A. PENGERTIAN
Hiperplasia prostat benigna adalah suatu keadaan di mana kelenjar prostat
mengalami pembesaran, memanjang ke atas ke dalam kandung kemih dan menyumbat
aliran urin dengan menutup orifisium uretra. BPH merupakan kondisi patologis
yang paling umum pada pria lansia.
B. ETIOLOGI
Faktor resiko umur
Perubahan hormon androgen.
Trauma berulang seperti karena koitus, kerja yang terlalu berat
B. TANDA DAN GEJALA
Gejala iritatif meliputi :
- Peningkatan frekuensi berkemih
- Nokturia (terbangun pada malam hari untuk miksi)
- Perasaan ingin miksi yang sangat mendesak/tidak dapat ditunda (urgensi)
- Nyeri pada saat miksi (disuria)
Gejala obstruktif meliputi :
- Pancaran urin melemah
- Rasa tidak puas sehabis miksi, kandung kemih tidak kosong dengan baik
- Kalau mau miksi harus menunggu lama
- Volume urin menurun dan harus mengedan saat berkemih
- Aliran urin tidak lancar/terputus-putus
- Urin terus menetes setelah berkemih
- Waktu miksi memanjang yang akhirnya menjadi retensi urin dan inkontinensia karena penumpukan berlebih.
- Pada gejala yang sudah lanjut, dapat terjadi Azotemia (akumulasi produk sampah nitrogen) dan gagal ginjal dengan retensi urin kronis dan volume residu yang besar.
Gejala generalisata seperti seperti
keletihan, anoreksia, mual dan muntah, dan rasa tidak nyaman pada epigastrik.
Berdasarkan keluhan dapat dibagi
menjadi :
-
Derajat I : penderita merasakan lemahnya pancaran berkemih,
kencing tak puas, frekuensi kencing bertambah terutama pada malam hari
-
Derajat II : adanya retensi urin maka timbulah infeksi.
Penderita akan mengeluh waktu miksi terasa panas (disuria) dan kencing malam
bertambah hebat.
-
Derajat III : timbulnya retensi total. Bila sudah sampai
tahap ini maka bisa timbul aliran refluk ke atas, timbul infeksi ascenden
menjalar ke ginjal dan dapat menyebabkan pielonfritis, hidronefrosis.
C. PATOFISIOLOGI
Perubahan mikroskopik pada prostat telah terjadi pada pria usia 30-40 tahun. Bila perubahan mikroskopik ini
berkembang, akan terjadi perubahan patologi anatomi yang ada pada pria usia 50
tahunan. Perubahan hormonal menyebabkan hiperplasia jaringan penyangga stromal
dan elemen glandular pada prostat.
Teori-teori tentang terjadinya BPH :
1. Teori
Dehidrosteron (DHT)
Aksis hipofisis
testis dan reduksi testosteron menjadi dehidrosteron (DHT) dalam sel prostat
menjadi faktor terjadinya penetrasi DHT ke dalam inti sel yang menyebabkan
inskripsi pada RNA sehingga menyebabkan terjadinya sintesa protein.
2. Teori hormon
Pada orang tua
bagian tengah kelenjar prostat mengalami hiperplasia yamg disebabkan oleh
sekresi androgen yang berkurang, estrogen bertambah relatif atau aabsolut.
Estrogen berperan pada kemunculan dan perkembangan hiperplasi prostat.
3. Faktor interaksi stroma dan epitel
Hal ini banyak
dipengaruhi oleh Growth factor. Basic fibroblast growth factor (b-FGF)
dapat menstimulasi sel stroma dan ditemukan dengan konsentrasi yang lebih besar
pada pasien dengan pembesaran prostat jinak. Proses reduksi ini difasilitasi
oleh enzim 5-a-reduktase. b-FGF dapat dicetuskan oleh
mikrotrauma karena miksi, ejakulasi dan infeksi.
4. Teori kebangkitan kembali (reawakening) atau reinduksi dari
kemampuan mesenkim sinus urogenital untuk berploriferasi dan membentuk jaringan
prostat.
Proses pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan sehingga
perubahan pada saluran kemih juga terjadi secara perlahan-lahan. Pada tahap
awal setelah terjadi pembesaran prostat, resistensi urin pada leher buli-buli
dan daerah prostat meningkat, serta otot detrusor menebal dan merenggang
sehingga timbul sakulasi atau divertikel. Fase penebalan detrusor ini disebut
fase kompensasi. Apabila keadaan berlanjut, maka detrusor menjadi lelah dan
akhirnya mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi
sehingga terjadi retensi urin yang selanjutnya dapat menyebabkan hidronefrosis
dan disfungsi saluran kemih atas. Adapun patofisiologi dari masing-masing
gejala yaitu :
- Penurunan kekuatan dan aliran yang disebabkan resistensi uretra adalah gambaran awal dan menetap dari BPH. Retensi akut disebabkan oleh edema yang terjadi pada prostat yang membesar.
- Hesitancy (kalau mau miksi harus menunggu lama), terjadi karena detrusor membutuhkan waktu yang lama untuk dapat melawan resistensi uretra.
- Intermittency (kencing terputus-putus), terjadi karena detrusor tidak dapat mengatasi resistensi uretra sampai akhir miksi. Terminal dribbling dan rasa belum puas sehabis miksi terjadi karena jumlah residu urin yang banyak dalam buli-buli.
- Nocturia miksi pada malam hari) dan frekuensi terjadi karena pengosongan yang tidak lengkap pada tiap miksi sehingga interval antar miksi lebih pendek.
- Frekuensi terutama terjadi pada malam hari (nokturia) karena hambatan normal dari korteks berkurang dan tonus sfingter dan uretra berkurang selama tidur.
- Urgensi (perasaan ingin miksi sangat mendesak) dan disuria (nyeri pada saat miksi) jarang terjadi. Jika ada disebabkan oleh ketidak stabilan detrusor sehingga terjadi kontraksi involunter,
- Inkontinensia bukan gejala yang khas, walaupun dengan berkembangnya penyakit urin keluar sedikit-sedikit secara berkala karena setelah buli-buli mencapai complience maksimum, tekanan dalam buli-buli akan cepat naik melebihi tekanan spingter.
- Hematuri biasanya disebabkan oleh oleh pecahnya pembuluh darah submukosa pada prostat yang membesar.
- Lobus yang mengalami hipertropi dapat menyumbat kolum vesikal atau uretra prostatik, sehingga menyebabkan pengosongan urin inkomplit atau retensi urin. Akibatnya terjadi dilatasi ureter (hidroureter) dan ginjal (hidronefrosis) secara bertahap, serta gagal ginjal.
- Infeksi saluran kemih dapat terjadi akibat stasis urin, di mana sebagian urin tetap berada dalam saluran kemih dan berfungsi sebagai media untuk organisme infektif.
- Karena selalu terdapat sisa urin dapat terbentuk batu endapan dalam buli-buli, Batu ini dapat menambah keluhan iritasi dan menimbulkan hematuri. Batu tersebut dapat pula menimbulkan sistiitis dan bila terjadi refluks dapat terjadi pielonefritis.
- Pada waktu miksi pasien harus mengedan sehingga lama kelamaan dapat menyebabkan hernia dan hemoroid.
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Urinalisa
Analisis urin dan mikroskopik urin penting untuk melihat adanya sel
leukosit, sedimen, eritrosit, bakteri dan infeksi. Bila terdapat hematuri harus
diperhitungkan adanya etiologi lain seperti keganasan pada saluran kemih, batu,
infeksi saluran kemih, walaupun BPH sendiri dapat menyebabkan hematuri.
Elektrolit, kadar ureum dan kreatinin darah merupakan informasi dasar
dari fungsi ginjal dan status metabolik.
Pemeriksaan prostate spesific antigen (PSA) dilakukan
sebagai dasar penentuan perlunya biopsi atau sebagai deteksi dini keganasan.
Bila nilai PSA < 4 ng/ml tidak perlu biopsi. Sedangkan bila nilai PSA 4-10
ng/ml, dihitung Prostate specific antigen density (PSAD) yaitu PSA serum dibagi
dengan volume prostat. Bila PSAD > 0,15, sebaiknya dilakukan biopsi prostat,
demikian pula bila nilai PSA > 10 ng/ml
- Pemeriksaan darah lengkap
Karena perdarahan merupakan komplikasi utama pasca operatif maka semua
defek pembekuan harus diatasi. Komplikasi jantung dan pernafasan biasanya
menyertai penderita BPH karena usianya yang sudah tinggi maka fungsi jantung
dan pernafasan harus dikaji.
Pemeriksaan darah mencakup Hb, leukosit, eritrosit, hitung jenis
leukosit, CT, BT, golongan darah, Hmt, trombosit, BUN, kreatinin serum.
3. Pemeriksaan radiologis
Biasanya dilakukan foto polos abdomen, pielografi intravena, USG, dan
sitoskopi. Tujuan pencitraan untuk memperkirakan volume BPH, derajat disfungsi
buli, dan volume residu urin. Dari foto polos dapat dilihat adanya batu pada
traktus urinarius, pembesaran ginjal atau buli-buli. Dapat juga dilihat lesi
osteoblastik sebagai tanda metastase dari keganasan prostat serta osteoporosis
akibat kegagalan ginjal. Dari Pielografi intravena dapat dilihat supresi
komplit dari fungsi renal, hidronefrosis dan hidroureter, gambaran ureter berbelok-belok
di vesika urinaria, residu urin. Dari USG dapat diperkirakan besarnya prostat,
memeriksa massa ginjal, mendeteksi residu urin dan batu ginjal.
BNO /IVP untuk menilai apakah ada pembesaran dari ginjal apakah terlihat
bayangan radioopak daerah traktus urinarius. IVP untuk melihat /mengetahui
fungsi ginjal apakah ada hidronefrosis. Dengan IVP buli-buli dapat dilihat
sebelum, sementara dan sesudah isinya dikencingkan. Sebelum kencing adalah
untuk melihat adanya tumor, divertikel. Selagi kencing (viding cystografi)
adalah untuk melihat adanya refluks urin. Sesudah kencing adalah untuk menilai
residual urin.
E. MANAGEMEN TERAPI
Rencana pengobatan tergantung pada penyebab, keparahan obstruksi, dan
kondisi pasien. Jika pasien masuk RS dengan kondisi darurat karena ia tidak dapat berkemih maka
kateterisasi segera dilakukan. Pada kasus yang berat mungkin digunakan kateter
logam dengan tonjolan kurva prostatik. Kadang suatu insisi dibuat ke dalam
kandung kemih (sitostomi supra pubik) untuk drainase yang adekuat.
Jenis pengobatan pada BPH antara
lain:
- Observasi (watchfull waiting)
Biasa dilakukan
pada pasien dengan keluhan ringan. Nasehat yang diberikan adalah mengurangi
minum setelah makan malam untuk mengurangi nokturia, menghindari obat-obat
dekongestan, mengurangi minum kopi dan tidak diperbolehkan minum alkohol agar
tidak terlalu sering miksi. Setiap 3 bulan dilakukan kontrol keluhan, sisa
kencing, dan pemeriksaan colok dubur
- Terapi medikamentosa
-
Penghambat adrenergik a (prazosin, tetrazosin) :
menghambat reseptor pada otot polos di leher vesika, prostat sehingga terjadi
relaksasi. Hal ini akan menurunkan tekanan pada uretra pars prostatika sehingga
gangguan aliran air seni dan gejala-gejala berkurang.
-
Penghambat enzim 5-a-reduktase, menghambat
pembentukan DHT sehingga prostat yang membesar akan mengecil.
- Terapi bedah
Tergantung pada beratnya gejala dan komplikasi. Indikasi absolut untuk
terapi bedah yaitu :
-
Retensi urin berulang
-
Hematuri
-
Tanda penurunan fungsi ginjal
-
Infeksi saluran kemih berulang
-
Tanda obstruksi berat seperti hidrokel
-
Ada batu saluran kemih.
Pendekatan transuretral merupakan pendekatan tertutup. Instrumen bedah
dan optikal dimasukan secara langsung melalui uratra ke dalam prostat yang
kemudian dapat dilihat secara langsung. Kelenjar diangkat dalam irisan kecil
dengan loop pemotong listrik. Prostatektomi transuretral jarang menimbulakan disfungsi
erektil tetapi dapat menyebabkan ejakulasi retrogard karena pengangkatan
jaringan prostat pada kolum kandung
kemih dapat menyebabkan cairan seminal mengalir ke arah belakang ke dalam
kandung kemih dan bukan melalui uretra.
Prostatektomi perineal sangat berguna untuk biopsi terbuka. Pada pasca
operatif, luka bedah mudah terkontaminasi karena insisi dilakukan dekat rektum.
Inkontinensia, impotensi, atau cedera rektal lebih mungkin terjadi komplikasi
pada pendekatan ini.
Insisi prostat transuretral (TUIP)diindikasikan ketika kelenjar prostat
kecil (30mg atau kurang). Satu atau du buah insisi dibuat pada prostat dan
kapsul prostat untuk mengurangi tekanan prostat pada uretra dan mengurangi
kontriksi uretra
Pembedahan seperti prostatektomi dilakukan untuk membuang jaringan
prostat yang mengalami hiperplasi. Komplikasi yang mungkin terjadi pasca
prostatektomi mencakup perdarahan, infeksi, retensi oleh karena pembentukan
bekuan, obstruksi kateter dan disfungsi seksual. Kebanyakan prostatektomi tidak
menyebabkan impotensi, meskipun pada prostatektomi perineal dapat menyebabkan
impotensi akibat kerusakan saraf pudendal. Pada kebanyakan kasus aktivitas
seksual dapat dilakukan kembali dalam 6 sampai 8 minggu karena saat itu fossa
prostatik telah sembuh. Setelah ejakulasi maka cairan seminal mengalir ke dalam
kandung kemih dan diekskresikan bersama uin. Perubahan anatomis pada uretra
posterior menyebabkan ejakulasi retrogard.
§ Terapi invasif minimal, seperti dilatasi balon
tranuretral, ablasi jarum transuretral
F. PENGELOLAAN PASIEN
1. Pre operasi
-
Pemeriksaan darah lengkap (Hb minimal 10g/dl, Golongan Darah,
CT, BT, AL)
-
Pemeriksaan EKG, GDS mengingat penderita BPh kebanyakan
lansia
-
Pemeriksaan Radiologi: BNO, IVP, Rongen thorax
-
Persiapan sebelum pemeriksaan BNO puasa minimal 8 jam. Sebelum pemeriksaan IVP pasien diberikan diet
bubur kecap 2 hari, lavemen puasa minimal 8 jam, dan mengurangi bicara untuk
meminimalkan masuknya udara
2. Post operasi
-
Irigasi/Spoling dengan Nacl
§ Post operasi hari 0 : 80
tetes/menit
§ Hari pertama post
operasi : 60 tetes/menit
§ Hari ke 2 post operasi : 40
tetes/menit
§ Hari ke 3 post operasi : 20
tetes/menit
§ Hari ke 4 post operasi diklem
§ Hari ke 5 post operasi
dilakukan aff irigasi bila tidak ada masalah (urin dalam kateter bening)
-
Hari ke 6 post operasi dilakukan aff drain bila tidak ada
masalah (cairan serohemoragis < 50cc)
-
Infus diberikan untuk maintenance dan memberikan obat injeksi
selama 2 hari, bila pasien sudah mampu makan dan minum dengan baik obat injeksi
bisa diganti dengan obat oral.
-
Tirah baring selama 24 jam pertama. Mobilisasi setelah 24 jam
post operasi
-
Dilakukan perawatan luka dan perawatan DC hari ke-3 post
oprasi dengan betadin
-
Anjurkan banyak minum (2-3l/hari)
-
DC bisa dilepas hari ke-9 post operasi
-
Hecting Aff pada hari k-10 post operasi.
-
Cek Hb post operasi bila kurang dari 10 berikan tranfusi
-
Jika terjadi spasme kandung kemih pasien dapat merasakan
dorongan untuk berkemih, merasakan tekanan atau sesak pada kandung kemih dan
perdarahan dari uretral sekitar kateter. Medikasi yang dapat melemaskan otot
polos dapat membantu mengilangkan spasme. Kompres hangat pada pubis dapat
membantu menghilangkan spasme.
-
Jika pasien dapat bergerak bebas pasien didorong untuk
berjalan-jalan tapi tidak duduk terlalu lama karena dapat meningkatkan tekanan
abdomen, perdarahan
-
Latihan perineal dilakukan untuk membantu mencapai kembali
kontrol berkemih. Latihan perineal harus dilanjutkan sampai passien mencapai
kontrol berkemih.
-
Drainase diawali sebagai urin berwarna merah muda kemerahan
kemudian jernih hingga sedikit merah muda dalam 24 jam setelah pembedahan.
-
Perdarahan merah terang dengan kekentalan yang meningkat dan
sejumlah bekuan biasanya menandakan perdarahan arteri. Darah vena tampak lebih
gelap dan kurang kental. Perdarahan vena diatasi dengan memasang traksi pada
kateter sehingga balon yang menahan kateter pada tempatnya memberikan tekannan
pada fossa prostatik.
F. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1. Sebelum Operasi
a. Data Subyektif
-
Klien
mengatakan nyeri saat berkemih
-
Sulit
kencing
-
Frekuensi
berkemih meningkat
-
Sering
terbangun pada malam hari untuk miksi
-
Keinginan
untuk berkemih tidak dapat ditunda
-
Nyeri
atau terasa panas pada saat berkemih
-
Pancaran
urin melemah
-
Merasa
tidak puas sehabis miksi, kandung kemih tidak kosong dengan baik
-
Kalau mau
miksi harus menunggu lama
-
Jumlah
urin menurun dan harus mengedan saat berkemih
-
Aliran
urin tidak lancar/terputus-putus
-
Urin
terus menetes setelah berkemih
-
Merasa
letih, tidak nafsu makan, mual dan muntah
-
Klien
merasa cemas dengan pengobatan yang akan dilakukan
b. Data Obyektif
-
Ekspresi
wajah tampak menhan nyeri
-
Terpasang
kateter
2.
Sesudah
Operasi
a. Data Subyektif
- Klien mengatakan nyeri
pada luka post operasi
- Klien mengatakan tidak
tahu tentang diet dan pengobatan setelah operas
b. Data Obyektif
-
Ekspresi
tampak menahan nyeri
-
Ada luka
post operasi tertutup balutan
-
Tampak
lemah
-
Terpasang
selang irigasi, kateter, infus
a. Riwayat kesehatan : riwayat
penyakit dahulu, riwyat penyakit sekarang, riwayat penyakit keluarga, pengaruh
BPH terhadap gaya hidup pasien, apakah masalah urinari yang dialami pasien.
b. Pengkajian
fisik
1) Gangguan dalam berkemih
seperti
- Sering berkemih
-
Terbangun pada malam hari untuk berkemih
- Perasaan ingin miksi yang
sangat mendesak
-
Nyeri pada saat miksi, pancaran urin melemah
-
Rasa tidak puas sehabis miksi
- Jumlah air kencing menurun
dan harus mengedan saat berkemih
-
Aliran urin tidak lancar/terputus-putus, urin terus
menetes setelah berkemih.
- Nyeri saat berkemih
- Ada darah dalam urin
- Kandung kemih terasa penuh
- Nyeri di pinggang, punggung,
rasa tidak nyaman di perut.
- Urin tertahan di kandung
kencing, terjadi distensi kandung kemih
2) Gejala umum seperti
keletihan, tidak nafsu makan, mual muntah, dan rasa tidak nyaman pada
epigastrik
3) Kaji status emosi : cemas,
takut
4) Kaji urin : jumlah, warna,
kejernihan, bau
5) Kaji tanda vital
c. Kaji pemeriksaan diagnostik
-
Pemeriksaan radiografi
-
Urinalisa
-
Lab seperti kimia darah, darah lengkap, urin
d. Kaji tingkat pemahaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang
keadaan dan proses penyakit, pengobatan dan cara perawatan di rumah.
2. Masalah
keperawatan yang mungkin muncul
a. Pre operasi
-
Nyeri akut
-
Cemas
-
Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
-
Kerusakan eleminasi urin
b. Post operasi
-
Nyeri akut
-
Resiko infeksi
-
Kurang pengetahuan tentang penyakit, diit, dan pengobatan
-
Defisit perawatan diri
Rencana keperawatan
PRE OPERASI
No
|
Diagnosa keperawatan
|
Tujuan
|
Intervensi Keperawatan
|
1
|
Nyeri akut
Definisi : Sensori dan pengalaman emosional yang tidak
menyenangkan yang timbul dari kerusakan jaringan aktual atau potensial,
muncul tiba-tiba atau lambat dengan intensitas ringan sampai berat dengan
akhir yang bisa diantisipasi atau diduga dan berlangsung kurang dari 6 bulan.
Faktor yang berhubungan : Agen injuri
(biologi, kimia, fisik, psikologis)
Batasan karakteristik :
-
Laporan secara verbal atau non verbal adanya nyeri
-
Fakta dari observasi
-
Posisi untuk menghindari nyeri
-
Gerakan melindungi
-
Tingkah laku berhati-hati
-
Muka topeng
-
Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit atau
gerakan kacau, menyeringai)
-
Terfokus pada diri sendiri
-
Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu,
kerusakan proses berpikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan)
-
Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan,
menemui orang lain dan/atau aktivitas, aktivitas berulang-ulang)
-
Respon autonom (seperti diaphoresis, perubahan
tekanan darah, perubahan nafas, nadi dan dilatasi pupil)
-
Perubahan autonomic dalam tonus otot (mungkin dalam
rentang dari lemah ke kaku)
-
Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah, merintih,
menangis, waspada, iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah)
-
Perubahan dalam nafsu makan dan minum
|
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ….x 24 jam, klien dapat:
1. Mengontol nyeri
Definisi : tindakan seseorang untuk mengontrol nyeri
ndikator:
§ Mengenal faktor-faktor penyebab
§ Mengenal onset/waktu kejadian nyeri
§ tindakan pertolongan non-analgetik
§ Menggunakan analgetik
§ melaporkan
gejala-gejala kepada tim kesehatan (dokter, perawat)
§ nyeri terkontrol
Keterangan:
1 = tidak pernah dilakukan
2 = jarang dilakukan
3 =kadang-kadang dilakukan
4 = sering dilakukan
5 = selalu dilakukan
2.
Menunjukkan tingkat nyeri
Definisi : tingkat keparahan dari nyeri yang dilaporkan atau
ditunjukan
Indikator:
§ Melaporkan nyeri
§ Frekuensi nyeri
§ Lamanya episode nyeri
§ Ekspresi nyeri: wajah
§ Posisi melindungi tubuh
§ Kegelisahan
§ Perubahan Respirasirate
§ Perubahan Heart Rate
§ Perubahan tekanan Darah
§ Perubahan ukuran Pupil
§ Perspirasi
§ Kehilangan nafsu makan
Keterangan:
1 :
berat
2 :
agak berat
3 :
sedang
4 :
sedikit
5 : tidak ada
|
1.
Manajemen Nyeri
Definisi : perubahan atau
pengurangan nyeri ke tingkat kenyamanan yang dapat diterima pasien
Intervensi:
-
Kaji secara menyeluruh tentang nyeri, meliputi: lokasi,
karakteristik, waktu kejadian, lama, frekuensi, kualitas, intensitas/beratnya
nyeri, dan faktor-faktor pencetus
-
Observasi isyarat-isyarat non verbal dari
ketidaknyamanan, khususnya dalam ketidakmampuan untuk komunikasi secara
efektif
- Berikan analgetik sesuai dengan anjuran
-
Gunakan komunkasi terapeutik agar klien dapat
mengekspresikan nyeri
- Kaji latar belakang budaya klien
- Tentukan dampak dari ekspresi nyeri terhadap
kualitas hidup: pola tidur, nafsu makan, aktifitas mood, hubungan, pekerjaan,
tanggungjawab peran
-
Kaji pengalaman individu terhadap nyeri, keluarga dengan nyeri kronis
-
Evaluasi tentang
keefektifan dari tindakan mengontrol nyeri yang telah digunakan
-
Berikan dukungan terhadap klien dan keluarga
-
Berikan informasi tentang nyeri, seperti: penyebab,
berapa lama terjadi, dan tindakan pencegahan
-
Kontrol faktor-faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi respon klien terhadap ketidaknyamanan (contoh : temperatur ruangan, penyinaran,
dll)
-
Anjurkan klien untuk memonitor sendiri nyeri
-
Ajarkan penggunaan teknik non-farmakologi
(ex: relaksasi, guided imagery, terapi musik,
distraksi, aplikasi panas-dingin, massase)
-
Evaluasi keefektifan dari tindakan mengontrol nyeri
-
Modifikasi tindakan mengontrol nyeri berdasarkan respon
klien
- Tingkatkan tidur/istirahat yang cukup
-
Anjurkan klien untuk berdiskusi tentang pengalaman
nyeri secara tepat
-
Beritahu dokter jika tindakan tidak berhasil atau
terjadi keluhan
-
Informasikan kepada tim kesehatan lainnya/anggota
keluarga saat tindakan nonfarmakologi dilakukan, untuk pendekatan preventif
-
monitor kenyamanan klien terhadap manajemen nyeri
2. Pemberian Analgetik
Definisi : penggunaan agen
farmakologi untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri
Intervensi:
-
Tentukan lokasi nyeri, karakteristik, kualitas,dan
keparahan sebelum pengobatan
- Berikan obat dengan prinsip 5 benar
- Cek riwayat alergi obat
-
Libatkan klien dalam pemilhan analgetik yang akan
digunakan
-
Pilih analgetik secara tepat /kombinasi lebih dari satu
analgetik jika telah diresepkan
-
Tentukan pilihan analgetik (narkotik, non narkotik,
NSAID) berdasarkan tipe dan keparahan nyeri
-
Monitor
tanda-tanda vital, sebelum dan sesudah pemberian analgetik
-
Monitor reaksi obat dan efeksamping obat
-
Dokumentasikan respon dari analgetik dan efek-efek yang
tidak diinginkan
-
Lakukan tindakan-tindakan untuk menurunkan efek
analgetik (konstipasi/iritasi lambung)
3. Manajemen lingkungan : kenyamanan
Definisi : memanipulasi
lingkungan untuk kepentingan terapeutik
Intervensi :
-
Pilihlah ruangan dengan lingkungan yang tepat
-
Batasi pengunjung
-
Tentukan hal-hal yang menyebabkan ketidaknyamanan
seperti pakaian lembab
-
Sediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
-
Tentukan temperatur ruangan yang paling nyaman
-
Sediakan lingkungan yang tenang
-
Perhatikan hygiene pasien untuk menjaga kenyamanan
-
Atur posisi pasien yang membuat nyaman.
|
Cemas
Definisi : Perasaan
gelisah yang tak jelas dari ketidaknyamanan atau ketakutan yang disertai
respon autonom (sumner tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu);
perasaan keprihatinan disebabkan dari antisipasi terhadap bahaya. Sinyal ini
merupakan peringatan adanya ancaman yang akan datang dan memungkinkan
individu untuk mengambil langkah untuk menyetujui terhadap tindakan.
Faktor yang berhubungan : terpapar racun, konflik yang tidak disadari
tentang nilai-nilai utama/tujuan hidup, berhubungan dengan
keturunan/herediter, kebutuhan tidak terpenuhi, transmisi iterpersonal,
krisis situasional/maturasional, ancaman kematian, ancaman terhadap konsep
diri, stress, substans abuse, perubahan dalam: status peran, status
kesehatan, pola interaksi, fungsi peran, lingkungan, status ekonomi.
Batasan karaktersistik :
Perilaku
-
Produktivitas berkurang
-
Scanning dan kewaspadaan
-
Kontak mata yang buruk
-
Gelisah
-
Pandangan sekilas
-
Pergerakan yang tidak berhubungan, (misal :
berjalan dengan menyeret kaki, pergelangan tangan/lengan
- Menunjukkan perhatian seharusnya dalam
kejadian hidup
- Insomnia
- Resah
Affektive
-
Penyesalan
-
Irritable
-
Kesedihan yang mendalam
-
Ketakutan
-
Gelisah, gugup
-
Mudah tersinggung
-
Rasa nyeri hebat dan menetap
-
Ketidakberdayaan meningkat
-
Membingungkan
-
Ketidaktentuan
-
Peningkatan kewaspadaan
-
Fokus pada diri
-
Perasaan tidak adekuat
-
Ketakutan
-
Distress
-
Kekhawatiran, prihatin
-
Cemas
Fisiologis :
-
Suara gemetar
-
Gemetar, tangan tremor
-
Goyah
-
Respirasi meningkat (simpatis)
-
Keinginan kencing (parasimpatis)
-
Nadi meningkat (simpatis)
-
Berkeringat banyak
-
Wajah tegang
-
Anorexia (simpatis)
-
Jantung berdetak kuat (simpatis)
-
Diare (parasimpatis)
-
Keragu-raguan dalam berkemih (parasimpatis)
-
Kelelahan (Simpatis)
-
Mulut kering (simpatis)
-
Kelemahan (simpatis)
-
Wajah kemerahan (simpatis)
|
Setelah dilakukan
asuhan keperawatan selama......x24 jam pasien menunjukan dapat :
1. Mengontrol cemas:
Definisi : Tindakan seseorang untuk mengurangi perasaan
tertekan/terbebani dan ketegangan dari sumber yang tidak dapat diidentifikasi
Indikator :
- Monitor intensitas cemas
- Meghilangkan penyebab cemas
- Menurunkan stimulus lingkungan ketika cemas
- Mencari informasi untuk menurunkan cemas
- Gunakan strategi koping efektif
- Melaporkan kepada perawat penurunan lama
cemas
- Menggunakan teknik relaksasi untuk menurunkan cemas
- Mempertrahankan hubungan sosial
- Mempertahankan konsentrasi
- Melaporkan kepada perawat tidur cukup
- Melaporkan kepada perawat bahwa cemas tidak
mempengatruhi keadaan fisik
- Tidak adanya tingkahlaku yang menunjukan
cemas
Keterangan:
1 :Tidak pernah menunjukkan
2 : Jarang menunjukkan
3 : Kadang-kadang menunjukkan
4 : Sering menunjukkan
5 : Selalu menunjukkan
2. Koping yang baik
Definisi : Tindakan untuk mengelola stressor yang menggunakan sumber individu
Indikator :
- Mengenal koping efektif
- Mengenal koping tak efektif
- Memverbalkan kemampuan kontrol
- Melaporkan menurunnya stress
- Memverbalkan penerimaan terhadap situasi
- Mencari informasi yang berkaitan dengan
penyakit dan pengobatannya
- Modifikasi gaya hidup sesuai kebutuhan
- Beradaptasi dengan perubahan perkembangan
- Menggunakan support sosial yang memungkinkan
- Mengerjakan sesuatu yang menurunkan stress
- Mengenal strategi koping multipel
- Menggunakan strategi koping efektif
- Menghindari situasi penuh stress
- Memverbalkan kebutuhan akan bantuan
- Mencari pertolongan professional yang sesuai
- Melaporkan menurunnya keluhan fisik
- Melaporkan menurunnya perasaan negatif
- Melaporkan kenyamanan psikologis yang
meningkat
Keterangan:
1 :Tidak pernah menunjukkan
2 : Jarang menunjukkan
3 : Kadang-kadang menunjukkan
4 : Sering menunjukkan
5 : Selalu menunjukkan
|
. Menurunkan cemas
Definisi : meminimalkan rasa
takut, cemas, merasa dalam bahaya atau ketidaknyamanan terhadap sumber yang
tidak diketahui
Intervernsi:
- Tenangkan pasien
- Jelaskan seluruh prosedurt tindakan kepada
pasien dan perasaan yamng mungkin muncul pada saat melakukan tindakan
- Berusaha memahami keadaan pasien
- Berikan informasi tentang diagnosa,
prognosis dan tindakan
- Mendampingi pasien untuk mengurangi
kecemasan dan meningkatkan kenyamanan
- Dorong pasien untuk menyampaikan tentang isi
perasaannya
- Kaji tingkat kecemasan
- Dengarkan dengan penuh perhatian
- Ciptakan hubungan saling percaya
- Bantu pasien menjelaskan keadaan yang bisa
menimbulkan kecemasan
- Bantu pasien untuk mengungkapkan hal hal
yang membuat cemas
- Ajarkan pasien teknik relaksasi
- Berikan obat obat yang mengurangi cemas
|
|
Ketidakseimbangan
nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
Definisi : Intake
nutrisi tidak cukup untuk keperluan metabolisme tubuh
Batasan karakteristik :
-
Berat badan ³ 20 % di bawah ideal
-
Dilaporkan adanya intake makanan yang kurang dari
RDA (Recomended Daily Allowance)
-
Membran mukosa dan konjungtiva pucat
-
Kelemahan otot yang digunakan untuk
menelan/mengunyah
-
Luka, peradangan pada rongga mulut
-
Mudah merasa kenyang, sesaat setelah mengunyah
makanan
-
Dilaporkan atau fakta adanya kekurangan makanan
-
Dilaporkan adanya perubahan sensasi rasa
-
Perasaan ketidakmampuan untuk mengunyah makanan
-
Miskonsepsi
-
Kehilangan BB dengan makanan cukup
-
Keengganan untuk makan
-
Kram pada abdomen
-
Tonus otot jelek
-
Nyeri abdominal dengan atau tanpa patologi
-
Kurang berminat terhadap makanan
-
Pembuluh darah kapiler mulai rapuh
-
Diare dan atau steatorrhea
-
Kehilangan rambut yang cukup banyak (rontok)
-
Suara usus hiperaktif
-
Kurangnya informasi, misinformasi
Faktor yang berhubungan : Ketidakmampuan pemasukan atau mencerna makanan
atau mengabsorpsi zat-zat gizi berhubungan dengan faktor biologis, psikologis
atau ekonomi.
|
Setelah dilakukan
asuhan keperawatan selama …. X 24 jam klien dapat menunjukkan
1. status
nutrisi yang baik,
Definisi : Nutrisi cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh
Indikator :
-
Masukan
nutrisi
-
Masukan
makanan dan cairan
-
Tingkat
energi cukup
-
Berat
badan stabil
-
Nilai
laboratorium
Keterangan:
1 : Sangat bermasalah
2 : Cukup bermasalah
3 : Masalah sedang
4 : Sedikit bermasalah
5 : Tidak ada masalah
|
1. Manajemen
Nutrisi
Definisi : membantu dengan atau menyediakan masukan diet
seimbang dari makanan dan cairan
Intervensi :
-
Catat
jika klien memiliki alergi makanan
-
Catat
makanan kesukaan klien
-
Tentukan
jumlah kalori dan tipe nutrien yang dibutuhkan
-
Dorong
asupan kalori sesuai tipe tubuh dan gaya hidup
-
Dorong
asupan zat besi
-
Tawarkan
makanan ringan
-
Berikan
gula tambahan k/p
-
Tawarkan
bumbu sebagai pengganti garam
-
Berikan
makanan tinggi kalori, protein dan minuman yang mudah dikonsumsi
-
Berikan
pilihan makanan
-
Sesuaikan
diet dengan gaya hidup klien
-
Ajarkan
klien cara membuat catatan makanan
-
Monitor
asupan nutrisi dan kalori
-
Timbang
berat badan secara teratur
-
Berikan
informasi tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana memenuhinya
-
Ajarkan
teknik penyiapan dan penyimpanan makanan
-
Tentukan
kemampuan klien untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya
2. Monitor nutrisi
Definisi : mengumpulkan dan menganalisa data dari pasien untuk
mencegahatau meminimalkan malnutrisi.
Intervensi :
-
BB
klien dalam interval spesifik
-
Monitor
adanya penurunan BB
-
Monitor
tipe dan jumlah nutrisi untuk aktivitas biasa
-
Monitor respon emosi klien saat berada dalam
situasi yang mengharuskan makan.
-
Monitor
interaksi anak dengan orang tua selama makan.
-
Monitor
lingkungan selama makan.
-
Jadwalkan
pengobatan dan tindakan, tidak selama jam makan.
-
Monitor
kulit kering dan perubahan pigmentasi
-
Monitor
turgor kulit
-
Monitor
kekeringan, rambut kusam dan mudah patah.
-
Monitor
adanya bengkak pada alat pengunyah, peningkatan perdarahan, dll.
-
Monitor
mual dan muntah
-
Monitor
kadar albumin, total protein, Hb, kadar Ht.
-
Monitor
kadar limfosit dan elektrolit.
-
Monitor
makanan kesukaan.
-
Monitor
pertumbuhan dan perkembangan.
-
Monitor
kadar energi, kelelahan, kelemahan.
-
Monitor
pucat, kemerahan, dan kekeringan pada jaringan konjungtiva.
-
Monitor
kalori dan intake nutrisi.
-
Catat
adanya edema, hiperemia, hipertropik papila lidah dan cavitas oral.
-
Catat
jika lidah berwarna merah keunguan.
|
POST OPERASI
1
|
Nyeri akut
Definisi : Sensori dan pengalaman emosional yang tidak
menyenangkan yang timbul dari kerusakan jaringan aktual atau potensial,
muncul tiba-tiba atau lambat dengan intensitas ringan sampai berat dengan
akhir yang bisa diantisipasi atau diduga dan berlangsung kurang dari 6 bulan.
Batasan karakteristik :
-
Laporan secara verbal atau non verbal adanya nyeri
-
Fakta dari observasi
-
Posisi untuk menghindari nyeri
-
Gerakan melindungi
-
Tingkah laku berhati-hati
-
Muka topeng
-
Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit atau
gerakan kacau, menyeringai)
-
Terfokus pada diri sendiri
-
Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu,
kerusakan proses berpikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan)
-
Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan,
menemui orang lain dan/atau aktivitas, aktivitas berulang-ulang)
-
Respon autonom (seperti diaphoresis, perubahan
tekanan darah, perubahan nafas, nadi dan dilatasi pupil)
-
Perubahan autonomic dalam tonus otot (mungkin dalam
rentang dari lemah ke kaku)
-
Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah, merintih,
menangis,
|
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ….x 24 jam, klien dapat:
1. Mengontol nyeri
Definisi : tindakan seseorang untuk mengontrol nyeri
ndikator:
§ Mengenal faktor-faktor penyebab
§ Mengenal onset/waktu kejadian nyeri
§ tindakan pertolongan non-analgetik
§ Menggunakan analgetik
§ melaporkan
gejala-gejala kepada tim kesehatan (dokter, perawat)
§ nyeri terkontrol
Keterangan:
1 = tidak pernah dilakukan
2 = jarang dilakukan
3 = kadang-kadang dilakukan
4 = sering dilakukan
5 = selalu dilakukan
2.
Menunjukkan tingkat nyeri
Definisi : tingkat keparahan dari nyeri yang dilaporkan atau
ditunjukan
Indikator:
§ Melaporkan nyeri
§ Frekuensi nyeri
§ Lamanya episode nyeri
§ Ekspresi nyeri: wajah
§ Posisi melindungi tubuh
§ Kegelisahan
§ Perubahan Respirasirate
§ Perubahan Heart Rate
§ Perubahan tekanan Darah
§ Perubahan ukuran Pupil
§ Perspirasi
§ Kehilangan nafsu makan
Keterangan:
1 :
berat
2 :
agak berat
3 :
sedang
4 :
sedikit
5 : tidak ada
|
1.
Manajemen Nyeri
Definisi : perubahan atau
pengurangan nyeri ke tingkat kenyamanan yang dapat diterima pasien
Intervensi:
- Kaji secara menyeluruh
tentang nyeri, meliputi: lokasi, karakteristik,waktu kejadian, lama,
frekuensi, kualitas, intensitas/beratnya nyeri, dan faktor-faktor pencetus
- Observasi
isyarat-isyarat non verbal dari ketidaknyamanan, khususnya dalam
ketidakmampuan untuk komunikasi secara efektif
- Berikan analgetik sesuai dengan anjuran
- Gunakan komunkasi
terapeutik agar klien dapat mengekspresikan nyeri
- Kaji latar belakang budaya klien
- Tentukan dampak dari ekspresi nyeri terhadap
kualitas hidup: pola tidur, nafsu makan, aktifitas mood, hubungan, pekerjaan,
tanggungjawab peran
- Kaji pengalaman
individu terhadap nyeri, keluarga
dengan nyeri kronis
- Evaluasi tentang keefektifan dari tindakan
mengontrol nyeri yang telah digunakan
- Berikan dukungan
terhadap klien dan keluarga
- Berikan informasi
tentang nyeri, seperti: penyebab, berapa lama terjadi, dan tindakan
pencegahan
- Kontrol faktor-faktor
lingkungan yang dapat mempengaruhi respon klien terhadap ketidaknyamanan (contoh : temperatur ruangan, penyinaran,
dll)
- Anjurkan klien untuk
memonitor sendiri nyeri
- Ajarkan penggunaan
teknik non-farmakologi
- (ex: relaksasi, guided
imagery, terapi musik, distraksi, aplikasi panas-dingin, massase)
- Evaluasi keefektifan
dari tindakan mengontrol nyeri yang
telah digunakan
- Berikan dukungan
terhadap klien dan keluarga
- Berikan informasi
tentang nyeri, seperti: penyebab, berapa lama terjadi, dan tindakan pencegahan
- Kontrol faktor-faktor
lingkungan yang dapat mempengaruhi respon klien terhadap ketidaknyamanan (contoh : temperatur ruangan, penyinaran,
dll)
- Anjurkan klien untuk
memonitor sendiri nyeri
- Ajarkan penggunaan
teknik non-farmakologi
- (ex: relaksasi, guided
imagery, terapi musik, distraksi, aplikasi panas-dingin, massase)
- Evaluasi keefektifan
dari tindakan mengontrol nyeri
- Modifikasi tindakan
mengontrol nyeri berdasarkan respon klien
- Tingkatkan tidur/istirahat yang cukup
- Anjurkan klien untuk
berdiskusi tentang pengalaman nyeri secara tepat
- Beritahu dokter jika
tindakan tidak berhasil atau terjadi keluhan
- Informasikan kepada tim
kesehatan lainnya/anggota keluarga saat tindakan nonfarmakologi dilakukan,
untuk pendekatan preventif
- monitor kenyamanan
klien terhadap manajemen nyeri
2. Pemberian Analgetik
Definisi : penggunaan agen
farmakologi untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri
Intervensi:
- Tentukan lokasi nyeri,
karakteristik, kualitas,dan keparahan sebelum pengobatan
- Berikan obat dengan prinsip 5 benar
- Cek riwayat alergi obat
- Libatkan klien dalam
pemilhan analgetik yang akan digunakan
- Pilih analgetik secara
tepat /kombinasi lebih dari satu analgetik jika telah diresepkan
- Tentukan pilihan
analgetik (narkotik, non narkotik, NSAID) berdasarkan tipe dan keparahan
nyeri
- Monitor tanda-tanda vital, sebelum dan
sesudah pemberian analgetik
- Monitor reaksi obat dan
efeksamping obat
- Dokumentasikan respon
dari analgetik dan efek-efek yang tidak diinginkan
- Lakukan
tindakan-tindakan untuk menurunkan efek analgetik (konstipasi/iritasi
lambung)
3. Manajemen lingkungan : kenyamanan
Definisi : memanipulasi
lingkungan untuk kepentingan terapeutik
Intervensi :
- Pilihlah ruangan dengan
lingkungan yang tepat
- Batasi pengunjung
- Tentukan hal-hal yang
menyebabkan ketidaknyamanan seperti pakaian lembab
- Sediakan tempat tidur
yang nyaman dan bersih
- Tentukan temperatur
ruangan yang paling nyaman
- Sediakan lingkungan
yang tenang
- Perhatikan hygiene
pasien untuk menjaga kenyamanan
- Atur posisi pasien yang
membuat nyaman.
|
2
|
Resiko infeksi
Definisi : Peningkatan
resiko masuknya organisme patogen
Faktor-faktor resiko :
-
Prosedur Invasif
-
Ketidakcukupan pengetahuan untuk menghindari
paparan patogen
-
Trauma
-
Kerusakan jaringan dan peningkatan paparan
lingkungan
-
Ruptur membran amnion
-
Agen farmasi (imunosupresan)
-
Malnutrisi
-
Peningkatan paparan lingkungan patogen
-
Imonusupresi
-
Ketidakadekuatan imum buatan
-
Tidak adekuat pertahanan sekunder (penurunan Hb,
Leukopenia, penekanan respon inflamasi)
-
Tidak adekuat pertahanan tubuh primer (kulit tidak
utuh, trauma jaringan, penurunan kerja silia, cairan tubuh statis, perubahan
sekresi pH, perubahan peristaltik)
-
Penyakit kronik
|
Setelah dilakukan
asuhan keperawatan selama … x 24 jam, klien menunjukan
1. Pengetahuan klien tentang kontrol infeksi meningkat
Definisi : Tindakan untuk mengurangi ancaman kesehatan
secara aktual dan potensial
Indikator:
§ Menerangkan cara-cara penyebaran
§ Menerangkan
factor-faktor yang berkontribusi dengan penyebaran
§ Menjelaskan tanda-tanda dan gejala
§ Menjelaskan aktivitas
yang dapat meningkatkan resistensi terhadap infeksi
Keterangan:
1 : Tidak pernah menunjukkan
2 : Jarang menunjukkan
3 : Kadang-kadang menunjukkan
4 : Sering menunjukkan
5 : Selalu menunjukkan
2. pengetahuan tentang deteksi resiko
meningkat
Definisi : Tindakan untuk mengidentifikasi ancaman
kesehatan
Indikator :
- Mengenali tanda dan gejala yang
mengindikasikan resiko
- Mengidentifikasi resiko kesehatan potensial
- Mencari pembenaran resiko yang dirasakan
- Memeriksakan diri pada interval waktu yang
ditentukan
- Berpartisipasi dalam screening pada interval
waktu yang ditentukan
- Mengetahui keadaan kesehatan keluarga saat
ini
- Selalu mengetahui / memonitor keadaan
kesehatan keluarga
- Selalu mengetahui / memonitor kesehatan diri
- Menggunakan sumber-sumber informasi
untuk tetap mendapatkan informasi
tentang resiko potensial
- Menggunakan sarana pelayanan kesehatan
sesuai kebutuhan
Keterangan:
1 : Tidak pernah menunjukkan
2 : Jarang menunjukkan
3 : Kadang-kadang menunjukkan
4 : Sering menunjukkan
5 : Selalu menunjukkan
3. Status nutrisi yang baik,
Definisi : Nutrisi cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh
Indikator :
- Masukan nutrisi
- Masukan makanan dan cairan
- Tingkat energi cukup
- Berat badan stabil
- Nilai laboratorium
Keterangan:
1 : Sangat bermasalah
2 : Cukup bermasalah
3 : Masalah sedang
4 : Sedikit bermasalah
5 :
Tidak ada masalah
4. Luka sembuh, dengan indikator:
§ Kulit utuh
§ Berkurangnya drainase purulen
§ Drainase serousa pada luka berkurang
§ Drainase sanguinis pada luka berkurang
§ Drainase serosa sangunis pada luka berkurang
§ Drainase sangunis pada drain berkurang
§ Drainase serosasanguinis pada drain
berkurang
§ Eritema disekitar kulit berkurang
§ Edema sekitar luka berkurang
§ Suhu kulit tidak meningkat
§ Luka tidak berbau
|
1. Kontrol Infeksi
Definisi : Meminimalkan mendapatkan
infeksi dan trasmisi agen infeksi
Itervensi :
- Bersikan lingkungan
secara tepat setelah digunakan oleh klien
- Ganti peralatan klien
setiap selesai tindakan
- Batasi jumlah pengunjung
- Ajarkan cuci tangan untuk menjaga kesehatan
individu
- Anjurkan klien untuk
cuci tangan dengan tepat
- Gunakan sabun antimikrobial untuk cuci
tangan
- Anjurkan pengunjung
untuk mencuci tangan sebelum dan setelah meninggalkan ruangan klien
- Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan klien
- Lakukan universal precautions
- Gunakan sarung tangan steril
- Lakukan perawatan aseptic pada semua jalur
IV
- Lakukan teknik
perawatan luka yang tepat
- Tingkatkan asupan nutrisi
- Anjurkan asupan cairan
- Anjurkan istirahat
- Berikan terapi antibiotik
- Ajarkan klien dan
keluarga tentang tanda-tanda dan gejala dari infeksi
- Ajarkan klien dan anggota keluarga bagaimana
mencegah infeksi
2. Proteksi infeksi
Definisi : Meminimalkan mendapatkan
infeksi dan trasmisi agen infeksi
Intervensi :
-
Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
-
Pertahankan teknik isolasi
-
Batasi pengunjung bila perlu
-
Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat
berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien
-
Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
-
Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan
kperawtan
-
Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
-
Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
-
Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing
sesuai dengan petunjuk umum
-
Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi
kandung kencing
-
Tingktkan intake nutrisi
-
Berikan terapi antibiotik bila perlu
3. Manajemen Nutrisi
Definisi : membantu dengan memberikan diet makanan dan cairan
yang seimbang.
Tindakan :
- Tanyakan pada klien
tentang alergi terhadap makanan
- Tanyakan makanan kesukaan klien
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang jumlah
kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
- Anjurkan masukan kalori
yang tepat yang sesuai dengan gaya hidup
- Anjurkan peningkatan
masukan zat besi yang sesuai
- Anjurkan peningkatan
masukan protein dan vitamin C
- Anjurkan untuk banyak
makan buah dan minum
- Pastikan diit tidak menyebabkan konstipasi
- Berikan klien diit
tinggi protein, tinggi kalori
|
3
|
Kurang
pengetahuan tentang : penyakit, diet, pengobatan
Definisi : tidak adanya atau kurangnya informasi kognitif
sehubungan dengan topik spesifik
Batasan karakteristik :
memverbalisasikan adanya masalah, ketidakakuratan mengikuti instruksi,
perilaku tidak sesuai.
Faktor yang berhubungan : keterbatasan
kognitif, interpretasi terhadap informasi yang salah, kurangnya keinginan
untuk mencari informasi, tidak mengetahui sumber-sumber informasi.
|
Setelah dilakukan
asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam pengetahuan klien dan keluarga meningkat
tentang:
1. Proses penyakit
Indikator:
- Mengenal
nama penyakit
- Menjelaskan proses penyakit
- Menjelaskan penyebab/fakor yang
berkontribusi
- Menjelaskan factor-faktor resiko
- Menjelaskan efek dari penyakit
- Menjelaskan tanda-tanda dan gejala
- Menjelaskan tentang komplikasi dan tanda
gejalanya
- Menjelaskan tentang perawatan dirumah
Keterangan:
1 : tidak pernah
2 : terbatas
3 : sedang
4 : Sering
5 : Selalu
2. Diet, dengan indikator:
- Menggambarkan diet yang dianjurkan
- Menyebutkan
keuntungan dari mengikuti anjuran diet
- Menyebutkan tujuan dari diet yang yang
dianjurkan
- Menyebutkan makanan-makanan yang
diperbolehkan dalam diet
- Menyebutkan makanan-makanan yang dilarang
- Memilih makanan-makanan yang dianjurkan
dalam diet
Keterangan:
1 : Tidak pernah
2 : Terbatas
3 : Sedang
4 : Luas
5 : Sangat luas
3. Pengobatan, dengan indikator:
- Menggambarkan metode pengobatan yang tepat
- Menggambarkan tindakan-tindakan dalam
pengobatan
- Menggambarkan efek samping dalam pengobatan
- Menyebutkan interakasi obat dengan agen yang
lainnya
- Menyebutkan rute pemberian obat yang tepat
Keterangan :
1 :
Tidak pernah
2 :
Terbatas
3 :
Sedang
4 :
Luas
5 :
Sangat luas
|
1. Pendidikan kesehatan: Proses penyakit
-
Gali pengetahuan tentang proses penyakit
-
Jelaskan
patofisiologi penyakit
-
Jelaskan
tanda dan gejala penyakit
-
Terangkan
proses penyakit
-
Identifikasi
proses kemungkinan penyebab
-
Berikan
informasi tentang kondisi pasien
-
Hindari
memberi harapan palsu
-
Berikan
informasi kondisi pasien pada keluarga
-
Diskusikan
perubahan gaya hidup untuk mencegah komplikasi di masa depan
-
Diskusikan
pilihan terapi
-
Terangkan
rasional tindakan
-
Terangkan
komplikasi kronik
-
Terangkan
tanda dan gejala yang harus dilaporkan
-
Jelaskan
cara mencegah atau meminimalkan efek samping penyakit.
2. Ajarkan :
Diet
- Kaji pengetahuan klien tentang diet yang
dianjurkan
- Tentukan sikap keluarga klien terhadap diet
- Jelaskan tujuan diet
- Informasikan berapa lama diet harus diikuti
- Anjarkan klien tentang makanan yang boleh
dan tidak boleh dimakan
- Bantu klien untuk mencatat makanan kesukaan
dalam diet yang dianjurkan
- Observasi pilihan makanan klien sesuai
dengan diet yang dianjurkan
- Anjurkan membuat rencana makan
- Dorong untuk mengikuti informasi yang
diberikan oleh tenaga kesehatan lain
- Konsul ahli gizi
- Libatkan keluarga
2. Ajarkan : pengobatan
- Jelaskan klien utk mengenal karakteristik
obat
- Informasikan nama generik dan nama dagang
- Jelaskan tujuan dan kerja obat
- Jelaskan dosis, rute dan durasi obat
- Evaluasi kemampuan klien menggunakan obat
- Ajarkan klien untuk melakukan prosedur
sebelum minum obat
- Informasikan apa yang dilakukan jika dosis
obat hilang
- Informasikan akibat tidak minum obat
- Informasikan efek samping obat
- Jelaskan tanda dan gejala over dosis obat
- Jelaskan cara menyimpan obat
- Jelaskan interaksi obat
- Jelaskan cara mencegah atau mengurangi efek
samping obat
- Berikan informasi tertulis tentang aksi,
tujuan, efek samping obat, dll
|
4
|
Sindroma Defisit Perawatan Diri
(kurang perawatan diri :
mandi, berpakaian, makan, dan toileting)
Definisi :
Gangguan kemampuan untuk
melakukan ADL pada diri
Batasan karakteristik :
ketidakmampuan untuk mandi, ketidakmampuan untuk berpakaian, ketidakmampuan
untuk makan, ketidakmampuan untuk toileting
Faktor yang berhubungan : kelemahan,
kerusakan kognitif atau perceptual, kerusakan neuromuskular/ otot-otot saraf.
|
Setelah dilakukan
asuhan keperawatan selama … x 24 jam, klien mampu melakukan perawatan diri:
Activities of Daily Living (ADL),
dengan indikator:
-
makan
-
berpakaian
-
toileting
-
mandi
-
berhias
-
hygiene
-
oral
hygiene
-
ambulasi:
berjalan
-
ambulasi:
wheelchair
-
transfer
performance
Keterangan:
1: bergantung total
2 : dibantu orang
dan alat
3 ; dibantu orang
4 : dibantu alat
5: mandiri
|
1.Bantu dalam perawatan
diri (mandi, berpakaian, berhias, makan, toileting)
Definisi : membantu pasien untuk memenuhi ADL
Intervensi :
§ Monitor kemempuan klien untuk perawatan diri
yang mandiri.
§ Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat
bantu untuk kebersihan diri, berpakaian, berhias, toileting dan makan.
§ Sediakan bantuan sampai klien mampu secara
utuh untuk melakukan self-care.
§ Dorong klien untuk melakukan aktivitas
sehari-hari yang normal sesuai kemampuan yang dimiliki.
§ Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi
beri bantuan ketika klien tidak mampu melakukannya.
§ Ajarkan klien/ keluarga untuk mendorong
kemandirian, untuk memberikan bantuan hanya jika pasien tidak mampu untuk
melakukannya.
§ Berikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai
kemampuan.
§ Pertimbangkan usia klien jika mendorong
pelaksanaan aktivitas sehari-hari.
|
DISCHARGE PLANNING
1.
PENGERTIAN
Hiperplasia prostat benigna adalah suatu keadaan dimana kelenjar prostat
mengalami pembesaran, memanjang ke atas ke dalam kandung kencing dan menyumbat
aliran air kencing dengan menutup lubang berkemih/buang air kecil. BPH
merupakan kondisi penyakit yang paling umum pada pria lansia.
2. TANDA DAN GEJALA:
- Sering berkemih (buang air kecil)
- Sering terbangun malam hari untuk buang air kecil
- Perasaan ingin buang air kecil yang mendesak/tidak dapat ditunda
- Nyeri saat buang air kecil
- Pancaran air kencing melemah
- Rasa tidak puas sehabis buang air kecil,
- Kalau mau buang air kecil harus menunggu lama
- Jumlah air kencing menurun dan harus mengedan saat buang air kecil
- Aliran air kencing tidak lancar/terputus-putus
- Air kencing terus menetes setelah berkemih
- Gejala umum seperti keletihan, tidak nafsu makan, mual muntah, dan rasa tidak nyaman pada lambung
3. PENATALAKSANAAN:
§ Observasi : pada pasien
dengan keluhan ringan. Mencakup nasehat mengurangi minum setelah makan malam,
mengurangi minum kopi dan tidak diperbolehkan minum alkohol. Setiap 3
bulan kontrol
§ Terapi obat, dapat menurunkan gangguan
aliran air seni dan mengurangi gejala.
§ Terapi bedah
Prostatektomi dilakukan untuk membuang jaringan
prostat yang mengalami perbesaran.
4. HAL- HAL YANG HARUS
DIPERHATIKAN DI RUMAH
-
Menjaga masukan nutrisi yang seimbang dan adekuat (cukup)
-
Jus buah dan sayuran tinggi serat dapat digunakan untuk
memudahkan buang air besar dan mencegah mengejan yang berlebihan.
-
Latihan otot-perineal dilakukan dengan menekan bokong
bersamaan, tahan posisi ini, rileks. Latihan ini dapat dilakukan 10 sampai 20
kali setiap jam ketika duduk atau berdiri.
-
Coba untuk memutuskan aliran air kencing setelah mulai buang
air kecil, tunggu beberapa detik dan
kemudian lanjutkan.
-
Dianjurkan untuk berkemih secepatnya ketika merasakan
keinginan untuk berkemih
-
Kembalinya Kemampuan mengontrol buang air kecil adalah proses
yang bertahap, pasien dapat terus merasa berkemih tidak tuntas setelah
dipulangkan dan rasa tersebut harus secara bertahap hilang (hingga 1 tahun)
-
Air kencing mungkin tampak keruh selama beberapa minggu
setelah pembedahan dan kembali jernih ketika area prostat menyembuh
-
Dalam masa penyembuhan (6 - 8 minggu) pasien tidak boleh
melakukan aktivitas seperti mengejan ketika buamg air besari, mengangkat barang
berat. Hal ini dapat meningkatkan tekanan pada pembuluh darah balik dan menyebabkan keluarnya darah
-
Pasien harus menghindari
perjalanan jarak jauh dengan
motor dan latihan berat yang dapat meningkatkan perdarahan.
-
Makanan pedas, alkohol dan kopi dapat menyebabkan
ketidaknyamanan.
-
Minum cukup cairan (paling sedikit 3000-4000 ml) untuk
mencegah dehidrasi, yang dapat meningkatkan terbentuknya jendalan darah dan
menyumbat aliran air kencing
-
Tanda-tanda seperti perdarahan, keluarnya jendalan darah,
penurunan aliran air kencing, atau gejala infeksi saluran kemih harus
dilaporkan ke dokter.
-
Minum obat sesuai
dengan yang diresepkan
DAFTAR PUSTAKA
Johnson, M; Maas, M; Moorhead,
S. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC). Mosby: Philadelphia
Mansjoer, A, et all, 2000, Kapita
Selekta Kedokteran, Jilid I, Media Aesculapis, Jakarta
McCloskey, J dan Bulechek, G.
2000. Nursing Interventions Classification (NIC). Mosby: Philadelphia
Nanda (2000), Nursing
Diagnosis: Prinsip-Prinsip dan Clasification, 2001-2002, Philadelphia, USA.
Smeltzer, S.C, 2001, Buku
Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, Vol 2, EGC, Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar