I.
INDIKASI
PENGGUNAAN
Gejala sasaran / target syndrome : Sindroma
Depresi
Diagnosa medik Sindroma Depresi :
a. Selama paling sedikit 2 minggu dan hamper setiap
hari mengalami :
1.
Rasa hati yang
menurun
2.
Hilang minat
dan rasa senang
3.
Kurang tenaga
hingga mudah lelah, penurunan kegiatan
b. Keadaan
diatas disertai gejala-gejala :
1.
Penurunan
konsentrasi pikiran dan perhatian
2.
Pengurangan rasa harga diri dan rasa percaya diri
3.
Pikiran perihal dosa dan tidak berguna lagi
4.
Pandangan
suram dan pesimistik terhadap masa depan
5.
Gagasan atau tindakan mencederai diri/bunuh diri
6.
Gangguan tidur
7.
Pengurangan
nafsu makan
c.
Gangguan dalam
fungsi kehidupan sehari-hari, bermanifestasi dalam gejala ; penurunan kemampuan
bekerja, hubungan social dan melakukan kegiatan rutin.
Sindroma Depresi dapat terjadi pada :
* Sindroma Depresi Psikik : Gangguan afektif bipolar dan uni polar ( Mayor Depresion
), Gangguan distimik, Gangguan siklotimik
* Sindroma Depresi Organik : Hypotyroid induced depression, brain injury depression, obat
reserpin.
* Sindroma Depresi Situasional : Gangguan penyesuaian dan depresi, grieve
reaction
* Sindroma Depresi Penyerta ; Gangguan jiwa dan depresi, seperti obsesi
kompulsif, gangguan panic, dementia, gangguan fisik dan depresi sperti stroke, MCI dan kanker
Jenis Obat Anti Depresi :
1.
Obat
Anti-Depresi TRISIKLIK : Trysiclic Anti Depressant (TCA), contoh Amytriptilin,
Imipramine, Clomipramine, Amineptine, Opipramol
2.
Obat Anti-Depresi TETRASIKLIK, contoh Maprotiline, Mianserin, Amoxapine
3.
Obat Anti-Depresi MAOI ( Monoamine Oxidase) Reversibel, contoh :
Moclobamide
4.
Obati
Anti-Depresi SSRI ( Selective Serotonin Reuptake Inhibitor ), contoh :
Setraline, Paroxetine, Fluvoxamine, Fluoxetine
5.
Obat Anti-Depresi ATYPICAL , contoh : Trazodone
II.
MEKANISME
KERJA
Hipotesa :
SIndroma Depresi disebabkan oleh defisiensi relative
salah satu atau beberapa “ Aminergic Neurotransmitter “ ( noradrenaline,
serotonine, dopamine ) pada sinaps neuron di SSP , khususnya pada system limbic.
Mekanisme kerja obat Anti-Depresi adalah :
a.
Menghambat “
Reuptake aminergic nerotranmitter”
b.
Menghambat
penghancuran oleh enzim “ Monoamine Oxidase”, sehingga terjadi peningkatan
jumlah “aminergic neurotransmitter” pada sinaps neuron di SSP.
III.
PROFIL EFEK
SAMPING
Efek samping obat Anti-Depresi dapat berupa :
1.
Sedasi :
Mengantuk, , kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor berkurang, kemampuan
kognitif menurun, dll.
2.
Efek
Antikolinergik: Mulut kering, retensi urin, penglihatan kabur, konstipasi,
sinus takikardi, dll .
3.
Efek
Anti-Adrenergik Alfa : Perubahan EKG, hipotensi
4.
Efek Neurotoksik : Tremor halus, gelisah, agitasi, insomnia
Efek samping yang tidak berat (tergantung daya
toleransi dari penderita), biasanya berkurang setelah 2-3 minggu bila tetap
diberikan dengan dosis yang sama.
Pada keadaan overdosis/intoksikasi trisikilik
dapat timbul “ Atropine Toxic Syndrome” dengan gejala : eksitasi SSP,
hipertensi, hiperpirexia, konvulsi, toxic confusional state ( confusion,
delirium, disorientasi ). Tindakan untuk
keadaan tersebut :
a.
Gastric lavage
( hemodialisis tidak bermanfaat oleh karena obat Trisiklik bersifat “protein
binding”, forced diuresis juga tidak bermanfaat oleh karena “renal excretion of
free drug” rendah ).
b.
Diazepam 10 mg
(im) untuk mengatasi konvulsi
c.
Prostigmine
0,5-1,0 mg (im) untuk mengatasi efek anti kolinergik ( dapat diulangi setiap
30’-45’ sampai gejala mereda ).
d.
Monitoring EKG
untuk deteksi kelainan jantung
Kematian dapat terjadi oleh karena”Cardiac
Arrest”. “ Lethal Dose” Trisiklik + swekitar 10 kali “therapeutic dose’, maka itu tidak memberikan obat dalam jumlah
besar kepada penderita depresi ( tidal lebih dari dosis seminggu)., dimana
pasien seringkali sudah ada pikiran untuk bunuh diri. Obat Anti-depresi golongan SSRI relative paling
aman pada overdosis.
VIII. DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Diagnosa yang mungkin muncul pada pasien dengan penggunaan obat
Anti-depresi adalah :
a. Resiko
tinggi mencederai diri berhubungan dengan peningkatan energi
b. Resiko
injuri b.d efek samping sedasi, meningkatnya frekuensi kejang, hipotensi
orthostatic, krisis hipertensi, aritmia, photosensitivity.
c. Isolasi
social b.d. depresi mood
d. Konstipasi
b.d. efek samping obat
Perencanaan / Intervensi
1.
Efek
Antikolinergik
a.
Mulut kering :
Tawarkan permen, es, air putih
b.
Pandangan
kabur : Anjurkan tidak menyetir mobil sementara
c.
Konstipasi :
Anjurkan makanan berserat, banyak minum
d.
Retensi urin :
Monitor intake output, Anjurkan pada kilen untuk melaporkan bila tidak bisa bak
2.
Sedasi
a.
Berikan obat
menjelang jam tidur sesuai indikasi
b.
Kolaborasi dengan dokter menurunkan dosis sedasi
3.
Hipotensi
Orthostatik
a.
Anjurkan pasien untuk bangun dari tempat tidur secara perlahan
b.
Monitor
tekanan darah, catat adanya perubahan
c.
Hindari mandi air panas yang lama
4.
Memperpendek
frekuensi kejang
Observasi ketat pasien dengan riwayat kejang
5.
Tacycardi,
aritmia
Monitor Tekanan darah, nadi, ritmenya, catat
adanya perubahan
6.
Photosensitifitas
( pada Tryciclic )
Pastikan pasien menggunakan sunscreen, baju
lengkap dan kaca mata gelap saat diluar rumah
7.
Krisis
Hipertensi ( pada MAOI )
Hentikan pengobatan, monitor tanda vital, berikan
obat antihipertensi sesuai order dokter
8.
Priapism (
Ereksi penis yang memanjang , pada Trazodone )
Tunda pemberian obat, beritahu dokter
9.
Penurunan BB (
pada SSRI )
Hati-hati pada pasien anoreksia, timbang BB tiap
hari
DAFTAR RUJUKAN
Towsend, M.C. (1996). Psychiatric mental nursing:
concepts of care.
(
2nd edition). Philadelphia ; FA Davis Company. P. 274-279.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar