditemukan dalam sistem perawatan kesehatan di masyarakat.
Tujuan keperawatan adalah untuk membantu individu menjaga kesehatan mereka
sehingga merea dapat berfungsi dalam peran-peran mereka. Keperawatan adalah
aksi, reaksi, interaksi, dan transaksi interpersonal. Perepsi seorang perawat
dan seorang klien memengaruhi proses interpersonal (Alligood, 2017).
b.
Manusia
King mengasumsikan manusia sebagai
makhluk yang melakukan interaksi terus menerus dengan memanfaatkan berbagai
potensi yang dimilikinya. Berikut merupakan asumsi King tentang manusia
(Alligood, 2017; Fawcett, 2006):
a)
Individu merupakan makhluk spiritual
b)
Individu adalah unik dan holistik, dari
nilai intrinsik, dan mampu berpikir secara rasional dan mengambil keputusan
dalam berbagai situasi
c)
Individu merupakan makhluk sosial dan
berakal, yang diamati melalui interaksi mereka dengan orang lain dan objek di
lingkungan sekitarnya
d)
Individu dianggap sebagai makhluk yang
mampu bereaksi, dimana perilaku mereka dapat mengendalikan, berorientasi pada
tujuan, berorientasi pada tindakan, dan berorientasi terhadap waktu.
e)
Individu adalah manusia sosial,
spiritual, penuh kesadaran, dan rasional, yang dapat bertindak dalam suatu
situasi dengan cara memahami, mengendalikan, dan menunjukkan perilaku yang
berorientasi tindakan yang bertujuan jangka panjang.
f)
Individu memiliki kemampuan untuk
berpikir, mengetahui, membuat pilihan, dan memilih tindakan alternatif lainnya.
g)
Manusia memiliki kecerdasan dan secara
alamiah mereka memiliki sifat ingin tahu.
h)
Nilai membentuk dasar dari tujuan setiap
orang.
i)
Karena setiap orang unik, sifat nilai
berasal dari sifat manusia
j)
Nilai ditunjukkan dalam standar perilaku
manusia dan telah diturunkan dari satu generasi ke generasi lainnya
k)
Nilai dikaitkan dengan budaya sehingga
hal tersebut berbeda pada masing-masing individu, keluarga, maupun masyarakat.
l)
Manusia adalah sistem terbuka yang mampu
berpikir, menetapkan tujuan, dan memilih cara untuk mencapainya
m)
Manusia adalah sistem terbuka yang
bertransaksi dengan lingkungan
n)
Individu menunjukkan rasa heran tentang
dunia mereka dan mengajukan pertanyaan, mencari jawaban, mengidentifikasi
masalah, dan mencari resolusi
o)
Individu memproses masukan selektif dari
lingkunganmelalui indra
p)
Individu melakukan transaksi terus
menerus dengan lingkungan internal dan eksternal mereka
q)
Transaksi berkonotasi bahwa tidak ada
keterpisahan antara manusia dan lingkungan
r)
Individu mengatur dan menghubungkan
informasi dari lingkungan eksternal dengan lingkungan internal
s)
Manusia memiliki kemampuan melalui
bahasa dan istilah lain untuk mencatat sejarah dan melestarikan budaya mereka.
t)
Individu umumnya ingin melestarikan
kehidupan, menghindari rasa sakit, mengemulasi, memuaskan keinginan, dan
menjamin keamanan mereka.Selain itu, individu ingin melakukan fungsi terkait
dengan aktivitas kehidupan sehari-hari.
u)
Manusia dan uang adalah sumber utama
dalam mencapai tujuan
v)
Individu meliliki perberbedaan dalam hal
kebutuhan, keinginan, dan tujuan.
c.
Kesehatan
Kesehatan adalah keadaan dinamis
dalam siklus hidup, sementara penyakit mengganggu proses tersebut. Kesehatan
berarti penyesuaian yang terus menerus untuk memberikan tekanan di lingkungan
internal dan eksternal melalui penggunaan sumber daya seseorang secara optimal
untuk mencapai potensi maksimal untuk kehidupan sehari-hari.
d.
Lingkungan
Sistem terbuka menyiratkan bahwa
interaksi terjadi secara terus menerus antara sistem dan lingkungan sistem.
Berikut merupakan perincian asumsi mengenai sistem terbuka (Fawcett, 2006):
a)
Sistem terbuka menunjukkan pertukaran
energi dan informasi dan mengarah kepada tujuan
b)
Sistem terbuka yang menunjukkan
kesetaraan dengan cara yang berbeda dapat digunakan untuk mencapai tujuan yang
sama
c)
Sistem setidaknya terdiri dari lima
elemen yaitu tujuan, struktur, fungsi, sumber daya, dan pengambilan keputusan
d)
Sumber daya mengalir ke sistem sebagai
masukan, sedangkan aktivitas menunjukkan penggunaan sumber daya, dan keluaran merupakan
sesuatu yang dihasilkan
e)
Bila input diubah menjadi output, maka
transformasi akan terjadi
f)
Sistem terbuka sangat penting dalam
mempelajari keutuhan keperawatan
g)
Tujuan dari sistem ini adalah kesehatan
2.5. Konten
System
konseptual King berisi tentang system personal, system interpersonal, dan
system sosial. Konsep personal system memiliki tujuh dimensi yang terdiri dari
persepsi, pribadi, tumbuh dan kembang, gambaran diri, waktu, ruang pribadi, dan
pembelajaran.Konsep Sistem Interpersonal memiliki enam dimensi yang terdiri
interaksi, komunikasi, transaksi, peran, stress, dan koping.
Dimensi komunikasi miliki
dua subdimensi yaitu komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal.
Konsep Sistem Sosial
memiliki enam dimensi yaitu organisasi, kewenangan, kekuasaan, status,
pengambilan keputusan, dan pengendalian.
King (1989)
menjelaskan bahwa penempatan dimensi dalam konsep sistem personal, sistem
interpersonal, dan system sosial karena ketiga system
tersebut saling terkait
dengan manusia dan lingkungan. Metaparadigma konsep lingkungan oleh King adalah
lingkungan internal dan eksternal. Kedua konsep bersifat unidimensional.
Sedangkan metaparadigma
konsep kesehatan oleh King adalah konsep sehat dan sakit yang juga unidimensional.
Konsep metaparadigm tentang keperawatan
oleh model konseptual King's
terdiri dari aksi, reaksi, interaksi, dan proses yang juga bersifat
unidimensional.
2.5.1 Non
Relational Propositions
a. Personal Sistem
Sistem pribadi yang dimaksudkan oleh King adalah
individu. Sistem pribadi adalah kesatuan yang utuh dan kompleks.Sistem pribadi
mencakup baik individu sehat maupun sakit. Konsep Personal System mencakup
tujuh dimensi, yaitu:
1) Persepsi
Persepsi adalah proses pengorganisasian, penilaian, dan proses mengubah
informasi dari data dan ingatan. Ini merupakan proses transaksi manusia dengan
lingkungan yang memberikan makna pengalaman, mewakili citra diri, dan
mempengaruhi sebuah perilaku seseorang. Persepsi
didefinisikan sebagai representasi masing-masing individu tentang kenyataan.
Persepsi melibatkan unsur-unsur berikut: impor energi dari lingkungan yang
diatur oleh informasi, transformasi energi, pengolahan informasi, penyimpanan
informasi, ekspor informasi dalam perilaku terbuka. Persepsi bervariasi dari
satu orang ke orang lain, hal ini karena setiap manusia memiliki latar
belakang, pengetahuan, keterampilan, kemampuan, kebutuhan, nilai, dan tujuan
yang berbeda.
2) Diri
Diri adalah gabungan pemikiran dan perasaanyang merupakan kesadaran
seseorang terhadap keberadaan dirinya, konsepsinya tentang siapa dirinya.
Diri seseorang adalah satu
kesatuan utuh yang kompleks yang merasakan, berpikir, menginginkan,
membayangkan, memutuskan, mengidentifikasi tujuan dan memilih sarana untuk
mencapainya.
3) Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan dan perkembangan meliputi perubahan seluler, molekuler, dan
perilaku pada manusia. Pertumbuhan dan perkembangan didefinisikan sebagai
perubahan terus menerus pada individu yang meliputi aktivitas seluler,
molekuler, dan perilaku. Tumbuh dan berkembang merupakan fungsi dari genetik,
pengalaman yang berarti, dan lingkungan kondusif yang akan
membantu individu bergerak
menuju kedewasaan.
4) Body Image
Citra tubuh merupakan persepsi seseorang tentang
tubuhnya sendiri, reaksi
orang lain terhadap penampilannya, dan akibat reaksi orang lain terhadap diri
sendiri.
5) Waktu
Waktu adalah durasi antara terjadinya
satu kejadian dan terjadinya
kejadian lain. Waktu adalah serangkaian kejadian yang terus berlanjut ke masa
depan, arus peristiwa terus menerus yang berurutan yang berarti perubahan, masa
lalu dan masa depan. Waktu memberikan perintah untuk sebuah kejadian dan
digunakan untuk menentukan
durasi berdasarkan persepsi pengalaman masing-masing.
6) Ruang Pribadi
Ruang pribadi mengacu pada ruang yang dirasakan oleh setiap orang.
Ruang didefinisikan sebagai
elemen yang ada di segala arah dan sama dimana saja dan sebagaiwilayah fisik
oleh perilaku individu yang menempati tempat. Ruang adalah
elemen yang ada di segala
arah dan sama di mana-mana adalah wilayah fisik yang disebut
wilayah, dan didefinisikan oleh perilaku individu yang menempati
ruang seperti gerak tubuh, postur, dan batas yang terlihat
untuk menandai ruang pribadi. Pengaturan ruang mengkomunikasikan
peran, posisi, dan interaksi
dengan orang lain. Menandai sebuah area yang tak terlihat batas ruang pribadi
untuk diri memberi individu rasa aman dan identitas.
Ruang
mengarahkan seseorang ke
lingkungannya.
Ruang unik bagi individu dan
dipengaruhi oleh kebutuhan, pengalaman masa lalu, dan budaya.
7) Pembelajaran
Belajar adalah proses persepsi indrawi,
konseptualisasi, dan
pemikiran kritis yang melibatkan banyak pengalaman di mana perubahan konsep,
keterampilan, simbol, kebiasaan, dan nilai dapat dievaluasi dalam pengamatan.
Belajar adalah aktivitas diri, tidak ada yang bisa belajar dari orang lain.
Belajar bersifat dinamis,
berorientasi pada tujuan, dan pengaturan diri dalam penguatan dan umpan balik
tersebut mempengaruhi masukan dan keluaran.
b. Interpersonal Sistem
Interpersonal system terdiri dari dua, tiga, atau lebih interaksi
individu pada situasi tertentu.Sehubungan dengan sistem interpersonal, menjelaskan
bahwa individu meningkatkan kesadaran dan keterbukaan terhadap persepsi
interpersonal dalam komunikasidan interaksi dengan orang dan hal-hal di
lingkungan. Individu memiliki potensi untuk melakukan transaksi termasuk
penetapan tujuan, dan cara memilih untuk mencapainyatujuan menjaga kesehatan
dan fungsi mereka dalam peran.
Konsep system interpersonal terdiri dari 6 dimensi, yaitu:
1) Interaksi
Interaksi adalah proses persepsi dankomunikasi antara seseorang dengan
lingkungan, diwakili oleh perilaku verbal dan nonverbalyang diarahkan pada
tujuan.Interaksi didefinisikan sebagai tindakan dua orang atau lebih yang
saling hadir. Interaksi dapat mengungkapkan bagaimana seseorang berpikir, merasakan
tentang yang orang lain rasakan, apa yang orang lain lakukan
terhadap dirinya, apa
harapannyanya, dan bagaimana masing-masing bereaksi terhadap tindakan
yang lain. Proses interaksi terdiri dari simultan
persepsi masing-masing orang
dan penilaian tentang lainnya dalam interaksi, pengambilan beberapa tindakan
mental berdasarkan penilaian dan bereaksi terhadap reaksi persepsi orang lain.
Interaksi mengikuti proses mental tersebut,dan ini diikuti pada oleh transaksi.
Dalam proses interaksi, dua individu saling mengidentifikasi tujuan dan sarana
untuk mencapainya. Kapan mereka setuju dengan cara untuk menerapkan tujuan,
mereka bergerak menuju transaksi.
Transaksi didefinisikan
sebagai pencapaian tujuan.
2) Komunikasi
Komunikasi adalah proses dimana informasi juga diberikan dari satu orang
ke orang lain baik secara langsung dalam pertemuan tatap muka atau secara tidak
langsung melalui telepon, televisi, atau kata-kata. Semua
perilaku adalah komunikasi.
Semua aktivitas manusia yang menghubungkan orang yang satu ke orang lain dan
ke lingkungan adalah bentuk
komunikasi.
Dimensi komunikasi terbagi menjadi 2 subdimensi, yaitu:
a) Komunikasi Verbal
Komunikasi
verbal bersifat intrapersonal dan interpersonal, meliputi tanda dan simbol
verbal, termasuk yang diucapkan dan kata-kata tertulis, digunakan oleh individu untuk
mengekspresikannya tujuan dan nilai.
b) Komunikasi nonverbal
Komunikasi nonverbal meliputi intrapersonal dan interpersonal meliputi
tanda dan symbol nonverbal yaitu gerakan dan sentuhan digunakan oleh individu
untuk mengekspresikan tujuan dan nilainya.
3) Transaksi
Transaksi diartikan proses interaksi dimana manusia yang
mengkomunikasikan dengan lingkungan. Transaksi didefinisikan sebagai sebuah
proses interaksi dimana manusia berkomunikasi dengan lingkungan untuk mencapai
tujuan yang dinilai. Transaksi adalah tujuan yang diarahkan pada perilaku manusia.
Transaksi didefinisikan
sebagai perilaku manusia yang dapat diamati.
Transaksi dipandang sebagai
arus informasi dari lingkungan melalui pengkodean, transformasi, dan pengolahan unsur
sensorik, linguistik, dan neurofisiologis yang dihasilkan
dalam pengambilan keputusan
yang mengarah pada tindakan manusia.
4) Peran
Peran adalah seperangkat perilaku yang diharapkan saat menempati
posisi dalam sistem sosial.
Aturan yang mendefinisikan
hak dan kewajiban dalam posisi dan hubungan dengan satu
atau lebih banyak individu
berinteraksi dalam situasi tertentu untuk suatu tujuan.
Peran adalah sebuah hubungan
dengan satu atau lebih
individu yang berinteraksi secara spesifik situasi untuk suatu tujuan.
Peran melibatkan peraturan
atau prosedur yang menentukan hak dan kewajiban posisi dalam suatu organisasi.
5) Stress
Stress adalah kondisi dinamis dimana manusia berhubungan dengan
lingkungan untuk mempertahankan pertumbuhan dan perkembangan dan kinerja yang
melibatkan pertukaran energi dan informasi antara anak dan
lingkungan untuk regulasi dan pengendalian
stres. Stres dipandang negatif dan positif sekaligus konstruktif
dan destruktif. Stres berkurang saat transaksi dibuat.
6) Koping
Koping merupakan pengetahuan penting yang terkait dengan sistem
interpersonal. Koping mengacu pada mengatasi stres.
c. Sistem Sosial
Sistem sosial adalah sistem peran terorganisir dari peran sosial,
perilaku, dan praktik yang dikembangkan untuk mempertahankan nilai dan
mekanisme untuk mengatur praktik dan aturan. Sistem sosial adalah kelompok yang terbentuk oleh tujuan
khusus dalam masyarakat, seperti keluarga,sekolah, rumah sakit, industri, dan organisasi
sosial.Sistem sosial menggambarkan unit analisis dalam
masyarakat dimana individu membentuk kelompok untuk melakukan aktivitas
kehidupan sehari-hari untuk
menjaga kehidupan dan kesehatan dan kebahagiaan.Konsep sistem sosial mencakup
enam dimensi yaitu organisasi, otoriti, kekuatan, status, pembuatan keputusan,
dan pengendalian.
1) Organisasi
Sebuah organisasi terdiri dari manusia dengan peran dan posisi yang
ditentukan yang menggunakan sumber daya untuk mencapai tujuan pribadi dan
organisasi.
2) Otoritas
Otoritas adalah proses transaksional yang ditandai oleh hubungan timbal balik
yang aktif dimana nilai, latar belakang, dan persepsi anggota berperan dalam
mendefinisikan, memvalidasi, dan menerima otoritas individu dalam sebuah
organisasi. Satu orang memengaruhi yang lain, dan dia mengakui, menerima, dan mematuhi
otoritas orang itu.
3) Kekuatan
Proses dimana satu atau lebih orang mempengaruhi orang lain dalam suatu
situasi. Kekuatan adalah situasi orang akan menerima apa yang sedang dilakukan,
sementara mereka mungkin tidak setuju.
4) Status
Posisi individu dalam kelompok atau posis kelompok dalam kaitannya
dengan kelompok lain dalam sebuah organisasi.
5) Pembuatan keputusan
Pengambilan keputusan dalam organisasi adalah proses dinamis dan
sistematis yang diarahkan pada tujuan. Pilihan alternatif yang dibuat dan ditindaklanjuti
oleh individu atau kelompok untuk menjawab pertanyaan dan mencapai tujuan.
6) Kontrol
Sebuah dimensi konsep sistem sosial(King, 1986a).
Keterkaitan antara sistem personal , sistem
interpersonal, dan sistem sosial adalah fokus sistem konseptualnya ada pada
individu yang interaksi dalam kelompok dalam sistem sosial mempengaruhi
perilaku di dalam sistem. Hal tersebut menggambarkan tiga sistem terbuka dalam
kerangka interaksi yang dinamis.
d. Lingkungan Internal
Lingkungan internal merupakan sumber stress dan energi.
e. Lingkungan Eksternal
Lingkungan eksternal adalah sumber stress dan perubahan secara terus menerus.
Lingkungan internal manusia
mengubah energi untuk memungkinkan mereka menyesuaikan diri untuk perubahan
lingkungan eksternal yang terjadi secara berkelanjutan.
Lingkungan adalah fungsi
keseimbangan antara interaksi internal dan eksternal.
Secara khusus kinerja
kegiatan kehidupan sehari-hari bergantung pada lingkungan eksternal dan
internal seseorang yang bekerja dalam beberapa jenis harmoni dan keseimbangan.
Lingkungan sosial adalah
faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan.Sistem personal, system
interpersonal, dan sistem sosial adalah elemen dalam lingkungan total. System
konseptual King menggambarkan bahwa lingkungan
yang didalamnya terdapat manusia yang tumbuh, berkembang, dan melakukan
aktivitas sehari-hari.
1) Sehat
Kesehatan adalah pengalaman hidup dinamis seorang manusia,yang
menyiratkan penyesuaian terus menerus
terhadap stressor dilingkungan internal dan eksternal melalui penggunaan sumber
daya seseorang secara optimal untuk mencapai potensi maksimal kehidupan
sehari-hari. Keadaan kesehatan adalah kemampuan untuk berfungsi dalam peran
sosial dan kemampuan fungsional.Kesehatan dapat berhubungan dengan individu dengan
kesehatan kelompok dengan kesehatan mereka, dan masyarakat dengan kesehatan.
Kesehatan mencakup delapan
karakteristik yaitu genetik, subyektif, relatif, dinamis, lingkungan,
fungsional, budaya, dan perseptual.
2) Sakit
Penyakit adalah penyimpangan dari normal, yaitu ketidakseimbangan
dalam struktur biologis
seseorang atau dalam psikologisnya atau konflik dalam hubungan sosial
seseorang. Penyakit atau kecacatan adalah gangguan pada keadaan
dinamis dari individu.
3) Aksi, reaksi, dan interaksi
Keperawatan adalah proses tindakan, reaksi, dan interaksi
dimana perawat dan klien berbagi
informasi tentang persepsi mereka dalam situasi keperawatan. Melalui komunikasi
mereka mengidentifikasi tujuan khusus, masalah, atau kekhawatiran.
Mereka mengeksplorasi sarana
untuk mencapai suatu tujuan dan persetujun untuk mencapai tujuan.
King
memandang keperawatan
sebagai profesi yang membantu menyediakan layanan untuk memenuhi kebutuhan
sosial. Pelayanan ini meliputi layanan keperawatan pada individu dan kelompok
yang sedang sakitdan dirawat di rumah sakit, mereka yang memiliki penyakit
kronis dan yang sedang rehabilitasi, dan mereka yang membutuhkan bimbingan
pemeliharaan kesehatan.
Sehingga ruang lingkup keperawatan
meliputi promosi kesehatan, perawatan dan pemulihan, perawatan orang sakit dan
luka, dan perawatan pada tahap kematian.
Perawat adalah tokoh penting
dalam pelayanan kesehatan
yang lain dalam mempromosikan kesehatan, dalam mencegah penyakit,
dan dalam pengelolaan perawatan klien. Perawat bekerja sama dengan dokter,
keluarga, dan lain-lain untuk mengkoordinasikan rencana
perawatan kesehatan. Dengan demikian tujuan keperawatan adalah untuk membantu individu
menjaga kesehatan mereka agar bisa berfungsi sesuai peran mereka.
2.5.2 Realitonal Proposition
Proposisi relasional dari sistem konseptual King
meliputi Proposisi relasional A menghubungkan konsep metaparadigm manusia dan
lingkungan. Hal tersebut merupakan konsep metaparadigma manusia, lingkungan,
dan keperawatan dihubungkan dalam proposisi relasional B. Relasional
proposisi C menghubungkan
konsep metaparadigma manusia, kesehatan, dan keperawatan.
Keempat konsep metaparadigm
terkait dalam proposisi relasional D.
a. Dalam sistem terbuka, seperti interaksi manusia dengan
lingkungan mereka, terjadi komunikasi ada yang terus menerus dan dinamis.
b. Batas keperawatan adalah individu dankelompok yang
berinteraksi dengan lingkungan. Perawat berfungsi dalam peran mereka di berbagai
lingkungan layanan kesehatan.
c. Sebagai profesional, perawat menangani perilaku
individu dan kelompok dalam situasi yang berpotensi menimbulkan stress terhadap
kesehatan dan penyakit dan membantu orang menemukan kebutuhan dasar dalam
melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari.
d. Fokus keperawatan adalah interaksi manusia dengan
lingkungan mereka yang mengarah pada keadaan kesehatan bagi individu, yang
merupakan kemampuan untuk berfungsi dalam peran social
BAB 3
APLIKASI
PENGKAJIAN TEORI MODEL IMOGENE M.KING
3.1 Penerapan Aplikasi Teori Dalam Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan menggunakan metode King
dilakukan pada individu sebagai sistem personal, sistem interpersonal dan
sistem sosial. Pengkajian dilakukan selama interaksi antara perawat dan klien,
perawat membawa pengetahuan khusus dan keterampilan, sedangkan klien membawa
pengetahuan tentang diri dan persepsi masalah yang menjadi perhatian untuk
interaksi ini. Selama proses pengkajian, perawat mengumpulkan data tentang:
3.1.2
Pengkajian
Sistem Personal
A.
Persepsi
Kaji persepsi keluhan utama didapat
dengan menanyakan tentang gangguan terpenting yangdirasakan klien sampai perlu pertolongan. Tanyakan
kepada klien tentang riwayat
sakit klien yang mungkin mempengaruhi penyakit klien saat ini, bagaimana
persepsi klien terhadap penyakit masa lalunya, latar belakang pendidikan klien
dan pemahaman klien terhadap penyakitnya. Kaji status ekonomi klien saat ini,
bagaimana cara klien dalam memenuhi kebutuhan hidup terutama dalam memenuhi
kebutuhan untuk pemeliharaan kesehatan.
B.
Self
Diri
seseorang adalah satu kesatuan utuh yang kompleks yang merasakan berpikir,
menginginkan, membayangkan, memutuskan, mengidentifikasi tujuan dan memilih
sarana untuk mencapainya. Berdasarkan definisi di atas pengkajian
diri meliputi keadaan apa yang bisa menyebabkan penyakit dari dalam tubuh klien
apakah itu fisik ataupun psikologis, pengkajian yang perlu dilakukan meliputi
pemeriksaan fisik menggunakan teknik inspeksi, auskultasi, perkusi, palpasi
untuk mendapatkan data objektif dari klien. Selanjutnya melakukan pemeriksaan
penunjang (diagnostik) yang terkait gangguan yang muncul pada klien. Kemudian kaji
apa usaha klien untuk mengatasi penyakitnya, harapan serta perasaan klien terhadap
penyakitnya.
C. Pertumbuhan
dan Perkembangan.
Yang perlu perawat
kaji pada pertumbuhan dan perkembangan adalah mengkaji riwayat kesehatan masa lalu
sehingga mempengaruhi status kesehatan klien sekarang, kaji pengalaman klien
dalam menangani penyakit atau keluhan yang sama ketika mucul kembali, kaji
respon terhadap penyakit dan bagaimana cara mengatasi serta bagiaimana hasilnya, kaji tingkat aktivitas klien sebelum
mengalami penyakit dan bandingkan dengan keadaaan setelah sakit.Sehingga keluhan klien sekarang menyebabkan klien memerlukan bantuan dari
keluarga maupun perawat.
D. Body Image
Kaji bagaimana
klien menilai dan menggambarkan gambaran fisik tubuhnya sebelum dan sesudah
sakit. Kaji adanya depresi terhadap penampilan klien saat ini.
E. Waktu
Waktu
adalah serangkaian kejadian yang terus berlanjut ke masa depan, arus peristiwa
terus menerus yang berurutan yang berarti perubahan, masa lalu dan masa depan.
Perlu dikaji tentang waktu yang
digunakan oleh klien untuk mendapatkan perawatan kesehatan, berapa lama sakit
yang sudah diderita klien, intensitas rasa sakit yang dialami, kapan klien
mengalami rasa sakitnya, efek dari penyakit terhadap pola aktivitas klien, keterlibatan
orang terdekat saat klien mengalami sakitnya.
F. Ruang
personal
Ruang
mengarahkan seseorang untuk lingkungannya (King, 1981). Ruang yang unik untuk
individu adalah dipengaruhi oleh kebutuhan, pengalaman masa lalu, dan budaya
(King, 1981). Hal yang perlu dikaji pada klien adalah harapan klien kepada
orang lain ketika mengalami sakit, orang terdekat yang diinginkan klien untuk
mendampingi saat sakit, privacy yang diinginkan klien selama proses perawatan, kenyamanan
klien berkaitan dengan lingkungan ruang
rawat selama dirawat serta budaya yang mempengaruhi kesehatan, seperti adat dan
kebiasaan.
G. Belajar
Belajar
adalah aktivitas diri, tidak ada yang bisa belajar dari orang lain. Belajar
bersifat dinamis, berorientasi pada tujuan, dan pengaturan diri dalam penguatan
dan umpan balik tersebut mempengaruhi masukan dan keluaran. Yang perlu
dikaji adalah tingkat kognitif klien, kemampuan kien menyerap informasi,
bagimana pola kebiasaan klien menyerap informasi, dan cara klien untuk menerima
informasi ( media dan metoda pembelajaran yang tepat).
3.1.3
Sistem
Interpersonal
A.
Interaksi
Proses
interaksi terdiri dari simultan persepsi masing-masing orang dan penilaian
tentang lainnya dalam interaksi, pengambilan beberapa tindakan mental
berdasarkan penilaian dan bereaksi terhadap reaksi persepsi orang lain. Interaksi mengikuti
proses mental tersebut, dan ini diikuti pada oleh transaksi. Dalam proses
interaksi, dua individu saling mengidentifikasi tujuan dan sarana untuk
mencapainya. Kapan mereka setuju dengan cara untuk menerapkan tujuan, mereka
bergerak menuju transaksi. Transaksi didefinisikan sebagai pencapaian tujuan.
Pasa interaksi yang perlu dikaji adalah bagaimana klien berinteraksi dengan perawat, bagaimana klien
berinteraksi dengan anggota keluarga, bagaimana klien berinteraksi dengan
lingkungan sekitar , bagaimana perasaan klien saat kontak dengan tenaga
kesehatan, rasa nyaman klien saat
berinteraksi dengan klien lain di ruang rawat yang sama. Serta tanyakan riwayat
pekerjaan apakah lingkungan mempengaruhi kesehatan.
B.
Komunikasi
Identifikasi
bagaimana pola komunikasi klien dengan anggota keluarga dan tenaga medis.
Apakah klien dapat menerima semua informasi yang telah diberikan oleh tenaga
medis, jika tidak apa yang menyebabkan klien sulit menerima informasi tersebut.
Pola komunikasi yang diterapkan dalam keluarga seperti apa, apakah tertutup
atau terbuka.
C.
Transaksi
Bagaimana sikap
klien saat berkomunikasi, pandangan mata, dan bagaimana gerak tubuh klien saat
berkomunikasi dengan lingkungan sekitar dan tenaga medis. Apakah klien kooperatif
saat melakukan pengkajian, bagaimana perkembangan kondisi klien dari awal
sampai akhir masa perawatan.
D.
Peran
Identifikasi
status perkawinan klien, apakah klien sebagai tulang punggung dalam menafkahi
hidupnya, bagaimana tanggapan tentang perubahan perannya sekarang. Kaji
pekerjaan klien, bagaimana kualitas bekerja klien, apakah lingkungan pekerjaan
menerima posisi klien saat ini, bagaimana harapan klien saat ini tentang posisi
dalam pekerjaannya.Tanyakan kepada klien, bagaimana klien akan mengambil keputusan dalam
masalah keseahatannya. Identifikasi kepada klien dan keluarga klien siapakah
yang paling berpengaruh dalam pengambilan keputusan suatu masalah. Identifikasi
support sistem klien, siapa yang menjadi support sistem, bagaimana pengaruh bsupport
sistem tersebut terhadap kondisi klien saat ini, bagaimana dukungan keluarga
terhadap kondisi saat ini terkait dengan selama masa perawatan di rumah sakit.
E.
Stress
Kaji status emosi klien, apakah
klien lebih sensitive setelah menderita gangguan, bagaimana kecemasan klien,
factor apa yang menyebabkan dan memperberat kecemasan klien, apa yang dilakukan
oleh klien saat kecemasan itu muncul.
F.
Koping
Identifikasi pola koping klien dan
keluarga misalnya masalah utama selama masuk RS (keuangan, perawatan diri,
lainnya, kehilangan / perubahan yang terjadi sebelumnya, pandangan terhadap
masa depan.Kaji sistem kepercayaan klien, tentang agama yang dianut,
Mengidentifikasi tentang keyakinan hidup, optimisme terhadap kesembuhan
penyakit, gangguan dalam melaksanakan ibadah, dan larangan agama dalam
pengobatan tertentu misalnya transfuse darah.
3.1.4
Sistem
Sosial
A.
Organisasi
Kaji apakah
klien membutuhkan bantuan dalam memenuhi
kebutuhan dasarnya dalam konteks sehat sakit di suatu RS, dengan perawat
sebagai pemberi pelayanan pemenuhan kebutuhan dasar yang terganggu tersebut.
B.
Otoritas
Perawat memiliki
wewenang dan tanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia yang
terganggu serta kaji hak klien atau otoritas kliendalam pemenuhan kebutuhan
tersebut.
C.
Kekuatan
Kaji kemampuan klien
dalam mempengaruhi orang lain dalam lingkungan keluarga, masyarakat dan
lingkungan kerja
D.
Status
Kaji posisi klien
dalam lingkungan keluarga, posisi klien dalam lingkungan masyarakat, posisi klien dalam lingkungan kerja, status klien
dalam dalam kelompok.
E.
Pengambilan
keputusan
Kaji klien dalam
proses pengambilan keputusan dan dalam memilih alternatif untuk pengambilan
keputusan.
F.
Kontrol
Evaluasi
dilaksanakan perawat untuk menentukan keberhasilan tujuan hasil interaksi klien
dengan perawat dalam memenuhi kebutuhan dasar yang terganggu.
BAB 4
APLIKASI
TEORI MODEL IMOGENE M.KING PADA KASUS
ACUTE CORONARY SYNDROME
4.1 Kasus
Seorang laki-laki usia 52
tahun dirawat di ruang perawatan jantung dengan
keluhan nyeri pada dada kiri hingga ke punggung, rasanya seperti
tertusuk, sesak nafas, TD : 150/90 mmHg, RR : 20 x/mnt, HR : 105 x/mnt bibir
dan kuku (aliran perifer) terlihat sianosis. Kapileri refill>3 detik. Lama
nyeri dada kurang lebih 20 – 30 menit. Klien mengatakan 6 bulan terakhir ia sering mengalami mudah lelah, nyeri pada
dada kirinya saat beraktifitas yang berat seperti mengangkat beras dan barang –
barang lain ditoko, dan sesak, mata klien tampak sayu, klien juga
memiliki riwayat hipertensi. Namun ia tidak pernah berobat kedokter, karena
beliau sibuk dengan pekerjaannya sebagai pedagang sembako, selain itu istri dan
kedua anak klien tidak mengetahui bahwa beliau menderita penyakit jantung
(nyeri dada kiri), karena klien tidak pernah terlihat sering mengalami nyeri
dada saat di rumah. Klien tampak cemas
dan takut saat dilakukan pemeriksaan.
4.2
Pengkajian
4.2.1
Pengkajian Sistem Personal
4.2.1.1
Persepsi
Keluhan utama klien pada saat pengkajian adalah nyeri dada sebelah kiri
yang menjalar hingga kepunggung. Klien mengatakan nyeri dirasakan kurang lebih
6 bulan yang lalu sebelum masuk rumah sakit,klien memilki riwayat hipertensi, namun klien tidak pernah
berobat kedokter, karena beliau sibuk dengan pekerjaannya sebagai pedagang
sembako. Klien merupakan lulusan sekolah menengah
pertama, klien juga mengatakan tidak
mengetahui pronosis penyakitnya, dan klien beranggapan penyakit yang klien
derita adalah penyakit biasa sehingga klien kurang memperdulikannya, pada
akhirnya penyakit semakin di rasa berat kemudian keluarga membawa klien ke
rumah sakit. Klien terdaftar sebagai anggota asuransi kesehatan yang dikelola
pemerintah, jadi seluruh biaya kesehatan klien selama perawatan di tanggung
asuransi.
4.2.2.2
self
a. Pemeriksaan fisik
Tabel 4.1
pemeriksaan fisik
1.
|
Keadaan Umum
|
Kesadaran: Compos Mentis
Keadaan umum lemah, Tampak Sakit Berat
TD : 150/90 mmHg Nadi: 105x/m
RR : 20
x/m Suhu: 36.80C
TB : 170
cm BB :
120 kg
|
2.
|
Kepala
|
Bentuk simetris, rambut kusam dan kering, tampak sudah beruban
sebagian, rontok (-), ketombe (-), kebersihan baik, lesi (-), benjolan (-),
nyeri tekan (-).
|
3.
|
Mata
|
Bentuk simetris, pupil isokor, tidak edema periorbita, konjungtiva an
anemis, skelera anikterik.
|
4.
|
Hidung
|
Bentuk simetris, bersih, nafas cuping hidung (-), lesi (-), nyeri tekan
(-).
|
5.
|
Telinga
|
Bentuk simetris, warna sesuai warna kulit, lesi (-), nyeri tekan (-),
bersih, sekresi (-).
|
6.
|
Mulut
|
Bentuk simetris, warna pucat, mukosa bibir lembab,
gigi tidak lengkap namun bersih, bau mulut (-), mukosa mulut lembab.
|
7.
|
Leher
|
Bentuk simetris, tidak ada lesi dan
ada pembesaran,
JVP 5+
2H2O.
|
8.
|
Dada
|
Bentuk simetris, gerakan dada teratur, retraksi
dinsing dada (-), tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan, Suara paru
vesikuler, ronchi (-/-), wheezing (-/-), suara Jantung BJ I-II Normal, gallop
(-), mur-mur (-).
|
9.
|
Abdomen
|
Bentuk simetris, Ascites tidak ada, Bising usus
10x/m, nyeri tekan ada, nyeri pukulan tidak ada pada kedua sisi area
ginjal.
|
10.
|
Genitalia
|
Bersih, tidak terdapat kemerahan, tidak terdapat
tanda-tanda infeksi, terpasang kateter urin no. 16 isi balon 20 cc dengan Water for Injection.
|
11.
|
Ektremitas
|
Lengkap atas dan bawah, tidak
ada hemiparese, terdapat edema
grade 1, CRT > 3
detik.
|
12.
|
Kulit
|
Tampak kering pada ekstremitas bawah, ekimosis (-)
warna kulit sesuai tempat.
|
b.
Pemeriksaan diagnostik
Tabel 4.2
pemeriksaan penunjang
Jenis Pemeriksaan
|
Hasil
|
Satuan
|
Nilai Normal
|
Hematologi
|
|||
Hemoglobin
|
16,4
|
g/dL
|
13-16
|
Hematokrit
|
40
|
%
|
40-48
|
Eritrosit
|
5.82
|
106
|
4,40-5,50
|
Lekosit
|
6700
|
/uL
|
5.000-10.000
|
Trombosit
|
213.000
|
/uL
|
150.000-450.000
|
LED
|
4
|
mm/jam
|
0-10
|
MCV
|
86
|
Fl
|
82-92
|
MCH
|
28
|
Pg
|
27-31
|
MCHC
|
33
|
g/dL
|
32-36
|
Elektrolit
|
|||
Natrium
|
140
|
mEq/L
|
132-145
|
Kalium
|
4,2
|
mEq/L
|
3,10-5,10
|
Klorida
|
103
|
mEq/L
|
96-111
|
Kalsium
|
9,2
|
mg/dL
|
8,4-10,2
|
Magnesium
|
1,7
|
mg/dL
|
1,6-2,6
|
Kimia Klinik
|
|||
Asam Urat
|
6,7
|
mg/dL
|
3,4-7,0
|
Albumin
|
3,2
|
g/dL
|
3,5-5,2
|
Bilirubin Total
|
0,56
|
mg/dL
|
0,00-1,10
|
SGOT
|
20
|
U/L
|
0-40
|
SGPT
|
30
|
U/L
|
0-41
|
Ureum
|
68,1
|
mg/dL
|
16,6-48-5
|
Creatinin
|
1,4
|
mg/dL
|
0,1-1,1
|
GDS
|
126
|
mg/dL
|
70-200
|
Kolesterol Total
|
153
|
mg/dL
|
|
LDL
|
240
|
mg/dL
|
|
HDL
|
65
|
mg/dL
|
|
Trigliserida
|
101
|
mg/dL
|
|
Analisa Gas Darah
|
|||
pH
|
7,32
|
|
7,350-7,450
|
pO2
|
84
|
mmHg
|
83-108
|
pCO2
|
36,6
|
mmHg
|
35,0-48,0
|
HCO3
|
19
|
mEq/L
|
22-26
|
O2 Saturasi
|
96,6
|
%
|
95,0-98,0
|
BE
|
-2,7
|
|
22,0-29,0
|
ENZIM
JANTUNG
|
|||
CK-CKMB
|
15 UL
|
|
|
Troponin T
|
1,2
|
|
|
Troponin i
|
1,4
|
|
|
·
Pemeriksaan foto thoraks :
Kardiomegali dengan kalsifikasi arkus aorta, pulmo baik.
·
EKG :
STEMI Lateral
|
c. Pemeriksaan
respon psikologis
Klien
tampak cemas dengan merasa belum menerima dengan penyakit yang klien derita
sekarang.
4.2.1.3
Pertumbuhan dan Perkembangan
Klien
sebelumnya mengatakan tidak memiliki keluhan penyakit apa- apa, sakit dirasakan
6 bulan yang lalu dan keluhan semakin lama semakin berat, klien hanya makan
obat di warung dan sebelumnya belum pernah memeriksakan kesehatan ke pelayanan
kesehatan, setelah makan obat keluhan terkadang berkurang tapi kemudian muncul
kembali. Saat ini klien terbaring di tempat tidur hasil pemeriksaan kemandirian
klien dengan barthel index di dapatkan data :
Gambar
3
Penilaian
Kemampuan Aktivitas berdasarkan Bartel
Index
Aktivitas
|
Skor
|
Aktivitas
|
Skor
|
Makan
0 = tidak
mampu
5 = dibantu
dengan dipotong-potong, dihaluskan, dimodifikasi
10 = mandiri
|
10
|
Berpakaian
0 = dibantu
5 = dibantu,
tapi sebagian dapat dilakukan secara mandiri
10 = mandiri
|
5
|
Mandi
0 = tidak
mampu
5 = mandiri
|
5
|
Toileting
0 = dibantu
5 = dibantu,
tapi sebagian mandiri
10 = mandiri
|
5
|
Berdandan
0 = dibantu
5 = mandiri (cuci
muka, gosok gigi, keramas)
|
5
|
Tangga
0 = tidak
mampu
5 = butuh
bantuan
10 = mandiri
|
5
|
Bowels
0 =
inkontinensia
5 = tidak
mampu mengontrol
10 = mampu
mengontrol
|
10
|
Bladder
0 =
inkontinensia
5 = tidak
mampu mengontrol
10 = mampu
mengontrol
|
10
|
Mobilisasi
0 = tidak
mampu mobilisasi atau mobilisasi <50 span="" yard="">50>
5 =
menggunakan kursi roda <50 span="" yard="">50>
10 = berjalan
dengan bantuan 1 orang atau instruksi <50 span="" yard="">50>
15 = mandiri
tetapi dapat juga menggunakan alat bantu <50 span="" yard="">50>
|
15
|
Berpindah
0 = tidak
mampu, tidak memiliki keseimbangan untuk duduk
5 =
membutuhkan bantuan 1-2 orang
10 =
membutuhkan bantuan berupa instruksi
15 = mandiri
|
15
|
Nilai Total
|
85
|
||
Kriteria :1
– 20 (dependen total), 21 –
40 (dependent berat),41 – 60 (dependent sedang), 61 – 90 (dependent ringan), 91 – 100 (
independent/mandiri).
|
|
4.2.1.4
Body image
Klien
merasa badannya sudah tidak seperti dulu
seperti waktu masih muda, berat badannya yang sekarang jadi lebih gemuk, keluarga
tidak menganggap berat badannya menjadi masalah yang besar.
4.2.1.5
Waktu
Klien
lupa kapan klien pertama kali mengalai keluhan nyeri, dan bagaimana serta
response dari kien saat mengalami keluhan, klien ingat nyeri dirasakan 6 bulan
lalu, nyeri timbul setiap bulannya, muncul saat aktivitas berlebihan, nyeri
menjalar kebelakang, skala nyeri 6 menurut klien, ketika nyeri dataang klien
hanya istiraha dan minum obat warung dengan air hangat. Keluhan bertambah berat
dirasakan dan mengurangi kemampuan aktivitas klien.
4.2.1.6
Ruang personal
Klien menginginkan keluarganya selalu didekat
klien, klien merasa nyaman dirawat diruangan rawat, klien mengatakan ruang
perawatan mementingkan privasi buat keluarga, klien dapat beristirahat dengan
baik.
4.2.1.7
Belajar
Klien sebelumnya tidak tahu yang menjadi penyebab sakitnya,
tapi sekarang sudah tahu, Klien sekarang sudah tahu apa yang yang menjadi
larangan terkait sakitnya, keluarga terlihat sudah bisa membantu dalam
melakukan perawatan klien.
4.2.2
Pengkajian
Interpersonal
4.2.2.1
Interaksi
Klien
bisa merasakan kalau semua keluarga khawatir dengan penyakitnya, menurut klien
istri dan anaknya merasa sedih dan takut saat klien dirawata, dan keluarga
berharap klien bisa cepat pulih dan bisa pulang kerumah, klien sangat senang
dengan perhatian keluarga terhadap dirinya.
4.2.2.2
Komunkasi
Dokter
dan perawat selalu menyampaikan rencana tindakan kepada klien dan keluarga,
klien selalu menyampaikan keluhannya kepada dokter maupun perawat, keluarga
sering menanyakan pronosis dan langkah tindakan selanjutnya. Mata klien tampak
sayu, adanya ekspresi untuk menahan sakit dan adanya usaha menarik nafas lebih
dalam.
4.2.2.3
Transaksi
Klien
dan keluarga sudah mendapatkan penjelasan dan rencana tindakan terhadap
penyakit, perawat selalu menjelaskan asuhan keperawatan yang diberikan, perawat
memberikan batasan aktivitas yang hanya boleh dilakukan saat ini, dan klien
mengatakan sekarang banyak mengalami keterbatasan.
4.2.2.4
Peran
Sebagai kepala rumah
tangga klien merasa masih harus bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan
keluarganya, saat di dalam ruang perawatan klien dan keluarga selalu memtuhi
standar dan peraturan RS, klien memahami bahwa klien berhak mendapatkan
pelayanan sesuai standart, dan perawat
memberikan asuhan sesuai dengan masalah klien.
4.2.2.5
Stres
Klien merasa cemas saat
tahu klien mengalami sakit jantung, klien beranggapan umurnya tidak panjang
lagi, klien menghawatirkan biaya pengobatan dan klien mengkhawatirkan pemenuhan
kebutuhan rumah tangga saat klien sakit.
4.2.2.6
Koping
Saat nyeri dada muncul,
klien berusaha mengabaikan, klien beranggapan penyakit biasa dan hanya
minumobat warung dengan air hangat. Saat di rumah sakit ketika keluhan muncul
klien selalu sampaikan dengan perawat, klien berusaha berserahdiri dengan
penyakitnya, klien lebih banyak berdoa kepada Allah dan klien mengatakan ingin
keluarga ada saat klien membutuhkan.
4.2.3
Pengkajian
Sistem Sosial
4.2.3.1
Organisasi
Rumah Sakit merupakan lembaga pelayanan kesehatan yang
membantu proses kesembuhan klien , RS menjadi tempat perawatan bagi yang sakit
untuk memperoleh kesehatan.
4.2.3.2
Otoritas
Dokter jantung sebagai DPJP memiliki tanggung jawab
terhadap rencana pengobatan.Perawat penanggung jawab memiliki kewenangan dalam
penentuan rencana asuhan keperawatan.
4.3.3.3
Kekuasaan
Klien dan keluarga menerima apa yang menjadi instruksi
dokter, klien merasa apa yang dilakukan oleh perawat pasti untuk kesehatannya.
4.2.3.3
Status
Klien
hanyalah seorang pedagang sembako,
dan tidak aktif
dalam organisasi apapun.
4.2.3.4
Pengambilan Keputusan
RS terdiri dari tim dokter dan tim keperawatan yang
saling bekerja sama dalam merencanakan tujuan perawatan,
RS memiliki SOP dalam setiap
tindakan perawatan pasien dengan penyakit jantung, RS memiliki panduan discharge planning terkait dengan perawatan pasien jantung.
4.2.3.5
Kontrol
RS memiliki indicator mutu untuk pengendalian kualitas
pelayanan kesehatan yang diberikan pada pasein.
4.2.4
Diagnosis Keperawatan
Setelah
dilakukan analisa data pada kasus tersebut, maka diagnosis yang muncul pada
kasus tersebut adalah :
a.
Nyeri akut berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan miokard.
b.
Penurunan curah jantung berhubungan dengan cidera
miokard dan penurunan kontraktilitas miokard
c.
Ansietas berhubungan dengan ancaman
kematian dan perubahan pola hidup
4.2.5
Intervensi keperawatan
No
|
Tanggal
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
|
|
Penurunan curah
jantung b/d peningkatan afterload, vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas
ventrikuler, iskemia miokard
|
NOC
:
·
Cardiac
Pump effectiveness
·
Circulation
Status
·
Vital
Sign Status
|
NIC
:
Cardiac Care
v Evaluasi
adanya nyeri dada ( intensitas,lokasi, durasi)
v
Catat
adanya disritmia jantung
v Catat
adanya tanda dan gejala penurunan cardiac putput
v
Monitor
status kardiovaskuler
v
Monitor
status pernafasan yang menandakan gagal jantung
v Monitor
abdomen sebagai indicator penurunan perfusi
v
Monitor
balance cairan
v
Monitor
adanya perubahan tekanan darah
v Monitor
respon pasien terhadap efek pengobatan antiaritmia
v Atur
periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan
v
Monitor
toleransi aktivitas pasien
v Monitor
adanya dyspneu, fatigue, tekipneu dan ortopneu
v
Anjurkan
untuk menurunkan stress
Fluid
Management
·
Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
·
Pasang urin kateter jika diperlukan
·
Monitor status hidrasi ( kelembaban membran mukosa,
nadi adekuat, tekanan darah ortostatik ), jika diperlukan
·
Monitor vital sign sesuai indikasi penyakit
·
Monitor indikasi retensi / kelebihan cairan (cracles,
CVP , edema, distensi vena leher, asites)
·
Kaji lokasi dan luas edema
·
Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake
kalori harian
·
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi cairan
sesuai program
·
Monitor status nutrisi
·
Berikan cairan
·
Kolaborasi pemberian diuretik sesuai program
·
Berikan cairan IV pada suhu ruangan
·
Dorong masukan oral
·
Berikan penggantian nesogatrik sesuai output
·
Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
·
Monitor respon pasien terhadap terapi elektrolit
·
Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul
meburuk
Fluid Monitoring
·
Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan
eliminaSi
·
Tentukan kemungkinan faktor resiko dari ketidak
seimbangan cairan (Hipertermia, terapi diuretik, kelainan renal, gagal
jantung, diaporesis, disfungsi hati, dll )
·
Monitor berat badan
·
Monitor serum dan elektrolit urine
·
Monitor serum dan osmilalitas urine
·
Monitor BP
·
Monitor tekanan darah orthostatik dan perubahan irama
jantung
·
Monitor parameter hemodinamik infasif
·
Catat secara akutar intake dan output
·
Monitor membran mukosa dan turgor kulit, serta rasa
haus
·
Catat monitor warna, jumlah dan
·
Monitor adanya distensi leher, rinchi, eodem perifer
dan penambahan BB
·
Monitor tanda dan gejala dari odema
·
Beri cairan sesuai keperluan
·
Kolaborasi pemberian obat yang dapat meningkatkan
output urin
·
Lakukan hemodialisis bila perlu dan catat respons
pasien
Vital
Sign Monitoring
§ Monitor
TD, nadi, suhu, dan RR
§
Catat
adanya fluktuasi tekanan darah
§ Monitor
VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
§ Auskultasi
TD pada kedua lengan dan bandingkan
§
Monitor
TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas
§
Monitor
kualitas dari nadi
§
Monitor
adanya pulsus paradoksus
§
Monitor
adanya pulsus alterans
§
Monitor
jumlah dan irama jantung
§
Monitor
bunyi jantung
§
Monitor
frekuensi dan irama pernapasan
§
Monitor
suara paru
§
Monitor
pola pernapasan abnormal
§ Monitor
suhu, warna, dan kelembaban kulit
§
Monitor
sianosis perifer
§
Monitor
adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan
sistolik)
§ Identifikasi
penyebab dari perubahan vital sign
|
|
|
Intoleransi aktivitas b/d kelemahan,
ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
Definisi : Ketidakcukupan
energu secara fisiologis maupun psikologis untuk meneruskan atau
menyelesaikan aktifitas yang diminta atau aktifitas sehari hari.
Batasan
karakteristik :
a. melaporkan secara verbal adanya
kelelahan atau kelemahan.
b. Respon abnormal dari tekanan
darah atau nadi terhadap aktifitas
c. Perubahan EKG yang menunjukkan
aritmia atau iskemia
d. Adanya dyspneu atau
ketidaknyamanan saat beraktivitas.
Faktor
factor yang berhubungan :
·
Tirah
Baring atau imobilisasi
·
Kelemahan
menyeluruh
·
Ketidakseimbangan
antara suplei oksigen dengan kebutuhan
·
Gaya
hidup yang dipertahankan.
|
NOC
:
v
Energy
conservation
v
Activity
tolerance
v
Self
Care : ADLs
Kriteria
Hasil :
v
Berpartisipasi
dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR
v Mampu
melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri
|
NIC
:
Activity
Therapy
v Kolaborasikan
dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalammerencanakan progran terapi yang tepat.
v Bantu
klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
v Bantu
untuk memilih aktivitas konsisten yangsesuai dengan kemampuan fisik,
psikologi dan social
v Bantu
untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas
yang diinginkan
v Bantu
untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek
v Bantu
untu mengidentifikasi aktivitas yang disukai
v Bantu
klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang
v Bantu
pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas
v Sediakan
penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
v Bantu
pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan
v Monitor respon fisik, emoi, social dan spiritual
|
|
|
Nyeri
Definisi :
Sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman
emosional yang muncul secara aktual atau potensial kerusakan jaringan atau
menggambarkan adanya kerusakan (Asosiasi Studi Nyeri Internasional): serangan
mendadak atau pelan intensitasnya dari ringan sampai berat yang dapat
diantisipasi dengan akhir yang dapat diprediksi dan dengan durasi kurang dari
6 bulan.
Batasan karakteristik :
-
Laporan secara verbal atau non verbal
-
Fakta dari observasi
-
Posisi antalgic untuk menghindari nyeri
-
Gerakan melindungi
-
Tingkah laku berhati-hati
-
Muka topeng
-
Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit atau
gerakan kacau, menyeringai)
-
Terfokus pada diri sendiri
-
Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu,
kerusakan proses berpikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan)
-
Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan,
menemui orang lain dan/atau aktivitas, aktivitas berulang-ulang)
-
Respon autonom (seperti diaphoresis, perubahan
tekanan darah, perubahan nafas, nadi dan dilatasi pupil)
-
Perubahan autonomic dalam tonus otot (mungkin dalam
rentang dari lemah ke kaku)
-
Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah, merintih,
menangis, waspada, iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah)
-
Perubahan dalam nafsu makan dan minum
Faktor yang berhubungan :
Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis)
|
NOC :
v
Pain
Level,
v
Pain
control,
v
Comfort
level
Kriteria Hasil :
v
Mampu
mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
v Melaporkan
bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
v Mampu
mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
v Menyatakan
rasa nyaman setelah nyeri berkurang
v
Tanda
vital dalam rentang normal
|
NIC :
Pain Management
§
Lakukan
pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
§
Observasi
reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
§
Gunakan
teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
§
Kaji
kultur yang mempengaruhi respon nyeri
§
Evaluasi
pengalaman nyeri masa lampau
§
Evaluasi
bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri
masa lampau
§ Bantu
pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
§ Kontrol
lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan
dan kebisingan
§
Kurangi
faktor presipitasi nyeri
§ Pilih
dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter
personal)
§ Kaji
tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
§
Ajarkan
tentang teknik non farmakologi
§
Berikan
analgetik untuk mengurangi nyeri
§
Evaluasi
keefektifan kontrol nyeri
§
Tingkatkan
istirahat
§ Kolaborasikan
dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
§
Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
Analgesic Administration
§ Tentukan
lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
§ Cek
instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
§
Cek
riwayat alergi
§
Pilih
analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian
lebih dari satu
§ Tentukan
pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri
§ Tentukan
analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal
§ Pilih
rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur
§
Monitor
vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
§ Berikan
analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
§
Evaluasi
efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping)
|
A. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Tanggal dan Diagnosa
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
Tanggal :
........................
Penurunan curah jantung
|
Jam
....................
1. Memberikan O2 3-5 liter/menit dan berikan
posisi setengah duduk (Hasil klien tampak rileks)
2. Melakukan pemeriksaan nadi
perifer, keadaan kulit apakah ditemukan sianosis, keringat dingin ( nadi
88x/menit, irama irreguler, adanya sianosis, pengisian kapiler 4 detik)
3. Monitor urine output hasil (
volume 250 cc/ 8 jam, warna kuning pekat)
4. Membrikan obat captopril
5. Melakukan pemeriksaan TD, nadi, suhu, dan RR
Hasil
TD 160/90 mmHg. Nadi 88 x/menit irama irreguler, suhu 36,5 derajat celcius,
RR 20x/mnit
|
S :
Ø
klien
mengatakan rileks, walau masih terasa sesak
O
:
Ø
nadi
88x/menit, irama irreguler, adanya sianosis, pengisian kapiler 4 detik
Ø
volume
urine 250 cc/ 8 jam, warna kuning pekat
Ø
TD
160/90 mmHg. Nadi 88 x/menit irama irreguler, suhu 36,5 derajat celcius, RR
20x/mnit
A
: penurunan curah jantung
P
:
Ø
Catat adanya fluktuasi tekanan darah
Ø
Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
Ø
Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah
aktivitas
Ø
Observasi
tanda-tanda vital, irama jantung dan bunyi jantung
Ø
Kaji
adanya perubahan sensoris
Ø
Ciptakan
lingkungan yang tenang
Ø
Berikan
penjelasan bila akan melakukan tindakan
Ø
Tinggikan
kaki, cegah tekanan dibawah lutut
Ø
Anjurkan
untuk mobilisasi pasif/aktif sesuai kempuan pasien
|
Tanggal
:.........................
Nyeri akut
|
Jam
............................
§ melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
§ melakukan observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
§ mengkaji
kultur yang mempengaruhi respon nyeri
§ melakukan evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
§ melakukan evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan
kontrol nyeri masa lampau
§ membantu
pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
§
|
S.
Ø
Klien mngatakan nyeri masih
dirasakan walau sudah berkurang, skala maupun intensitas dan frekuensi nya
O.
Ø
Skala
nyeri 4
Ø
Pasien
sesekali memegangi dada sebelah kiri
Ø
Nyeri
dirasakan bila melakukan aktivitas berlebihan
A
: Nyeri akut
P.
§ Tentukan
lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
§ Cek
instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
§ Cek riwayat alergi
§ Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
§ Tentukan
pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri
|
Tanggal
:.........................
Intoleransi
aktivitas
|
Jam............................
Ø Mengukur tanda-tanda vital sebelum dan sesudah
melakukan aktivitas, diukur saat klien ke WC
Hasil : sebelum aktivitas TD
160/95 mmhg, nadi 86 x/menit
Setelah : TD 168/95 mmhg, nadi
98 x/menit
Ø mengkaji ketidakmampuan
aktivitas
hasil : terjadi penurunan
kemampuan aktivitas, hanya terbatas 20 meter
|
S :
Ø klien mengeluh sesak saat
aktivitas
O
:
Ø Terjadi perubahan TTV sebelum
dan sesudah aktivitas TD 160/95 mmhg, nadi 86 x/menit Setelah : TD 168/95
mmhg, nadi 98 x/menit
Ø terjadi penurunan kemampuan
aktivitas, hanya terbatas 20 meter
A
: Intoleransi aktivitas
Ø P : Bantu pasien dalam
melakukan aktivitas sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan dirinya(hindari
aktivitas yang memperberat kerja jantung)
|
BAB 5
PEMBAHASAN
Konsep teori Pencapaian Tujuan King merupakan
konsep teori derivat dari kerangka kerja konseptual (Conceptual Framework) dan asumsi dasar King tentang Human Being. Konsep ini terdiri dari
sistem personal, sistem interpersonal dan sistem sosial, dimana ketiga konsep
ini menjadi dasar dalam proses perawat dan klien berinteraksi. Dalam
melaksanakan asuhan keperawatan, diperlukan keterampilan perawat berinteraksi
agar dapat melibatkan pasien untuk berpartisipasi aktif dalam penyusunan tujuan
secara bersama, mengambil keputusan, dan berinterasi untuk mencapai tujuan
klien.
King mempunyai asumsi dasar
terhadap kerangka kerja konseptualnya, bahwa manusia seutuhnya (Human Being) merupakan sistem terbuka
yang secara konsisten berinteraksi dengan lingkungannya, oleh karena itu
menurut analisis kelompok teori ini cocok diterapkan pada keperawatan klinik
maupun komunitas karena berfokus pada interaksi antara manusia dan
lingkungannya. Manusia sebagai individu, dalam hal ini sebagai pasien dapat
melakukan penyesuaian terhadap stressor internal maupun eksternal dalam rentang
sehat sakit dengan menggunakan sumber-sumber yang dimiliki perawat untuk
mencapai kesehatan optimal.
Pada kasus yang dianalisis
oleh kelompok mengenai pengkajian pada pasien acute coronary syndrome dengan menggunakan penerapan teori King, didapatkan
bahwa masih banyak aspek yang perlu dikaji oleh kelompok secara mendalam baik itu dalam sistem personal, sistem
interpersonal maupun sistem sosial. Sistem personal mencakup tentang persepsi,
diri, citra tubuh, ruang, waktu, koping, tumbuh kembang dan belajar ; Sistem
interpersonal mencakup tentang komunikasi, interaksi, peran, stres, stressor,
transaksi ; Sistem sosial mencakup tentang organisasi, otoritas, power, status,
pengambilan keputusan. Sulitnya mendapatkan pengkajian secara mendalam dengan
menggunakan konsep King disebabkan karena diperlukan pemahaman mendalam
terhadap aspek yang pelu dikaji pada tiap-tiap sistem. Format pengkajian teori King untuk mendapatkan informasi dari
pasien dan keluarga membutuhkan pengkajian secara mendalam dengan menggunakan
pertanyaan bersifat terbuka atau membutuhkan penjelasan. Jika ingin menerapkan
pengkajian dengan teori King, dibutuhkan waktu yang tidak singkat. Hal ini
berbanding terbalik dengan kenyataan di lapangan, dimana beban kerja perawat di
ruangan rawat inap jantung sangat tinggi, sehingga
akhirnya menyebabkan pengkajian yang dilakukan tidak menyeluruh. Selain itu,
untuk melakukan pengkajian menggunakan teori King dengan tepat, dibutuhkan
dasar pengetahuan tentang konsep-konsep yang ada
dalam teori Pencapaian Tujuan (Goal
Attainment) dan memiliki kemampuan untuk membuat perencanaan keperawatan
individu sambil mendorong partisipasi aktif pasien dalam fase pengambilan
keputusan. Dari sisi pasien, pengkajian dengan
menggunakan teori King membutuhkan waktu yang lebih banyak sehingga menjadi
sulit diterapkan pada pasien dengan kondisi sangat lemah.
Dengan demikian, menurut
analisis kelompok untuk melakukan pengkajian dengan menerapkan pendekatan teori
King dibutuhkan dasar pengetahuan
tentang konsep-konsep yang ada dalam teori Pencapaian Tujuan (Goal Attainment) oleh perawat. Menurut analisa kelompok,
teori king memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan teori ini adalah mengutamakan
partisipasi aktif klien dalam penyusunan tujuan bersama, mengambil keputusan
dan interaksi untuk mencapai tujuan klien, teori ini berperan penting pada
kolaborasi antara tenaga kesehatan. Kekurangan pada teori ini adalah dibutuhkan waktu yang lebih banyak jika ingin
mendapatkan informasi secara lengkap dalam proses pengkajian, dibutuhkan keterampilan perawat dalam
berinteraksi dengan pasin sehingga didapatkan pengkajian yang lengkap, pengkajian sulit dilakukan pada pasien dengan
penurunan kesadaran dan pasien jiwa dan pada pasien emergency.
King mempunyai asumsi dasar
terhadap kerangka kerja konseptualnya, bahwa manusia seutuhnya (Human Being) merupakan sistem terbuka
yang secara konsisten berinteraksi dengan lingkungannya, oleh karena itu
menurut analisis kelompok teori ini cocok diterapkan pada keperawatan klinik
maupun komunitas karena berfokus pada interaksi antara manusia dan
lingkungannya. Manusia sebagai individu, dalam hal ini sebagai pasien dapat
melakukan penyesuaian terhadap stressor internal maupun eksternal dalam rentang
sehat sakit dengan menggunakan sumber-sumber yang dimiliki perawat untuk
mencapai kesehatan optimal.
BAB 6
KESIMPULAN
Konseptual system King memandang keperawatan sebagai
profesi yang membantu menyediakan layanan untuk memenuhi kebutuhan sosial. King mempunyai asumsi dasar
terhadap kerangka kerja konseptualnya, bahwa manusia seutuhnya (Human Being) merupakan sistem terbuka
yang secara konsisten berinteraksi dengan lingkungannya.
Sehingga teori
ini sesuai diterapkan pada keperawatan klinik
maupun komunitas karena berfokus pada interaksi antara manusia dan
lingkungannya. Manusia sebagai individu, dalam hal ini sebagai pasien dapat
melakukan penyesuaian terhadap stressor internal maupun eksternal dalam rentang
sehat sakit dengan menggunakan sumber-sumber yang dimiliki perawat untuk
mencapai kesehatan optimal.
Pelayanan memiliki ruang lingkup keperawatan meliputi promosi
kesehatan, perawatan dan pemulihan, perawatan orang sakit dan luka, dan
perawatan pada tahap kematian. Perawat adalah tokoh penting dalam pelayanan
kesehatan yang berperan mempromosikan kesehatan dalam mencegah penyakit, dan
dalam pengelolaan perawatan klien. Perawat bekerja sama dengan dokter,
keluarga,dan lain-lain untuk mengkoordinasikan rencana perawatan kesehatan.
Dengan demikian tujuan keperawatan adalah untuk membantu individu menjaga
kesehatan mereka agar bisa berfungsi sesuai peran mereka.
DAFTAR
PUSTAKA
Alligood, M. R. (2014). Nursing Theorist and Their Work.
St.Louis, Missouri.
Bulechek, G. M.,
Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2013). Nursing
Interventions Classification (NIC): Edisi Bahasa Indonesia Edisi ke 6.
Singapore: ISBN.
Fawcett, J. (2006). Contemporary Nursing Knowledge:
Analysis and evaluation of nursing model an theories. Philadelpia: FA
Davis.
Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2015). Diagnosis Keperawatan:
Definisi&klasifikasi 2015- 2017
Edisi 10. Jakarta: EGC.
Moorhead, S.,
Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2013). Nursing Outcome
Classification (NOC): Pengukuran Outcomes Kesehatan: Edisi Bahasa Indonesia:
Edisi kelima. Singapore: ISBN.