BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keperawatan merupakan sebuah profesi yang unik dan
kompleks sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada
ilmu keperawatan. Ilmu keperawatan berawal dari konsep dan teori keperawatan
yang menjadi acuan pada pelaksanaan praktek keperawatan yang ada. Konsep
merupakan sebuah ide abstrak yang perlu diuraikan atau dijelaskan dalam sebuah
teori, sedangkan konsep keperawatan merupakan ide untuk menyusun suatu kerangka
konseptual atau model keperawatan.
Model
konsep keperawatan mengandung komponen dasar seperti adanya keyakinan dan nilai
yang mendasari sebuah model, adanya tujuan praktek yang ingin dicapai dalam
memberikan pelayanan ataupun asuhan keperawatan terhadap kebutuhan pasien,
serta adanya pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan oleh perawat dalam
mencapai tujuan yang ditetapkan sesuai kebutuhan pasien. Model konsep
keperawatan digunakan dalam menentukan model praktek keperawatan yang akan
diterapkan sesuai kondisi dan situasi tempat perawat tersebut bekerja. Selain
itu, model konseptual keperawatan juga digunakan dalam penelitian dan
pengajaran.
Pengetahuan tentang proses pengembangan empiris teori/model konseptual
merupakan dasar untuk memahami disiplin ilmu keperawatan, sehingga perawat
menyadari kebutuhan akan teori-teori keperawatan untuk membimbing penelitian
dan praktek profesional keperawatan / pelayanan keperawatan dimana kualitas
pelayanan keperawatan sangat mempengaruhi kualitas pelayanan kesehatan. Pemberian asuhan keperawatan
menuntut seorang perawat untuk mampu berpikir kritis dan mengembangkan
keilmuan, salah satunya dengan penggunaan model konsep keperawatan dalam
aplikasi proses keperawatan.
Para ahli telah mengembangkan tingkatan Philosophical
theory and model konseptual.
Masing-masing
model keperawatan memiliki ciri khas dan spesifikasi yang berbeda, Setiap konsep ini menjelaskan suatu fenomena mulai dari bersifat
abstrak sampai konkrit. salah satunya adalah model konseptual
Dorothy E Jonhson yang merupakan model konseptual yang berfokus pada memandang
manusia sebagai sistem perilaku yang terdiri dari tujuh subsistem.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1
Tujuan
Umum
Memahami
penerapan teori model konseptual Dorothy E. Johnson dalam asuhan keperawatan
1.2.2
Tujuan
Khusus
1.
Mengidentifikasi sejarah Model
Konseptual Keperawatan Dorothy E. Johnson
2.
Menganalisi fokus Model Konseptual
Keperawatan Dorothy E. Johnson
3.
Mengidentifikasi isi /konten Model
Konseptual Keperawatan Dorothy E. Johnson
1.3 Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari 3 bab yaitu bab 1 menjelaskan tentang latar belakang,
tujuan,
dan sistematika penulisan
makalah. Bab 2 menjelaskan tinjauan model sistem perilaku Dorothy
E. Johnson, dan bab 3 adalah bab penutup
yang berisi tentang
kesimpulan dan saran dari makalah.
BAB 2
TINJAUAN
MODEL SISTEM PERILAKU DOROTHY JOHNSON
2.1 Sejarah Theory Dorothy
E. Jhonson
Dorothy
E. Johnson dilahirkan
tanggal 21 Agustus 1919 di
Savanah, George. Jhonson menerima A.A dari
Amstrong Junior College di
Savanah, Georgia (1938), S1 dari Vanderbilt University di Nashvillw, Tennesse
(1942), dan MPH dari Harvard University di Boston (1948).
Pada tahun 1948, dia menerima gelar Master di bidang kesehatan
masyarakat dari Harvard University di Boston, Massachusetts. Pada tahun 1948 dia
menerima gelar Master di bidang kesehatan masyarakat dari Harvard University di
Boston, Massachusetts. Setelah lulus, pengalaman profesional Johnson sebagian
besar melibatkan pengajaran, meskipun dia adalah seorang staff perawat
di Dewan Kesehatan Chatham – Savannah dari tahun 1943 sampai 1944. Dia adalah
seorang instruktur dan asisten profesor keperawatan anak-anak di Sekolah
Perawatan Keperawatan Vanderbilt University. Dari tahun 1949 sampai dia pensiun
pada tahun 1978 dan selanjutnya pindah ke Key Largo, Florida, Johnson adalah
asisten profesor keperawatan anak-anak, seorang profesor keperawatan, dan
seorang profesor keperawatan di University of California, Los Angeles. Pada
tahun 1955 dan 1956, Johnson adalah seorang penasihat keperawatan anak yang
ditugaskan ke Christian Medical College School of Nursing di Vellore, India
Selatan. Dari tahun 1965 sampai 1967, dia menjabat sebagai ketua komite
Asosiasi Perawat California yang mengembangkan pernyataan posisi mengenai
spesifikasi spesialis klinis. Dia memiliki keyakinan kuat bahwa perbaikan
perawatan terus berlanjut adalah tujuan akhir dari perawatan. Makalah 1968-nya
yang berjudul, One Conceptual Model of Nursing, merupakan kontribusi klasik
terhadap literatur keperawatan (Alligood & Tomey, 2010)
Model sistem perilaku Jhonson atau Jhonson Behaavioral System
Model (JBSM) ini
dikembangkan
berdasarkan
teori Florence Nightingale,
yang ditulis dalam buku Notes
on
Nursing. Jhonson memulai pekerjaannya dalam model ini
dengan
premis
bahwa
keperawatan
adalah
suatu
profesi yang bias
memberikan
kontribusi yang sangat
besar
bagi
kesejahteraan
masyarakat
(Alligood & Tomey, 2010). Jhonson mencatat bahwa sistem model perilaku
telah
berproses
dalam
perkembangan
kehidupannya.
Jhonson
termotivasi
untuk
bertanya
beberapa
hal
pertanyaan,
seperti
apa
isi
dari
pendidikan
keperawatan
karena
inti
dari
pengetahuan
keperawatan,
pengetahuan
bertujuan
untuk
apa
akhirnya, apa
tujuan
keperawatan
secara
eksplisit. Dalam
menjawab
pertanyaan
tersebut, Jhonson
melihatnya
untuk
memperjelas
misi
sosial keperawatan dari perspektif pandangan teoritis tentang manusia dan menjelaskan ilmu pengetahuan yang
dibutuhkan
untuk
tujuan
keperawatan.
Dengan
menggunakan
pendekatan
historis, empris, dan
analitis,
Jhonson
mendefinisikan
keperawatan
adalah
apa yang perawat
lakukan
dan
berfokus
pada
manusia yang sakit
atau yang mungkin
dicegah
menjadi
sakit.
Perspektif
itu
membawa
Jhonson
untuk
menerima “pandangan
teoritis tentang klien, manusia sebagai sistem perilaku dengan cara yang sama seperti dokter telah menerima pandangan teoritis tentang manusia sebagai sistem biologis (Fawcett, 2005).
2.2
Fokus Unik Theory
Dorothy E. Jhonson
Fokus
unik dari Model Sistem Perilaku adalah manusia sebagai sistem perilaku
(Johnson, 1968, 1978a, 1980, 1990a). Lebih khusus lagi, fokus dari Model Sistem
Perilaku adalah pada tingkah laku sosial, yaitu ciri dan tindakan yang dapat
diamati dari manusia yang memperhitungkan keberadaan aktual atau tersirat dari
makhluk sosial lainnya. Secara khusus, fokusnya adalah pada bentuk perilaku
yang telah terbukti memiliki signifikansi adaptif utama (Fawcett, 2005).
Perhatian
khusus diberikan pada masalah struktural atau fungsional aktual atau potensial
dalam sistem perilaku secara keseluruhan dan dalam berbagai subsistem dan
fungsi perilaku yang kurang dari tingkat yang diinginkan atau optimal (Johnson,
1980, 1990). Dua jenis kelainan sistem perilaku bersifat sangat relevan, yaitu
yang berhubungan secara tangensial atau perifer terhadap gangguan pada sistem
biologis. Artinya, mereka diendapkan hanya oleh fakta penyakit atau konteks
perlakuan situasional, dan hal-hal yang merupakan bagian integral dari gangguan
sistem biologis, dimana mereka terkait langsung
atau mendapat konsekuensi langsung dari gangguan sistem biologis
tertentu ataupunterhadap perawatannya (Johnson, 1968).
Johnson
(1990) juga menekankan bahwa penerimaan sistem perilaku sebagai klien adalah
komponen utama dari model keperawatan ini. Johnson mengklaim bahwa konsep
manusia sebagai sistem perilaku, atau gagasan bahwa pola respons spesifik
manusia membentuk keseluruhan yang terorganisir dan terpadu adalah asli dengan
dirinya, sejauh yang ia tahu (Johnson, 1980). Terdapat banyak literatur yang
menyatakan dukungan pada klaimnya tersebut, salah satunya adalah Ackoff yang
menggunakan istilah Behavioral System pada tahun 1960.
2.2.1 Kategori Ilmu
Model
sistem perilaku diklasifikasikan sebagai sistem model. Model sistem perilaku
ditempatkan sebagai contoh menonjol dari kategori outcome model dan juga
mengklasifikasikan model sebagai fokus klien. Selain itu, model sistem perilaku
juga dimasukkan ke dalam kategori intervensi skema klasifikasinya. Kesesuaian
klasifikasi kategori sistem terbukti dalam perbandingan antara model Sistem
Perilaku dengan karakteristik kategori pengetahuan sistem, seperti berikut:
·
Sistem
Manusia merupakan suatu sistem perilaku
·
Integrasi bagian
Bagian dari subsistem saling berkaitan
dan terbuka, dan gangguan pada salah satu subsistem dapat mempengaruhi yang
lainnya.
·
Lingkungan
Lingkungan internal dan eksternal
termasuk dalam sistem ini, namun parameter khususnya tidak teridentifikasi.
·
Batas
Tampaknya ada sistem yang terbangun
dengan fleksibilitas yang cukup untuk memperhitungkan fluktuasi yang biasa
terjadi pada kekuatan yang menimpakan dan toleransi stres yang cukup bagi
sistem untuk menyesuaikan diri dengan banyak fluktuasi umum namun ekstrim.
·
Tekanan, Stres, Tegangan, dan konflik
Kekuatan "alami" yang menimpa
sistem perilaku dianggap sebagai sumber ketegangan atau stres, dan mengarah
pada "penyesuaian atau adaptasi yang kurang lebih otomatis" yang
diperlukan untuk melanjutkan keseimbangan dan stabilitas sistem perilaku.
·
Kestabilan
Keadaan mapan dikaitkan dengan
keseimbangan sistem perilaku (Johnson, 1980). Meskipun konsep keseimbangan dan
stabilitas sistem perilaku menyiratkan bahwa sistem berada pada titik tetap
atau mencapai ekuilibrium saat stabil, Johnson tampaknya menganggap stabilitas
sebagai ekuilibrium dinamis. Aspek model konseptual itu membutuhkan
klarifikasi.
·
Umpan balik
Menurut Johnson (1978a), perlu
dipahami mekanisme input, output, feedback, dan regulatory control untuk menganalisis fungsi sistem perilaku.
Namun, sifat dari operasi sistem tersebut tidak dijelaskan.
2.3 Isi Theory Dorothy
E.Jhonson
Teori model sistem perilaku Johnson membahas konsep metaparadigma dari
manusia, lingkungan, dan keperawatan. Manusia adalah suatu sistem yang
mempunyai tujuh subsistem yang berinteraksi satu dengan lainnya (Gambar 2.1), yaitu subsistem keterikatan
/ afiliasi, subsistem ketergantungan
/ dependency, subsistem ingestif, subsistem eliminasi, subsistem seksual,
subsistem pencapaian / achievement,
dan subsistem agresif - proteksi (Alligood, 2014; Fawcett, 2005). Setiap
subsistem dibentuk oleh serangkaian respon perilaku atau kecenderungan respon
atau sistem tindakan yang mempunyai kesamaan niat dan tujuan. Diatur oleh niat
atau usaha (beberapa jenis struktur motivasi intraorganisme) mempunyai respon
yang bisa dibedakan, dikembangkan dan dimodifikasi sepanjang waktu melalui
kematangan pribadi, pengalaman dan proses belajar. Hal tersebut ditentukan
perkembangan secara terus menerus dari faktor fisik, biologis dan psikologis
yang bekerja dalam situasi yang komplek dan saling keterkaitan (Alligood, 2014).
Gambar
2.1 Model Sistem Perilaku Johnson
Tiap subsistem digambarkan dan dianalisa
dalam konteks kebutuhan struktural dan fungsional. Empat elemen struktural yang
telah diidentifikasi meliputi:
(1) niat
atau tujuan konsekensi utama dari perilaku terhadap niat atau tujuan yang
tercakup didalamnya; (2) secara
umum terdiri dari dua jenis, yaitu: persiapan (preparatory) atau apa yang seseorang biasa akan lakukan, dan perserative, kebiasaan untuk
mempertahankan keadaan tertentu;
(3) pilihan
yang mewakili perilaku seorang pasien ketika melihat dirinya sendiri dalam
berbagai situasi yang menyertainya; (4) tindakan atau perilaku yang ditunjukkan (Grubbs,
1980; Johnson, 1980 dalam Alligood, 2010). Sistem tersebut memainkan peranan yang sangat penting
baik ketika seseorang akan menentukan suatu pilihan dan dalam perilaku yang
sering ditunjukkan (Alligood, 2014).
Masing-masing subsistem mempunyai tiga
persyaratan fungsional, yaitu perlindungan (protection),
pengembangan (nurturance) dan
perangsangan (stimulation).
Persyaratan fungsional ini harus dipenuhi melalui upaya yang dilakukan oleh
individu sendiri, atau dengan bantuan dari pihak luar yaitu dari perawat. Untuk
mengembangkan dan mempertahankan stabilitas dari subsistem, masing-masing harus
mempunyai persediaan persyaratan fungsional yang biasanya disediakan oleh
lingkungan. Namun dengan demikian, selama seseorang mengalami sakit atau pada
saat ada ancaman terhadap kesehatan, maka perawat menjadi salah satu sumber
dari prasyarat fungsional.
Respon subsistem tersebut dikembangkan
oleh motivasi, pengalaman, dan belajar serta dipengaruhi oleh faktor biologis,
psikologis, dan sosial (Johnson, 1980 dalam Alligood, 2014). Sistem perilaku
berusaha untuk mencapai keseimbangannya dengan menyesuaikan terhadap stimulus
internal dan lingkungan. Sistem menjaga hubungannya dengan lingkungan
sekitarnya, sistem ini muncul secara aktif dan tidak pasif. Perawat berada
diluar dari sistem perilaku namun masih bisa tetap bisa berinteraksi dengan
sistem tersebut.
Setiap ketidakseimbangan yang terjadi
dalam sistem perilaku menghasilkan kebutuhan akan tindakan keperawatan (Brown,
2006 dalam Alligood, 2014). Intervensi keperawatan dapat berupa hal yang sangat
umum. Jika sumber utama itu mempunyai struktur stressor, maka perawat dapat
memfokuskan pada pencapaian tujuan yang dikaitkan dengan visi-misi dari
masing-masing bagian. Tujuan dari
keperawatan adalah untuk mempertahankan atau menyimpan kembali dari tingkatan
sistem perilaku pada saat hal tersebut diinginkan atau mungkin untuk dicapai (Johnson, 1978 dalam Alligood,
2014).
2.3.1 Konten Utama
dan Definisi
Konsep Definisi
|
|
Perilaku
|
Johnson mendefiniskan perilaku seperti
yang disepakati oleh para ahli biologi dan perilaku, yaitu suatu keluaran dari struktur intraorganisme dan proses yang
terkoordinasi didalamnya serta dimunculkan dan direspon untuk mengubah
stimulasi sensori. Johnson menitikberatkan pada perilaku yang dipengaruhi
secara actual atau potensial terhadap segala sesuatu yang membutuhkan
adaptasi atau penyesuaian keadaan yang bermakna (Johnson, 1980 dalam Alligood,
2010)
|
Sistem
|
Johnson menggunakan
definisi sistem yang dicetuskan oleh Rapoport (1968) yaitu “Suatu sistem
adalah suatu keseluruhan fungsi sebagai semua bagian yang memiliki
ketergantungan antar bagian yang menyusun didalamnya”. Johnson sepakat dengan
pendapat yang diungkapkan oleh Chin yang menyatakan bahwa “adanya suatu
organisasi, interaksi, interdependensi dan integrasi dari seluruh unsur
pendukungnya”. Selain itu, seorang manusia berusaha untuk mempertahankan
suatu keseimbangan melalui perubahan dan penyesuaian terhadap kekuatan yang
mempengaruhinya (Johnson, 1980 dalam Aligood 2010)
|
Sistem perilaku
|
Suatu
sistem perilaku mencakup cara-cara berperilaku yang terpola, berulang dan
memiliki tujuan. Cara berperilaku ini membentuk suatu fungsi unit yang
tertata dan terintegrasi yang membedakan dan membatasi interaksi antara
seseorang dan dengan lingkungannya serta membentuk suatu relasi antara
seseorang dengan benda, peristiwa dan situasi yang ada pada lingkungan
tempatnya berada. Biasanya suatu perilaku dapat dideskripsikan dan
dijelaskan. Manusia sebagai suatu sistem perilaku berusaha untuk mencapai
stabilitas dan keseimbangan dengan melakukan perubahan dan adaptasi, kondisi
ini akan berhasil jika menggunakan fungsi yang efektif dan efisien yang ada
dalam dirinya.
|
Subsistem
|
Sistem perilaku
mempunyai beberapa aktivitas yang dilakukan, bagian dari sistem akan
membentuk suatu subsistem yang memiliki aktivitas yang lebih spesifik. Suatu
subsistem adalah suatu sistem kecil yang mempunyai tujuan dan fungsi
tersendiri yang dapat dipelihara sepanjang hubungan dengan subsistem atau
lingkungan yang lain tidak terganggu. Ketujuh subsistem yang teridentifikasi
oleh Johnson bersifat terbuka, terkait satu dengan lainnya dan saling
berhubungan satu dengan lainnya. Input dan hasil (output) merupakan komponen
dari subsistem tersebut (Grubbs, 1980 dalam Alligood, 2010). Adanya motivasi
dapat mengarahkan aktivitas subsistem yang senantiasa berubah melalui proses
maturasi, pengalaman dan pembelajaran. Sistem ini menggambarkan seluruh
proses yang terjadi di berbagai situasi dengan latar belakang budaya yang
berbeda serta dikendalikan oleh faktor biologis, psikologis dan sosial.
Ketujuh subsistem ini adalah keterikatan-afilasi (attachment-affiliative), ketergantungan (dependency), in gestif (ingestive),
eliminasi (eliminative), seksual (sexual), pencapaian (achievement) dan agresif-proteksi (aggressive-protective) (Johnson, 1980
dalam Alligood, 2010).
|
Subsistem keterikatan-afilasi
(attachment-affiliative)
|
Subsistem yang paling kritis karena membentuk
landasan untuk semua organisasi sosial. Pada kondisi umum, hal ini menjadi
bagian pertahanan (survival) dan
keamanan (security). Sebagai
konsekuensinya adalah inklusi sosial, kedekatan (intimacy), susunan dan pemeliharaan ikatan sosial yang kuat.
|
Subsistem ketergantungan (dependency)
|
Dalam konteks yang luas, subsistem ketergantungan
mengembangkan perilaku pemberian pertolongan (helping behavior) yang memunculkan adanya suatu respon terhadap
kebutuhan pemberian asuhan keperawatan. Konsekuensinya adalah bantuan
persetujuan, perhatian/pengenalan dan bantuan fisik. Pengembangannya,
perilaku ketergantungan berubah dari perilaku bergantung dengan orang lain
secara total menjadi lebih mandiri.
|
Subsistem ingestif (ingestive)
|
Subsistem ingestif adalah “segala sesuatu yang harus
dikerjakan kapan, bagaimana, apa, berapa banyak makanan yang kita makan”. Hal
ini menunjukkan fungsi yang luas dari kepuasan apetitif (appetitive). Perilaku itu berhubungan dengan pertimbangan
sosial, psikologis dan biologis.
|
Subsistem eliminasi (eliminative)
|
Subsistem eliminasi membahas tentang “kapan,
bagaiman dan kondisi tertentu yang memerlukan tindakan eliminasi”. Dalam hal
ini, faktor sosial dan psikologis yang mempengaruhi aspek biologis dari
subsistem ini dan memungkinkan pada suatu waktu tertentu bisa mengalami
konflik dengan subsistem eliminasi.
|
Subsistem seksual (Sexual)
|
Subsistem ini memiliki fungsi ganda yaitu berkaitan
dengan reproduksi (procreation) dan
hal yang menciptakan kesenangan (gratification)
yang didalamnya bukan hanya mencakup aktifitas seksual dengan pasangannya
saja. Sistem respon ini dimulai dengan perkembangan peran dari identitas
gender dan perilaku peran seksual.
|
Subsistem pencapaian (achievement)
|
Subsistem ini dimaksudkan untuk memanipulasi
lingkungan. Hal ini berfungsi sebagai pengendalian atau penguasaan terhadap
suatu aspek dari diri atau lingkungan untuk mencapai suatu keberhasilan yang diharapkan.
|
Subsistem Agresif-proteksi
(aggressive-protective)
|
Fungsi dari subsitem ini adalah perlindungan dan
pemeliharaan. Hal tersebut lebih dikembangkan berdasarkan alur berfikir.
Perilaku agresif tidak hanya dipelajari, tetapi memiliki intensitas primer
untuk menyakiti orang lain. Masyarakat membutuhkan perlindungan diri sendiri (self-protection) serta segala sesuatu
kepemilikkannya perlu dihargai dan dilindungi.
|
2.3.2
Asumsi
Utama
2.3.2.1
Keperawatan
Keperawatan menurut Johnson adalah suatu
kekuatan eksternal yang menjaga keteraturan dan kesatuan dari perilaku seseorang
untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Hal ini dilakukan dengan cara menyediakan
sumber-sumber dari dalam diri pasien ketika sedang stress atau mengalami ketidakseimbangan
sistem perilaku. Menurut Johnson (1980), keperawatan memberikan bantuan dari luar
diri pasien baik sebelum, selama dan sesudah terjadinya gangguan keseimbangan sistem
sehingga memerlukan adanya rangkaian pengetahuan, gangguan dan kendali.
Keperawatan tidak hanya bergantung pada pengobatan medis akan tetapi dapat membantu
mempercepat pengobatan medis.
2.3.2.2
Manusia
Menurut Johnson (1980), manusia dipandang
sebagai suatu sistem perilaku yang mempunyai pola yang terjadi secara berulang untuk
menghubungkan seseorang dengan lingkungannya. Manusia merupakan suatu sistem perilaku
dimana manusia mengenali stresor fisik ,psikologis dan sosial yang bekerja diluar
diri. Keseimbangan sistem perilaku memerlukan keteraturan dan perilaku yang
konstan. Keseimbangan sitem perilaku akan tercapai jika seseorang mampu beradaptasi
terhadap stressor yang muncul dari luar diri untuk tetap menjaga fungsi efisien
dan efektif dari seseorang.
2.3.2.3
Kesehatan
Johnson merefleksikan kesehatan sebagai suatu
keadaan yang dinamis, seimbang, teratur, terintegrasi seluruh sub sistem dari
sistem perilaku. Seseorang dikatakan sehat jika mampu mencapai keseimbangan sistem
perilaku menuju kepada perilaku fungsional yang akhirnya mencapai beberapa keadaan
diantaranya pengeluaran energi yang lebih sedikit daripada energi yang
dibutuhkan, kemampuan bertahan secara biologis dan sosial, dan beberapa tingkatan
dari kebutuhan pribadi telah tercapai.
2.3.2.4
Lingkungan
Teori Johnson mengemukakan bahwa lingkungan
adalah semua faktor yang bukan dari sistem perilaku. Perawat bisa memanipulasi beberapa
aspek dari lingkungan sehingga tujuan untuk mencapai keseimbangan sistem
perilaku bisa tercapai bagi seorang pasien (Brown, 2006). Sistem perilaku menentukan
dan membatasi interaksi antara seseorang dan lingkungannya dan membangun suatu hubungan
antara seseorang terhadap benda, peristiwa, dan situasi yang terdapat dalam lingkungan
tersebut. Sistem perilaku berupaya untuk mempertahankan keseimbangan untuk merespon
faktor lingkungan dengan cara menyesuaikan diri dengan kekuatan yang
memengaruhi seseorang. Lingkungan juga merupakan sumber dari perlindangan,
pemeliharaan, dan stimulasi yang diperlukan sebagai syarat untuk memelihara kesehatan
Dari
hasil analisa diatas, kelompok
menyimpulkan bahwa kekuatan pada konsep perilaku ini adalah Johnson memberikan
kerangka acuan bagi perawat yang bersangkutan dengan perilaku klien tertentu. Model
perilaku Johnson dapat digeneralisasikan di seluruh jangka hidup dan lintas
budaya. Sedangkan kelemahan dari konsep ini adalah Johnson tidak secara jelas
menggambarkan hubungan antar konsepnya dalam subsistem. Kurangnya definisi yang
jelas untuk hubungan timbal balik antara dan antara subsistem membuat sulit
untuk melihat seluruh sistem perilaku sebagai suatu entitas. Kurangnya
keterkaitan yang jelas antara konsep menciptakan kesulitan dalam mengikuti
logika kerja Johnson.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Model konseptual keperawatan Dorothy Johnson melakukan
pendekatan pada sistem perilaku dimana individu dipandang sebagai sistem
perilaku yang selalu ingin mencapai keseimbangan dan stabilitas, baik di
lingkungan internal maupun lingkungan eksternal, serta memiliki keinginan dalam
mengatur dan menyesuaikan dari pengaruh yang ditimbulkannya. Sebagai suatu
sistem, maka di dalamnya terdapat komponen sub sistem yang membentuk sistem perilaku
tersebut, yaitu ingestif, achievement, agresif, eliminasi, seksual,
gabungan/tambahan, ketergantungan. Asuhan
keperawatan dilakukan untuk membantu individu menfasilitasi tingkah laku yang
efektif dan efisien untuk mencegah timbulnya penyakit.
Manusia merupakan makhluk yang utuh yang terdiri dari
sistem perilaku tertentu. Lingkungan, termasuk masyarakat, adalah sistem
eksternal yang berpengaruh terhadap perilaku seseorang. Seseorang dikatakan
sehat jika mampu berespons / berperilaku adaptif baik fisik, mental, emosi dan
sosial terhadap lingkungan internal dan eksternal dengan harapan dapat
memelihara kesehantanya. Asuhan keperawatan dilakukan untuk membantu
keseimbangan individu terutama koping atau cara pemecahan masalah yang
dilakukan ketika ia sakit. Menurut Johnson, ada empat tujuan asuhan keperawatan
kepada individu yaitu agar tingkah lakunya sesuai dengan tuntutan dan harapan
masyarakat, mampu beradaptasi terhadap perubahan fungsi tubuhnya, bermanfaat
bagi dirinya dan orang lain atau produktif serta mampu mengatasi masalah
kesehatan yang dialaminya.
3.2 Saran
Perawat
dalam melakukan asuhan keperawatan hendaknya menerapkan model konseptual
keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan pasien. Untuk itu, diperlukan
pemahaman yang baik dari perawat tentang berbagai model konsep keperawatan agar
dapat memilih model apa yang akan digunakan, sehingga asuhan keperawatan yang
diberikan berkualitas dan bermutu.
DAFTAR REFERENSI
Alligood, Martha, R & Tomey, Ann, M. (2010). Nursing
Theorist and Their Work, Seventh
Edition. St.Louis.Missouri: Mosby Elsivier.
Alligood,
Martha, R. (2014). Nursing Theorist and Their Work, Eight Edition. St.Louis.Missouri: Mosby Elsivier.
Brown,
V. M. (2006). Behavioral System Model. In A. M. Tomey & M. R. Alligood
(Eds.), Nursing theorists and their work
(6th ed., pp. 386-404) Philadelpia: Mosby/Elsevier
Fawcett,
J. (2005). Contemporary Nursing Knowledge
: Analysis and Evaluation of Nursing Models and Theories (2nd ed).
Philadelpia : F.A. Davis.
Grubbs,
J. (1980). An Interpretation of the Johnson Behavioral System Model for Nursing
Practice In J. P. Riehl & C. Roy (Eds), Conceptual
models for nursing practice (pp. 217-254). New York:
Appleton-Century-Crofts.
Johnson,
D. E. (1968). One Conceptual Model in
Nursing. Unpublished Lecture, Vanderbilt University, Nashville, TN.
Johnson,
D. E. (1978). Implications fo Research –
The Johnson Behavioral System Model. Paper presented at the Second Annual
Nurse Educator Conference, New York City
Johnson,
D. E. (1980). The Behavioral System Model For Nursing In J.P. Riehl & C.
Roy (Eds), Conceptual models in nursing
practice (2nd ed). New York: Appleton-Century-Crofts.
Johnson,
D. E. (1990). The Behavioral System Model For Nursing In M. E. Parker (Ed.), Nursing theories in practice. New York:
National League for Nursing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar