A. Definisi
Diabetes melitus adalah keadaan
hiperglikemi kronik disertai dengan berbagai kelainan metabolik akibat gangguan
hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf,
dan pembuluh darah disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan
mikroskop elektron.
Ada beberapa tipe diabetes melitus
yang dibedakan berdasarkan penyebab, perjalanan klinik dan terapinya.
Klasifikasi diabetes yang utama adalah :
1. Tipe I : Diabetes melitus tergantung insulin
(insulin dependent diabetes melitus/IDDM)
2. Tipe II : Diabetes melitus tidak tergantung
insulin (non insulin dependent diabetes mellitus/NIDDM)
3. Diabetes mellitus yang berhubungan dengan
keadaan atau sindrom lainnya.
4. Diabetes melitus gestasional (gestational
diabetes melitus/GDM)
B. Etiologi
1. Diabetes tipe I
Diabetes tipe I ditandai oleh
penghancuran sel-sel beta pankreas. Kombinasi faktor genetik, imunologi dan
mungkin pula lingkungan diperkirakan turut menimbulkan destruksi sel beta.
Faktor-faktor genetik. Penderita
diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri, tetapi mewarisi suatu
kecenderungan atau predisposisi genetik ke arah terjadinya diabetes tipe I.
kecenderungan ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA(human
leucocyt antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab
atas antigen transplantasi dan proses imun lainnya. Resiko terjadinya diabetes
tipe I meningkat tiga hingga lima kali lipat pada individu yang memiliki salah
satu dari kedua tipe HLLA tersebut.
Faktor-faktor imunologi. Pada
diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon otoimun. Respon ini
merupakan respon abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh
dengan cara bereaksi pada jaringan tersebut yang dianggapnnya seolah-olah
jaringan asing.
Factor-faktor ;lingkungan. Adanya
faktor eksternal yang dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi
sel beta.
2. Diabetes tipe II
Faktor genetik diperkirakan memegang
peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Selain itu terdapat pula
faktor-faktor resiko tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya
diabetes melitus II. Faktor-faktor ini adalah :
o
Usia
resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun.
o
Obesitas
o
Riwayat
keluarga
o
Kelompok
etnik
C. Patofisiologi
Diabetes tipe I. Pada diabetes tipe
satu terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel beta
pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi
akibat produkasi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Di samping itu glukosa
yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada
dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia posprandial (sesudah makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam
darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang
tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin (glukosuria).
Ketika glukosa yang berlebihan di ekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan
disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini
dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan berlebihan,
pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus
(polidipsia).
Defisiensi insulin juga akan
menggangu metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan.
Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan
(polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup
kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan normal insulin mengendalikan
glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis
(pembentukan glukosa baru dari dari asam-asam amino dan substansi lain), namun
pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan
lebih lanjut akan turut menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak
yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang merupakan produk
samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang menggangu keseimbangan
asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis yang diakibatkannya
dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala seperti nyeri abdomen, mual, muntah,
hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan
perubahan kesadaran, koma bahkan kematian. Pemberian insulin bersama cairan dan
elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat kelainan metabolik
tersebut dan mengatasi gejala hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan latihan
disertai pemantauan kadar gula darah yang sering merupakan komponen terapi yang
penting.
Diabetes tipe II. Pada diabetes
tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin yaitu
resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat
dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin
dengan resptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme
glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan
penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif
untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin
dan untuk mencegah terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan
jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu,
keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan
dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika
sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka
kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun terjadi
gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas DM tipe II, namun masih
terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan
produksi badan keton yang menyertainya. Karena itu ketoasidosis diabetik tidak
terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun demikian, diabetes tipe II yang tidak
terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom
hiperglikemik hiperosmoler nonketoik (HHNK).
Diabetes tipe II paling sering
terjadi pada penderita diabetes yang berusia lebih dari 30 tahun dan obesitas.
Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat (selama bertahun-tahun) dan
progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika
gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat
mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi, luka pada kulit yang
lama sembuh-sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur (jika kadra
glukosanya sangat tinggi).
D. Manifestasi klinik
Gejala khas diabetes melitus adalah
polifagi, polidipsi dan poliuria, lemas dan berat badan turun. Gejala lain yang
mungkin dikeluhkan pasien adalah kesemutan, gatal, mata kabur dan impotensi
pada pria serta pruritis vulva pada wanita. Selain itu juga terjadi peningkatan
kadar gula darah yaitu kadar gula darah puasa lebih dari 120 mg/dl dan kadar
gula darah sewaktu lebih dari 200 mg/dl.
E. Komplikasi
1.
Akut : hipoglikemia
dan hiperglikemia
2.
Komplikasi menahun Diabetes
Mellitus
a.
Penyakit makrovaskuler :
mengenai pembuluh darah besar, penyakit jantung koroner (cerebrovaskuler,
penyakit pembuluh darah kapiler).
b.
Penyakit mikrovaskuler,
mengenai pembuluh darah kecil, retinopati, nefropati.
c.
Neuropati saraf sensonik
(berpengaruh pada ekstrimitas), saraf otonom berpengaruh pada gastro
intestinal, kardiovaskuler
d.
Proteinuria
e.
Kelainan koroner
f.
Ulkus / gangren Terdapat
lima grade ulkus diabetikum antara lain
F. Pemeriksaan penunjang
Kriteria
yang melandasi penegakan diagnosa DM adalah kadar glukosa darah yang meningkat
secara abnormal. Kadar gula darah plasma pada waktu puasa yang besarnya diatas
120 mg/dl atau kadar glukosa darah sewaktu diatas 200 mg/dl pada satu kali
pemeriksaan atau lebih merupaka kriteria diagnostik penyakit DM.
G. Penatalaksanaan
1. Medis
Tujuan
utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa
darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik.
Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa darah
normal tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas
pasien.
Ada lima
komponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu :
1.
Diet
Syarat
diet DM hendaknya dapat :
a.
Memperbaiki kesehatan umum
penderita
b.
Mengarahkan pada berat badan
normal
c.
Menekan dan menunda timbulnya
penyakit angiopati diabetik
d.
Memberikan modifikasi diit
sesuai dengan keadaan penderita
e.
Menarik dan mudah diberikan
Prinsip diet DM, adalah :
a.
Jumlah sesuai kebutuhan
b.
Jadwal diet ketat
c.
Jenis : boleh dimakan / tidak
Diit DM sesuai dengan
paket-paket yang telah disesuaikan dengan kandungan kalorinya :
a. Diit DM I
|
1100 kalori
|
e. Diit DM V
|
1900 kalori
|
b. Diit DM II
|
1300 kalori
|
f. Diit DM VI
|
2100 kalori
|
c. Diit DM III
|
1500 kalori
|
g. Diit DM VII
|
2300 kalori
|
d. Diit DM IV
|
1700 kalori
|
h. Diit DM VIII
|
2500 kalori
|
Diit I
s/d III : diberikan kepada
penderita yang terlalu gemuk
|
diberikan
kepada penderita yang terlalu gemuk
|
Diit IV s/d V
|
diberikan kepada penderita
dengan berat badan normal
|
Diit VI s/d VIII
|
diberikan kepada penderita
kurus, diabetes remaja, atau diabetes komplikasi.
|
Dalam melaksanakan diit
diabetes sehari-hari hendaklah diikuti pedoman 3 J yaitu :
- jumlah
kalori yang diberikan harus habis, jangan
dikurangi atau ditambah
- jadwal
diit harus sesuai dengan intervalnya
- jenis
makanan yang manis harus dihindari
Penentuan jumlah kalori Diit
Diabetes Mellitus harus disesuaikan oleh status gizi penderita, penentuan gizi
dilaksanakan dengan menghitung Percentage of Relative Body Weight (BBR =
berat badan normal) dengan rumus :
2.
Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari
bagi penderita DM, adalah :
Ø Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap 1 1/2 jam sesudah makan, berarti pula mengurangi
insulin resisten pada penderita dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor
insulin dan meningkatkan sensivitas insulin dengan reseptornya.
Ø Mencegah kegemukan bila ditambah latihan pagi dan sore
Ø Memperbaiki aliran perifer dan menambah suplai oksigen
Ø Meningkatkan kadar kolesterol – high density lipoprotein
Ø Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan
dirangsang pembentukan glikogen baru.
Ø Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena pembakaran
asam lemak menjadi lebih baik.
3.
Penyuluhan
Penyuluhan
merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada penderita DM, melalui
bermacam-macam cara atau media misalnya : leaflet, poster, TV, kaset video,
diskusi kelompok, dan sebagainya.
4.
Obat
a.
Tablet OAD (Oral Antidiabetes)
1)
Mekanisme kerja sulfanilurea
Obat ini bekerja dengan cara
menstimulasi pelepasan insulin yang tersimpan, menurunkan ambang sekresi
insulin dam meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa.
Obat golongan ini biasanya diberikan pada penderita dengan berat badan normal
dan masih bisa dipakai pada pasien yang berat badannya sedikit lebih.
2)
Mekanisme kerja Biguanida
Biguanida tidak mempunyai efek
pankreatik, tetapi mempunyai efek lain yang dapat meningkatkan efektivitas
insulin, yaitu :
a)
Biguanida pada tingkat
prereseptor → ekstra pankreatik
-
Menghambat absorpsi karbohidrat
-
Menghambat glukoneogenesis di
hati
-
Meningkatkan afinitas pada
reseptor insulin
b)
Biguanida pada tingkat reseptor
: meningkatkan jumlah reseptor insulin
c)
Biguanida pada tingkat
pascareseptor : mempunyai efek intraselluler
b.
Insulin
1)
Indikasi penggunaan insulin
a)
DM tipe I
b)
DM tipe II yang pada saat
tertentu tidak dapat dirawat dengan OAD
c)
DM kehamilan
d)
DM dan gangguan faal hati yang
berat
e)
DM dan gangguan infeksi akut
(selulitis, gangren)
f)
DM dan TBC paru akut
g)
DM dan koma lain pada DM
h)
DM operasi
i)
DM patah tulang
j)
DM dan underweight
k)
DM dan penyakit Graves
2)
Beberapa cara pemberian insulin
a)
Suntikan insulin subkutan
Insulin regular mencapai puncak kerjanya pada
1 – 4 jam, sesudah suntikan subcutan, kecepatan absorpsi di tempat suntikan
tergantung pada beberapa faktor antara lain :
Ø Lokasi suntikan
Ada 3 tempat suntikan yang sering dipakai
yaitu dinding perut, lengan, dan paha. Dalam memindahkan suntikan (lokasi)
janganlah dilakukan setiap hari tetapi lakukan rotasi tempat suntikan setiap 14
hari, agar tidak memberi perubahan kecepatan absorpsi setiap hari.
Ø Pengaruh latihan pada absorpsi insulin
Latihan akan mempercepat absorpsi apabila
dilaksanakan dalam waktu 30 menit setelah suntikan insulin karena itu
pergerakan otot yang berarti, hendaklah dilaksanakan 30 menit setelah suntikan.
Ø Pemijatan (Massage)
Pemijatan
juga akan mempercepat absorpsi insulin
Ø Suhu
Suhu kulit tempat suntikan
(termasuk mandi uap) akan mempercepat absorpsi insulin.
Ø Dalamnya suntikan
Makin dalam suntikan makin
cepat puncak kerja insulin dicapai. Ini berarti suntikan intramuskuler akan
lebih cepat efeknya daripada subcutan.
b)
Suntikan intramuskular dan
intravena
Suntikan intramuscular dapat
digunakan pada koma diabetik atau pada kasus-kasus dengan degradasi tempat
suntikan subkutan. Sedangkan suntikan intravena dosis rendah digunakan untuk
terapi koma diabetic.
5.
Cangkok pankreas
Pendekatan terbaru untuk
cangkok adalah segmental dari donor hidup saudara kembar identik
2. Keperawatan
1.Pengkajian 1.
Pengkajian
Fokus utama
pengkajian pada klien Diabetes Mellitus adalah melakukan pangkajian dengan
ketat terhadap tingkat pengetahuan dan kemampuan untuk melakukan perawatan
diri. Pengkajian secara rinci adalah sebagai berikut :
1)
Riwayat atau adanya factor
resiko, Riwayat keluarga tentang penyakit, obesitas, riwayat pankreatitis
kronik, riwayat melahirkan anak lebih dari 4 kg, riwayat glukosuria sselama
stress (kehamilan, pembedahan, trauma, infeksi, penyakit) atau terapi obat
(glukokortikosteroid, diuretik tiasid, kontrasepsi oral).
2)
Kaji terhadap manifestasi
Diabetes Mellitus : poliuria, polidipsia, polifagia, penurunan berat badan,
pruritus vulvular, kelelahan, gangguan penglihatan, peka rangsang, dan kram
otot. Temuan ini menunjukkan gangguan elektrolit dan terjadinya komplikasi
aterosklerosis.
3)
Pemeriksaan Diagnosis
a)
Tes toleransi Glukosa (TTG)
memanjang (lebih besar dari 200 mg/dl). Biasanya, tes ini dianjurkan untuk
pasien yang menunjukkan kadar glukosa meningkat dibawah kondisi stress.
b)
Gula darah puasa normal atau
diatas normal.
c)
Hemoglobin glikolisat diatas
rentang normal.
d)
Urinalisis positif terhadap
glukosa dan keton.
e)
Kolesterol dan kadar
trigliserida serum dapat meningkat menandakan ketidakadekuatan kontrol glikemik
dan peningkatan propensitas pada terjadinya aterosklerosis.
4)
Kaji pemahaman pasien tentang
kondisi, tindakan, pemeriksaan diagnostik dan tindakan perawatan diri untuk
mencegah komplikasi.
5)
Kaji perasaan pasien tentang
kondisi penyakitnya.
RENCANA
KEPERAWATAN
No
|
Diagnosa
Keperawatan
|
Tujuan
|
Intervensi
|
1
|
Nyeri akut berhubungan dengan
agen injuri biologis ( penurunan perfusi jaringan perifer)
|
NOC:
- Tingkat nyeri
- Nyeri terkontrol
- Tingkat kenyamanan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x
24 jam, klien dapat :
1. Mengontrol nyeri, dengan indikator :
· Mengenal faktor-faktor penyebab
· Mengenal onset nyeri
· Tindakan pertolongan non farmakologi
· Menggunakan analgetik
· Melaporkan
gejala-gejala nyeri kepada tim kesehatan.
· Nyeri terkontrol
2. Menunjukkan tingkat nyeri,
dengan indikator:
· Melaporkan nyeri
· Frekuensi nyeri
· Lamanya episode nyeri
· Ekspresi nyeri; wajah
· Perubahan respirasi rate
· Perubahan tekanan darah
· Kehilangan nafsu makan
|
Manajemen nyeri
â Kaji keluhan nyeri,
lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas, dan beratnya nyeri.
â Observasi respon
ketidaknyamanan secara verbal dan non verbal.
â Pastikan pasien
menerima perawatan analgetik dengan tepat.
â Gunakan strategi
komunikasi yang efektif untuk mengetahui respon penerimaan pasien terhadap
nyeri.
â Evaluasi keefektifan
penggunaan kontrol nyeri
â Monitoring perubahan
nyeri baik aktual maupun potensial.
â Sediakan lingkungan
yang nyaman.
â Kurangi faktor-faktor
yang dapat menambah ungkapan nyeri.
â Ajarkan penggunaan
tehnik relaksasi sebelum atau sesudah nyeri berlangsung .
â Kolaborasi dengan tim
kesehatan lain untuk memilih tindakan selain obat untuk meringankan nyeri.
â Tingkatkan istirahat
yang adekuat untuk meringankan nyeri.
Manajemen
pengobatan
â Tentukan obat yang
dibutuhkan pasien dan cara mengelola sesuai dengan anjuran/ dosis.
â Monitor efek teraupetik
dari pengobatan.
â Monitor tanda dan
gejala serta efek samping dari obat.
â Monitor interaksi obat.
â Ajarkan pada
pasien keluarga cara mengatasi efek
samping pengobatan.
Pengelolaan analgetik
â Periksa perintah medis
tentang obat, dosis & frekuensi obat analgetik.
â Periksa riwayat alergi
pasien.
â Pilih obat berdasarkan
tipe dan beratnya nyeri.
â Pilih cara pemberian IV
atau IM untuk pengobatan, jika mungkin.
â Monitor vital sign
sebelum dan sesudah pemberian analgetik.
â Kelola jadwal pemberian
analgetik yang sesuai.
â Evaluasi efektifitas
dosis analgetik, observasi tanda dan gejala efek samping, misal depresi
pernafasan, mual & muntah, mulut kering, & konstipasi.
â Kolaborasi dgn dokter
untuk obat, dosis & cara pemberian yg diindikasikan.
â Tentukan lokasi nyeri,
karakteristik, kualitas, dan keparahan sebelum pengobatan.
â Berikan obat dengan
prinsip 5 benar
|
|
Kerusakan integritas ja-ringan b.d faktor
mekanik : perubahan sirkulasi,
imobilitas dan penurunan sensabilitas (neuropati).
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24
jam wound healing meningkat, dengan kriteria
-
Luka
mengecil dalam ukuran dan peningkatan granulasi jaringan.
|
Wound care
1. Catat karateristik luka, tentukan ukuran
dan kedalaman luka dan klasifikasi pengaruh ulcers
2. Catat karateristik cairan secret yang
keluar
3. Bersihkan dengan cairan antibakteri
4. Bilas dengan cairan NaCI 0,9 %
5. Lakukan nekrotomi
6. Lakukan tampon yang sesuai
7. Dresing dengan kasa steril sesuai dengan
kebutuhan
8. Lakukan pembalutan
9. Pertahankan teknik dressing steril ketika
melakukan perawatan luka
10. Amati setiap perubahan pada balutan
|
3
|
Defisit volume cairan b.d kegagalan mekanisme
pengaturan absorbsi cairan
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada pasien
selama 3x24 jam, pasien terbebas dari deficit volume cairan dengan kriteria
hasil :
1. Tanda vital dalam batas
normal
2. Hidrasi baik ; tidak
ada tanda-tanda dehidrasi, turgor kulit baik, membran mukosa mulut lembab dan
tidak ada rasa haus yang berlebihan
|
Fluid management :
1 . Pertahankan cairan intake dan output yang adekuat
2. Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi adekuat,)
3. Monitor vital sign
4. Monitor masukan cairan/
makanan
5. Dorong masukan oral
6. Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
7. Kolaborasi dengan dokter jika ada tanda
cairan berlebih muncul memburuk
|
4
|
Perfusi jaringan tidak efektif b.d hipoksemi
jaringan
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada pasien
selam 3x24 jam, perfusi jaringan efketif dengan kriteria hasil :
Sirkulasiyang baik, dengan kriteria hasil :
-
Tekanan darah dalam batas
normal
-
Ekstremitas hangat
-
Nadi perifer kuat
-
Tidak ada perubahan warna kulit ekstremitas
|
Manajemen sensasi perifer :
|
3
|
Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan
tubuh b.d factor biologis.
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24
jam status nutrisi meningkat, dengan kriteria:
-
Intake
makan dan mi-numan adekuat
-
Energ
meningkat
|
Monitoring gizi
1. Amati kecenderungan pengurangan dan
penambahan berat badan
2. Monitor jenis dan jumlah latihan yang
dilaksanakan
3. Monitor respon emosional klien ketika
ditempatkan pada suatu ke-adaan yang ada makanan
4. Monitor lingkungan tempat makanan
5. Amati rambut yang kering dan mudah rontok
6. Monitor mual dan muntah
7. Amati tingkat albumin, protein total,
hemoglobin dan kelemahan
8. Monitor tingkat energi, rasa tidak enak
badan, keletihan dan kelemahan
9. Amati jaringan penghubung yang pucat,
kemerahan dan kering
10.Monitor masukan kalori dan bahan makanan
Manajemen nutrisi
1. Kaji apakah klien ada alergi makanan
2. Kerjasama dengan ahli gizi dalam
me-nentukan jumlah kalori, protein dan le-mak secara tepat sesuai dengan
kebu-tuhan klien
3. Anjurkan masukan kalori sesuai kebutuhan
4. Ajari klien tentang diet yang benar
sesuai kebutuhan tubuh
5. Monitor catatan makanan yang masuk atas
kandungan gizi dan jumlah kalori
6. Timbang berat badan secara teratur
7. Anjurkan penambahan intake protein, zat
besi dan vit C yang sesuai
8. Pastikan bahwa diet mengandung ma-kanan
yang berserat tinggi untuk mencegah sembelit
9. Beri makanan protein tinggi, kalori
tinggi dan makanan bergizi yang sesuai
10.Pastikan kemampuan klien untuk memenuhi
kebutuhan
Manajemen hiperglikemia
1. Monitor gula darah sesuai indikasi
2. Monitor tanda dan gejala poliuri,
poli-dipsi, poliphagia, keletihan, pandangan kabur atau sakit kepala
3. Monitor tanda vital sesuai indikasi
4. Kolaborasi dokter untuk pemberian insulin
5. Pertahankan terapi IV line
6. Berikan IV fluid sesuai kebutuhan
7. Konsultasi dokter jika ada tanda
hiperglikemi menetap atau memburuk
8. Bantu ambulasi jika terjadi hipotensi
9. Batasi latihan ketika gula darah > 250
mg/dl khususnya adanya keton pada urine
10. Anjurkan banyak minum
11. Monitor status cairan intake output
sesuai kebutuhan
|
4
|
Risiko infeksi b.d. prosedur invansif, tidak
adekuatnya pertahanan tubuh sekunder
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X 24
jam klien tidak mengalami infeksi, dengan kriteria :
Immune Status (0702)
-
Tak
ada tanda infeksi berulang (rubor, kalor, tumor, dolor, fungsiolesa)
-
Status
respirasi dalam batas normal
-
Suhu
tubuh dalam batas normal
Knowledge : Infection Control
-
Menerangkan
cara-cara penyebaran infeksi dan factor yang berkontribusi
-
Menjelaskan
tanda dan gejala infeksi
-
Menjelaskan
aktifitas yang dapat meningkatkan resistensi terhadap infeksi
Risk Control
-
Mengakui
adanya resiko
-
Monitor
factor resiko lingkungan
-
Mengembangkan
strategi control risiko yang efektif
-
Menghindari
eksposur yang mengancam kesehatan
-
Mengenali
perubahan status kesehatan
|
Kontrol Infeksi
1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai
klien lain
2. Batasi pengunjung bila perlu
3. Instruksikan pada pengunjung untuk
mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan klien
4. Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci
tangan
5. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
melakukan tindakan ke-perawatan
6. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
pelindung
7. Pertahankan lingkungan aseptic selama
pemasangan alat
8. Ganti letak IV perifer dan line central
dan dressing sesuai petunjuk umum
9. Gunakan kateter intermiten untuk
menurunkan infeksi kandung kencing
10. Tingkatkan intake nutrisi
11. Kelola terapi antibiotic bila perlu
Proteksi Infeksi
1. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik
dan local
2. Monitor hasil laboratorium seperti :
hitung granulosit, WBC
3. Monitor kerentanan terhadap infeksi
4. Batasi pengunjug
5. Saring pengunjung terhadap penyakit
menular
6. Pertahankan teknik asepsis pada klien
yang beresiko
7. Berikan perawatan kulit pada area epidema
8. Inspeksi kulit dan membran mukosa
terhadap kemerahan, panas, drainase
9. Dorong masukan nutrisi, cairan, dan
istirahat yang cukup
10. Monitor perubahan tingkat energi
11. Dorong peningkatan mobilitas dan latihan
12. Instruksikan klien untuk minum
anti-biotic sesuai resep
13. Ajarkan klien dan keluarga tanda dan
gejala infeksi
14. Ajarkan cara menghindari infeksi
15. Laporkan kecurigaan infeksi
Monitor vital Sign
1. Pantau suhu tubuh setiap 8 jam
Enviroment management
1. Batasi pengunjung yang sedang demam /
influenza / sakit infeksi
Health education
1. Jelaskan mengapa sakit dan peng-obatan
meningkatkan resiko infeksi
2. Anjurkan klien untuk menjaga ke-sehatan
personal untuk melindungi dari infeksi
3. Ajarkan metode aman untuk pe-ngamanan /
penyiapan makanan
4. Pengendalian infeksi : Ajarkan teknik
mencuci tangan
5. Ajarkan tanda-tanda infeksi
6. Anjurkan untuk lapor perawat / dokter
bila dirasakan muncul tanda-tanda infeksi
Medication Administration
1. Kelola terapi sesuai advis
2. Pantau efektivitas, keluhan yang muncul
pasca pemberian antibiotic
|
I. Diagnosa yang mungkin muncul
1. Nyeri akut b.d agen injuri biologis (penurunan
perfusi jaringan perifer/hipoksia perifer).
2. Kerusakan integritas jaringan b.d faktor
mekanik ; adanya abses akibat injuri eksterna/luka tusuk.
3. Defisit volume cairan b.d kegagalan mekanisme
pengaturan absorbsi cairan.
4. Perfusi jaringan tidak efektif b.d hipoksemia
jaringan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar