Apa itu Ketidakefektifan Pola Makan Bayi?
Dulu diagnosa ini berbunyi
Ketidakefektifan Pola Menyusu, namun ada revisi dalam NANDA 2009-2011.
Ketidakefektifan Pola Makan Bayi adalah gangguan kemampuan bayi untuk
mengisap atau mengordinasi respons mengisap/menelan yang mengakibatkan
ketidakadekuatan nutrisi oral untuk kebutuhan metabolik.
Kapan masalah keperawatan Ketidakefektifan Pola Makan Bayi ini ditegakkan?
Masalah ini dapat ditegakkan oleh
perawat bila menemukan data-data (dalam bahasa diagnosanya adalah
batasan karakteristik) sebagai berikut:
- Bayi tidak mampu untuk mengordinasikan mengisap, menelan, dan bernapas, dan atau
- Bayi tidak mampu untuk memulai mengisap yang efektif, dan atau
- Bayi tidak mampu mempertahankan mengisap yang efektif.
Apa etiologi atau faktor yang berhubungan dengan masalah Ketidakefektifan Pola Makan Bayi?
Ada 6 (enam) kemungkinan faktor yang bisa menyebabkan masalah Ketidakefektifan Pola Makan Bayi, meliputi:
- Abnormalitas anatomik (misalnya labioscizis, atau palatoscizis, atau labiopalatoscizis)
- Keterlambatan neurologis
- Gangguan neurologis
- Hipersensitivitas oral
- Prematuritas, serta
- Status puasa yang lama.
Bagaimana menuliskan diagnosa keperawatan berdasarkan Diagnosa Keperawatan Nanda Internasional?
Kembali Penulis sekedar mengingatkan bahwa untuk menegakkan suatu diagnosa keperawatan aktual harus terdiri dari problem/masalah (P), etiologi/ penyebab (E) yang dihubungkan dengan kata sambung “berhubungan dengan” serta sign/symptom atau tanda gejala (S) dalam hal ini sama dengan batasan karekteristik yang muncul pada klien.
Contoh kasus:
Saat assessment pada Bayi Q berusia 1 hari, Ns. Dian menemukan data sebagai berikut: bayi lahir saat usia kehamilan ibu 28 minggu, tidak ada cacat fisik, bayi tidak mampu mencari puting susu ibu, lama dirangsang untuk mulai menyusu namun durasi menyusu singkat, mengisap lemah.
Saat assessment pada Bayi Q berusia 1 hari, Ns. Dian menemukan data sebagai berikut: bayi lahir saat usia kehamilan ibu 28 minggu, tidak ada cacat fisik, bayi tidak mampu mencari puting susu ibu, lama dirangsang untuk mulai menyusu namun durasi menyusu singkat, mengisap lemah.
Data yang digaris bawahi adalah
data-data senjang yang mendukung untuk ditegakkan diagnosa keperawatan.
Untuk itu perawat meneliti faktor apa yang memicu (berhubungan)
terjadinya masalah Ketidakefektifan Pola Makan Bayi. Perhatikan kalimat
yang digarisbawahi dan ditebalkan, kemudian bandingkan dengan faktor
yang berhubungan pada alinea sebelumnya. Ternyata ada faktor Prematuritas
yang artinya sama dengan lahir kurang bulan (normalnya 38-42 minggu).
Sehingga bunyi diagnosa keperawatannya berdasarkan Diagnosa Keperawatan
NANDA Internasional adalah:
Ketidakefektifan Pola Makan Bayi (P) berhubungan dengan prematuritas (E) Ditandai dengan (S):
Data Subjektif (DS):
- Ibu bayi mengatakan bayi tidak mamapu mencari puting susu ibu.
- Ibu mengatakan untuk mulai menyusui, bayi lama dirangsang, serta isapan bayi lemah.
Data Objektif (DO):
- Durasi menyusu sebentar.
Nah, tugas kita menegakkan sebuah
diagnosa keperawatan telah selesai. Langkah selanjutnya adalah
menetapkan tujuan dan indikator keberhasilan (kalau dulu disebut
kriteria hasil). Untuk itu kita menggunakan bahasa standar yang
tercantum pada Nursing Outcomes Classification (NOC).
Dalam merumuskan tujuan keperawatan,
idealnya harus memuat unsur Subjek (S), Predikat (P), Objek (O),
Keterangan waktu (T), serta Indikator keberhasilan/kriteria hasil.
Keterangan waktu adalah prediksi waktu yang diyakini mampu untuk
tercapainya keberhasilan pencapaian tujuan/ indikator keberhasilan.
Dulu untuk menetapkan tujuan
keperawatan, perawat selalu menggunakan kata-kata pada problem untuk
objeknya sehingga bahasa tujuan terkesan asal, misalnya:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1×24 jam, ketidakefektifan pola makan bayi teratasi.
Ternyata rumusan tujuan keperawatan di atas kurang tepat menurut NOC, karena ada capaian-capain spesifik yang harus diangkat.
Untuk diagnosa Ketidakefektifan Pola Makan Bayi,
NOC menyarankan 6 (enam) tujuan keperawatan digunakan yang disesuaikan
dengan masalah klien. Dari 6 (enam) pilihan ini, dapat diambil satu atau
lebih dari satu. Keenam saran untuk tujuan keperawatan dimaksud adalah:
Pencegahan aspirasi, (artinya mencegah tersedak)
Penetapan menyusui bayi, (artinya membantu mengajarkan bayi menyusu)
Mempertahankan menyusui, (artinya mempertahankan kemampuan bayi menyusu)
Hidrasi, (artinya meningkatkan/mempertahan status cairan bayi)
Status nutrisi: intake makanan dan cairan, (artinya meningkatkan/mempertahan cairan dan makanan yang masuk).
Status menelan, (artinya keamanan jalur cairan dari mulut ke lambung).
Data senjang yang ada pada diagnosa
keperawatan ditelaah, ternyata masalahnya adalah ketidakmampuan bayi
untuk mencari puting serta mengisap. Sehingga dari 6 (enam) pilihan
tujuan keperawatan yang ditawarkan oleh NOC, yang paling tepat digunakan
untuk diagnosa ini adalah pilihan yang ke-2: penetapan menyusui bayi
(breastfeeding establishment:infant), dan penulisannya adalah:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3×24 jam, penetapan menyusui bayi adekuat, dengan indikator keberhasilan:
- Bayi mampu menyerap areola
- Benar cara mengisap dan posisi lidah bayi
- Terdengar bunyi menelan
- Minimum 8 kali menyusui perhari
Empat item di atas adalah data/kondisi
yang diharapkan setelah perawat melakukan tindakan keperawatan. Artinya
tindakan keperawatan berhasil bila dalam waktu 3 hari keempat item ini
terpenuhi/tercapai.
Langkah terakhir dalam perencanaan
tindakan keperawatan adalah menyusun rencana tindakan (intervensi
keperawatan). Dulu bahkan sekarang perawat menetapkan rencana tindakan
bersifat asal jadi, apa yang ingat di kepala saat itu langsung ditulis.
Atau bahkan perawat melakukan tindakan menunggu instruksi dari profesi
kolega. Namun dalam Nursing Interventions Classification (NIC), disusun
rencana tindakan-tindakan keperawatan yang bersifat mandiri bahkan
sampai kolaboratif dan disesuaikan tujuan yang ada pada NOC. Rencana
tindakan ini sudah berdasarkan evidencebase atau penelitian-penilitian
para pakar keperawatan.
Untuk diagnosa keperawatan
Ketidakefektifan Pola Makan Bayi ini, NIC menyarankan beberapa pilihan
intervensi, dan perawat harus menelaah dan memilih intervensi yang cocok
untuk masalahnya. Intervensi yang diisarankan untuk masalah ini
diantaranya:
- Pencegahan aspirasi (aspiration precaution)
- Menilai kondisi payudara untuk kesiapan menyusui (breast examination)
- Bantuan menyusui (breastfeeding assistance)
- Pemberian nutrisi (feeding)
- Pengelolaan cairan (fluid management), dan lain sebagainya.
Oleh karena masalah pada Bayi Q di atas
adalah ketidakmampuannya mencari puting serta kelemahan dalam mengisap,
maka pilihan yang tepat untuk intervensinya adalah Bantuan menyusui (breastfeeding assistance).
Adapun langkah-langkah atau aktivitas yang berkenaan dengan bantuan menyusui berupa diantaranya:
- Diskusikan dengan orang tua harapan jangka pendek dan jangka panjang terkait menyusui bayinya.
- Lakukan inisiasi menyusui pada ibu secara dini dalam 2 jam setelah kelahiran.
- Monitor kemampuan mengisap bayi.
- Dorong dan bantu ibu untuk menyusui 8-10 kali dalam 24 jam.
- Observasi posisi bayi saat menyusui meliputi benar posisi, kemampuan menelan dan mengisap.
- Monitor kemampuan bayi mengisap puting susu.
- Instruksikan ibu untuk monitor isapan bayi.
- Instruksikan ibu menyusui dalam posisi yang benar dan nyaman.
- Monitor integritas kulit puting susu.
- Diskusikan bagaimana cara penggunanan pompa ASI bila bayi tidak mampu mengenal puting.
- Ajarkan dan instruksikan ibu untuk menyendawakan bayi pasca menyusui.
- Instruksikan ibu menyimpan dan menghangatkan susu yang ditampung.
- Identifikasi support system pada ibu selama menyusui.
- Dorong ibu meningkatakan waktu istirahat.
- Dorong ibu menyeimbangkan diit selama menyusui
- Dorong ibu meningkatkan asupan cairan selama menyusui
- Dan lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar