A. Definisi
Apendiks adalah ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira-kira 10cm
(4 inci), melekat pada sakum tepat di bawah katup ileosekal. Apendiks berisi makanan dan mengosongkan diri
secara teratur kedalam sekum. Karena pengosongan tidak efektif dan lumennya
kecil, apendiks cendrung menjadi tersumbat dan terutama rentan terhadap
infeksi.
Apendisitis adalah peradangan
yang relative sering dijumpai yang dapat timbul tanpa sebab yang jelas. Acute
appendicitis atau radang apendiks akut merupakan kasus infeksi intra abdominal
yang sering dijumpai di negara-negara maju, sedangkan pada Negara berkembang
jumlahnya lebih sedikit, hal ini mungkin terkait dengan diet serat yang
kurang pada masyarakat modern (perkotaan) bilang dibandingkan dengan masyarakat
desa yang cukup banyak mengkonsumsi serat. Appendicitis dapat menyerang orang
dalam berbagai umur, umumnya menyerang orang dengan usia dibawah 40 tahun,
khususnya antara 8 sampai 14 tahun, dan sangat jarang terjadi pada usia dibawah 2 tahun.
kurang pada masyarakat modern (perkotaan) bilang dibandingkan dengan masyarakat
desa yang cukup banyak mengkonsumsi serat. Appendicitis dapat menyerang orang
dalam berbagai umur, umumnya menyerang orang dengan usia dibawah 40 tahun,
khususnya antara 8 sampai 14 tahun, dan sangat jarang terjadi pada usia dibawah 2 tahun.
Kira-kira 7%
dari populasi akan mengalami apendisitis pada waktu yang bersamaan dalam hidup
mereka, pria lebih sering dipengaruhi dari pada wanita dan remaja lebih sering
dari pada orang dewasa.
B. Etiologi
Serangan peradangan usus buntu
tidak selalu khas sebagaimana lazimnya. Yang khas, diawali dengan tidak enak
perut, biasanya rasa tak enak perut di sekitar pusar.
Pada saat yang sama muncul demam ringan, disertai mual dan muntah-muntah. Mungkin diare, ada pula yang malah sembelit. Namun, yang pasti, nyeri tidak enak perut berlanjut, kendati sudah diredakan dengan obat.
Pada saat yang sama muncul demam ringan, disertai mual dan muntah-muntah. Mungkin diare, ada pula yang malah sembelit. Namun, yang pasti, nyeri tidak enak perut berlanjut, kendati sudah diredakan dengan obat.
Nyeri berkembang dari sekitar
pusar, kemudian menyebar sampai ke perut kanan bawah. Tergantung posisi usus
buntunya terhadap usus besar, rasa nyeri dan keluhan tak enak perut tidak selalu
khas.
Apabila ujung usus buntu
menyentuh saluran kencing ureter, nyerinya akan sama dengan sensasi nyeri kolik
saluran kemih, dan mungkin ada gangguan berkemih. Bila posisi usus buntunya ke
belakang, rasa nyeri muncul pada pemeriksaan tusuk dubur atau tusuk vagina.
Pada posisi usus buntu yang lain, rasa nyeri mungkin tidak spesifik begitu.
Pada kasus peradangan usus
buntu yang spesifik, akan muncul nyeri tekan pada perut kanan bawah. Nyeri
semakin memberat dari jam ke jam. Selain nyeri bila ditekan, nyeri juga muncul
bila setelah ditekan lalu segera dilepas (nyeri lepas). Nyeri yang sama pada
perut kanan bawah akan timbul bila ditekan pada perut kiri bawah. Selain
itu otot-otot dinding perut teraba menegang.
C. Patofisiologi
Appendicitis dapat terjadi karena berbagai macam penyebab, antara lain
obstruksi
oleh fecalith, a gallstone, tumor, atau bahkan oleh cacing (Oxyurus vermicularis), akan
tetapi paling sering disebabkan obstruksi oleh fecalith. Hasil observasi epidemiologi juga
menyebutkan bahwa obstruksi fecalith adalah penyebab terbesar. Pada fase awal appendicitis mukosa mengalami inflamasi terlebih dahulu.Kemudian inflamasi ini akan meluas ke lapisan submukosa, termasuk juga lapisan muskularis dan lapisan serosa. Terbentuk pula eksudat fibrinopurulen pada permukaan serosa dan menyebar ke dinding peritoneal terdekat, sehingga menyebabkan peritonitis. Pada fase ini glandula mukosa yang nekrosis masuk ke dalam lumen usus, sehingga menyebabkan terjadinya nanah atau pus di dalam lumen. Akhirnya, pembuluh-pembuluh kapiler yang mensuplai darah ke appendiks mengalami trombose dan appendiks yang infark tersebut menjadi nekrosis atau gangrenous. Setelah mengalami nekrosis, appendiks dapat mengalami perforasi, sehingga kandungan yang terdapat dalam lumen appendiks,seperti pus dapat menyebar di cavitas peritoneal dan menimbulkan peritonitis.
oleh fecalith, a gallstone, tumor, atau bahkan oleh cacing (Oxyurus vermicularis), akan
tetapi paling sering disebabkan obstruksi oleh fecalith. Hasil observasi epidemiologi juga
menyebutkan bahwa obstruksi fecalith adalah penyebab terbesar. Pada fase awal appendicitis mukosa mengalami inflamasi terlebih dahulu.Kemudian inflamasi ini akan meluas ke lapisan submukosa, termasuk juga lapisan muskularis dan lapisan serosa. Terbentuk pula eksudat fibrinopurulen pada permukaan serosa dan menyebar ke dinding peritoneal terdekat, sehingga menyebabkan peritonitis. Pada fase ini glandula mukosa yang nekrosis masuk ke dalam lumen usus, sehingga menyebabkan terjadinya nanah atau pus di dalam lumen. Akhirnya, pembuluh-pembuluh kapiler yang mensuplai darah ke appendiks mengalami trombose dan appendiks yang infark tersebut menjadi nekrosis atau gangrenous. Setelah mengalami nekrosis, appendiks dapat mengalami perforasi, sehingga kandungan yang terdapat dalam lumen appendiks,seperti pus dapat menyebar di cavitas peritoneal dan menimbulkan peritonitis.
Apendiks
terinflamsi dan mengalami edema sebagai akibat terlipat atau tersumbat.
Kemungkinan oleh fekalit (massa keras dari feses), tumor maupun benda asing.
Proses inflamasi ini meningkatkan tekanan intraluminal dapat menimbulkan nyeri
abdomen atas atau menyebar bebas secara progresif dalam beberapa jam,
terlokalisasi dikuadran kanan bawah dari abdomen, akhirnya apendiks yang
terinflamasi berisi pus.
Akan lebih jelasnya dapat dilihat berdasarkan
diagram berikut ini :
D. Manifestasi Klinis
a. Nyeri difus yang timbul mendadak di daerah
apigastrium atau periumbilikus
b. Dalam beberapa jam, nyeri lebih terlokasi
dan dapat dijelaskan sebagai nyeri tekan di daerah kuadran kanan bawah
c. Nyeri tekan lepas (nyeri yang timbul
sewaktu tekanan dihilangkan dari bagian yang sakit)
d.
Demam
e.
Leukosit meningkat (10.000 – 18.000/mm3)
f. Mual dan muntah dan rasa ngilu
g.
Kurang nafsu makan
h.
konstipasi
E. Komplikasi
Komplikasi utama apendisitis adalah perforasi apendiks, yang dapat
berkembang menjadi peritonitis atau abses apabila apendiks yang membengkak
tersebut pecah. Insiden perforasi
adalah 10% sampai 32%. Insiden lebih tinggi pada anak kecil dan lansia.
Perforasi secara umum terjadi 24 jam setelah awetan nyeri. Gejala mencakup
demam dengan suhu 37,70C atau lebih tinggi, penampilan toksik, dan
nyeri aatau nyeri abdomen secara kontinyu.
F. Pemeriksaan Penunjang
Apabila setelah dipantau masih menimbulkan keraguan maka kita dapat
melakukan pemeriksaan yang dapat mendukung diagnosis, seperti memeriksa urine
secara mikroskopis, X-ray, full blood count, dan serum amylase, darah lengkap.
G. Penatalaksanaan
Pembedahan di indikasikan bila
diagnosa apendisitis telah di tegakkan. Antibiotic dan cairan IV diberikan
sampai pembedaha dilakukan. Analgesic dapat diberikan setelah diagnosa
ditegagkan.
Apendektomi
(pembedahan untuk mengangkat apendiks) dilakukan sesegera mungkin untuk
menurunkan resiko perforasi. Apendektomi dapat dilakukan dibawah anastesi umum
atau sepinal dengan insisi abdomen bawah atau dengan laparoskopi yang merupakan
metode terbaru yang sangat efektif.
H. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
1. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan
inpasif
2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan
kelelahan menyeluruh (patique)
3. Defisit volume cairan berhubungan dengan
kegagalan mekanisme pengaturan
4. Cemas berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan tentang penyakit
5. Kurangnya pengetahuan tentang proses
penyakit, diet, perawatan dan pengobatan berhubungan dengan interpretasi
terhadap informasi yang salah
6. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan intake.
7. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri
(Post OP)
I. Tujuan yang ingin dicapai
1.
Berdasarkan diagnosa 1 :
(Resiko infeksi berhubungan
dengan tindakan inpasif)
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam, klien tidak mengalami infeksi dengan kriteria :
tidak ada tanda-tanda infeksi, TTV dbn.
2.
Berdasarkan diagnosa 2 :
(Intoleransi aktifitas
berhubungan dengan kelelahan menyeluruh (patique))
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, klien mampu
mnegontrol nyeri dengan criteria : Klien melaporkan bahwa nyeri berkurang
dengan menggunakan manajemen nyeri, menyatakan rasa nyaman setelah nyeri
berkurang, TTD dalam batas normal
3.
Berdasarkan diagnosa 3 :
(Defisit volume cairan
berhubungan dengan kegagalan mekanisme pengaturan)
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam, deficit volume cairan teratasi dengan criteria :
klien dapat bertambah baik dengan Saturasi oksigen dbn normal, RR dbn dalam
respon aktivitas,TD Sistolik dbn dalam respon aktifitas, TD Diastolik dbn dalam
respon aktifitas, ADL dapat dilakukan dengan mandiri, volume intake terpenuhi.
4.
Berdasarkan diagnosa 4 :
(Cemas berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan tentang penyakit)
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2 x 24 jam, cemas pada klien berkurang dengan criteria :
klien tidak merasakan kecemasan tentang penyakit yang dideritanya dengan
mengontrol kecemasannya.
5.
Berdasarkan diagnosa 5 :
(Kurangnya pengetahuan tentang
proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan berhubungan dengan interpretasi
terhadap informasi yang salah)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, klien dapat
memahami dan mengenal penyakit yang dideritanya dengan criteria : Klien dapat menyebutkan
pengertian, penyebab, tanda dan gejala, penanganan serta perawatannya.
6.
Berdasarkan diagnosa 6 :
(Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan intake.)
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam , klien dapat mencapai status nutrisi sesuai
dengan kebutuhan tubuh, dengan kriteria : Intake makanan dan cairan yang
adekuat dengan ditandai BB dbn, Tidak ada tanda-tanda malnutrisi, intake
nutrisi adekuat.
7.
.Berdasarkan diagnosa 7 :
(Nyeri akut berhubungan dengan
agen injuri (Post OP)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam,nyeri pada klien
berkurang, dengan criteria: Klein dapat mengontrol
nyeri, skala nyeri terjadi penurunan, mampu mengenali nyeri, TTD dalam batas
normal.
J. Intervensi keperawatan dan rasionalnya
Berdasarkan
diagnosa 1 :
(Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan
inpasif)
Intervensi Keperawatan
|
Rasionalnya
|
ü Obeservasi dan laporkan tanda-tanda
infeksi
ü
Kaji teperatur tiap 4 jam
ü Catat dan laporkan nilai laboratorium
(AL, Protein Serum, Ab)
ü
Gunakan strategi untuk mencegah nosokomial
ü
Tingkatkan intake cairan
ü
Istirahat yang adekuat
ü Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan
perawatan.
ü Gunakan standar precaution dan sarung
tanggan selama kontak dengan darah, memberan mucosa, kulit yang tidfak utuh
ü
Ajarkan tehnik non farmakologi
ü
Efaluasi keefektifan control nyeri
ü Kolaborasikan dengan dokter, jika nyeri
mash belum berhasil
|
ü
Memantau adanya infeksi
ü
Perkembang infeksi masih dapat ditoleransi
ü Dapat mengetahui adanya infeksi dan
segera harus diatasi.
ü
Dugaan adanya infeksi
ü
Memperlancar proses pembentukan imunitas
ü
Mencepat proses penyembuhan
ü
Dugaan adanya infeksi
ü
Menurunkan resiko penyebaran bakteri.
ü Menurunkan terjadinya keracunan obat
obatan yang mengandung kimia
ü Rasa nyaman terpenuhi dengan tidak nyeri
ü Mengurangi rasa nyeri lebih dini sebelum
menjadi kronis.
|
Berdasarkan diagnosa 2 :
(Intoleransi aktifitas berhubungan dengan
kelelahan menyeluruh (patique))
Intervensi Keperawatan
|
Rasionalnya
|
Energi
Manajemen :
ü Observasi adanya pembatasan klien dalam
beraktifitas.
ü Dorong klien untuk mrngungkapkan
perasaan terhadap keterbatasan.
ü Monitor adanya kelelahan fisik emosi
secara berlebihan
ü Monitor pola dan lamanya tidur/istirahat
klien
Activity therapy :
ü Bantu klien untuk mngidentifikasi
aktifitas yang mampu dilakukan.
ü Bantu klien memilih aktifitas yang mampu
untuk dilakukan.
ü Bantu klien untuk membuat jadwal latihan
diwaktu luang.
ü Bantu klien untuk mengidentifikasi
aktifitas yang disukai.
ü
Monitor respon fisik, emosi, social, dan
spiritual.
|
Ø Aktifitas lebih bermanfaat dalam
memberikan latihan gerak dengan tidak terlalu hiper aktif.
Ø Mengetahui secara psikologis permasalahn
dengan keterbatasan gerak.
Ø Sehat secara psikologis dapaty
meningkatkan semangat hidup dengan emosi tidak berlebihan.
Ø Meningkatkan kekuatan otot untuk
beraktifitas.
Ø Mengurangi resiko terjadinya intoleransi
ktifitas.
Ø Menngkatkan aktifitas sesuai dengan
keinginan klien.
Ø Kebutuhan aktifitas lebih teratur dan
terorganisir.
Ø Pemenuhan aktifitas dapat terpenuhi
sesuai dengan keinginan.
Ø
Mengurangi resiko kelelahan aktifitas.
|
Berdasarkan
diagnosa 3 :
(Defisit volume cairan berhubungan dengan
kegagalan mekanisme pengaturan)
Intervensi Keperawatan
|
Rasionalnya
|
Fluid
Managemen :
ü
Pertahankan intake dan out put yang akurat.
ü
Monitor sturasi hidrasi
ü Monitor hasil lab yang sesuai retensi
cairan (BUN, Hmt, Os urin)
ü
Kolaborasi pemberian cairan IV
ü
Berikan diuretic sesuai intruksi
ü
Dorong masukan oral
ü Dorong keluarga untuk membantu klien
makan.
ü Tawarkan snak,(Jus buah, Buah segar)
ü Kolaborasi dengan dokter jika tanda
cairan berlebihan muncul memburuk.
|
Ø
Keseimbangan cairan dalam tubuh terpenuhi.
Ø
Menghindari terjadinya dehidrasi
Ø Terpantau kadar BUN, Hmt, Os urin jika
terjadi kelainan
Ø
Menghindari terjadinya kelebihan cairan
Ø
Menghindari kegagalan dalam pemenuhan cairan
Ø
Kebutuhan cairan dapat lebih menerima
Ø
Kebutuhn cairan terpenuhi
Ø Menghindari lebih dini terjadinya
keburukan dalam pemenuhan cairan.
|
Berdasarkan diagnosa 4 :
(Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
tentang penyakit
Intervensi Keperawatan
|
Rasionalnya
|
ü
Tenangkan klien
ü Jelaskan seluruh prosedur tindakan
kepada klien dan perasaan yang mungkin muncul pada saat melakukan tindakan.
ü
Berusaha memahami klien
ü Berikan informasi tentang diagnosa,
prognosis dan tindakan.
ü Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik
pada tingkat kecemasan (tachycardia, tachypnia, ekpresi cemas dan verbal)
ü
Gunakan pendekatan dan sentuhan.
ü Temani pasien untuk mendukung keamanan
dan menurunkan rasa takut.
ü Sediakan aktivitas untuk menurunkan
ketegangan.
ü Bantu pasien mengidentifikasi situasi
yang menciptakan cemas.
|
Ø Dapat melaksanakan tidakan-tindakan
dalam proses penyembuhan klien
Ø Membantu menurunkan kecemasan agar klien
menyadari tindakan yang harus dilakukan
Ø
Turut empati terhadap klien
Ø Klien memahami kondisi yang dideritanya.
Ø Membantu dalam memberikan terapi
kecemasan sesui tingkat kecemasanya.
Ø Meyakinkan klien agar dapat mudah dalam
melkukan tindakan-tindakan
Ø Mencegah terjadinya hal-hal yang merusak
diri serta menigkatkan semangat hidup.
Ø Membantu melepaskan beban sehingga klien
dapat merasakan tidak terbebani.
Ø Melatih klien untuk mengatisi kecemasan
secara mandiri.
|
Berdasarkan diagnosa 5 :
(Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit,
diet, perawatan dan pengobatan berhubungan dengan interpretasi terhadap
informasi yang salah)
Intervensi Keperawatan
|
Rasionalnya
|
Teaching : Dieases Process
ü
Mengobservasi kesiapan klien untuk
mendengarkan
ü Menentukan tingkat pengetahuan klien
sebelumnya.
ü Berikan penilaian tentang tingkat
pengetahuan klien tentang proses
penyakit yang sfesifik
ü
Jelaskan fatofisiologi terjadinya.
ü Gambarkan tanda dan gejala yang bisa
muncul pada penyakit dengan cara yang tepat
ü Identifikasi kemungkinan penyebab
penyakit yang diderita klien
ü
Hindari jaminan yang kosong
ü Diskusikan gaya hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencegah komplikasi dimasa yang akan dating
ü
Diskusikan plihan terapi serta penaganannya
ü Instruksikan klien mengenai tanda dan
gejala untuk melaporkan pada perawat yang jaga.
|
Ø
Memudahkan klien dalam menerima informasi
Ø Dapat menjelaskan informasi sesuai
tingkat pengetahuan klien
Ø Dapat melakukan pendidikan kesehatan
seuai dengan tingkat pengetahuan klien
Ø Klien memahami dan menilai hal-hal yang
tidak boleh dilakukan.
Ø Klien dapat mengidentifikasi terjadinya
penyakit serta penagnana lebih dini
Ø Klien lebih waspada terhadap
factor-faktor penyebab terjadinya penyakit yang dialami.
Ø
Lebih meyakinkan dalam perawatanya.
Ø Mengurangi resiko terjadinya kembali
dalam lingkungan keluarganya sendiri.
Ø Klien lebih nyaman dalam menerima terapi
yang diberikan
Ø Klien lebih mudah memahami tanda dan
gejala yang diberikan oleh pendidik
|
Berdasarkan diagnosa 7 :
(Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (Post
OP)
Intervensi Keperawatan
|
Rasionalnya
|
Pain Managemen :
ü Lakukan pengkajian nyeri secara
konfrehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan
factor presipitasi
ü
Observasi reaksi non verbal
ü Gunakan tehnik komunikasi terapeutik
untuk mengetahui pengetahuan nyri klien
ü Kaji kultur yang mempengaruhi respon
nyeri
ü Bantu klien dan keluarganya untuk
mencari dukungan
ü Control lingkungan yang mempengaruhi
nyri ;suhu, ruangan, cahaya.
ü
Kurang factor pencetus nyeri
ü
Tingkatkan istirahat
ü
Ajarkan tehnik non farmakologi
ü
Evaluasi keefektifan control nyeri
ü Kolaborasi dengan dokter jika masalah
nyri belum teratasi.
Analgesik Managemen :
ü Cek intruksi dokter tentang jenis,
dosis, dan frekuensi obat.
ü
Kaji riwayat alergi
ü Pilih rute pemberian secara IV & IM
untuk pengobatan nyeri secara teratur
ü Mengontrol TTV sebelum dan sdsudah
pemberian analgesic pertama kali
ü Efaluasi keefektifan analgesic tanda dan
gejala (efek samping)
|
Ø Pengawasan keefektifan obat, kemajuan
penyembuhan, perubahan akan karakteristik menunjukkan terjadinya abses,
memerlukan upaya evaluasi medik dan intervensi
Ø Kebutuhan rasa nyaman dapat terpenuhi.
Ø Meyakinkan klien untuk mendapatkan
perawatan yang intensif.
Ø Bermanfaat dalam pengawasan keefektifan
obat, kemajuan penyembuhan.
Ø Meningkatkan psikologis dan motifasi
keingin sembuhan
Ø Menurunkan factor-faktor yang
menmpengaruhi nyeri
Ø Nyeri dapat diatasi sedini mungkin denan
menemukan factor presipitari
Ø Mencegah nyri dan meningkatkan
penyembuhan.
Ø Menurunkan terjadinya keracunan obat
yang mengandung bahan kimia.
Ø Rasa nyeri libuh dapat teratasi.
Ø Menurunkan rasa nyeri sebelum terjadi
nyeri kronis.
Ø Mengurangi terjadinya kebutuhan oabat lebih tepat pada
indikasinya.
Ø
Mengurangi terjadinya gejala lain yang mingkin
muncul
Ø Proses mengatasi nyeri lebih cepat dan
efisien
Ø Mengurangi terjadinya adanya komplikasi
serta alergi dan keefisien dalam pemberian obat.
Ø Dapat mengkolaborasikan lebih lanjut
tentang keefektifan pemberian analgesic.
|
K. Daftar pustaka
Ø Elizabeth J. Corwin, 2001, Buku Saku Patofisiologi, EGC, Jakarta
Ø Doenges,M E dkk, 2000, Rencana Asuhan
Keperawatan : pedoman untuk perencanaan
dan pendokumentasian perawatan pasien, EGC, Jakarta
Ø Smeltzer, S.C, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, Vol 2, EGC, Jakrta
Ø Kristanti, A dkk, 2006, Materi kumpulan
kuliah : Diagnosa Keperawatan Berdasarkan
NANDA 2005-2006, NIC dan NOC, UGM, Yogyakarta
Ø
Alhadrami S, Selasa 16 Januari 2007, Informasi Penyakit, Faculty of medicine Gajah Mada
University.http:\legasi.blogspot.com
Ø Radang Usus Buntu Berkomplikasi : Usus Buntu, Antara Maut dan Biji Jambu
Klutuk.www.KeluargaSehat.com
BAB III ANALISA
DAN PEMBAHASAN
A. Defenisi
Berdasarkan tinjauan teori apendisitis adalah peradangan pada apendiks
yaitu jaringan usus seperti ujung jari yang kecil yang panjangnya kira-kira 10
cm ( 4 inci ) melekat pada sakum tepat di bawah katup ileosekal. Pada operasi jaringan inilah yang diambil karena
dapat menginfeksi organ lain di abdomen.
B. Etiologi
Penyebab apendiks bisa
disebabkan oleh karena konsumsi serat yang kurang, akibart pengosongan apendiks
tidak efektif dan lumennya kecil, apendiks cenderung menjadi tersumbat dan
rentan terhadap infeksi
C. Patofisiologi
Telah dijelaskan lebih
mendalam pada tinjauan teori yang disajikan lebih sederhana pada Path way
D. Manifestasi klinis
Nyeri difus yang timbul
mendadak juga dirasakan klien sebelum operasi pada kuadran kanan bawah begitu
juha nyeri tekan lepas, demam klien mencapai 39 0 C
Angka leukosit meningkat ( 13. 800 / mmk ). Mual mintah, nafsu malkan kurang, dan konstipasi
juga dirasakan klien.
E. Komplikasi
Pad klien belum terjadi
komplikasi
F. Pemeriksaan
penunjang
Pada klien diketahui
mendapatkan pemeriksaan darah rutin, Apendicogram, dan gula darah puasa.
G. Penatalaksanaan
Pada klien telah dilakukan
operasi apendiktomi dengan anaestesi secara Spinal
H. Diagnosa
Keperawatan Yang Muncul
Dari 7 diagnosa keperawatan yang mungkjin muncul didapatkan 3 diagnosa
saja yang dapat ditegakkan berdasarkan data pengkajian yang diperoleh, yaitu :
Nyeri Akut, Resiko Infeksi,
dan Defisit perawatan diri
I. Implementasi
dan Evaluasi
Setelah dilakukan perencanaan
tujuan kemudian dilakukan implementasi. Dari 3 diagnosa diatas akan dijelaskan
sebagai berikut :
1. Resiko
Infeksi berhubungan dengan tindakan invasive, setelah dilakukan intervensi
keperawatan Selama 3 x 24 m tidak terjadi tanda-tanda dan gejala infeksi. Sehingga
tujuan tercapai
2. Nyeri Akut
berhubungan dengan agen injury fisik, setelah dilakukan asuhan keperawatan
selama 2 x 24 jam, nyeri pada klien dapat diturunkan sesuai dengan tujuan yang
dicapai dengan mudah karena nyeri yang dialami klien hanya berupa nyeri dengan
skala sedang .
3. Defisit
perawatan diri. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 x 24 jam, klien
dapat merawat dirinya dengan bantuan, sehingga tujuan tercapai. Hal ini dapat dicapai karena klien mempunyai
mobilitas fisik yang baik, hanya karena terpasang infus dan catheter sehingga
terhambat untuk melakukan perawatan diri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar