BAB
I
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN (SAK)
CEDERA
KEPALA
A. PENGERTIAN
Cedera kepala merupakan keadaan yang serius dan perlu mendapatkan
penanganan yang cepat. Tindakan pemberian oksigen yang adekuat dan
mempertahankan tekanan darah yang cukup untuk perfusi otak dan menghindarkan
terjadinya cedera otak sekunder merupakan pokok-pokok tindakan yang sangat
penting untuk keberhasilan kesembuhan penderita.
Cedera epala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama
pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjad akibat kecelakaan.
B. KLASIFIKASI
Berdasarkan mekanisme, keparahan dan morfologi cedera :
1.
Mekanisme ; berdasarkan adanya penetrasi duramater
a.
Trauma tumpul ;
- kecepatan tinggi ( tabrakan otomobil )
- kecepatan rendah ( jatuh/dipukul )
b.
Trauma tembus ; luka tembus dan cidera tembus lainnya.
2.
Keparahan cedera
a.
Ringan ; GCS 14
– 15
b.
Sedang ; GCS 9 -
13
c.
Berat; GCS 3 – 8
3.
Morfologi
a.
Fraktur
tengkorak
-
Kranium :
garis / lintang, depresi / non depresi, terbuka / tertutup.
-
Basis kranii :
dengan / tanpa kebocoran cairan serebrospinal, dengan / tanpa kelumpuhan N VII.
b.
Lesi intrakranial
-
Fokal :
epidural, sub dural, intra serebral.
-
Difus :
komosio ringan, komosio klasik, cedera aksonal difus.
C. TANDA
DAN GEJALA
Secara umum tanda dan gejala cedera kepala adalah :
1.
Gangguan kesadaran
2.
Konvulsi
3.
Abnormalitas pupil
4.
Defisit neurologis
5.
Disfungsi sensorik – motorik
6.
Kejang
7.
Sakit kepala
8.
Hipovolemik Syok.
9.
Perubahan perilaku kognitif dan perubahan fisik pada
berbicara dan gerakan motorik dapat timbul segera atau secara lambat
10.
Pola pernafasan dapat secara progresif menjadi tidak
abnormal
11.
respon pupil negatif.
D. PATOFISIOLOGI
Edema otak barangkali merupakan penyebab yang paling lazim dari
peningkatan intrakranial dan memiliki daya penyebab antara lain peningkatan
cairan intra sel, hipoksia, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, iskemi
serebral, meningitis dan cedera.
Tekanan intrakranial (TIK) pada umumnya meningkat secara berangsur-angsur
setelah cedera kepala, timbulnya edema memerlukan waktu 36 – 48 jam untuk
mencapai maksimum. Peningkatan TIK sampai 33 mmHg (450 mmH2O) mengurangi aliran
darah otak (ADO) secara bermakna, iskemi yang timbul merangsang vasomotor dan
tekanan darah sistemik meningkat. Rangsangan pada pusat inhibisi jantung
mengakibatkan bradikardi dan pernafasan menjadi lebih lambat.
Tekanan darah sistemik akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya
TIK, walaupun akhirnya dicapai suatu titik dimana TIK melebihi tekanan arteri
dan sirkulasi otak berhenti dengan akibat kematian otak. Pada umumnya kejadian ini didahului oleh
penurunan yang cepat dari tekanan daraaaah arteri.
Trauma otak menyebabkan fragmentasi jaringan dan kontosio akan merusak
sawar darah otak (SDO) disertai vasodilatasi dan eksudasi cairan sehingga
timbul edema. Edema menyebabkan peningkatan tekanan pada jaringan dan akhirnya
meningkatkan TIK, yang pada gilirannya akan menurunkan aliran darah otak (ADO),
iskemia, hipoksia, asidosis (penurunan pH dan peningkatan PCO2) dan kerusakan
SDO lebih lanjut.
Siklus ini akan terus berlanjut sehingga terjadi kematian sel dan edema
bertambah secara progresif kecuali bila dilakukan intervensi.
E. MANIFESTASI
KLINIK
Manifestasi klinik dari adanya peningkatan tekanan intra cranial adalah
banyak dan bervariasi serta dapat tidak jelas.
1.
Perubahan tingkat kesadaran (paling sensitive diantara
tanda peningkatan TIK)
2.
Trias klasik :
§
Nyeri kepala karena regangan duramater dan
pembuluh darah
§
Papil edema yang disebabkan oleh tekanan dan
pembengkakan diskus aptikus
§
Muntah, seringkali proyektil.
3.
Tekanan nadi yang lebar, berkurangnya denyut nadi dan
pernafasan menandakan dekompensasi otak dan kematian yang mengancam
4.
Hipertermia
5.
perubahan motorik dan sensorik
6.
Perubahan bicara
7.
Kejang
F.
PENATALAKSANAAN
Pedoman resusitasi dan penilaian awal
1.
Menilai jalan nafas
Bersihkan jalan nafas dari debris dan muntahan, lepaskan gig palsu,
pertahan kan tulang servikal segaris dengan badan, pasang gudel bila dapat
ditoleransi. Jika cedera mengganggu jalan nafas, maka pasien harus diintuasi.
2.
Menilai pernafasan
Tentukan apakah pasien bernafas dengan spontan atau tidak, jika tidak,
beri O2 melalui masker oksigen. Jika bernafas spontan selidiki cedera dada
berat seperti pneumotoraks, hemopneumotoraks.
3.
Menilai sirkulasi
Otak yang rusak tidak mentoleransi hipotensi. Hentikan semua perdarahan
dengan menekan arterinya. Perhatikan secara khusus adanya cedera intra abdomen
atau dada. Ukur dan catat frekuensi denyut jantung dan tekanan darah. Ambil
darah vena untuk pemeriksaan darah perifer lengkap, ureum, kreatinin,
elektrolit, glukosa, AGD. Berikan larutan koloid, sedangkan larutan kristaloid
(dektrose atau dektrose dalam saline) menimbulkan eksaserbasi edema serebri
pasca cedera kepala.
4.
Obati kejang
Kejng konvulsiv dapat terjad setelah cedera kepala dan harus diobati.
5.
Menilai tingkat keparahan
a.
Cedera Kepala
Ringan (kelompok resiko ringan)
§
Skor GCS 14 – 15
§
Tidak ada kehilangan kesadaran
§
Tidak ada intoksikasi alcohol atau obat
terlarang
§
Pasien dpat mengeluh nyeri kepala dan pusing
§
Pasien dapat menderita abrasi, laserasi atau
hematoma kulit kepala.
§
Tidak ada criteria cedera sedang – berat.
b.
Cedera kepala Sedang (kelompok resiko sedang)
§
Skor GCS 9 – 13
§
Konkusi
§
Muntah
§
Tanda kemungkinan fraktur kranium (mata rabun,
hematimpanium, otorea)
§
Kejang
c.
Cedera Kapala
Berat (kelompok resiko berat)
§
Skor GCS 3 – 8 (koma)
§
Penurunan kesadaran secara progresif
§
Tanda neurologis fokal
§
Cedera kepala penetrasi atau teraba fraktur
depresi kranium
G. PEMERIKSAAN
PENUNJANG DAN DIAGNOSTIK
Diagnosis cedera kepala ditegakkan berdasarkan :
1.
Riwayat trauma
Ø
Sebab trauma
Ø
Adanya kelainan neurologik awal ; kejang, hilang
kesadaran, kelemahan motorik dan gangguan bicara
Ø
Derajat ketidak-sadaran , amnesia
Ø
Nyeri kepala, mual dan muntah
2.
Pemeriksaan fisik
Ø
Tanda-tanda vital
Ø
Tingkat kesadaran cedera luar yang terlihat ;
cedera kulit kepala, perdarahan hidung, mulut, telinga, dan hematoperiorbital
Ø
Tanda-tanda neurologis foko,mkal ; ukuran pupil,
gerakan mata, aktivitas motorik.
Ø
Reflek tendon
Ø
Sistem sensorik perlu diperiksa, jika pasien
sadar.
3.
Pemeriksaan penunjang
Ø
Laboratorium rutin
Ø
Foto kepala AP lateral
Ø
Foto servikal
Ø
CT Scan / MRI kepala
Ø
Arteriografi bila perlu.
Tabel GCS
Buka
Mata (E)
|
Respon
Motorik (M)
|
Respon
verbal (V)
|
4 = Spontan
3 = dengan
perintah
2 = dengan rangsang
nyeri
1 : Tidak ada
respon membuka mata
|
6 = mengikuti
perintah
5 =
melokalisir perintah
4 =
menghindari nyeri
3 = fleksi
abnormal
2 = ekstensi
abnormal
1 = tidak ada
gerakan
|
5 = orientasi
baik, sesuai
4 = disorientasi tempat
dan waktu
3 = bicara kacau, mengerang
1 = tidak ada suara
|
BAB
II
STANDAR
ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN
DENGAN CEDERA KEPALA
A. PENGKAJIAN
Pengkajian multi-sistem untuk cedera kepala :
KEADAAN
SPESIFIK SISTEM
|
PENGKAJIAN
DATA
|
1.
Sistem integumen
Ø
Imobilisasi sekunder terhadap cedera dan
penurunan kesadaran
Ø
Intubasi menyebabkan iritasi membran mukosa
2.
Sistem muskuloskeletal
Ø
Immobilitas
Ø
Deserebrasi/dekortikasi menyebabkan sulit
untuk positioning
3.
Sistem Gastrointestinal
Ø
Pemberian kortikosteroid Ã
resiko perdarahan Gastrointestinal.
Ø
Injury Ã
ileus paralitik
Ø
Konstipasi dapat terjadi karena bed rest,NPO
status, restriksi cairan dan opioid untuk mengontrol nyeri
Ø
Inkontinensia Ã
tingkat kesadaran/penurunan status mental
4.
Sistem perkemihan
Ø
Restriksi cairan atau diuretic Ã
perubahan urine out put
Ø
Inkontinensia urine akibat penurunan kesadaran
5.
Sistem metabolic
Ø
Klien mendapat cairan IV dalam beberapa hasil
sampai dengan Gastrointestinal dapat digunakan
Ø
Konsultasi nutrisi dalam 24 – 48 jam pertama
untuk TPN
6.
system Syaraf
Ø
CKB Ã
tidak sadar dan penurunan fungsi neurologis
Ø
Seluruh funsi tubuh di support
Ø
Kontrol TIK
7.
Sistem Respirasi
Ø
Obstruksi komplit/partial mengurangi suplai
oksigen otak
Ø
Pola nafas yang terganggu Ã
hipoksia
Ø
Gangguan sistemik dari CKB Ã
hipoksemia
Ø
Cedera kepala Ã
menurunnya pusat respirasi dibatang otak.
8.
Sistem Kardiovaskuler
Ø
Klien dapat mengalami disritmia, tachicardi
atau bradicardi
Ø
Klien dapat mengalami hipotensi / hipertensi
Ø
Karena tidak sadar dan imobil Ã
resiko trombosis vena dalam.
Ø
Klien mengalami penurunan ADH
Ø
Dapat terjadi kondisi spesifik : DM, SIADH,
ketidak-seimbangan elektrolit, hiperglikemi nonketotik hiperosmolar.
9.
Respon Emosional dan Psikologis
Ø
CKB Ã
tidak sadar
Ø
Kleuarga butuh support untuk melalui krisis.
|
·
Kaji integritas kulit
·
Kaji ROM
·
Kaji kemungkinan adanya deformitas
·
Kaji suara abdomen dan distensi abdomen.
·
Monitoring penurunan Hb
·
Catat intake-out put
·
Kaji keseimbangan cairan dan elektrolit
·
Catat BB
·
Hematokrit
·
Nilai elektrolit
·
Kaji tanda neurologis
·
Kaji tanda peningkatan TIK
·
Monitor kadar konvulsan dalam darah
·
Kaji fungsi respirasi : suara nafas, pola
nafas, RR
·
Kaji nilai AGD
·
Rontgen foto
·
Kultur sputum
·
Saturasi O2
·
Kaji tanda vital
·
Monitor cardiac disritmia
·
Kaji trombosis vena dalam dikaki
·
EKG
·
Elektrolit
·
Pembekuan darah
·
Kadar gula
·
Kadar aceton
·
Osmolalitas
·
Kumpulkan informasi tentang keluarga dan kaji
peran klien dalam keluarga sebelum terjadi CKB.
|
B. DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1.
Bersihan jalan nafas
tidak efektif berhubungan denga kerusakan neurmuskuler
2.
pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kerusakan
neuromuskuler
3.
ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan peningkatan metabolisme, restriksi cairan dan intake tidak
adekuat.
4.
kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan
neuromuskuler.
5.
Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive.
6.
Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan.
7.
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penekanan
terus menerus.
8.
Kerusakan integritas jaringan (mukosa, kulit, kornea)
berhubungan dengan pergesekan secara mekanik.
9.
cemas dari keluaraga dank lien berhubungan dengan
kitadk pastian terhadap pengobatan dan perawatan serta adanya perubahan situasi
Masalah Kolaborasi
1. PK : Peningkatan Tekanan Intrakranial (TIK)
1.
PK ; Peningkatan TIK
DS :klien mengatakan pusing dan sakit kepala
Klien mengatakan mual
Klien mengeluh penglihatan kabur dan
dipoplia
DO : penurunan kesadaran
Perubahan motorik dan persepsi sensori
Perubahan
tanda-tanda vital(tekanan darah meningkat, nadi kuat dan lambat)
Pupil melebar,
reflek pupil menurun
Muntah
Tujuan : Perawat akan mengatasi dan meminimalkan komplikasi
cedera kepala
Intervensi :
1. Pantau tanda dan gejala peningkatan
TIK
a.
Pantau
status neurologis teratur dengan skala koma Glasgow
b. Kaji perubahan tanda vital ;
1) Nadi : frekuensi lambat sampai 60
atau kurang atau frekuensi meningkat sampai 100 atau lebih.
2) Ketidakteraturan pernafasan :
frekuensi melambat dengan pemanjangan periode apnea
3) Peningkatan TD atau pelebaran tekanan
nadi..
c. Kaji respon pupil
1) Periksa pupil dengan senter untuk
mengevaluasi ukuran, konfigurasi dan reaksi terhadap cahaya. Bandingkan
kesamaan dan perbedan kedua pupil.
2) Evaluasi pergerakan mata untuk
menentukan apakah berkonjugasi (bergerak bersamaan). Atau pergerakan mata abnormal.
3) Evaluasi kemampuan mata adduksi dan
abduksi
d. Perhatikan hal berikut: :muntah sakit
kepala (konstan, peningkatan intensitas, makin parah dengan gerakan atau mengedan)., perubahan yang jelas
(contoh: Letargi, gelisah ,nafas kuat, gerakan yang tidak bertujuan, dan
perubahan fungsi mental).
2. Tinggikan kepala tempat tidur 15 – 30
° jika tidak ada kontra indikasi. Hindari perubahan
posisi yang ketat.
3. Hindari hal-hal berikut
a.
Massage
carotis
b. Fleksi leher/rotasi > 45’
c.
Rangsangan
anal dengan jari
d. Menahan nafas
e.
Mengedan
(valsava manuver), fleksi ekstrem panggul dan lutut.
4. Konsul dokter untuk mendapatkan
pelunak feses (jika perlu)
5. Pertahankan lingkungan tenang, sunyi
dan redup, rencanakan aktivitas untuk menurunkan gangguan.
6. Kolaborasi
a.
Batasi
pemberian cairan sesuai indikasi
b. Beri tambahan O2 sesuai indikasi
c.
Pantau
AGD
d.
Beri
obat sesuai indikasi ; Diuretik, Steroid, Antikonvulsan, Klorpromasin,
Analgetik, Sedatif, Antipiretik
2.
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan denga kerusakan
neuromuskuler
DS : klien mengatakan sesak nafas
DO : adanya suara nafas tambahan seperti
wheezing, ronchi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ……x 24 jam klien dapat mencapai
Status respirasi :Jalan nafas pasien dengan kriteria
1.
Menunjukkan batuk
efektif dan suara nafas bersih
2.
Bebas sianosis
dan dyspnea
3.
Setiap saat jalan
nafas paten
Intervensi :
1. Airway management :
a.
Buka
jalan nafas dengan tehnik Jaw Thrust sejauh memungkinkan
b.
Posisikan
klien pada posisi yang memungkinkan ventilasi maksimal
c.
Lakukan
suction dan anjurkan batuk untuk mengeluarkan secret
d.
Ajarkan
tehnik nafas dalam, lambat dan batuk efektif.
e.
berikan
bronkodilator bila dibutuhkan.
f.
Monitor
status oksigenasi dan respirasi.
2. Airway
suctioning :
a.
Pastikan
kebutuhan oral / tracheal suctioning
b.
Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah
suctioning.
c.
Informasikan
pada klien dan keluarga tentang suctioning
d.
Minta
klien nafas dalam sebelum suction dilakukan.
3.
pola nafas tidak efektif berhubungan dengan
kerusakan neuromuskuler,obstruksi tracheobrokhial.
DS : klien
mengatakan sesak nafas
DO :
retraksi dinding dada
Penggunaan otot –otot dinding dada
Pernafasan dalam dan cepat
Adanya obstruksi tracheobronchial
Tujuan : Pola
nafas efektif
Kriteria :
Klien mengatakan tidak sesak nafas lagi
Retraksi dinding dada tidak ad
Pola nafas regular
RR : 16-24 x/m
AGD dalam batas normal
Intervensi :
a. kaji
kecepatan, kedalaman, frekuensi,irama dan bunyi nafas, adanya cianosis.
b. Atur
posisi klien dengan posisi semi fowler (30 )
c. Berikan
terapi oksigen (2-4 L/m)
d. Lakukan
pengisapan lender dengan hati-hati(tekanan,cara dan lama) selama 10-15 detik, catat
sifat, warna dan bau secret.
e. Berikan
posisi semi prone lateral/miring bila tidak ada kejang setelah 4 jam pertama,
rubah posisi miring atau terlentang tiap 2 jam.
f.
Apabila klien sudah sadar, anjurkan dan ajak
latihan nafas dalam
g. Kolaborasi
untuk pemeriksaan analisa gas darah
h. Kolaborasi
pemasangan endotrakial tube kalau perlu
i.
Monitor pola pernafasan tiap 2-4 jam.
4.
ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan peningkatan metabolisme, restriksi cairan dan intake
tidak adekuat.
DS :
klien mengatakan kurang nafsu makan
Klien mengatakan sulit menelan
DO :
klien tidak bisa menelan
Berat badan menurun
Tujuan : kebutuhan nutrisi tubuh teratasi
Intervensi :
a. kaji
kemampuan mengunyah, menelan, reflek batuk dan cara pengeluaran secret.
b. Auskultasi
bising usus dan catat bila terjadi penurunan bising usus (n : 5-35 x/m)
c. Timbanga
berat badan, berikan makanan dalam porsi sedikit tapi sering baikmelalui NGT
maupun oral.
d. Tinggikan
kepala klien dari badan ketika makan dan buat posisi miring dan netral / lurus
setelah makan.
e. Berikan
nutrisi melalui parenteral (IVFT) bila perlu.
5.
kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan perubahan
penurunan kekuatan dan ketahanan,kerusakan neuromuskuler.
DS :
klien mengatakan sakit atau pusing untuk miring.
DO :
keterbatasan rentang gerak
Tirah baring
Kesulitan koordinasi
Penurunan kekuatan atau control otot
Tujuan :
setelah tindakan keperawatan klien mampu melakukan aktifitas fisik seoptimal
mungkin
Criteria :
Rom meningkat
Kekuatan otot meningkat
Postur seimbang
Dapat berpindah
Intervensi :
a. koreksi tingkat kemampuan mobilisasi
dengan skala 0-4:
0
:
klien tidak tergantung pada orang lain
1
:
klien butuh sedikit bantuan
2
:
klien butuh bantuan sederhana
3
:klien
butuh bantuan banyak
4
:klien
sangat tergantung pada pemberian pelayanan
b. atur posisi klien dan ubahlah setiap
2-4 jam sekali
c. Bantu klien melakukan gerakan-gerakan
sendi secara pasif bila kesadaran menurun dan secara aktif bila klien
kooperatif.
d. Observasi atau kaji terus kemampuan
gerakan motorik, keseimbangan, koordinsai dan gerakan tonus.
e. Anjurkan keluarga klien untuk melatih
dan memberi motivasi.
f. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain
(fisioterapi).
g. Buat posisi seluruh dalam letak
anatomis/nyaman dengan memberi penyangga pada lekukan-lekukan sendi, telapak
tangan dan kaki.
h. Lakukan massage perawatan kulit dan
mempertahankan alat-alat tenun bersih dan kering
i.
Lakukan
perawatan mata dengan memberikan cairan air mata buatan dan tutup mata dengan
kassa steril lembab sesuai indikasi
j.
Bantu
klien dalam memenuhi ADL, bila kesadaran belum pulih kembali.
k. Observasi BAK dan Bantu BAB secara
teratur, kolaborasi dengan dokter pemberian supositoria.
l.
Berikan
motivasi dan latihan pada klien dalam memenuhi kebutuhan ADL sesuai dengan
kebutuhan pada saat rehabilitasi, penyebaran tingkat kegawatan dan
keluhan-keluhan klien.
6.
Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur
invasive.
DS :-
DO : klien terpasang infuse, dower
cateter, NGT,
Adanya luka bekas operasi dengan drain
Tujuan : Selama dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria hasil :
·
Suhu 36-37,5oC
·
AL dbn
·
Tidak ada tanda-tanda infeksi lokal atau sitemik
Intervensi :
1. Infection Control
a. Lakukan teknik isolasi bila perlu
b. Cuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan
c. Berikan higiene yang baik
d. ajarkan pengunjung dan keluarga cara
mencuci tangan yang benar
e. tingkatkan nutrisi, cairan dan
istirahat
f. Gunakan baju khusus
2. Infection Protection
a. Monitor tanda vital tiap 6 jam
b. Monitor tanda infeksi lokal dan sistemik
c. Amati faktor yang menuingkatkan
infeksi
3. Environmental management
a. Jaga kebersihan ruangan dan tempat
tidur
b. Batasi pengunjung, hindarkan klien
dari kontak dengan penderita infeksius
4. Health Education
a. Jelaskan pada keluarga tentang tanda
infeksi
b. Jelaskan pada keluarga tentang
kondisi anak yang memungkinkan resiko terjadi infeksi
5. Medication Administration
a. Kolaborasi pemberian antibiotik bila
perlu
b. Pantau efek terapi tersebut
7.
kebutuhan cairan kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan penurunan produksi antidiuretik hormonADH akibat
terfiksasinya hipotalamus
DS : klien mengeluh haus
DO : nilai elektrolit dibawah normal
Mata cekung
Mukosa bibirkering
Turgor menurun
Akral dingin
Tanda vital meningkat
Penurunan kesadaran
Tujuan :kebutuhan cairan tubuh terpenuhi
Kriteria : Turgor kulit baik
Mukosa bibir lembab
Mata tidak cekung
Tanda vital normal
Kesadaran kompos mentis
Balance cairan seimbang
Intervensi :
a.
monitor asupan keluaran selama 8 jam sekali dan
timbang berat badan setiap hari bila dapat dilakukan.
b.
Berikan cairan setiap hari sesuai kebutuhan
tubuh
c.
Hitung balance cairan tiap 4 jam
d.
Pasang dower cateter dan monitor warna dan bau
serta aliran urine
e.
Kolaborasi dengan tim analisis untuk pemeriksaan
kadar elektrolit tubuh
8.
Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan
jaringan.
DS : klien
mengatakan kepala pusing
Klien mengatakan sulit istirahat
DO :
nadi meningkat
Skala nyeri 7-9
Ekspresi wajah tegang
Gelisah
Tujuan : klien
dapat mengontrol nyeri
Criteria :
1. Nyeri berkurang (penurunan skala
nyeri)
2. Klien tidak mengeluh nyeri
3. Tanda-tanda
vital normal, stabil
Intervensi :
1. Manajemen
nyeri :
a. Gunakan skala nyeri untuk
mengidentifikasi intensitas nyeri.
b. Bersama klien, mengidentifikasi
posisi dan hal-hal yang dapat mengurangi nyeri dan meningkatkan kenyamanan
c. Identifikasi pengalaman klien dalam
mengurangi nyeri yang serupa dengan saat ini
d. Ajarkan tehnik mengurangi nyeri
secara non farmakologis ; tehnik distraksi, Guided imagery
2. Medication
administration
a.
Berikan
analgetik sesuai dengan program terapi, monitor tanda-tanda efek samping
pemberian analgetik.
b.
Bantu
pasien dalam meminum obat.
c.
Berikan
obat menggunakan tehnik dan rute yang benar.
9.
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
penekanan terus menerus.
DS :
DO : klien
terpasang alat-alat Bantu kesehatan
Kesadaran klien menurun.
Keterbatasan rentang gerak
Terbaring
Kesulitan koordinasi
Tujuan : kerusakan integritas kulit tidak terjadi
Kriteria Hasil :
1.Menunjukkan
kondisi kulit yang intak
2. Tidak terjadi kerusakan pada kulit
Intervensi :
1. Pressure management :
a. Monitor kulit dari dari area
kemerahan.
b. Monitor mobilitas dan aktifitas klien
c. Monitor daerah yang mengalami
penekanan
d. Perubahan posisi tiap 2 jam untuk menghindari penekanan terus-menerus
jika memungkinkan
2.
Pressure ulcer prevention:
a.
Inspeksi
kulit pada bagian bony prominence
b. Jaga agar linen tetap kering
c.
Gunakan
pelembab bila kulit kering
10. cemas
dari keluaraga dan klien berhubungan dengan ketidakpastian terhadap pengobatan
dan perawatan serta adanya perubahan situasi
DS :keluarga mengatakan pesimis
dengan kesembuhan klien
DO : keluarga tampak cemas
Keluarga tampak
kawatir dan selalu menanyakan keadaan klien
Tujuan :kecemasan berkurang sampai dengan
hilang
Kriteria :keluarga klien dapat mengekspresikan
secara verbal perasaanya.
Keluarga klien
mempunyai perasaan optimis terhadap kesembuhan klien
Intervensi :
a.
Kaji perasan keluarga dan beri perasaan empati
serta dengarkan seluruh keluhan
b.
Berikan penjelasan kepadankeluarga mengenai
kondisi, luasnya trauma,rencana perawatan dan prognosa klien secara akurat dan
mempertahankan kondisi serta situasi.
c.
Libatkan keluarga dalam pertemuan tim kesehatan
terutama dalam pengambilan keputusan dan perencanaan
d.
Berikan umpan balik yang posit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar