BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Rumah sakit merupakan salah satu organisasi pelayanan
yang bergerak di bidang kesehatan yang melayani masyarakat secara umum. Oleh
karena itu pihak rumah sakit dituntut untuk memberikan pelayanan terbaik
sehingga diperlukan manajemen yang baik dan efektif (Sudarianto, 2008). RSUP Dr M.Djamil Padang adalah rumah sakit
umum pemerintah tipe B, rujukan dari rumah sakit daerah yang mana rumah sakit ini
juga memberikan pelayanan kedokteran
spesialisasi seperti dokter spesialis anak, spesialis bedah, spesialis penyakit
dalam, spesialis neurologi dll.
Pelayanan keperawatan secara profesional perlu mendapatkan perhatian
dalam pengembangan dunia keperawatan karena setiap hari terdapat berbagai
tuntutan terhadap kualitas pelayanan keperawatan. Hal ini dirasakan sebagai
suatu fenomena yang harus direspon oleh perawat agar terdapat peningkatan
terhadap mutu pelayanan keperawatan. Pelayanan keperawatan merupakan praktik
keperawatan yang ditandai oleh nilai-nilai profesional yaitu nilai intelektual,
komitmen moral terhadap diri sendiri, tanggung jawab terhadap profesi dan
masyarakat, otonomi, pengendalian, tanggung jawab dan tanggung gugat (Marquis,
2010).
Upaya peningkatan
kualitas pelayanan kesehatan,
tidak terlepas dari pelayanan keperawatan
yang berkesinambungan. Bentuk
pelayanan keperawatan yang
diberikan kepada pasien adalah
melalui pemberian asuhan keperawatan,
pengobatan dan rasa
aman bagi pasien,
keluarga serta masyarakat
(Tribowo, 2013). Pemberian asuhan keperawatan
merupakan kebutuhan dasar
yang diperlukan oleh setiap
pasien rawat inap
oleh perawat. Salah
satunya adalah prosedur timbang
terima pasien yang
merupakan kegiatan sehari-hari
dan harus dilakukan oleh perawat. Pelaksanaan timbang terima pasien
merupakan tindakan keperawatan yang secara langsung akan berdampak pada
perawatan pasien, selain itu
timbang terima pasien
dibangun sebagai sarana
untuk menyampaikan tanggung jawab
serta penyerahan legalitas
yang berkaitan dengan pelayanan
keperawatan pada pasien (Wallis, 2010).
Catatan keperawatan adalah dokumentasi keperawatan, tanpa
memperhatikan tipe atau lokasi dalam catatan. Apapun jenis sistem
pendokumentasian yang digunakan, pendokumentasian harus mengkomunikasikan status
pasien, pemberian perawatan spesifik, dan respon pasien terhadap perawatan
(Marrelli, 2008). Menurut Webster’s New World Dictionary dalam Marelli (2008)
mendefinisikan dokumentasi
sebagai penyediaan bukti pencatatan dan pengumpulan, ringkasan, dan pengkodean
informasi yang tercetak atau tertulis untuk referensi di masa mendatang.
Definisi sederhana ini menyesuaikan berbagai peran bahwa dokumentasi atau
proses pendokumentasian dan pendemonstrasian pemberian perawatan pasien penting
dalam perawatan kesehatan.
Berdasarkan survey lapangan pada tanggal 28-29 April 2015 didapatkan bahwa sistem overan, pre dan post konference, serta pendokumentasian asuhan keperawatan di ruangan
Bedah Pria Irna Bedah RSUP Dr.
M.Djamil Padang
belum
berjalan
optimal, dimana terlihat sebagian perawat saat overan pada
pergantian shift perawat dalam menyampaikan dan menerima informasi secara
singkat, tentang tindakan yang sudah dilakukan dan yang belum dilakukan perawat
serta perkembangan kesehatan pasien, sering dilakukan hanya laporan di nurse station tanpa melihat keadaan
pasien langsung sehingga pasien tidak mengetahui nama perawat yang bertugas pada saat itu. Perawat saat pergantian
shif belum melakukan pre dan post konfren serta tidak lengkapnya pendokumentasian
asuhan keperawatan.
Dari
hasil wawancara dengan kepala ruang
dan perawat
ruangan diketahui bahwa ruangan Bedah Pria sudah mengenal sistem overan
dan sudah dilakukan tetapi belum berjalan dengan
optimal karena adanya hambatan dari masing – masing petugas seperti kedatangan
petugas yang terlambat. Berdasarkan
fenomena yang ada di ruangan tersebut, kita merasa perlu mengadakan pertemuan dalam bentuk
lokakarya mini untuk
membahas permasalahan tersebut.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengindentifikasi
masalah dan penyelesaian masalah (problem
solving) yang berkaitan dengan
mutu pelayanan keperawatan di ruang Bedah Pria Irna
Bedah RSUP Dr. M.Djamil Padang
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa dapat
menunjukan kemampuan:
a.
Mengidentifikasi masalah manajemen pelayanan keperawatan di ruang Bedah Pria Irna
Bedah RSUP Dr. M.Djamil Padang
b.
Mengidentifikasi pemecahan masalah pelayanan keperawatan di ruang Bedah Pria Irna
Bedah RSUP Dr. M.Djamil Padang
c. Membuat Planning Of Action (POA) untuk pemecahan masalah manajemen
pelayan keperawatan di ruang Bedah Pria Irna Bedah RSUP
Dr. M.Djamil Padang
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. CONFERENCE KEPERAWATAN
1. Defenisi
Konfren
adalah diskusi kelompok tentang beberapa aspek klinik dan kegiatan konsultasi,
yang dilakukan sebelum dan sesudah melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien.
Pre konfren adalah diskusi tentang aspek kinis sebelum melaksanakan asuhan
keperawatan pada pasien. Post konfren adalah diskusi tentang aspek klinik
sesudah melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien.
Yang
terlibat dalam konfren adalah kepala ruangan, ketua tim dan anggota tim. Pre
konfren dilakukan sebelum pemberian asuhan keperawatan dan post konfren
dilakukan sesudah pemberian asuhan keperawatan. Waktu efektif yang diperlukan
10 atau 15 menit. Topik yang
dibicarakan harus dibatasi, umumnya tentang keadaan pasien, perencanaan,
tindakan rencana dan data-data yang perlu ditambahkan (Nursalam, 2008)
2. Tujuan
Secara umum tujuan konfren
adalah untuk menganalisa masalah-masalah secara kitis dan menjabarkan alternatif penyelesaian masalah, mendapatkan gambaran
berbagai situasi lapangan yang dapat menjadi masukan untuk menyusun rencana
antisipasi sehingga dapat meningkatkan kesiapan diri dalam pemberian asuhan
keperawatan dan merupakan cara yang efektif untuk menghasilkan perubahan non
kognitif (Nursalam,
2008). Juga membantu
koordinasi dalam rencana pemberian asuhan keperawatan sehingga tidak terjadi
pengulangan asuhan, kebingungan dan frrustasi bagi pemberi asuhan (Nursalam, 2008)
Tujuan
Pre Konfren adalah :
a. Membantu untuk mengidentifikasi
masalah-masalah pasien, merencanakan asuhan dan merencanakan evaluasi hasil
b. Mempersiapkan hal-hal yang akan
ditemui dilapangan
c. Memberikan kesempatan untuk berdiskusi
tentang keadaan pasien
Tujuan Post Konfren adalah :
Untuk memberikan kesempatan mendiskusikan penyelesaian masalah dan
membandingkan masalah yang dijumpai.
3. Pedoman Pelaksanaan
a. Sebelum dimulai tujuan konfren harus
dijelaskan
b. Diskusi harus mencerminkan proses
dan dinamika kelompok
c. Pemimpin mempunyai peran untuk
menjaga fokus diskusi tanpa mendominasi dan
memberi umpan balik
d. Pemimpin harus merencanakan topik yang penting secara periodik
e. Ciptakan suasana diskusi yang
mendukung peran serta, keinginan mengambil tanggung jawab dan menerima
pendekatan serta pendapat yang berbeda
f. Ruang diskusi diatur sehingga dapat
tatap muka pada saat diskusi
g. Pada saat menyimpulkan konfren
ringkasan diberikan oleh pemimpin dan kesesuaiannya dengan situasi lapangan
B.
OVERAN / TIMBANG TERIMA
1.
Pengertian overan
Overan
adalah suatu cara dalam penyampaian dan menerima sesuatu (laporan) yang
berkaitan dengan keadaan klien
2.
Tujuan
Tujuan dari overan atau timbang terima adalah:
1)
Menyampaikan kondisi atau keadaan klien secara umum
2)
Menyampaikan hal-hal
penting yang perlu ditindak lanjuti oleh dinas berikutnya
3)
Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya
3.
Langkah-langkah
Langkah-langkah
yang harus diperhatikan dalam melakukan overan atau timbang terima adalah:
1)
Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap
2)
Shift yang akan menyerahkan dan mengoperkan perlu
mempersiapkan hal-hal yang akan di sampaikan
3)
Ketua Tim menyampaikan kepada penaggung jawab shift
selanjutnya meliputi:
a.
Kondisi atau keadaan klien secara umum
b.
Rencana tindak lanjut untuk klien bagi perawat yang menerima overan
c.
Rencana kerja selanjutnya untuk yang menerima overan
4)
Penyampaian overan diatas (Point 3) harus dilakukan secara jelas
dan tidak terburu-buru
5)
Ketua Tim, Perawat pelaksana dan anggota kedua shift yang
dinas bersama-sama secara langsung melihat keadaan klien
4. Prosedur Overan atau timbang terima
Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam prosedur ini adalah:
1.
Persiapan
1)
Kedua kelompok sudah dalam keadaan siap
2)
Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan
2.
Pelaksanaan
Dalam penerapan sistim MAKP dengan metode tim maka
ketua tim timbang terima dengan Tim berikutnya yang menggantikan dinas
selanjutnya.
1)
Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian
shift/overan
2)
Dari Nurse
Station perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang terima dengan mengkaji dengan
komprehensif yang berkaitan tentang masalah keperawatan pasien , rencana
tindakan yang sudah dan belum dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya yang
perlu dilimpahkan
3)
Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian
yang lengkap sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian diserahkan kepada
perawat jaga berikutnya.
4)
Hal-hal yang perlu disampaikan saat timbang terima
adalah
§ Identitas pasien
dan diagnosa medis
§ Masalah
keperawatan yang memungkinkan masih muncul
§ Tindakan
keperawatan yang sudah dan belum dilakukan
§ Intervensi
kolaboratif dan depedensi
§ Rencana umum dan
persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan selanjutnya.
5)
Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan
klarifikasi, tanya jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang di timbang terimakan dan berhak
menanyakan mengenai hal yang kurang jelas.
6)
Penyampaian pada saat timbang terima secara singkat
dan jelas
7)
Lama timbang terima tidak lebih dari 5 menit kecuali
pada kondisi khusus dan memerlukan
penjelasan yang lengkap
8)
Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara
langsung pada buku laporan ruangan oleh Katim
ALUR TIMBANG TERIMA
Pasien
|
MASALAH
1.
TERATASI
2.
BELUM TERATASI
3.
TERATASI SEBAGIAN
4.
MUNCUL MASALAH BARU
|
PERKEMBANGAN/KEADAAN
PASIEN
|
BELUM DILAKUKAN
|
TELAH DILAKUKAN
|
Diagnosa medis Masalah kolaboratif
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN (Didukung data)
|
RENCANA TINDAKAN
|
(Nursalam, 2008)
C.
DOKUMENTASI PROSES
KEPERAWATAN
1.
Pengertian Dokumentasi
Dokumentasi adalah bahan komunikasi yang tertulis
untuk mendukung informasi dan kejadian (Nursalam, 2008). Jadi, dokumentasi
asuhan keperawatan dokumentasi tentang fakta-fakta terhadap penyakit klien, gejala-gejala,
diagnosa, mudah dan cepat diakses serta sistematis sehingga dapat dan
memberikan informasi yang akurat.
2.
Tujuan Dokumentasi Keperawatan
a.
Memfasilitasi pemberian perawatan yang berfokus pada klien
b.
Memastikan kemajuan hasil yang berfokus pada klien
c.
Memfasilitasi komunikasi antara disiplin mengenai konsistensi
tujuan dan kemajuan pengobatan
d.
Teknik evaluasi
e.
Pencatatan dan pelaporan dibuat untuk mempermudah
penilaian terhadap perawatan yang telah diberikan pada klien dan dapat
dipastikan apakah rencana yang diimplementasikan sudah mencapai kemajuan.
f.
Pembayaran kembali
(reinforcement)
g.
Catatan perawatan merupakan sumber untuk mendapatkan
informasi tentang penangganan klien dan memberikan bukti adanya pelayanan.
h.
Akreditasi
i.
Salah satu syarat penting bagi fasilitas perawatan
kesehatan menurut lembaga pemberi lisensi dan akreditasi adalah mempertahankan
rekam medik, termasuk dokumentasi asuhan keperawatan.
3.
Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pendokumentasian
Asuhan Keperawatan
a.
Elemen dari proses keperawatan yaitu pengkajian,
diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi
b.
Catatan data dasar awal menggunakan format yang
sistematis, serta berdasarkan sistem tubuh atau dari kepala sampai ke kaki.
c.
Data pengkajian dikumpulkan dan diletakkan sesuai dangan
format yang dirancang oleh institusi.
d. Diagnosa
keperawatan diformulasikan dari data yang dikumpulkan
e.
Rencana keperawatan ditulis untuk setiap klien dan
meliputi tujuan, hasil yang diharapkan, dan aktifitas keperawatan yang
ditetapkan berdasarkan diagnosa keperawatan
f.
Implementasi rencana keperawatan mencakup intervensi
yang membuat klien dapat berpartisipasi dalam promosi dan pemeliharaan
kesehatan dan juga untuk memaksimalkan potensi kesehatan.
g.
Catatan evaluasi tentang perkembangan kesehatan dan percapaian
tujuan yang diharapkan.
h.
Aktifitas, prioritas dan tujuan intervensi bedasrkan
respon klien terhadap perawatan atau perubahan dalam kondisi klien.
4.
Pedoman Umum dalam Mendokumentasikan Proses
Keperawatan
Dokumentasi harus ditulis objektif tanpa bias dan
informasi subjektif, gambaran penafsiran data subjektif harus didukung oleh hasil
pengamatan khusus,
hindari
pernyataan yang bersifat umum karena memiliki arti ganda, data didokumentasikan secara
jelas, singkat dan ringkas, hasil pengkajian dicatat dengan tulisan yang besih dan dapat dibaca, temuan-temuan hendaknya
diuraikan sejelas mungkin, ejaan harus jelas, dokumentasi harus ditulis
dengan tinta, jangan dengan pensil, untuk data biasa, gunakan tinta hitam atau biru dan tinta
merah untuk obat- obatan, apabila catatan tidak penuh
jangan dikosongkan tetapi buat garis horizontal atau vertikal sepanjang bagian yang
kosong. Jika ada kesalahan, pernyataan yang salah jangan dicoret, tetapi harus
dapat dibaca, selanjutnya diparaf, pencatatan harus selalu dimulai, jam dan diakhiri
dengan tanda tangan, nama jelas serta jabatan perawat.
5.
Penting Dokumentasi Proses Keperawatan
Dokumentasi proses
keperawatan sangat penting untuk dilakukan.
a.
Pendokumentasikan merupakan mekanisme komunikasi
antara anggota Tim pelayanan kesehatan. Ada hubungan berbagai disiplin ilmu yang
terlibat dalam pelayanan kesehatanl;
a)
Masing-masing disiplin ilmu informasi mutakhir klien
melalui pengkajian
b)
Agar informasi terpelihara dengan baik, maka perlu
didokumntasikan
2. Dengan catatan yang akurat dapat membantu
tercapainya hubungan yang kreatif antara klien dan provider.
3. Dapat mempermudah
pelaksanaan pelayanan klien dan fokus asuhan keperawatan dapat ditentukan
4. Sesuai dengan empat peran yang harus dijalankan
perawat, tanggung jawab dan tanggung gugat.
5. Data yang lengkap dapat digunakan untuk menentukan status kesehatan
klien dan tingkat ketergantungan klien, sehingga dapat diperkirakan jumlah
kebutuhan tenaga perawat.
6. Bahan audit keperawatan, penghitung jasa, pertimbangan
pihak ketiga dan bukti tuntutan hukum.
6.
Unsur-Unsur Dokumentasi Asuhan Keperawatan
Unsur-unsur dari
dokumentasikan Asuhan Keperawatan diantaranya adalah:
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah pertama dalam proses
keperwatan, dimana pada fase ini perawat
mengumpulkan data tentang status kesehatan klien secara sistematis, menyeluruh,
akurat, dan berkesinambungan.
2. Mengumpulkan data
Meliputi pengumpulan data dasar yang mencakup
informasi tentang klien:
1)
Riwayat kesehatan dahulu, seperti riwayat alergi
terhadap makanan atau obat tertentu, riwayat pernah dilakukan tindakan bedah, riwayat menderita
penyakit kronis, dan lain-lain.
2)
Riwayat kesehatan sekarang, seperti adanya perasaan
nyeri, mual, ganguan tidur, dan lain-lain.
3)
Pemeriksaan fisik, dalam hal ini perawat dapat
menggunakan teknik inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi dengan prinsip
pemeriksaan ”head to toe” (cephalocaudal) atau berdasarkan sistem tubuh, seperti
sistem pernapasan , pencernaan, eliminasi dan lain-lain.
4)
Pemeriksaan penunjang yang meliputi pemeriksaan
laboratorium, radiology, CT Scan dan
lain-lain
Tipe
data yang dikumpulkan yaitu:
a.
Data Subjektif, yaitu:
Data yang meliputi gejala yang dirasakan oleh
klien, kebiasan dan persepsi klien terhadap kesehatannya saat ini. Selain dari
klien, informasi yang didapat dari keluarga, teman atau tenaga kesehatan yang
mengetahui keaadan klien.
b.
Data Objektif, yaitu:
Meliputi tanda dan gejala mengenai kondisi
kesehatan klien dapat dilihat, didengar, dirasakan atau dicium serta data-data
lain yang dapat diperoleh dari observasi dan pemeriksaan fisik.
3.
Pengorganisasian data
Untuk mendapatkan data secara sistematis, perawat menggunakan format
pengkajian, atau disebut juga pengkajian keperawatan. Format pengkajian dapat
dimodifikasi sesuai dengan keadaan kesehatan klien. Dalam keperawatan, format
pengakajian yang digunakan dapat didasarkan pada berbagai teori keperawatan,
diantaranya:
1)
Teori Gordon tentang fungsi kesehatan
2)
Teori Orem tentang perawatan diri
3)
Teori Roy tentang model adaptasi
4)
Teori Maslow berdasarkan tigkat kebutuhan manusia
4.
Validasi data
Informasi
yang telah dikumpulkan harus lengkap, akurat dan sesuai dengan keadaan klien
sehingga dilakukan validasi atau pemeriksaan kembali terhadap data yang telah
dikumpulkan.
5.
Pencatatan data
Untuk
melengkapi pengkajian, dokumentasi data harus akurat dan mencangkup semua
keadaan kesehatan klien dan tidak berdasrkan hasil intervensi perawat.
6.
Diagnosa keperawatan
Diagnosa
keperawatan adalah kesimpulan klinis tentang individu, keluarga atau masyarakat
yang aktual, resiko dari
status kesehatan seseorang. Diagnosa keperawatan ini merupakan dasar untuk
melakukan intervensi keperawatan dalam mencapai tujuan dan dapat dievaluasi
(Nanda, 2009).
Tipe
diagnosa keperawatan yaitu:
a.
Aktual
Yaitu
pernyataan tentang respon klien terhadap kesehatannya saat ini berdasarkan
hasil pengkajian yang meliputi tanda dan gejala seperti jalan nafas tak efektif, ansietas.
b.
Resiko
Yaitu
pernyataan klinis dari kondisi kesehatan klien dimana masalah lebih beresiko untuk
menjadi aktual pada klien
tersebut dibanding dengan orang lain pada kondisi atau situasi yang sama.
Komponen dari diagnosa keperawatan yaitu:
Ø Problem (masalah)
Menggambarkan masalah kesehatan klien atau responnya
terhadap terapi yang diberikan oleh perawat yang dituliskan dalam beberapa
kata, antara lain:
Ø Perubahan
(perubahan dari sebelumnya)
Ø Gangguan
(kelemahan, kerusakan, dan pengurangan)
Ø Penurunan (pengecilan
dari segi ukuran, jumlah atau tingkat/derajat)
Ø Tidak efektif
(tidak menghasilkan efek yang sesuai)
Ø Akut (terjadi
dalam waktu mendadak dan pendek)
Ø Kronis (terjadi
dalam waktu yang lama, berulang dan tetap)
Ø Etiologi (penyebab)
Mengidentifikasi kemungkinan dari penyebab masalah
kesehatan
dalam
melakukan intervensi keperawatan yang mencakup tingkah laku, lingkungan sekitar
atau gabungan dari keduanya.
Ø Symptom (gejala)
Pengelompokan tanda dan gejala yang merupakan bagian
dari diagnosa keperawatan
7.
Perencanaan
Perencanaan adalah tahap sistematik proses keperawatan yang
melibatkan pembuatan suatu keputusan dan menyelesaikan masalah. Dalam
perencanaan, perawat mengacu pada pengkajian data klien dan diagnostik sebagai
acuan dan mewujudkan tujuan klien dan dan mendesain strategi keperawatan untuk
mencegah, mengurangi masalah kesehatan klien.
Proses
perencanaan keperawatan meliputi:
a.
Membuat prioritas perencanaan
Prioritas
perencanaan adalah suatu proses dalam melakukan strategi keperawatan
b.
Membuat tujuan dan kriteria hasil
Tujuan
adalah penataan yang lebih luas tentang dampak dari intervensi keperawatan.
Kriteria
hasil adalah pernyataan yang lebih spesifik dan diukur untuk mengevaluasi
apakah tujuan tercapai.
8.
Implementasi
Dalam proses keperawatan, implementasi merupakan suatu tahap dimana
perawat melaksanakan rencana keperawatan dalam suatu tindakan. Implementasi
terdiri dari melaksanakan tindakan keperawatan, mendelegasi dan mencatat apa
yang dilakukan. Dalam melaksanakan tindakan keperawatan, perawat mencatat
tindakan keperawatan, perawat mencatat
tindakan yang dilakukan serta respon klien.
9.
Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dalam proses keperawatan. Evaluasi adalah
perencanaan, pelaksanaan, kemajuan aktifitas yang mana klien dan tenaga
profesional kesehatan lainnya dapat mempertimbangkan kemajuan klien sesuai
tujuan dan keefektifan rencana keperawatan.
BAB
III
PROFIL
RUANGAN BEDAH PRIA IRNA
BEDAH
RSUP DR. M.DJAMIL PADANG
A. GAMBARAN UMUM
Ruangan Bedah Pria Irna Bedah RSUP Dr. M.Djamil Padang termasuk dalam Irna Bedah yang dikepalai oleh satu orang Kepala Ruangan .
B. VISI, MISI DAN MOTO
Bedah Pria Irna
Bedah RSUP Dr. M.Djamil Padang:
Secara umum Ruangan
Bedah Pria RSUP Dr M Djamil Padang bertujuan untuk meningkatkan dan mengembangkan pelayanan kesehatan agar dapat
menjangkau semua lapisan masyarakat dengan memberikan
pelayanan yang bermutu dan professional. Untuk
mencapai
tujuan dimaksud, Ruangan Bedah mempunyai Visi “Menjadi Pusat Pelayanan dan Pendidikan Keperawatan Bedah yang bermutu,
mampu bersaing di era globalisasi”
Misi Ruangan Bedah RSUP Dr M Djamil Padang :
Dalam mewujudkan
Visi Ruangan Bedah RSUP Dr M Djamil Padang yang tertuang dalam misi yang
diidentifikasi di Ruangan Bedah adalah sebagai berikut :
1.
Memberikan asuhan keperawatan yang professional
oleh perawat bedah berdedikasi dan disiplin tinggi serta terampil.
2.
Menyelenggarakan pendidikan bedah bermutu
tinggi bagi institusi yang memakai sebagai lahan praktek
3.
Menciptakan lingkungan yang ramah dan penuh
kesabaran
4.
Menekan serendah rendahnya angka infeksi
nasokomial
C. LOKASI DAN DENAH RUANGAN
Lokasi Ruangan Bedah Pria Irna Bedah RSUP Dr. M.Djamil Padang adalah bagian
tengah Rumah
sakit. Adapun
batas-batas ruangan penyakit dalam adalah sebagai berikut:
-
Timur : Bangsal Petri
-
Selatan : Bangsal Bedah Wanita
-
Utara
: HCU Interne
-
Barat : Bangsal Mata
-
D. STRUKTUR ORGANISASI
Rentang Kendali Ruang Bedah
Pria Irna Bedah RSUP Dr. M.Djamil Padang
Kepala
Ruangan
Ns. Yuhelmi,
S.Kep
|
Katim Pagi
1.
Zetrianto
2.
Reflina Sari
3.
Rona Melisa
|
Katim Malam
1. Satriani
2. Marni sudiarsih
|
Anggota
1. Lovina
2. Ratna Wilis
3. Adi Firman
4. Dona Putri
|
Katim Sore
1.
Yosi Basra
2.
Siska yulianti
3. Fuadi Firman
|
E. PRASARANA
Peralatan dan alat
kesehatan merupakan hal yang penting dalam melakukan tindakan keperawatan. Peralatan
yang ada di ruangan bedah meliputi set redresing, cairan desinfektan, cairan
antiseptik seperti betadine, lysol, savlon, chlorin, obat-obat emergensi dan
lain-lain.Selanjutnya blangko-blangko yang tersedia juga telah lengkap. Berikut
adalah daftar blangko yang tersedia:
PEMAKAIAN BLANKO
NO
|
Nama Blangko
|
Ketersediaan
|
1.
|
Asuhan keperawatan
|
√
|
2.
|
Blanko Konsultasi
|
√
|
3.
|
Catatan Dokter
|
√
|
4.
|
Catatan keperawatan
|
√
|
5.
|
Catatan perkembangan
klien
|
√
|
6.
|
Daftar obat
|
√
|
7.
|
Grafik TTV
|
√
|
8.
|
Labor bakteriologi
|
√
|
9.
|
Labor kimia klinik
|
√
|
10.
|
Permintaan EKG
|
√
|
11.
|
Permintaan makan pasien
baru
|
√
|
12.
|
Permintaan makan pasien
harian
|
√
|
13.
|
Permintaan tranfusi
|
√
|
14.
|
Resep
|
√
|
15.
|
Rotgen
|
√
|
16.
|
Persetujuan rawat
|
√
|
F. LINGKUNGAN
Dari hasil observasi
yang dilakukan di Ruangan Bedah Pria RSUP Dr. M Djamil Padang pada tanggal 28-29 April 2015, didapatkan data:
1. Terdapat satu
counter perawat dimana semua status dan blangko yang dibutuhkan pasien berada
diruangan tersebut tetapi blangko yang dibutuhkan tidak tersusun dengan rapi.
2. Terdapat ruang kamar perasat, dimana semua perlengkapan
untuk tindakan berada dalam satu ruangan
tersebut.
3. Tidak disiplin dengan jam
kunjungan
G. BOR
BOR (bed occupation rate) adalah persentase
pemakaian tempat tidur pada waktu tertentu, indikator ini memberikan gambaran tentang tinggi rendahnya pemanfaatan
tempat tidur di rumah sakit. Berdasarkan data yang didapat dari ruangan bedah
pria RSUP Dr M Djamil Padang BOR Irna Bedah adalah 84,63%.
BAB IV
ANALISA WINSHIELD SURVEY
A.
PELAKSANAAN OVERAN
Berdasarkan hasil observasi
pada tanggal 28-30 April 2015, overan ada dilakukan dilakukan di nurse station
dengan menyebutkan berapa jumlah pasien,
dan kondisi pasien secara garis besar, tidak ada dilakukan timbang terima
pasien secara langsung ke ruang rawat, sehingga untuk mengetahui kondisi pasien
dan rencana tindak lanjut yang akan dilakukan
hanya disebutikan secara lisan di nurse
stasion dan melihat dari buku laporan ruangan. Berdasarkan hasil wawancara dengan
pasien di ruangan penyakit dalam didapatkan bahwa 95 % pasien tidak mengetahui nama
perawat yang bertugas. Hal ini tidak sesuai dengan
komponen timbang terima berdasarkan SPO (Standar Prosedur Operasional) RSUP
DR.M.DJAMIL Padang dimana dalam timbang
terima harus dilakukan: perawat membaca
laporan sebagai langkah awal mengenal kondisi pasien , seluruh alat inventaris
tertata dengan baik dan tercatat dalam
buku timbang terima, seluruh persiapan obat dan pasien lengkap sesuai dengan
jumlah pasien, karu/katim mengunjungi seluruh pasien untuk timbang terima
pasien dengan katim shift dinas
berikutnya.
Hal yang disampaikan saat timbang terima
meliputi : jumlah pasien, kelengkapan
status dan dokumentasi askep, kartu kendali, tingkat ketergantungan pasien,
tindakan keperawatan tertentu yang akan
dilanjutkan , catatan pasien yang berada diruang tindakan dan yang ada dalam
proses pulang. Katim memperhatikan kondisi lingkungan apakah dalam kondisi
bersih dan aman. Karu / katim yang timbang terima mendokumentasikan pelaksanaan timbang terima dan menanda
tangani berita timbang terima, bila ada kondisi yang tidak sesuai dalam proses
timbang terima dibuat catatan khusus yang ditandatangani oleh kedua pihak
petugas yang timbang terima.
Berdasarkan hasil
observasi, prosedur
overan yang
dilakukan dari shift
dinas pagi ke shift dinas siang adalah
salah satu perwakilan dinas pagi (katim) bersama seorang perawat dinas siang.
Perawat yang overan hanya menyampaikan keadaan pasien secara umum dan
RTL, tetapi komponen yang dioverkan tidak lengkap dan hasil overan kadang-kadang tidak ada disampaikan kepada perawat
lain.
Berdasarkan hasil
wawancara dengan Kepala Ruangan diketahui bahwa sistem overan diruangan ini ada
tetapi belum maksimal dilaksanakan
karena jam kedatangan perawat yang tidak sesuai jadwal.
Identifikasi Masalah : Belum efektifnya pelaksanaan
overan
B.
PELAKSANAAN PRE DAN POST CONFERENCE
Dari hasil pengamatan di ruangan bedah pria pada tanggal 28-30 April
2015, tidak terlihat dilaksanakannya pre dan
postcoference. Berdasarkan wawancara dengan dua orang perawat pre
dan postconfrence tidak dilakukan karena perawat tidak
memiliki waktu tambahan untuk melaksanakan pre dan postconfrence karena keterbatsan waktu.
Identifikasi Masalah: Belum terlaksananya kegiatan pre dan post confrence.
C.
PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN
BERDASARKAN NANDA, NOC, NIC
Dari hasil observasi dan pengecekan status di ruang Irna bedah pria RSUP Dr. M. Djamil Padang tanggal 28-30 April 2015, didapatkan bahwa ada pendokumentasian asuhan keperawatan, tetapi belum terlakasana
secara optimal. Berdasarkan hasil wawancara bersama perawat pelaksana di ruang Irna bedah pria pada tanggal 28-30 April
2015, perawat ruangan
mengalami kesulitan menerapkan penggunaan NANDA, NOC,
NIC. Perawat
pelaksana mengatakan, sarana
untuk melakukan pendokumentasian asuhan
keperawatan tersedia seperti tersedianya
format yang lengkap yang sesuai dengan format asuhan keperawatan untuk dokumentasi tetapi kurang nya
sosialisasi pendokumentasian asuhan keperawatan dan tidak
ada panduan baku dalam pendokumentasian asuhan keperawatan di ruangan serta beban kerja perawat pelaksana yang tinggi
dan tidak sesuai dengan jumlah pasien yang ada.
Hasil
wawancara 2 dari 4 perawat yang bertugas shift pagi di ruang irna bedah pria RSUP Dr. M. Djamil Padang
mengungkapkan sulit dalam penggunaan asuhan keperawatan NANDA, NOC, NIC. Selain itu, berdasarkan
hasil observasi, didapatkan bahwa data fokus untuk merumuskan diagnosa di dalam
dokumentasi dikategorikan kurang lengkap dan kurang sesuai dengan kondisi
pasien (tidak sinkron antara data yang ditemukan kepada pasien dengan penegakan
diagnosa keperawatan).
Identifikasi
Masalah : Pedokumentasikan asuhan
keperawatan yang
sesuai dengan panduan
NANDA, NOC, NIC belum
berjalan optimal.
1.
Daftar Masalah
Hasil winshield
survey di ruangan Irna
Bedah Pria RSUP DR. M.Djamil Padang pada tanggal 28-30
April 2015 terhadap proses manajemen pelayanan
keperawatan adalah jumlah pasien maksimal 46
orang, jumlah pasien yang dirawat rata-rata 42- 44 orang
dengan jumlah ketenagaan perawat 12
orang, yang
terdiri dari 1 orang kepala ruangan, 3 ketua Tim (pagi, siang, dan malam), dan 9
orang perawat pelaksana. Tingkat pendidikan perawat diruangan bedah pria adalah 8% perawat berpendidikan, 77% perawat berpendidikan D3, 15% perawat berpendidikan Sarjana Keperawatan. Metode
penugasan asuhan keperawatan yang dilaksanakan adalah Metode Fungsional.
Berdasarkan
uraian diatas, didapatkan daftar masalah sebagai berikut :
1. Belum efektifnya pelaksanaan overan
2. Belum terlaksananya kegiatan post conference
3. Pendokumentasian asuhan keperawatan
belum terlaksana sesuai dengan panduan NANDA, NIC dan NOC secara tepat.
2. Validasi Data
No.
|
Masalah
|
Kuesioner
|
Observasi
|
wawancara
|
||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
||
1.
|
Belum efektinya pelaksanaan overan
|
√
|
√
|
|
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
2.
|
Belum terlaksananya kegiatan post confrence.
|
√
|
√
|
√
|
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
3.
|
Pendokumentasian asuhan keperawatan belum sesuai dengan panduan
NANDA, NOC, NIC secara tepat.
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
Keterangan:
1: katim
2:
PP
3: Karu
4: Dokumen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar