PENDAHULUAN
Kita melihat orang dengan penyalah gunaan obat dulu dikatagorikan
sebagai kriminal, tetapi sekarang sudah ditanganni sebagai pasien dengan gangguan
mental. Lingkungan keluarga dan tempat bergaul dan dengan siapa dia berteman
merupakan faktor pencetus yang disadari oleh semua pihak, bahkan pengedar
narkoba yang sekarang di hukum mati oleh orang tuanya diiklaskan dengan
pernyataan bahwa “ kesalahan anak saya sebagai pengedar narkotik tidak sebesar
kesalahan saya dalam mendidik anak saya”. Dari pernyataan tersebut kita paham
bahwa peran orang tua sangat dominan dalam pencegaha penyalah gunaan narkoba.
Bagaimana dengan orang yang sudah terlanjur sakit karena menggunakan
narkoba dengan tidak benar atau ketergantungan, apa saja masalah yang dialami
dan bagaimana perawat dengan pendekatan asuhan keperawatan memberikan pelayanan
keperawatan.
DAMPAK NEGATIF DARI PENYALAHGUNAAN PSYCHOTROPIKA
BAGI KESEHATAN:
Sebagian golongan Narkotika dan zat Psikotropika
masih digunakan dengan indikasi medis guna keperluan pasien. Sementara itu
telah berkembang penggunaan Narkatika dan zat Psikotropika yang merugikan.
Penyebaran penggunaan dan zat Psikotropika secara ilegal tersebut dikenal
dengan istilah penyalahgunaan narkotika dan Psikotropika. Badan Kesehatan Dunia
(WHO, 1974) telah menyebutkan Drugs (zat
Adiktif atau zat yang mendatangkan ketergantungan, adiksi, menagih, mencandu),
meliputi golongan-golongan alkohol, Opioida atau Opiat, kanabis atau ganja,
Kokain, Barbiturat, Amfetamin, Halusinogen, Vilote Solvents (zat adiktif yang
mudah menguap), Khat, Narkotin, Kafein, Analgetik.
Jenis-jenis golongan narkotika dan psikotropika di Indonesia yang
disalah digunakan sangat bervariabel (data RSKO 1972-1994 ).
Gangguan mental Organik
Akibat Zat
Zat Adiktif menimbulkan
sindrom atau kumpulan gejala-gejala sebagai efek dan akibat langsung zat
terhadap susunan syaraf pusat.
Gejala-gejala tersebut dikenal dengan istilah
Sindrom Otak Organik. Secara
garis besar, Sindrom otak Organik terdiri atas :
Delirium
Pasien menunjukkan
kesadaran berkabut (kejernihan kesadaran terhadap lingkungan menurun). Pasien sukar memusatkan, memindahkan dan
mempertahankan perhatian terhadap stimulasi dari luar maupun dari dalam
dirinya. Sering terjadi salah tafsir karena gangguan persepsi panca indra.
Pasien berfikir secara tidak teratur, tidak jelas dan arah tujuannya tidak
menentu. Ia menunjukkan disorientasi, gangguan daya ingat dan gangguan
konsentrasi.
Pembicaraan menjadi kacau, dan terjadi waktu
bangun, dan waktu tidur yang tidak lazim. Aktivitas fisik mungkin berkurang
atau berkelebihan. Kondisi deleriu biasanya terjadi beberapa jam atau hari
saja.
Biasanya delerium disebabkan oleh karena efek lansung dari penggunaan
yang merugikan dari alkohol (Delerium Putud Alkohol), Barbiturat atau Sedatif Hipnotik lain
Amfetamin, Fensiklidin.
Demensia
Pasien menunjukkan kehilangan kemampuan intelektual yang demikian beratnya
sehingga menghalangi fungsi sosialnya (ia bertingkah laku kekanak-kanakan),
terjadi gangguan daya ingat, kesulitan daya berfikir secara abstrak, gangguan
menilai realita, sering menunjukkan perubahan atau aksentuasi dari kepribadian,
sering disertai dengan gangguan fungsi kortikal seperti afasia, apraksia,
agnosia, dan gangguansyaraf lain. demikiandapat terjadi oleh sebab fisik lain
seperti pada Alzheimer disease, karena trauma kapitis, infeksi, jamur, gangguan
toksikmetabolik atau gangguan vaskuler.
Biasanya demensia akibat zat terjadi karena efek langsung ganguan
alkohol yang merugikan.
Sindrom Amnestik
Pasien kehilangan kemampuan daya ingat jangka pendek dan jangka panjang.
Ia tidak mampu mempelajari informasi baru dan tidak mampu mengingat informasi
yang diketahuinya pada masa lampau. Kadang-kadang disertai dengan gejala
disorientasi, konfabulasi, sikap acuh dan emosi yang hampar.
Biasanya sindrom amnesia terjadi sebagai akibat penggunaan kronis
alkohol. Pada otak terdapat kerusakan bilateral
struktur jaringan diensefalon dan area
temporo-medial.
Halusinosis Organik
karena zat
Pasien menunjukkan
gejala halusinasi berulang dan menetap, sedang kesadaran pasien terhadap
lingkungan cukup baik, berkomunikasi dengan orang lain meskipun sosiolisasinya
terbatas sebagai akibat adanya halusinasi dari presepsi pancaindranya. Pasien
dengan sadar mengutarakan bahwa halusinasi yang deritanya adalah tidak benar.
Biasanya halusinosis
organik terdapat sebagai akibat penggunaan
halusinogen (halusinasi visual), alkohol (halusinasi auditorik)
Sindrom Waham Organik
penggunaan beberapa
jenis zat tertentu seperti Amfetamin, Halusinogen dan kanabis dapat menimbulkan
Sindrom waham organik. Sindrom tersebut dapat terjadi menetap sehingga mirip
dengan gangguan jiwa Skizotrenia (meskipun pada tubuh tidak terdapat lagi zat
adiktif). Secara klinis, pasien mununjukkan adanya gejala waham (suatu
keyakinan pasien yang tidak bisa dikoreksi dan bertentangan dengan realita).
Kesadaran pasien secara umum cukup baik. Pemeriksaan organik lainya tidak
didapat kelainan.
Selain disebabkan
oleh zat adiktif, sindrom waham organik juga dapat karena kelainan otak seperti
epilepsi labus temporal, kerusakan otak hemisfer dan khorea Hutington.
Sindrom kepribadian
Organik
Pasien menunjukkan
penyimpangan kepribadian yang secara klinis sangat tergantung kepada lokalisasi jaringan otak yang rusak. Pasien
sering mengalami emosi labil, tiba-tiba menangis, sukar mengendalikan impuls
marah atau menangis secara tiba-tiba karena sedikit alasan sepele. Sering pula
menunjukkan perilaku sosial yang kurang pantas seperti : perilaku sexsual yang
tidak senonoh, kurang prihatin, sikap acuh, masa bodoh, kehilangan hobbi dan
kurang reaktif terhadap kondisi lingkungan.
Sindrom kepribadian
organik dapat juga disebabkan karena kerusakan lobus temporalis (misalnya
meningioma yang menekan lobus frontatis otak), cedera kepala, penyakit
vaskuler, sklersis multipel, khorea
hutington endokrim.
Intoksikasi Karena
zat
Pasien menunjukkan
tingkah laku maladaptif yeng terjadi segera sesudah menggunakan zat adiktif.
Umumnya pemeriksaan urinalisis menunjukkan hasil positif (artinya
zat yang digunakan masih terdapat didalam tubuh pasien). Tingkah laku
maladaptif tergantung kepada jenis zat yang digunakan. Setiap zat menimbulkan
gejala klinis yang khas untuk zat tersebut. Karena pengaruh langsung zat
terhadap jaringan otak menyebabkan terjadi penyimpangan daya nilai, kandali
emosi melemah, lingkungan sosial mengeluh, prestasi pekerjaan menurun, dan
gagal untuk memenuhi tanggung jawabnya, meskipun secara umum pasien tampak
dalam keadaan jaga (wakefulness).
Hampir semua zat
Adiktif menimbulkan intoksikasi dengan gejala-gejala klinis yang berbeda-beda
sesuai dengan kekhasannya masing-masing.
Sindrom Putus Zat
Pasien menunjukkan
gejala-gejala spesifik setelah menghentikan atau mengurangi penggunaan zat yang
selama ini digunakannya secara “kurang lebih” teratur guna ia memperoleh
kondisi intoksikasi. Intensitas, lamanya, dan gambaran klinis gejala sangat
tergantung pada jenis zat yang digunakan. Misalnya seorang dengan Sindrom Putus
Opioida menderita rasa sakit sendi-sendi, lakrimasi, rinorea, dilatasi pupil,
berkeringat, piloereksi, diare, menguap terus menerus, hipertensi ringan
takidardia, demam, dan sukar tidur.
Sindrom Putus Zat
terjadi pada penghentian atau pengurangan penggunaan zat Opioda, Barbiturat,
Amfetamin, Nikatin.
Sindrom Otak Organik
tidak Khas atau Campuran
Pasien dalam keadaan
jaga menunjukkan keluhan-keluhan yang tidak dapat digolongkan dalam sindrom
otak organik seperti misalnya ia mengeluh neurastenia yang berkait dengan
penggunaan zat adiktif.
Gangguan Psikiatri
Penggunaan narkotika
dan zat Psikotropika secara non-medis dapat menimbulkan puluhan janis gangguan
psikiatri. Dalam makalah ini hanya diterangkan beberapa gangguan psikiatri yang
umum dan sering terjadi.
Sindrom
Ketergantungan Zat
Pasien menunjukkan 3
dari gejala berikut : adanya gejala-gejala putus zat, toleransi terhadap
penggunaan zat berikutnya, adanya dorongan keinginan dn perwujudan perasaan
yang kuat untuk mendapatkan zat yang digunakan, gagal atau mengalami kesulitan
untuk mengendalikan perilaku mencari zat, sangat berpreokupasi hanya kepada
pengaruh kenikmatan zat dalam tubuh sehungga tidak punya waktu lagi untuk
keunaan lain seperti aktivitas dari penggunaan zat adiktif (karena dorongan
yang begitu besar), menyebabkan pasien mampu untuk berbuat “apa saja” meskipun
bagi nalar orang normal tidak akan mau ia lakukan.
Beberapa zat adiktif
yang mempunyai potensi ketergantungan sangat besar adalah : golongan Opioida
Alkohol, Amfetamin dan Nikotin.
Gangguan Penggunaan
Zat yang merugikan
Pasien menunjukkan
pola penggunaan narkotika dan zat Psikotropika yang merugikan kesehatan baik
fisik (misalnya :hepatitis), maupun mental (misalnya:depresi sekunder). Jadi
pada jenis Gangguan jelas-jelas secara nyata ada kerusakan mental dan fisik
sebagai akibat penggunaan zat.
Homocide
Perilaku agresif,
kehilangan kendali emosi dan gangguan menilai realita merupakan penyebab utama
terjadinya tindakan homocide pada penyalah gunaan zat Adiktif. Bila mereka
mengalami sindrom putus zat, mereka mendapatkan dorongan besar guna mendapatkan
zat kondisi tersebut sering pula menjadi alasan untuk membunuh orang lain.
Beberapa bentuk intoksikasi (Alkohol, barbiturat, Kanabis, Kokain) dapat
menimbulkan kerusuhan dan menjadi pemicu terjadinya pembunuhan. Kondisi
psikotik akibat zat yang menimbulkan gangguan Waham (Kanabis, Amfetamin) sering
pula menyebabkan kematian orang yang berselisih faham dengannya
Percobaan Bunuh Diri
Percobaan bunuh diri
terdapat pada pasien-pasien dengan menggunakan barbiturat seperti benzodiazepun
(Nitrazepam, Humitrazepam). Sering mereka mengutarakan minum tablet sampai
lebih dari 100 butir yang terdiri dari berbagai jenis turunan Benzodiazepin
karena kecewa, frusrtasi atau menuntut sesuatu dari anggota keluarganya.
Gangguan Perilaku
Biasanya terdapat
pada remaja kurang dari 18 tahun yang menggunakan narkotika atau zat
psikotropika. gangguan perilaku ditandai secara kinis dengan sikap yang
“rebellion” ada riwayat orang tua kehilangan barang-barang atau benda berharga
(tanpa bukti yang nyata bahwa pasien “mengambilnya” tanpa izin, namun
satu-satunya orang yang diduga adalah pasien sendiri), sering membohongi orang
tua, pulang larut malam sampai pagi atau tidak pulang sama sekali, sering
merusak milik orang lain tanpa bertanggung jawab, sikap acuh, egois dan
kemauannya harus dituruti serta sukar menahan keinginan sesaat. Umumnya
penggunaan zat adiktif non-medis dilakukan secara tidak menentu, bahkan sering
digunakan sebagai ”alat” untuk menakut-nakuti orang tua agar memenuhi
permintaanya. Umumnya gangguan perilaku pada masa remaja merupakan “signal”
akan adanya penyimpangan kepribadian yang lebih berat pada masa dewasa.
Depresi
pasien pengguna
narkotika dan zat Psikoropika sering menunjukkan gejala depresi sekunder.
Meskipun depresi primer selalu menjadi alasan mereka untuk menggunakan zat
(seperti diketahui sebagaian zat psikotropika mempunyai pengaruh sedasi
terhadap pasien). Penggunaan zat yang berulang-ulang akan mendatangkan depresi
yang bertambah berat.
Skizofrenia Afektif
Gangguan Afektif
pengguna zat terjadi berupa : menunjukkan emosi murung yang kadang-kadang
berganti dengan gembira berlebihan secara mencolok. Pasien menunjukkan adanya
waham kebesaran atau waham nihilistik dengan gangguan dalam memahami
nilai-nilai realita, emosi sangat labil sensitif dan sangat reaktif terhadap
stimulasi dari luar dirinya.
Insomnia Sekunder
Keluhan insomnia
pada penyalah guna zat merupakan keluhan yang sangat umum. Penggunaan bulanan
sampai tahunan sering menunjukkan keluhan yang sama. Guna mengatasi masalah
insomnia tidak jarang pasien mengulangi kebiasaanya menggunakan zat dan kondisi
tersebut dijadikan alasan untuk relaps. Pasien sering mengatasi insomnianya
dengan memutar lagu-lagu keras pada malam hari sehingga mengganggu lingkungan.
Gangguan Pencernaan
Golongan narkotika
dan zat psikotropika yang dimasukan tubuh melalui jalan mulut (per-oral ) dapat
menimbulkan gangguan saluran pencernaan. Penggunaan ganja secara diisap melalui mulut menimbulkan kerusakan pada
selaput mukosa rongga mulut. Rongga mulut menjadi kotor, hitam atau coklat.
Penggunaan ganja dan nikotin menambah berat beban mulut. Hygiene rongga mulut
menjadi memprehatinkan. Penggunaan alkohol menyebabkan tukak lambung (ilkus
peptikum dan ulkus ventrikuli). Pecahnya ulkus menyebabkan terjadinya radang pada
rongga perit sehingga timbul rasa sakit berulang-ulang dan bertahun-tahun,
perdarahan usus, sampai kepada kematian. Infeksi yang menyertainya :
salmonella, parathypus.
salah satu gejala
sindrom putus Opioida yang berat adalah diare akut. Pasien sering kekamar mandi
karena diare dan sering secara tidak sadar ia buang air besar dicelana ketika
mengalami kondisi Sindrom Putus Opioida.
Gangguan
Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Komplikasi gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit terjadi pada pasien-pasien pengguna alkohol
dengan gangguan nutrisi “hard core Heroin addicts”, Amfetamin dalam keadaan
overdosis, pengguna ganja menahun dengan “syndrom tidak bermotivasi “ Kondisi
gangguan tersebut memerlukan pertolongan medis segera sehingga perlu
dibawa secepatnya ke Unit Gawat Darurat Rumah Sakit untuk mendapatkan infus.
Sebagaian besar pasien tidak dapat tertolong, karena mereka berada didalam
tempat yang terisolasi. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit juga dapat
terjadi karena adanya gejala diare, mual, muntah yang berat akibat syndrom
putus zat Opioida. Umumnya pasien menunjukkan kurangnya perhatian terhadap
hygiene diri sehingga memudahkan terjadinya infeksi sekunder.
Gangguan Vaskuler
Pasien pengguna zat secara suntikan
intravenous langsung (Kokain, Heroin, Amfetamin, Benzodiazepam) dapat
menimbulkan komplikasi pada organ-organ vaskuler. Pasien-pasien pengguna zat
sering menggunakan pakaian dengan lengan panjang guna menutupi bekas cicatrix
akibat dari suntikan di lengan. Jaringan cicatrix\tersebut berwarna hitam atau
coklat tergantung lamanya kebiasaan berlangsung dan membentuk garis lurus atau
melengkung sesuai dengan bentuk aliran darah. Bila zat digunakan terdiri dari
komposisi yang tidak hygienis maka akan
terjadi komplikasi yang bersifat pada organ-organ tubuh lainnya seperti
jantung, lever, pankreas sampai otak. Sering pula terjadinya gangren karena
pembuluh darah balik bagian bawah mengalami gangguan sehingga terjadi avaskularisasi
anggota gerak bawah. Gangguan vaskuler dapat menyebabkan kematian sebagai
akibat emboli yang masuk ke jantung.
Infeksi
Aliran darah yang
terkontaminasi kuman bakteri dapat menyebabkan terjadinya infeksi pada semua
tubuh (sepsis). Infeksi yang sering terjadi adalah : dari bronkhitis kronis
sampai tuberkulosa (padaperokok nikotin dan ganja), typhus dan paratyphus pada
saluran pencernakan (karena alkohol), hepatitis, (karena suntikan Heroin),
Infeksi rongga mulut dan gigi (merokok nikotin dan ganja), meningitis(karena
suntikan) dan lain-lain.
Fasilitas
Gangguan penggunaan
zat adiktif dapat menimbulkan kematian baik bagi individu pengguna atau orang
sekeliling lingkungannya. Dalam keadaan intoksikasi zat, seorang pasien akan
menimbulkan gangguan dalam kendali emosi dan agresinya sehingga menimbulkan
tindak kekerasan dan perilaku kriminal. Dengan stimulasi ringan, pasien sering
menunjukkan respons yang sukar diramal dan mampu untuk bertindak agresif akibat
daya nilainya yang terganggu karena pengaruh zat adiktif. Kecelakaan lalu
lintas akibat menggunakan zat adiktif yang yang berlebihan juga bisa
membahayakan untuk dirinya sendiri atau orang lain pada lalu lintas yang sama.
Pengguna zat
adiktif melalui oral sering membawa kematian karene terjadinya gangguan saluran
pencernakan seperti perfosi usus atau lambung karena minum alkohol secara
kronis, infeksi typhus, sirrhosis hepatis, pankreatitis, epidemi disentri.
Kematian penyalah
gunaan alkohol karena pneumonia sebagai akibat infeksi saluran nafas telah lama
dibuktikan oleh Jellinek. begitu pula di Indonesia, banyak kasus-kasus
penyalahguna yang menunjukkan adanya kelainan pada rontgenfoto paru-paru
menunjukkan adanya vlek paru sampai tuberkolosis. Kondisi demikian diperberat
dengan kebiasaan mereka merokok kretek dalam jumlah yang besar.
Kematian
penyalahguna akibat penyakit jantung menunjukkan frekuensi yang lebih besar
pada populasi umum di Amerika Serikat. Meskipun penyakit jantung merupakan
penyebab paling umum dari semua kematian. Diduga kematian tersebut berkaitan
dengan adanya gangguan nutrisi, kardiomyopati, meningkatkan hipertensi,
obesitas dan infeksi sub-akut bakterial endokarditis dapat pula terjadi karena
suntikan Kokain, Opioda atau Amfetamin secara intra vena.
Kematian
penyalahguna Alkohol akibat kanker orofaring larying dan esofagus, serta kanker
hati. Sedang kanker paru biasanya merupakan penyakit terminal dari
bronkhitis kronis karena menggunakan
nikotin.
Pasien yang
mengalami keracunan timah pernah dilaporkan menjadi penyebab kematian dari
pengguna Meth-amfetamin. Timah merupakan komponen yang digunakan untuk
merekayasa komposisi zat disainer oleh laboratorium klandestin. Kematian lain
pada pengguna merth-Amfetamin adalah kecelakaan lalu lintas (traffic death),
inhalasi gas hidrogen cyanid yang mendatangkan kesulitan bernafas, apneu, koma
dan kematian.
Emboli yang masuk
melalui pembuluh darah vena melalui suntikan dapat mendatangkan kematian karena
terjadinya sepsis. meskipun infeksi umum pula mnimbulkan kematian pada
sebagaian besar penyalahguna. Thrombus yang terjadi masuk aliran darah otak
menimbulkan stroke yang sering pula menimbulkan kematian.
Pada bagian Gawat
Darurat Rumah Sakit Umum di Jakarta sering terjadi kematian akibat penggunaan
zat sacara berlebihan atau overdosis. Overdosis karena pengunaan Opioida sering
menimbulkan kematian karena penekanan pusat pernafasan sehingga menjadi apneu
dan bila tidak segera tertolong wajah menjadi biru, dingin dan meninggal karena
kekaurangan oksigen.
Penyalahguna Alkohol
menahun menghaabiskan pola makannya, sehingga menimbulkan kondisi malnutrisi,
dan dapat mendatangkan fatalitas karenanya.
Penyalahguna zat
melalui intravena merupakan kelompok rawan bagi terserangnya virus HIV
sehingga menimbulkan AIDS yang menyebabkan kematian :
Problema Sosial
Gangguan pengguna
zat narkotika dan Psikotropika juga berbagai problema sosial, seperti :
* perkosaan
* pertengkaran
* perceraian
* pailit bangkrut, hutang
* kenakan remaja
* pencurian
* pemaksaan sampai tindak
kekerasan dan pembunuhan
* perampokan, perampasan,
jambret
* kecelakaan lalu lintas
*
pelacuran
*
memperkerjakan atau melantarkan keluarga (istri,anak)
* korupsi, penggelapan uang perusahaan
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN
PROSES KEPERAWATAN
Dibawah ini akan digambarkan tentang proses keperawatan yang
digunakan untuk membantu pasien dengan penyalahgunan narkoba, kesadaran perawat
penting bahwa perawat membantu pasien di pelayanan kesehatanan secara
komprehensip dengan pendekatan yang sistimatis dari pengkajian sampai evaluasi.
PENGKAJIAN:
Sikap dan perasaan perawat:
Sikap perawat adalah komponen , sensitif terhadap sikap perawat atau
tim kesehatan. apa. Perawat dengan nilai personal , ketidaknyamanan pada saat
kontak dengan pasien dapat mengakibatkan
perasaan yang berupa jugment (pendapat
perawat tentang pasien)
Jangan menggunakan kata
“mabuk”, “ketagihan”,”alkoholik”. Lebih baik menggunakan kalimat
menggunakan alkohol, obat, heroin, perasaan yang baik atau perasaan yang
terbang.
Pendekatan pada klien:
Klien mungkin malu dengan
tingkah lakunya mungkin juga tidak kooperatif. Cara untuk perawat adalah
mensuport dengan memperlihatkan bahwa perawat menerima klien apa adanya.
Sampaikan nyatakan bahwa perawat” saya peduli dengan kesehatan anda”, “ “saya
tahu bahwa anda tidak nyaman”, “saya akan menolong anda supaya merasa lebih
baik”.
Perawat menjaga pendekatan yang empati selama
interviu, walaupun mungkin klien defense. Perawat jangan berespon dengan
defense dan marah. Pertanyaan dibuat untuk mendapatkan specifik information,
apabila klien mencoba mengalihkan perhatian, perawat mencoba untuk kembali kepada
fokus yang didiskusikan. Karena klien biasanya denial dengan ketergantungannya
maka mendapatkan informasi dari keluarga, teman dan orang-orang disekitarnya.
Walaupun informasi ini mungkin tidak valid karena pengaruh emosi. Tetap harus
dipertimbangkan bahwa penting untuk melibatkan orang disekitarnya sejak awal.
Perilaku defense
Denial: Denial sering di gunakan klien dengan
ketergantungngan obat. tidak sadar bahwa
ketergantungannya mempunyai konsekuensi
yang berat baik fisik maupun sosial.
Proyeksi: individu tidak bertanggung jawab ,selalu
menyalahkan orang lain, tempat segala sesuatu diluar dirinya.
Rasionalisasi: Klien biasanya memberi alasan
pemakaian obat dari pada sadar bahwa klien menjadi ketergantungan.
Masalah kecil: Dia merasa memang ketergantungan
tetapi itu adalah masalah kecil.
Marah: Klien mengekpresikan marah untuk merespon
tentang pembicaraan ketergantungan, klien lebih suka konfrontasi dari pada
menyelesaikan masalah yang dihadapi.
Fisik dan
kebutuhan rasa aman
Keadaan fisik dan memenuhi kebutuhannya terus
menerus dilaksanakan.
Potensial terjadinya infeksi karena luka.
Pengobatan dan faktor-faktor akibat pemakaian obat seperti gangguan mental organik.
Potensi terjadinya luka adalah masalah yang
serius. Perlindungan dan keamanan dari situasi yang menambah penderitaan klien
adal menjadi pertimbangan sebagai hal yang prioritas. Biasanya pasien/klien
merasa gangguan tidur, Mimpi buruk dan
selalu mimpi mungkin terjadi.
Kecemasan karena konflik.
Depresi atau perasaan bersedih sehubunganan dengan
penurunan harga diri karena perilakunya sosial dan konsekuensi legal juga
membutuhan pengkajian dan treatmen secara individu.
DIAGNOSA KEPERAWATAN.
Karena masalah yang muncul sangat luas dari fisik
dan emosi. Banyak nursing diagnosa yang sesuai dengan keadaan klien dengan
ketergantungan obat untuk dapat dipakai untuk merencanakan keperawatan.
Masalah fisik antara lain: Gangguan keseimbangan
(kekurangan) cairan, Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan, potensial luka,
potensial infeksi, kurang mampu merawat diri, jalan nafas yang tidak efektif,
gangguan integritas kulit, gangguan tidur, gangguan eliminasi.
Masalah emosi: Koping individu yang tidak efektif,
koping keluarga yang tidak efektif, gangguan konsep diri, kurang pengetahuan,
potensial merusak diri, gangguan hubungan sosial, spiritual distress, gangguan
persepsi dan gangguan proses berpikir.
PERENCANAAN
Mengembangkan perencanaan dengan melibatkan
partisipasi klien dalam proses tretmen sehingga akan mempengaruhi penyembuhan
yang optimal. Pengkajian keperawatan secara individu dan menolong klien
menghasilkan tujuan yang akan membantu klien dalam proses penyembuhan yang akan
memberikan kepuasan hidup bagi klien dengan jalan membebaskan dari gangguan
perasaan dan pikiran akan ketergantungan obat.
TUJUAN:
Membuat tujuan untuk individu dengan ketergantungan obat adalah
sebagai berikut:
1.
Terpenuhinya kebutuhan fisik
klien
2.
Menjada emasi pasien supaya
stabil
3.
Klien sadar tentang defense
makanisme yang dilakukan adalah patologi.
4. Klien memahami dan menerima tentang
ketergantungannya pada obat-obatan
5.
Menemukan teman sebaya agar
dapat ekplorasi.
6.
Mengembangkan harapan untuk
sembuh
7.
Mampu bersosialisasi dan
meningkatkan kemampuan berhubungan dengan orang lain.
8.
Meningkatkan harga diri dan
kepuasaan/kesejahteraan diri.
9. membangaun alternatif koping yang efektif.
10. Meningkatkan motivasi secara terus menerus
untuk pengobatan dan pencegahan.
11. Keluarga terlibat dalam proses pengobatan
dan penyembuhan.
INTERVENSI
Proses rehabilitasi
Proses rehabilitasi difokuskan untuk klien dengan ketergantungan
obat, karena mereka biasanya kehilangan pekerjaan, konflik rumah tangga,
masalah hukum. Masalah fisik, keluarga dan hukum dapat diatasi dengan
rehabilitasi. Masalah lain baik fisik, emosi, dan sosial diatasi dengan
pengobatan klien dengan ketergantungan.
Phase rehabilitasi sebagai berikut:
Detoxification dengan menghilangkan racun karena
kesalahan pemakaian obat. pemulihan fisik dan emosi supaya stabil, metode
tindakan untuk meningkatkan motivasi dalam rangka melanjutkan pengobatan, mengatasi defense
yang dilakukan klien, meningkatkan harga diri klien, mengembangkan kesadaran
akan adanya masalah , perencanaan pulang dan rencana tindak lanjut.
Pecahkan melalui defense yang dilakukan klien.
Ini adalah proses yang bertahap, Perawat memperhatikan klien untuk
mngenali dan mengerti defense yang spesifik digunakan klien. Secara bertahap
perawat membantu klien dengan dialog tatap muka dengan tujuan yang realiti yang
mungkin klien denial. Konsisten, dan pendekatan yang tepat adalah penting.
Pemahaman dan penerimaan klien.
Klien dengan ketergantungan obat perlu dipahamkan tentang bahwa
klien sedang sakit bukan masalah moral. Pendidikan kesehatan tentang
ketergantungab obat dan klarifikasi tentang salah pengertian akan membantu
proses pemahaman klien tentang situasi yang dialami. Pemahaman intelektual akan
menolong klien akan kenyataan. Ini dibutuhkan akan level gangguan emosi dan
penyembuhan dalam waktu yang panjang tetapi berdasarkan penanganan dari hari ke
hari.
Temukan dengan teman.
Teman atau peer group melalui konfrotasi dan identifikasi masalah
adalah kekuatan yang sangat menolong klien. Individu akan mengenal dan
menyadari bahwa klien tidak sendiri dan kemudian klien akan merasakan suport
dan adanya harapan kembali. Kelompok akan membawa klien untuk diskusi tentang
defense yang tidak berguna bagi klien dan membawa kesadaran akan perilaku klien. Perawat akan sebagai
leader untuk mendorong kelompok untuk diskusi masalah yang mungkin dialami oleh
kelompok yang ikut berdiskusi.
Mengembangkan harapan.
Klien dengan perasaan tidak ada harapan, tidak ada dorongan, dan
mungkin tidak bermoral. Klien seharusnya sadar bahwa lari dari kenyataan
membuat tidak ada harapan. Temukan dengan orang
lain yang mempunyai masalah yang sama atau orang yang sudah mempunyai
harapan. Sikap positif dari
perawat dan tenaga kesehatan lain akan membuat klien punya harapan.
Re-sosialisasi
Pemakai obat biasanya hidupnya hanya terfokus obat
dan akhirnya hanya terfokus pada diri sendiri. Kemampuan
berhubungan dengan orang lain menjadi tidak ada. Adalah penting untuk membantu
klien dalam dalam kehidupan sosial serta membangun hubungan dengan orang lain.
Pengembangan konsep diri.
Umumnya klien akann mampu meningkatkan harga diri kalau klien mampu
mengenal bahwa yang dialaminya adalah
klien sedang sakit. sehingga klien merubah perilaku dan sikap yang akan menghasilkan kepuasan
dari tercapainya hubungan dengan orang lain. Serta merasa bertanggung jawab
dalam proses penyembuhan.
Perawat juga menolong mengembangkan disiplin diri. Misalnya perawat
membantu dalam kegiatan rutin sehari-hari yang mungkin sulit bagi klien yang
biasa hidup tanpa aturan karena hanya berpikir tentang obat. Sehingga perawat
mendorong klien untuk ikut aktif dengan program aktivitas yang merupakan bagian
dari penyembuhan. Dari
pengalaman klien yang berhasil , dengan percaya diri , harga diri dan penuh harapan. Ini merupakan motivasi dalam
proses penyembuhan.
EVALUASI:
Evaluasi adalah proses dimana perawat secara
kontinu mengkaji perkembangan klien dengan menentukan keberhasilan tujuan yang telah ditetapkan
baik jangka pendek, maupun jangka panjang. Kalau berhasil apa yang mempengaruhi
atau gagal mengapa? Termasuk kerja team yang telah dilakukan, serta keterlibatan
keluarga, kemampuannya berhubungan dengan orang lain dan kemampuan untuk hidup
secara normal di masyarakat.
Referensi:
1.
Beck, CM, Rawlins and Williams, S.R, 1996, Mental health psychiatric
nursing: A Holistic life-Cycle approach, St
Louis, Mosby Co.
2. Fortinash, CN and Holoday , P.A,
1991, Psychiatric nursing care plan,St Louis, Mosby year Book.
3.Patricia G, O’Brion, Winifred ZK
and Karen AB, 1999.Psychiatric nursing,
an integration
of theory and practice. Mc Graw Hill nursing core serie, New York.
3. Stuart, G.W and Sundeen, S.J,
1995. principles and practice of
psychiatric nursing,
St. Louis,
Mosby Year Book.
4........, 1998. Buku saku :
Keperawatan Jiwa, Alih Bahasa, Akhir Yani, Jakarta: EGC.
5. Townsen, Mary, 1998. Buku Saku :
Diagnosa keperawatan psikiatri, alih Bahasa,
Novi Helena, Jakarta,
ECG.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar