Asuhan Keperawatan pada Klien Dengan Diabetes Mellitus Gestasional (DMG)


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) didefinisikan sebagai gangguan toleransi glukosa dengan tingkat yang diketahui pertama kali saat hamil tanpa membedakan penderita perlu mendapat insulin atau tidak. Pada kehamilan trimester pertama kadar glukosa akan turun antara 55-65% dan hal ini merupakan respon terhadap transportasi glukosa dari ibu ke janin. Sebagian besar DMG asimtomatis sehingga diagnosis ditentukan secara kebetulan pada saat pemeriksaan rutin. (http://creasoft.wordpress.com/2008/04/26/diabetes-mellitus-pada-kehamilan).
Pada pasien yang telah menderita DM sebelumnya jika kemudian hamil maka akan cukup rawan untuk terjadi komplikasi pada janin yang dikandung, dan juga kesehatan si ibu dapat memburuk apabila terjadi komplikasi-komplikasi diabetik.(Engkus Kusmiati,2007). Semua jenis diabetes mellitus memiliki gejala yang mirip dan komplikasi pada tingkat lanjut. Hiperglikemia sendiri dapat menyebabkan dehidrasi dan ketoasidosis. Komplikasi jangka lama termasuk penyakit kardiovaskular (risiko ganda), kegagalan kronis ginjal (penyebab utama dialisis), kerusakan retina yang dapat menyebabkan kebutaan, serta kerusakan saraf yang dapat menyebabkan impotensi dan gangren dengan risiko amputasi. Komplikasi yang lebih serius lebih umum bila kontrol kadar gula darah buruk.(www.rumahdiabetes.com)
Di Indonesia, dengan menggunakan kriteria diagnosis O’Sullivan-Mahan dilaporkan prevalensi diabetes mellitus pada kehamilan adalah sebesar 1,9–3,6% pada kehamilan umum. Pada ibu hamil dengan riwayat keluarga menderita diabetes mellitus, prevalensinya menjadi 5,1%.(Yenni. 2008). Sedangkan menurut Dr. Diapari Siregar Sp.OG dari berbagai Rumah Sakit di Jakarta, setiap wanita hamil memiliki risiko menderita DMG berkisar 2-5 persen, bahkan pada populasi tinggi bisa meningkat 7-9 persen dan seorang wanita yang telah menderita diabetes mellitus sebelum hamil memiliki risiko lebih besar untuk menderita diabetes mellitus saat hamil. Meskipun begitu tidak menutup kemungkinan bahwa wanita yang tidak mengidap diabetes mellitus pun terkena DMG (Diabetes Mellitus Gestasional) saat hamil.
Kondisi gula darah yang tinggi yang terjadi pada masa kehamilan umumnya akan kembali normal setelah masa kehamilan. Diabetes Melitus menempati urutan ke-4 dalam ranking pembunuh manusia. Kongres Federasi Diabetes International tahun 2003 menyebutkan bahwa sekitar 194 Juta orang di dunia menderita penyakit ini. Di Indonesia sendiri tercatat 2,5 juta orang dan diperkirakan akan terus bertambah. Diabetes mellitus perlu untuk diperhatikan karena risiko morbiditas dan mortalitas pada maternal dan perinatal tinggi. Akan tetapi, dengan pengelolaan dan penatalaksanaan yang baik maka hasilnya dapat menjadi baik.

B. Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
Tujuan umum adalah memberikan asuhan keperawatan pada Ibu Hamil dengan Diabetes mellitus Gestasional.

Tujuan Khusus
  1. Untuk mengetahui Definisi dan Etiologi DM Gestasional
  2. Untuk mengetahui Patofisiologi DM Gestasional
  3. Untuk mengetahui Penegakan DM Gestasional
  4. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada pasien DM Gestasional


BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar
1. Pengertian .
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Mansjoer, 2000).
Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002).
Diabetes Mellitus klinis adalah suatu sindroma gangguan metabolisme dengan hiperglikemia yang tidak semestinya sebagai akibat suatu defisiensi sekresi insulin atau berkurangnya efektifitas biologis dari insulin atau keduanya. (Francis dan John, 2000),

2. Klasifikasi Diabetes mellitus
a. Klasifikasi Diabetes Mellitus secara Umum.
1. Tipe I: Diabetes Mellitus tergantung insulin (Insulin Dependen Diabetes Mellitus : IDDM.)
2. Tipe II: Diabetes Mellitus tidak tergantung insulin (Non Insulin Dependen Diabetes Mellitus: NIDDM).
3. Diabetes Mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya.
4. Diabetes mellitus Gestasional (DMG).

b. Klasifikasi menurut umur, waktu penyakit timbul, lama sakit, berat penyakit, dan komplikasi (White)
1. Kelas A: Diabetes laten (subklinis atau diabetes hamil). Uji toleransi gula tidak normal. Pengobatan tidak memerlukan insulin, cukup dengan diet saja. Prognosis untuk ibu dan janin baik.
2. Kelas B: Diabetes dewasa diketahui setelah usia 19 tahun; berlangsung kurang dari 10 tahun; tidak disertai kelainan pembuluh darah.
3. Kelas C: timbul pada umur 10-19 tahun, menderita selama 10-19 tahun; tanpa kelainan pembuluh darah.
4. Kelas D: Diderita sejak umur 10 tahun; lama 20 tahun; disertai kelainan pembuluh darah seperti arteriosklerosis pada retina, tungkai, dan renitis.
6. Kelas E: Telah terjadi kalsifikasi pembuluh darah.
7. Kelas F: Diabetes dengan nefropatia, termasuk glomerulonefritis dan pielonefritis.
8. Kelas R: Diabetes dengan komplikasi retinistis proliferans atau dengan perdarahan dalam korpus vitreum.
9. Kelas H: Diabetes dengan komplikasi penyakit koroner.

3. Etiologi
Factor Predisposisi diabetes mellitus pada kehamilan :

1. Umur sudah mulai tua
2. Multiparitas
3. Penderita gemuk
4.riwayat melahirkan anak lebih besar dari 4000 g
5. Bersifat keturunan
6. Riwayat kehamilan : Sering meninggal dalam rahim, Sering mengalami lahir mati, Sering mengalami keguguran
7. Faktor autoimun setelah infeksi mumps, rubella dan coxsakie B4.
8. Meningkatnya hormon antiinsulin seperti GH, glukogen, ACTH, kortisol, dan epineprin.
9. Obat-obatan.


4. Patofisiologi
Dengan makan masing-masing, wanita hamil mengalami serangkaian tindakan hormonal kompleks ibu (yaitu, peningkatan glukosa darah; sekresi insulin pankreas sekunder, glukagon, somatomedins, dan katekolamin adrenal).Penyesuaian ini menjamin bahwa cukup, namun tidak berlebihan, pasokan glukosa tersedia untuk ibu dan janin.
Ibu hamil cenderung untuk mengembangkan hipoglikemia (glukosa plasma rata-rata = 65-75 mg / dL) antara waktu makan dan saat tidur. Hal ini terjadi karena janin terus menarik glukosa melalui plasenta dari aliran darah ibu, bahkan selama periode puasa.
hipoglikemia Interprandial menjadi semakin ditandai sebagai kehamilan berlanjut dan permintaan glukosa meningkat janin. Tingkat steroid plasenta dan hormon peptida (misalnya, estrogen, progesteron, dan somatomammotropin chorionic) meningkat secara linear sepanjang trimester kedua dan ketiga.
Karena hormon ini memberi jaringan resistensi insulin meningkat naik tingkat mereka, permintaan untuk sekresi insulin meningkat dengan semakin escalates makan selama kehamilan.Dua puluh empat jam berarti tingkat insulin 50% lebih tinggi pada trimester ketiga dibandingkan dengan keadaan tidak hamil. Ini biasanya bermanifestasi sebagai episode berulang Hiperglikemi postprandial.Episode ini postprandial yang paling signifikan bertanggung jawab untuk pertumbuhan dipercepat dipamerkan oleh janin.hiperinsulinemia janin mempromosikan penyimpanan kelebihan gizi, sehingga macrosomia
Pengeluaran energi yang berhubungan dengan konversi kelebihan glukosa menjadi penyebab penurunan lemak dalam kadar oksigen janin. Episode ini hipoksia janin yang disertai dengan lonjakan di katekolamin adrenal, yang, pada gilirannya, menyebabkan hipertensi, remodelling jantung dan hipertrofi, stimulasi eritropoietin, hiperplasia sel darah merah, dan peningkatan hematokrit. Polisitemia (hematokrit> 65%) terjadi pada 5-10% dari bayi yang baru lahir dari ibu diabetes. Temuan ini tampaknya berhubungan dengan tingkat kontrol glisemik dan ditengahi oleh penurunan tegangan oksigen janin.
Hematokrit tinggi nilai-nilai dalam memimpin neonatus untuk sludging pembuluh darah, sirkulasi yang buruk, dan hiperbilirubinemia pascakelahiran. Di sisi lain, gula darah postprandial nilai puncak jarang melebihi 120 mg / dL. Meticulous replication of the normal glycemic profile during pregnancy has been demonstrated to reduce the macrosomia rate. Teliti replikasi dari profil glisemik normal selama kehamilan telah ditunjukkan untuk mengurangi tingkat macrosomia.Secara khusus, ketika kadar glukosa 2 jam postprandial diselenggarakan kurang dari 120 mg / dL, sekitar 20% dari janin menunjukkan macrosomia. Sebaliknya, jika tingkat postprandial jangkauan hingga 160 mg / dL, harga macrosomia naik menjadi 35%.

5. Tanda dan gejala klinis
Tanda dan gejala klinis patogenesis Diabetes Melitus menurut Mansjoer,
(2000), yaitu sebagai berikut :

  • Polifagia.
  • Mata kabur .
  • Poliuria.
  • Pruritus vulva.
  • Polidipsi
  • Ketonemia.
  • Lemas.
  • Glikosuria.
  • BB menurun.
  • Gula darah 2 jam pp > 200 mg/dl.
  • Kesemutan.
  • Gula darah puasa > 126 mg/dl
  • Gula darah sewaktu > 200 mg/dl.
  • Gatal

6. Komplikasi
a. Akut
  • Hipoglikemia
  • Koma Ketoasidosis
  • Koma hiperosmolar nonketotik
b. Kronik
  • Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar ; pembuluh darah jantung, pembuluh darah tepi, dan pembuluh darah otak.
  • Mikroangiopati, mengenai pembuluh darah kecil; retinopati diabetik, nefropati diabetik.
  • Neuropati diabetik. 
  • Rentan infeksi, seperti tuberkulosis paru, gingivitis,
  • dan infeksi saluran kemih.
  • Kaki diabetik

7. Pengaruh diabetes gestasional
Pengaruh diabetes gestasional Diabetes Melitus menurut, Prawirohardjo, (2002).
1. Pengaruh DM terhadap kehamilan.
a. Abortus dan partus prematurus.
b. Pre eklamsia.
c. Hidroamnion.
d. Insufisiensi plasenta.
2. Pengaruh DM terhadap janin/bayi.
a. Kematian hasil konsepsi dalam kehamilan muda mengakibatkan abortus.
b. Cacat bawaan.
c. Dismaturitas.
d. Janin besar (makrosomia)
e. Kematian dalam kandungan.
f. Kematian neonatal.
g. Kelainan neurologik dan psikologik
3. Pengaruh Kehamilan terhadap DM 
a. Nausea dan vomiting à hipoglikemik syok à insulin resisten jika terjadi ketosis
b. Wanita hamil mudah menjadi asidosis metabolik akibat penghematan karbohidrat dan lipolisis dan pengaruh hormon laktogen plasenta
c.  Infeksi selama kehamilan à resistensi insulin dan ketoasidosis
d.  Setelah melahirkan kebutuhan insulin menurun secara cepat, jika terjadi infeksi nifas menghambat respon ini
4. Pengaruh kehamilan, persalinan dan nifas terhadap DM
a. Kehamilan dapat menyebabkan status pre diabetik menjadi manifes ( diabetik )
b. DM akan menjadi lebih berat karena kehamilan
5. Pengaruh DM terhadap persalinan
a. Gangguan kontraksi otot rahim partus lama / terlantar.
b. Janin besar sehingga harus dilakukan tindakan operasi.
c. Gangguan pembuluh darah plasenta sehingga terjadi asfiksia sampai dengan lahir mati
d. Perdarahan post partum karena gangguan kontraksi otot rahim.
e. Post partum mudah terjadi infeksi.
f. Bayi mengalami hypoglicemi post partum sehingga dapat menimbulkan kematian
6. Pengaruh DM terhadap nifas
a. Mudah terjadi infeksi post partum
b. Kesembuhan luka terlambat dan cenderung infeksi mudah menye

8. Penanganan
a. Pengobatan secara medis
  • Meningkatkan jumlah insulin
  • Sulfonilurea (glipizide GITS, glibenclamide, dsb.)
  • Meglitinide (repaglinide, nateglinide)
  • Insulin injeksi
  • Meningkatkan sensitivitas insulin
  • Biguanid/metformin
  • Thiazolidinedione (pioglitazone, rosiglitazone)
  • Memengaruhi penyerapan makanan
  • Acarbose
  • Hati-hati risiko hipoglikemia berikan glukosa oral (minuman manis atau permen)
b. Penatalaksanaan obstetrik
1. Persalinan dilakukan:
·   Pertahankan janin sampai aterm (cukup umur) dan lahir dengan spontan.
·   Usahakan lakukan persalinan pada minggu 37-38 kehamilan.
·   Bisa dilakukan Primer seksio sesarea.
2. Penanganan bayi dengan DM:
·   Bayi dengan DM disamakan penanganannya dengan bayi prematur.
·   Observasi kemungkinan hipoglisemia pada bayi.
·   Rawat bayi di Perawatan intensif: neonatus intensif unit care dengan pengawasan ahli neonatologi.

9. Pemeriksaan Diagnostik
a.       Adanya kadar glukosa darah yang tinggi secara abnormal. Kadar gula darah pada waktu puasa > 140 mg/dl. Kadar gula sewaktu >200 mg/dl.
b.      Tes toleransi glukosa. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam pp >200 mg/dl.
c.       Glukosa darah: darah arteri / kapiler 5-10% lebih tinggi daripada darah vena, serum/plasma 10-15% daripada darah utuh, metode dengan deproteinisasi 5% lebih tinggi daripada metode tanpa deproteinisasi
d.      Glukosa urin: 95% glukosa direabsorpsi tubulus, bila glukosa darah > 160-180% maka sekresi dalam urine akan naik secara eksponensial, uji dalam urin: + nilai ambang ini akan naik pada orang tua. Metode yang populer: carik celup memakai GOD.
e.       Benda keton dalam urine: bahan urine segar karena asam asetoasetat cepat didekrboksilasi menjadi aseton. Metode yang dipakai Natroprusid, 3-hidroksibutirat tidak terdeteksi
f.       Pemeriksan lain: fungsi ginjal ( Ureum, creatinin), Lemak darah: (Kholesterol, HDL, LDL, Trigleserid), Ffungsi hati, antibodi anti sel insula langerhans ( islet cellantibody)

10. Pencegahan
1. Primer : untuk mengurangi obesitas dan BB.
2. Sekunder : deteksi dini, kontrol penyakit hipertensi, anto rokok, perawatan.
3. Tersier : Pendidikan tentang perawatan kaki, cegah ulserasi, gangren dan amputasi, pemeriksaan optalmologist, albuminuria monitor penyakit ginjal, kontrol hipertensi, status metabolic dan diet rendah protein, pendidikan pasien tentang penggunaan medikasi untuk mengontrol medikasi



B.Asuhan Keperawatan.
1. Pengkajian

Sirkulasi
Nadi pedialis dan pengisian kapiler ekstremitas mungkin menurun atau melambat pada DM
Edema atau peningkatan TD

Eliminasi
Dapat mengalami riwayat pielonefritis , Infeksi Saluran Kemih, Nefropati,
Poliuria

Makanan / cairan
Polidipsia, polifagia
Mual muntah
Obesitas penambahan BB berlebihan atau tidak adekuat, klien dengan DMG biasanya gemuk, klien dengan IDDM biasanya tidak gemuk sebelum kehamilan
Nyeri tekan abdomen
Dapat mengeluh mengalami hipoglikemia, hipoglikosuria,

Keamanan
Integritas atau sensasi kulit lengan, paha, bokong, dan abdomen dapat berubah karena injeksi insulin yang sering
Kerusakan penglihatan atau retinopati mungkin ada
Riwayat gejala – gejala infeksi dan atau budaya positif terhadap infeksi, khususnya perkemihan atau vagina

Seksualitas
Tunggi fundus mungkin lebih tinggi atau lebih rendah dari normal terhadap usia gestasi (hidramnion, ketidaktepatan pertumbuhan janin)
Riwayat neonatus besar terhadap usia gestasi (LGA), hidramnion anomali

Interaksi Sosial
Masalah atau faktor sosial ekonomi dapat meningkatkan risiko komplikasi
Ketidakadekuatan atau kurangnya sistem pendukung yang bertanggung jawab (dapat secara negatif mempengaruhi kontrol diabetik)

Penyuluhan atau pembelajaran
BB klien saat lahir kemungkinan 4 kg atau lebih
Dapat mengeluh masalah atau perubahan baru pada stabilitas diabetes
Riwayat keluarga Diabetes, Diabetes Mellitus Gestasional, Hipertensi karena kehamilan, masalah infertilitas, lahir mati, aborsi spontan, hidramnion, makrosomia (lebih dari 4000 gr atau 9 lb saat lahir)

2. Diagnosa Keperawatan
a.       Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna dan menggunakan nutrisi kurang tepat.
b.      Resiko tinggi terhadap cedera janin berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa maternal, perubahan pada sirkulasi.
c.       Resiko tinggi terhadap cedera maternal berhubungan dengan ketidakadekuatan kontrol diabetik, profil darah abnormal atau anemia, hipoksia jaringan dan perubahan respon umum.
d.      Kurang pengetahuan tentang kondisi diabetik, prognosa dan kebutuhan tindakan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi, kesalahan informasi dan tidak mengenal sumber informasi.
e.       Resiko tinggi terhadap trauma, pertukaran gas pada janin berhubungan dengan ketidakadekuatan kontrol diabetik maternal, makrosomnia atau retardasi pertumbuhan intra uterin.
f.       Gangguan psikologis, ansietas berhubungan dengan situasi kritis atau mengancam pada status kesehatan maternal atau janin.

3. Rencana Tindakan Keperawatan
Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna dan menggunakan nutrisi kurang tepat.

Intervensi :
a. Timbang berat badan setiap kunjungan prenatal.
Rasional: Penambahan berat badan adalah kunci petunjuk untuk memutuskan penyesuaian kebutuhan kalori.
b. Kaji masukan kalori dan pola makan dalam 24 jam.
Rasional : Membantu dalam mengevaluasi pemahaman pasien tentang aturan diet.
c. Tinjau ulang dan berikan informasi mengenai perubahan yang diperlukan pada penatalaksanaan diabetic.
Rasional : Kebutuhan metabolisme dari janin dan ibu membutuhkan perubahan besar selama gestasi memerlukan pemantauan ketat dan adaptasi.
d. Tinjau ulang tentang pentingnya makanan yang teratur bila memakai insulin.
Rasional : Makan sedikit dan sering menghindari hiperglikemia , sesudah makan dan kelaparan.
e. Perhatikan adanya mual dan muntah khususnya pada trimester pertama.
Rasional : Mual dan muntah dapat mengakibatkan defisiensi karbohidrat yang dapat mengakibatkan metabolisme lemak dan terjadinya ketosis.
f. Kaji pemahaman stress pada diabetic.
Rasional : Stress dapat mengakibatkan peningkatan kadar glukosa, menciptakan fluktuasi kebutuhan insulin.

Resiko Tinggi cidera janin berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa maternal, perubahan pada sirkulasi.
Intervensi :
a. Kaji control diabetik sebelum konsepsi.
Rasional : Pengontrolan secara ketat sebelum konsepsi membantu menurunkan resiko mortalitas janin dan abnormal konginental.
b. Tentukan klasifikasi white terhadap diabetes.
Rasional : Janin kurang beresiko bila klasifikasi white adalah A, B, C dan apabila D adalah beresiko tinggi.
c. Kaji gerakan janin dan denyut janin setiap kunjungan.
Rasional : Terjadi insufisiensi plasenta dan ketosis maternal mungkin secara negatif mempengaruhi gerakan janin dan denyut jantung janin.
d. Observasi tinggi fundus uteri setiap kunjungan.
Rasional : Untuk mengidentifikasi pola pertumbuhan abnormal
e. Observasi urine terhadap keton.
Rasional : Benda keton dapat mengakibatkan kerusakan susunan syaraf pusat yang tidak dapat diperbaiki.
f. Berikan informasi dan buatkan prosedur untuk pemantauan glukosa dan penatalaksanaan diabetes di rumah.
Rasional : Penurunan mortalitas dan komplikasi morbiditas janin bayi baru lahir dan anomali congenitial dihubungkan dengan kenaikan kadar glukusa darah.
g. Pantauan adanya tanda tanda edema, proteinuria, peningkatan tekanan darah.
Rasional : sekitar 12% – 13% dari diabetes akan berkembang menjadi gangguan hipertensi karena perubahan kardiovaskuler berkenaan dengan diabetes.

Resiko tinggi terhadap cedera maternal berhubungan dengan perubahan kontrol diabetik, profil darah abnormal atau anemia, hipoksia jaringan dan perubahan respon imun.

Intervensi :
a. Perhatikan klasifikasi white untuk diabetes. Kaji derajad kontrol diabetik.
Rasional : Klien dengan klasifikasi D, E atau F adalah berisiko tinggi terhadap komplikasi kehamilan.
b. Kaji perdarahan pervaginam dan nyeri tekan abdomen.
Rasional: Perubahan vaskuler yang dihubungkan dengan diabetes menandakan resiko abrupsi plasenta.
c. Pantau terhadap tanda dan gejala persalinan preterm.
Rasional: Distensi uterus berlebihan karena makrosomia atau hidramnion dapat mempredisposisikan pada persalinan awal.
d. Bantu untuk belajar memantau glukosa darah di rumah yang dilakukan 6 kali sehari.
Rasional: Memungkinkan keakuratan tes urin yang lebih besar karena ambang ginjal terhadap glukosa menurun selama kehamilan.
e. Periksa keton dalam urin setiap hari.
Rasional: Ketonuria menandakan adanya kondisi kelaparan yang secara negatif dapat mempengaruhi perkembangan janin
f. Identifikasi kejadian hipoglikemia dan hiperglikemia.
Rasional: Insiden hipoglikemia sering terjadi pada trimester ketiga karena aliran glukosa darah dan asam amino yang kontinue pada janin dan untuk menurunkan kadar insulin antagonis laktogen plasenta. Insiden hiperglikemia memerlukan regulasi diet atau insulin untuk normoglikemia khususnya pada trimester kedua dan ketiga karena kebutuhan insulin sering meningkat dua kali.

Kolaborasi :
a. Pantau kadar glukosa serum setiap kunjungan.
Rasional: Mendeteksi ancaman ketoasidosis, menentukan adanya ancaman hipoglikemia.
b. Dapatkan HbA1c setiap 2-4 minggu sesuai indikasi.
Rasional: Mengontrol secara akurat glukosa selama 60 hari terakhir.
c. Kaji Hb dan Ht pada kunjungan awal lalu selama trimester kedua dan preterm.
Rasional: Anemia mungkin ada dengan masalah vaskuler.

Kurang pengetahuan mengenai kondisi diabetes, prognosis dan kebutuhan tindakan berhubungan dengan kurang informasi, kesalahan informasi dan tidak mengenal sumber informasi.

Intervensi :
a. Kaji pengetahuan tentang proses dan tindakan terhadap penyakit termasuk hubungan dengan diet, latihan, stres dan kebutuhan insulin.
Rasional: Diabetes mellitus gestasional besisiko terhadap ambilan glukosa yang tidak efektif dalam sel, penggunaan lemak dan protein untuk energi secara berlebihan dan dehidrasi seluler saat air dialirkan dari sel oleh konsentrasi hipertonik glukosa dalam serum.
b. Tinjau ulang pentingnya pemantauan serum glukosa sedikitnya 6 kali sehari.
Rasional: Pengukuran glukosa darah penting untuk mengenali dampak diet dan latihan.
c. Berikan informasi tentang cara kerja dan efek merugikan insulin dan tinjau ulang alasan menghindari obat hipoglikemi oral.
Rasional: Perubahan metabolik prenatal menyebabkan kebutuhan insulin berubah. Trimester pertama kebutuhan insulin rendah tetapi menjadi dua kali dan empat kali selama trimester kedua dan ketiga. Meskipun insulin tidak melewati plasenta, agen hipoglikemi oral dapat dan potensial membahayakan janin.
d. Jelaskan penambahan berat badan normal.
Rasional: Pembatasan kalori dengan akibat ketonemia dapat menyebabkan kerusakan janin dan menghambat penggunaan protein optimal.
e. Berikan informasi tentang kebutuhan program latihan ringan.
Rasional: Latihan setelah makan dapat membantu mencegah hipoglikemia dan menstabilkan penyimpangan glukosa, kecuali terjadi peningklatan glukosa berlebihan, dimana latihan dapat meningkatkan ketoasidosis.

Resiko tinggi terhadap trauma, gangguan pertukaran gas pada janin berhubungan dengan ketidakadekuatan kontrol diabetik maternal, makrosomnia atau retardasi pertumbuhan intra uterin.

Intervensi :
a. Tinjau ulang riwayat pranatal dan kontrol maternal.
Rasional: Hiperglikemia maternal pada periode pranatal meningkatkan makrosomia, membuat janin berisiko terhadap cedera kelahiran karena distosia atau disporsia sefalopelvis. Kadar glukosa maternal yang tinggi pada kelahiran meransang pankreas janin, mengakibatkan hiperinsulinemia.
b. Periksa adanya glukosa atau keton dan albumin dalam urin ibu dan pantau tekanan darah.
Rasional: Peningkatan glukosa dan kadar keton menandakan ketoasidosis yang dapat mengakibatkan asidosis janin dan potensial cedera susunan syaeaf pusat.
c. Observasi tanda vital.
Rasional: Peningkatan infeksi asenden, dapat mengakibatkan sepsis neonatal.
d. Anjurkan posisi rekumben lateral selama persalinan.
Rasional: Meningkatkan perfusi plasenta dan meningkatkan kesediaan oksigen untuk janin.
e. Lakukan dan bantu dengan pemeriksaan vagina untuk menentukan kemajuan persalinan.
Rasional: Persalinan yang lama dapat meningkatkan resiko distres janin.

Kolaborasi :
a. Tinjau hasil tes pranatal seperti profil biofisikal, tes nonstres dan tes stres kontraksi.
Rasional: Memberikan informasi tentang cadangan pada plasenta untuk oksigenasi janin selama periode intrapartal.
b. Dapatkan atau tinjau ulang hasil dari amniosentesis dan ultrasonografi.
Rasional: Memberikan informasi tentang maturasi paru janin.
c. Pantai kadar glukosa serum maternal dengan finger stick setiap jam, kemudian setiap 2-4 jam sesuai indikasi.
Rasional: Peningkatan kebutuhan energi, penurunan kadar glikogen.
d. Observasi frekuensi denyut jantung janin.
Rasional: Tacikardi, bradikardi atau deselerasi lambat pada penurunan variabilitas menandakan kemungkinan hipoksia janin.

4. Evaluasi
a.       kebutuhan nutrisi terpenuhi, Mempertahankan kadar gula darah puasa antara 60-100 mg/dl dan 2 jam sesudah makan tidak lebih dari 140 mg/dl.
b.      Tetap normotensif.
c.       Mempertahankan normoglikemia.• Bebas dari komplikasi seperti infeksi, pemisahan plasenta.
d.      Berpartisipasi dalam penatalaksanaan diabetes selama kehamilan.
e.       Mengungkapkan pemahaman tentang prosedur, tes laboratorium dan aktivitas yang melibatkan pengontrolan diabetes.
f.       Kehamilan cukup bulan.
g.      Meningkatkan keberhasilan kelahiran dari bayi usia gestasi yang tepat
h.      cidera janin tidak terjadi, menunjukan reaksi Non stress test dan Oxytocin Challenge
i.        Test negative atau Construction Stress Test secara normal.

 
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Seperti halnya penyakit kencing manis pada umumnya, pada pemeriksaan gula darah pun ditemukan nilai yang tinggi pada kadar gula darah puasa dan 2 jam setelah makan serta bila dilakukan pemeriksaan kadar gula pada urine (air kencing) juga ditemukan reaksi positif. Pemeriksaan ini dapat diulang selama proses pengobatan dengan obat antidiabetes untuk memantau kadar gula darah
Tindakan yang dapat dilakukan pada pasien diabetes gestasional antara lain dengan tetap mengutamakan pengaturan diet diabetes, apabila kadar gula darah terlampau tinggi bisa dilakukan opname untuk regulasi dengan insulin baik intravena maupun suntikan subkutan. Jadi usahakan pada semua penderita hamil untuk memilih pengobatan dengan pengaturan diet bila tidak tercapai keadaan kadar gula darah yang normal baru disuntik dengan insulin. Obat tambahan lain bisa dengan vitamin vitamin untuk menjaga kondisi tubuh pasien.

B.     Saran
1.      Semoga makalah ini dapat menambah wawasan mahasiswa dalam praktek
2.      semoga makalah ini dapat menjadi literature dalam dalam pembelajaran
3.      semoga makalah ini dapat menjadi bahan bacaan yang dapat menambah ilmu pengetahuan

 

DAFTAR PUSTAKA

Fakultas Kedokteran Universitas Pedjajaran Bandung. (1984). Obstetri Patologi.
Bandung : Elstar Offset.
Doenges E, Marilynn. (2002) Rencana Asuhan Keperawatan. Kajarta : EGC
Mochtar, Rustam. Prof. DR. (1998). Sypnosis Obstetrik : Obstetrik Patologi. Edisi I.
Jakarta : EGC
Prawiroharjo, Sarwono. (2002). Ilmu Kebidanan. Jakarta : yayasan Bina Pustaka
Ikram, Ainal (2000) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus Pada Ibu Hamil jilid I Edisi ketiga, Jakarta : FKUI, 1996.
Arjatmo Tjokronegoro.(2002) Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Mansjoer, A, (2000). Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga, Jilid 1, Jakarta , Media Aesculapius.


Tidak ada komentar: