BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Kata autis berasal dari bahasa Yunani
"auto" berarti sendiri yang ditujukan pada seseorang yang menunjukkan
gejala "hidup dalam dunianya sendiri". Pada umumnya penyandang
autisma mengacuhkan suara, penglihatan ataupun kejadian yang melibatkan mereka.
Jika ada reaksi biasanya reaksi ini tidak sesuai dengan situasi atau malahan
tidak ada reaksi sama sekali. Mereka menghindari atau tidak berespon terhadap
kontak sosial (pandangan mata, sentuhan kasih sayang, bermain dengan anak lain
dan sebagainya).
Pemakaian istilah autis kepada penyandang
diperkenalkan pertama kali oleh Leo Kanner, seorang psikiater dari Harvard
(Kanner, Austistic Disturbance of Affective Contact) pada tahun 1943
berdasarkan pengamatan terhadap 11 penyandang yang menunjukkan gejala kesulitan
berhubungan dengan orang lain, mengisolasi diri, perilaku yang tidak biasa dan
cara berkomunikasi yang aneh.
Autis dapat terjadi pada semua kelompok masyarakat kaya miskin, di desa dikota, berpendidikan maupun tidak serta pada semua kelompok etnis dan budaya di dunia. Sekalipun demikian anak-anak di negara maju pada umumnya memiliki kesempatan terdiagnosis lebih awal sehingga memungkinkan tatalaksana yang lebih dini dengan hasil yang lebih baik.
Autis dapat terjadi pada semua kelompok masyarakat kaya miskin, di desa dikota, berpendidikan maupun tidak serta pada semua kelompok etnis dan budaya di dunia. Sekalipun demikian anak-anak di negara maju pada umumnya memiliki kesempatan terdiagnosis lebih awal sehingga memungkinkan tatalaksana yang lebih dini dengan hasil yang lebih baik.
Jumlah anak yang terkena autis makin bertambah. Di
Kanada dan Jepang pertambahan ini mencapai 40% sejak 1980. Di California
sendiri pada tahun 2002 disimpulkan terdapat 9 kasus autis per-harinya. Dengan
adanya metode diagnosis yang kian berkembang hampir dipastikan jumlah anak yang
ditemukan terkena Autisme akan semakin besar. Jumlah tersebut di atas sangat
mengkhawatirkan mengingat sampai saat ini penyebab autisme masih misterius dan
menjadi bahan perdebatan diantara para ahli dan dokter di dunia. Di Amerika
Serikat disebutkan autis terjadi pada 60.000 - 15.000 anak dibawah 15 tahun.
Kepustakaan lain menyebutkan prevalens autisme 10-20 kasus dalam 10.000 orang,
bahkan ada yang mengatakan 1 diantara 1000 anak. Di Inggris pada awal tahun
2002 bahkan dilaporkan angka kejadian autisma meningkat sangat pesat, dicurigai
1 diantara 10 anak menderita autis. Perbandingan antara laki dan perempuan
adalah 2,6 - 4 : 1, namun anak perempuan yang terkena akan menunjukkan gejala
yang lebih berat. Di Indonesia yang berpenduduk 200 juta, hingga saat ini belum
diketahui berapa persisnya jumlah penyandang namun diperkirakan jumlah anak
austime dapat mencapai 150 - 200 ribu orang.
Berdasarkan hal diatas, maka kami sebagai penulis
tertarik untuk lebih memahami konsep anak dengan autisme, dimana konsep ini
saling terkait satu sama lain. Semoga Askep ini dapat membantu para orang tua,
masyarakat umum dan khusnya kami (mahasiswa keperawatan) dalam memahami anak
dengan autisme, sehingga kami harapkan kedua anak dengan kondisi ini dapat
diperlakukan dengan baik.
B. Tujuan
a. Tujuan
umum
Agar
mahasiswa dapat mengetahui Asuhan Keperawatan pada anak dengan autism.
b. Tujuan
Khusus
a)
Mahasiswa memahami pengertian Autisme.
b)
Mahasiswa memahami etiologi dan manifestasi klinik autisme
c)
Mahasiswa memahami cara mengetahui autis pada anak.
d)
Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan anak
dengan autism.
C. Ruang
Lingkup
Batasan masalah yang akan dibahas dalam masalah ini
adalah kelainan perkembangan perpasif pada anak dengan autisme.
BAB
II
TINJAUAN
TEORITIS
A. Defenisi
Autisme masa
kanak-kanak dini adalah penarikan diri dan kehilangan kontak dengan realitas
atau orang lain. Pada bayi tidak terlihat tanda dan gejala. (Sacharin, R, M,
1996 : 305)
Autisme Infantil adalah
Gangguan kualitatif pada komunikasi verbal dan non verbal, aktifitas imajinatif
dan interaksi sosial timbal balik yang terjadi sebelum usia 30 bulan.(Behrman,
1999: 120)
Autisme menurut
Rutter 1970 adalah Gangguan yang melibatkan kegagalan untuk mengembangkan
hubungan antar pribadi (umur 30 bulan), hambatan dalam pembicaraan,
perkembangan bahasa, fenomena ritualistik dan konvulsif.(Sacharin, R, M, 1996:
305)
Autisme pada anak
merupakan gangguan perkembangan pervasif (DSM IV, sadock dan sadock 2000)
Dari pengertian
diatas dapat disimpulkan bahwa autisme adalah gangguan perkembangan pervasif,
atau kualitatif pada komunikasi verbal dan non verbal, aktivitas imajinatif dan
interaksi sosial timbal balik berupa kegagalan mengembangkan hubungan antar
pribadi (umur 30 bulan),hambatan dalam pembicaraan, perkembangan bahasa,
fenomena ritualistik dan konvulsif serta penarikan diri dan kehilangan kontak
dengan realitas.
B.
EPIDEMIOLOGI
Prevalensi 3-4 per
1000 anak. Perbandingan laki-laki dari wanita 3-4:1. Penyakit sistemik, infeksi
dan neurologi (kejang) dapat menunjukan gejala seperti austik.
C.
ETIOLOGI
a.
Genetik (80% untuk kembar monozigot dan 20% untuk kembar
dizigot) terutama pada keluarga anak austik (abnormalitas kognitif dan
kemampuan bicara).
b.
Kelainan kromosim (sindrom x yang mudah pecah atau
fragil).
c. Neurokimia (katekolamin, serotonin, dopamin belum pasti).
d. Cidera otak, kerentanan utama, aphasia, defisit pengaktif
retikulum, keadaan tidak menguntungkan antara faktor psikogenik dan
perkembangan syaraf, perubahan struktur serebellum, lesi hipokompus otak depan.
e. Penyakit otak organik dengan adanya gangguan komunikasi
dan gangguan
sensori serta kejang epilepsi
f. Lingkungan terutama sikap orang tua, dan kepribadian anak
Gambaran Autisme pada masa perkembangan anak dipengaruhi oleh
Pada masa bayi terdapat kegagalan mengemong atau menghibur anak, anak tidak berespon saat diangkat dan tampak lemah. Tidak adanya kontak mata, memberikan kesan jauh atau tidak mengenal. Bayi yang lebih tua memperlihatkan rasa ingin tahu atau minat pada lingkungan, bermainan cenderung tanpa imajinasi dan komunikasi pra verbal kemungkinan terganggu dan tampak berteriak-teriak. Pada masa anak-anak dan remaja, anak yang autis memperlihatkan respon yang abnormal terhadap suara anak takut pada suara tertentu, dan tercengggang pada suara lainnya. Bicara dapat terganggu dan dapat mengalami kebisuan. Mereka yang mampu berbicara memperlihatkan kelainan ekolialia dan konstruksi telegramatik. Dengan bertumbuhnya anak pada waktu berbicara cenderung menonjolkan diri dengan kelainan intonasi dan penentuan waktu. Ditemukan kelainan persepsi visual dan fokus konsentrasi pada bagian prifer (rincian suatu lukisan secara sebagian bukan menyeluruh). Tertarik tekstur dan dapat menggunakan secara luas panca indera penciuman, kecap dan raba ketika mengeksplorais lingkungannya. Pada usia dini mempunyai pergerakan khusus yang dapt menyita perhatiannya (berlonjak, memutar, tepuk tangan, menggerakan jari tangan). Kegiatan ini ritual dan menetap pada keaadan yang menyenangkan atau stres. Kelainann lain adalh destruktif , marah berlebihan dan akurangnya istirahat.
Pada masa remaja perilaku tidak sesuai dan tanpa inhibisi, anak austik dapat menyelidiki kontak seksual pada orang asing.
Gambaran Autisme pada masa perkembangan anak dipengaruhi oleh
Pada masa bayi terdapat kegagalan mengemong atau menghibur anak, anak tidak berespon saat diangkat dan tampak lemah. Tidak adanya kontak mata, memberikan kesan jauh atau tidak mengenal. Bayi yang lebih tua memperlihatkan rasa ingin tahu atau minat pada lingkungan, bermainan cenderung tanpa imajinasi dan komunikasi pra verbal kemungkinan terganggu dan tampak berteriak-teriak. Pada masa anak-anak dan remaja, anak yang autis memperlihatkan respon yang abnormal terhadap suara anak takut pada suara tertentu, dan tercengggang pada suara lainnya. Bicara dapat terganggu dan dapat mengalami kebisuan. Mereka yang mampu berbicara memperlihatkan kelainan ekolialia dan konstruksi telegramatik. Dengan bertumbuhnya anak pada waktu berbicara cenderung menonjolkan diri dengan kelainan intonasi dan penentuan waktu. Ditemukan kelainan persepsi visual dan fokus konsentrasi pada bagian prifer (rincian suatu lukisan secara sebagian bukan menyeluruh). Tertarik tekstur dan dapat menggunakan secara luas panca indera penciuman, kecap dan raba ketika mengeksplorais lingkungannya. Pada usia dini mempunyai pergerakan khusus yang dapt menyita perhatiannya (berlonjak, memutar, tepuk tangan, menggerakan jari tangan). Kegiatan ini ritual dan menetap pada keaadan yang menyenangkan atau stres. Kelainann lain adalh destruktif , marah berlebihan dan akurangnya istirahat.
Pada masa remaja perilaku tidak sesuai dan tanpa inhibisi, anak austik dapat menyelidiki kontak seksual pada orang asing.
D. CARA MENGETAHUI AUTISME PADA ANAK
Anak mengalami
autisme dapat dilihat dengan:
a.
Orang tua harus mengetahui tahap-tahap perkembangan
normal.
b.
Orang tua harus mengetahui tanda-tanda autisme pada anak.
c.
Observasi orang tua, pengasuh, guru tentang perilaku anak
dirumah, diteka, saat bermain, pada saat berinteraksi sosial dalam kondisi
normal.
Tanda autis berbeda
pada setiap interval umumnya.
a.
Pada usia 6 bulan sampai 2 tahun anak tidak mau dipeluk
atau menjadi tegang bila diangkat ,cuek menghadapi orangtuanya, tidak
bersemangat dalam permainan sederhana (ciluk baa atau kiss bye), anak tidak
berupaya menggunakan kat-kata. Orang tua perlu waspada bila anak tidak tertarik
pada boneka atau binatan gmainan untuk bayi, menolak makanan keras atau tidak
mau mengunyah, apabila anak terlihat tertarik pada kedua tangannya sendiri.
b.
Pada usia 2-3 tahun dengan gejal suka mencium atau
menjilati benda-benda, disertai kontak mata yang terbatas, menganggap orang
lain sebagai benda atau alat, menolak untuk dipeluk, menjadi tegang atau
sebaliknya tubuh menjadi lemas, serta relatif cuek menghadapi kedua orang
tuanya.
c.
Pada usia 4-5 tahun ditandai dengan keluhan orang tua
bahwa anak merasa sangat terganggu bila terjadi rutin pada kegiatan
sehari-hari. Bila anak akhirnya mau berbicara, tidak jarang bersifat ecolalia
(mengulang-ulang apa yang diucapkan orang lain segera atau setelah beberapa
lama), dan anak tidak jarang menunjukkan nada suara yang aneh, (biasanya
bernada tinggi dan monoton), kontak mata terbatas (walaupun dapat diperbaiki),
tantrum dan agresi berkelanjutan tetapi bisa juga berkurang, melukai dan
merangsang diri sendiri.
E.
MANIFESTASI
KLINIS
Manifestasi klinis
yang ditemuai pada penderita Autisme :
a.
Penarikan diri, Kemampuan komunukasi verbal (berbicara)
dan non verbal yang tidak atau kurang berkembang mereka tidak tuli karena dapat
menirukan lagu-lagu dan istilah yang didengarnya, serta kurangnya sosialisasi
mempersulit estimasi potensi intelektual kelainan pola bicara, gangguan
kemampuan mempertahankan percakapan, permainan sosial abnormal, tidak adanya
empati dan ketidakmampuan berteman. Dalam tes non verbal yang memiliki
kemampuan bicara cukup bagus namun masih dipengaruhi, dapat memperagakan
kapasitas intelektual yang memadai. Anak austik mungkin terisolasi, berbakat
luar biasa, analog dengan bakat orang dewasa terpelajar yang idiot dan
menghabiskan waktu untuk bermain sendiri.
b.
Gerakan tubuh stereotipik, kebutuhan kesamaan yang
mencolok, minat yang sempit, keasyikan dengan bagian-bagian tubuh.
c.
Anak biasa duduk pada waktu lama sibuk pada tangannya,
menatap pada objek. Kesibukannya dengan objek berlanjut dan mencolok saat
dewasa dimana anak tercenggang dengan objek mekanik.
d.
Perilaku ritualistik dan konvulsif tercermin pada
kebutuhan anak untuk memelihara lingkungan yang tetap (tidak menyukai
perubahan), anak menjadi terikat dan tidak bisa dipisahkan dari suatu objek,
dan dapat diramalkan .
e.
Ledakan marah menyertai gangguan secara rutin.
f.
Kontak mata minimal atau tidak ada.
g.
Pengamatan visual terhadap gerakan jari dan tangan,
pengunyahan benda, dan menggosok permukaan menunjukkan penguatan kesadaran dan
sensitivitas terhadap rangsangan, sedangkan hilangnya respon terhadap nyeri dan
kurangnya respon terkejut terhadap suara keras yang mendadak menunjukan
menurunnya sensitivitas pada rangsangan lain.
h.
Keterbatasan kognitif, pada tipe defisit pemrosesan
kognitif tampak pada emosional
i.
Menunjukan echolalia (mengulangi suatu ungkapan atau kata
secara tepat) saat berbicara, pembalikan kata ganti pronomial, berpuisi yang
tidak berujung pangkal, bentuk bahasa aneh lainnya berbentuk menonjol. Anak
umumnya mampu untuk berbicara pada sekitar umur yang biasa, kehilangan kecakapan
pada umur 2 tahun.
j.
Intelegensi dengan uji psikologi konvensional termasuk
dalam retardasi secara fungsional.
k.
Sikap dan gerakan yang tidak biasa seperti mengepakan
tangan dan mengedipkan mata, wajah yang menyeringai, melompat, berjalan
berjalan berjingkat-jingkat.
Ciri yang khas pada anak yang austik :
a.
Defisit keteraturan verbal.
b.
Abstraksi, memori rutin dan pertukaran verbal timbal
balik.
c. Kekurangan teori berfikir (defisit pemahaman yang
dirasakan atau dipikirkan orang lain).
Menurut Baron dan kohen 1994 ciri utama anak autisme
adalah:
a.
Interaksi sosial dan perkembangan sossial yang abnormal.
b.
Tidak terjadi perkembangan komunikasi yang normal.
c.
Minat serta perilakunya terbatas, terpaku, diulang-ulang,
tidak fleksibel dan tidak imajinatif.
Ketiga-tiganya muncul bersama sebelum usia 3 tahun.
F.
PENGOBATAN
Orang tua perlu
menyesuaikan diri dengan keadaan anaknya, orang tua harus memeberikan perawatan
kepada anak temasuk perawat atau staf residen lainnya. Orang tua sadar adanaya
scottish sosiety for autistik children dan natinal sosiety for austik children
yang dapat membantu dan dapat memmberikan pelayanan pada anak autis. Anak autis
memerlukan penanganan multi disiplin yaitu terapi edukasi, terapi perilaku,
terapi bicara, terapi okupasi, sensori integasi, auditori integration training
(AIT),terapi keluarga dan obat, sehingga memerlukan kerja sama yang baik antara
orang tua , keluarga dan dokter.
Pendekatan
terapeutik dapat dilakukan untuk menangani anak austik tapi keberhasilannya
terbatas, pada terapi perilaku dengan pemanfaatan keadaan yang terjadi dapat
meningkatkan kemahiran berbicara. Perilaku destruktif dan agresif dapat diubah
dengan menagement perilaku.
Latihan dan
pendidikan dengan menggunakan pendidikan (operant konditioning yaitu dukungan
positif (hadiah) dan hukuman (dukungan negatif). Merupakan metode untuk
mengatasi cacat, mengembangkan ketrampilan sosial dan ketrampilan praktis.
Kesabaran diperlukan karena kemajuan pada anak autis lambat.
Neuroleptik dapat
digunakan untuk menangani perilaku mencelakkan diri sendiri yang mengarah pada
agresif, stereotipik dan menarik diri dari pergaulan sosial.
Antagonis opiat
dapat mengatasi perilaku, penarikan diri dan stereotipik, selain itu terapi
kemampuan bicara dan model penanganan harian dengan menggunakan permainan
latihan antar perorangan terstruktur dapt digunakan.
Masalah perilaku yang biasa seperti bising, gelisah atau melukai diri sendiri dapat diatasi dengan obat klorpromasin atau tioridasin.
Masalah perilaku yang biasa seperti bising, gelisah atau melukai diri sendiri dapat diatasi dengan obat klorpromasin atau tioridasin.
Keadaan tidak dapat
tidur dapat memberikan responsedatif seperti kloralhidrat, konvulsi
dikendalikan dengan obat anti konvulsan. Hiperkinesis yang jika menetap dan
berat dapat ditanggulangi dengan diit bebas aditif atau pengawet.
Ada
pun Macam-macam terapi autis lainnya diantaranya:
Terapi akupunktur. Metode tusuk jarum ini diharapkan
bisa menstimulasi sistem saraf pada otak hingga dapat bekerja kembali.
Terapi musik. Lewat terapi ini, musik diharapkan
memberikan getaran gelombang yang akan berpengaruh terhadap permukaan membran
otak. Secara tak langsung, itu akan turut memperbaiki kondisi fisiologis.
Harapannya, fungsi indera pendengaran menjadi hidup sekaligus merangsang
kemampuan berbicara.
Terapi balur. Banyak yang yakin autisme disebabkan
oleh tingginya zat merkuri pada tubuh penderita. Nah, terapi balur ini
bertujuan mengurangi kadar merkuri dalam tubuh penyandang autis. Caranya,
menggunakan cuka aren campur bawang yang dilulurkan lewat kulit. Tujuannya
melakukan detoksifikasi gas merkuri.
Terapi perilaku. Tujuannya, agar sang anak
memfokuskan perhatian dan bersosialisasi dengan lingkungannya. Caranya dengan
membuat si anak melakukan berbagai kegiatan seperti mengambil benda yang ada di
sekitarnya.
Terapi anggota keluarga. Orangtua harus mendampingi
dan memberi perhatian penuh pada sang anak hingga terbentuk ikatan emosional
yang kuat. Umumnya, terapi ini merupakan terapi pendukung yang wajib dilakukan
untuk semua jenis terapi lain
Dan terakhir, adalah terapi lumba-lumba. Telah
diketahui oleh dunia medis bahwa di tubuh lumba-lumba teerkandung potensi yang
bisa menyelaraskan kerja saraf motorik dan sensorik pendeerita autis. Sebab
lumba-lumba mempunyai gelomba sonar (gelombang suara dengan frewkuensi
tertentu) yang dapat merangsang otak manusia untuk memproduksi energi yang ada
dalam tulang tengkorak, dada, dan tulang belakang pasien sehingga dapat
membentuk keseimbangan antara otak kanan dan kiri. Selain itu, gelombang suara
dari lumba-lumba juga dapat meningkatkan neurotransmitter.
Terapi
anak autis dengan lumba-lumba sudah terbukti 4 kali lebih efektif dan lebih
cepat dibanding terpi lainnya. Gelombang suara yang dipancarkan lumba-lumba
ternyata berpengaruh pada perkembangan otak anak autis.
Bedasarkan
keberhasilan terapi gelombang lumba-lumba, maka CD Terapi Anak Autis ini
diciptakan. Gelombang Sonar yang dihasilkan oleh lumba-lumba bisa direkam, dan
ditiru pola gelombangnya untuk diproduksi secara digital. Produk CD ini adalah
hasil karya digita yang "meniru" pola gelombang suara lumba-lumba
untuk penyembuhan.
Terapi
Gelombang Otak untuk Autis ini menggunakan Frekwensi Gelombang SMR atau Sensori
Motor Rhytm. Penderita epilepsy, ADHD ( Attention Deficit and
Hyperactivity Disorder) dan Autism ternyata tidak menghasilkan gelombang jenis
ini. Para penderita gangguan di atas tidak tidak mampu berkonsentrasi atau
fokus pada suatu hal yang dianggap penting. Sehingga setiap pengobatan yang
tepat adalah cara agar otaknya bisa menghasilkan getaran SMR tersebut.
Kami,
sebagai pemilik gelombangotak.com, bukanlah seorang ahli dalam pengobatan anak
autis. kami bukan dokter atau psikolog. Namun kami tahu, CD Terapi Anak Autis
sudah membantu banyak orang. Puluhan orang tua yang sudah membeli CD ini
mengabarkan perkembangan motorik dan kognitif anak autis mereka lebih cepat dan
lebih baik dibanding sebelum menggunakan CD Terapi Anak Autis ini.
Kami
tidak menjamin CD Terapi Anak Autis yang harganya sangat terjangkau ini bisa
membuat anak autis sembuh/normal 100%, tapi mendengar penuturan para pembeli CD
Terapi Anak Autis ini, kami sangat yakin bahwa CD ini akan sangat membantu
kemajuan anak autis. Oya... perlu anda ingat, CD Terapi Anak Autis bukanlah
pengobatan utama, melainkan hanya sebagai terapi pelengkap untuk anak autis.
Tetaplah berkunjung ke dokter atau ahli lainnya untuk memeriksakan anak anda
tercinta.
Banyak
anak autis yang tidak mendapat kesempatan menikmati terapi lumba-lumba. Mungkin
karena masalah biaya atau memang karena di kota tempat anda tinggal tidak ada
tempat terapi lumba-lumba. Namun dengan CD Audio Branwave Terapi Anak Autis
yang meniru pola gelombang lumba-lumba, masalah biaya dan kelangkaan terapi
lumba-lumba sudah bisa diatasi.
CARA
MENGGUNAKANNYA sangat mudah..! Anda putar saja CD Terapi Anak Autis ini di
ruangan atau tempat bermain anak anda. Boleh juga diputar di kamar tidur, saat
anak anda sedang tidur. Anda tida perlu memaksa anak Anda untuk konsentrasi
mendengarkannya. Putar saja CD ini seperti memutar musik. Meskipun anak tidak
mendengarkan, otak anak tetap merespon rangsangan gelombang suara frekuensi
tertentu yang keluar dari speaker. CD ini bisa diputar dengan semua perangkat
elektronik yang bisa memutar mp3. Gunakan speaker stereo untuk hasil tebaik. CD
Audio Brainwave Terapi Anak Autis ini sangat aman digunakan oleh siapapun,
semudah mendengarkan musik.
Dapat disimpulkan bahwa terapi pada autisme dengan
mendeteksi dini dan tepat waktu serta program terapi yang menyeluruh dan
terpadu.
Penatalaksanaan anak pada autisme bertujuan untuk:
a.
Mengurangi masalah perilaku.
b.
Meningkatkan kemampuan belajar dan perkembangan terutama
bahasa.
c.
Anak bisa mandiri.
d.
Anak bisa bersosialisasi.
G.
PROGNOSIS
Anak terutama yang
mengalami bicara, dapat tumbuh pada kehidupan marjinal, dapat berdiri sendiri,
sekalipun terisolasi, hidup dalam masyarakat, namun pada beberapa anak
penempatan lama pada institusi mrp hasil akhir. Prognosis yang lebih baik
adalah tingakt intelegensi lebih tinggi, kemampuan berbicara fungsional,
kurangnya gejala dan perilaku aneh. Gejala akan berubah dengan pertumbuhan
menjadi tua. kejang-kejang dan kecelakaan diri sendiri semakin terlihat pada
perkembangan usia.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Factor
predisposisi
b. Psikososial
c. Konsep
diri
d. Staus
mental
e. Mekanisme
koping
B. Diagnosa
keperawatan yang mungkin muncul
1. Ketidakmampuan Koping
Individu
2.
Harga Diri Rendah
3.
Kecemasan pada orangtua
4.
Kurangnya pengetahuan
Diagnosa Keperawatan :
1.
Ketidakmampuan koping individu berhubungan dengan tidak adekuat keterampilan
pemecahan masalah.
Domain
9 : Koping/Toleransi terhadap
stress
Daya tampung
terhadap peristiwa atau proses kehidupan
Kelas
2
: Respon Koping
Proses dalam
mengelolah stress lingkungan
Pengertian
: ketidakmampuan untuk membentuk penilaian yang benar dari stressor, pemilihan
respon tidak adekuat, dan atau ketidakmampuan dalam menggunakan sumber-sumber
yang tersedia.
Sign Symptom :
§ Gangguan tidur
§ Penurunan
dukungan social
§ Pemecahan
masalah tak adekuat
§ Perubahan pola
komunikasi
2.
Harga diri rendah berhubungan dengan respon negatif teman sebaya, kesulitan
dalam berkomunikasi.
Domain 6 : Persepsi
Diri
Kesadaran terhadap diri
Kelas 2 :
harga diri
Penilaian terhadap diri
sendiri dalam kemampuan diri, kejelekan diri,kepentingan dan kesuksesan
Pengertian : Keadaan
yang lama mengenai evaluasi diri atau perasaan mengenai diri atau kemampuan
diri yang negative.
Sign Symptom :
§ Mengevaluasi
diri tidak mampu menangani situasi baru.
§ Kurang kontak
mata
§ Mencari
ketenangan berlebihan
3.
Kecemasan pada orang tua behubungan dengan perkembangan anak.
Domain 9 : Koping / Toleransi terhadap stress
Daya tampung terhadap peristiwa atau proses kehidupan.
Kelas 2
: respon koping
Proses dalam mengelola stress lingkungan.
Pengertian : Perasaan tidak nyaman atau ketakutan yang tidak jelas dan
gelisah disertai dengan respon otonom (sumber terkadang tidak spesifik atau
tidak diketahui oleh individu), perasaan yang was-was untuk mengatasi bahaya.
Ini merupakan sinyal peringatan akan adanya bahaya dan memungkinkan individu
untuk mengambil langkah untuk menghadapinya.
Sign symptom :
§ Gelisah
§ Mudah tersinggung
§ Khawatir
4.
Kurang pengetahuan pada orang tua berhubungan dengan cara mengatasi anak dengan
kesulitan belajar.
Domain 5 : Persepsi / Kognisi
System dalam memproses informasi termasuk perhatian, orientasi, sensasi,
persepsi, kognisi, dan komunikasi.
Kelas 4 : kognisi
Penggunaan dalam memori, belajar, berpikir, pemecahan masalah, abstaksi,
pengambilan keputusan, insight/pandangan, kapasitas intelektual, menghitung dan
bahasa.
Pengertian :
Tidak ada atau kurang informasi kognitif berhubungan dengan topic yang
spesifik.
Sign symptom :
§ Mengungkapkan adanya masalah
§ Mengikuti instruksi tidak akurat
§ Prilaku berlebihan atau tidak sesuai.
INTERVENSI
a.
Ketidakmampuan koping individu berhubungan dengan tidak adekuat keterampilan
pemecahan masalah.
Tujuan : Klien mampu
memecahkan masalah dengan koping yang efektif
1. CLIEN OUT COMES :
· Koping
klien teratasi
· Klien
mampu membuat keputusan
· Klien
mampu mengendalikan impuls
· Klien
mampu memproses informasi
2. NURSING OUT COMES : Koping
Indicator :
Ä Mengidentifikasi pola koping yang efektif
Ä Mencari informasi terkait dengan penyakit dan
pengobatan
Ä Menggunakan prilaku untuk menurunkan stress
Ä Mengidentifikasi dan menggunakan berbagai strategi
koping
Ä Melaporkan penurunan perasaan negatif
3. NURSING INTERVENTIONS CLASSIFICATION : Peningkatan
Koping
Aktivitas
· Bina
hubungan saling percaya dengan klien dan keluarganya.
· Beri
kesempatan kepada anak untuk mengungkapkan masalahnya.
· Beri
bimbingan kepada anak untuk dapat mengambil keputusan.
· Anjurkan
kepada orang tua untuk lebih sering bersama anaknya.
· Hadirkan
sibling untuk memberikan motivasi
· Ciptakan
lingkungan yang aman dan nyaman untuk mengurangi tingkat stress anak.
b.
Harga diri rendah berhubungan dengan respon negatif teman sebaya, kesulitan
dalam berkomunikasi.
Tujuan : klien dapat
meningkatkan kepercayaan dirinya.
1.
CLIEN OUT COMES :
· Klien
mampu menunjukkan Harga dirinya
2. NURSING OUT COMES : Harga
Diri
Indicator :
Ä Mengungkapkan penerimaan diri secara verbal
Ä Mempertahankan postur tubuh tegak
Ä Mempertahankan kontak mata
Ä Mempertahankan kerapihan/hygiene
Ä Menerima kritikan dari orang lain
3. NURSING INTERVENTIONS CLASSIFICATION : Peningkatan
Harga Diri
Aktivitas
· Beri
motivasi pada anak.
· Beri
kesempatan anak mengungkapkan perasaannya.
· Beri
latihan intensif pada anak untuk pemahaman belajar berkomunikasi.
· Modifikasi
cara belajar sehingga anak lebih tertarik.
· Beri
reward pada keberhasilan anak.
· Gunakan
alat bantu/peraga dalam belajar berkomunikasi.
· Berikan
suasana yang nyaman dan tidak menegangkan.
· Anjurkan
kepada keluarga untuk mendekatkan anak pada sibling.
c.
Kecemasan pada orang tua behubungan dengan perkembangan anak.
Tujuan : Kecemasan
orang tua tidak berkelanjutan.
1. CLIEN OUT COMES :
· Pasien mengerti tentang
prosedur pengobatan
· Pasien tidak gelisah
· Pasien tidak merasa cemas
· Pasien tampak tenang
2. NURSING OUT COMES : Kontrol
Ansietas
Indicator :
Ä Merencanakan strategi koping untuk situasi-situasi
yang membuat stress
Ä Mempertahankan penampilan peran
Ä Melaporkan tidak ada gangguan persepsi sensori
Ä Manifestasi prilaku akibat kecemasan tidak ada
Ä Melaporkan tidak ada manifestasi kecemasan secara
fisik
3. NURSING INTERVENTIONS CLASSIFICATION : Pengurangan
Ansietas
Aktivitas
· Anjurkan
orang tua untuk selalu memotivasi anaknya.
· Anjurkan
orang tua untuk memberikan anaknya bimbingan belajar intensif.
· Anjurkan
orang tua agar selalu memantau prilaku anak.
· Kolaborasi
dengan ahli gizi untuk keseimbanga gizi anak.
· Anjurkan
orang tua untuk membawa anaknya ke dokter bila perlu.
· Beri
penjelasan tentang kondisi anak kepada orang tua.
d.
Kurang pengetahuan pada orang tua berhubungan dengan cara mengatasi anak dengan
kesulitan berkomunikasi.
Tujuan : pengetahuan
keluarga bertambah
1. CLIEN OUT COMES :
· Klien mengatakan memahami
dan mengerti tentang proses penyakit dan prosedur tindakan pengobatan.
2. NURSING OUT COMES :
Indicator :
Ä Mengidentifikasi keperluan untuk penambahan informasi menurut
penanganan yang di anjurkan
Ä Menunjukkan kemampan melaksanaan aktivitas
3. NURSING INTERVENTIONS CLASSIFICATION :
Aktivitas
· Anjurkan
orang tua bersama dengan anak untuk membuat jadwal belajar berkomunikasi.
· Luangkan
waktu kepada orang tua untuk mendengarkan keluhan.
· Anjurkan
orang tua untuk lebih memperhatikan perkembangan anak.
· Berikan
anak makanan seimbang, 4 sehat 5 sempurna untuk menutrisi otak.
· Berikan
suplemen bila perlu.
· Kenali
cara/metoda belajar anak.
· Biarkan
anak menggunakan inisiatif/pemikirannya selama masih dalam batas yang wajar.
DAFTAR PUSTAKA
1.Sacharin, r.m, 1996, Prinsip Keperawatan Pediatrik Edisi 2, EGC, Jakarta
2. Behrman, Kliegman, Arvin, 1999, Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15, Alih Bahasa Prof. DR. Dr. A. Samik Wahab, Sp. A (K), EGC, Jakarta
3.diagnosa keperawatan NANDA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar