BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Rumah Sakit merupakan suatu organisasi yang sangat komplek
dan merupakan komponen yang sangat penting dalam upaya peningkatan status
kesehatan bagi masyarakat. Salah satu fungsi Rumah Sakit adalah
menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan yang merupakan bagian dari
sistem pelayanan kesehatan dengan tujuan memelihara kesehatan masyarakat
seoptimal mungkin. Era globalisasi dan perkembangan ilmu dan teknologi
kesehatan menuntut perawat sebagai suatu profesi, memberi pelayanan kesehatan
yang optimal.
Keperawatan merupakan bagian integral yang tidak dapat
dipisahkan dari upaya pelayanan kesehatan secara keseluruhan yang menjadi salah
satu faktor penentu baik buruknya mutu dan citra Rumah Sakit. Salah satu ciri
mutu asuhan keperawatan yang baik adalah pelaksanaan asuhan keperawatan
memenuhi standar profesi yang ditetapkan. Dalam upaya peningkatan mutu
pelayanan keperawatan di Rumah Sakit, telah disusun standar pelayanan Rumah
Sakit yang diberlakukan melalui SK Menkes No. 436/MENKES/SK/VI/1993 dan
standart asuhan keperawatan yang diberlakukan melalui SK Dirjen Yanmed No.
YM.00.03.2.6.7637 tahun 1993. Standart pelayanan dan standar asuhan keperawatan
tersebut harus diterapkan secara bertahap. Standar keperawatan menurut DepKes
RI meliputi standar pelayanan Keperawatan
(SPK) dan Standar Asuhan Keperawatan (SAK).
Standar adalah suatu tingkat kinerja yang secara umum
dikenal sebagai sesuatu yang dapat diterima, adekuat atau memuaskan dan
digunakan sebagai tolak ukur atau titik acuan yang dapat digunakan sebagai pembanding
(Marr dan Giebing, 2001). Menurut Gillies (1994) standar asuhan keperawatan
disusun dengan tujuan : 1). Meningkatkan mutu asuhan keperawatan dengan
memusatkan upaya meningkatkan motivasi perawat terhadap pencapaian tujuan, 2).Mengurangi
biaya asuhan keperawatan dengan mengurangi kegiatan keperawatan yang tidak
penting, 3).Memberikan landasan untuk menentukan kelalaian keperawatan dengan
mengantisipasi suatu hasil yang tidak memenuhi standar asuhan keperawatan serta
menentukan bahwa kegagalan dari perawat untuk memenuhi standar membahayakan
pasien.
Diagnosa NANDA, NOC dan NIC merupakan standar bahasa
keperawatan yang dapat digunakan dalam asuhan keperawatan. Sistem NANDA, NOC,
dan NIC dapat diterima dan mendukung semua bagian proses keperawatan, kecuali
pengkajian. NANDA, NOC, dan NIC didukung oleh penelitian untuk memfasilitasi
perawatan lanjutan pada semua area, dan merupakan standar bahasa keperawatan
yang dapat diterima pada semua area keperawatan.
Saat ini RSUD Kota Yogyakarta akan mencoba mengembangkan
metode pendokumentasian diagnosa yang merujuk pada NANDA, intervensi yang merujuk pada NIC dan tujuan
yang merujuk pada NOC. Dari hasil pengkajian diperoleh data bahwa SAK dari 10 penyakit terbesar dalam 4 bulan
terakhir yang ada di Ruang Bougenville belum semuanya ada, dan yang sudah
adapun belum dibukukan atau masih dalam bentuk file/makalah. Dengan demikian
perlu dilakukan penyusunan SAK yang merujuk pada metode pendokumentasian NANDA,
NIC, dan NOC.
Standar pelayanan keperawatan (standar operating procedure)
merupakan standar dalam melaksanakan tindakan keperawatan yang dapat digunakan
dalam asuhan keperawatan. Saat ini RSUD Kota Yogyakarta, sudah mempunyai buku
pedoman SOP, akan tetapi yang diberlakukan tahun 2004. Sehingga perlu dilakukan
penyusunan SOP dengan dasar teori bahwa SOP harus direvisi setiap tiga tahun.
B. Tujuan
Apakah dengan koordinasi bersama Ka Ru, PN, mencari
literatur, menyusun SAK, SOP dan diagnosa, merevisi ulang dan mengevaluasi SAK
yang dilaksanakan tanggal 26 November - 6 Desember 2007 dapat tersusun SAK dan
SOP dengan target 100%? Apakah dengan koordinasi bersama Ka Ru, PN, mencari
literatur, menyusun SOP, evaluasi penerapan SOP yang dilaksanakan tanggal 6
Desember-11 Desember 2007, penerapan SOP sebagai pedoman dalam melaksanakan
tindakan keperawatan mendapat target 75 %?
BAB II
PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN
A. Langkah-langkah
Tabel 1
Langkah
– Langkah Penyusunan SAK, SOP dan Diagnosa yang sering muncul
di
Ruang Bougenville RSUD Kota Yogyakarta
No
|
Kegiatan
|
Pelaksana
|
Sasaran
|
Tujuan
|
Waktu
|
Tempat
|
a.
|
Persiapan
|
|||||
1.
|
Melakukan koordinasi dengan KARU, PN
|
Hindrayanti
|
KARU, PN
|
Menentukan
SAK, SOP dan Diagnosa yang perlu disusun
|
26 Nov. 2007
|
Ruang
Bougenville
|
2.
|
Mencari literatur
|
Hindrayanti
|
Sumber pustaka
|
Mendapatkan sumber pustaka yang dapat
mendukung dalam penyusunan SAK, SOP dan Diagnosa
|
26-28 November 2007
|
Internet, Perpustakaan
|
b.
|
Pelaksanaan
|
|||||
1
|
Menyusun SAK sesuai dengan NANDA 2005 –
2006, NOC, NIC dan SOP
|
Hindrayanti
|
SAK, SOP dan Diagnosa
|
Menyusun SAK Hipertensi, Febris, Vomitus, BPH, Hernia, Cronic Renal Failure, Asma, Haemoroid, Katarak dan SOP
dan Kumpulan diagnosa
|
26- 29 November 2007
|
|
2
|
Mengajukan SAK, SOP dan Diagnosa yang telah disusun
|
Hindrayanti
|
KARU, PN, PA
|
Mendapatkan masukan tentang SAK ,SOP dan
Diagnosa yang telah disusun
|
30 Desember 2007
|
Ruang Bougenville
|
3
|
Revisi
SAK, SOP dan Diagnosa yang telah diajukan
|
Hindrayanti
|
SAK dan SOP
|
Mendapatkan SAK, SOP dan Diagnosa yang ideal
dan dapat diterapkan
|
30 Nov – 03 Des 2007
|
|
c.
|
Evaluasi
|
|||||
1.
|
Evaluasi
penyusunan SAK , SOP dan Diagnosa
|
Hindrayanti
|
SAK, SOP dan Diagnosa revisi
|
Mengevaluasi penerapan SAK dan SOP revisi
|
04 Des 2007
|
Ruang Bougenville
|
2
|
Evaluasi penerapan SOP
|
Hindrayanti
|
Staf perawat
|
Mengevaluasi penerapan SOP
|
06-11 Des. 2007
|
Ruang Bougenville
|
Sumber : data
primer, 2007
B. Plann of Action (POA)
Tabel 2
Rencana
dan Waktu Pelaksanaan Penyusunan SAK di RSUD Kota
Yogyakarta
No
|
Uraian Kegiatan
|
Rencana
dan Pelaksanaan
|
||||||||||||||||||||||||
26
|
27
|
28
|
29
|
30
|
01
|
02
|
03
|
04
|
||||||||||||||||||
1
|
Koordinasi dengan PJ RU, PN
|
√
|
||||||||||||||||||||||||
2
|
Mencari literatur dan telaah pustaka
|
√
|
√
|
√
|
||||||||||||||||||||||
3.
|
Menyusun SAK Hipertensi, Febris, Vomitus, BPH, Hernia, Cronic Renal Failure, Asma, Haemoroid, Katarak dan SOP
|
√
|
√
|
√
|
√
|
|||||||||||||||||||||
No
|
Uraian Kegiatan
|
Rencana
Pelaksanaan
|
||||||||||||||||||||||||
4
|
Mengajukan SAK, SOP dan Diagnosa
|
√
|
||||||||||||||||||||||||
5
|
Revisi SAK, SOP dan Diagnosa yang telah diajukan
|
√
|
√
|
√
|
√
|
|||||||||||||||||||||
6
|
Evaluasi
|
√
|
||||||||||||||||||||||||
Sumber : data
primer, 2007
C. Rencana
Anggaran
Tabel 3
Rencana
Anggaran
No.
|
Uraian Kegiatan
|
Jumlah
|
1.
|
Pengetikan dan printing
|
Rp.
40.000,00
|
2.
|
Penggandaan makalah
|
Rp.
40.000,00
|
3.
|
Penggandaan CD
|
Rp.
10.000,00
|
Total anggaran
|
Rp. 90.000,00
|
BAB III
EVALUASI DAN HASIL
A. Evaluasi
Evaluasi SAK dan Diagnosa dilaksanakan dengan studi
dokumentasi oleh mahasiswa Pra Ners STIKES Wira Husada Yogyakarta terhadap
penyusunan SAK pada tanggal 6 Desember 2007. Sedangkan evaluasi SOP
dilaksanakan dengan cara mengobservasi pelaksanaan kegiatan keperawatan
kemudian membandingkan hasil observasi yang ditemukan dengan standar asuhan
keperawatan / prosedur.
B. Hasil
- Hasil Evaluasi Penyusunan SAK
Tabel 4
Evaluasi
Penyusunan SAK Di Ruang Bougenville RSUD Kota
Yogyakarta
No
|
Kriteria evaluasi
|
Hasil
SAK Hipertensi, Febris, Vomitus, BPH, Hernia, Cronic Renal
Failure, Asma, Haemoroid, Katarak
|
|
Ya
|
Tidak
|
||
1.
|
Menyusun Definisi
|
√
|
|
2.
|
Menyusun Etiologi
|
√
|
|
3.
|
Menyusun Patofisiologi
|
√
|
|
4.
|
Menyusun tanda dan gejala
|
√
|
|
5.
|
Pemeriksaan penunjang
|
√
|
|
6.
|
Penatalaksanaan
|
√
|
|
7.
|
Diagnosa Keperawatan mengacu pada NANDA
|
√
|
|
8.
|
Rencana Keperawatan mengacu pada NOC dan NIC
|
√
|
|
Prosentase : 8/8 x 100 %
|
100 %
|
Sumber : data primer, 2007
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa penyusunan SAK Hipertensi,
Febris, Vomitus, BPH, Hernia, Cronic Renal Failure,
Asma, Haemoroid, Katarak tercapai 100 %, sehingga dapat dikatakan target tercapai. Sedangkan Penerapan SAK sebagai pedoman dalam pendokumentasian
sudah mulai dilakukan oleh Perawat Ruang bougenville. Hal ini diketahui dari
hasil evaluasi dengan menggunakan instrumen A yaitu sebelum intervensi
didapatkan nilai sebesar 64,52% dan setelah intervensi sebesar 74,35 %.
- Hasil Evaluasi Penerapan SOP
Instrumen C yaitu evaluasi tentang
pedoman observasi tindakan keperawatan. Hasil
evaluasi penerapan SOP sebagai pedoman dalam melaksanakan tindakan keperawatan
di Ruang Bougenville sebelum Intervensi adalah sebagai berikut :
Tabel 5
Hasil
Observasi Tindakan Keperawatan Sebelum Intervensi
Di
Ruang Bougenville RSUD Kota Yogyakarta
No
|
Kegiatan
yang dilakukan
|
F
|
(%)
|
Keterangan
|
1.
|
Memasang infus
|
2
|
60,87
|
·
Tidak menggunakan pengalas
·
Tidak menggunakan sarung tangan
·
Bengkok tidak diletakan dekat
pasien
·
Tidak memperhatikan reaksi klien
|
2.
|
Mengganti alat
tenun kotor pada tempat tidur tanpa
memindahkan pasien
|
3
|
68,0
|
·
Alat tenun bersih yang
diperlukan tidak disusun menurut urutan penggunaannya.
·
Lap kerja sehelai basah dan
sehelai kering tidak ada
·
Perlak tidak dibersihkan dengan
larutan desinfektan
·
Alas tempat tidur dan kasur
tidak dibersihkan dengan larutan desinfektan lalu dikeringkan dengan lap
kering
·
Tidak ada ember berisi larutan
desinfektan
|
3.
|
Mengukur suhu
badan
|
3
|
66,0
|
·
Perawat tidak memberi penjelasan
kepada pasien
·
Tidak ada larutan sabun dan
desinfektan
·
Ketiak pasien tidak dikeringkan
|
4.
|
Memberikan obat
intra vena
|
3
|
61.11
|
·
Pasien tidak diberikan
penjelasan tentang obat yang digunakan
·
Tidak menggunakan perlak
|
5.
|
Perawatan Luka
|
2
|
60.0
|
·
Tidak menggunakan perlak
·
Menggunakan sarung tangan 1 kali
·
Komunikasi teraupetik kurang
|
6
|
Memberikan obat
melalui oral
|
3
|
52,94
|
·
Tidak menjelaskan pada pasien
·
Tidak memperhatikan reaksi klien
·
Perawat tidak menunggu sampai
obat ditelan
|
Rata-rata
|
61,49
|
Sumber: Observasi tindakan
keperawatan di Ruang Bougenville 2007
Dari 6 tindakan yang
diobservasi 3 hari berturut-turut, hasil
observasi tindakan keperawatan yang dilakukan di ruang Bougenville RSUD Kota Yogyakarta termasuk dalam kategori
cukup (61,49 %).
Hasil evaluasi
penerapan SOP sebagai pedoman dalam melaksanakan tindakan keperawatan di Ruang
Bougenville setelah intervensi adalah sebagai berikut :
Tabel 6
Evaluasi Penerapan SOP Setelah Intervensi
Di Ruang Bougenville RSUD Kota
Yogyakarta
No
|
Kegiatan
yang dilakukan
|
F
|
(%)
|
Keterangan
|
1.
|
Memasang infus
|
3
|
79,63
|
§ Tidak menggunakan pengalas
§ Tidak menggunakan sarung tangan
§ Bengkok tidak diletakan dekat pasien
§ Tidak memperhatikan reaksi klien
§ Komunikasi teraupetik kurang
|
2.
|
Mengganti alat tenun kotor pada tempat tidur tanpa memindahkan pasien
|
3
|
79,05
|
§ Alat tenun bersih yang diperlukan tidak disusun menurut urutan
penggunaannya.
§ Lap kerja sehelai basah dan sehelai kering tidak ada
§ Perlak tidak dibersihkan dengan larutan desinfektan
§ Alas tempat tidur dan kasur tidak dibersihkan dengan larutan
desinfektan lalu dikeringkan dengan lap kering
§ Tidak ada ember berisi larutan desinfektan
|
3.
|
Mengukur suhu badan
|
3
|
66,67
|
§ Perawat tidak memberi penjelasan kepada pasien
§ Tidak ada larutan sabun dan desinfektan
§ Ketiak pasien tidak
dikeringkan
|
4.
|
Memberikan obat intra vena
|
3
|
75,86
|
§ Pasien tidak diberikan penjelasan tentang obat yang digunakan
§ Tidak menggunakan perlak
|
5.
|
Perawatan Luka
|
3
|
69,69
|
§ Tidak menggunakan perlak
§ Menggunakan sarung tangan 1 kali
§ Komunikasi teraupetik kurang
|
6
|
Memberikan obat melalui oral
|
3
|
69,69
|
§
Tidak memperhatikan reaksi klien
§
Perawat tidak menunggu sampai
obat ditelan
|
Rata-rata
|
73,43
|
Sumber: Observasi
tindakan keperawatan di Ruang Bougenville 2007
Dari 6 tindakan yang diobservasi, tindakan keperawatan yang
dilakukan di ruang Bougenville RSUD Kota
Yogyakarta setelah intervensi termasuk dalam kategori
cukup (73,43 %). Dibandingkan dengan sebelum intervensi mengalami peningkatan sebesar
11,94%.
Untuk tindakan memasang infuse sebelum
intervensi nilainya 60,87%, sedangkan setelah intervensi
79,63% , jadi peningkatannya sebesar 18,76%. Untuk
tindakan mengganti alat tenun kotor
pada tempat tidur tanpa memindahkan pasien
sebelum intervensi nilainya 68,0 %,
sedangkan setelah intervensi 79,05% , jadi peningkatannya sebesar 11,05%. Untuk tindakan Mengukur suhu badan sebelum intervensi nilainya 66,0%, sedangkan
setelah intervensi 66,67% , jadi peningkatannya sebesar 0,67%, hal ini
dikarenakan pada pelaksanaan tindakan pengukuran suhu badan peralatan seperti Tiga buah botol, masing-masing berisi
larutan disinfektan, larutan sabun dan air bersih, Bengkok
(nierbekken), Potongan kertas tissue, Vaselin tidak tersedia sehingga langkah-langkah
dalam tidakan mengukur suhu tidak semua dilakukan. Untuk tindakan Memberikan
obat intra vena sebelum intervensi nilainya 61.11%,
sedangkan setelah intervensi 75,86% , jadi peningkatannya sebesar 14,75%. Untuk
tindakan Perawatan Luka sebelum intervensi nilainya 60.0%,
sedangkan setelah intervensi 69,69% , jadi peningkatannya sebesar 9,69%. Untuk
tindakan Memberikan obat melalui oral sebelum intervensi nilainya 52,94%,
sedangkan setelah intervensi 69,69% , jadi peningkatannya sebesar 16,75%.
C. Faktor Pendukung dan Penghambat
1. Penyusunan SAK
Faktor Pendukung :
·
Adanya dukungan dari KARU, PN, perawat
ruang Bougenville dan Pembimbing Akademik dalam pelaksanaan penyusunan SAK dan
memberikan masukan terhadap penyusunan SAK, diagnosa dan SOP.
·
Tersedianya literatur tentang SAK
beberapa penyakit, Diagnosa NANDA-NIC-NOC dan Standar Operating Procedure
beberapa tindakan keperawatan.
Faktor Penghambat :
·
Keterbatasan waktu dalam menyusun
SAK, Diagnosa, dan SOP bersamaan dengan praktik MPKP.
·
Keterbatasan waktu dalam pencarian
literature dalam revisi SAK, Diagnosa, dan SOP.
2.
Penerapan SOP
Faktor Pendukung :
·
Tersedianya literatur dan SOP
·
Adanya dukungan dari Ka-Ru, PN
dalam penerapan SOP sebagai pedoman dalam melaksanakan tindakan keperawatan
Faktor Penghambat :
§ Kurangnya motivasi AN dan PN dalam menerapkan tindakan keperawatan
sesuai SOP
§ Faktor kesibukan dan aktivitas dari perawat
§ Keterbatasan alat yang digunakan dalam melaksanakan tindakan
keperawatan seperti bengkok, pengalas dan perlak, dll.
D. Kesinambungan
Setelah kegiatan penyusunan SAK, Diagnosa, dan SOP
diharapkan:
·
Dapat ditindaklanjuti dan
dilakukan pengeditan bahasa sehingga bisa menjadi SAK, Diagnosa, dan SOP yang sempurna dan aplikatif
·
SAK, Diagnosa, dan SOP yang telah
disusun dapat digunakan sebagai pedoman bagi perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada klien.
·
Dilakukan pelatihan dan role model
dalam penggunaan SAK, Diagnosa dan SOP yang telah disusun untuk kesinambungan
pemberian asuhan keperawatan berdasarkan pedoman yang telah disusun.
·
Perlunya evaluasi dan perbaikan
terhadap SAK, Diagnosa dan SOP secara terus menerus sesuai dengan perkembangan
ilmu dan teknologi keperawatan.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dengan koordinasi bersama Ka Ru, Pn, mencari literatur,
menyusun SAK, menyusun SOP, merevisi ulang serta mengevaluasi SAK dan SOP yang
dilaksanakan tanggal 26 November – 4
Desember 2007 dapat tersusun SAK, Diagnosa dan SOP dengan target 100%.
Untuk
penggunaan SAK sebagai pedoman dalam melakukan pendokumentasian tercapai
sebanyak 74,35 %. Sedangkan untuk Penggunaan SOP
sebagai pedoman dalam melaksanakan tindakan keperawatan meningkat sebesar 11,94
% yaitu sebesar 74,34 %,
B. Saran
SAK, Diagnosa dan SOP yang telah disusun diharapkan dapat
digunakan sebagai pedoman bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
kepada klien, serta perlunya dilakukan pelatihan dan role model dalam
penggunaan SAK, Diagnosa dan SOP untuk kesinambungan pemberian asuhan
keperawatan berdasarkan pedoman yang telah disusun.
Perlu dilakukannya evaluasi secara terus-menerus terhadap
SAK, Diagnosa dan SOP yang telah disusun sesuai dengan perkembangan ilmu dan
teknologi keperawatan.
INSTRUMEN
OBSERVASI
PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN
PETUNJUK : BERI TANDA (√) BILA KEGIATAN DILAKUKAN
BERI TANDA (O) BILA KEGIATAN TIDAK DILAKUKAN
No
|
JENIS KEGIATAN
|
ASPEK YANG DINILAI
|
OBSERVASI
|
KET
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
||||
1
|
Memasang infus
|
Tahap pre-interaksi
· Persiapan Alat :
Standar infus
Cairan steril sesuai instruksi
Set infus steril
Jarum/wing needle/abocath dengan nomor yang sesuai
Perlak
Pengikat pembendung (tourniquet)
Kapas alkohol 70%
Plester Gunting
Piala ginjal/bengkok
Kasa
Sarung tangan
Providone-iodine (bethadine 10%)
Tahap Orientasi
1. Memberitahu dan menjelaskan kepada pasien
mengenai tindakan yang akan dilakukan
2. Menyiapkan lingkungan
3. Mencuci tangan
Tahap Kerja
1.
Memeriksa
etiket
2.
Menggantungkan
botol infus
3.
Pengatur
tetesan ditutup, jaraknya 2 – 4 cm di bawah tempat tetesan.
4.
Menusukkan
set infus ke dalam botol infus.
5.
Ruang
tetesan diisi setengah (jangan sampai terendam)
6.
Pengatur
tetesan dibuka, hingga cairan sampai diujung slang. Bebaskan slang infus dari
udara.
7.
Menentukan
lokasi pemasangan infus.
- Bila akan dilakukan di lengan pakaian atas dibuka.
- Bila di kaki pakaian bawah (celana panjang dibuka)
8.
Meletakkan
perlak kecil dibawah bagian yang akan dipasang infus.
9.
Melakukan
pembendungan.
10. Menghapus hama kulit yang akan diinfus
11. Gunakan sarung tangan.
12. Menusukkan wingneedle/kateter abocath ke
dalam vena sedalam mungkin, setelah terlihat ada desak pada kateter.
13. Buka pembendung dan sambungkan dengan slang
infus dan pengatur tetesan dibuka.
14. Menilai ada/tidaknya pembengkakan.
15. Jarum ditambatkan dengan plester.
16. Daerah punksi diberi bethadine dan ditutup
kasa steril dan diplester.
17. Mengatur tetesan dalam satu menit sesuai
instruksi
18. Merapihkan pasien
19. Membereskan alat-alat
Tahap terminasi
1.
Mencuci
tangan
2.
Mencatat
:
- Tanggal dan jam pemberian cairan
- Macam cairan
|
√
√
√
√
0
√
√
√
0
0
0
0
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
0
√
√
0
√
√
√
√
0
√
√
√
√
0
|
√
√
√
√
0
√
√
√
√
0
√
0
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
0
√
√
√
√
√
√
√
0
√
√
√
√
√
|
√
√
√
√
0
√
√
√
0
0
0
0
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
0
√
√
0
√
√
√
√
0
√
√
√
√
√
|
|||
Sub total
|
27
|
31
|
28
|
|||||
T O T A L =
86
|
||||||||
Hasil Akhir =
Total x 100 % =
86/108 x 100 % = 79,63 %
3 x 36
|
INSTRUMEN
OBSERVASI
PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN
PETUNJUK : BERI TANDA (√) BILA KEGIATAN DILAKUKAN
BERI TANDA (O) BILA KEGIATAN TIDAK DILAKUKAN
No
|
JENIS KEGIATAN
|
ASPEK YANG DINILAI
|
OBSERVASI
|
KET.
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
||||
2
|
Mengganti alat
tenun kotor pada tempat tidur tanpa
memindahkan pasien
|
Tahap Pre-interaksi
1. Persiapan Persiapan alat:
·
Alat tenun bersih yang diperlukan dan disusun
menurut penggunaannya.
·
Tempat pakaian kotor yang tertutup.
·
Ember
berisi larutan disinfektan.
·
Lap kerja 2 helai, sehelai basah dan sehelai kering.
2. Persiapan Pasien:
·
Pasien diberi penjelasan tentang hal yang akan
dilakukan.
Tahap Orientasi
1.
Menyapa pasien dengan memanggil namanya
2.
Mengenalkan tujuan dan prosedur tindakan
3.
Memberi kesempatan bertanya
4.
Mendekatkan alat
Tahap Kerja
1.
Sama seperti cara mengganti dan memasang alat tenun
pada tempat tidur tanpa pasien, tetapi secara bergilir, pada sisi kanan dan
kiri.
2.
Selimut dan bantal yang tidak perlu diganti, diletakkan
di kursi.
3.
Tahap
pertama:
·
Pasien dimiringkan pada salah satu sisi tempat tidur
(bila perlu diganjal dengan bantal untuk menghindari bahaya jatuh).
·
Lakukan segera prosedur ini pada bagian tempat tidur
bagian yang kosong.
·
Lepaskan alat tenun yang kotor dari bagian bawah kasur,
lalu gulung satu persatu sampai di bagian bawah punggung pasien, yaitu:
·
Sprei kecil digulung ketengah sejauh mungkin.
·
Perlak dibersihkan dengan lap larutan disinfektan lalu
dikeringkan dengan lap kering (bila ada persediaan, pasang perlak).
·
Alas tempat tidur dan kasur dibersihkan dengan lap yang
dibasahi disinfektan, kemudian dikeringkan dengan lap kering
·
Sprei besar bersih digulung setengah bagian sampai
dengan dibawah punggung pasien, dan yang setengah lagi diratakan serta
dipasang pada kasur.
·
Perlak yang digulung tadi diratakan (pasang perlak baru
jika ada).
·
Sprei kecil digulung sebagian dan diletakakan dibawah
punggung pasien. Dan yang sebagian lagi diratakan di atas perlak, kemudian
dimasukkan bersama-sama dibawah kasur.
4. Tahap kedua:
·
Setelah tahap pertama selesai, pasien dmiringkan
kebagian yang bersih, jika perlu pakai bantal.
·
Lepaskan alat tenun yang kotor dari bawah kasur.
·
Sprei kecil diangkat dan dimasukkan kedalam alat tenun
yang kotor.
·
Perlak dibersihkan dan digulung ke tengah.
·
Sprei besar yang kotor diangkat dan dimasukkan ke dalam
tempat yang kotor.
·
Alas tempat tidur dan kasur dibersihkan seperti pada
tahap pertama.
·
Sprei besar dibuka dari gulungannya, dan diratakan
serta dipasang dibawah kasur.
·
Perlak dan sprei kecil dipasang seperti pada tahap
pertama.
·
Sarung bantal yang kotor dilepaskan dan diletakkan pada
tempatnya kemudian ganti dengan yang bersih.
·
Pasien dibaringkan dalam posisi yang nyaman.
·
Selimut kotor diganti dengan yang bersih.
·
Peralatan dibereskan dan kembalikan pada tempat semula.
Tahap terminasi
1.
Membuat kontrak selanjutnya
2.
Mencuci tangan
3.
Mendokumentasikan tindakan keperawatan
|
0
√
0
0
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
0
0
√
√
√
√
√
√
0
√
0
√
√
√
√
√
√
√
√
√
|
0
√
0
0
√
√
√
√
√
√
0
√
√
√
√
0
0
√
√
√
√
√
√
0
√
0
√
√
√
√
√
√
√
√
√
|
0
√
0
0
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
0
0
√
√
√
√
√
√
0
√
0
√
√
√
√
√
√
√
√
√
|
|||
Sub
Total
|
28
|
27
|
28
|
|||||
TOTAL
= 83
|
||||||||
Hasil Akhir
= Total x 100 %
= 83/105 x 100 % = 79,05 %
3 x 35
|
INSTRUMEN
OBSERVASI
PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN
PETUNJUK : BERI TANDA (√) BILA KEGIATAN DILAKUKAN
BERI TANDA (O) BILA KEGIATAN TIDAK DILAKUKAN
NO
|
JENIS
KEGIATAN
|
ASPEK
YANG DINILAI
|
OBSERVASI
|
KET.
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
||||
3
|
Memberikan injeksi
subcutan (insulin)
|
Tahap Pre-interaksi
1.
Membaca catatan keperawatan dan medis : program
pemberian obat melalui intra muskuler
2.
Cuci tangan
3.
Siapkan obat sesuai prinsip 5 benar
Tahap Orientasi
1.
Berikan salam, panggil klien /keluarga dengan namanya
2.
Jelaskan prosedur dan tujuan pemberian obat pada
klien/kelurga
3.
Beri kesempatan bertanya
Tahap Kerja
1.
Berikan kesempatan klien/kelurga untuk bertanya
2.
Menanyakan keluhan dan kaji adanya alergi
3.
Jaga privasi klien
4.
Mulai dengan cara yang baik
5.
Gunakan sarung tangan
6.
Pilih tempat penusukan pada lengan atas atau abdomen.
Jika kedua tempat tersebut tidak memungkinkan pilih tempat alternative
lainnya. Rotasikan tempat penusukan
7.
Bantu klien untuk mendapatkan posisi yang nyaman sesuai
tempat yang dipilih
8.
Letakkan alas dibawah bagian tubuh yang akan dilakukan
terapi SC
9.
Bersihkan tempat yang akan digunakan dengan menggunakan
kapas alkohol
10.
Buka tutup jarum
11.
Tarik kulit dan jaringan lemak dengan ibu jari dan jari
tangan non dominant
12.
Dengan tangan yang dominant masukkan jarum dengan sudut
45 derajad dan untuk orang gemuk dengan sudut 90 derajad
13.
Lepaskan tarikan dengan tangan non dominan
14.
Tarik plunger dan observasi adanya darah pada spuit.
Jika tidak da darah masukkan obat perlahan
15.
Jika ada darah:
16.
Tarik kembali jarum dari kulit
17.
Tekan tempat penusukan selama 2 menit
18.
Observasi adanya hematoma atau memar
19.
Jika perlu berikan plester
20.
Siapkan obat baru, mulai dengan langkah 1, pilih tempat
yang baru
21.
Tarik jarum dengan sudut yang sama saat penusukan
22.
Bersihkan tempat penusukan dengan kapas alkohol lain
tekan dengan lembut. Setelah injeksi heparin jngan ditekan
23.
Jika perlu berikan plester
24.
Tempatkan jarum pada baki
25.
Buka sarung tangan
26.
Kembalikan posisi klien
27.
Buang peralatan yang sudah tidak diperlukan
Tahap terminasi
1. Evaluasi hasil kegiatan (subjektif dan
objektif)
2.
Lakukan kontrak untuk keguiatan selanjutnya
3.
Cuci tangan
4.
Dokumentasi
|
||||||
INSTRUMEN
OBSERVASI
PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN
PETUNJUK : BERI TANDA (√) BILA KEGIATAN DILAKUKAN
BERI TANDA (O) BILA KEGIATAN TIDAK DILAKUKAN
NO
|
JENIS
KEGIATAN
|
ASPEK
YANG DINILAI
|
OBSERVASI
|
KET
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
||||
3
|
Mengukur suhu badan
|
Tahap Pre-interaksi
1.
Persiapan
Alat:
·
Termometer
bersih pada tempatnya.
·
Tiga buah botol, masing-masing berisi larutan
disinfektan, larutan sabun dan air bersih.
·
Bengkok
(nierbekken).
·
Potongan
kertas tissue.
·
Vaselin.
Tahap Orientasi
1. Menyapa pasien dengan
menyebut namanya
2. Berikan penjelasan
kepada klien
3. Memberi kesempatan
bertanya
Tahap Kerja
1. Pengukuran suhu melalui ketiak : Bila perlu lengan baju pasien dibuka, dan
dikeringkan terlebih dahulu.
2. Periksalah apakah air
raksa tepat pada angka nol, lalu jepitkan dengan reservoirnya tepat di tengah
ketiak, daan lengan pasien dilipat pada dada.
3. Setelah lima sampai 10
menit, termometer diangkat dan langsung dibaca dengan teliti, kemudian
hasilnya dicatat.
4. Termometer dicelupkan
ke dalam larutan sabun dan dilap dengan kertas tissue, kemudian dicelupkan
kedalam disinfektan selanjutnya dibersihkan dengan air bersih lalu
dikeringkan.
5. Air raksa diturunkan
kembali pada angka nol dan letakkan pada tempatnya.
Tahap terminasi
1. Mengakhiri kegiatan
2. Mencuci tangan
3. Dokumentasi
|
√
0
0
0
0
√
√
√
√
√
√
0
√
√
√
√
|
√
0
0
0
0
√
√
√
√
√
√
0
0
√
√
√
|
√
0
0
0
0
√
√
√
√
√
√
0
√
√
√
√
|
|||
Sub total
|
11
|
10
|
11
|
|||||
T O T A L = 32
|
||||||||
Hasil Akhir =
Total x 100 % = 32 /48
x 100 % = 66,67 %
3 x 16
|
INSTRUMEN
OBSERVASI
PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN
PETUNJUK : BERI TANDA (√) BILA KEGIATAN DILAKUKAN
BERI TANDA (O) BILA KEGIATAN TIDAK DILAKUKAN
NO
|
JENIS
KEGIATAN
|
ASPEK
YANG DINILAI
|
OBSERVASI
|
KET.
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
||||
4
|
Memberikan obat
intra vena
|
Tahap Pre-interaksi
1. Membaca catatan
keperawatan dan medis : program pemberian obat melalui intra Vena
2. Cuci tangan
3. Siapkan obat sesuai
prinsip 5 benar
Tahap Orientasi
1. Berikan salam, panggil
klien /keluarga dengan namanya
2. Jelaskan prosedur dan
tujuan pemberian obat pada klien/kelurga
Tahap Kerja
1.
Berikan kesempatan klien/kelurga untuk bertanya
2.
Menanyakan keluhan dan kaji adanya alergi
3.
Jaga privasi klien
4.
Mulai dengan cara yang baik
5.
Gunakan sarung tangan
6.
Letakkan pasien pada posisi semi fowler atau supine
jika tidak memungkinkan
7.
Letakkan alas dibawah bagian tubuh yang akan dilakukan
terapi IV
8.
Bebaskan lengan pasien dari baju atau kemeja
9.
Letakkan torniquet 5 cm diatas tempat penusukan
10.
Kencangkan torniquet
11.
Anjurkan pasien untuk mengepalkan telapak tangan dan
membukanya beberapa kali, palpasi dan pastikan tekanan yang akan datang
ditusuk
12.
Bersihkan kulit dengan cermat menggunakan kapas
alkohol, lalu diulangi dengan menggunakan kapas betadine, arah melingkar dari
dalam keluar lokasi tusukan
13.
Gunakan ibu jari untuk menekan jaringan dan vena 5 cm
di bawah tempat tusukan
14.
Pegang jarum dalam posisi 30 derajad sejajar vena yang
akan ditusuk, tusuk perlahan dan pasti
15.
Rendahkan posisi jarum sejajar kulit dan teruskan jarum
kedalam vena
16.
Lakukan aspirasi
17.
Lepaskan torniquet
18.
Masukkan obat kedalam pembuluh vena perlahan-lahan
19.
Keluarkan jarum dari pembuluh vena
20.
Tutup tempat tusukan dengan kassa steril yang diberi
betadine
Tahap terminasi
1.
Evaluasi
perasaan klien
2.
Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
3.
Cuci tangan
4.
Dokumentasi
|
√
√
√
√
0
0
√
0
√
0
√
0
√
√
√
0
√
√
√
√
√
√
√
√
0
√
√
√
√
|
√
√
√
√
0
√
0
0
√
0
√
0
√
√
√
0
√
√
√
√
√
√
√
√
0
0
√
√
√
|
√
√
√
√
0
0
√
0
√
0
√
0
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
0
√
√
√
√
|
|||
Sub total
|
22
|
21
|
23
|
|||||
T O T A L = 66
|
||||||||
Hasil Akhir =
Total x 100 % = 66 /87
x 100 % = 75,86 %
3 x 29
|
INSTRUMEN
OBSERVASI
PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN
PETUNJUK : BERI TANDA (√) BILA KEGIATAN DILAKUKAN
BERI TANDA (O) BILA KEGIATAN TIDAK DILAKUKAN
No
|
JENIS
KEGIATAN
|
ASPEK
YANG DINILAI
|
OBSERVASI
|
KET.
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
||||
5
|
Perawatan Luka
|
Tahap Pre-interaksi
1. Cek catatan perawatan
dan catatan medis klien
2.
Cuci tangan
3.
Menyiapkan alat: set ganti balut, pinset, gunting,
plester, korentang, kasa steril, NaCl 0.9%, betadine 10%, rivanol H2O2, kapas
alkohol, plester, verban rol, bengkok, kantong plastik, perlak, sarung
tangan
Tahap Orientasi
1.
Menyapa pasien dengan menyebut namanya
2.
Jelaskan prosedur dan tujuan
3.
Memberi kesempatan pada klien untuk bertanya
Tahap Kerja
1.
Pertahankan privasi klien selama tindakan dilakukan
2.
Atur posisi klien berikan pengalas
3.
Lepaskan plester dan balutan dengan menggunakan sarung
tangan/pinset dan kapas alkohol
4.
Kaji kondisi luka
5.
Cuci tangan
6.
Buka alat-alat steril dan pertahankan supaya tidak
terkontaminasi, tuangkan larutan antiseptik, tambahkan alat-alat dan bahan-bahan
yang diperlukan
7.
Gunakan sarung tangan steril
8.
Bersihkan luka sesuai dengan kondisi luka dengan tetap
mempertahankan sterilitas
9.
Tutup dengan kasa steril sesuai dengan kondisi luka
10. Buka sarunga tangan
11. Fiksasi kasa dengan
plester
12. Kembalikan klien ke
posisi semula
Tahap terminasi
1.
Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
2.
Bersihkan alat-alat
3.
Cuci tangan
4.
Pendokumentasian : catat waktu perawatan, kondisi luka,
cara perawatan
|
√
√
√
√
√
0
0
0
√
√
0
√
0
√
√
0
√
√
√
√
√
√
|
√
0
√
√
√
0
0
0
√
√
0
√
0
√
√
0
√
√
0
√
√
√
|
√
√
√
√
√
0
0
0
√
√
0
√
0
√
√
0
√
√
√
√
√
√
|
|||
Sub total
|
16
|
14
|
16
|
|||||
T O T A L =
46
|
||||||||
Hasil Akhir =
Total x 100 % = 46 /66
x 100 % = 69,69 %
3 x 22
|
INSTRUMEN
OBSERVASI
PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN
PETUNJUK : BERI TANDA (√) BILA KEGIATAN DILAKUKAN
BERI TANDA (O) BILA KEGIATAN TIDAK DILAKUKAN
NO
|
JENIS
KEGIATAN
|
ASPEK
YANG DINILAI
|
OBSERVASI
|
KET.
|
||||
Memberikan obat
tetes mata
|
Tahap Pre-interaksi
1. Mengecek rencana
tindakan medik/keperawatan
2. Mencuci tangan
3. menyiapkan alat : obat
tetes mata, kasa/kapas steril, bengkok, kasa dan larutan disinfektan untuk
membersihkan mata
Tahap Orientasi
1. Memberi salam dan
memperkenalkan diri
2. mengenalkan tujuan dan
prosedur tindakan
3. Memberi kesempatan
bertanya
Tahap Kerja
1. Mendekatkan alat
kedekat pasien
2. Pasien dibaringkan
dengan sikap yang nyaman atau duduk dengan kepala ditengadahkan
3. mata dibersihkan
terlebih dahulu
4. Obat tetes mata dengan
posisi yang membujur, dekatkan dengan mata, jangan sampai menyentuh
5. perawata membuka
kelopak mata dengan jari, pasien diminta melihat keatas, teteskan obat
kekantong conjungtiva sesuai dosis
6. Kelebihan obat diserap
dengan kasa
7. rapikan alat dan klien
Tahap terminasi
1. Mengobservasi reaksi
pasien
2. Membuat kontrak
selanjutnya
3. Mencuci tangan
4. Mendokumentasikan
tindakan keperawatan
|
|||||||
INSTRUMEN
OBSERVASI
PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN
PETUNJUK : BERI TANDA (√) BILA KEGIATAN DILAKUKAN
BERI TANDA (O) BILA KEGIATAN TIDAK DILAKUKAN
No
|
JENIS
KEGIATAN
|
ASPEK
YANG DINILAI
|
OBSERVASI
|
KET.
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
||||
Perawatan jenazah
|
Tahap Pre-interaksi
1. Mencuci tangan
2. Persiapan alat :
·
Pakaian
khusus (barakschort).
·
Pembalut
atau perban.
·
Kapas
lembap dan kasa.
·
Peralatan
yang diperlukan membersihkan jenazah
·
Seprei
atau kain penutup.
·
Surat
kematian dan lebel.
Tahap Orientasi
1. Memberi salam
2. Mengenalkan tujuan dan
prosedur tindakan pada keluarga
3. Memberi kesempatan
bertanya
Tahap Kerja
1. Keluarga pasien diberi penjelasan dengan
seksama bahwa jenazah akan dibersihkan.
2. Perawat menggunakan baju khusus.
3. Jenazah dibersihkan dan dirapikan sesuai
dengan kebutuhan, misalnya: mencabut peralatan yang digunakan misalnya ETT,
NGT, CVP. Kateter, invus dan lain-lain.
4. Letakkan tangan pasien diatur menurut
kepercayaan.
5. Kelopak mata dirapatkan dan lubang hidung
serta mulut ditutup dengan kasa lembab dan kapas.
6. Mulut dirapatkan dengan cara mengikat dagu
ke kepala dengan verban.
7. Kedua kaki dirapatkan, pergelangan kaki dan
kedua ibu jari diikat dengan verban.
8. Ikatkan label pada ibu jari kaki.
9. Jenazah ditutup dengan kain penutup.
10. Jenazah dibawa keruangan tersendiri dan
beritahu keluarga supaya menunggu dan bila perlu untuk berdoa.
11. Surat keterangan kematian, dibawa oleh
petugas ke kamar jenazah untuk dapat menjemput jenazah.
12. Jenazah dibawa kekamar jenazah oleh petugas,
sekurang-kurangnya dua jam setelah meninggal.
Tahap terminasi
1. Mencuci tangan
2. Mendokumenmtasikan
tindakan perawatan
|
|||||||
INSTRUMEN
OBSERVASI
PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN
PETUNJUK : BERI TANDA (√) BILA KEGIATAN DILAKUKAN
BERI TANDA (O) BILA KEGIATAN TIDAK DILAKUKAN
NO
|
JENIS
KEGIATAN
|
ASPEK
YANG DINILAI
|
OBSERVASI
|
KET.
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
||||
1
|
Memberikan obat
melalui oral
|
Tahap Pre-interaksi
1.
Mengecek rencana tindakan medik/keperawatan
2.
Mencuci tangan
3.
menyiapkan alat :
·
Obat oral yang dipoerlukan dalam tempatnya
·
Air minum dalam tempatnya
Tahap Orientasi
4.
Menyapa pasien dengan menyebut namanya
5.
Berikan penjelasan kepada klien
6.
Memberi kesempatan bertanya
Tahap Kerja
6.
Obat
diberikan langsung kepada pasien.
7.
Tunggu sampai obat ditelan habis
Tahap terminasi
8.
Mengobservasi reaksi pasien
9.
Mencuci tangan
10.
Dokumentasi
|
√
√
√
√
0
√
√
0
0
√
√
|
√
√
√
√
0
√
√
0
0
√
√
|
√
0
√
√
0
√
√
0
0
√
√
|
|||
Sub total
|
8
|
8
|
7
|
|||||
T O T A L = 23
|
||||||||
Hasil Akhir =
Total x 100 % = 23 /33
x 100 % = 69,69 %
3 x 11
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar