A. TINEA VERSICOLOR
Definisi
Tinea versikolor/Pityriasis
versikolor adalah infeksi ringan yang sering terjadi disebabkan oleh Malasezia
furfur. Penyakit jamur kulit ini adalah penyakit yang kronik dan asimtomatik
ditandai oleh bercak putih sampai coklat yang bersisik. Kelainan ini umumnya
menyerang badan dan kadang- kadang terlihat di ketiak, sela paha,tungkai atas,
leher, muka dan kulit kepala.
Gambaran Klinis
Timbul bercak putih atau kecoklatan yang kadang-kadang gatal bila,berkeringat.
Bisa pula tanpa keluhan gatal sama sekali, tetapi penderita mengeluh karena
malu oleh adanya bercak tersebut. Pada orang kulit berwarna, lesi yang terjadi
tampak sebagai bercak hipopigmentasi, tetapi pada orang yang berkulit pucat
maka lesi bisa berwarna kecoklatan ataupun kemerahan. Di atas lesi terdapat
sisik halus.
Folikulitis
Merupakan bentuk klinis yang lebih berat, Malasezia furfur dapat
tumbuh dalam jumlah banyak pada folikel rambut dan kelenjar sebasea. Pada
pemeriksaan histologis organisme tersebut terlihat dilobang folikel bagian
infudibulum saluran sebasea dan sering disekitar dermis. Folikel berdilatasi
akibat sumbatan dan terdiri dari debris keratin Secara klinis lesi terlihat
eritem, papula folikular atau pustula dengan ukuran 2-4 mm, distribusinya
dipunggung, dada kadang-kadang dibahu, dengan leher dan rusuk. Bentuknya yang
lebih berat disebut Acneifonn folliculitis
Dacriosis obstructif
Malasezia furfur dapat membentuk koloni pada kelenjar lakrimalis,
menyebabkan pembengkakan dan obstruksi. Pada beberapa kasus terbentuk
dakriolit, terjadi inflamasi dan mengganggu produksi air mata.
Pengobatan
Tinea versikolor dapat diobati dengan berbagai obat yang manjur
pakaian, kain sprei, handuk harus dicuci dengan air panas. Kebanyakan
pengobatan akan menghilangkan bukti infeksi aktif (skuama) dalam waktu beberapa
hari, tetapi untuk menjamin pengobatan yang tuntas pengobatan ketat ini harus
dilanjutkan beberapa minggu. Perubahan pigmen lebih lambat hilangnya. Daerah
hipopigmentasi belum akan tampak normal sampai daerah itu menjadi coklat
kembali. Sesudah terkena sinar matahari lebih lama daerah-daerah yang
hipopigmentasi akan coklat kembali. Meskipun terapi nampak sudah cukup, bila
kambuh atau kena infeksi lagi merupakan hal biasa, tetapi selalu ada respon
terhadap pengobatan kembali. Tinea versikolor tidak memberi respon yang
baikterhadap pengobatan dengan griseofulvin. Obat-obat anti jamur yang dapat
menolong misalnya salep whitfield, salep salisil sulfur (salep 2/4), salisil
spiritus, tiosulfatnatrikus (25%). Obat-obat baru seperti selenium sulfida 2%
dalam shampo, derivatimidasol seperti ketokonasol, isokonasol, toksilat dalam
bentuk krim atau larutan dengan konsentrasi 1-2% sangat berkhasiat baik.
B. OTOMIKOSIS
Otomikosis adalah infeksi
jamur pada liang telinga bagian luar. Jamur dapat masuk ke dalam liang telinga
melalui alat-alat yang dipakai untuk mengorek-ngorek telinga yang
terkontaminasi atau melalui udara atau air. Penderita akan mengeluh merasa gatal
atau sakit di dalam liang telinga. Pada liang telinga akan tampak berwarna merah,
ditutupi oleh skuama, dan kelainan ini ke bagian luar akan dapat meluas sampai
muara liang telinga dan daun telinga sebelah dalam. Tempat yang terinfeksi menjadi
merah dan ditutupi skuama halus. Bila meluas sampai ke dalam, sampai ke membrana
timpani, maka daerah ini menjadi merah, berskuama, mengeluarkan cairan
srousanguinos. Penderita akan mengalami gangguan pendengaran. Bila ada infeksi
sekunder dapat terjadi otitis ekstema. Penyebab biasanya jamur kontaminasi yaitu
Aspergillus, sp Mukor dan Penisilium.
Diagnosa
Diagnosa didasarkan pada :
1. Gejala klinik
Yang khas,
terasa gatal atau sakit diliang telinga dan daun telinga menjadi merah, skuamous
dan dapat meluas ke dalam liang telinga sampai 2/3 bagian luar.
2 .Pemeriksaan
Laboratorium
Preparat langsung: Skuama dari kerokan kulit Jiang telinga
diperiksa dengan KOH 10% akan tampak hifa-hifa lebar, berseptum dan
kadang-kadang dapat ditemukan spora-spora kecil dengan diameter 2-3 u. Pembiakan: Skuama dibiak pada media Sabauroud
dekst ditemukan dekstrosa agar dan
dikeram pada temperatur kamar. Koloni akan tumbuh dalam satu minggu berupa koloni filamen berwarna putih.
Dengan mikroskop tampak hifa-hifa lebar dan pada ujung-ujung hifa dapat
ditemukan sterigma dan spora berjejer melekat pada permukaannya.
Pengobatan
Pengobatan
ditujukan menjaga agar liang telinga tetap kering jangan lembab dan jangan mengorek-ngorek telinga dengan
barang-barang yang kotor seperti korek api, garukan telinga atau kapas. Kotoran-
kotoran telinga harus selalu dibersihkan. Larutan timol 2% dalam spiritus
dilutus (alkohol 70%) atau meneteskan larutan burowi 5% satu atau dua tetes dan
selanjutnya dibersihkan dengan desinfektan biasanya memberi hasil pengobatan
yang memuaskan. Neosporin dan larutan gentien violet 1-2% juga dapat menolong.
C. TINEA NIGRA
Tinea nigra ialah infeksi
jamur superfisialis yang biasanya menyerang kulit telapak kaki dan tangan
dengan memberikan warna hitam sampai coklat pada kulit yang terserang. Makula
yang terjadi tidak menonjol pada permukaan kulit, tidak terasa sakit dan tidak
ada tanda-tanda radang. Kadang-kadang makula ini dapat meluas sampai ke
punggung, kaki dan punggung tangan, bahkan dapat menyebar sampai dileher, dada
dan muka.Gambaran efloresensi ini dapat berupa polosiklis, arsiner dengan warna
hitam atau coklat hampir sama seperti setetes nitras argenti yang diteteskan
pada kulit. Penyebabnya adalah Kladosporium wemeki dan jamur ini banyak
menyerang anak anak dengan higiene kurang baik dan orang-orang yang banyak
berkeringat.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan :
1.Gejala klinis ng khas
2. Pemeriksaan laboratorium
Preparat langsung : kerokan
kulit dengan KOH 10% akan menunjukkan adanyahifa dan spora yang tersebar di
dalam gel-gel epitel, besar hifa berkisar 3-5 u dan spora berkisar 1-2u. Pembiakan
: Pembiakan skuama pada media Sabauroud glukosa agar (SGA), dikeram pada
temperatur kamar. Dalam 1-2 minggu akan tumbuh koloni menyerupai ragi, berwarna
hijau dan pada bagian tepinya tumbuh daerah yang filamentous berwarna coklat.
Pada pemerikasaan mikroskopis tampak hifa halus bercabang, mengkilat dan
spora-spora yang lonjong.
Pengobatan
Pengobatan dengan obat-obat anti jamur banyak menolong. Salep
whitfield I dan II atau salep sulfursalisil juga dapat menolong. Obat-obat anti
jamur, preparat preparat imidazol seperti isokotonasol, bifonasol, klotrirnasol
juga berkhasiat baik.
D. TINEA KAPITIS
Biasanya penyakit ini banyak
menyerang anak-anak dan sering ditularkan melalui binatang- binatang peliharaan
seperti kucing, anjing dan sebagainya. berdasarkan bentuk yangkhas Tinea
Kapitis dibagi dalam 4 bentuk :
1. Gray pacth ring worm
Penyakit ini dimulai dengan papel merah kecil yang melebar ke
sekitarnya dan membentuk bercak yang berwarna pucat dan bersisik. Warna rambut
jadi abu-abu dan tidak mengkilat lagi, serta mudah patah dan terlepas dari
akarnya, sehingga menimbulkan alopesia setempat. Dengan pemeriksaan sinar wood
tampak flourisensi kekuning-kuningan pada rambut yang sakit melalui batas
"Grey pacth" tersebut. Jenis ini biasanya disebabkan spesies
mikrosporon dan trikofiton.
2. Black dot ring worm
Terutama disebabkan oleh Trikofiton Tonsurans, T. violaseum,
mentagrofites. infeksi jamur terjadi di dalam rambut (endotrik) atau luar
rambut (ektotrik) yang menyebabkan rambut putus tepat pada permukaan kulit
kepala. Ujung rambut tampak sebagai titik-titik hitam diatas permukaan ulit,
yang berwarna kelabu sehingga tarnpak sebagai gambaran ” back dot".
Biasanya bentuk ini terdapat pada orang dewasa dan lebih sering pada wanita.
Rambut sekitar lesi juga jadi tidak bercahaya lagi disebabkan kemungkinan sudah
terkena infeksi penyebab utama adalah Trikofiton tonsusurans dan T.violaseum.
3. Kerion
Bentuk ini adalah yang serius, karena disertai dengan radang yang
hebat yang bersifat lokal, sehingga pada kulit kepala tampak bisul-bisul kecil
yang berkelompok dan kadang-kadang ditutupi sisik-sisik tebal. Rambut di daerah
ini putus-putus dan mudah dicabut. Bila kerion ini pecah akan meninggalkan
suatu daerah yang botak permanen oleh karena terjadi sikatrik. Bentuk ini
terutama disebabkan oleh Mikosporon kanis, M.gipseum , T.tonsurans dan T.
Violaseum.
4.Tinea favosa
Kelainan di kepala dimulai dengan bintik-bintik kecil di bawah
kulit yang berwarna merah kekuningan dan berkembang menjadi krusta yang
berbentuk cawan (skutula), serta memberi bau busuk seperti bau tikus
"moussy odor". Rambut di atas skutula putus-putus dan mudah lepas dan
tidak mengkilat lagi. Bila menyembuh akan meninggalkan jaringan parut dan
alopesia yang permanen. Penyebab utamanya adalah Trikofiton schoenleini, T.
violasum dan T. gipsum. Oleh karena Tinea kapitis ini sering menyerupai
penyakit-penyakit kulit yang menyerang daerah kepala, maka penyakit ini harus
dibedakan dengan penyakit penyakit bukan oleh jamur seperti: Psoriasis vulgaris
dan Dermatitis seboroika.
E. TINEA KORPORIS
Penyakit ini banyak diderita
oleh orang-orang yang kurang mengerti kebersihan dan banyak bekerja ditempat
panas, yang banyak berkeringat serta kelembaban kulit yang lebih tinggi.
Predileksi biasanya terdapat dimuka, anggota gerak atas, dada, punggung dan
anggota gerak bawah. Bentuk yang klasik dimulai dengan lesi-lesi yang bulat
atau lonjong dengan tepi yang aktif. Dengan perkembangan ke arah luar maka
bercak-bercak bisa melebar dan akhirnya dapat memberi gambaran yang polisiklis,
arsiner, atau sinsiner. Pada bagian tepi tampak aktif dengan tanda-tanda
eritema, adanya papel-papel dan vesikel, sedangkan pada bagian tengah lesi
relatif lebih tenang. Bila tinea korporis ini menahun tanda-tanda aktif jadi
menghilang selanjutnya hanya meningggalkan daerah-daerah yang hiperpigmentasi
saja. Kelainan-kelainan ini dapat teIjadi bersama-sama dengan Tinea kruris. Penyebab
utamanya adalah : T.violaseum, T.rubrum, T.metagrofites. Mikrosporon gipseum,
M.kanis, M.audolini.
F. TINEA KRURIS
Penyakit ini memberikan
keluhan perasaan gatal yang menahun, bertambah hebat bila disertai dengan
keluarnya keringat. Kelainan yang timbul dapat bersifat akut atau menahun.
Kelainan yang akut memberikan gambaran yang berupa makula yang eritematous
dengan erosi dan kadang-kadang terjadi ekskoriasis. Pinggir kelainan kulit
tampak tegas dan aktif. Apabila kelainan menjadi menahun maka efloresensi yang
nampak hanya macula yang hiperpigmentasi disertai skuamasi dan likenifikasi.
Gambaran yang khas adalah lokalisasi kelainan, yakni daerah lipat paha sebelah
dalam, daerah perineum dan sekitar anus. Kadang-kadang dapat meluas sampai ke
gluteus, perot bagian bawah dan bahkan dapat sampai ke aksila. Penyebab utama
adalah Epidermofiton flokkosum, Trikofiton rubrum dan T.mentografites.
G. TINEA MANUS DAN TINEA PEDIS
Tinea pedis disebut juga
Athlete's foot = "Ring worm of the foot". Penyakit ini sering menyerang
orang-orang dewasa yang banyak bekerja di tempat basah seperti tukang cuci,
pekerja-pekerja di sawah atau orang-orang yang setiap hari harus memakai sepatu
yang tertutup seperti anggota tentara. Keluhan subjektif bervariasi mulai dari
tanpa keluhan sampai rasa gatal yang hebat dan nyeri bila ada infeksi sekunder.
Ada 3 bentuk Tinea pedis
1. Bentuk intertriginosa
keluhan yang tampak berupa maserasi, skuamasi serta erosi, di
celah-celah jari terutama jari IV dan jari V. Hal ini terjadi disebabkan
kelembaban di celah-ceIah jari tersebut membuat jamur-jamur hidup lebih subur.
Bila menahun dapat terjadi fisura yang nyeri bila kena sentuh. Bila terjadi
infeksi dapat menimbulkan selulitis atau erisipelas disertai gejala-gejala
umum.
2. Bentuk hyperkeratosis
Disini lebih jelas tampak ialah terjadi penebalan kulit disertai
sisik terutama ditelapak kaki, tepi kaki dan punggung kaki. Bila
hiperkeratosisnya hebat dapat terjadi fisura-fisura yang dalam pada bagian
lateral telapak kaki.
3. Bentuk vesikuler subakut
Kelainan-kelainan yang timbul di mulai pada daerah sekitar antar
jari, kemudian meluas ke punggung kaki atau telapak kaki. Tampak ada vesikel
dan bula yang terletak agak dalam di bawah kulit, diserta perasaan gatal yang
hebat. Bila vesikelvesikel ini memecah akan meninggalkan skuama melingkar yang
disebut Collorette. Bila terjadi infeksi akan memperhebat dan memperberat
keadaan sehingga dapat terjadi erisipelas. Semua bentuk yang terdapat pada
Tinea pedis, dapat terjadi pada Tinea manus, yaitu dermatofitosis yang
menyerang tangan. Penyebab utamanya ialah : T .rubrum, T .mentagrofites, dan
Epidermofiton flokosum.
H. TINEA UNGUIUM
Penyakit ini dapat dibedakan
dalam 3 bentuk tergantung jamur penyebab dan permulaan dari dekstruksi kuku.
Subinguinal proksimal bila dimulai dari pangkal kuku, Subinguinal distal bila
di mulai dari tepi ujung dan Leukonikia trikofita bila di mulai dari bawah
kuku. Permukaan kuku tampak suram tidak mengkilat lagi, rapuh dan disertai oleh
subungual hiperkeratosis. Dibawah kuku tampak adanya detritus yang banyak
mengandung elemen jamur. Onikomikosis ini merupakan penyakit jamur yang kronik
sekali, penderita minta pertolongan dokter setelah menderita penyakit ini
setelah beberapa lama, karena penyakit ini tidak memberikan keluhan subjektif,
tidak gatal, dan tidak sakit. Kadang-kadang penderita baru datang berobat
setelah seluruh kukunya sudah terkena penyakit. Penyebab utama adalah :
T.rubrum, T.metagrofites
I.
TINEA BARBAE
Penderita Tinea barbae ini
biasanya mengeluh rasa gatal di daerah jenggot, jambang dan kumis, disertai
rambut-rambut di daerah itu menjadi putus. Ada 2 bentuk yaitu superfisialis dan
kerion
Superfisialis
Kelainan-kelainan berupa gejala eritem, papel dan skuama yang
mula-mula kecil selanjutnya meluas ke arab luar dan memberi gambaran
polisiklik, dengan bagian tepi yang aktif. Biasanya gambaran seperti ini
menyerupai tinea korporis.
Kerion
Bentuk ini membentuk lesi-lesi yang eritematous dengan ditutupi
krusta atau abses kecil dengan permukaan membasah oleh karena erosi.
J.
TINEA IMBRIKATA
Penyakit ini adalah bentuk yang khas dari Tinea korporis yang
disebabkan oleh Trikofiton konsentrikum. Gambaran klinik berupa makula yang
eritematous dengan skuama yang melingkar. Apabila diraba terasa jelas skuamanya
menghadap ke dalam. Pada umumnya pada bagian tengah dari lesi tidak menunjukkan
daerah yang lebih tenang, tetapi seluruh makula ditutupi oleh skuama yang
melingkar.
Pengobatan
A. Pengobatan Pencegahan :
1.
Perkembangan infeksi jamur diperberat oleh panas, basah dan maserasi. Jika faktor-faktor
lingkungan ini tidak diobati, kemungkinan penyembuhan akan lambat. Daerah
intertrigo atau daerah antara jari-jari sesudah mandi harus dikeringkan betul
dan diberi bedak pengering atau bedak anti jamur.
2. Alas kaki harus pas betul dan tidak
terlalu ketat.
3. Pasien
dengan hiperhidrosis dianjurkan agar memakai kaos dari bahan katun yang
menyerap keringat, jangan memakai bahan yang terbuat dari wool atau bahan
sintetis.
4. Pakaian dan handuk agar sering
diganti dan dicuci bersih-bersih dengan air panas.
B. Terapi lokal :
Infeksi pada badan dan lipat paha dan lesi-lesi superfisialis, di
daerah jenggot, telapak tangan dan kaki, biasanya dapat diobati dengan
pengobatan topikal saja.
1.
Lesi-lesi yang meradang akut yang acta vesikula dan acta eksudat harus dirawat dengan
kompres basah secara terbuka, dengan berselang-selang atau terus menerus.
Vesikel harus dikempeskan tetapi kulitnya harus tetap utuh.
2.
Toksilat, haloprogin, tolnaftate dan derivat imidazol seperti mikonasol,
ekonasol, bifonasol, kotrimasol dalam bentuk larutan atau krem dengan
konsentrasi 1-2% dioleskan 2 x sehari akan menghasilkan penyembuhan dalam waktu
1-3 minggu.
3. Lesi
hiperkeratosis yang tebal, seperti pada telapak tangan atau kaki memerlukan terapi
lokal dengan obat-obatan yang mengandung bahan keratolitik seperti asam salisilat
3-6%. Obat ini akan menyebabkan kulit menjadi lunak dan mengelupas. Obat-obat keratolotik dapat mengadakan
sensitasi kulit sehingga perlu hati-hati kalau menggunakannya.
4.
Pengobatan infeksi jamur pada kuku, jarang atau sukar untuk mencapai kesembuhan
total. Kuku yang menebal dapat ditipiskan secara mekanis misalnya dengan kertas
amplas, untuk mengurangi keluhan-keluhan kosmetika. Pemakaian haloprogin lokal
atau larutan derivat asol bisa menolong. Pencabutan kuku jari kaki dengan
operasi, bersamaan dengan terapi griseofulvin sistemik, merupakan satu-satunya
pengobatan yang bisa diandalkan terhadap onikomikosis jari kaki.
C. Terapi sistemik
Pengobatan sistemik pada umumnya mempergunakan griseofulvin.
Griseofulvin adalah suatu antibiotika fungisidal yang dibuat dari biakan
spesies penisillium. Obat ini sangat manjur terhadap segala jamur
dermatofitosis. Griseofulvin diserap lebih cepat oleh saluran pencernaan
apabila diberi bersama-sama dengan makanan yang banyak mengandung lemak, tetapi
absorpsi total setelah 24 jam tetap dan tidak dipengaruhi apakah griseofulvin
diminum bersamaan waktu makan atau diantara waktu makan. Dosis rata-rata orang
dewasa 500 mg per hari. Pemberian pengobatan dilakukan 4 x sehari , 2 x sehari
atau sekali sehari. Untuk anak-anak dianjurkan 5 mg per kg berat badan dan
lamanya pemberian adalah 10 hari. Salep ketokonasol dapat diberikan 2 x sehari
dalam waktu 14 hari.
ASUHAN KEPERAWATAN
INFEKSI MIKOTIK
Asuhan keperawatan (askep) pada klien gangguan integumen, seperti
kusta, skabies, tinea (jamur) umumnya belum ada rencana asuhan keperawatan
khusus dan belum banyak ditemukan pada buku ajar. Beberapa askep integumen yang
sudah baku dan dapat kita temukan pada beberapa literatur antara lain adalah
askep luka baker dan askep psoriasis. Sehingga askep kulit abnormal dapat
digunakan sebagai acuan dalam menyusun rencana keperawatan pada klien yang
mengalami gangguan integumen, tentunya disesuaikan dengan data yang ditemukan
pada pengkajian.
A. PENGKAJIAN
Riwayat
kesehatan dan observasi langsungsg memberikan infomasi mengenai persepsi klien
terhadap dermatosis, bagaimana kelainan kulit dimulai?, apa pemicu?, apa yang
meredakan atau mengurangi gejala?, termasuk masalah fisik/emosional yang
dialami klien?. Pengkajian fisik harus dilakukan secara lengkap.
B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1.
Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi
barier kulit.
barier kulit.
2.
Nyeri dan rasa gatal berhubungan dengan lesi kulit.
3.Gangguan
pola tidur berhubungan dengan pruritus.
4.
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak bagus.
5.
Kurang pengetahuan tentang program terapi berhubungan dengan inadekuat
informasi.
Masalah
Kolaboratif/Komplikasi
Masalah
kolaboratif/komplikasi yang dapat terjadi pada klien dermatosis adalah infeksi.
C. TUJUAN INTERVENSI/IMPLEMENTASI
Tujuan
askep dermatosis adalah terpeliharanya integritas kulit, meredakan gangguan
rasa nyaman: nyeri, tercapainya tidur yang nyenyak, berkembangnya sikap
penerimaan terhadap diri, diperolehnya pengetahuan tentang perawatan kulit dan
tidak adanya komplikasi.
Resiko kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit.
1.
Lindungi kulit yang sehat dari kemungkinan maserasi (hidrasi stratum korneum yg
berlebihan)
ketika memasang balutan basah.
Rasional:
Maserasi pada kulit yang sehat dapat menyebabkan pecahnya kulit dan
perluasan
kelainan primer.
2.
Hilangkan kelembaban dari kulit dengan penutupan dan menghindari friksi.
Rasional:
Friksi dan maserasi memainkan peranan yang penting dalam proses
terjadinya
sebagian penyakit kulit.
3.
Jaga agar terhindar dari cidera termal akibat penggunaan kompres hangat dengan
suhu
terllalu tinggi & akibat cedera panas yg tidak terasa (bantalan pemanas,
radiator).
Rasional:
Penderita dermatosis dapat mengalami penurunan sensitivitas terhadap
panas.
4.
Nasihati klien untuk menggunakan kosmetik dan preparat tabir surya.
Rasional:
Banyak masalah kosmetik pada hakekatnya semua kelainan malignitas
kulit
dapat dikaitkan dengan kerusakan kulit kronik.
Kriteria
keberhasilan implementasi.
1.
Mempertahakan integritas kulit.
2.
Tidak ada maserasi.
3.
Tidak ada tanda-tanda cidera termal.
4.
Tidak ada infeksi.
5.
Memberikan obat topikal yang diprogramkan.
6.
Menggunakan obat yang diresepkan sesuai jadual.
Nyeri dan rasa gatal berhubungan
dengan lesi kulit.
1.
Temukan penyebab nyeri/gatal
Rasional:
Membantu mengidentifikasi tindakan yang tepat untuk memberikan
kenyamanan.
2.
Catat hasil observasi secara rinci.
Rasional:
Deskripsi yang akurat tentang erupsi kulit diperlukan untuk diagnosis
dan
pengobatan.
3.
Antisipasi reaksi alergi (dapatkan riwayat obat).
Rasional:
Ruam menyeluruh terutama dengan awaitan yang mendadak dapat
menunjukkan
reaksi alergi obat.
4.
Pertahankan kelembaban (+/- 60%), gunakan alat pelembab.
Rasional:
Kelembaban yang rendah, kulit akan kehilangan air.
5.
Pertahankan lingkungan dingin.
Rasional:
Kesejukan mengurangi gatal.
6.
Gunakan sabun ringan (dove)/sabun yang dibuat untuk kulit yang sensitif
Rasional:
Upaya ini mencakup tidak adanya detergen, zat pewarna.
7.
Lepaskan kelebihan pakaian/peralatan di tempat tidur
Rasional:
Meningkatkan lingkungan yang sejuk.
8.
Cuci linen tempat tidur dan pakaian dengan sabun.
Rasional:
Sabun yang “keras” dapat menimbulkan iritasi.
9.
Hentikan pemajanan berulang terhadap detergen, pembersih dan pelarut.
Rasional:
Setiap subtansi yang menghilangkan air, lipid, protein dari epidermis
akan
mengubah fungsi barier kulit
10.
Kompres hangat/dingin.
Rasional:
Pengisatan air yang bertahap dari kasa akan menyejukkan kulit dan
meredakan
pruritus.
11.
Mengatasi kekeringan (serosis).
Rasional:
Kulit yang kering meimbulkan dermatitis: redish, gatal.lepuh, eksudat.
12.
Mengoleskan lotion dan krim kulit segera setelah mandi.
Rasional:
Hidrasi yang cukup pada stratum korneum mencegah gangguan lapisan
barier
kulit.
13.
Menjaga agar kuku selalu terpangkas (pendek).
Rasional:
Mengurangi kerusakan kulit akibat garukan
14.
Menggunakan terapi topikal.
Rasional:
Membantu meredakan gejala.
15.
Membantu klien menerima terapi yang lama.
Rasional:
Koping biasanya meningkatkan kenyamanan.
16.
Nasihati klien untuk menghindari pemakaian salep /lotion yang dibeli tanpa
resep
Dokter.
R:
Masalah klien dapat disebabkan oleh iritasi/sensitif karena pengobatan sendiri
Kriteria
keberhasilan implementasi.
1.
Mencapai peredaan gangguan rasa nyaman: nyeri/gatal.
2.
Mengutarakan dengan kata-kata bahwa gatal telah reda.
3.
Memperllihatkan tidak adanya gejala ekskoriasi kulit karena garukan.
4.
Mematuhi terapi yang diprogramkan.
5.
Pertahankan keadekuatan hidrasi dan lubrikasi kulit.
6.
Menunjukkan kulit utuh dan penampilan kulit yang sehat .
Gangguan pola tidur berhubungan
dengan pruritus.
1.
Nasihati klien untuk menjaga kamar tidur agar tetap memiliki ventilasi dan
kelembaban
yang baik.
Rasional:
Udara yang kering membuat kulit terasa gatal, lingkungan yang nyaman
meningkatkan
relaksasi.
2.
Menjaga agar kulit selalu lembab.
Rasional:
Tindakan ini mencegah kehilangan air, kulit yang kering dan gatal
biasanya
tidak dapat disembuhkan tetapi bisa dikendalikan.
3.
Mandi hanya diperlukan, gunakan sabun lembut, oleskan krim setelah mandi.
Rasional:
memelihara kelembaban kulit
4.
Menjaga jadual tidur yg teratur.
5.
Menghindari minuman yang mengandung kafein menjelang tidur.
Rasional:
kafein memiliki efek puncak 2-4 jam setelah dikonsumsi.
6.
Melaksanakan gerak badan secara teratur.
Rasional:
memberikan efek menguntungkan bila dilaksanakan di sore hari.
7.
Mengerjakan hal ritual menjelang tidur.
Rasional:
Memudahkan peralihan dari keadaan terjaga ke keadaan tertidur.
Kriteria
Keberhasilan Implementasi
1.
Mencapai tidur yang nyenyak.
2.
Melaporkan gatal mereda.
3.
Mempertahankan kondisi lingkungan yang tepat.
4.
Menghindari konsumsi kafein.
5.
Mengenali tindakan untuk meningkatkan tidur.
6.
Mengenali pola istirahat/tidur yang memuaskan.
Gangguan citra tubuh berhubungan
dengan penampakan kulit yang tidak bagus.
1.
Kaji adanya gangguan citra diri (menghindari kontak mata,ucapan merendahkan
diri
sendiri.
Rasional:
Gangguan citra diri akan menyertai setiap penyakit/keadaan yang
tampak
nyata bagi klien, kesan orang terhadap dirinya berpengaruh terhadap
konsep
diri.
2.
Identifikasi stadium psikososial terhadap perkembangan.
Rasional:
Terdapat hubungan antara stadium perkembangan, citra diri dan reaksi
serta
pemahaman klien terhadap kondisi kulitnya.
3.
Berikan kesempatan pengungkapan perasaan.
Rasional:
klien membutuhkan pengalaman didengarkan dan dipahami.
4.
Nilai rasa keprihatinan dan ketakutan klien, bantu klien yang cemas
mengembangkan
kemampuan untuk menilai diri dan mengenali masalahnya.
Rasional:
Memberikan kesempatan pada petugas untuk menetralkan kecemasan
yang
tidak perlu terjadi dan memulihkan realitas situasi, ketakutan merusak
adaptasi
klien .
5.
Dukung upaya klien untuk memperbaiki citra diri , spt merias, merapikan.
Rasional:
membantu meningkatkan penerimaan diri dan sosialisasi.
6.
Mendorong sosialisasi dengan orang lain.
Rasional:
membantu meningkatkan penerimaan diri dan sosialisasi.
Kriteria
Keberhasilan Implementasi
1.
Mengembangkan peningkatan kemauan untuk menerima keadaan diri.
2.
Mengikuti dan turut berpartisipasi dalam tindakan perawatan diri.
3.
Melaporkan perasaan dalam pengendalian situasi.
4.
Menguatkan kembali dukungan positif dari diri sendiri.
5.
Mengutarakan perhatian terhadap diri sendiri yang lebih sehat.
6.
Tampak tidak meprihatinkan kondisi.
7.
Menggunakan teknik penyembunyian kekurangan dan menekankan teknik untuk
meningkatkan
penampilan
Kurang
pengetahuan tentang program terapi
1.
Kaji apakah klien memahami dan salah mengerti tentang penyakitnya.
Rasional:
memberikan data dasar untuk mengembangkan rencana penyuluhan
2.
Jaga agar klien mendapatkan informasi yang benar, memperbaiki kesalahan
konsepsi/informasi.
Rasional:
Klien harus memiliki perasaan bahwa sesuatu dapat mereka perbuat,
kebanyakan
klien merasakan manfaat.
3.
Peragakan penerapan terapi seperti, kompres basah, obat topikal.
Rasional:
memungkinkan klien memperoleh cara yang tepat untuk melakukan
terapi.
4.
Nasihati klien agar kulit teap lembab dan fleksibel dengan tindakan hidrasi dan
pengolesan
krim serta losion kulit.
Rasional:
stratum korneum memerlukan air agar tetap fleksibel. Pengolesan
krim/lotion
akan melembabkan kulit dan mencegah kulit tidak kering, kasar, retak
dan
bersisik.
5.
Dorong klien untuk mendapatkan nutrisi yang sehat.
Rasional:
penampakan kulit mencerminkan kesehatan umum seseorang,
perubahan
pada kulit menandakan status nutrisi yang abnormal.
Kriteria
Keberhasilan Implementasi
1.
Memiliki pemahaman terhadap perawatan kulit.
2.
Mengikuti terapi dan dapat menjelaskan alasan terapi.
3
Melaksanakan mandi, pembersihan dan balutan basah sesuai program.
4.
Menggunakan obat topikal dengan tepat.
5.
Memahami pentingnya nutrisi untuk kesehatan kulit.
Mencegah
Infeksi
1.
Miliki indeks kecurigaan yang tinggi terhadap suatu infeksi pada klien yang
sistem
kekebalannya
terganggu.
Rasional:
setiap keadaan yg mengganggu imun akan memperbesar risiko infeksi
kulit.
2.
Berikan petunjuk yang jelas dan rinci kepada klien mengenai program terapi.
Rasional:
Pendidikan klien yang efektif bergantung pada keterampilan
interpesonal
profesional kesehatan dan pada pemberian instruksi yang jelas.
3.
Laksanakan kompres basah sesuai program untuk mengurangi intensitas inflamasi.
Rasional:
vasokonstriksi pembuluh darah kulit dapat mengurangi eritema dan
membantu
debridemen vesikel dan krusta serta mengendalikan inflamasi.
4.
Sediakan terapi rendaman sesuai program.
Rasional:
melepas eksudat dan krusta.
5.
Berikan antibiotik sesuai order.
Rasional:
membunuh dan mencegah pertumbuhan mikroorganisme.
6.
Gunakan obat topikal yang mengandung kortikosteroid sesuai order.
Rasional:
memiliki kerja antiinflamasi, sehingga mampu menimbulkan
vasokonstriksi
pd pembuluh darah kecil dalam dermis lapisan atas.
7.
Nasihati klien untuk menghentikan pemakaian setiap obat kulit yang
memperburuk
masalah.
Rasional:
dermatitis kontan atau reaksi alergi dapat terjadi akibat setiap unsur yang ada
dalam obat tersebut.
Kriteria
Keberhasilan Implementasi
1.
Tetap bebas dari infeksi.
2.
Mengungkapkan tindakan perawatan kulit yang meningkatkan kebersihan dan
mencegah
kerusakan kulit.
3.
Mengidentifkasi tanda dan gejala infeksi.
4.
Mengidentifikasi efek kerugian obat
5.
Berpartisipasi dalam tindakan perawatan kulti: ganti balutan, mandi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar