]BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Riset atau penelitian adalah suatu usaha yang sistematis, terkendali dan dan empiris dalam
pengembangan ilmu pengetahuan dan penyelesaian masalah. Penelitian terapan adalah penelitian yang diarahkan untuk tujuan
mengatasi masalah melalui metode ilmiah
(Bondan Palestin, 2007).
Riset
keperawatan menurut American Nurse’s Assosiation (1981) adalah pengembangan
pengetahuan tentang kesehatan dan kemajuan kesehatan di dalam keseluruhan
rentang kehidupan, merawat atau memelihara orang yang mengalami masalah
kesehatan dan ketidakmampuan baik fisik maupun psikologis (Windi Arini dkk,
2010).
Evidance Based Nursing Practice
merupakan fakta terbaik dari riset diaplikasikan secara hati-hati dan bijaksana
dalam tindakan preventif, pendeteksian, maupun asuhan keperawatan. Evidance Based Nursing Practice) adalah
ketelitian yang digunakan dalam membuat keputusan klinik tentang perawatan
pasien (Windi Arini dkk, 2010).
Proses
penelitian diawali dengan penyusunan proposal penelitian yang dimulai dari
identifikasi masalah dibidang keperawatan melalui penelitian keperawatan sampai
penyajian hasil penelitian (Bondan Palestin,
2007).
Keperawatan
sebagai profesi dituntut untuk mengembangkan keilmuannya sebagai wujud
kepeduliannya dalam meningkatkan kesejahteraan umat manusia baik dalam
tingkatan preklinik maupun klinik. Untuk dapat mengembangkan keilmuannya maka
keperawatan dituntut untuk peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di
lingkungannya setiap saat. Peran perawat adalah menjaga pasien mempertahankan
kondisi terbaiknya terhadap masalah kesehatan yang menimpa dirinya (Florence
Nigthingale dalam bukunya What it is and What it is not) (Gibyanto, 2010).
Perawatan adalah
suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan yang di dasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk
pelayanan bio-psiko-sosio-spritual yang komprehensif serta di tujukan kepada
individu, keluarga, dan masyarakat baik sakit maupun sehat yg mencakup seluruh
siklus kehdpan manusia (Lokakarya keperawatan Nasional 1986).
Keperawatan
sebagai bagian intergral dari pelayanan kesehatan, ikut menentukan menentukan
mutu dari pelayanan kesehatan. Tenaga keperawatan secara keseluruhan jumlahnya
mendominasi tenaga kesehatan yang ada, dimana keperawatan memberikan
konstribusi yang unik terhadap bentuk pelayanan kesehatan sebagai satu kesatuan
yang relatif, berkelanjutan, koordinatif dan advokatif. Keperawatan sebagai
suatu profesi menekankan kepada bentuk pelayanan professional yang sesuai
dengan standart dengan memperhatikan kaidah etik dan moral sehingga pelayanan
yang diberikan dapat diterima oleh masyarakat dengan baik (Sayuti, 2007).
Perawat dalam menjalankan peran dan
tanggungjawabnya sangat dituntut memiliki pengetahuan, ketrampilan dan sikap
yang baik yang dapat menunjang tindak prilaku profesionalnya . Pengetahuan,
ketrampilan, dan sikap yang baik akan dapat diperoleh dalam lingkungan
perguruan tinggi yang memiliki komitmen yang kuat untuk mencetak perawat yang
profesional. Dekade ini begitu banyak perguruan tinggi keperawatan yang berdiri
dengan mekanisme yang ada. Perguruan tinggi ini tentunya memiliki andil dalam
pembangunan bangsa utamanya dunia keperawatan untuk mencetak sumber daya
keperawatan yang profesional, dan itu patut kita acungi jempol atas segala upayanya.
Namun disatu sisi bahwa dengan maraknya perguruan tinggi keperawatan tersebut.
Berdasarkan latar belakang di
atas penulis tertarik untuk membahas lebih mendalam tentang “Konsep Dasar Pengantar Riset
Keperawatan Dan EBNP (Evidance Based Nursing
Practice).”
1.2
Tujuan
1.2.1
Tujuan
Umum
Tujuan
umum dari pembuatan makalah ini adalah mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar
pengantar Riset Keperawatan dan EBNP (Evidance Based Nursing Practice)
1.2.2
Tujuan
Khusus
1)
Mahasiswa mampu
menjelaskan mengenai pengertian riset keperawatan
2)
Mahasiswa mampu
menjelaskan sejarah perkembangan riset keperawatan
3)
Mahasiswa mampu
menyebutkan manfaat dalam riset keperawatan
4)
Mahasiswa mampu
menjelaskan jenis-jenis penelitian
5)
Mahasiswa mampu
menjelaskan kriteria penelitian yang baik
6)
Mahasiswa mampu
menjelaskan ruang lingkup penelitian keperawatan
7)
Mahasiswa mampu
menjelaskan riset sebagai proses penelitian ilmiah
8)
Mahasiswa mampu
menjelaskan metode penelitian
9)
Mahasiswa mampu
menjelaskan proses (tahapan kegiatan) ilmiah
10) Mahasiswa
mampu menjelaskan keterkaitan antara riset keperawatan dengan dunia keperawatan
11) Mahasiswa
mampu menjelaskan definisi Evidence Based
Nursing Practice
12) Mahasiswa
mampu menjelaskan Manfaat Evidance Based
Nursing Practice
13) Mahasiswa
mampu Evidence-Based Dalam Praktek
Keperawatan
14) Mahasiswa
mampu menjelaskan Penilaian dari fakta
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar
Pengantar Riset Keperawatan
2.1.1 Definisi Riset
Keperawatan
Penelitan
berasal dari bahasa Inggris “Research” yaitu penyelidikan atau
pencarian secara teliti untuk memperoleh fakta baru dalam cabang ilmu
pengetahuan. Penelitian merupakan sarana yang mutlak diperlukan agar ilmu
pengetahun dapat berkembang, merupakan kegiatan yang dilakukan secara
sistematis, terkendali, mempelajari suatu fenomena melalui pencarian fakta yang
nyata (empiris) dan merupakan sarana untuk mencari kebenaran melalui pendekatan
ilmiah (Bondan Palestin, 2007).
Penelitian
dilakukan terhadap suatu masalah yang dirasakan. Timbulnya masalah adalah
merupakan pemicu untuk mengetahui apa sebenarnya yang terjadi. Penelitian yang
baik adalah apabila penelitian tersebut dapat bermanfaat secara langsung
terhadap persoalan yang sedang dihadapi maupun bagi pengembangan ilmu
pengetahuan pada umumnya (Bondan Palestin,
2007).
Riset keperawatan adalah suatu proses yang dilakukan dengan metode
tertentu untuk menemukan, menganalisa, memecahkan, dan mendokumentasikan masalah
keperawatan (Nursalam, 2001).
Riset keperawatan merupakan studi yang sistematis, mengkaji masalah
keperawatan atau fenomena paktik dan asuhan keperawatan melalui studi yang
kreatiif, mengawali dan mengevaluasi perubahan, mengambil tindakan untuk
menghasilkan pengetahuan baru yang berguna bagi keperawatan
(Windi Arini dkk, 2010).
Metode Penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan
tertentu. Cara ilmiah = didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu rasional,
empiris, dan sistematis.
a.
Rasional =
Penelitian dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal shg terjangkau oleh
penalaran manusia.
b.
Empiris =
cara yang digunakan dapat diamati dengan indera manusia.
c.
Sistematis
= proses penelitian menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis.
2.1.2
Perkembangan Riset Keperawatan
Adapun perkembangan Riset Keperawatan adalah
sebagai berikut:
- Pada Zaman Florence Nightingale
Digambarkan
sebagai reformer, reactionary, researcher.
Risetnya dikatagorikan sebagai perawatan kesehatan secara umum dan spesifik Note of nursing (1859)
menggambarkan aktivitas riset dimana
fokus dipentingkan pada kesehatan lingkungan dalam peningkatan kesehatan
pasien secara fisik dan mental. Identifikasi pada kebutuhan akan data mengenai
lingkungan seperti : ventilasi, kebersihan, temperatur, air,dan diit (Helbert,
1981)
Data korban
perang secara kolektif dan statistik dicatat morbidity dan mortality-nya
dilaporkan dalam bentuk diagram pie, dan ditampilkan setiap periode waktu
tertentu ( Palmer, 1977)
Nightingale
meriset tentang perubahan perilaku, pengorganisasian, dan sosial, Perbedaan
perawatan militer dan sipil ternyata berdampak dari kematian 42 % turun menjadi
2% pada pasien korban perang (Tri Hartiti, 2010)
Pada era ini
terjadi perubahan administrasi militer, manajemen rumah sakit dan bangunan Rumah Sakit dikarenakan
dia sangat memperhatikan sanitasi,pencegahan kelaparan,penurunan mortalitas (
Palmer, 1977).
- Awal Tahun 1900
Tahun 1990
sampai dengan tahun 1950 aktivitas riset sangat terbatas akan tetapi aktivitas
riset lebih kearah pendidikan tinggi, seperti dilaporkan awal riset didahului
oleh adanya Nutting report pada tahun 1912, Goldmark report pada tahun 1923 dan
Burgess report pada tahun 1926 ( Abdellah, 1972 & Jonhson, 1977).
American Journal Nursing
pertamakali dipublikasikan pada tahun 1900, paling akhir tahun 1920 dan tahun
1930 mulai awal studi kasus. Kebanyakan riset berupa Studi kasus yang
dilaporkan sebagai indepth analisis dan evaluasi sistematik dari satu atau
kelompok pasien terhadap peningkatan pengetahuan terhadap intervensi
keperawatan (Tri Hartiti, 2010).
Studi kasus
merupakan pencetus riset korelasi atau riset yang menghubungkan praktik
keperawatan. Trend riset dimulai tahun 1940 dan berkesinambungan sampai tahun
1950, sedangkan fokusnya pada pengorganisasian dan kenyamanan pelayanan
keperawatan seperti personil perawat, staffing, kebutuhan pasien berdasar
klasifikasi, kepuasan pasien dan perawat, tipe perawataan seperti perawatan
kompehensive, home care, evaluasi pasien secara progresif (Tri Hartiti, 2010).
3.
Riset
Keperawatan Tahun 1950 & Tahun 1960
Riset
diprioritaskan pada manajemen dan kepemimpinan perawatan seperti Handerson dan
Abdellah mulai diterapkan metode riset bagi sarjana keperawatan dengan imbalan
jasa (Tri Hartiti, 2010).
Tahun 1955
sekitar 500.000 dollars AS, sehingga meningkatkan aktivitas riset dan publikasi jurnal riset keperawatan
di tahun 1952, sebagai kontribusi komunikasi. Pada tahun 1950 ANA ( dalam kurun
waktu 5 tahun) mempelajari fungsi dan aktivitas perawat seperti dalam
laporannya Twenty Thousand Nurses Tell Their Story ANA mulai mengembangkan
statemen pada fungsi, standar dan kualifikasi profesional nursing. Pada tahun
1959 maka mulailah riset klinik kearah spesialis seperti kesehatan komunitas,
psikiatri, medical surgical, pediatri, obstetri dan pengembangan standar
keperawatan sebagai panduan praktik keperawatan profesioal (Tri Hartiti, 2010).
Antara tahun
1950-1960 aktivitas riset penelitian dititikberatkan pada efektifitas
pendidikan Register Nurse. Tahun 1953
dimulailah riset untuk mahasiswa tingkat doctoral. Pada Columbia University.
Tahun 1955 mulai dibentuk The American
Nurse’s Foundation yang fungsinya sebagai pengamat, pengantar program,
konsultan bagi students dan administrator riset serta pemandu riset (Tri
Hartiti, 2010).
Pada Tahun 1956
mulai dibentuk komite riset sebagai pemandu riset bagi perawat yang tergabung
dalam ANA Tahun 1957 Departemen riset keperawatan masuk dalam Walter Reed Army Institute or Research.
Riset keperawatan yang masuk pertamakali dalam Walter Reed Army Institute or Research adalah jenis riset
pengelolaan keperawatan klinik (Tri Hartiti, 2010).
Tahun 1965 ANA
mensponsori konferensi riset yang pertamakali dan secara kontinue mendesiminasikan hasil-hasil
riset tersebut, Pada tahun 1960-an ini terjadi peningkatan riset keperawatan
klinik dimana difokuskan pada kualitas keperawatan, pengembangan tolok ukur
keberhasilan asuhan keperawatan, serta intervensi keperawatan ,pola staffing,
serta pembiayaan perawatan di ICU (Tri Hartiti, 2010).
4.
Riset
Keperawatan Tahun 1970an
Tahun 1970-1974
ada 275 riset dimana 71 nya berfokus pada Nursing
practice (46% teknik monitoring seperti TD,S,N, 25% prosedur perbaikan
fisik, 29% prosedur perbaikan psikis, subyek penelitian 65 % pada pasien dewasa
( 77%nya pasien di RS) (Tri Hartiti, 2010).
Tahun 1973 diadakan
konfren pertamakali tentang diagnosa keperawatan dan berlanjut selama 2 tahun
penelitian difokuskan pada diagnosa keperawatan dan efektifitas proses diagnosa
tersebut. Pada tahun ini Riset mejadi terbatas karen peran Nurse spesialis,
program pengembangan model & kerangka konseptual serta panduan teori
nursing practice (Tri Hartiti, 2010).
Pada Tahun 1978
mulai ada publikasi di jurnal Advances in Nursing Science, Research in Nursing
& Health, dan tahun 1979 western journal of Nursing Research. Jumlah doktor
keperawatan meningkat mejadi rata-rata 2500, hal tersebut diikuti pula dengan jumlah
riset yang dihasilkan oleh program doktor tersebut. Tahun 1974 biaya riset
sebesar 493 juta dolar as meningkat jika dibanding tahun 1955-1976 hanya
sebesar 39 juta dollar as (Tri Hartiti, 2010).
5.
Riset
Keperawatan Tahun 1980an
Mulai terjadi
Pengembangan jurnal keperawatan seperti : Cancer Nursing, Cardiovaskuler
Nursing, Dimensions of Critical Care Nursing, Heart & Lungs, Journal
Obstetric,Ginecologoc, and Neonate Nursing, Journal Neurosurgical Nursing,
Pediatric nursing, serta Rehabilitation Nursing. Tahun 1985 mulai dibentuk NCNR
(National Center Nursing Research) (Sutrisno
Hadi 1992).
2.1.3
Manfaat Riset dalam Penelitian
Manfaat riset dalam keperawatan adalah:
- Memperkuat dasar-dasar keilmuan yang nantinya akan menjadi landasan dalam kegiatan praktik klinik, pendidikan, dan menejemen keperawatan
- Peningkatan kualitas pelayanan keperawatan melalui pemanfaatan hasil penelitian ilmiah
- Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembiayaan pelayanan keperawatan
- Memahami fenomena secara profesional sehingga dapat menyusun perencanaan, memprediksi hasil, pengambilan keputusan, dan meningkatkan perilaku sehat klie (Windi Arini dkk, 2010).
2.1.4 Jenis-Jenis Penelitian
Jenis penelitian dapat
dikelompokkan menurut: Tujuan, pendekatan, tingkat eksplanasi, dan analisis
& jenis data.
1. Penelitian Menurut
Tujuan
a. Penelitian Terapan adalah penelitian yang
diarahkan untuk mendapatkan informasi yang dapat digunakan untuk memecahkan
masalah.
b. Penelitian Murni/Dasar adalah penelitian yang
dilakukan diarahkan sekedar untuk memahami masalah dalam organisasi secara
mendalam (tanpa ingin menerapkan hasilnya). Penelitian dasar bertujuan untuk
mengembangkan teori dan tidak memperhatikan kegunaan yang langsung bersifat
praktis. Jadi penelitian murni/dasar berkenaan dengan penemuan dan pengembangan
ilmu.
2. Penelitian Menurut Metode.
a. Penelitian Survey
Penelitian yang dilakukan pada popolasi besar maupun kecil, tetapi
data yangdipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi
tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi dan
hubungan-hubungan antar variabel sosilogis maupun psikologis.
b. Penelitian Ex Post Facto
Yaitu penelitian yang dilakukan untuk meneliti peristiwa yang
telah terjadi yang kemudian merunut ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor
yang dapat menimbulkan kejadian tersebut.
c. Penelitian Eksperimen
Yaitu suatu penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel
tertentu terhadap variabel yang lain dalam kondisi yang terkontrol secara
ketat. Variabel independennya dimanipulasi oleh peneliti.
d. Penelitian Naturalistic
Metode penelitian ini sering disebut dengan metode kualitatif,
yaitu metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek alami
(sebagai lawannya) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci. Contoh :
Sesaji terhadap keberhasilan bisnis.
e. Policy Reserach
Yaitu suatu proses penelitian yang dilakukan pada, atau analisis
terhadap masalah-masalah sosial yang mendasar, sehingga temuannya dapat
direkomendasikan kepada pembuat keputusan untuk bertinak secara praktis dalam
menyelesaikan masalah.
f. Action Research
Merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan metode
kerja yang paling efisien, sehingga biaya produksi dapat ditekan dan
produktifitas lembaga dapat meningkat. Tujuan utama penelitian ini adalah
mengubah: 1) situasi, 2) perilaku, 3) organisasi termasuk struktur mekanisme
kerja, iklim kerja, dan pranata.
g. Penelitian Evaluasi
Merupakan bagian dari proses pembuatan keputusan, yaitu untuk
membandingkan suatu kejadian, kegiatan dan produk dengan standar dan program
yang telah ditetapkan.
h. Penelitian Sejarah
Berkenaan dengan analisis yang logis terhadap kejadian-kejadian yang
berlangsung di masa lalu. Sumber datanya bisa primer, yaitu orang yang terlibat
langsung dalam kejadian itu, atau sumber-sumber dokumentasi yang berkenaan
dengan kejadian itu. Tujuan penelitian sejarah adalah untuk merekonstruksi
kejadian-kejadian masa lampau secara sistematis dan obyektif, melalui
pengumpulan, evaluasi, verifikasi, dan sintesa data diperoleh, sehingga
ditetapkan fakta-fakta untuk membuat suatu kesimpulan (Tri
Hartiti, 2010).
3. Penelitian Menurut
Tingkat Eksplanasi
Tingkat eksplanasi adalah tingkat penjelasan. Jadi penelitian
menurut tingkat eksplanasi adalah penelitian yang bermaksud menjelaskan
kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta hubungan antara satu variabel
dengan variabel yang lain.
a. Penelitian Deskriptif
Adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel
mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan,
atau penghubungan dengan variabel yang lain.
b. Penelitian Komparatif
Adalah suatu penelitian yang bersifat membandingkan. Variabelnya
masih sama dengan penelitian varabel mandiri tetapi untuk sample yang lebih
dari satu, atau dalam waktu yang berbeda.
c. Penelitian Asosiatif/Hubungan
Merupakan
penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variable atau
lebih. Dengan penelitian ini maka akan dapat dibangun suatu teori yang dapat
berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan dan mengontrol suatu gejala.
4. Penelitian Menurut Jenis Data
dan Analisis
Jenis
data dan analisisnya dalam penelitian dapat dikelompokkan menjadi dua hal utama
yaitu data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif adalah
data yang berbentuk kata, kalimat, skema dan gambar. Data kuantitatif adalah
data berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan (scoring) (Soekidjo
Notoadmodjo, 2005).
2.1.5
Kriteria Penelitian Yang Baik
Ciri-ciri penelitian yang
baik adalah:
1. Bersifat kritis dan analitis
2. Memuat konsep dan teori
3. Menggunakan istilah dengan tepat dan definisi yang uniform.
4. Rasional
5. Obyektif
Penelitian yang baik
disamping memiliki ciri-ciri di atas, juga memiliki ciri-ciri:
- Tujuan dan masalah penelitian harus digambarkan secara jelas sehingga tidak menimbulkan keraguan kepada pembaca.
- Teknik dan prosedur dalam penelitian itu harus dijalaskan secara rinci.
- Obyektifitas penelitian harus tetap dijaga dengan menunjukkan bukti-bukti mengenai sample yang diambil.
- Kekurangan-kekurangan selama pelaksanaan penelitian harus diinformasikan secara jujur dan menjelaskan dampak dari kekurangan tersebut.
- Validitas dan kehandalan data harus diperiksa dengan cermat.
- Kesimpulan yang diambil harus didasarkan pada hal-hal yang terkait dengan data penelitian.
- Obyek atau fenomena yang diamati harus betul-betul sesuai dengan kemampuan, pengalaman, dan motivasi yang kuat dari si peneliti.
- Coherency, saling kait mengkait antara bagian yang satu dengan bagian yang lain, antara paragraf satu dengan yang lain, antara bab yang satu dengan bab yang lain.
Ada tiga persyaratan
penting dalam mengadakan kegiatan penelitian yaitu :
1.
Sistematis
: artinya dilaksanakan menurut pola tertentu, dari yang paling sederhana sampai
kompleks hingga tercapai tujuan secara efektif dan efisien
2.
Berencana :
artinya dilaksanakan dengan adanya unsur dipikirka langkah-langkah
pelaksanaannya
3.
Mengikuti
konsep ilmiah : artinya mulai awal sampai akhir kegiatan penelitian mengikuti
cara-cara yang sudah ditentukan, yaitu prinsip yang digunakan untuk memperoleh
ilmu pengetahuan (Tri Hartiti, 2010).
2.1.6 Ruang
lingkup penelitian
Secara umum,
penelitian dapat dibagi menjadi dua, yang pertama penelitian deskriptif tanpa
pembuktian suatu hipotesis dan yang kedua penelitian analitik yang disertai
dengan penelitian hipotesis.
Lingkup
penelitian keperawatan termasuk dalam penelitian kesehatan serta bersumber pada
penelitian epedemiologi kesehatan serta dalam area penelitian keperawatan
sebagai berikut;
I. Pre Klinik :
1. Keperawatan
dasar
2. Dasar Keperawatan
3. Administrasi dan Manajemen
Keperawatan dan Kesehatan
4. Pendidikan Keperawatan
5. Teori terkait (kedokteran,
farmasi, kesehatan masyarakat, psikologi, sosial dll)
II. Klinik:
1. Keperawatan Reproduksi
(Maternal Perinatal)
2. Keperawatan Pediatrik
3. Keperawatan Medikal Bedah
4. Keperawatan Psikiatrik
III. Komunitas :
1. Keperawatan Keluarga
2. Keperawatan Komunitas
3. Keperawatan Gerontik dan
Kelompok khusus
4. Keperawatan Kesehatan Matra
dan kesehatan kerja (Cullum, 2000).
2.1.7
Riset
Sebagai Proses Penelitian Ilmiah
Ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam membuat suatu proses penelitian ilmiah :
1.
\
Merupakan suatu proses berurutan yang memakai
prinsip-prinsip ilmiah, yang menggunakan rangkaian langkah tertentu untuk
mendapatkan informasi yang dapat diandalkan dalam pemecahan masalah.
2.
Urutan
Merupakan menyelesaikan masalah memerlukan penerapan
yang berurutan dan disiplin sehingga hasil penelitian dapat dipercaya.
3.
Kontrol
Merupakan elemen esensial pada metode ilmiah yang
berarti bahwa penelitian harus mencoba mengidentifikasi efek faktor yang tidak
langsung, berkaitan dengan masalah yang diidentifikasi, dan harus berusaha
menjaganya agar tidak mempengaruhi faktor-faktor yang diidentifikasi dalam
penelitian.
4.
Empirisme
Merupakan bukti yang dikumpulkan yang membentuk
pengetahuan baru harus berasal dari realitas objektif dan harus dikumpulkan
secara langsung atau tidak langsung melalui 5 indra manusia.
5.
Generalisasi
Merupakan karakteristik pada metode ilmiah
mengandung arti bahwa peneliti tidak menggunakan metode ilmiah hanya untuk
memahami kejadian yang terisolasi, tetapi juga mampu menerapkan hasil penyelidikan
pada lingkungan yang lebih besar.
6.
Tujuan riset
Merupakan pengembangan rangka pengetahuan ilmiah
yang sistematis yang dapat digunakan untuk menjelaskan, memprediksi dan
mengendalikan fenomena (Windi Arini dkk, 2010).
2.1.8
Metode Penelitian
Penelitian
tidak sama dengan evaluasi, hal ini dapat dilihat dari rincian sebagai berikut
:
Penelitian
merupakan proses ilmiah karena dalam penelitian menggunakan ilmu dan penelitian
akan menghasilkan penemuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Dalam
penelitian menggunakan metode ilmiah. Metode ilmiah merupakan proses yang
teratur yang menggunakan prinsip-prinsip ilmu, memerlukan langkah-langkah yang
berurutan untuk mencari informasi bagi pemecahanmasalah. Metode ilmiah
ditandai dengan ciri : 1) sistematis; 2) terkendali; 3) empiris (nyata); 4)
generalisasi; dan 5) formulasi teori.
Aspek
|
Penelitian
|
Evaluasi
|
Tujuan Secara
umum
|
1.
Menemukan prinsip
dan rekomendasi baru dengan menganalisis variable
2.
Melihat
hubungan-perbedaan antara dua atau lebih variabel
|
1.Membuat keputusan prinsip
2.Melihat evektifitas suatu
proses dan memberikan “Judgment” terhadap kegunaan dan kebaikannya
|
Sifat keputusan yang dihasilkan
|
Dapat dijadikan
dasar untuk memberikan prediksi dan perlu alasan generalisasi berikutnya.
|
Suatu rekomendasi yang dapat/perlu dilaksanakan segera;
apa suatu program dapat diteruskan atau tidak
|
Perlakukan
terhadap variable
|
|
1. Tidak terlalu spesifik
2. Data kuantitatif dan
kualitatif dianalisa secara sederhana
3. Tampa control khusus
|
Pemberlakukan
hasil
|
General atau
berlaku umum tidak hanya dengan subjek penelitian
|
Digunakan hanya bagi tempat kegiatan dan tidak
diharapkan pemberlakukan bagi tempat lain atau pihak lain
|
Hipotesa
|
Perlu dibuat
khususnya pada penelitian eksploratif dan eksperimen
|
Tidak perlu
|
Desiminasi
|
Harus
disebarluaskan secara terbuka dan tertulis sehingga dapat dimanfaatkan bahkan
dikembangkan maupun diuji kembali
|
Hanya diperlukan bagi pihak tertentu yang berkaitan
dengan tempat evaluasi
|
Sumber: Bondan Palestin, 2007
Kegiatan
penelitian bergerak secara sistematis dan teratur, mulai dari; 1) penemuan masalah; 2) mengumpulkan data
berdasarkan rancangan penelitian yang tepat; 3) analisis data dan; 4)
merumuskan kesimpulan hasil penelitian. Kontrol merupakan unsur kunci dari
pendekatan ilmiah. Kontrol melibatkan pemasukan kondisi dalam situasi
penelitian agar masalah dapat diperkecil dan validitas (sahih) dan realibilitas
(ketepatan) dapat tercapai. Empiris adalah proses dimana suatu kejadian berakar
dari lialitas yang objektif dan dikumpulkan secara langsung atau tidak langsung
melalui pengindraan dan digunakan untuk perumusan masalah. Penyelidikan empiris
menghasilkan objektifitas penelitian karena gagasan/ide dicoba dalamsituasi
nyata. Generalisasi merupakan slah satu ciri metoda ilmiah , berarti penelitian
tidak menggunakan metode ilmiah untuk kejadian tertentu, tetapi harus mampu
menggunakan hasil penelitian untuk lingkup yang luas. Generalisasi membantu
perkembangan ilmu pengetahuan, memberikan penjelasan dan prediksi untuk
pristiwa yang akan terjadi (Evy Noorhasanah,
2009).
2.1.9 Proses (Tahapan Kegiatan) Penelitian
Proses
penelitian terdiri atas 4 tahapan yang berurutan yang direncanakan untuk
menjawab pertanyaan-pernyataan penelitian atau pemecahan masalah penelitian,
yaitu; 1) Tahapan perencanaan (menyusun proposal) ; 2) Tahap pelaksanaan
(pengumpulan data, penampilkan data) ; 3) Tahap analisis (mengelompokkan data,
menerapkan cara perhitungan / statistik yang sesuai, interpretasi hasil
penelitian); 4) Tahap desiminasi (menyajikan hasil penelitian secara tertulis
diserta secara lisan dalam bentuk pertanggungjawaban / promosi)
1. Tahap Perencanaan (pembuatan
proposal)
Tahap
ini merupakan tahap yang menentukan hasil kegiatan, serta akan berakhir dengan
output berupa suatu proposal atau rancangan penelitian dan melampaui berbagai
kegiatan panjang dan sistematis.
Diawali
dengan mengidentifikasi masalah penelitian dan merumuskan masalah, menetapkan
tujuan umum dan khusus serta maksud penelitian, merujuk bahan kepustakaan,
merumuskan hipotesis (tidak semua penelitian) atau pertanyaan penelitian,
menentukan rancangan / desain serta metodologi penelitian termasuk rancangan
analisis data/hasil penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
Kegiatan
ini akan dilakukan jika prosedur administrasi telah ditempuh dan mendapat ijin
dari pihak tempat penelitian dan pihak yang memberikan wewenang mengadakan
penelitian termasuk secata etik yaitu oleh komisi etik. Pelaksanaan penelitian
dilakukan dengan teknik yang telah ditentukan dan diujicobakan . Dalam tahap
ini peneliti mengikuti setiap rencana yang ada dalam proposal dan telah
disepakati. Apabila ada kemdala yang tidak diharapkan selama pengumpulan data,
peneliti dapat mengambil keputusan mengubah prosedur penelitian atau tetap
menerapkan sesuai proposal. Pengumpulan data dapat dilakukan oleh asisten
peneliti yang terlebih dahulu telah mendapat pelatihan, artinya siapapun yang
membantu penelitian akan tetap mematuhi ketentuan yang ada dan telah ditetapkan
dalam proposal.
3. Tahap Analisa Data
Data
yang telah dihitung dan ditabulasi, dianalisis mengunakan perhitungan/uji
statistik yang sesuai (penelitian kuantitatif) dan triangulasi (penelitian
klualitatif) selanjutnya di interpretasi dan menghasilkan temuan. Temuan
penelitian perlu disentesa dengan memadukan bersama konsep dan teori dalam
studi kepustakaan kemudian dipadukan dengan hasil penelitian terdahulu/sejenis
sehingga dapat menghasilkan kesimpulan. Kesimpulan yang dihasilkan dalam tahap
analisis data adalah hasil yang paling bermakna dalam penelitian. Artinya
penelitian tidak akan menghasilkan apa-apa atau tak berarti sebelum
menyimpulkan temuan penelitian.
4. Tahap Pelaporan
Penelitian
sebagai metode ilmiah dalam hasanah pengetahuan perlu disebar luaskan secara
terbuka sehingga hasilnya dapat dikonsumsi (dibaca, dipahami bahkan diterapkan
untuk memperbaiki atau meningkatkan pelayanan serta kehidupan manusia). Selain
sebagai sumber / sanggahan untuk penelitian berikutnya. Pelaporan penelitian
juda dapat dianggap sebagai bentuk pertanggungjawaban tentang apa yang telah
dilakukan, bahwa peneliti telah bersandar pada suatu konsep dan teori yang baik
dan benar menyembangkannya serta memantapkannya. Kewajiban untuk melaporkan
penelitian juga akan membuat peneliti berhati-hati dalam memenuhi kriteria
metoda ilmiah yaitu sistematis, terkendali, empiris dan genetalisasi
(Evy Noorhasanah, 2009).
2.1.10
Keterkaitan Antara Riset Keperawatan Dengan Dunia Keperawatan
Riset
keperawatan tidak dapat dilepaskan dari elemen keperawatan lain secara
menyeluruh. Konsep-konsep yang terkait dengan riset keperawatan digambarkan
dalam satu rentang dari dunia empirik yang kongkrit sampai filosofi keperawatan
yang bersifat sangat abstrak, dan sebaliknya (Tri Hartiti, 2010).
Penyelesaian
masalah dianggap sesuatu yang penting hanya jika dapat memberikan pengaruh
secara langsung. Pemikiran abstrak menurut Burns & Grove (1993)
berorientasi pada pengembangan ide tanpa penerapan atau hubungan dengan hal
tertentu, tetapi cenderung mencari arti, pola, hubungan dan implikasi yang
bersifat filosofis. Tiga proses berpikir yang penting adalah introspeksi,
intuisi dan pembenaran. Proses berpikir ini digunakan dalam praktek
keperawatan, pengembangan dan mengevaluasi teori, mengkritik dan menggunakan
temuan ilmiah, merencanakan dan mengimplementasikan pengetahuan dan membangun
tubuh ilmu pengetahuan (body of knowledge) (Tri Hartiti, 2010).
Berbeda dengan
pemikiran kongkrit , pemikiran abstrak tidak dibatasi oleh waktu dan ruang,
oleh kata lain bebas waktu dan ruang. Sering ahli pemikir abstrak disebut
pemimpi dan dianggap penyelesaiannya tidak menyelesaikan masalah secara
langsung, tetapi sebenarnya pemikiran mereka sangat diperlukan untuk mengembangkan
teori dan penelitian. Riset keperawatan membutuhkan kedua ketrampilan tersebut,
pemikiran abstrak diperlukan untuk mengidentifikasi masalah yang layak di
teliti, merancang penelitian dan menginterpretasikan temuan, sedangkan
pemikiran kongkrit diperlukan untuk merencanakan dan mengimplementasikan
langkah-langkah pengumpulan data dan analisis data (Tri Hartiti, 2010).
Ilmu dan teori
adalah dua hal yang berbeda tetapi merupakan konsep yang tergantung dan terkait
dengan proses berpikir abstrak. Ilmu adalah tubuh ilmu pengetahuan (body of
knowledge) yang terdiri dari temuan penelitian dan teori yang telah teruji
untuk suatu disiplin. Jadi, ilmu terdiri dari suatu proses (metode ilmiah ) dan
produk (kumpulan/ tubuh ilmu pengetahuan). Ilmu keperawatan secara bertahap
berkembang melalui metode penelitian kualitatif dan kuantitatif. Sedangkan
teori adalah suatu cara untuk menjelaskan beberapa elemen dari dunia empirik.
Teori dikembangkan dan di uji, berkembang menjadi bagian dari ilmu (Tri
Hartiti, 2010).
Bagian yang
paling abstrak adalah filosofi yang berfungsi memberikan arti bagi dunia
keperawatan dan struktur yang memungkinkan terjadinya suatu proses berpikir,
mengetahui dan melakukan. Filosofi keperawatan, antara lain perspektif holistik
dan pentingnya kualitas hidup sangat berpengaruh dalam penelitian yang
dilakukan dan pengetahuan yang dikembangkan pada suatu disiplin.
Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa penelitian keperawatan tidak dapat dipisahkan dari
komponen keperawatan lainnya tetapi saling mempengaruhi sehingga memungkinkan
berkembangnya ilmu pengetahuan keperawatan. Untuk lebih jelasnya pada bagian
berikut ini akan diuraikan tentang hubungan antara teori, praktek dan riset
keperawatan (Nursalam, 2000).
2.2 Konsep Dasar Evidance Based Nursing Practice (EBNP)
2.2.1
Definisi
Evidence Based Nursing Practice
Evidence-Based Practice (EBP), salah satunya adalah Evidence-Based Nursing
(EBN), merupakan pendekatan yang dapat digunakan dalam praktik perawatan
kesehatan, yang berdasarkan evidence atau fakta. Evidance based practise
merupakan fakta terbaik dari riset diaplikasikan secara hati-hati dan bijaksana
dalam tindakan preventif, pendeteksian, maupun asuhan keperawatan (Cullum N,
2000).
Evidance-based
practice (EBP) adalah ketelitian yang digunakan dalam membuat keputusan klinik
tentang perawatan pasien. (sackeet et al.2000). fitur dasar dari EBP sebagai
permasalahn klinik- strategis pemecahan adalah keputusan yang ditekankan
menjadi dasar kebiasaan dan wewenangan atau ritual, menekankan adalah
identifikasi terbaik adanya bukti penelitian dan integrasi dengan faktor
lainnya (Cullum N, 2000).
"Evidence-based nursing (EBN) means using the
best available evidence from research, along with patient preferences and
clinical experience, when making nursing decisions (Cullum N, 2000).
Evidence-based nursing
(EBN) berarti menggunakan bukti terbaik yang tersedia dari penelitian, bersama
dengan preferensi pasien dan pengalaman klinis, ketika membuat keputusan
keperawatan."
lmu pengetahuan di bidang kesehatan pada beberapa dekade terakhir telah
mengalami kemajuan yang sangat pesat melampaui perkembangan sebelumnya.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut akhirnya juga merambah ke
dalam dunia keperawatan. Ilmu keperawatan dan pengembangannya melalui riset
merupakan dinamika proses yang sangat penting dalam pertumbuhan keperawatan
sebagai sebuah profesi. Tujuan dilakukannya riset keperawatan adalah untuk
memperkuat dasar-dasar keilmuan yang nantinya akan menjadi landasan dalam
kegiatan praktik klinik, pendidikan, dan menejemen keperawatan (Ross,
Mackenzie, & Smith, 2003).
Sedangkan praktik keperawatan yang berdasarkan fakta empiris (evidence
based nursing) bertujuan untuk memberikan cara menurut fakta terbaik dari riset
yang diaplikasikan secara hati-hati dan bijaksana dalam tindakan preventif,
pendeteksian, maupun asuhan keperawatan (Cullum, 2001).
Menerapkan hasil penelitian dalam pelayanan kesehatan adalah upaya
signifikan dalam memperbaiki pelayanan kesehatan yang berorientasi pada
efektifitas pembiayaan (cost
effectiveness). Meningkatkan kegiatan riset keperawatan dan menerapkan
hasilnya dalam praktik keperawatan merupakan kebutuhan mendesak untuk membangun
praktik keperawatan yang lebih efektif dan efisien. Menurut sebuah studi
terhadap berbagai laporan penelitian keperawatan (meta-analysis) yang dilakukan
oleh Heater, Beckker, dan Olson (1988), menjumpai bahwa pasien yang mendapatkan
intervensi keperawatan bersumber dari riset memiliki out come yang lebih baik
bila dibandingkan dengan pasien yang hanya mendapatkan intervensi standar.
Selama ini budaya ilmiah di kalangan profesi keperawatan Indonesia masih
tertinggal jauh bila dibandingkan negara lain. Perkembangan inovasi dan
aplikasi praktik klinik keperawatan di rumah sakit masih banyak mengadopsi hasil
penelitian profesi lain (Windi Arini dkk, 2010).
Profesi perawat adalah sebuah organisasi dan seorang menejer atau pemimpin
keperawatan merupakan orang yang memimpin organisasi tersebut. Sebagai pemimpin
organisasi mereka dapat leluasa untuk mengkondisikan lingkungan organisasinya
sesuai dengan apa yang diinginkan. Menurut Royle et al (2000), pemimpin
organisasi merupakan faktor pendorong yang sangat penting dalam pelaksanaan
praktik klinik keperawatan prima. Oleh sebab itu, menejer dan pemimpin
keperawatan di tingkat pelayanan primer perlu segera mendorong pertumbuhan
budaya ilmiah di kalangan perawat agar mereka dapat mempraktikan tindakan
keperawatan berdasarkan fakta. Menejer keperawatan dituntut untuk menghapuskan
hambatan struktural yang menghalangi kemampuan perawat dalam pengkajian,
implementasi, dan evaluasi tindakan keperawatan yang terbaik (Windi Arini dkk,
2010).
2.2.2
Manfaat
Evidance Based Nursing Practice
1.
Manfaat penelitian
Adalah untuk menemukan disiplin penelitian
dalam praktik yang terkait dengan yang riset aslinya. EBNP lebih luas dari pada
manfaat penelitian (Researh Utilation) karena ini mengintegrasikan penelitian
akan menemukan faktor lain, sebagai pencatatan.
2.
Manfaat penelitian
kontinum
Poin utama dari manfaat penelitian
adalah menemukan pengetahuan baru dan ide baru. Riset dapat menemukan dan bisa
digunakan untuk menyebarkan dan mengakumulatifkan kejadian, jadi praktek
keperawatan dapat membaca laporan penelitian kualitatif yang digambarkan
sesorang dengan masalah kesehatan dinamis dan proses yang dimasukkan untuk
mengembangkan pemecahan masalah.
Estabrooks (1999) mempelajari manfaat
penelitian dengan mengumpulkan informasi dari 600 perawat di Kanada. Dia
menemukan fakta-fakta untuk mendukung tiga tipe yang tegas dari RU (Research Utilation) : (1) memanfaatkan
penelitian tidak langsung ( bisa disebut konseptual utilization ), melibatkan
pemikiran perawat : (2) memanfaatkan penelitian langsung ( bisa disebut
instrumental utilization), memanfaatkan langsung pemberian perawatan pasien ;
and (3) persuasive utilization, dengan mengguanakn manfaat dari mengajak yang
lain. ( biasanya dalam posisi pengambilan keputusan ) untuk membuat perubahan
di kebijakan atau praktek yang relevan untuk nursing care (Windi Arini dkk, 2010).
2.2.3
Evidence-Based
Dalam Praktek Keperawatan
Evidance
based sangat penting dalam praktek keperawtan. EBP telah menimbulkan banyak
perdebatan, dengan dukungan kritik. Para pendukung berdebat bahwa penyelesaian
untuk mendukung kesehatan pada diri kita dan lingkungan. Posisi tentang
kontribusi berbagai jenis bukti kurang berat dibandingkan sebelumnya. Namun
demikian paling jelas bukti hirarki, yang peringkat dumber bukti sesuai dengan
kekuatan yang mereka sediakan. Terlihat seperti yang ditunjukkan dalam gambar,
angka ini diadaptasi dari skema disajikam dalam beberapa referensi EBP
menunjukkan hirarki tujuh tingkat yang memilih tinjauan sistematis dari Randomized
Clinical Trial (RCT) di puncaknya. Sistematis review dari menawarkan non
randomized uji coba klinis dengan fakta yang kurang kuat (Windi Arini dkk, 2010).
Tingkat keefektifan
intervensi berdasarkan evidance :
1.
Level 1
a.
Tinjauan sistematik
dari RCT
b.
Tinjauan sistematis
dari percobaan non random
2.
Level 2
a. RCT sendiri
b. Percobaan nonrandom sendiri
3.
Level 3
Tinjauan systematic dari korelasi/ studi observasi
4.
Level 4
Corelasi/
studi observasi
5.
Level 5
Tinjauan
sistematis dari gambaran/kualitatif/ studi phikologis
6.
Level 6
Gambaran/
kualitatif/ studi phisikologi
7.
Level 7
Pendapat
otoritas (Windi Arini
dkk, 2010).
2.2.4
Penilaian
dari fakta
Saat menggunakan bukti terbaik untuk
memadu praktek keperawatan adalah hasil penting, standar penilaian yang jelas
akan sangat kuat untuk bukti yang dapat mempengaruhi keselamatan pasien dan
morbiditas.
2.2.4.1 Kualitas Evidance
Jika ada beberapa studi awal dan tidak ada
tinjauan system . makan akan dibutuhkan simpulan tenteng bukti tubuh secara keseluruhan.jelasnya kamu
akan mengingunkan studi yang berat dan teliti.
2.2.4.2 Tingkatan Akibat
Menentukan
besarnya efek untuk
menemukan kuantitatif ini sangat
penting ketika intervensi yang sulit atau ketika ada potensi
sisi negatif efffect. Ada beberapa cara
untuk menentukan tingkat akibat, beberapa diantaranya adalah:
1.
Presisi estimate
Tingkat penilaian
memerlukan beberapa kecanggihan statiscal dan
jadi kami menunda diskusi kita interval
kepercayaan
2.
Akibat di sekeliling
Jika bukti tersebut dinilai tidak valid
dan besarnya seggest
efek bahwa pertimbangan lebih lanjut dijamin
3.
Issue financial
Keprihatinan lain masalah biaya
keuangan menerapkan bukti. dalam beberapa kasus
biaya mungkin kecil
atau bahkan tidak ada
4.
Hubungan klinik
Akhirnya, penting untuk menilai bukti dalam hal
relevansinya untuk situasi klinis di tangan-yaitu, untuk pasien Anda dalam
pengaturan klinis yang spesifik
5.
Tindakan berdasarkan
penilaian bukti
Penilaian bukti yang dapat
mengarahkan program
anda yang berbeda dari tindakan. Anda dapat
mencapai titik ini pada jalur EBP Anda dan menyimpulkan
bahwa dasar bukti tidak cukup suara. atau
bahwa efek mungkin
terlalu kecil atau
tidak ada, atau bahwa
biaya penerapan bukti
yang terlalu tinggi
untuk pertimbangan.
Praktik Keperawatan
Berbasis Temuan Ilmiah (Evidence-Based
Practice)
a. Fakta
terbaik dari riset diaplikasikan secara hati-hati dan bijaksana dalam tindakan
preventif, pendeteksian, maupun asuhan keperawatan
b. Klien
yang mendapatkan intervensi keperawatan bersumber dari riset memiliki out come
yang lebih baik bila dibandingkan dengan klien yang hanya mendapatkan
intervensi standar (Heater, Beckker, dan Olson, 1988)
c.
Sumber hasil riset
dipublikasikan dari jurnal ilmiah (Windi Arini dkk, 2010).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar