TINJAUAN PUSTAKA
2. 1
BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)
2. 1. 1 Defenisi Berat Badan Lahir Rendah
Sejak tahun 1961 WHO telah mengganti
istilah Premature Baby dengan Low Birth Weight Baby (bayi dengan
berat badan lahir rendah), dan kemudian WHO merubah ketentuan tersebut pada
tahun 1977 yang semula kriteria BBLR adalah ≤ 2500 gram menjadi hanya < 2500
gram tanpa melihat usia kehamilan (Wiknjsastro, 2002).
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bila berat
badannya kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram). Bayi yang dilahirkan
dengan BBLR umumnya kurang mampu meredam tekanan lingkungan yang baru sehingga
dapat mengakibatkan pada terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan, bahkan
dapat menggangu kelangsungan hidupnya (Prawirohardjo, 2006).
2. 1. 2 Etiologi/ Penyebab BBLR
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor
ibu yang lain adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti
penyakit vaskuler, kehamilan kembar/ganda, serta faktor janin juga merupakan
penyebab terjadinya BBLR (IDAI, 2004).
a)
Faktor Ibu
-
Penyakit
Seperti malaria, anemia,
sipilis, infeksi TORCH, dan
lain-lain.
-
Komplikasi pada Kehamilan.
Komplikasi yang tejadi pada kehamilan ibu
seperti perdarahan antepartum, pre-eklamsia berat, eklamsia, dan kelahiran
preterm.
-
Usia Ibu
Angka kejadian BBLR tertinggi ditemukan pada bayi yang dilahirkan
oleh ibu-ibu dengan usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun.
-
Faktor Kebiasaan Ibu
Faktor kebiasaan ibu juga berpengaruh
seperti ibu perokok, ibu pecandu alkohol dan ibu pengguna narkotika.
b)
Faktor Janin
Prematur,
hidramion, kehamilan kembar/ganda (gemeli), kelainan kromosom.
c)
Faktor Lingkungan
Yang dapat berpengaruh antara lain; tempat
tinggal di daratan tinggi, radiasi, sosio-ekonomi dan paparan zat-zat racun
(Sitohang, 2004).
d)
Faktor Sosial Ekonomi
Faktor yang berperan dalam mementukan status
kesehatan seseorang adalah tingkat sosial ekonomi (FKM UI, 2007). Sosial
ekonomi merupakan gambaran tingkat kehidupan seseorang dalam masyarakat yang
ditentukan dengan variabel pendapatan, pendidikan dan pekerjaan, karena ini
dapat mempengaruhi aspek kehidupan termasuk pemeliharaan kesehatan
(Notoatmodjo, 2003).
e)
Faktor Pendidikan
Pendidikan sebagai proses pembentukan
pribadi, pendidikan diartikan sebagai suatu kegiatan yang sistematis dan
sistemik terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik (Umar, 2005).
Menurut Kuncoroningrat yang dikutip oleh
Nursalam dan Siti Pariani (2001) semakin tinggi pendidikan semakin tinggi mudah
menerima informasi, sehingga semakin banyak pula sebaliknya. Semakin rendah
tingkat pendidikan maka akan sulit mencerna pesan yang disampaikan.
Tingkat pendidikan khususnya tingkat
pendidikan ibu mempengaruhi derajat kesehatan karena unsur pendidikan ibu dapat
berpengaruh pada kualitas pengasuhan anak. Tingkat pendidikan sangat
berpengaruh terhadap perubahan sikap dan perilaku hidup sehat. Tingkat
pendidikn yang lebih tinggi akan memudahkan seseorang untuk menyerap informasi
dan mengimplementasikannya dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari (Depkes
RI, 2004).
2. 1. 3 Klasifikasi Berat Badan Lahir Rendah
Bayi Berat Lahir Rendah (kurang dari 2.500 gram)
merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal
dan neonatal. BBLR dapat diklasifikasikan menjadi :
a.
Prematuritas murni
b.
Dismatur
A.
Prematuritas Murni
1)
Definisi
Adalah bayi lahir dengan masa kehamilan
< 37 minggu dan berat badan sesuai dengan masa gestasi tersebut atau disebut
juga neonatus kurang bulan. Namun beberapa sumber ada yang mengatakan < 38
minggu. (Murray, Sharon SMH, 2002).
2)
Etiologi
Penyebab pasti belum diketahui, tetapi
ada beberapa factor resiko yang berperan, yaitu:
a)
Faktor Ibu
-
Penyakit yang berhubungan dengan
kehamilan seperti toxemia gravidarum, perdarahan antepartum, trauma fisis dan
psikologis, netritis akut, DM, infeksi akut, penyakit maternal dan kelainan
kardiovaskuler
-
Usia ibu, angka kejadian tinggi pada ibu dengan usia < 18
tahun atau >40 tahun dan pada multigravida yang mempunyai jarak kehamilan
yang terlalu dekat.
-
Keadaan social ekonomi, hal ini
berhubungan dengan keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal yang
kurang
-
Kondisi ibu saat hamil, peningkatan
berat badan ibu yang tidak adekuat, ibu yang merokok.
b)
Faktor Janin
Hidramnion/polihidramnion, kehamilan
ganda, kelainan janin, gangguan dalam uterus, infeksi janin dan lain-lain.
3)
Manifestasi Klinis
a.
Umumnya BB < 2500 gram, panjang badan
< 45 cm, llingkar dada < 30 cm, lingkar kepala < 33 cm.
b.
Kepala relatif lebih besar daripada
badannya, kulit tipis, transparan, lanugo banyak, lemak subkutan sedikit.
c.
Osifikasi tengkorak sedikit, ubun-ubun
dan sutura lebar, genitalia immature, labia minora dan klitoris terlihat besar,
labia minora belum tertutup oleh labia mayora. Pada laki-laki testis belum
turun.
d.
Pembuluh darah kulit banyak terlihat dan
peritaltik ususpun dapat terlihat.
e.
Rambut biasanya tipis, halus dan
teranyam sehingga sulit terlihat satu per Satu
f.
Daun telinga datar, lembut karena tulang
rawannya masih sedikit
g.
Putting susu belum terbentuk dengan
baik, jaringan mamae belum terbentuk semua
h.
Muskuler pleksornya belum berkembang
serta tonus otot belum sempurna
i.
Kondisi ekstermitas lemah dengan sedikit
gerakan atau tidak ada kegiatan yang aktif bergerak
j.
Berbaring dalam posisi ekstensi
k.
Bayi lebih banyak tertidur daripada
terbangun, tangisnya lemah, pernafasan belum teratur dan sering terdapat apneu
l.
Otot masih hipnotonik, sehingga sikap
selalu dalam keadaan kedua tungkai dalam keadaan abduksi, sendi lutu dan kaki
dalam keadaan fleksi dan kepala menghadap kearah satu jurusan.
m.
Reflek
tonus otot biasanya masih lemah, reflek moro (+). Reflek menghisap dan menelan
belum sempurna, begitu juga dengan reflek batuk. Frekuensi
nadi 100-140/menit, pernafasan pada hari pertama 40-50/menit, pada hari-hari
berikutnya 35-45/menit.
4)
Masalah yang umum terjadi pada
bayi premature
a.
Sistem Respirasi
Yang umum terjadi adalah serangan apneu, karena surfaktan
yang berperan untuk tegangan albveoli yang berkaitan erat dengan penurunan
tegangan permukaan alveoli dan akan mengurangi resistensi terhadap pengembangan
pada waktu inspirasi dan mencegah pada waktu kolaps alveolus pada waktu
ekspirasi. Pada bayi premature surfaktan belum smpurna
dihasilkan sehingga bayi muda terserang sindroma gawat napas (SGN).
b.
Masalah Termoregulasi
Terjadi karena kulit tipis dan dekat
dengan permukaan. Lemak subkutan sedikit, sehingga panas cepat hilang, pusat
control temperature di otak belum matur dan biasanya lebih lanjut menyebabkan
afiksia. Komplikasinya dapat terjadi hipoglikemi dan masalah respirasi.
c.
Masalah Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Bayi ini mudah kehilangan cairan karena
sedikit perlindungan subkutan dan komposisi air dalam tubuh lebih besar, kulit
lebih permeable dibandingkan dengan bayi normal. Permukaan tubuh klien lebih
besar dari BB. Fototerapi bisa menyebabkan banyak kehilangan cairan, water loss
yang terjadi melalui repirasi dan GIT
d.
Masalah Integument
Kulit lebih mudah robek, rusak dan
permeable. Tindakan sering dilakukan seperti cairan endotrakeal, IV, dan
lamanya sangat merusak kulit. Bagitu juga dengan tindakan desinfektan seperti
alcohol, betadine sebelum tindakana invasive dapat merusak kulit dan mudah
menyerap.
5)
Komplikasi
·
SGN, penyakit membrane hialin, biasanya
disebabkan oleh surfaktan yang inadekuat/tidak sempurna dalam tubuh
·
Pneumonia aspirasi karena reflek menelan
dan batuk belum sempurna
·
Pre ventrikuler-intra ventrikuler
hemoragi, perdarahan spontan pada ventrikel otak yang biasanya disebabkan oleh
anoksia jaringan
·
Hiperbilirubenemia karena gangguan pertumbuhan hati
B. Dismatur
1)
Definisi
Dismatur adalah bayi yang BB lahirnya
dibandingkan dengan BB yang seharusnya pada masa gestasinya (IKA,UI 2002). BB
yang kurang dari BB lahir seharusnya untuk masa gestasi tertentu adalah BB
lahirnya di bawah persentil 10 menurut kurva pertumbuhan, dismatur dapat juga
terjadi pada preterm, term ,postterm. Nama lain yang sering digunakan adalah
KMK (Kecil Masa Kehamilan).
2)
Etiologi
a.
Banyak factor yang menyebabkannya,
terutama berhubungan dengan keadaan yang mengganggu pertukaran zat antara ibu
dan janin
b.
Kelainan congenital, infeksi fetal dari rubella
atau cytomegalovirus
c.
Fungsi plasenta seperti ukuran kecil,
plasenta menua, dll
d.
Penyakit pada ibu seperti hipertensi
selama kehamilan
e.
Rokok, alkohol, malnutrisi yang berat
pada ibu
3)
Manifestasi klinis
a.
Pada preterm, terlihat gejala fisus bayi premature murni dan
gejala dismaturitas, retardasi mental dan wasting
b.
Pada term gejala yang menonjol adalah wasting
c.
Poast term sama dengan term
Bayi dismatur dengan tanda wasting atau
insufisiensi palsenta dapat dibagi dalam 3 atadium menurut berat dan ringannya
wasting yaitu :
·
Stadium I :
-
Bayi tampak kurus dan realatif lebih
panjang, kulit longgar, kering seperti perkamen tetapi belum terdapat noda
mekonium
·
Stadium II :
-
Didapatkan tanda-tanda stadium I
ditambah warna kehjauan pada kulit, plasenta dan umbilicus, hal ini kemudian
mengendap kedalam kulit, umbilicus dan plasenta sebagai akibat anoksia
intrauterine
·
Stadium III :
-
Ditemukan stadium II ditambah dengan
kulit berwarna kuning, demikian pila pada kuku dan tali pusat.
4)
Komplikasi dismatur
a.
Sindrom Aspirasi Mekonium
Akibat mekonium dilepaskan dalam liquor
amnion, cairan yang mengandung amnion masuk ke paru akibat inhalasi
b.
Hipoglikemi Simptomatik
Biasanya terjadi akibat persediaan
glikogen yang sangat kurang
c.
Asfiksia Neonatorum
d.
Penyakit Membran Hialin
Karena bayi dismatur preterm belum cukup
surfaktannya sehingga alveoli selalu kolap
e.
Hiperbilirubenemia
Disebabkan karena gangguan pertumbuhan hati
2. 1. 4 Penatalaksanaan
a.
Penanganan
Bayi
Semakin kecil
bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar perawatan yang diperlukan,
karena kemungkinan terjadi serangan sianosis lebih besar. Semua perawatan bayi
harus dilakukan didalam incubator
b.
Pelestarian
Suhu Tubuh
Bayi dengan
berat lahir rendah, mempunyai kesulitan dalam mempertahankan suhu tubuh. Bayi
akan berkembang secara memuaskan, asal suhu rectal dipertahankan antara 35,50 C
s/d 370 C.
Bayi berat
rendah harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan dimana suhu normal tubuhnya
dipertahankan dengan usaha metabolic yang minimal. Bayi berat rendah yang
dirawat dalam suatu tempat tidur terbuka, juga memerlukan pengendalian
lingkungan secara seksama. Suhu perawatan harus diatas 25 0 C,
bagi bayi yang berat sekitar 2000 gram, dan sampai 300 C untuk
bayi dengan berat kurang dari 2000 gram
c.
Inkubator
Bayi dengan
berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator. Prosedur perawatan dapat
dilakukan melalui “jendela“ atau “lengan baju“. Sebelum memasukkan bayi kedalam
incubator, incubator terlebih dahulu dihangatkan, sampai sekitar 29,4 0 C,
untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan 32,20C untuk bayi yang lebih
kecil. Bayi dirawat dalam keadaan telanjang, hal ini memungkinkan pernafasan
yang adekuat, bayi dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi terhadap
pernafasan lebih mudah.
d.
Pemberin
oksigen
Ekspansi paru
yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm BBLR, akibat tidak adanya
alveolo dan surfaktan. Konsentrasi O2yang diberikan sekitar 30- 35 %
dengan menggunakan head box, konsentrasi o2 yang tinggi dalam
masa yang panjangakan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang
dapat menimbulkan kebutaan
e.
Pencegahan
infeksi
Bayi preterm
dengan berat rendah, mempunyai system imunologi yang kurang berkembang, ia
mempunyai sedikit atau tidak memiliki ketahanan terhadap infeksi. Untuk mencegah
infeksi, perawat harus menggunakan gaun khusus, cuci tangan sebelum dan sesudah
merawat bayi.
f.
Pemberian makanan
Pemberian
makanan secara dini dianjurkan untuk membantu mencegah terjadinya hipoglikemia
dan hiperbillirubin. ASI merupakan pilihan pertama, dapat diberikan melalui
kateter ( sonde ), terutama pada bayi yang reflek hisap dan menelannya lemah.
Bayi berat lahir rendah secara relative memerlukan lebih banyak kalori,
dibandingkan dengan bayi preterm.
Petunjuk untuk
volume susu yang diperlukan
Umur/hari
|
Jmlh
ml/kg BB
|
1
|
50- 65
|
2
|
100
|
3
|
125
|
4
|
150
|
5
|
160
|
6
|
175
|
7
|
200
|
14
|
225
|
21
|
175
|
28
|
150
|
g.
Pencegahan BBLR
Untuk menurunkan angka kejadian BBLR pemerintah telah melakukan
berbagai upaya pencegahan. Upaya untuk menurunkan angka kejadian BBLR ini akan
lebih efisien apabila bumil yang mempunyai resiko melahirkan bayi dengan BBLR
dapat dideteksi sedini mungkin. Pemantauan ibu hamil adalah salah satu upaya
untuk mendeteksi 12remat resiko terjadinya BBLR. Pemantauan ini merupakan
tindakan mengikuti perkembangan ibu dan janin, meningkatkan kesehatan optimim
dan diakhiri dengan kelahiran bayi yang sehat (Wiknjosastro, 1997).
Menurut Handayani (2003), ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
sebelum hamil agar setiap pasangan dapat merencanakan sebaik mungkin kehamilan
yang akan datang sehingga dapat melahirkan bayi yang normal dan sehat. Yang
perlu diperhatikan antara lain :
a.
Menganjurkan
agar melakukan konsultasi atau konseling pra-hamil.
b.
Menganjurkan
agar calon ibu diimunisasi TT atau imunisasi pra-nikah untuk mencegah penyakit
tetanus.
c.
Menganjurkan
agar ibu rajin untuk pemeriksaan kehamilan.
d.
Untuk ibu hamil
dianjurkan makan lebih banyak dan lebih sering yang dapat memenuhi kesehatan
gizi bagi ibu hamil dan janinnya.
e.
Untuk
mempersiapkan kehamilan yang sehat dianjurkan agar ibu menghindari akohol dan
rokok, karena 13rematu dapat mengganggu tumbuh kembang janin sementara rokok
akan menyebabkan kelahiran 13remature atau kelainan letak plasenta pada janin.
Selain itu, rokok juga dapat menyebabkan plasenta janin mudah lepas, kelainan
bawaan pada bayi dan yang paling membahayakan ketuban pecah (dini) tidak pada
waktunya.
2. 1. 5
WOC BBLR
2. 1. 6 Asuhan Keperawatan BBLR
(NANDA, NOC, NIC)
A.
Pengkajian
1)
Riwayat Kesehatan
a.
Riwayat pra, intra, postnatal
seperti persalinan saat usia muda, gizi buruk saat hamil karena sosek yang rendah, jarak
kehamilan yang dekat, kehamilan ganda, obat-obatan yang mungkin digunakan saat
hamil
b.
Riwayat kesehatan sekarang (ditemukan
saat pemeriksaan fisik)
c.
Riwayat kesehatan keluarga (ada anggota
keluarga lainnya yang melahirkan dengan BBLR)
2)
Pengkajian Fisik
a. Sirkulasi
Nadi apikal mungkin cepat dan / atau tidak teratur
dalam batas normal (120-160 dpm). Murmur jantung yang dapat didengar dapat
menandakan duktus arteriosus paten (PDA).
Pengkajian tambahan :
§
Tentukan frekuensi dan irama jantung
§
Gambarkan bunyi jantung termasuk adanya
murmur
§
Gambarkan warna bunyi : sianosis, pucat,
ikterik
§
Kaji warna bantalan kuku, membran mukosa
dan bibir
§
Tentukan tekanan darah
§
Gambarkan nadi perifer, pengisian
kapiler, perfusi perifer
b. Makanan / Cairan
§
Berat badan kurang dari 2500 gr
§
Tentukan adanya distensi abdomen
§
Tentukan adanya tanda-tanda regurgitasi
dan kulit yang berhubungan dengan pemberian makan, karakter dan jumlah sisa
bila diberi makanan melalui lavase. Bila selang NGT terpasang, gambarkan tipe
penghisapan, drainase
§
Gambarkan jumlah, warna, konsistensi,
dan bau dari adanya muntah
§
Palpasi daerah tepi hati
§
Gambarkan jumlah, warna dan konsistensi
feces
§
Gambarkan bising usus
c. Neurosensori
§
Gambarkan gerakan bayi, evaluasi
berdasarkan usia gestasi
§
Gambarkan jumlah, warna, pH, temuan
lapstick dan berat jenis urin
§
Periksa BB
§
Tubuh biasanya panjang, kurus, lemas
dengan perut agak gendut
§
Ukuran kepala besar dalam hubungannya
dengan tubuh, sutura mungkin mudah digerakkan, fontanel mungkin besar atau
terbuka lebar.
§
Dapat mendemonstrasikan kedutan atau
mata berputar
§
Edema kelopak mata umum terjadi, mata
mungkin merapat (tergantung usia gestasi)
§
Refleks tergantung : rooting terjadi
dengan gestasi minggu ke 32; koordinasi refleks untuk menghisap, menelan dan
bernafas nbiasa terbentuk pada gestasi minggu ke 32 ; komponen pertama reflek
moro (ekstensi lateral dari ekstremitas atas dengan membuka tangan) tampak pada
gestasi minggu ke 28, komponen kedua (fleksi anterior dan menangis yang dapat
didengar) tampak pada gestasi minggu ke 32.
d. Pernapasan
§
Gambarkan bentuk dada, kesimetrisan,
adanya insisi, selang dada
§
Gambarkan penggunaan otot aksesoris,
pernafasan cuping hidung, retraksi
§
Tentukan frekuensi dan keteraturan
pernapasan
§
Tentukan apakah penghisapan diperlukan
§
Auskultasi dan gambarkan bunyi
pernapasan
§
Skor apgar mungkin rendah
§
Pernapasan mungkin dangkal, tidak
teratur, pernapasan diafragmatik intermitten atau periodik (40-60x/menit)
e. Keamanan
§
Tentukan suhu kulit dan aksila, biasanya
suhu berfluktuasi dengan mudah
§
Tentukan hubungan dengan suhu lingkungan
§
Gambarkan adanya perubahan warna, area
kemerahan, tanda iritasi, lepuh, abrasi, area gundul
§
Tentukan tekstur dan turgor kulit ;
kering, halus, pecah-pecah, terkelupas
§
Gambarkan adanya ruam, lesi kulit atau
tanda lahir
§
Tentukan apakah kateter, infus IV,
jarum, berada pada tempatnya dan amati apakah ada tanda-tanda inflamasi
§
Gambarkan jalur pemasangan kateter IV,
jenis infus, frekuensi aliran, jenis jarum, tampilkan area insersi
§
Menangis mungkin lemah
§
Wajah mungkin memar, mungkin ada kaput
suksedaneum
§
Kulit kemerahan atau tembus pandang;
warna mungkin merah muda/kebiruan, akrosianosis atau sianosis/pucat
§
Lanugo terdistribusi secara luas
diseluruh tubuh
§
Ekstremitas mungkin tampak edema
§
Garis telapak kaki mungkin atau mungkin
tidak ada pada semua atau sebagian telapak
§
Kuku mungkin pendek
f. Genitourinaria
§
Persalinan atau kelahiran mungkin
tergesa-gesa
§
Genitalia ; labia minora wanita mungkin
lebih besar dari labia mayora dengan klitoris menonjol. Testis pria mungkin
tidak turun, rugae mungkin banyak atau tidak ada pada skrotum.
§
Gambarkan jumlah, warna, pH, temuan
lapstick dan berat jenis urin.
3)
Penyuluhan / Pembelajaran
Riwayat ibu dapat menunjukkan faktor-faktor yang
memperberat persalinan praterm, seperti :
a.
Usia muda
b.
Latar belakang sosial ekonomi rendah
c.
Rentang kehamilan dekat
d.
Gestasi multipel
e.
Nutrisi buruk
f.
Kelahiran praterm sebelumnya
g.
Komplikasi obstetrik seperti abrupsio
plasentae
h.
Ketuban pecah dini
i.
Dilatasi serviks prematur
j.
Adanya infeksi
k.
Inkompabilitas darah berhubungan dengan eritroblastosis
fetalis atau penggunaan obat yang diresepkan, dijual bebas atau obat jalanan.
4)
Pemeriksaan Diagnostik
Pilihan tes dan hasil yang diperkirakan tergantung
pada adanya masalah dan komplikasi sekunder :
a.
Studi Cairan Amniotik
Untuk rasio lesitin terhadap sfingomielin (L/S),
profil paru janin dan fosfatidilinositol mungkin telah dilakukan selama
kehamilan untuk mengkaji maturitas janin.
b.
Jumlah darah lengkap (JDL)
Penurunan pada hemoglobin/hematokrit mungkin
dihubungkan dengan anemia atau kehilangan darah. Sel darah putih mungkin kurang
dari 10.000/mm3 dengan pertukaran kekiri (kelebihan dini dari netrofil dan
pita) yang biasanya dihubungkan dengan penyakit bakteri berat.
c.
Dekstrostik
Menyatakan hipoglikemia. Tes glukosa serum mungkin
diperlukan bila hasil dekstrostik kurang dari 45 mg/ml.
d.
Kalsium Serum
Mungkin rendah
e.
Elektrolit (Na++, K+, Cl-)
Biasanya pada awal tetap berada pada batas normal
f.
Golongan Darah
Dapat menyatakan potensial inkompabilitas ABO
g.
Penentuan Rh dan Coomb Langsung
Bila ibu Rh negatif dan ayah Rh positif. Menentukan inkompabilitas
h.
Gas Darah Arteri
PO2 mungkin rendah, PCO2
mungkin meningkat dan menunjukkan asidosis ringan / sedang, sepsis atau
kesulitan nafas yang lama.
i.
Laju Sedimentasi Eritrosit
Meningkat menunjukkan respon inflamasi akut.
Penurunan ESR menunjukkan resolusi inflamasi
j.
Protein C-reaktif (beta globulin)
Ada dalam serum sesuai proporsi beratnya proses radang
infeksius atau non infeksius.
k.
Jumlah Trombosit
Trombositopenia dapat menyertai sepsis
l.
Kadar fibrinogen
Dapat menurun selama koagulasi intravaskuler
diseminata (KID) atau menjadi meningkat selama cedera atau inflamasi
m. Produk
split fibrin
Ada pada KID
n.
Kultur darah
Mengidentifikasi organisme penyebab yang dihubungkan
denagn sepsis
o.
Urinalisis
Mendeteksi abnormalitas, cedera ginjal
p. Berat Jenis Urin
Rentang antara 1,006 sampai 1,013 meningkat pada dehidrasi
q.
Klinites / Klinistik
Mengidentifikasi adanya gula dalam darah
r.
Hemates
Memeriksa adanya darah pada feces; hasil positif
menunjukkan nekrotisasi enterokolitis
s.
Tes
Shake Aspirat Lambung
Menentukan ada atau tidaknya surfaktan
t.
Sinar X Dada
Sinar X dada (PA dan Lateral) dengan bronkogram
udara. Dapart menunjukkan penampilan ground glass (RDS)
u.
Seri USG Kiranial
Mendeteksi ada ada dan beratnya hemoragi
intraventrikuler (IVH)
v.
Punksi Lumbal
Dapat dilakukan untuk mengesampingkan meningitis.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang lazim muncul pada
anak, yaitu :
1)
Pola
nafas tidak efektif b/d imaturitas organ pernafasan
2)
Bersihan
jalan nafas tidak efektif b/d obstruksi jalan nafas oleh penumpukan lendir,
reflek batuk
3)
Risiko
ketidakseimbangan temperatur tubuh b/d BBLR, usia kehamilan kurang, paparan
lingkungan dingin/panas.
4)
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan ingest/digest/absorb
5)
Ketidakefektifan
pola minum bayi b/d prematuritas
6)
Hipotermi
b/d paparan lingkungan dingin
7)
Resiko infeksi b/d ketidakadekuatan system kekebalan tubuh
8)
PK :
Hipoglikemia
C. NANDA, NOC, NIC
Dx.
|
NANDA
|
NOCs
|
NICs
|
1
|
Pola nafas tidak efektif b/d imaturitas organ pernafasan
Definisi :
Pertukaran udara inspirasi dan/atau
ekspirasi tidak adekuat
Batasan karakteristik :
· Penurunan tekanan
inspirasi/ekspirasi
· Penurunan
pertuka-ran udara per menit
· Menggunakan otot
pernafasan tambahan
· Nasal flaring
· Dyspnea
· Orthopnea
· Perubahan
penyimpangan dada
· Nafas pendek
· Assumption of
3-point position
· Pernafasan
pursed-lip
· Tahap ekspirasi
berlangsung sangat lama
· Peningkatan
diameter anterior-posterior
· Pernafasan
rata-rata/ minimal
- Bayi : < 25
atau > 60
- Usia 1-4 : < 20
atau > 30
- Usia 5-14 : <
14 atau > 25
- Usia > 14 :
< 11 atau > 24
· Kedalaman
pernafasan
- Dewasa volume tidalnya 500 ml saat istirahat
- Bayi volume tidalnya 6-8 ml/Kg
· Timing rasio
· Penurunan
kapasitas vital
Faktor yang berhubungan :
· Hiperventilasi
· Deformitas tulang
· Kelainan bentuk
dinding dada
· Penurunan
energi/kelelahan
· Perusakan/pelemahan
muskulo-skeletal
· Obesitas
· Posisi tubuh
· Kelelahan otot
pernafasan
· Hipoventilasi
sindrom
· Nyeri
· Kecemasan
· Disfungsi
Neuromuskuler
· Kerusakan
persepsi/kognitif
· Perlukaan pada
jaringan syaraf tulang belakang
· Imaturitas
Neurologis
|
a. Status pernapasan : Kepatenan jalan napas
Indikator :
ü Pernapasan dalam batas normal (16-24x/i)
ü Irama pernpasan normal
ü Kedalaman inspirasi (batasan normal)
ü Tidak ada suara napas tambahan
ü Tidak terjadi dipsnea
ü Tidak terlihat penggunaan otot bantu napas
ü Tidak ada batuk
ü Akumulasi sputum tidak ada
b. Status pernapasan : Ventilasi
Indikator :
ü Pernapasan dalam batas normal
ü Irama pernapasan (batasan normal)
ü Kedalaman inspirasi (batasan normal)
ü Bunyi perkusi (batasan normal)
ü Tidal volum (batasan normal)
ü Kapasitas vital (batasan normal)
ü Hasil pemeriksaan X-Ray (batasan normal)
ü Tes fungsi paru (batasan normal)
c. Status tanda-tanda vital sign
Indikator :
ü Suhu tubuh 36,50-37,50C
ü Denyut jantung (batasan normal)
ü Irama jantung (batasan normal)
ü Tekanan dan Denyut nadi (batasan normal)
ü Pernapasan (batasan normal)
ü Sistol dan diastol (batasan normal)
ü Kedalaman inspirasi (batasan normal)
|
Manajemen Jalan Napas
§ Buka jalan nafas, guanakan
teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
§ Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
§ Identifikasi pasien
perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
§ Pasang mayo bila perlu
§ Lakukan fisioterapi dada
jika perlu
§ Keluarkan sekret dengan
batuk atau suction
§ Auskultasi suara nafas,
catat adanya suara tambahan
§ Lakukan suction pada mayo
§ Berikan bronkodilator bila
perlu
§ Berikan pelembab udara
Kassa basah NaCl Lembab
§ Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan keseimbangan.
§ Monitor respirasi dan
status O2
Terapi Oksigen
·
Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
·
Pertahankan
jalan nafas yang paten
·
Atur
peralatan oksigenasi
·
Monitor
aliran oksigen
·
Pertahankan
posisi pasien
·
Onservasi
adanya tanda tanda hipoventilasi
·
Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
Pemantauan Tanda-tanda Vital
§ Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
§ Catat
adanya fluktuasi tekanan darah
§ Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
§ Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
§ Monitor
TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas
§ Monitor
kualitas dari nadi
§ Monitor
frekuensi dan irama pernapasan
§ Monitor
suara paru
§ Monitor
pola pernapasan abnormal
§ Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
§ Monitor
sianosis perifer
§ Monitor
adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan
sistolik)
§ Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
|
2
|
Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d obstruksi jalan nafas
oleh penumpukan lendir, reflek batuk.
Definisi :
Ketidakmampuan untuk membersihkan
sekresi atau obstruksi dari saluran pernafasan untuk mempertahankan
kebersihan jalan nafas.
Batasan Karakteristik :
· Dispneu, Penurunan
suara nafas
· Orthopneu
· Cyanosis
· Kelainan suara
nafas (rales, wheezing)
· Kesulitan
berbicara
· Batuk, tidak
efekotif atau tidak ada
· Mata melebar
· Produksi sputum
· Gelisah
· Perubahan
frekuensi dan irama nafas
Faktor yang berhubungan:
· Lingkungan :
merokok, menghirup asap rokok, perokok pasif-POK, infeksi
· Fisiologis :
disfungsi neuromuskular, hiperplasia dinding bronkus, alergi jalan nafas,
asma.
· Obstruksi jalan
nafas : spasme jalan nafas, sekresi tertahan, banyaknya mukus, adanya jalan
nafas buatan, sekresi bronkus, adanya eksudat di alveolus, adanya benda asing
di jalan nafas.
|
a. Status pernapasan : Kepatenan jalan napas
Indikator :
ü
Pernapasan
16-24x/i
ü
Irama
pernpasan normal
ü
Kedalaman
inspirasi (batasan normal)
ü
Tidak
ada suara napas tambahan
ü
Tidak
terjadi dipsnea
ü
Tidak
terlihat penggunaan otot bantu napas
ü
Tidak
ada batuk
ü
Akumulasi
sputum tidak ada
b. Status pernapasan : Ventilasi
Indikator :
ü Pernapasan dalam batas normal
ü Irama pernapasan (batasan normal)
ü Kedalaman inspirasi (batasan normal)
ü Bunyi perkusi (batasan normal)
ü Tidal volum (batasan normal)
ü Kapasitas vital (batasan normal)
ü Hasil pemeriksaan X-Ray (batasan normal)
ü Tes fungsi paru (batasan normal)
c.
Kontrol
Aspirasi
Indikator :
ü Identifikasi faktor resiko minimal
ü Faktor resiko tidak ditemukan
ü Pemeliharaan oral hyiegiene baik
ü Posisi tidak selalu tegak lurus / menyamping
saat makan dan minum
ü Penyeleksian makanan dan minuman sesuai
dengan kemampuan menelan
ü Penggunaan kekentalan cairan sesuai
kebutuhan
ü Posisi tegak selama 30 menit setelah makan
dilakukan
|
Airway
suction
· Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah
suctioning.
· Informasikan pada klien dan keluarga tentang
suctioning
· Minta klien nafas dalam sebelum suction
dilakukan.
· Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk
memfasilitasi suksion nasotrakeal
· Gunakan alat yang steril sitiap melakukan
tindakan
· Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas
dalam setelah kateter dikeluarkan dari nasotrakeal
· Monitor status oksigen pasien
· Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan
suksion
· Hentikan suksion dan berikan oksigen apabila
pasien menunjukkan bradikardi, peningkatan saturasi O2, dll.
Airway
Management
· Buka jalan nafas, guanakan
teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
· Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
· Identifikasi pasien
perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
· Pasang mayo bila perlu
· Lakukan fisioterapi dada
jika perlu
· Keluarkan sekret dengan
batuk atau suction
· Auskultasi suara nafas,
catat adanya suara tambahan
· Lakukan suction pada mayo
· Kolaborasikan pemberian
bronkodilator bila perlu
· Berikan pelembab udara
Kassa basah NaCl Lembab
· Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan keseimbangan.
· Monitor respirasi dan
status O2
|
3
|
Risiko ketidakseimbangan temperatur tubuh b/d BBLR, usia
kehamilan kurang, paparan lingkungan dingin/panas
Definisi :
Risiko kegagalan mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal.
Faktor faktor
resiko:
·
Perubahan metabolisme dasar
·
Penyakit atau trauma yang mempengaruhi
pengaturan suhu
·
Pengobatan pengobatan yang menyebabkan
vasokonstriksi dan vasodilatasi
·
Pakaian yang tidak sesuai dengan suhu
lingkungan
·
Ketidakaktifan atau aktivitas berat
·
Dehidrasi
·
Pemberian obat penenang
·
Paparan dingin atau hangat/lingkungan
yang panas
|
a. Hidrasi
Indikator :
ü Turgor kulit elastis
ü Mukosa membrane lembab
ü Masukan cairan adekuat
ü Pengeluaran urin normal
ü Perfusi jaringan normal
ü Fungsi kognitif tidak terganggu
b. Kepatuhan Perilaku
Indikator :
ü Keluarga mampu mencari
informasi kesehatan dari berbagai sumber
ü Informasi kesehatan yang
diperoleh keluarga dapat dievaluasi keakuratannya
ü Perilaku sehat oleh keluarga
bermanfaat
ü Status kesehatan dapat
dimonitor
c. Status kekebalan
Indikator :
ü Fungsi gastrointestinal
normal
ü Fungsi pernapasan normal
ü Fungsi genitourinaria normal
ü Temperatur tubuh 36,50-37,50C
ü Integritas kulit utuh
ü Integritas mukosa normal
ü Imunisasi terarah
ü Tidak terjadi infeksi
ü Daya tahan tubuh kuat
ü Reaksi skin tes normal
ü Sel darah putih normal
ü T4 dan T8 normal
ü Tidak ditemukan timus pada
X-Ray
d. Status Infeksi
Indikator
:
ü Temperatur stabil
ü Tidak terjadi hipertermia
ü Tidak terjadi
takhikardi/bradikardi
ü Tidak terjadi
aritmia/hipertensi/hipotensi
ü Tidak
pucat/sianosis/dingin/kulit basah
ü Kulit tidak burik
ü Tidak terjadi muntah, diare,
distensi abdomen
ü Reflek menghisap bagus
ü Tidak terjadi letargi,
iritabilitas, kejang
ü Tidak ditemui rash, suara tangis yang keras, bau
busuk, nanah, konjungtivitis, infeksi umbilical
e. Kontrol risiko
f. Deteksi risiko
|
Pengaturan Suhu
· Monitor suhu minimal tiap 2 jam
· Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu
· Monitor TD, nadi, dan RR
· Monitor warna dan suhu kulit
· Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi
· Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
· Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
· Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan
akibat panas
· Diskusikan tentang pentingnya pengaturan
suhu dan kemungkinan efek negatif dari kedinginan
· Beritahukan tentang indikasi terjadinya
keletihan dan penanganan emergency yang diperlukan
· Ajarkan indikasi dari hipotermi dan
penanganan yang diperlukan
· Berikan anti piretik jika perlu
|
4
|
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
ketidakmampuan ingest/digest/absorb
Definisi :
Intake nutrisi tidak cukup untuk
keperluan metabolisme tubuh.
Batasan karakteristik :
· Berat badan 20 %
atau lebih di bawah ideal
· Dilaporkan adanya
intake makanan yang kurang dari RDA (Recomended Daily Allowance)
· Membran mukosa dan
konjungtiva pucat
· Kelemahan otot
yang digunakan untuk menelan/mengunyah
· Luka, inflamasi
pada rongga mulut
· Mudah merasa
kenyang, sesaat setelah mengunyah makanan
· Dilaporkan atau
fakta adanya kekurangan makanan
· Dilaporkan adanya
perubahan sensasi rasa
· Perasaan
ketidakmampuan untuk mengunyah makanan
· Miskonsepsi
· Kehilangan BB
dengan makanan cukup
· Keengganan untuk
makan
· Kram pada abdomen
· Tonus otot jelek
· Nyeri abdominal
dengan atau tanpa patologi
· Kurang berminat
terhadap makanan
· Pembuluh darah
kapiler mulai rapuh
· Diare dan atau
steatorrhea
· Kehilangan rambut
yang cukup banyak (rontok)
· Suara usus
hiperaktif
· Kurangnya
informasi, misinformasi
Faktor yang berhubungan :
Ketidakmampuan pemasukan atau
mencerna makanan atau mengabsorpsi zat-zat gizi berhubungan dengan faktor
biologis, psikologis atau ekonomi.
|
a.
Status gizi
Indikator :
ü Masukan nutrisi (makanan dan cairan) adekuat
ü Berat badan normal
ü Hematokrit normal
ü Hidrasi dan tonus otot normal
b.
Status gizi: Asupan makanan dan cairan
Indikator :
ü Masukan makanan dan cairan oral adekuat
ü Asupan via NGT adekuat
ü Asupan cairan IV adekuat
ü Asupan nutrisi parenteral adekuat
c.
Status gizi: Asupan gizi
Indikator :
ü Asupan kalori adekuat
ü Asupan protein adekuat
ü Asupan lemak adekuat
ü Asupan serat adekuat
ü Asupan vitamin dan mineral adekuat
ü Asupan zat besi, kalsium dan sodium adekuat
d.
Kontrol
berat badan
Indikator :
ü Berat badan ideal
ü Persentasi lemak tubuh dalam batas normal
ü Lingkar kepala normal
ü Tinggi dan berat normal
|
Manajemen Nutrisi
· Kaji adanya alergi makanan
· Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
· Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
· Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein
dan vitamin C
· Berikan substansi gula
· Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi
serat untuk mencegah konstipasi
· Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan
dengan ahli gizi)
· Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan
makanan harian.
· Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
· Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
· Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan
nutrisi yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring
· BB pasien dalam batas normal
· Monitor adanya penurunan berat badan
· Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa
dilakukan
· Monitor interaksi anak atau orangtua selama
makan
· Monitor lingkungan selama makan
· Jadwalkan pengobatan dan tindakan
tidak selama jam makan
· Monitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi
· Monitor turgor kulit
· Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah
patah
· Monitor mual dan muntah
· Monitor kadar albumin, total protein, Hb,
dan kadar Ht
· Monitor makanan kesukaan
· Monitor pertumbuhan dan perkembangan
· Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan
jaringan konjungtiva
· Monitor kalori dan intake nuntrisi
· Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas oral.
· Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet
|
5
|
Ketidakefektifan pola minum bayi b/d prematuritas
|
· Menyusui anak
· Pengetahuan menyusui
· Breastfeeding Maintenance
|
Bantuan Menyusui
· Fasilitasi kontak ibu dengan bayi sawal
mungkin (maksimal 2 jam setelah lahir )
· Monitor kemampuan bayi untuk menghisap
· Dorong orang tua untuk meminta perawat untuk
menemani saat menyusui sebanyak 8-10 kali/hari
· Sediakan kenyamanan dan privasi selama
menyusui
· Monitor kemampuan bayi untukmenggapai
putting
· Dorong ibu untuk tidak membatasi bayi
menyusu
· Monitor integritas kulit sekitar putting
· Instruksikan perawatan putting untukmencegah
lecet
· Diskusikan penggunaan pompa ASI kalau bayi
tidakmampu menyusu
· Monitor peningkatan pengisian ASI
· Jelaskan penggunaan susu formula hanya jika
diperlukan
· Instruksikan ibu untuk makan makanan bergizi
selama menyusui
· Dorong ibu untuk minum jika sudah merasa
haus
· Dorong ibu untuk menghindari penggunaan
rokok danPil KB selama menyusui
· Anjurkan ibu untuk memakai Bra yang nyaman,
terbuat dari cootn dan menyokong payudara
· Dorong ibu untukmelanjutkan laktasi setelah
pulang bekerja/sekolah
|
6
|
Hipotermi b/d paparan lingkungan dingin
|
· Thermoregulation
· Thermoregulation : neonate
|
Temperature regulation
· Monitor suhu minimal tiap 2 jam
· Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu
· Monitor TD, nadi, dan RR
· Monitor warna dan suhu kulit
· Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi
· Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
· Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
· Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan
akibat panas
· Diskusikan tentang pentingnya pengaturan
suhu dan kemungkinan efek negatif dari kedinginan
· Beritahukan tentang indikasi terjadinya keletihan
dan penanganan emergency yang diperlukan
· Ajarkan indikasi dari hipotermi dan
penanganan yang diperlukan
· Berikan anti piretik jika perlu
Monitor Vital Sign
· Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
· Catat adanya fluktuasi tekanan darah
· Monitor VS saat pasien berbaring, duduk,
atau berdiri
· Auskultasi TD pada kedua lengan dan
bandingkan
· Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
· Monitor kualitas dari nadi
· Monitor frekuensi dan irama pernapasan
· Monitor suara paru
· Monitor pola pernapasan abnormal
· Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
· Monitor sianosis perifer
· Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi
yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
· Identifikasi penyebab dari perubahan vital
sign
|
7
|
Resiko infeksi b/d ketidakadekuatan system kekebalan tubuh.
Definisi :
Peningkatan resiko masuknya organisme
patogen
Faktor-faktor resiko :
· Prosedur Infasif
· Ketidakcukupan
pengetahuan untuk menghindari paparan patogen
· Trauma
· Kerusakan jaringan
dan peningkatan paparan lingkungan
· Ruptur membran
amnion
· Agen farmasi
(imunosupresan)
· Malnutrisi
· Peningkatan
paparan lingkungan patogen
· Imonusupresi
· Ketidakadekuatan
imum buatan
· Tidak adekuat
pertahanan sekunder (penurunan Hb, Leukopenia, penekanan respon inflamasi)
· Tidak adekuat
pertahanan tubuh primer (kulit tidak utuh, trauma jaringan, penurunan kerja
silia, cairan tubuh statis, perubahan sekresi pH, perubahan peristaltik)
· Penyakit kronik
|
a. Status Imun
b. Knowledge : Infection control
c. Risk control
|
Kontrol Infeksi
· Bersihkan lingkungan
setelah dipakai pasien lain
· Pertahankan teknik isolasi
· Batasi pengunjung bila
perlu
· Instruksikan pada
pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung
meninggalkan pasien
· Gunakan sabun antimikrobia
untuk cuci tangan
· Cuci tangan setiap sebelum
dan sesudah tindakan kperawtan
· Gunakan baju, sarung
tangan sebagai alat pelindung
· Pertahankan lingkungan
aseptik selama pemasangan alat
· Ganti letak IV perifer dan
line central dan dressing sesuai dengan petunjuk umum
· Gunakan kateter intermiten
untuk menurunkan infeksi kandung kencing
· Tingktkan intake nutrisi
· Berikan terapi antibiotik
bila perlu
Perlindungan terhadap infeksi
·
Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
·
Monitor hitung granulosit, WBC
·
Monitor kerentanan terhadap infeksi
·
Batasi pengunjung
·
Saring pengunjung terhadap penyakit menular
·
Partahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko
·
Pertahankan teknik isolasi k/p
·
Berikan perawatan kuliat pada area epidema
·
Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase
·
Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
·
Dorong masukkan nutrisi yang cukup
·
Dorong masukan cairan
·
Dorong istirahat
·
Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep
·
Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
·
Ajarkan cara menghindari infeksi
·
Laporkan kecurigaan infeksi
·
Laporkan kultur positif
|
8
|
PK : Hipoglikemia
|
Tujuan : perawat dapat menangani dan meminimalkan episode
hipoglikemi
|
· Pantau kadar gula darah sebelum pemberian
obat hipoglikemik dan atau sebelum makan dan satu jam sebelum tidur
· Pantau tanda dan gejala hipoglikemi (kadar
gula darah kurang dari 70 mg/dl, kulit dingin, lembab dan pucat,
takikardi,peka terhadap rangsang, tidak sadar, tidak terkoordinasi, bingung,
mudah mengantuk)
· Jika klien dapat menelan, berikans etengah
gelas jus jeruk, cola atau semacam golongan jahe setiap 15 menit sampai kadar
glukosa darahnya meningkat diatas 69 mg/dl
· Jika klien tidak dapat menelan,
berikanglukagon hidroklorida subkutan 50 ml glukosa 50% dalam air IV sesuai
protocol
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar