BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Perkembangan teknologi informasi pada saat ini
sangat pesat perkembangannya, termasuk juga dalam bidang kesehatan. Teknologi
informasi dalam bidang kesehatan mempunyai perannya yang cukup besar dalam managemen penyimpanan informasi dan
data di unit-unit pelayanan kesehatan terutama di Rumah Sakit . Catatan tentang
informasi pasien merupakan alat komunikasi untuk professional dibidang
kesehatan. Peningkatan akses terhadap informasi dalam bidang kesehatan untuk masing interdisiplier (profesi kesehatan) diharapkan dapat
meningkatkan kualitas dan kelangsungan perawatan pasien serta pengobatannya.
Hal ini juga mengantisipasi bahwa dokumentasi
keperawatan dalam catatan pasien elektronik (EPR) akan menjadi alat bekerja perawat yang memberikan informasi
yang akurat dan memadai tentang mereka pasien.
Catatan
kesehatan Elektronik (EHR)
merupakan sistem yang
memiliki potensi untuk
membawa
manfaat besar untuk pasien dan sedang dilaksanakan dalam sistem kesehatan di
negara maju. Menyimpan dan berbagi informasi kesehatan secara elektronik dapat
mempercepat komunikasi klinis, mengurangi jumlah kesalahan, dan membantu dokter
dalam diagnosis dan pengobatan. Pasien dapat memiliki lebih mengontrol
kesehatan mereka sendiri. data elektronik juga memiliki potensi besar untuk
meningkatkan kualitas audit kesehatan dan penelitian. Namun, peningkatan akses
terhadap data melalui sistem EHR juga membawa risiko baru untuk privasi dan
keamanan catatan kesehatan.
Pada tahun 2005, mayoritas fasilitas kesehatan
akan telah menerapkan beberapa jenis catatan kesehatan elektronik (EHR) dan
dokumentasi system elektronik . Pada tahun 2003, Tommy G. Thompson, Sekretaris
Departemen Kesehatan dan Layanan Manusia (DHHS), meminta dua organisasi
bergengsi, Institut Level Kedokteran dan Kesehatan 7 (HL7), untuk membentuk gugus
tugas nasional untuk merancang sebuah standar untuk EHRs. Gugus tugas telah mengusulkan
model standar untuk digunakan dalam proyek percontohan beberapa EHR. Sampai
saat ini, model EHR memiliki pengaruh luas pada kesehatan seluruh masyarakat,
mulai dari besar perusahaan untuk praktek individu, dengan banyak negara
membentuk dewan penasehat untuk menyusun strategi EHRs bagaimana dapat
diterapkan di seluruh negara bagian. Informasi Kesehatan dan Manajemen Sistem
Masyarakat telah mengembangkan sebuah definisi model bahwa rincian delapan
atribut dan penting persyaratan untuk EHR sebuah, dari kebutuhan untuk aman
catatan yang dapat diakses secara real time untuk catatan-catatan yang dapat
membantu mendukung uji klinis.
1.2 Rumusan
Masalah
1.2.1
Apa
itu Konsep Dokumentasi Keperawatan?
1.2.2
Apa
itu Konsep Perekam Data Kesehatan Elektronik/The Ekectronic Health Record (EHR)?
1.2.3
Bagaimana Electronik Health Record (EHR) pada Mahasiswa
Keperawatan?
1.2.4
Bagaimana
Persiapan Penerapan HER di Indonesia?
1.3 Tujuan
1.3.1
Untuk
mengetahui Konsep Dokumentasi Keperawatan
1.3.2
Untuk
mengetahui Konsep Perekam Data Kesehatan Elektronik/The Ekectronic Health
Record (EHR)
1.3.3
Untuk mengetahui Bagaimana Electronik Health
Record (EHR) pada Mahasiswa Keperawatan
1.3.4
Untuk
mengatahui Bagaimana Persiapan Penerapan EHR
di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep
Dokumentasi Keperawatan
Pengertian dokumentasi keperawatan menurut Kozier (2004) adalah laporan
baik komunikasi secara lisan, tertulis maupun melalui komputer untuk
menyampaikan informasi kepada orang lain .
Merupakan informasi tertulis tentang status dan perkembangan kondisi
klien serta semua kegiatan asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat
(Fisbach,1991)Dokumentasi asuhan dalam pelayanan keperawatan adalah bagian dari kegiatan yang harus
dikerjakan oleh perawat setelah memberi asuhan kepada pasen.
Dokumentasi merupakan suatu
informasi lengkap meliputi
status kesehatan pasen,
kebutuhan pasen, kegiatan asuhan keperawatan/kebidanan serta respons
pasen terhadap asuhan yang diterimanya.
Dengan demikian dokumentasi keperawatan/ kebidanan mempunyai porsi yang
besar dari catatan klinis pasen yang
menginformasikan faktor tertentu atau situasi yang terjadi selama asuhan
dilaksanakan. Disamping itu catatan juga
dapat sebagai wahana komunikasi dan
koordinasi antar profesi
(Interdisipliner) yang dapat dipergunakan untuk mengungkap suatu fakta aktual
untuk dipertanggung jawabkan.
Catatan pasen merupakan suatu
dokumen yang legal, dari status
sehat sakit pasen pada saat lampau, sekarang, dalam bentuk tulisan, yang
menggambarkan asuhan keperawatan/
kebidanan yang diberikan. Umumnya catatan pasien berisi imformasi yang mengidentifikasi masalah, diagnosa
keperawatan dan medik, respons pasen terhadap asuhan kerawatan/kebidanan yang
diberikan dan respons terhadap
pengobatan serta berisi beberapa rencana untuk intervensi lebih lanjutan.
Keberadaan dokumentasi baik
berbentuk catatan maupun laporan akan sangat membantu
komunikasi antara sesama perawat/ bidan
maupun disiplin ilmu lain dalam rencana
pengobatan.
Manfaat Dan Pentingnya
Dokumentasi Keperawatan :
Dokumentasi keperawatan mempunyai makna yang penting bila dilihat dari
berbagai aspek :
1. Hukum
Bila terjadi
suatu masalah yang berhubungan dengan profesi kepoerawatan, dimana perawat
sebagai pemberi jasa dan klien sebagai pengguna jasa, maka dokumentasi diperlukan sewaktu-waktu. Dokumentasi
tersebut dapat dipergunakan sebagai barang
bukti di pengadilan.
2. Jaminan mutu (kualitas pelayanan)
Pencatatan data
klien yang lengkap dan akurat, akan memberikan kemudahan bagi perawat dalam
membantu menyelesaikan masalah klien. Dan untuk mengetahui sejauh mana masalah
klien dapat teratasi dan seberapa jauh masalah baru dapat diidentifikasi dan
dimonitor melalui catatan yang akurat. Hal ini akan membantu meningkatkan mutu
yankep.
3. Komunikasi
Dokumentasi
keadaan klien merupakan alat perekam terhadap masalah yang berkaitan dengan
klien. Perawat atau tenaga kesehatan lain akan bisa melihat catatan yang ada
dan sebagai alat komunikasi yang dijadikan pedoman dalam memberikan asuhan
keperawatan.
4. Keuangan
Semua tindakan
keperawatann yang belum, sedang, dan telah diberikan dicatat dengan lengkap dan
dapat digumakan sebagai acuan atau pertimbangan dalam biaya keperawatan.
5. Pendidikan
Isi
pendokumentasian menyangkut kronologis dari kegiatan asuhan keperawatan yang
dapat dipergunakan sebagai bahan atau referensi pembelajaran bagi siswa atau
profesi keperawatan.
6. Penelitian
Data yang
terdapat di dalam dokumentasi keperawatan mengandung informasi yang dapat
dijadikan sebagai bahan atau objek riset dan pengembangan profesi keperawatan.
7. Akreditasi
Melalui
dokumentasi keperawatan dapat dilihat sejauh mana peran dan fungsi keperawatan
dalam memberikan askep pada jklien. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan
tingkat keberhasilan pemeberian askep yang diberikan, guna pembinaan lebih
lanjut.
2.2 Konsep
Perekam Data Kesehatan Elektronik/ The Electronic Health Record (EHR)
Electronic Health
Record (EHR) adalah suatu catatan elektronik
komprehensif dari informasi kesehatan pasien yang merupakan integrasi beberapa database
informasi kesehatan. Informasi yang diberikan meliputi demografi pasien,
catatan kemajuan, masalah, obat, tanda vital, riwayat medis masa lalu, imunisasi,
data laboratorium, dan laporan radiologi (National Center for Research
Resourses, 2006).
Definisi EHR oleh International Standard Organization (ISO) yaitu gudang
penyimpanan informasi mengenai kesehatan seseorang dalam bentuk processable
komputer. Definisi yang sangat luas ini menyulitkan untuk menentukan objek yang
tepat untuk evaluasi. Sistem EHR mencakup fungsi-fungsi berbagai sistem
informasi kesehatan sehingga sulit untuk mengelola dan melaksanakan sekaligus.
Oleh karena itu sistem EHR biasanya dibagi ke dalam komponen atau modul yang masing-masing menangani satu atau
lebih fungsi. Komponen yang umum antara lain:
1. Dokumentasi Klinis : Menangani catatan
kemajuan baik yang langsung masuk ke dalam sistem atau melalui catatan standar
terstruktur. Sistem pengenalan suara juga dilihat sebagai metode entri data.
2. Physician Order Entry (POE) : Digunakan untuk
memesan tes diagnostik dan obat. Beberapa sistem juga memeriksa interaksi obat
dan kewaspadaan untuk pasien alergi.
3. Layanan pemesanan : Memudahkan pemesanan atau
janji antara pasien dan dokter.
4. Komunikasi / Pesan : Memfasilitasi komunikasi
antara rumah sakit, dokter umum, apotek, dan laboratorium.
5. Hasil bagi Manajemen : Peringatan hasil yang
abnormal, tren / grafik.
6. Penagihan : Coding intervensi (modul ini
sangat bervariasi sesuai dengan organisasi dan pembiayaan sektor kesehatan).
7. Decision Support /pendukung keputusan : Ada
banyak modul pendukung keputusan digunakan, tergantung organisasi dimana mereka
dikembangkan.
8. Clinical Practice Guidelines : Modul untuk
mengelola dan memelihara klinis pedoman atau acuan nasional program —terkadang
dikategorikan sebagai pendukung keputusan.
9. Manajemen Penyakit : Pengelolaan penyakit
kronis, seperti diabetes, dll
10. Manajemen masalah isu keamanan : Semua sistem
Ehr akan memiliki fasilitas khusus untuk mengelola otentikasi dan otorisasi
akses pengguna sesuai dengan peraturan perundang-undangan nasional.
EHR merupakan
catatan elektronik yang aman. EHR hanya dapat diakses dan dibagi oleh penyedia
layanan perawatan kesehatan berwenang yaitu dokter, perawat, teknisi
laboratorium, dan sebagainya (Garets&Davis, 2006). Hal ini sesuai dengan
pertimbangan etik dalam penerapan teknologi informasi, dimana semua pemberi
perawatan kesehatan memiliki kode moral yang perlu menyeimbangkan privasi
pasien dengan kebutuhan perawatan, termasuk akses ke catatan pasien (Kozier,
2007). Sistem ini juga memungkinkan profesional perawatan kesehatan untuk
melihat dan memperbarui informasi penting pasien seperti obat, sinar X, hasil
laboratorium dan sebagainya.
Dalam EHR, data
dibutuhkan untuk direkam dan disimpan dalam standardized form. Standar yang sering
disebutkan yang tepat untuk coding nursing secara spesifik dalam EHR menggunakan The North American Nursing Diagnosis
Association (NANDA), Nursing
Interventions Classification (NIC), dan
Nursing Outcomes Classification (NOC). Beberapa perawat mengusulkan
standarisasi bahasa, yang dikenal dengan istilah standardized languanges (SLs). Hal ini
dimaksudkan untuk meningkatkan kecakapan perawat dalam membuat suatu
keputusan/kebijakan, meningkatkan komunikasi antara perawat dengan anggota
multidisiplin tim kesehatan, memfasilitasi pencapaian organisasi, sistemik, dan
tujuan pemerintah dalam cost efficiency
dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan 5(Petrovskaya, et al, 2009). Walau metode
dokumentasi dalam health record untuk bidang keperawatan masih berkembang saat ini, elemen data diperkirakan akan
didokumentasikan dengan
Standardized Languanges (SLs).
Penggunaan SLs seperti NANDA, NIC, dan NOC (disebut NNN) di prediksi
meningkatkan, memfasilitasi komunikasi (Kautz D, Kuiper R, Pesut DJ, Williams
RL, Thoroddsen A, Saranto K, Ehrenberg A, Seremus W dalam
Smith&Craft-Rosenberg, 2010).
Keuntungan EHR
Penelitian yang dilakukan oleh Banner&Olney
(2009) menyebutkan dampak dari EHR terhadap perilaku perawat antara lain
perawat dapat menghabiskan waktu lebih banyak dengan perawatan pasien langsung,
waktu untuk tugas administratif menurun
dan hal ini memungkinkan pengembangan dokumentasi pasien bahkan lebih lengkap kedepan. Penyelenggaraan
EHR di rumah sakit sejalan dengan adanya tuntutan masyarakat akan pelayanan
kesehatan yang semakin berkualitas. Menurut Wolf, et al, 2006, keuntungan
peralihan dari paper-based pada EHR
adalah menjamin kualitas perawatan (quality of care)dan memicu produktivitas,
antara lain:
•
Mereduksi duplikasi pengujian
•
Mereduksi kesalahan medis (medication errors)
•
Mencegah efek kerugian dari konflik materi pengobatan/perawatan
• Mengurangi waktu yang dihabiskan oleh pasien
dan tenaga medis dalam menunggu order medis, hasil test, diagnosa yang akurat,
intervensi medis
•
Mengeliminasi pengulangan visit yang tidak perlu
•
Mereduksi kerja dengan kertas
•
Penghematan biaya dari penggunaan kertas untuk pencatatan,
•
Tidak memerlukan gudang yang besar dalam
penyimpanan arsip
•
Penyimpanan data (record) pasien menjadi lebih lama
• EHR yang dirancang dengan baik akan
mendukung otonomi yang dapat dipertanggung jawabkan
•
Meningkatkan produktivitas bekerja
•
Mengurangi kesalahan dalam menginterprestasikan pencatatan
• Standarisasi, terdapat pelaporan data klinik
yang standar yang mudah dan cepat diketahui
• Meningkatkan kualitas informasi klinik dan
sekaligus meningkatkan waktu perawat berfokus pada pemberian asuhan
• Accessibility, legibility, artinya mudah
dalam membaca dan mendapat informasi klinik tentang semua pasien dan suatu
lokasi.
Tantangan EHR
Penerapan sistem informasi di fasilitas
kesehatan klinik merubah pola kerja perawat di klinik. (Lee&Mccelmurry,
2010& Sensmeier, 2009). Teknologi informasi tidak hanya merubah praktik dan
proses keperawatan tetapi juga point of care pada pelayanan kesehatan sehingga beberapa
staf enggan melakukan perubahan ( Courtney, et al, 2005).
Pada tahun 2005, dilaporkan tidak ada hasil
statistik yang signifikan terhadap perubahan waktu dokumentasi dengan
komputerisasi. Pada tahun yang sama, dilakukan suatu studi sistematis dari tahun
1989 sampai 2003. Dari 13 hasil, 5
dilaporkan meningkatkan waktu dokumentasi dengan implementasi teknologi
komputer. Bagaimanapun, 8 dilaporkan mampu menurunkan waktu dokumentasi. Dampak
dari komputerisasi pada perilaku perawat adalah suatu hal yang masih
berkembang. The Straggers dan Park Nurse
Computer Interaction Framework menyediakan struktur untuk mempelajari perubahan
pengalaman perawat saat berinteraksi dengan komputer. Pokok/inti framework adalah keefektifan proses informasi
ditentukan oleh kualitas outcome, termasuk kemajuan perawatan (Banner&Olney,
2009) .
Tantangan pelayanan kesehatan dalam konversi
paper based menuju EHR yang besar antara
lain (Wolf, et al, 2006):
·
Biaya
yang meningkat/besar
·
Perubahan
teknologi yang tiba-tiba/cepat
·
Variasi
kemampuan komputer dari sumber daya manusia
·
Ketidaktertarikan/keengganan
beberapa staf klinik
·
Persentase
yang besar dari staf medis yang bukan pegawai tetap RS
Rancangan EHR tersebut tentunya harus dapat
mengatasi hal-hal yang sering terjadi pada rekam medis berbasis kertas agar
menunjukkan suatu keuntungan yang besar, antara lain:
Ø Aksesibilitas informasi kesehatan pasien belum
real time
Ø Kelengkapan, keakuratan dan keamanan informasi
kesehatan pasien masih rendah
Ø Pemanfaatan data pasien dalam pengambilan
keputusan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi di sarana pelayanan kesehatan
oleh para pengelola sarana pelayanan kesehatan belum optimal
Ø Data pasien belum dioptimalkan oleh para
tenaga kesehatan untuk memberikan pelayanan secara berkesinambungan dalam
rangka pelayanan yang efektif dan efisien.
Strategi Pelaksanaan EHR
Memulai EHR
membutuhkan pengukuran kesiapan
organisasi yang berhubungan dengan tujuan, penkajian dasar dan fakta sebelum
memulai. Merencanakan dengan hati-hati transisi dari paper-based ke EHR
diperlukan untuk meminimalisir gangguan.
Selain itu, identifikasi peran dari setiap departemen dalam proses dan
dampak jika teknologi diterapkan.
Selanjutnya, desain, pengujian, penginstallan
aplikasi, lalu meminta feedback dari pengguna layanan (users). Berikan waktu
yang adekuat untuk pengguna untuk menghasilkan suatu uji quality assurance yang baik, ajak untuk dapat
familiar dengan sistem yang akan dipakai kedepan, sampaikan fungsinya, berbagi
pengalaman mereka dengan semua
departemen untuk mengantisipasi masalah sebelum terjadi (Carr, 2004).
2.3 Electronic
Health Record (EHR) pada Mahasiswa Keperawatan
EHR sudah banyak digunakan di berbagai pelayanan kesehatan. Namun
pemanfaatannya pada mahasiswa keperawatan masih sedikit. Salah satu yang sudah
menerapkan adalah Canadian School of Nursing (Jones&Donelle, 2011).
Sistem EHR yang digunakan merupakan open sources application, maksudnya
yaitu kode sistem EHR dapat dimodifikasi. Sistem EHR dibangun pada platform LINUX
dan bisa diakses dengan membrowsing interface seperti Internet
Explorer atau Firefox (Jones&Donelle, 2011). Keamanan akses EHR
hanya oleh individu yang berwenang. Fitur EHR terdiri dari dokumentasi masalah
keperawatan pasien, pengingat perawatan pasien, akses informasi kesehatan
berbasis bukti, hasil dan cetakan resep obat pasien (Jones&Donelle, 2011).
Penggunaan EHR pada mahasiswa sarjana
keperawatan yaitu dengan cara mahasiswa mengisi pengkajian
pasien dengan lengkap yang link ke dokumentasi elektronik pasien dengan
menggunakan skenario kasus fiktif.
Berikut adalah contoh penggunaan EHR dengan skenario kasus pasien:
(Jones&Donelle, 2011)
”Kamu adalah perawat yang merawat seorang wanita berusia 83 tahun
dengan inisial JD. Baru-baru ini JD didiagnosa adenokarsinoma pada payudara
kiri yang mengharuskan dia dilakukan tindakan mastektomi radikal. Operasi itu
tidak rumit dan JD itu pulang pada hari ke lima pasca operasi. Sekarang hari ke
sepuluh pasca operasi dan JD kembali ke Anda untuk meminta perhatian tentang
sayatan operasinya. Dia menyatakan bahwa selama lima hari terakhir ini merasa
sakit dan hangat saat disentuh. Tanggung jawab Anda sebagai perawat JD adalah
untuk menilai JD dan dokumennya dalam catatan medis elektronik (EHR) terkait
masalah pasien yang bersangkutan”.
Terkait kasus tersebut, mahasiwa akan melakukan serangkaian
langkah dalam penggunaan EHR yaitu:
a.
Sebelum kedatangan JD, Anda ingin
meninjau sejarah kesehatannya. Silahkan masuk (login) ke OSCAR EHR dan
meninjau sejarah kesehatannya.
b.
Ketika JD muncul, Anda mulai mengakses dengan
menilai bekas sayatan operasi JD. Pada bagian dokumen ada gambar luka JD, nama
file nya adalah Mastektomi. Silakan membuka dokumen ini dan merekam temuan
penilaian Anda pada e-form penilaian luka. Setelah Anda selesai mengisi e-form,
silakan klik tombol cetak dan kemudian Anda bisa keluar dari form ini.
c.
Berikutnya, Anda bertanya apakah dia
memiliki keprihatinan lain apapun yang dia ingin bagi dengan Anda. Dia
memberitahu Anda bahwa selain ketidaknyamanan di sayatan, ia tidak bisa tidur
dengan baik dan bahwa dia menemukan kesulitan untuk menyelesaikan kegiatan
sehari-hari. Dia menyatakan mengalami kesulitan mandi dan berpakaian sendiri,
serta menyiapkan makanan karena gerakannya terbatas pada lengan kirinya.
Silakan masukkan temuan ini ke bagian EHR yang sesuai.
d.
JD bertanya apakah dia juga bisa
mendapatkan suntikan flu hari ini. Anda memberikan pasien pendidikan tentang
status kesehatan dan imunisasi influenza dan menyarankan bahwa dia akan bisa
mendapatkan itu ketika dia merasa lebih baik pada kunjungan berikutnya. Harap
menaruh catatan pada grafik JD untuk menindaklanjuti masalah ini pada kunjungan
berikutnya.
e.
JD memberitahu Anda bahwa dia sangat
sulit untuk mengatasi diagnosanya. Dia merasa bahwa status kesehatannya
memburuk. Dia takut bahwa suatu hari dia tidak akan dapat hidup mandiri.
Setelah berbicara dengan JD, Anda memiliki kekhawatiran tentang kemampuannya
untuk aman merawat dirinya sendirian di rumahnya. Anda merasa bahwa konsultasi
dengan terapis okupasi mungkin membantu JD. JD setuju bahwa bertemu dengan
terapis okupasi akan bermanfaat untuknya. Harap melengkapi formulir yang tepat
untuk berkonsultasi dengan terapis okupasi.
f.
Lengkapi dokumentasi keperawatan Anda
dari kunjungan pasien. Kemudian keluar (logout) dari file pasien.
EHR yang digunakan oleh mahasiswa di Canadian School of Nursing
juga telah dilakukan penilaian terhadap penggunaannya (Jones&Donelle,
2011). Hasil penilaian memperlihatkan bahwa pemanfaatan EHR merupakan cara yang
efektif dalam hal:
a.
Menyediakan strategi pembelajaran yang
aman dan terkontrol untuk mempelajari keterampilan dokumentasi elektronik
pasien.
b.
Memberikan strategi pembelajaran yang
penting kepada pendidik untuk menggunakan pendekatan Problem Base Learning (PBL)
melalui skenario kasus pasien yang diberikan.
c.
Memperkenalkan mahasiswa terhadap
konsep dasar dari manajemen data klinik
d.
Menstimulus mahasiswa untuk berpikir
kritis (Critical thinking)
e.
Mampu mengembangkan pengetahuan,
keterampilan dan kepercayaan diri mahasiswa.
f.
Mengurangi adanya gap antara
teori dan praktik yang sering terjadi pada disiplin profesi.
2.4 Persiapan Penerapan EHR di Indonesia
Di Indonesia, pemakaian hasil
teknologi informasi semakin berkembang dan akan semakin penting di masa
mendatang, contohnya dalam pemakaian komputer. Peningkatan jumlah pemakai
komputer di Indonesia terutama setelah disadari bahwa harga komputer sendiri semakin
murah. Bersamaan dengan itu disadari pula bahwa banyak urusan-urusan dalam
organisasi yang dapat diselesaikan secara lebih efisien (Kumorotomo&
Margono, 2009).
Begitu juga dengan penggunaan
teknologi informasi kesehatan yang semakin berkembang, khususnya catatan
kesehatan elektronik (EHR). Perkembangan ini didasari oleh visi Departemen
Komunikasi dan Informatika (Depkominfo), yaitu memasuki masyarakat informasi
Indonesia pada tahun 2015, menjadi salah satu bangsa maju berbasis teknologi
informasi kesehatan pada tahun 2020, dan menjadi masyarakat Indonesia berbasis
pengetahuan pada tahun 2025, dengan salah satu target yang harus dicapai yaitu
menghubungkan universitas dengan teknologi informasi (Depertemen Komunikasi dan
Informatika, 2005).
Untuk mencapai visi tersebut, dan
mengingat beberapa hal positif yang diperoleh dari pemanfaatan EHR pada
mahasiswa Sarjana Keperawatan di Canadian School of Nursing, maka
pemanfaatan EHR pada mahasiswa keperawatan di Indonesia sangat mungkin
dilaksanakan. Kompetensi teknologi dan informasi dengan ilmu keperawatan
melalui pemanfaatan EHR ini dapat dimasukkan ke dalam kurikulum program
pendidikan sarjana dan pascasarjana. Namun itu semua tidak terlepas dari
persiapan-persiapan yang matang untuk mendukung keberhasilan pelaksanaannya.
Persiapan-persiapan yang perlu
dilakukan adalah adanya komitmen dan kesiapan institusi pendidikan sebagai
penyelenggra dalam mempersiapkan kurikulum, infrastrukutur yang mendukung,
sumber dana, dan pembekalan terhadap mahasiswa dalam bentuk pendidikan dan
pelatihan. Mahasiswa sendiri sebagai pengguna (User) perlu mempersiapkan
diri dengan terlebih dahulu memahami konsep pendokumentasian keperawatan dengan
format kertas (Paper based) dan harus memiliki keterampilan komputer (Computer
skill). Kemudian juga diperlukan peran pemerintah terkait dalam
mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang mendukung keberhasilan penerapan
pemanfaatan EHR pada mahasiswa keperawatan di seluruh Indonesia.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam Asuhan keperawatan, pendokumentasian keperawatan merupkan hal yang
sangat penting dikarenakan pendokumentasian merupkan bukti perawat telah
melakukan tindakan kepada pasien.
Melihat manfaat dan pentingnya pendokumentasian keperawatan maka perawat
dituntut untuk melaksanakannya.
Diarea globalisasi dan pesatnya
perkembangan teknologi, termasuk pula di dunia kesehatan dan ini juga
berdampak pula pada keperawatan.
Perkembangan tersebut menuntut perawat untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan mengenai teknologi sehingga memudahkan pelaksanaan
pendokumentasian berbasis komputer dengan menggunakan pencataan kesehatan
secara elektronik.
Kemungkinan penerapan pendokumentasian keperawatan dengan pencatatan
kesehatan elektronik sangat memungkinkan dilakukan, tetapi perlu komitment dari
semua pihak yang terkait di unit pelayanan kesehatan dan keperawatan untuk
penerapanya.
3.2 Saran
Sebaiknya pemanfaatan EHR pada mahasiswa
keperawatan diterapkan di seluruh Negara di dunia, termasuk Indonesia.
Institusi pendidikan sebagai penyelenggra perlu mempersiapkan kurikulum,
infrastrukutur yang mendukung, sumber dana, dan pembekalan terhadap mahasiswa
dalam bentuk pendidikan dan pelatihan. Mahasiswa sebagai pengguna (User)
perlu mempersiapkan diri dengan memahami konsep pendokumentasian keperawatan
dengan format kertas (Paper based) dan harus memiliki keterampilan
komputer (Computer skill). Kemudian pemerintah terkait perlu
mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang mendukung keberhasilan penerapan
pemanfaatan HR pada mahasiswa keperawatan. Dengan demikian, pada akhirnya nanti
diharapkan agar lulusan perawat dengan komptensi EHR dapat menerapkan teknologi
informasi dalam meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan.
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar