MERUMUSKAN TUJUAN, PERTANYAAN DAN HIPOTESA PENELITIAN KEPERAWATAN



Tujuan, pertanyaan dan hipotesa penelitian dirumuskan untuk menjembatani rumusan masalah yang bersifat masih abstrak menjadi suatu tujuan dan rancangan serta rencana pengumpulan dan analisa data yang lebih rinci dan konkrit.

Merumuskan Tujuan Penelitian
Tujuan adalah pernyataan yang padat dan jelas serta ditulis dalam bentuk kalimat aktif. Biasanya penyusunan tujuan berfokus pada satu atau 2 variabel/konsep dengan menunjukkan apakah variabel tersebut akan diidentifikasi atau diuraikan. Bisa juga dalam bentuk mengidentifikasi hubungan antara dua variabel atau menetapkan perbedaan antara 2 kelompok variabel tertentu.
Format yang dapat digunakan dalam merumuskan tujuan adalah :
a.        Mengidentifikasi karakteristik variabel X pada populasi khusus (identifikasi).
b.        Menguraikan keberadaan variabel X pada populasi khusus (uraian)
c.        Menentukan atau mengidentifikasi hubungan antara variabel X dan variabel Y pada populasi khusus (hubungan)
d.       Menentukan perbedaan antara kelompok 1 dan kelompok 2 tentang variabel X pada populasi khusus (perbedaan).
Dapat disimpulkan bahwa tujuan dirumuskan dari masalah penelitian dengan mengklarifikasi variabel atau konsep serta populasi.

Merumuskan Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan penelitian adalah pernyataan intogratif yang singkat, padat dan jelas yang dinyatakan dalam bentuk kalimat aktif tentang satu atau 2 variabel/konsep. Fokus pertanyaan penelitian adalah uraian variabel, penelaahan hubungan antara variabel dan penetapan perbedaan antara 2 kelompok tentang variabel tertentu. Format pertanyaan penelitian, sebagai berikut:
a.       Bagaimanakah variabel X diuraikan dalam populasi khusus (uraian)
b.      Apakah persepsi tentang variabel X pada populasi khusus (uraian)
c.       Apakah variabel X mempunyai hubungan dengan variabel Y dan Z pada populasi khusus ? (hubungan)
d.      Bagaimanakah perbedaan antara variabel X dan Y pada populasi khusus? (hubungan0
e.       Apakah ada perbedaan antara kelompok 1 dan kelompok 2 tentang variabel X? (perbedaan).

Merumuskan Hipotesa
Hipotesa adalah pernyataan formal tentang hubungan yang diharapkan antara dua variabel atau lebih pada populasi khusus. Hipotesa menterjemahkan masalah dan maksud penelitian ke dalam suatu penjelasan atau prediksi tentang hasil yang diharapkan dari penelitian. Hipotesa mencakup  variabel yang akan dimanipulasi atau diukur, mengidentifikasi populasi yang akan diteliti, dan menunjukkan jenis disain, serta mengarahkan pelaksanaan penelitian. Selain itu hipotesa juga mempengaruhi disain penelitian, teknik pemilihan sampel, pengumpulan data dan metode analisa serta interpretasi temuan. Hipotesa berbeda dengan tujuan dan pernyataan penelitian, karena dalam hipotesa terdapat prediksi hasil penelitian dalam bentuk menolak atau mendukung hipotesa.
            Dapat disimpulkan bahwa hipotesa mencerminkan prediksi peneliti mengenai kemungkinan hasil dari penelitian yang direncanakan. Hipotesa merupakan jawaban sementara suatu masalah penelitian, dirumuskan dalam pernyataan yang dapat diuji dan menjelaskan hubungan antara dua variabel atau lebih.

Sumber Perumusan Hipotesa
Hipotesa dirumuskan berdasarkan tiga hal utama yaitu pengamatan terhadap fenomena atau masalah dalam kehidupan sehari-hari, analisa teori dan tinjauan literatur. Hipotesa dapat dirumuskan berdasarkan:
A.    Pengamatan fenomena atau masalah
Peneliti dan pemberi pelayanan kesehatan mengamati kejadian di dunia nyata dan mengindentifikasi hubungan kejadian yang merupakan landasan dalam perumusan hipotesa.
Misalnya seorang tenaga kesehatan mengamati bahwa pasien yang sering mengeluh ternyata pasien yang meneima paling banyak obat anti nyeri. Dalam hal ini hipotesa dapat dinyatakan sebagai berikut:
“Semakin sering pasien mengeluh nyeri, semakin sering tindakan penanggulangan nyeri dilakukan”.
Penelitian juga dapat dilakukan untuk mengetahui keberhasilan intervensi dalam mengurangi rasa nyeri dan meningkatkan mobilitas serta pengaruhnya terhadap kemampuan individu.
Sebagai contoh : “pasien dengan arthritis (radang sendi) yang menggunakan terapi relaksasi, kurang merasakan nyeri sendi dan memerlukan waktu yang lebih singkat untuk berpakaian dan mandi daripada pasien yang tidak melakukan terapi relaksasi”.
Dengan demikian, semua upaya dalam mengidentifikasi hubungan merupakan prediksi tentang kejadian dalam kehidupan nyata yang potensial untuk uji empiris.
B.     Analisa teori
Hipotesa juga dapat disusun berdasarkan teori apabila peneliti bermaksud untuk menguji pernyataan dari suatu teori yang mempunyai pengaruh dalam keadaan nyata atau praktik sehari-hari.
Misalnya prinsip-prinsip dari teori adaptasi menurut Roy yang meyakini bahwa manusia sebagai sistyem yang adaptif mempunyai kemampuan beradaptasi terhadap stimulus fokal, kontestual dan residual dengan menggunakan mekanisme koping, sehingga dapat mempertahankan keseimbangan dan terus berkembang/produktif.
            Dalam penelitian tentang hubungan karakteristik anak tunagrahita dan karakteristik keluarga dengan pola  koping (penyelesaian masalah), maka konsep anak tunagrahita merupakan stimulus fokal (stimulus yang menimbulkan respon langsung), karakteristik anak dan keluarga adalah stimulus kontekstual (faktor yang mempengaruhi perilaku yang dicetuskan oleh stimulus fokal), nilai keluarga tentang anak tunagrahita merupakan stimulus residual (faktor yang mempengaruhi perilaku tetapi belum divalidasi). Sementara mekanisme koping adalah pola koping keluarga (mencari bantuan profesional, mencari dukungan spritual, mencari dukungan keluarga/teman). Pada penelitian ini, hipotesa dapat dirumuskan sebagai berikut :
1.      Terdapat hubungan yang positif antara karakteristik anak (usia, gender, jenis tunagrahita, IQ dan sebagainya) dengan pola koping keluarga.
2.      Terdapat hubungan yang positif antara karakterisitk keluarga (pendidikan, usia, lama perkawinan orang tua, dan sebagainya).
C.    Tinjauan literatur
Hipotesa juga dapat dirumuskan dari tinjauan literatur, yaitu dengan membuat hipotesa yang telah diuji pada penelitian sebelumnya oleh peneliti lain dan berfokus pada variabel yang lain, atau mereplikasi hipotesa dari penelitian sebelumnya. Dalam tinjauan literatur, peneliti menganalisa dan mensintesa temuan dari berbagai penelitian yang sangat bermanfaat untuk merumuskan hipotesa.

Jenis Hipotesa
Penentuan jenis hipotesa sangat tergantung pada maksud dilakukannya penelitian yang terdiri dari 4 kategori utama, yaitu : (1) hubungan versus kausal, (2) sederhana versus kompleks, (3) terarah versus tidak terarah, serta (4) nihil versus penelitian.

A.    Hipotesa hubungan versus kausal
Hipotesa dengan jenis hubungan asosiatif dirumuskan jika satu variabel berubah maka variabel lainpun turut berubah yang dituliskan sebagai berikut :
1.      Variabel C berhubungan dengan variabel Y dalam populasi khusus (prediksi hubungan).
Contoh “Kekuatan hubungan perkawinan yang dipersepsikan oleh calon ayah selama masa kehamilan isterinya berhubungan positif dengan tingkat keterikatan emosional ayah dengan janin”.
2.     
+
 
Variabel X meningkat, variabel Y juga meningkat pada populasi khusus (prediksi hubungan positif). Yang berarti hipotesa asosiatif ini memprediksi bahwa makin kuat hubungan perkawinan (X), makin besar pula keterikatan emosional ayah dengan janin (Y)













Y

 

X

 








 



3.      Variabel X menurun maka variabel Y juga menurun pada populasi khusus (prediksi hubungan positif). Dengan contoh yang sama: “Makin lemah ikatan perkawinan (X) yang diprediksikan oleh calon ayah, maka makin lemah ikatan emosional ayah dengan janin (Y).

+
 
                                                           







X

 

Y

 



 


4.      Variabel X meningkat, variabel Y menurun.
Contoh: “Besar hubungan perkawinan yang dipersepsikan oleh calon ayah berhubungan secara negatif dengan tingkat keterikatan emosional ayah dengan janin”.
Hipotesa ini memprediksi bahwa besar konflik perkawinan melemahkan keterikatan emosional antara ayah dengan janin. Hubungan bersifat berlawanan.














+
 



Y

 

X            x
 












 



Hubungan kausal mengidentifikasi interaksi sebab dan akibat antara dua atau lebih variabel yaitu variabel bebas (indepenent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Variabel bebas (treatment atau experimental variable) dimanipulasi oleh peneliti untuk menimbulkan akibat pada variabel terikat (outcome atau criterion variable) diukur untuk meneliti pengaruh dari variabel bebas.
Contoh: “pasien kanker dengan nyeri kronis yang mendengarkan musik diikuti sugesti positif tentang penurunan rasa nyeri mempunyai nilai kuisioner nyeri yang lebih rendah dibandingkan pasien yang tidak mendengarkan musik”.







X

 

Y

 



 



             Pasien kanker dengan nyeri kronis sebagai subjek; mendengarkan musik adalah variabel bebas (X); nilai kuisioner nyeri merupakan variabel terikat (Y). jadi X menyebabkan terjadinya Y.

B.     Hipotesa sederhana versus kompleks
Hipotesa sederhana menyatakan suatu hubungan (asosiatif atau kausal) antara 2 variabel. Variabel X berhubungan dengan variabel Y. Hipotesa asosiatif yang kompleks menyatakan hubungan antara variabel X, Y dan Z. Pada hipotesa kausal yang kompleks, hubungan diprediksikan antara 2 atau lebih variabel bebas dengan variabel terikat.








X1

 






Y

 





X2

 
 







Contoh : Pasien kanker dengan nyeri kronis yang mendengarkan musik (X), menggunakan teknik rileksasi (X2) mempunyai nilai kuisioner nyeri yang lebih rendah daripda pasien yang tidak mendengarkan musik dan menggunakan teknik rileksasi”.

C.    Hipotesa tidak terarah versus terarah
Hipotesa tidak terarah dirumuskan untuk melihat adanya hubungan tanpa memprediksikan sifat hubungan.
Contoh :
(1)     Persepsi lansia terhadap kemampuan untuk merawat diri sendiri berhubungan dengan faktor gender, orientasi sosial budaya, kondisi kesehatan, dan dukungan keluarga”
(2)     “Persepsi lansia terhadap kemampuan untuk merawat diri sendiir berhubungan dengan persepsi mereka terhadap dukungan keluarga”.
Hipotesa yang pertama lebih kompleks karena terdiri dari lima variabel, bersifat asosiatif dan tidak terarah. Sedangkan hipotesa kedua lebih sederhana karena hanya terdiri daru variabel, asosiatif dan tidak terarah. Kedua hipotesa dinyatakan untuk melihat hubungan yang ada tetapi tidak menunjukkan arah hubungan.
Hipotesa terarah dirumuskan dengan memperhatikan sifat interaksi antara dua atau lebih variabel. Hipotesa ini disusun dari pernyataan teoritis, temuan penelitian terdahulu, dan pengalaman klinik. Dengan mengetahui landasan penelitian, peneliti selanjutnya dapat meramalkan arah hubungan antara variabel yang diteliti. Hipotesa kausal memprediksi pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat, serta menjelaskan arah hubungan.
Contoh :
Pasien koma yang diganti posisinya setiap dua jam dan dimasase daerah belakang tubuhnya, akan lebih sedikit yang mengalami luka baring dibandingkan pasien yang diganti posisinya setelah lebih dari dua jam dan tidak dimasase daerah belakang tubuhnya”.
            Hipotesa ini memprediksi bahwa variabel bebas yaitu mengganti posisi tubuh dan memasase daerah belakang tubuh mempengaruhi variabel terikat  yaitu luka baring. Penggunaan istilah lebih sedikit, lebih jarang, meningkat, menurun sebenarnya menunjukkan arah hubungan dalam hipotesa.


D.    Hipotesa nol versus hipotesa riset
Hipotesa nol (Ho), juga disebut dengan hipotesa statistik yang digunakan untuk uji statistik dan interpretasi hasil uji statistik. Hipotesa nol dapat bersifat sederhana atau kompleks, asosiatif, atau kausal.
            Contoh bersifat asosiatif: Tidak ada hubungan antara pendidikan orang tua dengan strategi penyelesaian masalah yang digunakan orangtua yang mempunyai anak tunagrahita diukur dengan instrumen F-COPES.
            Sedangkan hipotesa nol yang bersifat kausal dapat dinyatakan dengan formal berikut ini :
1.      Tidak ada pengaruh satu variabel dengan variabel lain.
2.      Tidak ada perbedaan antara kelompok eksperimen yang terekspos terhadap variabel bebas dengan kelompok kontrol diukur oleh variabel terikat.
Contoh :
a.      Tidak ada perbedaan yang bermakna dalam terjadinya hematoma jaringan pada daerah yang disuntik dengan terapi heparin dosis rendah ketika disuntikan pada tiga daerah subkutan yang berbeda (perut, paha, lengan).
b.      Tidak ada perbedaan yang bermakna dalam terjadinya kanker paru-paru di kalangan orang yang merokok dengan orang yang tidak pernah merokok.
Hipotesa nol digunakan karena lebih mudah menyesuaikan teknik statistik tetentu dalam pengujiannya, jadi tidak selalu menunjukkan perkiraan atau pengharapan peneliti. Pada umumnya teknik statistik ditujukan untuk mengukur kemungkinan bahwa perbedaan yang ditemukan benar-benar lebih besar dari nol. Dengan kata lain, hipotesa nol menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang terjadi, dan metoda statistik menguji hipotesa ini dengan menetapkan probabilitas bahwa seberapapun perbedaan muncul pada subjek penelitian adalah sesungguhnya merupakan cerminan dari perbedaan yang terdapat dalam populasi darimana sampel studi tersebut diambil. Merujuk pada contoh hipotesa tersebut, jika tidak terdpat perbedaan statistik yang bermakna (signifikan) dalam terjadinya hematoma pada 60 hingga 72 jam setelah suntikan dilakukan pada tiga bagian tubuh (perut, paha, dan lengan), berarti hipotesa nol didukung.
Hipotesa penelitian adalah hipotesa alternatif (H1 atau Ha) terhadap nol. Hipotesa penelitian menyatakan bahwa ada hubungan antara dua atau lebih variabel dan dapat dalam bentuk sederhana atauk kompleks, tidak terarah atau terarah, serta asosiatif atau kausal. Sebagai contoh hipotesa penelitian yang sederhana, terarah, dan asosiatif adalah: “Tingkat kecemasan pasien yang baru dirawat akan berkurang dengan adanya SOP (Standar Operating Procedure) program orientasi bagi pasien baru”.
Hipotesa penelitian ini bermanfaat untuk memprediksi ada tidaknya atau arah suatu hubungan antara variabel. Prediksi dalam hipotesa penelitian memerlukan landasan pernyataan teoritis dari temuan penelitian atau pengalaman klinik terdahulu.
Hipotesa juga dapat dinyatakan dalam bentuk pertanyaan yang dapat ditulis sebagai berikut: “Apakah terdapat perbedaan yang bermakna pada kejadian kanker paru-paru di kalangan orang yang merokok dibandingkan dengan orang yang tidak pernah merokok?”.
Hipotesa dalam bentuk pernyataan ini biasanya disukai oleh peneliti yang belum berpengalaman karena biasanya berisikan pertanyaan spesifik yang ingin dijawab oleh peneliti. Laporan penelitian disusun dengan menjawab pertanyaan penelitian.

Kriteria Penyusunan Hipotesa
Penyusunan hipotesa harus memenuhi kriteria (1) disusun berdasarkan pemikiran induktif dan deduktif, (2) mempunyai rasional berdasarkan teori dan fakta; (3) harus dapat diuji; (4) singkat dan jelas.

A.    Disusun berdasarkan pemikiran induktif dan deduktif
Penyusunan hipotesa memerlukan pemikiran induktif dan deduktif. Setiap orang mempunyai pola berpikir yang berbeda yang akan digunakannya dalam mengembangkan suatu hipotesa. Pemikir induktif mempunyai kecenderungan untuk memusatkan perhatiannya pada hubungan observasi dalam praktik klinik dan mensintesis hasil observasi tersebut untuk merumuskan pernyataan umum tentang hubungan yang diobservasinya tersebut. Misalnya, pemikir induktif mungkin memperhatikan bahwa pasien lansia yang tidak diberi tahu tentang alasan mobilisasi dini setelah dioperasi tidak berusaha untuk meninggalkan tempat tidurnya. Sedangkan pemikiran bersifat deduktif apabila dengan contoh di atas tadi pemikir menterjemahkan ke dalam suatu pernyataan misalnya: “Orang yang mendapat petunjuk tentang merawat dirinya sendiri akan lebih bertanggung jawab dalam menolong diri mereka sendiri”.

B.     Mempunyai rasional berdasarkan teori dan fakta
Suatu hipotesa sewajarnya tidak bertentangan dengan temuan penelitian atau  sesuai dengan fakta terdahulu yang dapat diketahui melalui tinjauan literatur. Selain juga, hipotesis harus dirumuskan sesuai dengan teori yang berlaku dibidangnya, sehingga hasil dari penelitian akan memberi konstribusi yang berarti dalam pengujian teori yang selanjutnya dapat memperkaya body of knowledge suatu disiplin ilmu.

C.    Harus dapat diuji
Pada umumnya hipotesa disusun dengan menyatakan suatu hubungan atau perbedaan yang diharapkan antara variabel yang memungkinkan untuk dapat dilakukan pengukuran variabel atau perbandingan statistik untuk menentukan apakah hipotesa tersebut didukung oleh hasil penelitian. Hipotesa harus dapat dievaluasi dan diuji secara objektif.

D.    Singkat dan jelas
Dalam menyusun hipotesa perlu dibuat pernyataan yang singkat, padat dan langsung, sehingga lebih mudah dibaca dan dimengerti serta lebih mudah pula dilakukan pengujiannya.


Variabel Penelitian

Variabel penelitian merupakan kualitas, sifat karakteristik dari seseorang, sesuatu atau situasi yang dapat berubah. Variabel penelitian merupakan sesuatu yang bisa diukur dan diobservasi. Di dalam penelitian, variabel sering ditunjukan melalui derajat, jumlah ataupun perbedaan.

Jenis Variabel

1.      Variabel Bebas dan Variabel Terikat
Variabel bebas adalah stimulus atau kegiatan yang dimanipulasikan oleh peneliti untuk menciptakan suatu efek atau konstribusi pada variabel terikat.
Variabel terikat adalah fokus studi yang di ukur dan atau diobservasi oleh peneliti.
Di dalam penelitian variabel terikat adalah konsekwensi dari variabel bebas sebagai pendahulunya.
Contoh               : Sekelompok perawat peneliti merumuskan hipotesa berikut : “klien-klien wanita dengan diagnosa schizophrenia yang mendatangi kelompok pendukung setiap minggu dan taat mengikuti aturan pengobatannya lebih baik dari pada wanita schizophrenia yang tidak datang kesebuah kelompok pendukung.
Variabel bebas   : kelompok pendukung (variabel yang dimanipulasi peneliti)
Variabel terikat  : kepatuhan pada peraturan pengobatan (fokus studi yang akan diukur dan atau diobservasi peneliti)

2.      Variabel Penelitian atau Konsep
Panelitian qualitatif dan beberapa penelitian kuantitatif (deskriptif dan korelasi) melibatkan penyelidikan pada variabel atau konsep.
Variabel penelitian atau konsep merupakan suatu kualitas, sifat, atau karakteristik yang diidentifikasi berdasarkan tujuan, sasaran, pertanyaan atau hipotesa yang diobservasi atau diukur pada penelitian. Variabel penelitian (konsep) digunakan apabila faktor penelitian adalah untuk mengamati atau mengukur variabel suatu kejadian utama tanpa perlakuan implementasi atau pengobatan.
Misalnya, pada suatu penelitian (etnografi) wanita-wanita yang sukses mengatur berat badannya. Pertanyaan penelitiannya adalah :
1.      Metode apa yang digunakan oleh wanita yang sukses mengatur berat badannya ?
2.      Apa faktor yang mempengaruhi metode tersebut.
Variabel penelitiannya adalah :
1.      metoda untuk pengaturan berat badan
2.      faktor yang mempengaruhi metoda tersebut

3.      Variabel Asing.
Variabel asing relevan dengan area study tetapi bukan fokus dalam study. Variabel asing tidak dapat diabaikan, karena dapat mempengaruhi hasil riset. Misalnya, dalam suatu penelitian dimana intervensinya adalah memberikan  dukungan sosial bagi ibu segera setelah melahirkan dan kemudian mengukur efek lamanya perawatan di rumah sakit, status perkawinan dapat menjadi variabel asing.

4.      Variabel Demografi
Variabel demografi merupakan karakteristik atau atribut sebuah subjek yang dikumpulkan untuk menggambarkan sampel. Beberapa variabel demografi yang biasa digunakan yaitu umur, tingkat pendidikan, lama perawatan rumah sakit, diagnosa medis.
Contoh : syndrom gangguan pergerakan involunter dengan pemberian obat antipsikotik jangka panjang.
Variabel demografinya: usia, jenis kelamin, tingkat retardasi, lamanya hospitalisasi, ambulasi, dan syndrom down yang dipilih untuk menggambarkan studi ini.

Menerapkan Variabel

            Variabel-variabel dalam studi harus jelas sehingga konsumen riset mengetahui proses yang digunakan sampai pada kesimpulan-kesimpulan. Variabel-variabel tersebut didefenisikan sehingga pembaca mengetahui bagaimana data dikumpulkan. Ada dua (2) macam defenisi yaitu :
  1. Defenisi Konseptual
  2. Defenisi Operasional
Defenisi konseptual menyediakan landasan teori dari sebuah konsep atau variabel. Variabel penelitian menyatakan perspektif peneliti pada konsep yang diteliti, yakni langkah-langkah spesifik yang harus dilakukan peneliti untuk mengumpulkan informasi yang diperoleh, tapi ini tidak cukup karena tidak menentukan bagaimana variabel tersebut diukur.
Defenisi operasional memberikan pengertian suatu variabel dan menggambarkan aktivitas-aktivitas yang diperlukan untuk mengukurnya.
Contoh : pada hipotesa yang menyatakan “program penyuluhan pada penderita hipertensi akan meningkatkan kepatuhan pasien terhadap jadwal pengobatan”.
Kepatuhan adalah suatu variabel yang harus didefenisikan, sedangkan defenisi operasionalnya seperti; diukur dengan persentase obat yang diminum dalam peride satu bulan.

Tidak ada komentar: