1.
DEFINISI
Batu saluran kemih (urolitiasis) adalah keadaan yang mengacu pada adanya
batu ( kalkuli) di traktus urinarius (Brunner&Suddarth,1996)
2.
ETIOLOGI
Etiologi berdasarkan klasifikasi jenis batu :
a. Batu kalsium (Kalsium oksalat dan atau
kalsium fosfat)
Penyebab :
Hiperkalsiuria
Ø
Idiopatik ( disebabkan karena masukan tinggi
natrium, ca, dan protein)
Ø
Hiperparatiroidisme primer
Ø
Tuberkulosis, sarkoidosis (menyebabkan
peningkatan produksi Vit D)
Ø
Kelebihan intake Vit D
Ø
Kelebihan kalsium
Ø
Asidosis tubular renal tipe I
Ø
Penyakit mieloproliperatif (leukemia,
polisitemia, mieloma multipel) yang menyebakan proliferasi abnormal eritrosit
dari sum-sum tulang
Ø
Malignasi (tumor, ginjal, kanker kelenjar)
Hiperoksalauria
Ø
Hiperoksalouria enterik
Ø
Hiperoksalouria idiopatik (masukan tinggi
oksalat,protein)
Ø
Hiperoksalouria herediter
Hiperurikosuria
Ø
Masukan purin yang berlebihan
Hipositouria
Ø
Idiopatik
Ø
Asidosis tubular renal tipe I
Ø
Asetazolamid
Ø
Diare, masukan protein tinggi
Ø
Ginjal spongiosa medular
Ø
Vol urin sedikit
b. Batu asam urat
Ø
Ph urin rendah
Ø
Hiperurikosuria (primer dan sekunder )
Ø
Gout/rematik
c. Batu struvit
Ø
Seperti infeksi saluran kemih berulang oleh
organisme yang memproduksi urease ( Proteus Vulgaris, Stafilokokus)
d. Batu sistin
Ø
Defek absorbsi sistin
Faktor
Predisposisi Batu Saluran Kemih
1)
Hiperkalsuria idiopatik
Ø
Hiperkalsuria absortif
Ditandai dengan kenaikan
absorbsi kalsiun dari lumen usus. Paling banyak dijumpai
Ø
Hiperkalsuria puasa
Ditandai dengan kelebihan
kalsium yang berasal dari tulang
Ø
Hiperkalsuria ginjal
Akibat kelainan reabsorbsi
kalsim dari tubulus ginjal
2)
Hipositraturia
Suatu penurunan eksresi inhibitor pembentukan kristal dalam air kemih.
Peningkatan reabsorbsi sitrat dapat dijumpai pada asidosis metabolik kronik,
diare kronik, asidosis tubular ginjal, diversi ureter atau masukan protein
tinggi.
3)
Hiperurikosuria
Merupakan peningkatan asam urat urin yang dapat memacu pembentukan batu
kalsium.
4)
Penurunan jumlah urin
Biasanya disebabkan oleh masukan cairan yang sedikit sehingga menimbulkan
peningkatan reaktan dan pengurangan urin.
5)
Jenis cairan yang diminum
Minuman soft drink lebih 1 liter/minggu menyebabkan pengasaman dengan
asam fosfor dapat meningkatkan resiko pembentukan batu.
6)
Hiperoksalouria
Kenaikan eksresi oksalat >45mg/hari
7)
Ginjal spongiosa medulla
Disebabkan kelainan duktus kolektivus terminal dengan stasis urin
8)
Batu kalsium fosfat dan asidosis tubulas renal I
9)
Faktor diet
Ø
Suplementasi Vit D
Ø
Masukan Nacl tinggi
Ø
Masukan protein tinggi
Ø
Masukan kalsium
Faktor-faktor
yang mempengaruhi pembentukan batu saluran kemih :
1.
Infeksi
2.
Stasis urin
3.
Periode immobilitas
Periode immobilitas dalam
jangka waktu yang lama dapat menyebabkan drainase renal yang lambat dan
perubahan metabolisme kalsium.
4.
Ph urin yang dipengaruhi oleh aktivitas bakteri
dan faktor metabolik
3.
KLASIFIKASI
Klasifikasi batu
saluran kemih berdasarkan bahan pembentuknya :
1.
Batu asam urat (6%)
Biasanya dijumpai pada pasien gout
2.
Batu struvit (15%)
Biasanya mengacu pada batu infeksi, terbentuk dalam urin yang kaya
amonia-alkalin persisten akibat infeksi saluran kemih kronik.
3.
Batu sistin (1%)
Terjadi terutama pada beberapa pasien yang mengalami defek absorbsi
sistin.
4.
Kalsium oksalat (75-80%)
Sering bercampur dengan
kalsium posfat dan asam urat. Batu kalsium akan terbentuk bila dijumpai satu
atau beberapa faktor pembentuk kristal kalsium, dan menimbulkan agregasi
pembentukan batu.
4.
PATOFISIOLOGI
WOC
5.
MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis batu saluran kemih tergantung pada adanya obstruksi,
infeksi, dan edema. Obstruksi karena batu yang menghambat aliran urin
menyebabkan peningkatan tekana hidrostatik dan distensi piala ginjal dan
ureterproksimal.
Infeksi
(pielonefritis dan sistitis) dapat disertai demam, menggigil, disuria. Batu
juga dapt menyebabkan nyeri yang luar biasa dan ketidaknyamanan.
Manifestasi Klinis Berdasarkan Letak Batu :
1.
Batu Pada piala ginjal
·
Sakit yang dalam dan terus menerus di area kosto
vetebral
·
Hematuria, piuria
·
Nyeri renal : nyeri dobawah kandung kemoh pada
wanita, nyeri di dekat uterus pada pria
·
Kolik renal ; nyeri renal akut, nyeri tekan
kostovetebral, mual, dan muntah
·
Diare, ketidaknyamanan abdominal
2.
Batu ureter
- Nyeri yang luar biasa, akut, kolik, menyebar ke paha dan genitalia
- Perasaan ingin berkemih, namun urin sedikit keluar dan mengandung darah (kolik ureter)
- Umumnya pada urin keluar batu secara spontan dengan diameter 0,5 cm sampai 1 cm
3.
Batu kandumg kemih
- Gejala iritasi dan hematuria
- Retensi urin akibat obstruksi leher kandung kemih
- Sepsis
6.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.
Urinalisa
·
Warna : Kuning, coklat gelap (normal : jernih)
·
Berdarah: SDM,SDP
·
Kristal (Sistin, asam urat, kalsium oksalat)
·
Serpihan
·
Mineral
·
Bakteri
·
Pus
·
PH (N: 4,7-8, rata-rata 6)
Mungkin
asam (meningkatnya sistin dan batu asam urat) atau alkalin (meningkatnya
magnesium, fosfat, amonium, atau batu kalsium fosfat)
2.
Urin 24 jam
Mengukur keadaan kreatinin, asam urat (N: 1,5-2mg), kalsium, fosfat,
oksalat atau sistin mungkin meningkat
3.
Kultur urin
Menunjukkan infeksi staphilokokus aureus, proteus, klebsiella,
pseudomonas.
4.
Biokimia darah
Peningkatan kadar Mg (N: 1,5-2,5 mEq/l), Ca (N:2,2-2,5 mEq/l), fosfat (N:
1,7-2,6 mEq/l), elektrolit dan protein (N: 6-8 mEq/dl)
5.
BUN/Kreatinin serum dan urin
Kreatinin urin N pada wanita : 20-26mg/kg/hr dan pada pria :14-22mg/kg/hr
Kreatinin serum N : 0,5-1,5 mg/dl
Abnormal (tingi pada serum /rendah pada urin ) sekunder tehadap tingginya
batu obstruktif ginjal
6.
Klorida dan bikarbonat serum (Cl : 90-105mEq/l,
bikarbonat : 24-28mEq/l )
Peningkatan kadar klorida dan penurunan kadar bikarbonat serum menunjukkan
asidosi tubular ginjal
7.
Hitung darah lengkap (4500-10.000/dl)
SDP mungkin meningkat, menunjukkan infeksi septikemia.
8.
SDM (wanita : 4,5-6jt/dl, pria : 4-5jt/dl), normal
menurun
Hb/Ht (Ht wanita : 40-52% dan pria 37-47%, Hb wanita : 14-18 g/dl, dan pria
12-16g/dl)
Abnormal meningkat karena dehidrasi berat atau polisetimia
Anemia karena pendarahan, disfungsi/gsgsl ginjal
9.
Hormon Paratiroid
Mungkin meningkat bila ada gagal ginjal
10. Foto
Rontgen
Menunjukkan adanya kalkuli atau perubahan anatomik pada area ginjal atau
ureter
11. IVP
Menunjukkan bnormalitas struktur anatomik (distensi ureter ) dan garis
bentuk kalkuli.
12. Sistoureterokopi
Visualisasi langsung kandung kemih dan ureter dapat menunjukkan batu atau
efek obstruksi
13. Ct
scan
Mengidentifikasi kalkuli dan masa lain
14. Ultra
Sound ginjal
Menunjukkan perubhan obstruksi, lokasi batu
7.
PENATALAKSANAAN
Tujuan dasar penatalaksanaan adalah untuk meghilangkan batu, menentukan
jenis batu, mencegah kerusakan nefron, mengendalikan infeksi dan mengurangi
obstruksi
a.
Mengatasi Simptom
Nyeri akibat batu saluran kemih dapat dijelaskan melalui 2 mekanisme :
1.
dilatasi sistem sumbatan dengan regangan reseptor nyeri
2.
Iritasi lokal dindig ureter atau pelvis ginjal disertai
edema dan pelepasan mediator nyeri
Pasien dengan koli ginjal dianjurkan tirah baring dan berikan spasme
analgetik atau inhibitor sintesis prostaglandin.
Morfin dan meferidin hanya diberikan untuk mencegah syok dan sinkop
akibat nyeri yang luar biasa.
Selain itu dapat dilakukan mandi air hangat di area panggul untuk mengurangi
nyeri
Pemberian cairan eksudat kecuali pasien muntah atau menderita GJK
b.
Pengangkatan batu
Batu Keluar Spontan
Bila masalah akut dapat diatasi, bentuk, posisi, dan ukuran batu
memungkinkan sehingga batu keluar spontan. Namun batu yang turun spontan sering
disertai kolik ulangan sehingga perlu terapi untuk pencegahan kolik.
Pengambilan batu
1. Ektrakorporeal Shock wavelithotripsi
Merupakan prosedur invasif untuk menghancurkan batu di kaliks ginjal.
Gelombang kejut yang menyentuh batu ginjal akan membuat batu pecah
2. Nefrolitotomi perkutan
Caranya adalah dengan melakukan nefrostomi perkutan dan memasukkan
nefroskop ke dalam parenkim ginjal. Batu dapat diangkat dengan forceps atau
dihancurkan dengan menggunakan gelombang ultra sonik
3. Pembedahan
Diintervensikan jika batu tidak berespon terhadap penanganan yang lain
4. Uteroskopi
Memasukkan uteroskop melalui sistokop dan batu dihancurkan dengan laser,
lithotripsielektrohidralitik atau ultrasound.
5. Pelarutan batu
Dengan penggunaan infus cairan kemolitil
c.
Pengaturan diet
·
Meningkatkan masukan cairan terutama malam hari
·
Menghindari masukan minum bergas lebih dari 1
liter/minggu
·
Mengurangi masukan protein (1gr/kgBB/hr)
·
Mambatasi masukan natrium (80-10mEq/hr)
·
Menyeimbangkan masukan kalsium
d.
Pemberian obat
Batasi masukan garam dan berikan diuretik tiazid seperti Hidroklorotiazid
25-50mg.
ASUHAN
KEPERAWATAN
A.
PENGKAJIAN
I.
Pengkajian
Identitas Klien
Umur, jenis
kelamin, identitas, ras
II.
Pengkajian Riwayat
Kesahatan
Riwayat Kesehatan
Dahulu
Ø Riwayat batu atau
infeksi saluran kemih sebelumnya
Ø Immobilitas lama
Ø Riwayat penyakit
mieloproliperatif (leukimia, polisitemia, mieloma multipel)
Ø Riwayat dehidrasi
Ø Riwayat penyakit
granulomatosa (sarkoidosis, tuberkulosis)
Ø Riwayat malignasi
(kanker kelenjar, kanker/tumor ginjal)
Ø Asidosis tubular
renal tipe I
Ø Hiperparatiroid
Ø Riwayat medikasi
(asetozolamid, antasid, vitamin D, laksatif, aspirin dosis tinggi)
Ø Riwayat intake
kalsium dan natrium tinggi
Riwayat Kesehatan
Sekarang
Ø Nyeri dalam di ara
kostovertebral
Ø Nyeri kandung kemih
pada wanita, nyeri di dekat testis pada pria
Ø Retensi urin
Ø Kolik renal
Ø Hematuria, piuria
Ø Ketidaknyamanan
abdominal
Ø Mual, muntah,
diare, distensi abdomen
Ø Tanda-tanda infeksi
saluran kemih (menggigil, demam, disuria, sering berkemih)
Riwayat Kesehatan
Keluarga
Ø Riwayat keluarga
dengan batu saluran kemih
Ø Riwayat nutrisi
keluarga (diet kalsium dan protein meningkat)
Ø Riwayat keluarga
dengan kanker dan gangguan sum-sum tulang
III.
Pengkajian Fisik
Pengkajian umum
Ø
Tingkat
kesadaran
Compos
mentis
Samnolen
Stupor
Apatis
Ø
Inspeksi
warna kulit dan perhatikan adanya bengkak
Ø
Rasakan
kulit terhadap perubahan suhu dan kelembaban. Apakah kering, dingin, atau
lembab.
Ø
Bunyi
nafas
Ø
Bunyi
jantung, apakah murmur
Ø
Bising
usus (menurun atau meningkat)
Ø
TTV
Ø
Palpasi
nadi perifer (meningkat)
Ø
Kontur
abdomen
Ø
Kebutuhan
klien dalam melakukan aktifitas sehari-hari
Ø
Keadaan
gizi (diet tinggi protein, kalsium, intake cairan tidak adekuat)
Pengkajian Sistim
tubuh
Integumen : Sianosis/pucat
Kepala
dan leher : Higiene Kepala, bendungan vena jugularis
Telinga : Biasanya tidak ditemukan
kelainan
Mata : Edema
Muka,
hidung : Sianosis
Toraks
paru : Pernafasan takipnoe,
penggunaan otot aksesori pernafasan
Sistim
kardiovaskuler : Dispnoe pada pengerahan tenaga, takikardi
Abdomen : Distensi abdomen, nyeri tekan
abdome, penurunan bising
Usus
Sistim
urogenital : Oliguria, Hematuria, piuria, perubahan pola berkemih
Sist.
Muskuloskeletal : Kekauatan otot menurun
Sist.Persyarafan : Perubahan kesadaran
IV.
Pemeriksaan
Penunjang
Pemeriksaan
laboratorium
Ø Urinalisa
Ø Urin 24 jam
Ø Biokimia darah
Ø Kultur urin
Ø BUN/kreatinin
Ø Klorida dan
bikarbont serum
Ø Hitung darah
lengkap
Ø Hb/Ht
Foto rontgen
IVP
Sistoureterokopi
Ct scan
Ultrasound ginjal
B.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Beradasarkan pada data pengkajian, diagnosa
keperawatan pada pasien batu renal adalah sebagai berikut :
1. Nyeri b.d
obstruksi, inflamasi, dan abrasi urinarius
2. Perubahan eliminasi
urin b.d stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal atau ureteral,
obstruksi, inflamasi
3. Resiko tinggi terhadap
kekurangan volume cairan b.d mual, muntah, (kolik ureteral), diuresis pasca
obstruksi
PRIORITAS INTERVENSI KEPERAWATAN
- Menghilangkan nyeri/nyeri terkontrol
- Mempertahankan fungsi ginjal adekuat
- Mencegah komplikasi
4. Memberikan
informasi tentang prognosis, kebutuhan pengobatan, pencegahan terhadap
kekambuhan
C.
PERENCANAAN
- Nyeri b.d obstruksi, inflamasi dan abrasi urinarius
Tujuan : nyeri
dapat diatasi/nyeri berkurang
Kriteria Hasil :
·
Melaporkan
nyeri hilang dengan spasme terkontrol
·
Tampil
rileks, mampu tidur/istirahat dengan baik
TINDAKAN
|
RASIONAL
|
Mandiri
· Catat lokasi,
lamanya intensitas (skala 0-10) dan penyebaran. Perhatikan tnda non verbal,
contoh : peninggian TD dan nadi, gelisah, merintih, meggelepar
· Jelaskan penyebab
nyeri dan pentingnya melaporkan ke staf terhadap perubahan
kejadian.karakteristik nyeri
· Berikan tindakan
nyama, contoh pijatan punggung, lingkungan, istirahat
· Bantu atau dorong
penggunaan nafas berfouls, bimibingan imajinasi dan aktivitas terapeutik
· Dorong.bantu
dengan ambulasi sering sesuai indikasi dan tingkatkan pemasukan cairan
sedikitnya 3-4l/hari dalam toleransi jantung
· Perhatikan
keluhan peningkatan .menetapnya nyeri abdomen
Kolaborasi
:
· Berikan obat
sesuai indikasi
Ø
Narkotik, contoh meperidin (demerol), morfin
Ø
Antispasmodik, contoh Flavoskat (uripas), oksibutin
(ditropan)
Ø
Kortikosteroid
· Berikan kompres
hangat pada punggung
· Pertahankan
patensi kateter bila digunakan
|
·
Membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan kemajuan
gerakan kalkulus. Nyeri panggul sering menyebar ke punggung, lipat paha,
genitalia, sehubungan dengan proksimitas saraf pleksus dan pembuluh darah
yang menyuplai area lain.
·
Memberikan kesempatan untuk pemberian analgesik
sesuai waktu (membantu dalam meningkatkan kemampuan koping pasien dan dapat
menurunkan ansietas) dan mewaspadakan staf akan kemungkinan lewatnya batu
terjadi komplikasi. Penghentian tiba-tiba nyeri biasanya menunjukkan lewatnya
batu
·
Meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot dan
meningkatkan koping
·
Mengarahkan kembali perhatian dan membantu dalam
relaksasi otot
·
Hidrasi kuat meningkatkan lewatnya batu, mencegah
statis urine dan membantu mencegah pembentukan batu selanjutnya.
·
Obstruksi lengkap ureter dapat menyebabkan perforasi
dan ekstravasasi, urine ke dalam area perineal. Ini membutuhkan kedaruratan
bedah akut
·
Biasanya diberikan selama periode akut untuk
menurunkan kolik uretral dan meningkatkan relaksasi otot /mental
·
Menurunkan refleks spasme dapat menurunkan kolik dan
nyeri
·
Mungkin digunakan untuk menurunkan edema jaringan
untuk membantu gerakan batu
·
Menghilangkan tegangan otot dan dapat menurunkan
refleks spasme
·
Mencegah stasis/retensi urine, menurunkan resiko
peningkatan tekanan ginjal dan infeksi
|
- Perubahan eliminasi urin b.d stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal atau ureteral, obstruksi, inflamasi
Tujuan : Perubahan eliminasi urin tidak
terjadi
Kriteria Hasil :
- Berkemih dalam jumlah normal dan pola biasanya
- Tidak mengalami tanda obstruksi
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Mandiri
·
Awasi pemasukan dan pengeluaran dan karakteristik
urin
·
Tentukan pola berkemih normal pasien dan perhatikan
variasi
·
Dorong meninngkatkan pemasukan cairan
·
Periksa semua urin dan catat adanya keluaran batu dan
kirim ke labor untuk analisa
·
Selidiki keluhan kandung kemih penuh, palpasi untuk
distensi suprapubik. Perhatikan penurunan keluaran urin, adanya edema
periorbital / tergantung
·
Observasi perubahan status mental, perilaku, atau
tingkat kesadaran
Kolaborasi
·
Awasi pemeriksaan labor, contoh elektrolit, BUN,
kreatinin
·
Ambil urin untuk kultur dan sensitivitas
·
Berikan obat sesuai indikasi , contoh
Asetazolamid (diamox), alupurinol (zuoprim)
Hidroklorotiazid (esidrix, hidrouril), klortaridon
(higroton)
Amonium klorida, kalium atau natrium fosfat
(salhepatika)
·
Pertahankan patensi kateter tak menetap (uretral,
uretral, atau nefrostomi) bila menggunakan
·
Irigasi dengan asam atau larutan alkalin sesuai
indikasi
·
Siapkan pasien atau bantu untuk prosedur endoskopi,
contoh :
Prosedur basket
Stents ureteral
|
· Memberikan
informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi, contoh infeksi dan
perdarahan. Perdarahan dapat mengindikasikan penigkatan obstruksi atau
iritasi ureter. Catatan : perdarahan sehubungan dengan ulserai ureter jarang.
· Kalkulus dapat
menyebabkan eksitabilitas saraf, yang menyebabkan sensai kebutuhan berkemih
segera. Biasanya frekuensi dan urgensi meningkat bila kalkulus mendekati
pertemuan uretrovesikal.
· Peningkatan
hidrasi membilas bakteri, darah, dan debris dan dapat membantu lewatnya batu
· Penemuan batu
memungkinkan identifikasi tipe batu dan mempengaruhi pilihan terapi
· Retensi urin
ddapat terjadi menyebabkan distensi jaringan (kandung kemih/ginjal) dan
potensial resiko infeksi, gagal ginjal
· Akumulasi sisa
uremik dan ketidakseimbangan elektrolit dapat menjadi toksik pada SSP
· Peningkatan Bun,
kreatinin dan elektrolit mengindikasikan disfungsi ginjal
· Menentukan adanya
Isk, yang menyebabkan/gejala komplikasi
· Meningkatkan PH
urin (alkalinitas) untuk menurunkan batu asam
· Mungkin digunakan
untuk mencegah statis urin dan menurunkan pembentukan batu kalsium bila tidak
berhubungan dengan proses penyakit dasar seperti hipertiroidisme primer atau
abnormalitas vitamin D
· Menurunkan
pembentukan batu posfat
· Mungkin
diperlukan untuk membantu aliran urine /mencegah retnsi dan komplikasi.
catatan: selang mungkin terhambat oleh fragmen batu
· Mengubah PH urin
dapat membantu pelarutan batu dan mencegah pembentukan batu selanjutnya
· Kalkulus pada
ureter distal dan tengah mungkin digerakkan oleh sistokop endoskopi dengan
penangkapan batu dalam kandung kateter
· Kateter
diposisikann diatas batu untuk meningkatkan dilatasi uretra/lewatnya batu.
Irigasi kontinu atau intermitten dapat dilakukan untuk membilas ureter dan
memperthankan PH urine
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar