PENGUMPULAN DATA KEPERAWATAN




BAB I
PENDAHULUAN

            Pelaksanaan suatu penelitian selalu berhadapan dengan objek yang diteliti atau yang diselidiki. Objek tersebut dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, benda-benda mati lainnya, serta peristiwa dan gejala yang terjadi di dalam masyarakat atau didalam alam. Dalam melakukan penelitian, kadang-kadang peneliti melakukannya terhadap seluruh objek, tetapi sering juga peneliti hanya mengambil sebagian saja dari seluruh objek tersebut. Meskipun penelitian hanya mengambil sebagian dari objek yang diteliti, tetapi hasilnya dapat mewakili atau mencakup seluruh objek yang diteliti.
            Keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti tersebut adalah populasi penelitian atau universe. Sedangkan sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan diangap mewakili seluruh populasi ini disebut sampel penelitian. Dalam mengambil sampel penelitian ini digunakan cara atau teknik-teknik tertentu, sehingga sampel tersebut sedapat mungkin mewakili populasinya. Teknik ini disebut teknik sampel. Di dalam penelitian survey teknik sampling ini sangat penting dan perlu diperhitungkan. Sebab teknik pengambilan sampel yang tidak baik akan mempengaruhi validitas hasil penelitian tersebut.
            Statistik berarti berupa kumpulan data berupa angka,bisa berarti keseluruhan metode pengumpulan data. Selanjutnya statistik diartikan sebagai ilmu yakni ilmu pengetahuan yang behubungan dengan cara-cara pengumpulan, pencatatan, pengolahan, dan pengambilan keputusan yang beralasan berdasarkan penganalisaan yang dilakukan. Berpikir menggunakan statistik berarti berpikir menggunakan angka yang meliputi kegiatan pengumpulan data, penyusunan data, pengumumam data, analisa dan intrepretasi data. Kegiatan tersebut memerlukan kegiatan pencatatan data   dan pembacaan   data. 
Pencatatan data meliputi : 1) pengumpulan data (pengumpulan data secara keseluruhan (metode sensus) dan pengumpulan data berdasarkan sample (metode sample) ; 2) penyusunan data meliputi a. editing : cara untuk mendeteksi adanya kemungkinan kesalahan, ketidak onsistenan dan ketidakteraturan atau ketidaktepatan dari data yang telah kita kumpulkan; b. klasifikasi : kegiatan mengelompokkan data sesuai dengan sifat-sifat yang dimiliki oleh data; c. tabulasi : mengadakan pengelompokan data sesuai dengan sifat-sifat data yang telah kita tentukan dalam susunan kolom dan baris-baris, sehingga mudah ditarik kesimpulannya.
Pembacaan data meliputi : 1) pengumuman data agar data dapat mudah dibaca dan dilihat secara visual, maka data dibuat dalam bentuk table, grafik dan diagram-diagram; 2) analisa data untuk memperoleh gambaran keseluruhan data yang telah kita kumpulkan, seperti rata-rata, variasi, korelasi maupun regresi; 3) intrepretasi data yaitu kegiatan mengartikan data yang telah dianalisis untuk mendapatkan suatu kesimpulan yang benar. Intepretasi data memerlukan keahlian yang tinggi, sikap hati-hati, pertimbangan yang masak dan sikap obyektif.






























BAB II
PEMBAHASAN

POPULASI DAN SAMPEL
Sehubungan dengan wilayah sumber data yang dijadikan subjek penilitian ini, maka di kenal 3 jenis penelitian :
1.      Penelitian populasi
2.      Penelitian sampel
3.      Penelitian kasus
POPULASI
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian, apabila seseorang ingin meniliti semua elemen yang ada di wilayah penelitiannya merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitiannya disebut juga studi populasi atau studi sensus.
contoh :
1.      Semua orang yang terdaftar dalam angkatan laut pada hari tertentu
2.      Semua televise dari tipe yang sama yang diproduksi oleh suatu pabrik dalam satu tahun tertentu.
3.      Semua mahasiswa ayng terdaftar mengambil suatu mata kuliah tertentu.
4.      Semua jenis senjata yang diperbolehkan oleh Undang-undang
Penelitian populasi dilakukan apabila peneliti ingin melihat semua liku-liku yang ada dalam populasi


 








SAMPEL
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang di teliti, dinamakan penelitian sampel apabila kita bermaksud untuk mengeneralisasi hasil penelitian sampel, dan jika hanya meneliti sebagaian dari populasi.
Dalam mengambil sample penelitian ini digunakan cara atau teknik-teknik tertentu, sehingga sample tersebut sedapat mungkin mewakili populasinya. Teknik ini biasanya disebut teknik sampling. Di dalam penelitian survey teknik sampling ini sangat penting dan perlu diperhitungkan masak-masak, sebab teknik pengambilan sample yang tidak baikakan mempengaruhi validitas hasil penelitian tersebut.












 









A.       KEGUNAAN SAMPEL
Di dalam penelitian ilmiah, banyak masalah yang tidak dapat dipecahkan tanpa memanfaatkan teknik sampling. Penelitian kesehatan / kedokteran meliputi bidang yang sangat luas yang terdiri dari berbagai sub bidang. Apabila dilakukan penelitian tidak dapat hanya dilakukan pada unit atau su bidang tertentu saja. Agar dapat dilakukan penelitian terhadap semua sub bidang dengan biaya yang murah, peneliti dapat melakukan sampling atau pengambilan sample terhadap objek yang ditelitinya.
Kegunaan sampling antara lain :
1.    Menghemat biaya
Proses pelaksanaan penelitian yang mencakup alat penelitian, pengumpulan data, pengolahan data, dan sebagainya memerlukan biaya yang relative besar. Apabila penelitian tersebut dilakukan terhadap seluruh objek yang diteliti sudah tentu akan menghabiskan lebih banyak biaya. Dengan sampling , biaya tersebut dapat ditekan atau dikurangi.
2.    Mempercepat pelaksanaan penelitian
Penelitian yang dilakukan terhadap objek yang banyak ( seluruh populasi ) jelas akan memakan waktu yang lama, dengan adanyan sampling maka penelitian yang dilakukan akan lebih cepat selesai.
3.    Menghemat tenaga
Penelitian yang dilakukan terhadap sample akan lebih menghemat tenaga dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan terhadap seluruh populasi

4.    Memperluas ruang lingkup penelitian
Penelitian yang dilakukan terhadap seluruh objek akan memakan waktu, tenaga, biaya, dan fasilitas lain yang lebih besar. Jika dilakukan terhadap sample, maka dengan waktu, tenaga dan biaya yang sama dapat dilakukan penelitian yang lebih luas ruang lingkupnya.
5.    Memperoleh hasil yang lebih akurat
Penelitian yang dilakukan terhadap populasi akan menyita sumber daya yang lebih besar, termasuk usaha analisis. Hal ini akan berpengaruh terhadap keakuratan hasil penelitian. Dengan menggunakan sample, maka dengan usaha yang sama akan diperoleh hasil analisis yang lebih akurat.
B.    FAKTOR-FAKTOR YANG PERLU DIPERTIMBANGKAN
1.    Membatasi populasi
Suatu populasi menunjukkan subjek yang menjadi objek atau sasaran penelitian. Sasaran penelitian ini dapat dalam bentuk manusia maupun bukan manusia seperti geografis, penyakit, penyebab penyakit, program-program kesehatan, gejala penyakit dan sebagainya. Apabila tidak dilakukan pembatasan terhadap populasi, maka kesimpulan yang ditarik dari hasil penelitian tidak menggambarkan atau mewakili seluruh populasi. Tanpa pembatasan dengan jelas anggota populasi, kita tidak memperoleh sample yang representative. Oleh sebab itu dalam penelitian apapun populasi tersebut harus dibatasi, misalnya satu wilayah kelurahan, kecamatan atau kabupaten, kelompok umur tertentu, penyakit tertentud dsb. Perlu diingat bahwa nilai suatu hasil penelitian bukan ditentukan oleh besar/kecilnya populasi melainkan ditentukan oleh bagaimana peneliti menggunakan dasar pengambilan kesimpulan atau teknik sampling. Bila suatu penelitian dilakukan terhadap sample yang representative terhadap populasi dan diambil dengan teknik sampling yang tepat maka kesimpulan atau generalisasi yang diperoleh dapat diharapkan representative. Karena itu pembatasan populasi sangat penting untuk memperoleh sample yang representative.
2.    Mendaftar seluruh unit yang menjadi anggota populasi
Hal ini dilakukan untuk mengetahui unit-unit yang mana yang masuk populasi dan mana yang tidak. Misalnya penelitian tentang status gizi anak balita di kelurahan X, maka sebelum pengambilan sample terlebih dahulu dilakukan pencatatan seluruh anak di bawah lima tahun yang berdomisili di kelurahan X tersebut. Untuk melakukan ini dengan sendirinya peneliti terlebih dahulu harus membuat batasan tentang anak balita tersebut atau batasan populasinya.
3.    Menentukan sample yang akan dipilih
Dari daftar anggota populasi kemudian dipilih anggota-anggota populasi yang akan dipilih sebagai sample.
4.    Menentukan teknik sampling
Teknik sampling ini sangat penting karena apabila salah dalam menggunakan teknik sampling maka hasilnya pun akan jauh dari kebenaran.

C.    PROSEDUR PENGAMBILAN SAMPEL
Langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam mengambil sample dari populasi adalah sebagai berikut:
1.      Menentukan tujuan penelitian
Tujuan penelitian adalah suatu langkah pokok bagi suatu penelitian, karena tujuan penelitian tersebut merupakan arah untuk elemen yang lain dari penelitian. Demikian pula dalam menentukan sample juga tergantung pada tujuan penelitian. Oleh sebab itu langkah pertama dalam mengambil sample dari populasi adalah menentukan tujuan penelitian.
2.      Menentukan populasi penelitian
Sebelum sample ditentukan harus ditentukan dengan jelas kriteria atau batasan populasinya. Dengan demikian akan menjamin pengambilan sampel secara tepat.
3.      Menentukan jenis data yang diperlukan
Jenis data yang akan dikumpulkan dari suatu penelitian harus dirumuskan secara jelas. Apabila jenis data yang akan dikumpulkan telah dirumuskan secara jelas, maka dapat dengan mudah ditentukan dari mana data tersebut diperoleh atau ditentukan sumber datanya.
4.      Menentukan teknik sampling
Teknik sampling yang akan digunakan dalam pengambilan sample tergantung pada tujuan penelitian dan sifat-sifat populasi.
5.      Menentukan besarnya sample
Meskipun besar / kecilnya sample belum menjamin representative atau tidaknya suatu sample, tetapi penentuan besarnya sample merupaka langkah penting dalam pengambilan sample. Secara statistic penentuan besarnya sample ini akan tergantung pada jenis dan besarnya populasi.


6.      Menentukan unit sample yang diperlukan
Menentukan unit sampel yang diperlukan akan memudahkan dalam menentukan unit mana yang akan dijadikan sampel.
7.      Memilih sample
Apabila karakteristik populasi sudah ditentukan dengan jelas, maka kita dapat dengan mudah memilih sample sesuai dengan karakteristik populasi tersebut. Dalam memilih sample dari populasi ini berdasarkan pada teknik-teknik pengambilan sample
D.   TEKNIK SAMPLING
Secara garis besar hanya ada 2 jenis sample yaitu sample-sampel probabilitas (probability sample) atau sering disebut random sample ( sampel acak ) dan sample-sampel non-probabilitas ( non-probability sample ).
a.    Random Sampling
Yaitu pengambilan sample secara random atau acak, dan sample yang diperoleh disebut sample random. Teknik random sampling ini hanya boleh digunakan apabila setiap unit atau anggota populasi itu bersifat homogen. Hal ini berarti setiap anggota populasi itu mempunyai kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sample. Teknik random sample ini dapat dibedakan menjadi :
1.    Pengambilan sample secara acak sederhana (Simple random sampling)
Hakikat dari pengambilan sample secara acak sederhana adalah bahwa setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sample. Apabila besarnya sample yang diinginkan itu berbeda-beda maka besarnya kesempatan dari setiap elemen untuk terpilih pun berbeda-beda. Teknik pengambilan sample secara acak sederhana ini dibedakan menjadi dua cara yaitu dengan mengundi anggota populasi ( lottery technique ) atau teknik undian dan dengan menggunakan table bilangan atau angka acak (random number).
2.    Pengambilan samplesecara acak sistematis (systematic sampling)
Teknik ini merupakan modifikasi dari sample random sampling. Caranya adalah membagi jumlah atau anggota populasi dengan perkiraan jumlah sample yang diinginkan. Hasilnya adalah interval sample. Sample diambil dengan membuat daftar elemen atau anggota populasi secara acak antara 1 sampai dengan n. kemudian membagi dengan jumlah sample yang diinginkan, misalnya hasil sebagai interval adalah X, maka yang terkena sample adalah setiap kelipatan dari X tersebut. Contoh, jumlah populasi 200, sample yang diinginkan 50, maka intervalnya adalah 200 : 50 = 4. Maka anggota populasi yang terkena sample adalah setiap elemen yang mempunyai kelipatan 4 yakni 4, 8,12, 16 dan seterusnya  sampai mencapai 50 sample.
3.    Pengambilan sampel secara acak stratifikasi (stratified sampling atau stratified random sampling)
Apabila suatu populasi terdiri dari unit yang mempunyai karakteristik yang berbeda-beda atau heterogen, maka teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah stratified sampling. Hal ini dilakukan dengan cara mengidentifikasi karakteristik umum dari anggota populasi, kemudian menentukan strata atau lapisan dari jenis karakteristik unit-unit tersebut. Penentuan strata ini dapat didasarkan bermacam-macam, misalnya tingkatan sosial ekonomi pasien, tingkat keparahan penyakit, umur penderita, dan lain sebagainya. Setelah ditentukan stratanya barulah dari masing-masing strata ini diambil sampel yang mewakili strata tersebut secara random atau acak.
Agar perimbangan sampel dari masing-masing strata itu memadai, maka dalam teknik ini sering pula dilakukan perimbangan antara jumlah anggota populasi berdasarkan masing-masing strata. Oleh sebab itu maka disebut pengambilan sampel secara proportional stratified sampling.
Pelaksanaan pengambilan sampel dengan stratified, mula-mula kita menetapkan unit-unit anggota populasi dalam bentuk strata yang didasarkan pada karakteristik umum dari anggota-anggota populasi yang berbeda-beda. Setiap unit yang mempunyai karakteristik umum yang sama, dikelompokkan pada satu strata, kemudian dari masing-masing strata diambil sampel yang mewakili.
Langkah-langkah yang ditempuh pengambilan sampel secara stratified adalah:
a)      Menentukan populasi penelitian.
b)      Mengidentifikasi segala karakteristik dari unit-unit yang menjadi anggota populasi.
c)      Mengelompokkan unti anggota populasi yang mempunyai karakteristik umum yang sama dalam suatu kelompok atau strata misalnya berdasarkan tingkat pendidikan.
d)      Mengambil dari setiap strata sebagian unit yang menjadi anggotanya untuk mewakili strata yang bersangkutan.
e)      Teknik pengambilan sampel dari masing-masing strata dapat dilakukan dengan cara random atau non-random.
f)       Pengambilan sampel dari masing-masing strata sebaiknya dilakukan berdasarkan perimbangan (proporsional).
4.  Pengambilan sampel secara kelompok atau gugus (cluster sampling)
Pada teknik ini sampel sampel bukan terdiri dari unit individu, tetapi terdiri dari kelompok atau gugusan. Gugusan atau kelompok yang diambil sebagai sampel ini terdiri dari unit geografis (desa, kecamatan, kabupaten, dan sebagainya), unit organisasi, misalnya klinik, PKK, LKMD, dan sebagainya. Penngambilan sampel secara gugus, peneliti tidak mendaftar semua anggota atau unit yang ada di dalam populasi, melainkan cukup mendaftar banyaknya kelompok atau gugus yang ada di dalam populasi itu. Kemudian mengambil sampel berdasarkan gugus-gugus tersebut. Misalnya penelitian tentang kesinambungan imunisasi anak balita di Kecamatan X yang terdiri dari 15 desa atau kelurahan, dengan sampel sebesar 20%. Pengambilan sampel secara gugus adalah dengan mengambil 3 kelurahan dari 15 kelurahan yang ada di Kecamatan X tersebut secara random. Kemudian semua anak balita yang berdomisili di tiga keluharan yang terkena sampel tersebut itulah yang diteliti.
5.    Pengambilan sampel secara gugus bertahap (multistage sampling)
Pengambilan sampel dengan teknik ini dilakukan berdasarkan tingkat wilayah secara bertahap. Hal ini memungkinkan untuk dilaksanakan bila populasi terdiri dari bermacam-macam tingkat wilayah. Pelaksanaannya dengan membagi wilayah populasi ke dalam sub-sub wilayah, dan tiap sub wilayah dibagi ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil, dan seterusnya. Kemudian menetapkan sebagian dari wilayah populasi (sub wilayah) sebagai sampel. Dari sub wilayah yang menjadi sampel ditetapkan pula bagian-bagian dari sub wilayah sebagai sampel, dan dari bagian-bagian yang lebih kecil tersebut ditetapkan unit-unit yang terkecil diambil sebagai sampel. Misalnya pelaksanaan suatu penelitian di suatu wilayah kabupaten. Mula-mula diambil beberapa kecamatan sebagai sampel, dari kecamatan-kecamatan yang terkena sampel ini diambil beberapa kelurahan sebagai sampel, selanjutnya dari kelurahan-kelurahan sampel ini diambil beberapa RW sebagai sampel, dan dari beberapa RW sampel diambil lagi beberapa RT sebagai sampel, dan akhirnya dari RT-RT yang terkena sampel tersebut diambil beberapa atau seluruh unit sebagai sampel. Oleh sebab itu, pengambilan sampel semacam ini sering disebut area sampling atau pengambilan sampel menurut wilayah.
b. Non Random (Non Probability) Sampling
Pengambilan sampel bukan secara acak atau random adalah pengambilan sampel yang tidak didasarkan atas kemungkinan yang dapat diperhitungkan, tetapi semata-mata hanya berdasarkan kepada segi-segi kepraktisan belaka. Metode ini mencakup beberapa teknik antara lain sebagai berikut:
1)      Porposive Sampling
Pengambilan sampel secara porposive didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Pelaksanaan pengmabilan sampel secara porposive ini antara lain sebagai berikut:
Mula-mula peneliti mengidentifikasi semua karakteristik populasi, misalnya dengan mengadakan studi pendahuluan/dengan mempelajari berbagai hal yang berhubungan dengan populasi.
Kemudian peneliti menetapkan berdasarkan pertimbangannya, sebagian dari anggota populasi yang menjadi sampel penelitian, sehingga teknik pengambilan sampel secara porposive ini didasarkan pada pertimbangan pribadi peneliti sendiri. Teknik ini sangat cocok untuk mengadakan studi kasus (case study), di mana banyak aspek dari kasus tunggal yang representatif untuk diamati dan dianalisis.
2)      Quota Sampling
Pengambilan sampel secara quota dilakukan dengan cara menetapkan sejumlah anggota sampel secara quotum atau jatah. Teknik sampling ini dilakukan dengan cara: Pertama-tama menetapkan berapa besar jumlah sampel yang diperlukan atau menetapkan quotum (jatah). Kemudian jumlah atau quotum itulah yang dijadikan dasar untuk mengambil unti sampel yang diperlukan. Anggota populasi mana pun yang akan diambil tidak menjadi soal, yang penting jumlah quotum yang sudah ditetapkan dapat dipenuhi.

3)      Accidental Sampling
Pengambilan sampel secara aksidental (accidental) ini dilakukan dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia. Bedanya dengan porposive sampling adalah, kalau sampel yang diambil secara porposive berarti dengan sengaja mengambil atau memilih kasus atau responden. Sedangkan sampel yang diambil secara aksidental berarti sampel diambil dari responden atau kasus yang kebetulan ada.
E.    PENENTUAN BESARNYA SAMPEL (SAMPLE SIZE)
Menetapkan besarnya atau jumlah sampel suatu penelitian tergantung kepada dua hal, yaitu: Pertama, adanya sumber-sumber yang dapat digunakan untuk menentukan batas maksimal dari besarnya sampel. Kedua, kebutuhan dari rencana analisis yang menentukan batas minimal dari besarnya sampel. Misalnya keterbatasan jumlah pewawancara atau pengumpul data, dan keterbatasan sumber-sumber daya pendukung yang lain menuntut hanya jumlah sampel yang kecil. Di lain pihak, agar memungkinkan hasil yang dapat dipercaya dari analisis tabel silang, serta memberikan ketepatan tertentu dari perkiraan proporsi yang diinginkan dan melakukan uji kemaknaan perbedaan-perbedaan proporsi tersebut diperlukan jumlah sampel yang cukup besar.
Untuk menghitung minimum besarnya sampel yang dibutuhkan bagi ketepatan (accuracy) dalam membuat perkiraan atau estimasi proporsi-proporsi, kita perlu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang antara lain sebagai berikut:
a         Berapa angka perkiraan yang masuk akal dari proporsi-proporsi yang akan diukur dalam penelitian itu. Misalnya kita akan meneliti prevalensi penyakit jantung koroner, kita harus memperkirakan berapa angka prevalensi yang akan kita peroleh di dalam populasi. Apabila kita tidak bisa memperkirakan hal itu, yang paling aman kita perkirakan angka tersebut adalah 0,50 (50%). Dengan angka ini akan diperoleh variace yang maksimal sehingga sampel yang dipilih cukup mewakili.
b        Berapa tingkat kepercayaan yang diinginkan dalam penelitian tersebut, atau berapa jauh penyimpangan estimasi sampel dari proporsi sebenarnya dalam keseluruhan populasi. Apabila kita menginginkan derajat ketepatan yang tinggi maka diambil angka 0,01, maka jumlah sampel akan lebih besar daripada kita memilih derajat ketepatan 0,05.
c         Berapa derajat kepercayaan (confidence level) yang akan digunakan, agar estimasi sampel akurat. Pada umunya digunakan 91% atau 95% derajat kemaknaan (confidence level).
d        Berapa jumlah populasi yang harus diwakili oleh sampel tersebut?
Apabila besar populasi itu lebuh dari 10.000, maka ketepatan besarnya sampel tidak begitu penting. Tetapi bila populasi lebih kecil dari 10.000, ketepatan atau besarnya sampel perlu diperhitungkan.
Dari jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di atas, kita dapat menghitung besarnya sampel untuk mengukur proporsi dengan derajat akurasi pada tingkatan statistik yang bermakna (significance) dengan menggunakan formula yang sederhana seperti di bawah ini:
Keterangan:
d =    Penyimpangan terhadap populasi atau derajat ketepatan yang diinginkan, biasanya 0,05 atau 0,001.
Z =    Standar deviasi normal, biasanya ditentukan pada 1,95 atau 2,0 yang sesuai dengan derajat kemaknaan 95%.
p =    Proporsi untuk sifat tertentu yang diperkirakan terjadi pada populasi. Apabila tidak diketahui proporsi atau sifat tertentu tersebut, maka p = 0,05.
q =    1,0 – p
N =   Besarnya populasi.
n =    Besarnya sampel.
Contoh penggunaan:
Penelitian tentang status gizi anak balita di Kelurahan X dengan jumlah populasi 923.000, di mana kasus atau prevalensi gizi kurang pada populasi tersebut tidak diketahui. Berapa jumlah sampel yang harus diambil apabila menghendaki derajat kemaknaan 95% dan dengan estimasi penyimpangan 0,05?
Jadi jumlah sampel yang akurat lebih kurang 480 atau 500.

Untuk populasi kecil atau lebih kecil dari 10.000, dapat menggunakan formula yang lebih sederhana lagi seperti berikut:
Keterangan:
N = Besar populasi
n  = Besar sampel
d = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan
Rumus-rumus penetuan besarnya sampel, antara lain disebutkan :
1.    Dengan rumus Jacob Cohen :
N = L /f2 + u + I
Dengan keterangan:
N : ukuran sampel
F2 : Effect size
U : banyaknya ubahan yang terkait dalam penelitian
L : Fungsi power dari u, di peroleh dari table, t.s. 1%.
Power (p) = 0.95 dan effect size (f2) = 0.1
Harga L  table dengan t.s. 1% power 0.95 dan u = 5 adalah 19.76
Maka dengan rumus tersebut didapat :
N = (19.76 / 0.1) +5+1 = 203.6 dibulatkan 204
2.    Dengan rumus berdasarkan proporsi, ada 2 rumus.
a.       Dikemukakan oleh Issac dan Michael :
c2 NP ( 1 - P )
S =
                           D2 ( N – 1 ) + c2 P (1 –P)
                  Dimana :
S : ukuran sampel
N : ukuran populasi
P : proporsi dalam populasi
D : ketelitian ( error )
c2 : harga table chi-kuadrat untuk µ tertentu
b.      Dikemukakan oleh Paul Leedy :
Dimana
N      = ukuran Sampel
Z       = Standar score untuk …….. yang dipilih
E       = Proposi tertentu
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan sampel antara lain:
1.      Sampel yang lebih besar akan memberikan hasil yang lebih akurat, tetapi memerlukan lebih banyak waktu, tenaga, biaya, dan fasilitas-fasilitas lain.
2.      pengambilan sampel acak memberikan data kuantitatif yang lebih representarif dan populasi yang besar daripada pengambilan sampel yang non random. Tetapi sampel yang non random dapat digunakan untuk memaksimalkan data kualitatif dari sampel yang relatif kecil.
3.      Besar/kecilnya sampel bukan satu-satunya ukuran untuk menentukan representatif atau tidak representatifnya terhadap populasi. Hal ini tergantung pula pada sifat-sifat populasi yang diwakilinya.
3. Penelitian Kasus
Penelitian kasus adalah suatu penelitian yang dilakukan secara intensif, terinci, mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga atau gejala tertentu. Ditinjau dari wilayahnya maka penelitain kasus hanya meliputi subjek atau daerah yang sangat sempit. Tetapi ditinjau dari sifat penelitian, penelitian kasus lebih mendalam.
Contoh:
Disuatu kelas terdapat satu orang siswa yang sangat menonjol, lain dari yang lain.jika diajar tidak pernah tenang, sifatnay keras, suka membantah.sikapnya berang tetapi prestasinya luar biasa baik. Siswa seperti ini pantas dijadikan kasus artinya dijadikan subjek dalam penelitian kasus.
Didalam penelitian tersebut diselidiki apa sebab mempunyai tingkah laku demikian .apa latar belakangnya bagaimana sejarahnya dan seterusnya. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti terhadap satu sekolahnya misalnya penelitian tentang pelaksanaan kegiatan uks didaerah tersebut.dapat juga dipandang sebagai penelitian kasus.kesimpulan tersebut hanya berlaku bagi sekolah yang diteliti.
Unit analisis
Masih ada satu hal yang cukup penting dalam maslah populasi dan sampel yakni maslah penelitian. Yang dimaksud dengan unit anlisis dalam penelitian adalah satuan tertentu yang diperhitungkan dalam subjek penelitian. Masih banyak peneliti khususnya peneliti pemula yang masih bingung membedakan antara pengertian objek penelitain subjek penelitian dan sumber data.
Contoh dalam penelitian pendidikan peneliti ingin mengetahui mengajar yang banyak digunakan oeh guru guru sma . berdasrkan atas contoh penelitian ini maka yang dimaksud dengan objek penelitian atau variabel penelitian adalah metode mengajar, yang dimaksud dengan subjek penelitian adalah guru,dan sebagai sumber data peneliti adlah guru itu sendiri,serta kepala sekolah yang sekiranya mengetahui tentang jenis metode mengajar yang digunakan oleh guru.

PENGUMPULAN DATA
Berdasarkan sumbernya, data dibagi menjadi:
a. Data Primer: Data yang diusahakan/didapat oleh peneliti
b. Data Sekunder: Data yang didapat dari orang/instansi lain
Data Sekunder cenderung siap “pakai”, artinya siap diolah dan dianalisis oleh peneliti.
Contoh Instansi penyedia data:
• Biro Pusat Statistik (BPS)
• Bank Indonesia
• Badan Meteorologi dan Geofisika
• dll.
Pengumpulan data primer membutuhkan perancangan alat dan metode pengumpulan data.
Metode pengumpulan data penelitian:
a. Observasi
b. Wawancara
c. Kuesioner (Daftar Pertanyaan)
d. Pengukuran Fisik
e. Percobaan Laboratorium
Semua metode mensyaratkan pencatatan yang detail, lengkap, teliti dan jelas. Untuk mencapai kelengkapan, ketelitian dan kejelasan data, pencatatan data harus dilengkapi dengan:
• Nama pengumpul data
• Tanggal dan waktu pengumpulan data
• Lokasi pengumpulan data
• Keterangan-keterangan tambahan data/istilah/responden
­­­­­­Data yang diungkap dalam penelitian dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu : fakta, pendapat, dan kemampuan. Untuk mengukur ada atau tidaknya serta besarnya kemampuan objek yang diteliti, digunakan tes. Untuk manusia, instrument yang berupa tes ini dapat digunakan untuk mengukur kemampuan dasar dan pencapaian atau prestasi. Untuk mengukur kemampuan dasar antara lain: tes intelegensi (IQ), tes minat, tes bakat khusus, dan sebagainya.
Untuk mengatasi kecondongan (bias) hasil yang diperoleh tes, maka disarankan:
1.      Memberikan kesempatan berlatih kepada tester (orang yang melaksanakan tes)
2.      Menggunakan tes lebih dari satu orang, kemudian hasilnya dibandingkan
3.      Melengkapi instrument tes dengan manual (pedoman pelaksanaan) selengkap dan sejelas mungkin
4.      Menciptakan situasi tes sedemikian rupa sehingga membantu tester (orang yang mengejakan tes) tidak mudah terganggu oleh lingkungan
5.      Memilih situasi tes sebaik-baiknya
6.      Perlu menciptakan kerjasama yang baik dan rasa saling percaya antara tester dengan tester
7.      Menentukan waktu untuk mengerjakan tes secara tepat, baik ketepatan pelaksanaan maupun lamanya
8.      Memperoleh izin dari atasan apabila ets tersebut dilakukan di sekolah maupun di kantor
Penggunaan Kuesioner dan Angket
Angket adalah suatu cara pengumpulan data atau suatu penelitian mengenai suatu masalah yang umumnya banyak menyangkut kepentingan umum (orang banyak). Angket ini dilakukan dengan mengederkan suatu daftar pertanyaan yang berupa formulir-formulir, diajukan secra tertulis pada sejumlah subjek untuk mendapat tanggapan, informasi, jawaban, dan sebagai nya. Teknik ini lebih cocok dipakai untuk memperoleh data yang cukup luas dari kelompok/masyarakat yang berpopulasi besar, dan bertebaran tempatnya. Biasanya pengirimannya dilakukan melalui pos kepada responden.
Oleh karena angket ini selalu berbentuk formulir-formulir yang berisikan pertanyaan-pertanyaan (question), maka target sering disebut “questionare”. Tetapi tidak bearti kuisioner  itu sama dengan angket. Sebab kuisioner (daftar pertanyaan) itu tidak selalu responden sendiri yang mengisi, dimana kuisioner ditanyakan secar lisan kepada responden melalui wawancara, dan yang mengisi kuisioner  itu adalah interviewer yang berdasarkan jawaban lisan dari responden. Jadi ada kuisioner yang lansung diisi oleh responden sendiri, yang disebut “angket”, dan ada kuisioner sebagai pedomen (pegangan) wawancara. Mengingat bahwa responden sendiri yang harus mengisi kuisioner tersebut, maka angket tidak dapat dilakukan untuk responden yang buta huruf.
Sebelum kuesioner disusun, maka harus dilalui prosedur :
1.      Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan kuesioner
2.      Mengidentifikasi variable yang akan dijadikan sasaran kuesioner
3.      Menjabarkan setiap variable menjadi sub variable yang lebih spesifik dan tunggal
4.      Menentukan jenis data yang akan dikumpulkan, sekaligus untuk menentukan teknik analisisnya
Penentuan sample sebagai responden kuesioner perlu mendapat perhatian. Apabila salah menentukan sample, informasi yang kita butuhkan barangkali tidak kita peroleh secara maksimal.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perlu tidaknya angket diberi nama adalah :
1.      Tingkat kematangan responden
2.      Tignkat subjektivitas item yang menyebabkan responden enggan memberikan jawaban
3.      Kemungkinan tentang banyaknya angket
4.      Prosedur (teknik) yang akan diambil pada waktu menganalisis data
Untuk memperoleh kuesioner dengan hasil mantap adalah dengan proses uji coba. Sample yang diambil untuk keperluan uji coba harus lah sample dari populasi dimana sample penelitian akan diambil.   
Beberapa tingkat angket
a)      Menurut sifat utamanya
1)        Angket umum, yang berusaha sejauh mungkin untuk memperoleh selengkap-lengkapnya tentang kehidupan seseorang.
2)        Angket khusus, hanya berusaha mendapatkan data-data mengenai sifat khusus dari pribadi seseorang.
b)      Menurut cara penyampaiannya
1)        Angket langsung, apabila disampaikan lansung kepada orang yang dimintai informasinya tentang dirinya sendiri.
2)        Angket tak langsung, apabila pribadi yang disuruh mengisi angket adalah bukan respoden langsung. Ia akan menjawab dan memberikan informasi tentang diri orang lain.
c)      Menurut bentuk strukturnya
1)        Angket berstruktur, angket ini disusun sedemikian rupa tegas, dedinitif, terbata, dan konkret, sehingga responden dapat dengan mudah mengisi atau menjawabnya.
2)        Angket tak berstruktur, angket ini dipakai jika peneliti menghendaki suatu uraian dari informan atau responden tentang suatu masalah dengan suatu penulisan atau penjelasan yang panjang lebar. Jadi pertanyaannya bersifat terbukab dan bebas.
d)      Berdasarkan bentuk pertanyaannya atau menurut jenis penyusun item yang diajukan, angket dibedakan menjadi :
a.         Angket berbentuk isian, dimana responden diberi kebebasan mengisi dengan jawaban yang sesuai menurut responden (open ended item)
b.         Angket berbentuk pilihan, dimana jawabannya telah disediakan (closed ended item)
Persiapan dan penyusunan angket
 Kriteria yang perlu diperhatikan dalam persiapan dan penyusunan angket, antara lain sebagai berikut :
-          Pertanyaan harus singkat dan jelas terutama jelas bagi calon penjawab.
-          Jumlah pertanyaan hendaknya dibuat sedikit mungkin, supaya penjawab tidak terlalu membuang waktu.
-          Pertnyaan hendaknya cukup meransang minat penjawab.
-          Pertanyaan dapat “memaksa” penjawab untuk memberikan jawaban yang mendalam, tetapi “to the point“.
-          Pertanyaan jangan sampai menimbulkan jawaban yang meragukan.
-          Pertanyaan jangan bersifat interogatif, dan jangan sampai menimbulkan kemarahan penjawab.
-          Pertanyaan jangan sampai menimbulkan kecurigaan pada penjawab.
Disamping hal-hal tersebut, pada lembaran pertama dari angket harus dijelaskan tentang tujuan penelitian, serta petunjuk-petunjuk/penjelasn tentang bagaimana cara menjawab atau mengisi formulir angket tersebut.
Kelebihan :
-          Dalam waktu singkat (serentak) dapat diperoleh data yang banyak
-          Menghemat tenaga, an mungkin biaya.
-          Responden dapat memilih waktu senggang untuk mengisinya, sehingga tidak terlalu terganggu bila dibandingkan dengan wawancara.
-          Secara psikologi responden tidak merasa terpaksa, dan menjawab lebih terbuka, dan sebagainya.


Kekurangan:
-          Jawaban akan banyak dibumbui dengan sikap dan harapan-harapan pribadi, sehingga lebih bersifat subjektif
-          Dengan adanya bentuk ( susunan) pertanyaan yang sama untuk responden yang sangat heterogen, maka penafsiran pertanyaan akan berbeda-beda sesuai dengan latar belakang social, pendidikan, dan sebagainya dari responden.
-          Tidak apat dilakukan pada masyarakat yang buta huruf.
-          Apabila responden tidak dapat memahami pertanyaan/tak dapat menjawab, akan terjadi kemacetan, dan mungkin responden tidak akan menjawab seluruh angket.
-          Sangat sulit memutuskan pertanyaan-pertanyaan secar cepat dengan menggunakan bahasa yang jelas atau bahasa yang sederhana.
Penggunaan Metode Interview
Wawancara adalah suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seseorang sasaran penelitian (responden) atau bercakap-cakap dengan orang tersebut (face to face).
Jadi, data tersebut diperoleh langsung dari responden melelui suatu pertemuan atau percakapan. Wawancara sebagai pembantu utama dari metode observasi. Gejala-gejala sosial yang tidak dapat terlihat atau diperoleh melalui observasi dapat digali melalui wawancara.
Wawancara bukanlah sekedar angka lisan saja, sebab dengan wawancara peneliti akan dapat :
a.       Memperoleh kesan langsung dari responden’
b.      Menilai kebenaran yang dikatakan oleh responden
c.       Membaca air muka atau mimic dari responden
d.      Memberikan penjelaan bila pertnyaan tidak dimengerti responden.
e.       Memancing jawaban bila jawaban buntu.
 Di dalam wawancara hendaknya antara pewawancara (interviewer) dengan sasaran (interviewee) :
a.       Saling melihat, saling mendengar dan saling mengerti
b.      Terjadi percakapan biasa, tidak terlalu kaku( formal)
c.       Mengadakan persetujuan/perencanaan pertemuan dengan tujuan tertentu
d.      Menyadari adanya kepentingan yang berbeda anatar pencari informasi dengan pemberi informasi


Tekhnik wawancara
Berhasil atau tidaknya wawancara pada garis besarnya tergantung pada 3 hal  yaitu hubungan baik anata interviewer dengan interviewee, keterampilan social interviewer serta pedoman dan cara pencatatan.
a.       Hubungan baik antara pewawancara dengan sasaran (interviewee)
Dalam suatu wawancaara interviewee akan memberikan informasi-informasi atau menjawab-menjawab pertanyaan dengan baik atau benar, apbila teercipta suasana yang bebas dan tidak laku. Suasana seperti ini akan dapat terbentuk apabila ada hubungan yang baik, saling percaya mempercayai antara pewawancara dengan yang diwawancarai. Suasana semacam ini disebut “rapport”. Jadi tugas pertama dari pewawancara adalah  menciptakan rapport ini. Untuk menciptakan keadan ini dapat dicapai dengan :
1.      Lebih dahulu mengadakan pembicaraan pendahuluan atau “ war ming up” untuk perkenalan dan sekaligus untuk menjelaskan tujuan wawancara.
2.      Menggunakan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti. Apabila mungkin menggunakan bahasa sehari-hari deri responden, atau mungkin bahasa daerah
3.      Masalah dengan permasalhan yang sesuai dengan minat atau keahlian responden, sehingga mereka tertarik lebih dahulu.
4.      Menciptakan suasana yang bebas dan santai, sehingga responden tak merasa tertekan/terpaksa.
5.      Hindarkan kesan kesan yang terburu-buru, tidak sabar, dan sikap yang kurang menghargai (sinis).
6.      Memberikan sugesti kepada interviewee bahwa keterangan atau jawaban mereka sangat berharga, tetapi dijaga pula jangan sampai mereka “over acting”
7.      “probing” (menstimulasi percakapan) . apbila jawaban itu masih kurang lengkap, atau mungkin macet (tidak memperoleh jawaban dari interviewee, ransanglah sehingga jawaban muncul). Hal ini disebut “probing”. Probing ini juga diperlukan untuk mengarahkan atau menyaring jawaban-jawaban yang relevan.
8.      Hendaknya bersikap hati-hati, jangan sampai menyentuh titik-titik kritik (kritikal points) dari interviewee, misalnya hal-hal yang sangat sensitif dan rahasia.
9.      Harus memegang teguh “kode etik” interviewer yang antara lain tidak membicarakan dengan pihak siapapun tentang rahasia dari interviewee.
b.      Keterampilan sosial interviewer
Seorang pewancara disamping mempunyai tugas untuk menciptakan “raport” dengan responden, ia juga harus mempunyai penampilan diri yang baik. Dengan kata lain ia harus mempunyai keterampilan soaial.
Ketarampilan social tersebut antara lain meliputi :
1.         Bersikap ramah, sopan, dan berpakain rapi.
2.         Menggunakan bahasa yang sopan, ringkas dan mudah ditangkap.
3.         Besikap luwes, supel, dan bijaksana.
4.         Menggunakan lagu dan nada suara yang menarik, tidak terlalu keras, tetapi juga jangan terlalu lembut.
5.         Bersikap responsif, pada saat tertentu dapat ikut merasakan sesuatu yang terjadi pada diri interviewee. Misalnya, bila interviewee sedang mneceritakn penderitaan atau kegembiraannya, interviewwr dapat menghayati.
6.         Memberikan sugesti yang halus, tetapi tidak sampai mempengarui jawaban responden.
7.         Menunjukan sikap keterbukaan dan setia, sukarela, tidak menunjukan sikap tertutup dan terpaksa.
8.         Apabila intervieweer menggunakan alat-alat pencatat (kuisioner misalnya), gunakan lah secara informal. Bila mungkin tidak sampai terlihat oleh interviewee.
9.         Waktu bicara tataplah wajah interviewee, demikian pula waktu mendengarkan jawaban-jawaban dari mereka.
10.     Waktu wawancara lebih baik, menyebut nama responden (interviewee) dari pada denagn sebutan bapak, ibu, anda atau saudara. Misalnya “Bapak anak Pak Kijo” (lebih baik, dari pada: Berapa anak bapak?”)
c.       Pedoman dan cara pencatatan wawancara
Secara garis besarnya pencatatan data wawancara dapat dilakukan dengan 5 cara, yaitu pencatatan lansung, pencatatan ingatan, pencatatan dengan field ratting, dan pencatatan dengan field coding.
a)      Pencatatan langsung
Maksudnya pewawancara dengan langsung mencatat jawaba-jawaban dari interviewee, sehingga alat-alat dan pedoman penelitian interviewer harus selalu siap di tangan. Memang hal ini ada keuntungannya, bahwa interviewer belum lupa tentang jawaban-jawaban atau data yang diperoleh. Tetapi kerigiannya, hubungan wawancara dengan responden menjadi kaku dan tidak bebas, sehingga rapport terganggu.
b)      Pencatatan dari ingatan
Dalam jenis pencatatan ini, pencatatan dilakukan setelah wawancara selesai seluruhnya. Jadi dalam wawancara ini tidak memegang apa-apa, sehingga hubungan antara kedua nelah pihak tidak terganggu, dan rapport mudah tercipta. Tetapi cara ini mempunyai beberapa kelemahan antara lain:
-          Banyak data/jawaban yang hilang karena kelupaan
-          Banyak data yang terdesak oleh keterangan-keterangan lain yang oleh informan diceritakan secara menonjol dan dramatis.
-          Data yang dicatat dari ingatan, terutama dalam waktu yang agak lama akan meengandung banyak kesalahan.
-          Sering juga data yang dicatat dari ingatan kehilangan sarinya.
c)      Pencatatan dengan alat recording
Pencatatn dengan alat recording ini sangat memudahkan pewawancara, karena daoat mencatat jawaban secara tepat dan detail. Pada saat ini banyak alat-alat elektronik semacam ini yang berukuran mini, yang mudah dibawa kemana-mana dan tanpa memerlukan persiapan yang bearti secara tidak terlalu mencolok.
Tetapi kelemahan pencatatan dengan alat ini ialah, memerlukan kerja dua kali. Sebab interviewer harus menyalin atau menulis bagi dari alat ercoding tersebut. Disamping itu pencatatan semacam ini sangat mahal harganya.
d)      Pencatatan dengan field rating ( dengan angka)
Sebelum menagdakan pencatatan dengan sendirinya intervieweer mempersiapkan lebih dahulu formulis isian atau kuisioner atau data  yang akan ddikumpulkan, dan sekaligus memperhitungkan jawaban yang digolongkan dalam kategori, tiap-yiap kategori diberi nilai “ kata nilai” misalnya kita ingin mengukur tanggapan dan penilaian terhadap Program Keluarga Berencana, maka jawaban yang kita sediakan :
-          Sangat setuju sekali atau dengan angka 5
-          Sanagt setuju, dengan angka 4
-          Setuju, dengan angka 3
-          Tidak setuju, dengan angka 2
-          Sangat tidak setuju, dengan angka 1
-          Tidak ada tanggapan , dengan angaka 0
e)      Pencatatan data wawancara dega kode (field coding)
Seperti pada field rating, jawaban responden tidak dinilai dengan angka “kata angka” melainkan hanya dengan tanda atau kode saja. Biasanya kode tersebut berupa huruf atau tanda-tanda lain yang mengkiaskan jawaban-jawaban, misalnya dengan huruf A, B, C. D dan sebagainya. Atau dengan tanda positif (+) atau engan tanda negative (-), untuk jawaban “ya” atau “tidak”
Kelebihan Dan Kekurangan Metode Wawancara
Kelebihannya:
1)      Metode ini tidak akan menemui kesulitan meskipun respondennya buta huruf sekalipun, atau pada lapisan masyarakat yang mana pun, karena alat utamanya adalah bahasa verbal. Dengan pengertian, bahwa intervieweet harus dapat menyesuaikan bahasa dan cara dengan latar belakang responden.
2)      Karena keluwesan dan fleksibilitasnya ini, maka metode wawancara dan di pakai secara verifikasi data terhadap data yang diperoleh dengan cara observasi ataupun angket.
3)      Kecuali untuk menggali informasi, sekaligus dipakai untuk mengadakan observaasi terhadap prilaku pribadi.
4)      Merupakan suatu tekni efektif untuk menggali gejala-gejala psychis, terutama yang berada dibawah sadar.
5)      Dari pengalaman para peneliti. Metode ini sangat cocok untuk dipergunakan dalam pengumpulan data-data social.
Kekurangan-kekurangannya:
1)      Kurang efesien, karena memboroskan waktu, tenaga, pikiran, dan biaya.
2)      Diperlukan adanya keahlian/penguasaan bahasa dan interviewer.
3)      Memberikan kemungkinan interviewer dengan sengaja memutarbalikan jawaban. Bahkan memberikan kemungkinan interviewer untuk memalsukan jawaban yang dicatata dalam wawancara (tidak jujur)
4)      Apabila interviewer dan interviewee mempunyai perbedaan yang sanagt mencolok, sulit untuk mengadakan repport sehingga data yang diperoleh kurang akurat.
5)      Jalannya interview sangat dipengaruhi oleh situasi dan ondisi sekitar, sehingga aka menghambat dan mempengaruhi jawaban dan data uynag diperoleh.
Sebagai pengembangan dari metode wawancara disarankan penggunaan metode sarasehan (round table). Metode ini dilakukan dalam kelompok, dimana para responden diminta duduk melingkar dan pewawancara yang bertindak sebagai fasilitator merupakan dalah satu dari anggota lingkaran.
Dibandingkan dengan wawancara biasa, metode sarasehan memiliki keuntungan-keuntungan:
  1. Menghemat waktu karena dalam waktu yang bersamaan peneliti dapat mengetahui pendapat atau fakta yang dialami oleh sekelompok orang
  2. Pengumpulan data dilaksanakan dalam suasana santai, penuh rasa persahabatan dan kekeluargaan sehingga data yang diperoleh akan lebih objektif
  3. Peneliti akan dapat mengkait-kaitkan beberapa pertanyaan dalam menjalin pertanyaan yang komprehensif
Penggunaan Metode Observasi
Pengamatan adalah suatu hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari adanya rangsangan. Mula-mula rangsangan dari luar mengenai indera, dan terjadilah penginderaan, kemudian apabila rangsangan tersebut menarik perhatian akan dilanjutkan dengan adanya pengamatan.
Contoh : sebuah mobil di depan kita akan menyebabkan penginderaan pada kita.
Apabila mobil itu menarik perhatian kita, maka akan terjadi proses pengamatan. Pada penginderaan tidak disertai keaktifan jiwa, sedangkan pada pengamatan disertai keaktifan jiwa.
Dalam penelitian, pengamatan adalah suatu prosedur yang berencana, yang antara lain meliputi melihat dan mencatat jumlah dan taraf aktivitas tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti. Jadi didalam melakukan observasi bukan hanya “mengunjungi”.”melihat”, atau “menonton” saja, tetapi disertai keaktifan jiwa atau perhatian khusus dan melakukan pencatatan-pencatatan. Ahli lain mengatakan, bahwa observasi adalah studi yang disengaja dan sistematik tentang fenomena sosial dan gejala-gejala psychis dengan jalan “mengamati”dan “mencatat”.
Observasi dapat dibantu dengan cara :
1.      Mengklasifikasikan gejala-gejala yang relevan
2.      Observasi diarahkan pada gejala-gejala yang relevan
3.      Menggunakan jumlah pengamatan yang lebih banyak
4.      Melakuakn pencatatan dengan segera
5.      Didukung pula oleh alat-alat mekanik/elektronik seperti alat pemotret, film, tape recorder, dan lain-lain


Sasaran pengamatan
Apabila seorang peneliti terjun ke tengah-tengah masyarakat akan dijumpai banyak sekali kenyataan/ gejala-gejala social yang dijadikan sasaran pengamatan. Tetapi tidak semua yang dilihat dan diamati itu diperlukan di dalam penelitian. Oleh karena itu, sasaran pengamatan peneliti akan menghadapi kesukaran dalam menentukan apa yang harus diamati dan diperintahkan dengan seksama, dan apa yang diabaikan.
Pembatasan tentang sasaran pengamatan ini, sebaiknya dipertimbangkan terlebih dahulu sebelum peneliti mulai mengadakan pengamatan. Untuk membantu pembatasan sarana penelitan ini peneliti dapat mempelajari teori-teori ataupun pengetahuan-pengetahuan. Dari sini akan diperoleh gambaran mengenai kenyataan-kenyataan yang perlu diperhatikan dalm mempelajari masalah social tertentu. Misalnya, kita akan mengamati status social ekonomi seseorang, disamping kita dapat mengamati kekayaannya, kita juga dapat mengamati gejala-gejala lain yang menunjukkan tinggi rendahnya status social orang tersebut, yang semua ini dapat dipelajari dalam literature atau pengalaman-penagalaman.
Disamping itu, untuk menetukan batas sasaran pengamatan diperlukan rangka penulisan yang merupakan teori atau konsep-konsep dan hipotesis, yang telah disusun di dalam suatu rancangan penelitian. Kemudian konsep atau pun hipotesis tersebut dijabarkan pada instrument yang lebih konkret.
Beberapa jenis pengamatan
a.    Pengamatan terlibat ( observasi partisipatif )
Pada jenis pengamatan ini, pengamat (observer) benar-benar mengambil bagian dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh sasaran pengamatan (observee). Dengan kata lain, penagamat ikut aktif berpartisipasi pada aktivitas dalam kontak social yang tengah diselidiki. Jenis teknik ini biasanya digunakan di dalam penelitian yang bersifat eksploratif, yang mula-mula dipakai dalam penelitian di bidang antropologi. Tetapi akhirnya diterapkan pula terhadap kesatuan-kesatuan social lainnya.
Yang perlu diperhatikan di dalam observasi partisipasi ini adalah jangan sampai mereka atau (observee) tahu bahwa pengamat yang berada di tengah – tengah mereka sedang memperhatikan gerak gerik mereka oleh karena itu pada pencatatan yang dilakukan oleh pengamat jangan sampai terlihat oleh sasaran pengamatan. Apabila observe tahu bahwa mereka sedang diperhatikan, maka akan terjadi kemungkinan – kemungkinan sebagai berikut:
·         Tingkah laku mereka akan dibuat – buat.
·         Kepercayaan mereka terhadap pengamat akan hilang, yang akhirnya menutup diri dan selalu berprasangka.
·         Dapat mengganggu situasi dan relasi pribadi.
·         Akibat dari semua ini akan diperoleh data yang bias.
Agar observasi partisipatif ini berhasil perlu diperhatikan hal – hal sebagai berikut:
·         Dirumuskan gejala apa yang harus diobservasi.
·         Diperhatikan cara pencatatan yang baik, sehingga tidak menimbulkan kecurigaan.
·         Memelihara hubungan baik dengan observee.
·         Mengetahui batas intensitas partisipasi.
·         Menjaga agar situasi dan iklim psikologi tetap wajar.
·         Sebaiknya pendekatan pengamatan dilakukan melalui tokoh – tokoh masyarakat setempat ( key person ).
b.        Pengamatan sistematis 
Ciri utama jenis pengamatan ini adalah mempunyai kerangka atau struktur yang jelas, dimana didalamnya berisikan factor yang diperlukan, dan sudah dikelompokkan ke dalam kategori-kategori. Dengan demikian maka materi observasi mempunyai skope yang lebih sempit dan terbatas, sehingga pengamatan lebih terarah. Pada umumnya observasi sistematika ini didahului suatu observasi pendahuluan, yakni dengan observasi partisipasif guna mencari penemuan dan perumusan masalah yang akan dijadikan sasaran observasi.
Apabila dalam suatu observasi tidak diadakan sistematika secara kategoris atau tidak mempunyai kerangka struktur, maka pengamatan ini digolongkan dalam observasi non-sistematis. Hal ini yang perlu diperhatikan oleh pengamat dalam pengamatan yang berstruktur ini adalah agar bermacam-macam peralatan yang dipergunakan untuk mengadakan pencatatan jangan sampai mengganggu hubungan antara pengamat itu sendiri dengan observe (yang diamati).
c.         Observasi eksperimental
Dalam observasi ini observe dicoba atau dimasukkan ke dalam suatu kondisi atau situasi tertentu. Kondisi dan situasi ini diciptakan sedemikian rupa sehingga yang akan dicari/diamati akan timbul. Pengamatan dilakukan dengan amat diteliti, karena  pada umumnya gejala-gejala social itu sulit untuk ditimbulkan lagi meskipun dalam situasi dan kondisi yang sama.
Dalam jenis observasi ini semua kondisi dan factor-faktornya dapat diatur dan dikendalikan, maka observasi eksperimental ini juga disebut pengamatan terkendali. Keuntungan dari pengamatan terkendali ini antara lain : orang tidak perlu menunggu terlalu lama timbulnya suatu gejala atau tingkah laku yang diperlukan. Sebab gejala/tingkah laku yng sulit timbul dalam keadaan normal, dengan stimulus/kondisi yang sengaja diciptakan itu,gejala-gejala tersebut dapat muncul. Misalnya gejala frustasi, ketekunan, agresi, reaksi dan sebagainya.
Namun demikian pengamatan jenis ini mempunyai kelemahan-kelemahan karena hasilnya sering”bias”. Hal ini disebabkan karena orang-orang yang menjadi sasaran pengamatan seolah-olah dipaksa untuk meninggalkan lingkungan mereka yang asli, dan memasuki suatu tempat dan ruangan yang asing bagi mereka, sehingga apa yang dilakukan mereka ditempat/situasi yang asing ini berbeda dengan tingkah laku mereka selama di dalam percobaan dibuat-buat.
Sedikit untuk mengurangi kelemahan ini kadang-kadang digunakan”one way screen”, yaitu suatu alat yang memungkinkan pengamat melihat segala sesuatu yang terjadi atau yang diperbuat oleh observe di belakang layar, sedangkan orang yang diamati tidak melihat pengamat(observer). Hal ini akan lebih menjamin observe dapat bebuat bebas dan wajar.
Sering juga observasi eksperimental ini disebut observasi terkontrol, karena dengan sengaja proses/gejala-gejalanya diusahakan agar dapat dikendalikan dan dikontrol. Pengamatan semacam ini banyak dilakukan dalam laboratorium ilmiah, klinik khusus, ruang-ruang penelitian dan sebagainya yang mengadakan penyelidikan terhadap gejala kealaman dan fenomena social yang sederhana (tidak kompleks ).
Tetapi pada kenyataan gejala social itu sangat kompleks, dimana satu gejala social itu berada ditengah matrix social yang luas dan riil, yang kondisi dan situasinya sulit untuk dikontrol. Maka timbullah observasi tidak terkontrol, karena kondisi dan situasinya tidak dikendalikan oleh pengamat untuk kemudian dilakukan pengontrolan. Untuk memepelajari fenomena social ini digunakanlah teknik observasi partisipatif seperti telah diuraikan.
Kelebihan dan kekurangan teknik pengamatan
Kelebihan:
1.      Merupakan cara pengumpulan data yang murah, mudah dan langsung guna mengadakan penelitian terhadap macam-macam gejala.
2.      Tidak mengganggu, sekurang-kurangya tidak terlalu mengganggu pada sasaran pengamatan (observee).
3.      Banyak gejala-gejala psychis yang penting yang tidak atau sukar diperoleh dengan teknik angket ataupun interview, tetapi dengan metode ini mudah diperoleh.
4.      Dimungkinkan mengadakan pencatatan secara serempak kepada sasaran pengamatan yang lebih banayak.
Kekurangan :
1.      Banyak peristiwa peikhlis tertentu yang tidak dapat diamati, misalnya harapan, keinginan, dan masalah-masalah yang sifatnya sangat pribadi, dan lain-lain.
2.      Sering memerlukan waktu yang lama, sehingga membosankan, karena tingkah-laku/gejala yang dikehendaki tidak muncul-muncul
3.      Apabila sasaran pengamatan mengetahui bahwa mereka sedang diamati, mereka akan disengaja menimbulkan kesan-kesan yang menyenangkan atau tidak menyenangkan. Jadi sifatnya dibuat-buat.
4.      Sering objektifitas dari observer tidak dapat dihindari.
Beberapa alat observasi:
Seperti telah disinggung didepan bahwa pelaksanaan observasi agar dengan cermat memeperoleh data, diperlukan beberapa alat bantu. Alat-alat tersebut antara lain :
1.    Check list
Adalah suatu daftar pengecek, berisi nama subjek dan beberapa gejala/identitas lainnya dari sasaran pengamatan. Pengamat tinggal memberikan tanda check(x) pada daftar tersebut yang menunjukkan adanya gejala/cirri dari sasarn pengamatan. Check list ini dapat bersifat individual dan juga dapat bersifat kelompok. Kelemahan check-list ini adalah hanya dapat menyajikan data yang dasar saja, hanya mencatat ada atau tidaknya suatu gejala.
Contoh check list:
Check list kelompok
Faktor2/Gejala
Nama
Disiplin
Kecerdasan
Ketekunan
Keterampilan
1.      Ali
2.      Badu
3.      Cholik
4.      Dadang
5.      Dst.
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
*kelemahan check list ini adalah hanya dapat menyajikan data yang kasar, sebab hanya mencatat ada atau tidaknya suatu gejala.
2. Skala penilaian (Rating scale)
Skala ini berupa daftar yang berisikan cirri-ciri tingkah laku, yang dicatat secar bertingkat. Rating scale ini dapat merupakan satu alat pengumpulan data untuk menerangkan, menggolongkan dan menilai seseorang atau suatu gejala. Skala penilaian ini dapat berbentuk berbagai macam, anatara lain :
a.    Bentuk kuantita yang menggunakan score atau rangking.
Contoh : Penilaian terhadap gejala tertentu sebagai berikut :
Gejala
Skor 1
Skor 2
Skor 3
Skor 4
Skor 5
Kerja sama
Kerajinan
Partisipasi
Ketekunan
Dsb.

X

X
X

X

Pengamat tinggal memberikan score dari gejala yang diamati denagn sendirinya menurut “judgment” pengamat itu sendiri.
b.    Rating scale dalam bentuk screening
Contoh : Kerja sama
-----------------------   dapat/mau bekerja sama dengan orang lain
-----------------------   kadang-kadang mau bekerjasama, tetapi tidak efektif
-----------------------   mau bekerjasama, tetapi dengan orang-orang tertentu saja
-----------------------   bekerja sama secara baik dengan orang lain.
-----------------------   bekerja sama baik sekali dengan setiap orang
Pengamat memerikan tanda check di muka pertanyaan-pertnyaan yang telah tersusun
Penggunaan Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi, yaitu mncari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat, lengger, agenda, dan sebagainya. Dibandingkan dengan metode lain, maka metode ini agak tidak begitu sulit, dalam arti apabila ada kekeliruan sumber datanya masih tetap, belum berubah.



  UJI STATISTIK ( UJI HIPOTESIS )

Setelah diketahui karakteristik masing-masing variable dapat diteruskan analisa yang lebih lanjut. Apabila diinginkan analaisis hubungan anatra 2 variabel, maka analisis dilanjutkan pada tingkat bivariat. Untuk mengetahui hubungan 2 variabel tersebut biasanya digunakan prosedur pengujian statistik/uji hipotesis.
Pengujian hipotesis dapat berguna untuk membantu pengambilan keputusan tentang apakah suatu hipotesis yang diajukan, cukup meyakinkan untuk ditolak  atau tidak ditolak. Keyakinan ini didasarkan pada besarnya peluang untuk memperoleh hubungan tersebut secara kebetulan (by chance). Semakin kecil peluang tersebut, semakin besar keyakinan bahwa hubungan tersebut memang ada.
Prinsip uji hipotesis adalah melakukan perbandingan antara nilai sampel (data hasil penelitian) dengan nilai hipotesis (nilai populasi) yang diajukan. Peluang untuk diterima dan ditolaknya suatu hipotesis tergantung besar kecilnya perbedaan antara nilai sampel dengan nilai hipotesis. Bila perbedaan tersebut cukup besar, maka peluang untuk menolak hipotesis pun besar pula, sebaliknya bila perbedaan tersebut kecil, maka peluang untuk menolak hipotesis menjadi kecil. Jadi, makin besar perbedaan antara nilai sampel dengan nilai hipotesis, makin besar peluang untuk menolak hipotesis.
HIPOTESIS
Hipotesis berasal dari kata hupo dan thesis. Hupo artinya sementara/lemah kebenarannya dan thesis artinya pernyataan/teori. Dengan demikian hipotesis berarti pernyataan sementara yang perlu diuji kebenarannya. Untuk menguji kebenaran sebuah hipotesis digunakan pengujian yang disebut pengujian hipotesis.Di dalam pengujian hipotesis ditemui 2 jenis gipotesis, yaitu hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternative (Ha)
a.       Hipotesis Nol (Ho)
Hipotesis yang menyatakan tidak ada perbedaan sesuatu kejadian antara kedua kelompok. Atau hipotesis yang menyatakan tidak ada hubungan antara variable satu dengan variable yang lain.
Contoh :
1.      Tidak ada perbedaan berat badan bayi antara yang dilahirkan dari ibu yang merokok dengan mereka yang dilahirkan dari ibu yang tidak merokok.
2.      Tidak ada hubungan merokok dengan berat badan bayi.
b.      Hipotesis alternative (Ha)
Hipotesis yang menyatakan ada perbedaan satu kejadian antara kedua kelompok. Atau hipotesis yang menyatakan ada hubungan variable satu dengan variable yang lain.
Contoh :
1.      Ada perbedaan berat badan bayi antara mereka yang melahirkan dari ibu yang merokok  dengan mereka yang dilahirkan dari ibu yang tidak merokok.
2.      Ada hubungan merokok dengan berat badan bayi
ARAH/BENTUK UJI HIPOTESIS
Bentuk hipotesis alternative akan menentukan arah uji statistik apakah satu arah (one tail) atau dua arah (two tail).
1.      One tail (satu sisi) : bila hipotesis alternatifnya menyatakan adanya perbedaan dan adanya pernyataan yang mengatakan hal yang satu lebih tinggi/rendah dari hal yang lain.
Contoh : berat badan bayi dari ibu hamil yang merokok lebih kecil dibandingkan berat badan bayi dari ibu hamil yang tidak merokok.
2.      Two tail (sua sisi) merupakan hipotesis alternative yang hanya menyatakan perbedaan tanpa melihat apakah hal yang satu lebih tinggi/rendah dari hal yang lain.
Contoh : berat badan bayi dari ibu hamil  yang merokok berbeda dibandingkan berat badan bayi dari ibu yang tidak merokok. Atau dengan kata lain : ada perbedaan berat badan bayi antara mereka yang dilahirkan dari ibu yang merokok dibandingkan dengan mereka yang tidak merokok
PROSEDUR/LANGKAH UJI HIPOTESIS
A.     Menetapkan Hipotesis
Menetapkan apakah hipotesis menyatakan ada perbedaan atau tidak. Dari hipotesis alternative akan diketahui apakah uji statistik menggunakan satu arah atau dua arah.
B.     Penentuan uji statistik yang sesuai
Ada beragam  uji statistik yang dapat digunakan. Setiap uji statistik mempunyai persyaratan tertentu yang harus dipenuhi. Oleh karena itu, harus digunakan uji statistik yang tepat sesuai dengan data yang diuji. Jenis uji statistik sangat tergantung dari :
1.      Jenis variable yang akan dianalisis
2.      Jenis data apakah independen atau independen
3.      Jenis distribusi data populasinya apakah mengikuti distribusi normal atau tidak
Sesuai gambaran, jenis uji statistic untuk mengetahui perbedaan mean akan berbeda dengan uji statistic untuk mengetahui perbedaan proporsi/persentase. Uji beda mean menggunakan uji T atau uji anova, sedangkan uji untuk mengetahui perbedaan proporsi digunakan uji Chi-square.
C.     Menentukan batas atau tingkat kemaknaan (level of significance)
Batas/tingkat kemaknaan, sering juga disebut dengan nilai α.Penggunaan nilai alpha tergantung tujuan penelitian yang dilakukan, untuk bidang kesehatan masyarakat biasanya menggunakan nilai alpha 5%
D.     Penghitungan uji statistic
Penghitungan uji statistik adalah menghitung data sampel ke dalam uji hipotesis yang sesuai. Misalnya kalau ingin menguji perbedaan mean antara dua kelompok, maka data hasil pengukuran dimasukkan ke rumus uji T. Dari hasil perhitungan tersebut , kemudian dibandingkan dengan nilai populasi untuk mengetahui apakah ada hipotesis ditolak atau gagal menolak hipotesis.
E.      Keputusan uji statistik
Seperti telah disebutkan bahwa hasil pengujian statistik akan menghasilkan  dua kemungkinan keputusan yaitu menolak Hipotesis nol dan Gagal menolak hipotesis nol. Keputusan uji statistik dapat dicari dengan dua pendekatan: klasik dan pendekatan probablistik. Kedua pendekatan secara jelas akan diuraikan sebagai berikut:
a.       Pendekatan klasik
Untuk memutuskan apakah Ho ditolak atau gagal di tolak dapat digunakan cara membandingkan nilai perhitungan uji statistic dengan nilai pad table. Nilai table yang dilihat sesui dengan jenisdisribusi uji yang kita lakukan. Misalnya, kalau kita lakukan uji Z maka nila table dilihat dari table Z( table kurve normal). Besarnya nilai table sangat tergagtung dari nila alfa yang kita gunakan dan juga tergantung dari apakah uji kita one tail ( satu sisi/satu arah) atau two tail(dua sisi/dua arah)
b.      Pendekatan probabilstik
Seiring dengan kemajuan perkembangan komputer maka uji statistic dapat dengan mudah dan cepat dilakukan dengan program statistik yang tersedia dipasaran seperti Epi info, SPSS, SAS dll. Setiap kita melakukan uji statistik melalui program komputer maka akan ditampilkan atau dikeluarkan nilai P (p value).Nilai P dapat kita gunakan untuk keputusan uji statistik dengan cara membandingkan nilai P dengan nilai α (alpha). Ketentuan yang berlaku sebagai berikut:
-          Bila nilai p ≤ α, maka keputusan nya adalah Ho ditolak
-          Bila nila p > α, maka keputusannya Ho gagal ditolak
Perlu diketahui bahwa nilai p two tail adalah dua kali nilai p one tail berarti kalau table yang digunakan adalah table one tail sedangkan uji statistik yang dilakukan two tail maka niali p ditabel harus dikalikan 2. Dengan demikian dapt disederhanakan dengan rumus : nilai P two tail = 2 x nilai p one tail
Pendekatan probabilistic ini sekarang sudah mulai digunakan oleh para ahli statistik dalam pengambilan keputusan uji statistic. Pada modul ini dalam memutuskan  uji satistik juga menggunakan pendekatan ini.
Pengertian nilai P
Nilai p adalah nilai yang menunjukkan  besarnya peluang menolak Ho dari data penelitian. Niali p dapat pula diartikan sebagai besar nilai peluang hasil penelitian ( misalnya adanya perbedaan mean atau proporsi) terjadi karena faktor  kebetulan. Harapan kita nilai p adalah sekecil mungkin, sebab bila nilai P-nya kecil, maka kita yakin bahwa adanya perbedaan pada hasil menunjukkan pula adanya perbedaan pada hasil penelitian menunjukkan pula adanya perbedaan di populasi. Dengan kata lain, kalau nilai P-nya kecil maka perbedaan yang ada pada penelitian terjadi bukan karena factor kebetulan (by chance)
Berbagai uji statistik yang dapat digunakan untuk analisis bivariat :
Jenis variable:
VARIABEL I               VARIABEL II              JENIS2 UJI STATISTIK YANG DIGUNAKAN
KATAGORI                KATAGORI                CHI-SQUARE
KATAGORI                NUMERIK                   UJI-T
                                                                        ANOVA
NUMERIK                   NUMERIK                   KORELASI
                                                                        REGRESI


BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian, apabila seseorang ingin meniliti semua elemen yang ada di wilayah penelitiannya merupakan penelitian populasi. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang di teliti, dinamakan penelitian sampel apabila kita bermaksud untuk mengeneralisasi hasil penelitian sampel, dan jika hanya meneliti sebagaian dari populasi.
Secara garis besar hanya ada 2 jenis sample yaitu sample-sampel probabilitas ( probability sample ) atau sering disebut random sample ( sampel acak ) dan sample-sampel non-probabilitas ( non-probability sample ).
Metode pengumpulan data penelitian:
a. Observasi
b. Wawancara
c. Kuesioner (Daftar Pertanyaan)
d. Pengukuran Fisik
e. Percobaan Laboratorium

Statistik berarti berupa kumpulan data berupa angka,bisa berarti keseluruhan metode pengumpulan data. Statistik diartikan sebagai ilmu yakni ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan cara-cara pengumpulan, pencatatan, pengolahan, dan pengambilan keputusan yang beralasan berdasarkan penganalisaan yang dilakukan.








Tidak ada komentar: