BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Tujuan umum Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) 2000-2004 adalah
memberdayakan individu, keluarga, dan masyarakat dalam bidang kesehatan untuk
memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya sendiri dan lingkungannya
menuju masyarakat yang sehat, mandiri, dan produktif. Hal ini ditempuh melalui
peningkatan pengetahuan , sikap positif, perilaku dan peran aktif individu,
keluarga, dan masyarakat sesuai dengan sosial budaya setempat. Salah satu
indikator kinerja dari program ini adalah menurunnya angka kematian akibat
penyakit menular terutama diare pada balita dari 2,5 menjadi 1,25 per 1000
balita (PROPENAS,2001).
Diare masih merupakan masalah kesehatan utama pada anak, khususnya
terjadi di negara berkembang, termasuk Indonesia. Dari sekitar 4 miliar kasus
diare di dunia pada tahun 1996, terdapat 2,5 juta kasus berakhir dengan
kematian dan lebih dari 90 % terjadi di negara-negara berkembang. Secara umum,
kematian akibat diare pada anak di dunia mencapai 42.000 per minggu, 6.000 per
hari, 4 setiap menit, dan 1 setiap 14 detik. Sekitar 80 % kematian akibat diare
tersebut terjadi pada anak di bawah usia dua tahun (Muhtar,2003).
Perkiraan terakhir memperlihatkan bahwa dari sekitar 125 juta anak
usia 0-11 bulan dan 450 juta anak usia
1-4 tahun yang tinggal di negara berkembang mengalami diare, pada bayi usia
kurang dari 11 bulan sebanyak 475 juta kali dan anak usia 1-4 tahun sekitar 945
juta kali per tahun atau total episode diare pada balita sekitar 1,4 miliar kali
per tahun (Muhtar, 2003).
Di Indonesia, angka kematian bayi akibat diare masih cukup tinggi meski
sudah ada penurunan jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Hasil Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001, diare merupakan penyebab nomor tiga
kematian pada bayi, setelah gangguan perinatal dan penyakit sistem pernapasan
sedangkan pada balita, diare merupakan penyebab kematian nomor dua setelah
penyakit sistem pernapasan (Tin Afifah dkk, 2003).
Berdasarkan kajian dan analisa dari beberapa survei yang dilakukan (SKRT, 1995), angka kesakitan akibat diare
pada semua golongan umur adalah 280 per 1000 penduduk. Sedangkan angka kematian
setiap tahunnya adalah 54 per 100.000 penduduk. Pada golongan balita kejadian
diare adalah 1,5 kali per tahun dan angka kematian balita 2,5 per 1000 balita
(Depkes RI,2003).
Di Propinsi Sumatera Barat, anak di bawah usia 5 tahun jumlah kasus yang
ditemukan cukup banyak dari tahun ke tahun. Pada tahun 2001 dijumpai 40611
kasus diare, yang meninggal 11 kasus. Tahun 2002 dilaporkan terdapat 41982,
yang meninggal 4 kasus. Tahun 2003 dijumpai 44254 kasus diare, dan yang
meninggal 9 kasus (Situasi Program Diare Propinsi Sumatera Barat, 2003).
Temuan kejadian diare pada balita di Puskesmas Suliki tahun 2003
yaitu 96 kasus, dan pada tahun 2002
kejadian diare pada balita adalah 72 kasus. Hal ini menunjukkan terjadinya
peningkatan kasus diare pada balita di wilayah Puskesmas Suliki (Laporan Harian
Puskesmas Suliki, 2004).
Penyebab utama kematian akibat diare adalah penatalaksanaan yang salah
oleh ibu, misalnya mempuasakan anak untuk mengistirahatkan usus, menghentikan
ASI selama diare, dan anggapan bahwa mencret-mencret adalah tanda bertambahnya
kepandaian anak.
Dalam hal penatalaksaan diare di rumah pada anak, peran ibu sangat
penting dan dominan. Ibu merupakan orang yang terdekat dengan anak dan
memungkinkan untuk merawat anak. Menurut Litman (1974) yang dikutip dalam
Friedman (1998), ibu memiliki peran sentral sebagai pembuat keputusan tentang
kesehatan utama, konselor, dan pemberian asuhan dalam keluarga.
Menurut Dr. Purbawati yang dikutip dalam Siswono (2001), selama ini banyak orang tua terutama ibu cenderung
menganggap enteng apabila bayi atau anaknya mengalami gejala diare. Seringkali
ketika diperiksa ke dokter, penderita sudah dalam keadaan terlambat, lemas,
atau kekurangan cairan. Kematian yang diakibatkan oleh diare lebih sering
karena tubuh mengalami dehidrasi, maka setiap orang tua harus mengenali
tanda-tanda dehidrasi agar dapat memberikan penatalaksanaan diare dengan
prinsip yang benar.
Hasil wawancara dengan beberapa orang ibu yang berkunjung ke Puskesmas
Suliki, diperoleh informasi bahwa ibu-ibu tersebut pada umumnya dapat
menyebutkan pengertian, penyebab, manfaat dari pemberian cairan dan makanan
bila anak diare, akan tetapi tidak dapat menyebutkan secara benar cara
pembuatan larutan oralit dan gula garam serta berapa kali sebaiknya anak
diberikan makanan dalam sehari bila diare. Selain itu, terdapat 1 orang ibu
yang mengatakan bahwa diare terjadi karena kepandaian anak bertambah. Ibu- ibu
yang berhasil diwawancarai mempunyai tingkat pendidikan SLTA, berusia 20 tahun
ke atas, serta berprofesi sebagai ibu rumah tangga.
Terjadinya diare disebabkan oleh berbagai faktor yang berkaitan satu
dengan yang lainnya, antara lain faktor lingkungan, gizi, kependudukan, keadaan
sosial ekonomi, dan faktor perilaku masyarakat (Situasi Program Diare Propinsi
Sumatera Barat, 2003). Tingginya angka kesakitan dan kematian akibat diare pada
bayi dan anak balita, maka tatalaksana yang efektif dan rasional sangatlah
penting (Yoerva Sayoeti, 1993). Tatalaksana yang efektif dan rasional itu
menjadikan angka kematian penderita diare dapat diperkecil, dengan harapan
tumbuh kembang dapat optimal. Walaupun pencegahan jahu lebih baik dari
pengobatan, namun sulit dilaksanakan. Penelitian yang dilakukan oleh T.Makmur
Mohd. Zein (2000) menunjukkan bahwa pengetahuan mengenai tatalaksana diare
dipengaruhi oleh umur, pendidikan dan pekerjaan. Dengan demikian pengetahuan
mengenai penatalaksanaan diare untuk anak merupakan faktor utama dalam
mengurangi kematian akibat diare pada balita, sehingga semua usaha perawatan
kesehatan yang efektif harus diarahkan untuk menambah kemampuan dan
keterampilan ibu.
Beranjak dari data di atas, perlu dilakukan penelitian mengenai hubungan
karakteristik ibu dengan pengetahuan tentang penatalaksanaan diare pada balita
yang berkunjung ke Puskesmas Suliki Kecamatan Suliki Kabupaten 50 Kota.
1.2 Penetapan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas perlu diketahui bagaimanakah hubungan
antara karakteristik ibu dengan pengetahuan tentang penatalaksanaan diare pada
balita yang berkunjung ke Puskesmas Suliki Kecamatan Suliki Kabupaten 50 Kota.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan karakteristik ibu dengan pengetahuan tentang
penatalaksanaan diare pada balita yang berkunjung ke Puskesmas Suliki Kecamatan
Suliki Kabupaten 50 Kota.
1.3.2
Tujuan
Khusus
1.
Mengetahui karakteristik ibu yang memiliki balita
berdasarkan umur, tingkat pendidikan, status pekerjaan, dan status ekonomi.
2.
Mengetahui pengetahuan ibu tentang penatalaksanaan
diare pada balita.
3.
Mengetahui hubungan umur dengan pengetahuan ibu balita
tentang penatalaksanaan diare.
4.
Mengetahui hubungan tingkat pendidikan dengan
pengetahuan ibu balita tentang penatalaksanaan diare.
5.
Mengetahui hubungan status pekerjaan dengan pengetahuan
ibu balita tentang penatalaksanaan diare.
6.
Mengetahui hubungan status ekonomi dengan pengetahuan
ibu balita tentang penatalaksanaan diare.
1.4 Manfaat Penelitian
1.
Bagi tempat penelitian sebagai bahan masukan bagi pihak
berwenang untuk dapat mengurangi angka kesakitan dan angka kematian diare pada
balita.
2.
bagi institusi pendidikan diharapkan bermanfaat bagi
kegiatan belajar mengajar khususnya mata ajar Keperawatan Komunitas.
3.
Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan pengetahuan
ibu balita dalam penatalaksanaan diare.
4.
Menambah pengetahuan bagi penulis dan sebagai bahan
masukan bagi mahasiswa dan rujukan bagi yang membutuhkan.
BAB I I
LATAR BELAKANG TEORI
2.1 Karakteristik Ibu
2.1.1 Umur
Umur adalah lamanya seseorang hidup di dunia (Poerwadarmintaa,1999).
Dengan
bertambahnya usia, maka perkembangan seseorang berlangsung terus menuju pada
tingkat kematangan-kematangan tertentu pada fungsi-fungsi jasmaniah. Kematangan
fungsi jasmaniah dapat mempercepat proses perkembangan, baik pada fungsi
jasmaniah itu sendiri maupun pada fungsi kejiwaan. Pada segi lain, bertambahnya
usia seseorang menumbuhkan kapasitas pribadi seseorang dalam mengatasi suatu
persoalan. Pertumbuhan kapasitas intelektual sangat menentukan perkembangan
pada diri seseorang (M. Dalyono, 2000). Umur merupakan faktor individu yang
pada dasarnya semakin bertambah usia seseorang, maka akan semakin bertambah
kedewasaan dan semakin banyak menyerap informasi (Gibson, 1997).
Penelitian yang dilakukan oleh T. Makmur Mohd. Zein (2000) mengenai
faktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu balita dalam penanggulangan dini
diare didapatkan bahwa umur mempunyai hubungan yang bermakna dengan pengetahuan
ibu.
2.1.2 Tingkat Pendidikan
Pendidikan adalah serangkaian kegiatan komunikasi dengan menggunakan
media dalam rangka memberikan bantuan terhadap pengembangan individu seutuhnya
dalam arti supaya dapat mengembangkan potensi semaksimal mungkin. Potensi di
sini adalah potensi fisik, emosi, sosial, sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Pendidikan akan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan dan sikap.
Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang makin tinggi pula tingkat
intelektualitasnya dan akan semakin memudahkannya untuk menerima dan menangkap
informasi yang disampaikan petugas kesehatan (Soekidjo N, 1997).
Tingkat pendidikan adalah perjenjangan yang dilalui untuk memperoleh
pengetahuan atau keilmuan secara formal (Nasution, 1995). Menurut Mulyana
(1998), tingkat pendidikan mempengaruhi tingkat kesadaran akan pentingnya arti
kesehatan bagi diri sendiri dan lingkungan, yang dapat mempengaruhi atau
mendorong kebutuhan akan pelayanan kesehatan.
Penelitian yang dilakukan oleh Nofli Ichlas (1997) di Desa Sariak Lawah Kabupaten
50 Kota diketahui bahwa ibu-ibu dengan pendidikan yang lebih tinggi cenderung
memiliki pengetahuan tentang penatalaksanaan diare yang lebih baik. Demikian
pula penelitian oleh T. Makmur Mohd. Zein (2000) bahwa tingkat pendidikan
mempunyai hubungan yang bermakna dengan pengetahuan ibu balita tentang
penanggulangan dini diare.
2.1.3 Status Pekerjaan
Menurut Drs. Panji Anoraga (2001) pekerjaan adalah usaha yang ditujukan
untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri atau kebutuhan umum, maka dapat dikatakan
bahwa orang bekerja itu untuk mempertahankan eksistensi diri sendiri dan
keluarganya. Melalui kerja seseorang memperoleh uang yang dapat digunakan untuk
memuaskan semua tipe kebutuhan, seperti kebutuhan fisiologis dasar; kebutuhan
sosial; kebutuhan egoistik yaitu prestasi, otonomi, dan pengetahuan. Keinginan
akan pengetahuan merupakan dorongan dasar dari setiap manusia. Manusia tidak
hanya ingin tahu apa yang terjadi, tetapi juga ingin mengetahui mengapa sesuatu
terjadi. Menjadi seorang ahli dalam suatu bidang memberi mereka perasaan puas,
dan ini merupakan salah satu bentuk pemuasan egoistiknya.
Menurut Koos (1954) dalam Friedman (1998), pekerja kelas menengah
terbukti jauh lebih mengenal gejala-gejala penyakit, sedangkan kelas pekerja
dan orang dari golongan bawah mengenal lebih sedikit gejala sebagai tanda sakit
dan oleh karena itu mereka tidak memandang gejala-gejala tersebut sebagai
indikasi perlunya mencari batuan medis.
Kemajuan teknologi pada era sekarang sangat pesat yang mana akan
mempunyai dampak positif terhadap kesempatan bagi ibu untuk bekerja di luar
rumah. Namun di sisi lain faktor tekanan ekonomi dapat juga menjadi alasan
tersendiri sehingga menuntut ibu bekerja di luar rumah guna menopang masalah
ekonomi keluarga.
Dari penelitian yang dilakukan T. Makmur Mohd. Zein (2000), ternyata
status pekerjaan mempunyai hubungan yang bermakna dengan pengetahuan ibu balita
tentang penanggulangan dini diare.
2.1.4 Status Ekonomi
Yang dimaksud dengan status ekonomi di sini adalah bagaimana keadaan
keuangan atau penghasilan keluarga. Hal ini berhubungan dengan pekerjaan suami
atau istri sebagai kepala keluarga. Adapun yang dimaksud dengan penghasilan
adalah pendapatan perkapita perbulan dihitung dengan menjumlahkan seluruh
penghasilan anggota keluarga dibagi jumlah orang yang menjadi tanggungan.
Perbedaan kelas sosial berkaitan dengan prioritas sebuah keluarga. Pada
kelas bawah, kesehatan sering ditemukan terletak di daftar kebutuhan paling
bawah kecuali dijunpai krisis. Pekerjaan, makanan, tempat tinggal merupakan
prioritas utama bagi kaum miskin (friedman, 1998).
Mosley dan chen (1983) yang dikutip dalam Salma Padri H. (2001),
mengatakan bahwa angka kematian bayi, anak dan balita akibat diare mempunyai
hubungan yang sangat erat (signifikan) dengan status sosial ekonomi antara lain
varibel pendapatan dan pendidikan ibu. Dengan pendapatan yang tinggi,
kemungkinan untuk memperoleh sarana akan lebih baik diantaranya sumber
informasi dengan tujuan untuk menambah ilmu pengetahuan pada masyarakat.
2.2 Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Soekidjo N, 1997).
Berdasarkan pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada
perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Rogers (1974) mengungkapkan
bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut
terjadi proses yang berurutan, yakni:
1.
Awareness (kesadaran),
dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap
stimulus ( objek).
2.
Interest (merasa
tertarik) terhadap stimulus tersebut, di sini sikap subjek sudah mulai muncul.
3.
Evaluation (menimbang)
terhadap baik atau tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.
4.
Trial, dimana
subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh
stimulus.
5.
Adoption, dimana
subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan
sikapnya terhadap stimulus (Soekidjo N, 1997).
Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat,
yakni :
1.
Tahu (Know),
diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
2.
Memahami (Comprehension),
diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang
diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar.
3.
Aplikasi (Aplication),
diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada
situasi atau kondisi sebenarnya.
4.
Analisis (Analysis)
adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu subjek ke dalam
komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut,
dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5.
Sintesis (Synthesis)
menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6.
Evaluasi (Evaluation)
berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap
suatu materi atau objek (Soekidjo N,1997).
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden (Soekidjo N,1997).
2.3
Diare
2.3.1 Defenisi Diare
Diare didefenisikan sebagai buang air besar lembek atau cair bahkan dapat
berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (3 kali atau lebih
dalam sehari) (Depkes RI Ditjen PPM dan PLP, 2000).
Diare merupakan salah satu penyakit yang paling banyak terjadi pada masa kanak-kanak, didefenisikan sebagai
peningkatan dalam frekuensi, konsistensi, dan volume dari feces (McKinney,
Emily Stone et.al, 2000).
2.3.2 Jenis Diare
Ada beberapa jenis diare, yaitu:
1.
Diare cair akut, yaitu diare yang berlangsung kurang
dari 14 hari (umumnya kurang dari 7 hari) dengan pengeluaran tinja yang lunak
atau cair yang sering dan tanpa darah, mungkin disertai muntah dan panas.
Akibat diare akut adalah dehidrasi, sedangkan dehidrasi merupakan penyebab
utama kematian bagi penderita diare.
2.
Disentri, yaitu diare yang disertai darah dengan atau
tanpa lendir dalam tinjanya. Akibat disentri adalah anoreksia, penurunan berat
badan dengan cepat, kerusakan mukosa usus karena bakteri invasif.
3.
Diare persisten, yaitu diare yang mula-mula bersifat
akut namun berlangsung lebih dari 14 hari. Episose ini dapat dimulai sebagai
diare cair atau disentri. Akibat diare persisten adalah penurunan berat badan dan
gangguan metabolisme.
4.
Diare dengan masalah lain. Anak yang menderita diare
(diare akut dan persisten) mungkin juga disertai dengan penyakit lain seperti
demam, gangguan gizi, atau penyakit lainnya. Tatalaksana penderita diare ini
berdasarkan acuan baku diare dan tergantung juga pada penyakit yang
menyertainya (Depkes RI Ditjen PPM dan PLP, 2000).
2.3.3 Etiologi
Diare disebabkan oleh faktor infeksi, malabsorpsi (gangguan penyerapan
zat gizi), makanan, dan faktor psikologis.
1.
Faktor Infeksi
a. Infeksi pada saluran pencernaan
merupakan penyebab utama diare pada anak. Jenis-jenis infeksi yang umumnya
menyerang sebagai berikut:
ü
Infeksi bakteri oleh kuman E. Coli, Salmonella, Vibrio cholera, dan serangan bakteri lain yang
jumlahnya berlebihan dan patogenik seperti pseudomonas.
ü
Infeksi basil (disentri)
ü
Infeksi virus seperti rotavirus, enterovirus, dan adenovirus.
ü
Infeksi parasit oleh cacing seperti askaris.
ü
Infeksi jamur seperti candidiasis
ü
Infeksi akibat organ lain seperti radang tonsil,
bronchitis, dan radang tenggorokan.
b.
Keracunan makanan
2.
Faktor malabsorpsi
a.
Malabsorpsi karbohidrat. Pada bayi, kepekaan terhadap
laktoglobulin dalam susu formula menyebabkan diare. Gejalanya berupa diare
berat, feses berbau sangat asam, sakit di daerah perut. Jika sering terkena
diare ini, pertumbuhan anak akan terganggu.
b.
Malabsorpsi lemak. Dalam makanan terdapat lemak yang
disebut trigliserida. Trigliserida dengan bantuan kelenjar lipase mengubah
lemak menjadi micelles yang siap diabsorpsi usus. Jika tidak ada lipase dan
terjadi kerusakan mukosa usus, dapat terjadi diare karena lemak tidak terserap
dengan baik. Gejalanya adalah feses yang mengadung lemak.
3.
Faktor makanan.
Makanan yang menyebabkan diare adalah makanan yang tercemar, basi,
beracun, terlalu banyak lemak, mentah (misal, sayuran), dan kurang matang.
4.
Faktor psikologis
Rasa takut, cemas, dan tegang jika terjadi pada anak dapat menyebabkan
diare kronis (M.C. Widjaya, 2002).
2.3.4 Manifestasi klinis
Tanda dan gejala anak yang menderita diare, yaitu:
1.
Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah
2.
Suhu badan meninggi
3.
Feses encer, berlendir, atau berdarah
4.
Warna feses kehijauan akibat bercampur dengan cairan
empedu
5.
Anus lecet
6.
Gangguan gizi akibat intake (asupan) makanan yang
kurang
7.
Muntah sebelum dan sesudah diare
8.
Hipoglikemia (penurunan kadar gula darah)
9.
Dehidrasi (M.C. Widjaya, 2002). Tanda-tanda dehidrasi
yaitu, penurunan berat badan, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun
cekung, selaput lendir, bibir dan mulut serta kulit tampak kering. Pada
dehidrasi berat, maka volume darah akan berkurang, nadi akan cepat dan kecil,
denyut jantung cepat, tekanan darah menurun yang akan menimbulkan syok (staf
pangajar FKUI, 2000).
2.3.5 Akibat Lanjut dari Diare pada anak
2.3.5.1
Dehidrasi
Dehidrasi akan menyebabkan gangguan keseimbangan metabolisme tubuh
sehingga mengakibatkan kematian pada bayi. Kematian ini lebih disebabkan karena
bayi kehabisan cairan tubuh. Persentase kehilangan cairan tubuh yang dapat membahayakan jiwa pada
bayi adalah sebesar 10 %. Dehidrasi dibagi menjadi tiga macam, yakni dehidrasi
ringan, dehidrasi sedang, dan dehidrasi berat. Dehidrasi ringan jika cairan
tubuh yang hilang 5 %. Jika cairan yang hilang sudah lebih dari 10 % disebut
dehidrasi berat.
2.3.5.2
Gangguan pertumbuhan
Gangguan ini terjadi karena asupan makanan terhenti sementara pengeluaran
zat gizi terus berjalan. Jika tidak ditangani dengan benar, diare akan menjadi
kronis.
Ketidaktahuan orang tua, cara penanganan dokter yang tidak tepat, kurang
gizi pada anak, dan perubahan makanan mendadak dapat menjadi faktor pencetus
diare (M.C. Widjaya,2002).
2.3.6 Penatalaksanaan Diare di Rumah
Ibu-ibu dan anggota keluarga lainnya seringkali dapat mengobati anak-anak
yang menderita diare dengan cairan-cairan dan makanan-makanan yang mereka punya
di rumah
Terdapat tiga peraturan yang harus diikuti untuk mengobati diare di
rumah, yaitu:
1.
Berikan cairan yang lebih banyak daripada biasanya
kepada si anak untuk mencegah terjadinya dehidrasi:
a.Gunakan cairan rumah yang
dianjurkan. Antara lain: larutan oralit; larutan gula garam; cairan rumah
tangga seperti sop, air beras dan minuman yoghurt; dan air putih. Bila anak
berumur kurang dari 6 bulan dan belum menggunakan makanan padat, maka lebih
baik berikan larutan oralit atau air daripada cairan rumah tangga. Oralit
dikenal dengan Oral Rehydration Salts (ORS) merupakan formula lengkap, biasanya
dikemas dalam bentuk kering dan jika diperlukan ORS dilarutkan dalam air masak
(bukan air mendidih) sebanyak 200 cc atau 1 liter (Depkes RI, 2000). Larutan
gula garam dapat dibuat dengan cara:gula pasir sebanyak 1 sendok teh munjung
atau 2 sendok teh peres dan garam dapur yang halus sebanyak ¼ sendok teh peres
ke dalam air masak atau air teh hangat (tidak sedang mendidih) sebanyak 1 gelas
(Angela C.M. Nusatya Abidin dan Ratnawati Winarno, 1999).
b.
Berikan cairan ini sebanyak mungkin anak dapat
meminumnya. Pada anak-anak yang berumur kurang dari 2 tahun, berikan
kira-kira 50-100 ml (1/4 -1/2
cangkir besar) cairan setiap habis diare. Sedangkan pada anak-anak yang berumur
antara 2 dan 10 tahun, berikan kira-kira 100-200 ml (1/2 – 1 cangkir besar)
cairan setiap habis diare.
c.Teruskan pemberian larutan ini
sampai diare berhenti.
2.
Berikan makanan yang banyak kepada si anak untuk
mencegah malnutrisi:
a.Teruskan pemberian air susu ibu
sesering mungkin.
b.
Bila anak tidak minum air susu ibu, maka berikan susu
yang biasa digunakan.
c.Bila anak berumur 6 bulan atau
lebih, atau telah mendapat makanan padat:
·
Berikan juga sereal atau campuran makanan yang
mengandung tepung, bila mungkin dengan kacang-kacangan, buah-buahan, dan daging
atau ikan. Tambahkan 1 atau 2 sendok teh minyak sayuran untuk setiap penyajian.
·
Berikan jus buah segar atau pisang untuk
menambah kalium.
·
Berikan makanan yang baru disiapkan. Masak dan
giling makanan dengan baik.
·
Bujuk anak untuk makan sebanyak mungkin; berikan
makanan paling sedikit 6 kali sehari.
·
Berikan makanan yang sama setelah diare
berhenti, dan berikan makanan ekstra setiap hari selama dua minggu.
3.
Bawalah anak kepada petugas kesehatan bila tidak
mengalami perbaikan dalam waktu 3 hari atau mengalami hal-hal berikut:
a.Diare beberapa kali
b.
Muntah berulang
c.Rasa haus yang nyata
d.
Tidak mau makan atau minum seperti biasa
e.Demam
f. Adanya
darah dalam feses ( Sandy Qlintang, 1999).
BAB I I I
KERANGKA PEMIKIRAN
3.1
Kerangka
Konsep
Pengetahuan merupakan hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu (Soekidjo N, 1997).
Pengetahuan ibu mengenai penatalaksanaan diare di rumah sangat penting seperti
pemberian cairan sedini mungkin, meneruskan pemberian ASI, meneruskan pemberian
makanan maka dehidrasi pada anak dapat dicegah dan dehidrasi berat dapat
diperbaiki, sehingga dengan sendirinya menyelamatkan anak dari kematian dan
mempercepat masa penyembuhan (Nofli Ichlas, 1997).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan meliputi karakteristik ibu
seperti umur, pendidikan, pekerjaan, pengalaman, status ekonomi, dan sumber
informasi. Pertambahan umur akan mempengaruhi perkembangan seseorang menuju
tingkat kematangan tertentu dalam mengatasi suatu persoalan. Menurut Soekidjo N
(1997), makin tinggi tingkat pendidikan seseorang makin tinggi pula tingkat
intelektualitasnya dan akan semakin memudahkannya untuk menerima dan menangkap
informasi yang disampaikan. Sehingga pendidikan yang lebih tinggi cenderung
memiliki pengetahuan yang lebih baik dalam penatalaksanaan diare pada balita
(Nofli Ichlas, 1997). Melalui pekerjaan seseorang dapat memuaskan kebutuhannya
akan pengetahuan (Panji Anoraga, 2001). Menurut Koos (1954) dalam Friedman
(1998), pekerja kelas menengah terbukti lebih jauh mengenal gejala-gejala
penyakit, sedangkan pekerja kelas bawah mengenal lebih sedikit gejala sakit
sehingga tidak memandang gejala-gejala tersebut sebagai indikasi perlunya
bantuan medis. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan bagi ibu rumah tangga
memiliki pengetahuan yang lebih baik tentang penatalaksanaan diare, oleh karena
mereka mempunyai waktu yang lebih banyak untuk merawat anaknya. Status ekonomi
yang tinggi cenderung memiliki pengetahuan tentang penatalaksanaan diare yang
lebih baik, karena memudahkan mereka memperoleh jaringan informasi mengenai hal
tersebut (Mosley dan Chen, 1983 dalam Salma Padri H, 2001).
3.2
Bagan
Kerangka Konsep
Karakteristik ibu:
§
Umur
§
Tingkat pendidikan
§
Status pekerjaan
§
Status ekonomi
Pengetahuan
ibu tentang
Penatalaksanaan diare
Sumber Informasi
Keterangan: (variabel
yang tidak diteliti)
(varibel
yang diteliti)
3.3
Hipotesis
3.3.1 Hipotesis Mayor
Terdapat hubungan antara karakteristik ibu dengan pengetahuan tentang
penatalaksanaan diare pada balita.
3.3.2 Hipotesis Minor
1.
Terdapat hubungan antara umur ibu dengan pengetahuan
tentang penatalaksanaan diare pada balita.
2.
Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan
pengetahuan tentang penatalaksanaan diare pada balita.
3.
Terdapat hubungan antara status pekerjaan ibu dengan
pengetahuan tentang penatalaksanaan diare pada balita.
4.
Terdapat hubungan antara status ekonomi ibu dengan
pengetahuan tentang penatalaksanaan diare pada balita.
BAB I V
METODE PENELITIAN
4.1
Desain
Penelitian
Desain penelitian adalah cross
sectional study.
4.2
Tempat dan
Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Puskesmas Suliki Kecamatan Suliki
Kabupaten 50 Kota pada awal Februari sampai akhir Juli 2005.
4.3
Populasi dan
Sampel Penelitian
4.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Suharsimi Arikunto, 2002).
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang memiliki balita (0-5 tahun) pernah
menderita diare yang berkunjung ke Puskesmas Suliki Kecamatan Suliki Kabupaten
50 Kota selama bulan Juni sampai Juli 2005.
4.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Suharsimi
Arikunto, 2002). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah simple random sampling.
Untuk menentukan besarnya sampel yang dibutuhkan, maka digunakan rumus
sebagai berikut (Soekidjo Notoatmojo, 1993):
Keterangan: N =
besar populasi
n
= besar sampel
d
= tingkat kepercayaan yang dikehendaki, yaitu 0,05
Adapun kriteria inklusi sampel, adalah:
1.
Ibu bersedia diwawancara
2.
Ibu yang datang ke Puskesmas
3.
Memiliki balita usia 0-5 tahun
4.
Memiliki balita yang pernah diare
4.4
Identifikasi
Variabel
4.4.1 Variabel Independen
No
|
Variabel
|
Defenisi
Operasional
|
Skala
|
Kategori
|
1.
2.
3.
4.
|
Karakteristik
Ibu:
Umur
Tingkat
Pendidikan
Status
Pekerjaan
Status
Ekonomi
|
Umur responden pada ulang tahun
terakhir pada saat penelitian.
Tingkat atau jenjang pendidikan
formal terakhir yang diperoleh responden berdasarkan ijazah terakhir.
Pekerjaan menghasilkan uang yang
dilakukan sehari-hari oleh responden.
Pendapatan rata-rata setiap
orang dalam keluarga per bulan, menurut UMR 2004.
|
Ordinal
Ordinal
Nominal
Ordinal
|
1. Muda: 17-30 tahun
2. Tua: 31-45 tahun
1. Rendah: Tidak tamat SLTA dan dibawahnya.
2. Menengah: Tamat SLTA
3. Tinggi: PT/akademi
1. Tidak
bekerja: IRT
2.
Bekerja:
PNS, Swasta,
Pedagang
1. Miskin:
< Rp.480.000
2. Tidak
miskin:
> Rp.480.000
|
4.4.2 Variabel Dependen
Varibel
|
Defenisi
operasional
|
Skala
|
Kategori
|
Pengetahuan ibu tentang
penatalaksanaan diare pada balita
|
Segala sesuatu yang diketahui
ibu tentang penatalaksanaan diare pada balita, yaitu
§
Pemberian cairan untuk mencegah dehidrasi
§
Pemberian makanan untuk mencegah malnutrisi
§
Bawa anak ke petugas kesehatan bila tidak
mengalami perbaikan
|
ordinal
|
Baik: > 75 %
Buruk: < 75 %
|
4.5
Instrumen
dan Teknik Pengumpulan Data
Alat yang digunakan dalam pengumpulan data adalah kuisioner yang
berisikan pertanyaan-pertanyaan mengenai variabel yang akan diteliti.
Data dikumpulkan oleh peneliti melalui wawancara terpimpin.
4.6
Pengolahan
Data
4.6.1 Koding
Hasil dari setiap jawaban yang telah dikumpulkan dikoreksi kembali.
Selanjutnya setiap jawaban diberi kode dan dikelompokkan untuk mempermudah
analisa data yang dilakukan.
4.6.2 Editing
Editing data langsung dilakukan oleh peneliti sebelum meninggalkan
responden, hal ini untuk menghindari wawancara yang berulang.
4.6.3 Entry Data
Dari hasil koding selanjutnya dipindahkan ke formulir isian komputer
dengan menggunakan program SPSS. Dimana program ini lebih mempermudah dalam
melihat hubungan antara variabel yang diteliti.
4.7
Analisa Data
4.7.1 Analisa Univariat
Analisa ini menggambarkan distribusi dari variabel-variabel yang diteliti
yaitu pengetahuan ibu tentang penatalaksanaan diare di rumah pada balita
sebagai varibel dependen dan karakteristik ibu berdasarkan umur, tingkat
pendidikan, status pekerjaan, status ekonomi sebagai varibel independen.
4.7.1.1 Pengetahuan
Hasil angket pengetahuan akan diolah dan setiap responden memperoleh
nilai sesuai pedoman penilaian angket. Jika jawaban responden benar akan
mendapat skor 1 (satu), sedangkan jika jawaban salah akan mendapat skor 0
(nol). Kemudian dari nilai tersebut ditentukan skor total pada masing-masing
responden dengan rumus (Suharsimi Arikunto, 2002):
Keterangan: P = prosentase (%)
X = jumlah jawaban benar
N = jumlah skor angket
Selanjutnya hasil perhituyngan dimasukkan ke dalam standar kriteria
objektif, yaitu:
1.
baik : > 75%
2.
Buruk : <75 p="">
4.7.2 Analisa Bivariate
Analisa ini digunakan untuk melihat hubungan antara dua variabel yang
diteliti yaitu variabel independen dan varibel dependen. Untuk melihat hubungan
tersebut dilakukan pengujian statistik Chi-Square dengan derajat bermakna bila
p<0 adalah:="" p="" rumusnya="">
75>
Keterangan:
= Chi- Square yang dicari
O = observed
E = Expected
DAFTAR PUSTAKA
Angela C.M Nusatya Abidin dan Ratnawati Winarno. (1999). Mengatasi Sakit dan Cedera Bayi dan Anak.
Jakarta: Trubus Agriwidya.
Departemen Kesehatan RI. (2000). Buku
Ajar Diare. Jakarta: Depkes RI Ditjen PPM dan PLP.
Departemen Kesehatan Propinsi Sumatera Barat. 92003). Situasi Program Diare dan Kecacingan
Propinsi Sumatera Barat.
Departemen Kesehatan RI. (1982). Buku
Penuntun untuk Tenaga Kesehatan Desa dalam Pemberantasan Penyakit Diare. Jakarta:
Depkes RI Ditjen PPM dan PLP.
Fiedman, marilyn M. (1998). Keperawatan
Keluarga: Teori dan Praktek. Jakarta: EGC
Hendarwanto. (1999). Diare Akut.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Hidayat A. Hubungan Pengetahuan,
Sikap dan Praktek Ibu dengan Kejadian Diare Anak Balita di Kelurahan Jelambar
Kecamatan Grogol Petamburan Jakarta Barat. Universitas Indonesia.
M.C. Widjaya. (2002). Mengatasi
Diare dan Keracunan pada Balita. Jakarta: Kawan Pustaka.
Mc. Kinney, Emily Stone et al. (2000). Maternal Child Nursing. Philadelphia: WB. Saunders Company.
M. Dalyono. (2000). Psikologi
Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Muhtar. (2003). Diare Tampak
Remeh tapi Bisa Mematikan. Diakses dari www.gatra.com
Nasution, N. (1995). Psikologo
Pedidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Pembinaan
Tenaga Kependidikan.
Ngastiyah. (1997). Perawatan
Anak Sakit. Jakarta: EGC.
Panji Anoraga, Drs. (1992). Psikologi
Kerja. Jakarta: Rineka Cipta.
Poerwadarminta. (2000). Kamus
Umum Bahasa Indonesia. Edisi 2. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Balai Pustaka.
Sandy Qlintang, dr. (1997). Penatalaksanaan
dan Pencegahan Diare. Edisi 3. Jakarta: EGC
Soekidjo Notoatmojo. (1997). Ilmu
Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta
Srimawar Djaja, Sriandi AA. (1997). Faktor Determinan yang Mempengaruhi Pilihan Pengobatan dalam Buletin
Peneliotian Kesehatan(102). Jakarta: Departemen Kesehatan RI Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Staf Pengajar IKA FKUI. (2000). Ilmu
Keperawatan Anak. Jilid 1. Jakarta: Bagian IKA FKUI.
Suharsimi Arikunto, Prof. Dr. (2002). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi V.
Jakarta: Rineka Cipta
Sunoto. (1982). Penatalaksanaan
dan Pengobatan Diet Etik Penderita Diare dalam Seminar Nasional Rehidrasi
III. Semarang
Tin Afifah, Srimawar Djaja, Joko Irianto. (2003). Kecendrungan Penyakit Penyebab Kematian Bayi dan Anak Balita di
Indonesia1992-2001 dalam Buletin Penelitian Kesehatan. Volume 31. Nomor 2.
Jakarta: Departeman Kesehatan RI Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
-------------- (2001). Program
Pembangunan Nasional Tahun 2000-2004. Jakarta: Sinar Grafika.
-------------- (1994). Buku
Pegangan Kader: Usaha Perbaikan Gizi Keluarga. Jakarta.
0>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar