2.1
Defenisi
Bayi Berat
Lahir Rendah adalah
bayi baru lahir
dengan berat badan
lahirnya pada saat kelahiran kurang dari
2500 gram atau
bayi lahir dengan masa gestasi kurang dari
37 minggu ( Bagian
Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 1985)
Berat badan lahir rendah adalah bayi baru lahir dengan berat badan pada
saat kelahiran kurang dari 2500 gr atau lebih rendah ( WHO, 1961 ).
Berat badan lahir rendah adalah bayi baru lahir yang berat badannya pada
saat kelahiran kurang dari 2500 gr sampai dengan 2499 gr. Menurut Hanifa
Wiknjosastro (2002)
2.2
Etiologi
Penyebab kelahiran prematur tidak diketahui, tapi ada beberapa faktor yang
berhubungan, yaitu :
- Faktor ibu
Ø
Gizi saat hamil yang kurang, umur kurang dari 20 tahun
atau diaatas 35 tahun
Ø
Jarak hamil dan persalinan terlalu dekat, pekerjaan
yang terlalu berat
Ø
Penyakit menahun ibu : hipertensi, jantung, gangguan
pembuluh darah, perokok
- Faktor kehamilan
Ø
Hamil dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan
antepartum
Ø
Komplikasi kehamilan : preeklamsia/eklamsia, ketuban
pecah dini
- Faktor janin
Ø
Cacat bawaan, infeksi dalam rahim
- Faktor yang masih belum diketahui
2.3
Manifestasi Klinik
·
Berat
badan kurang dari 2500 gram, panjang kurang atau sama dengan 45 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm, lingkar
kepala kurang dari 33 cm. Masa gestasi
kurang dari 37 minggu
·
Kulit
tipis, transparan, lanugo banyak, lemak sub kutan tipis, ubun-ubun dan sutura
lebar
·
Otot
hipotonik (lemah)
·
Kepala
tidak mau tegak
·
Pernapasan
tidak teratur dapat terjadi apnea (gagal napas)
·
Ekstremitas
: paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi lurus
·
Pernapasan
sekutar 45 sampai 50 kali per menit
·
Frekwensi
nadi 100 sampai 140 kali per menit
2.4
Patofisiologi dan Woc
Semakin
kecil dan semakin prematur bayi itu maka semakin tinggi risiko gizinya.
Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah gizinya :
·
Menurunnya simpanan zat gizi. Hampir
semua lemak, glikogen, dan mineral, seperti zat besi, kalsium, fosfor dan seng
dideposit selama 8 minggu terakhir kehamilan. Dengan demikian bayi preterm
mempunyai peningkatan potensi terhadap hipoglikemia, rikets dan anemia.
·
Meningkatnya kkal untuk bertumbuh. BBLR
memerlukan sekitar 120 kkal/ kg/hari, dibandingkan neonatus aterm sekitar 108
kkal/kg/hari
·
Belum matangnya fungsi mekanis dari
saluran pencernaan. Koordinasi antara isap dan menelan, dengan penutupan
epiglotis untuk mencegah aspirasi pneumonia, belum berkembang dengan baik
sampai kehamilan 32-42 minggu. Penundaan pengosongan lambung dan buruknya
motilitas usus sering terjadi pada bayi preterm
·
Kurangnya kemampuan untuk mencerna
makanan. Bayi preterm mempunyai lebih sedikit simpanan garam empedu, yang
diperlukan untuk mencerna dan mengabsorbsi lemak , dibandingkan bayi aterm.
Produksi amilase pankreas dan lipase, yaitu enzim yang terlibat dalam
pencernaan lemak dan karbohidrat juga menurun. Kadar laktase juga rendah sampai
sekitar kehamilan 34 minggu.
·
Paru-paru yang belum matang dengan
peningkatan kerja bernafas dan kebutuhan kalori yang meningkat. Masalah
pernafasan juga akan mengganggu makanan secara oral.
·
Potensial untuk kehilangan panas akibat
luasnya permukaan tubuh dibandingkan dengan berat badan, dan sedikitnya lemak
pada jaringan bawah kulit memberikan insulasi. Kehilangan panas ini
meningkatkan keperluan kalori. (Moore, 1997)
2.5
Klasifikasi.
Klasifikasi BBLR Primaturitas
murni.
·
Masa gestasi kurang dari 37 minggu dan berat
badannya sesuai dengan masa gestasi.
Dismaturitas
:
·
BB bayi yang kurang dari berat badan seharusnya,
tidak sesuai dengan masa gestasinya.
·
BBLR dibedakan menjadi :
Ø
BBLR : berat badan lahir 1800-2500 gram
Ø
BBLSR : berat badan lahir < 1500 gram
Ø
BBLER : berat badan lahir ekstra rendah <
1000 gr
2.6
Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
Penatalaksanaan
Medis :
·
Resusitasi yang adekuat, pengaturan suhu, terapi
oksigen
·
Pengawasan terhadap PDA (Patent Ductus Arteriosus)
·
Keseimbangan cairan dan elektrolit, pemberian nutrisi
yang cukup
·
Pengelolaan hiperbilirubinemia, penanganan infeksi
dengan antibiotik yang tepat.
Penatalaksanaan
Keperawatan :
Perawatan
dan pengawasan bayi BBLR ditujukan pada pengaturan panas badan, menghindari
infeksi, pemberian makanan bayi dan pernapasan.
·
Pengaturan
Suhu Tubuh BBLR
Bayi
BBLR mudah dan cepat sekali menderita Hypotermia bila berada di lingkungan yang
dingin. Kehilangan panas disebabkan oleh permukaan tubuh bayi yang realtif
lebih luas bila dibandingkan dengan berat badan, kurangnyua jaringan lemak
dibawah kulit, dan kekurangan lemak coklat (Brown Fat). Untuk mencegah
hypotermi, perlu diusahakan lingkungan yang cukup hangat untuk bayi dan dalam
keadaan istrahat konsumsi oksigen paling sedikit, sehingga suhu tubuh bayi
tetap normal. Bila bayi dirawat dalam inkubator, maka suhunya untuk bayi dengan
berat badan kurang dari 2000 gram adalah 35 0C dan untuk bayi dengan BB 2000
gram sampai 2500 gram 34 0C, agar ia dapat mempertahankan suhu tubuh sekitar 37
0C. Kelembaban inkubator berkisar antara 50 – 60 persen. Kelembaban yang lebih
tinggi diperlukan pada bayi dengan syndroma gangguan pernapasan. Suhu inkubator
dapat diturunkan 1 0C per minggu untuk bayi dengan berat badan 2000 gram dan
secara berangsur – angsur ia dapat diletakkan didalam tempat tidur bayi dengan
suhu lingkungan 27 0C-29 0C. Bila inkubator tidak ada, pemanasan dapat
dilakukan dengan membungkus bayi dan meletakkan botol-botol hangat disekitarnya
atau dengan memasang lampu petromaks di dekat tempat tidur bayi atau dengan
menggunakan metode kanguru. Cara lain untuk mempertahankan suhu tubuh bayi
sekitar 36 0C - 37 0C adalah dengan memakai alat perspexheat shield yang
diselimuti pada bayi didalam inkubator. Alat ini berguna untuk mengurangi
kehilangan panas karena radiasi. Akhir-akhir ini telah dimulai digunakan
inkubator yang dilengkapi dengan alat temperatur sensor (Thermistor probe).
Alat ini ditempelkan dikulit bayi. Suhu inkubator dikontrol oleh alat
servomechanism. Dengan cara ini suhu kulit bayi dapat dipertahankan pada
derajat yang telah ditetapkan sebelumnya. Alat ini sangat bermanfaat untuk bayi
dengan berat lahir yang sangat rendah.Bayi dalam inkubator hanya dipakaikan
popok. Hal ini penting untuk memudahkan pengawasan mengenai keadan umum,
perubahan tingkah laku, warna kulit, pernapasan, kejang dan sebagainya sehingga
penyakit yang diderita dapat dikenal sedini mungkin dan tindakan serta
pengobatan dapat dilaksanakan secepat-cepatnya.
·
Pencegahan
Infeksi
Infeksi
adalah masuknya bibit penyakit atau kuman kedalam tubuh, khususnya mikroba.
Bayi BBLR sangat mudah mendapat infeksi. Infeksi terutama disebabkan oleh
infeksi nosokomial. Kerentanan terhadapa infeksi disebabkan oleh kadar
imunoglobulinserum pada bayi BBLR masih rendah, aktifitas bakterisidal
neotrofil, efek sitotoksik limfosit juga masih rendah dan fungsi imun belum
berpengalaman.Infeksi local bayi cepat menjalar menjadi infeksi umum. Tetapi
diagnosis dini dapat ditegakkan jika cukup waspada terhadap perubahan
(kelainan). tingkah laku bayi sering merupakan tanda infeksi umum. Perubahan
tersebut antara lain : malas menetek, gelisah, letargi, suhu tubuh meningkat,
frekwensi pernapasan meningkat, muntah, diare, berat badan mendadak turun. Fungsi
perawatan disini adalah memberi perlindungan terhadap bayi BBLR dari infeksi.
Oleh karena itu, bayi BBLR tidak boleh kontak dengan penderita infeksi dalam
bentuk apapun. Digunakan masker dan baju khusus dalam penanganan bayi,
perawatan luka tali pusat, perawatan mata, hidung, kulit, tindakan aseptic dan
antiseptic alat-alat yang digunakan, isolasi pasien, jumlah pasien dibatasi,
rasio perawat pasien ideal, mengatur kunjungan, menghindari perawatan yang yang
terlalu lama, mencegah timbulnya asfiksia dan pemberian antibiotic yang tepat.
·
Pengaturan
Intake
Pengaturan
intake adalah menentukan pilihan susu, cara pemberian dan jadwal pemberian yang
sesuai dengan kebutuhan bayi BBLR. ASI (Air Susu Ibu) merupakan pilihan pertama
jika bayi mampu mengisap. ASI juga dapat dikeluarkan dan diberikan pada bayi
yang tidak cukup mengisap. Jika ASI tidak ada atau tidak mencukupi khususnya
pada bayi BBLR dapat digunakan susu Formula yang komposisinya mirip ASI atau
susu formula khusus bayi BBLR.Cara pemberian makanan bayi BBLR harus diikuti
tindakan pencegahan khusus untuk mencegah terjadinya regurgitasi dan masuknya
udara dalam usus. Pada bayi dalam incubator dengan kontak yang minimal, tempat
tidur atau kasur incubator harus diangkat dan bayi dibalik pada sisi kanannya.
Sedangkan pada bayi lebih besar dapat diberi makan dalam posisi dipangku. Pada
bayi BBLR yang lebih kecil, kurang giat dan mengisap dan sianosis ketika minum
melalui botol atau menetek pada ibunya, makanan diberikan melalui NGT. Jadwal
pemberian makanan disesuaikan dengan kebutuhan dan berat badan bayi BBLR.
Pemberian makanan interval tiap jam dilakukan pada bayi dengan Berat Badan
lebih rendah
·
Pernafasan
Jalan
napas merupakan jalan udara melalui hidung, pharing, trachea, bronchiolus,
bronchiolus respiratorius, dan duktus alveoleris ke alveoli. Terhambatnya jalan
napas akan menimbulkan asfiksia, hipoksia dan akhirnya kematian. Selain itu
bayi BBLR tidak dapat beradaptasi dengan asfiksia yang terjadi selama proses
kelahiran sehingga dapat lahir dengan asfiksia perinatal. Bayi BBLR berisiko
mengalami serangan apneu dan defisiensi surfaktan, sehingga tidak dapat
memperoleh oksigen yang cukup yang sebelumnya diperoleh dari plasenta. Dalam
kondisi seperti ini diperlukan pembersihan jalan napas segera setelah lahir
(aspirasi lendir), dibaringkan pada posisi miring, merangsang pernapasan dengan
menepuk atau menjentik tumit. Bila tindakan ini gagal, dilakukan ventilasi,
intubasi endotrakheal, pijatan jantung dan pemberian oksigen dan selama
pemberian intake dicegah terjadinya aspirasi. Dengan tindakan ini dapat dicegah
sekaligus mengatasi asfiksia sehingga memperkecil kematian bayi BBLR.
2.7
Pemeriksaan Penunjang
·
Analisa gas darah ( PH kurang dari 7,20
).
·
Penilaian APGAR Score meliputi (Warna
kulit, frekuensi jantung, usaha nafas, tonus otot dan reflek).
·
Pemeriksaan EEG dan CT-Scan jika sudah
timbul komplikasi.
·
Pengkajian spesifik
·
Pemeriksaan fungsi paru
·
Pemeriksaan fungsi kardiovaskuler
Tidak ada komentar:
Posting Komentar