BAB I
PENDAHULUAN
Pelayanan asuhan keperawatan yang optimal akan terus
sebagai suatu tuntutan bagi organisasi pelayanan kesehatan. Saat ini adanya
suatu keinginan untuk merubah sistim pemberian pelayanan kesehatan ke sistim
desentralisasi. Dengan meningkatnya pendidikan bagi perawat, diharapkan dapat
memberikan arah terhadap pelayanan keperawatan berdasarkan pada issue di
masyarakat.
Manajemen keperawatan di Indonesia perlu mendapatkan
prioritas utama dalam pengembangan keperawatan dimasa depan. Hal ini berkaitan
dengan tuntutan profesi dan tuntutsan global bahwa setiap perkembangan dan
perubahan memerlukan pengelolaan secara profesional dengan memperhatikan setiap
perubahan yang terjadi di Indonesia.
Sebagai mana kita ketahui bahwa sistim pelayanan
kesehatan mengalami perubahan mendasar dalam memasuki abat ke 21 ini. Perubahan
tersebut sebagai dampak dari perubahan sosial – politik- ekonomi, kependudukan
serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dari ketiga perubahan
tersebut membawa implikasi terhadap perubahan sistim pelayanan kesehatan /
keperawatan sebagai tantangan bagi tenaga keperawatan Indonesia dalam proses
profesionalisasi. Keperawatan Indonesia sampai saat ini masih berada dalam
proses mewujudkan keperawatan sebagai profesi, yaitu suatu proses berjangka panjang
yang ditujukan untuk memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat Indinesia.
Pengembangan dalam berbagai aspek keperawatan bersifat
saling berhubungan, saling bergantung, saling mempengaruhi dan saling
berkepentingan. Oleh karena itu inofasi dalam pendidikan keperawatan, praktek
keperawatan, ilmu keperawatan dan kehidupan keprofesian merupakan fokus utama
keperawatan Indonesia dalam prosesa profesionalisasi. Keadaan ini akan bisa
dicapai apabila perawat Indonesia menguasai pengelolaan keperawatan secara
profdesional saat ini dan yang akan datang.
Manajemen keperawatan harus dapat diaplikasikan dalam
tatanan pelayanan nyata, yaitu di rumah sakit dan komunitas sehingga perawat
perlu memahami konsep dan langkah-langkah operasional dari manajemen keperawatan.
Dalam kesempatan ini akan dipaparkan tentang
langkah-langkah pengelolaan manajemen keperawatan pada tingkat ruang
keperawatan sebagai ujung tombak pelayanan keperawatan di RSJ Daerah dr. Amino
Gondohutomo Semarang berdasarkan data-data yang sudah didapatkan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.
DATA GATHERING
1.
Data gathering adalah kegiatan
pengumpulan data yang merupakan kegiatan pertama yang dilakukan dalam penetapan
prioritas masalah. Sedangkan data adalah hasil dari suatu pengukuran dan atau
pengamatan.
2.
Sumber data
-
Sumber primer : misal hasil
observasi dan wawancara langsung
-
Sumber sekunder : misal data
dari laporan atau dokumentasi
-
Sumber tersier : hasil
publikasi badan-badan resmi
3.
Cara pengumpulan data
-
Wawancara
-
Inspeksi
-
Observasi partisipatif
4.
Jenis data
Jenis data yang dikumpulkan mencakup data-data dalam
lingkup manajemen keperawatan
B.
PLANNING
Planning atau perencanaan
dimaksudkan untuk menysun sustu perencanaan yang strategis dalam mencapai suatu
tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Perencanaan disini dimaksudkan ntuk
menentukan kebutuhan dalam asuhan keperawatan kepada semua pasien, menegakkan
tujuan, mengalokasikan semua anggaran belanja, memutuskan ukuran dan tipe
tenaga keperawatn yang dibutuhkan, membuat pola struktur organisasi yang dapat
mengoptimalkan efektifitas staff serta menegakkan kebijaksanaan dan prosedur
operasional untuk mencapai visi dan misi institusi yang telah ditetapkan.
(Nursalam, 2002).
C.
ORGANIZING
1. Struktur
Organisasi
Masing-masing organisasi memiliki
struktur formal dan informal yang menentukan alur kerja dan hubungan timbal
balik antar pribadi. Struktur fotmal direncanakan dan dipublikasikan, struktur
informal tidak direncanakan dan samar. Seorang manajer perawatan harus mengerti
dan memakai keduanya secara efektif.
Struktur formal organisasi merupakan
penyusunan resmi jabatan kedalam pola hubungan kerja yang akan mengatur usaha
banyak pekerja dari bermacam-macam kepentingan dan kemauan.
Struktur informal organisasi terdiri
dari hubungan timbal balik pribadi yang tidak resmi diantara para pekerja yang
mempengaruhi efektifitas kerja mereka. Kualitas hubungan timbal balik seorang
manajer dengan lainnya langsung dikaitkan dengan kemampuan kepemimpinannya.
Mengingat struktur formal dan
informal organisasi saling melengkapi, manajer perawat bisa memakai struktur
organisasi informal unttuk mengganti kerugian karena kekurangan atau kegagalan
dalam struktur formal.
2. Job
Diskriptions
Merupakan suatu uraian pembagian
tugas sesuai peran yang ia jalankan, misalnya sorang kepala ruang maka tugas
dan tanggung jawabnya, jadi antara satu dengan yang lainnya mempunyai tugas dan
tanggung jawab yang berbeda sesuai dengan perannya.
3. Metode
Penugasan
Metode penugasan yang ditetapkan
harus dapat memudahkan pembagian tugas perawat yang disesuaikan dengan
pengetahuan dan ketrampilan perawat dan sesuai dengan kebutuhan klien. Apabila
metode penugasan tidak diterapkan maka pelayanan asuhan keperawatan yang
diberikan kepada klien menjadi tidak opimal.
Jenis
model askep menurut Grant & Massey, 1997 dan Marquis & Houston, 1998
antara lain :
a.
Model Fungsional
Metode fungsional dilakukan oleh perawat dalam
pengelolaan askep sebagai pilihan utama pada saat perang dunia ke II. Pada saat
itu karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat
hanya melakukan 1 sampai 2 jenis intervensi (merawat luka kepada semua pasien
di bangsal).
b.
Model Tim
Model ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang
berbeda-beda dalam memberikan askep terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan
dibagi dalam group kecil yang saling membantu.
c.
Model Primer
Model penugasan dimana 1 orang perawat bertanggung jawab
penuh selama 24 jam terhadap askep pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar
rumah sakit.
d.
Manajemen Kasus
Setiap perawat di tugaskan untuk melayani seluruh
kebutuhan pasien saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda
untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang
yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan 1
pasien 1 perawat, dan hal ini umumnya dilakukan untuk perawat privat atau
keperawatan khusus seperti isolasi dan intensive care.
e.
Model Tim Primer.
Pada model ini digunakan kombinasi dari kedua sistem.
Menurut Ratna S. Sudarsono (2000) Penerapan model ini didasarkan pada beberapa
alasan yaitu :
§ Keperawatan primer tidak digunakan secara murni karena sebagai
perawat primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S 1 keperawatan atau
setara.
§ Keperawatan tim tidak digunakan secara murni karena tanggung jawab
askep pasien terfragmentasi pada berbagai tim.
§ Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas askep
dan accountabilitas askep terdapat pada primer.
Hal-hal
yang perlu di pertimbangkan dalam penentuan pemilihan metode pemberian askep
(Marquis & Houston, 1998) yaitu:
1.
Sesuai dengan visi dan misi
institusi
2.
Dapat diterapkannya proses
keperawatan dalam askep
3.
Efisien dan efektif dalam
penggunaan biaya
4.
Terpenuhinya kepuasan klie,
keluarga dan masyarakat
5.
Kepuasan kinerja perawat
6.
Terlaksananya komunikasi yang
adequate antara perawat dan tim kesehatan lainnya.
D.
ACTUITING
1. Motivasi
Pengertian
1. Motivasi adalah karakteristik
psikologi manusia yg memberi konstribusi pada tingkat komitmen seseorang, hal
ini termasuk faktor yang menyebabkan, menyalurkan dan mempertahankan tingkah
laku manusia dalam arah tekad tertentu ( Stoner, Freman 11995 )
2. Motivasi ada;ah sesuatu yg mendorong seseorang untuk melakukan
sesuatu. ( Ngalim, 2000).
Dari pengertian diatas dapat diambil 3 point penting yaitu :
kebutuhan, dorongan dan tujuan.
Kebutuhan muncul apabila seseorang
merasakan sesuatu yg kurang baik fisiologis maupun psikologis, dorongan
merupakan arahan untuk memenuhi kebutuhan tadi sedangkan tujuan adalah akhir
dari satu siklus motivasi ( Luthan)
Menurut bentuknya motivasi dibagi :
-
Motivasi instrinsik
-
Motivasi ekstrinsik
-
Motivasi terdesak
2. Sistem Klasifikasi Pasien
Sistem klasifikasi pasien adalah
metode pengelompokan pasien menurut jumlah dan kompleksitas persyaratan
perawatan mereka. Di dalam kebanyakan sistem klasifikasi, pasien dikelompokkan
sesuai dengan kebergantungan mereka pada pemberi perawatan atau sesuai dengan
waktu pemberian perawatan dan kemampuan yang diperlukan untuk memberikan
perawatan. Tujuan setiap sistem klasifikasi pasien adalah untuk mengkaji pasien
dan menghargai masing-masing nilai angkanya yang mengukur volume usaha yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan perawatan pasien.
Untuk dapat mengembangkan sistem
klasifikasi pasien yang akan dijalankan, manajer perawat harus menentukan
jumlah kategori pembagian pasien; karakteristik pasien di masing-masing
kategori; jumlah dan jenis prosedur perawatan yang akan dibutuhkan oleh jenis
pasien di dalam masing-masing kategori; dan waktu yang dibutuhkan untuk
melakukan prosedur tersebut, memberikan dukungan emosional serta memberikan
pengajaran kesehatan kepada pasien masing-masing kategori. Karena tujuan sistem
klasifikasi pasien adalah menghasilkan informasi mengenai perkiraan beban kerja
keperawatan, masing-masing sistem membolehkan usaha kualifikasi waktu.
3. Ketenagaan Keperawatan dan Pasien
Pada suatu pelayanan profesional,
jumlah tenaga yang diperlukan tergantung pada jumlah pasien dan derajat
ketergantungan pasien. Menurut Douglas (1984). Loveridge & Cummings (1996)
klasifikasi derajat ketergantungan pasien dibagi menjadi 3 (kategori), yaitu:
Perawatan
minimal memerlukan waktu 1 – 2 jam/24 jam, Perawatan intermediet memerlukan
waktu 3 – 4 jam / 24 jam, dan Perawatan maksimal atau total memerlukan waktu
5-6 jam / 24 jam.
Dalam
suatu penelitian Douglas, (1975) tentang jumlah tenaga perawat di rumah sakit,
didapatkan jumlah perawat yang dibutuhkan pada pagi, sore dan malam tergantung
pada tingkat ketergantungan pasien.
4. Penjadwalan
Penjadwalan
adalah satu aspek dari fungsi kepegawaian. Kepegawaian adalah perhimpunan dan
persiapan pekerja yang dibutuhkan untuk melakukan misi dari sebuah organisasi,
penjadwalan adalah penentuan pola jam kerja masuk dan libur mendatang untuk
pekerja dalam sebuah unit, seksi atau divisi.
Kebijaksanaan Penjadwalan
Agar supervisor dan kepala perawat
dapat mengatur jadwal waktu personil yang libur dan yang masuk secara adil,
harus ada departemen atau divisi – luas kebijaksanaan penjadwalan untuk memandu
pembuatan keputusan. Apabila kebijaksanaan menyangkut persoalan berikut tidak
ada, maka manajer perawat harus bersatu sebagai sebuah kelompok untuk menyusun:
1.
Orang dengan jabatan yang
bertanggung jawab mempersiapkan jadwal waktu untuk personil di masing-masing unit.
2.
Periode waktu untuk diliputi
oleh masing-masing jadwal masuk / libur.
3.
Banyaknya pemberitahuan di muka
yang diberikan para pekerja menyangkut
jadwal masuk/libur .
4.
Waktu masuk/libur total yang
diperlukan oleh masing-masing pekerja per – hari, minggu atau bulan.
5.
Hari dimulainya minggu kerja
6.
Dimulai dan diakhirinya waktu
untuk masing-masing pergiliran tugas.
7.
Jumlah pergiliran yang harus
dipergilirkan diantara masing-masng pekerja.
8.
Frekuensi yang diperlukan dari
pergiliran pergantian.
9.
Keperluan pergiliran dari satu
unit ke lain unit dan frekuensi pergiliran tersebut.
10.
Keperluan penjadwalan dua hari
libur per minggu atau rata-rata dua hari libur per minggu.
11.
Frekuensi libur akhir pekan
untuk masing-masing kategori personil.
12.
Definisi dari “ libur akhir
pekan” untuk personiltugas malam.
13.
Perlunya perluasan hari libur
yang berurutan dan yang tak berurutan.
14.
Hari kerja berurutan maksimum
yang diperbolehkan.
15.
Jarak waktu minimum yang
diharuskan antara urutan pergantian tugas
16.
Jumlah hari libur yang dibayar
untuk diberikan pada masing-masing pekerja.
17.
Jumlah hari libur yang
diharuskan per tahun saat pegawai harus dijadwalkan libur kerja.
18.
Panjangnya pemberitahuan dimuka
untuk diberikan pegawaimengenai jadwal tugas liburan masuk / libur.
19.
Prosedur yang harus diikuti
dalam meminta libur kerja pada hari libur tertentu.
20.
Jumlah hari-hari libur yang
dibayar untuk di berikan pada masing-masing pekerja.
21.
Lamanya waktu pemberitahuan di
muka untuk diberikan pegawai mengenai jadwal liburan.
22.
Prosedur yang diikuti dalam
memohon waktu libur khusus.
23.
Pembatasan pada penjadwalan
liburan selama hari libur thanksgiving, natal, tahun baru.
24.
Jumlah personil masing-masing
kategori yang akan dijadwalkan untuk liburan atau hari libur pada saat
tertentu.
25.
Prosedur penyelesaian
perselisihan antar personil sehubungan dengan permintaan waktu liburan dan hari
libur.
26.
Prosedur pemrosesan permintaan
“ darurat” untuk penyesuaian jadwal waktu.
Tanggung jawab penjadwalan
Biasanya,
supervisor atau kepala perawat bertanggung jawab untuk menjadwalkan waktu masuk
/ libur personil keperawatan. Karena jadwal kerja harus disiapkan beberapa
minggu sebelumnya, dan selanjutnya diperbaiki untuk penyesuaian perubahan di
dalam sensus pasien, keadaan pasien yang sakit, permintaan hari libur darurat,
banyak waktu yang berkaitan dengan kegiatan supervisi diluangkan dalam
mempersiapkan dan menyesuaikan jadwal waktu.
5. Pengembangan Staff
Program pendidikan dan pelatihan dirancang untuk meningkatkan
prestasi kerja, mengurangi absensi dan perputaran, serta memperbaiki kepuasan
kerja. Ada beberapa metode pendidikan dan latihan yang akan digunakan untuk
meningkatkan prestasi kerja (Moenir, 1994:162)
1.
Metode Seminar atau Konferensi
Biasanya diselenggarakan bagi pegawai yang menduduki jabatan sebagai
kepala atau pegawai yang dalam waktu singkat akan diserahi jabatan sebagai
kepala. Masalah-masalah baik yang menyangkut segi manajemen maupun penyelenggaraannya
atau proses dari kegiatan yang dipermasalahkan.
2.
Metode Lokakarya (Workshop)
Penyelenggaraannya tidak jauh berbeda dengan seminar, letak
perbedaannya dengan seminar adalah pada materinya. Pada materi lokakarya
bersifat teknis, administrative dan sedikit bersifat manajerial.
3.
Metode Sekolah atau Kursus
Metode ini digunakan sebagai usaha memberikan informasi adanya
aturan-aturan atau hal – hal baru dalam organisasi yang harus dimengerti dan
dilaksanakan oleh peserta.
Metode ini juga
digunakan untuk menambah pengetahuan baru bagi peserta yang ada kaitannya dengan pekerjaan peserta.
Pada akhir sekolah atau kursus, biasanya diberikan ujian-ujian dengan atau
tanpa kriteria kelulusan.
4.
Metode Belajar Sambil Bekerja (Learning by Doing)
Pada metode ini latihan ketrampilan menjadi tujuan utama sehingga
mereka dapat menguasai teknik dalam melaksanakan pekerjaan yang dibebankan
kepada mereka. Biasanya metode ini dilakukan oleh atasan pada bawahan secara
langsung dalam membimbing pegawai kantor.
Dalam prakteknya metode pendidikan
dan latihan ini disesuaikan dengan pertimbangan tujuan, fasilitas yang
tersedia, biaya, waktu dan kegiatan instansi lainnya.
E.
KONTROLLING
1.
Definisi
Controling
merupakan suatu upaya yang dilaksanakan secara berkesinambungan, sistematis,
obyektif dan terpadu dalam menetapkan penyebab masalah mutu pelayanan
berdasarkan standart yang telah ditetapkan, menetapkan dan melaksanakan cara
penyelesaian masalah sesuai dengan kemampuan yang tersedia, serta menilai hasil
yang dicapai dan menyusun saran tindak lanjut untuk lebih meningkatkan
mutu (Azwar, 1996)
Fungsi
pengawasan (controling) merupakan fungsi yang terakhir dari proses manajemen.
Fungsi ini mempunyai kaitan erat dengan ketiga fungsi manajemen lainnya,
terutama dengan fungsi perencanaan. Melalui fungsi pengawasan dan pengendalian,
standart keberhasilan (target, prosedur kerja, dsb) selalu harus dibandingkan
dengan hasil yang telah dicapai atau yang mampu dikerjakan. Jika ada
kesenjanganatau penyimpangan diupayakan agar penyimpangannya dapat dideteksi
secara dini, dicegah, dikendalikan atau dikyrangi. Kegiatan fungsi pengawasan
dan pengendalian bertujuan agar efisiensi penggunaan sumber daya dapat lebih
berkembang dan efektifitas tugas-tugas staf untuk mencapai tujuan program dapat
lebih terjamin.
2.
Peran Leadhershifp Dalam
Controling
a.
Mendorong staf untuk aktif
terlibat dalam pengawasan mutu
b.
Mengkomunikasikan secara jelas
standart yang diharapkan terhadap staf
c.
Mendorong / memotivasi standart
tertinggi untuk kualitas yang maksimal dengan menyediakan standart keamanan
minimum
d.
Mengimplementasikan pengawasan
mutu secara proaktif serta reaktif
e.
Menggunakan pengawasan sebagai
metode untuk menentukan mengapa tujuan tersebut tidak dapat dicapai
f.
Secara aktif mensyahkan hasil
pengawasan mutu yang ditemukan yang mempunyai kesatuan profesi dan kosumen
g.
Menghargai antara standart
klinis dengan standar menggunakan sumber-sumber yang meyakinkan pasien untuk
menerima perawatan sesuai yang diharapkan
h.
Bertindak sebagai role model
terhadap staf untuk menerima tanggung jawab dan tanggung gugat terhadap
tindakan keperawatan
i.
Secara aktif berpartisipasi
dalam usaha-usaha penelitian untuk mengidentifikasi dan mengukur sensitifitas
keperawatan sebagai hail pelayanan pasien
- Fungsi Manajemen Dalam Controling
Menghubungi
individu dalam organisasi, membentuk standart ukuran yang jelas terhadap
keperawatan dan menentukan metode yang paling tepat untuk mengukur standart
yang ada.
- Manfaat Controling
Apabila
fungsi controling dapat dilaksanakan secara tepat, organisasi akan memperoleh
manfaat sebagai berikut :
a.
Dapat diketahui apakah suatu
kegiatan atau program telah dilaksanakan sesuai dengan standart atau rencana
kerja dengan menggunakan sumber daya yang telah ditetapkan.
b.
Dapat diketahui adanya
penyimpangan pada pengetahuan dan pengertian staf dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
c.
Dapat diketahui apakah waktu
dan sumber daya lainnya telah mencukupi kebutuhan dan telah digunakan secara
benar.
d.
Dapat diketahui sebab-sebab
terjadinya penyimpangan
e.
Dapat diketahui staf yang perlu
diberikan penghargaan atau bentuk promosi dan latihan lanjutan
- Jenis Data
Jenis
data yang dikumpulkan mencakup data dalam lingkup kontrolling, yang meliputi :
§
Evaluasi
-
Evaluasi kepuasan pasien :
Belum dilaksanakan, belum ada instrumen (questioner mengenai kepuasan pasien),
dulu pernah ada tetapi sekarang tidak berjalan. Evaluasi kepuasan pasien hanya
dilaksanakan dengan memasukkan saran atau kritik di kotak saran dari keluarga
/pasien setelah keluar dari RSJ yang sebelumnya sudah di berikan penjelasan
pada saat klien masuk UGD. Namun tetap tidak berjalan, karena kurang ditegaskan
kembali pada saat pasien dirawat di
ruangan oleh perawat.
-
Evaluasi kepuasan perawat :
belum ada instrumen khusus untuk mengevaluasi kepuasan perawat, namun evaluasi
kepuasan perawat tersebut sudah dilaksanakan dengan mengaudit perawat setiap
satu bulan sekali pada saat arisan bulanan
-
Evaluasi Kinerja perawat :
Selain di lakukan oleh kabag kepegawaian setiap 6 bulan sekali melalui DP3, di
ruangan ada buku suci dengan masing-masing nama perawat ruangan, dimana dari
masing-masing perawat yang merasa melakukan kesalahan wajib menulis dibuku
suci.
§
Kontrol Kualitas
Dilaksanakan dengan Gugus Kendali Mutu
(GKM) dan diadakan pertemuan 1 bulan sekali apabila permasalahan yang ada tidak
mendesak, namun jika permasalahan tersebut dirasa mendesak dapat juga
dilaksanakan 1 minggu sekali atau bahkan ada saat itu juga dapat diadakan pertemuan
GKM.
§
Sistem Informasi
-
Informasi mendesak :
dikomunikasikan langsung kepada yang bersangkutan dengan melalui telepon atau melalui papan pengumuman
-
Informasi tidak mendesak :
dikomunikasikan melalui forum pertemuan bulanan
§
Hubungan dengan teman sejawat
Tidak ada konflik antara pegawai berkaitan
dengan pelaksanaan tugas. Di ruangan di terapkan dengan adanya tindakan saling
memuji antar teman sejawat dalam sehari minimal 2 kali.
§
Audit Klien
Dilakukan secara multi disiplin ilmu
(dokter, perawat, psikolog, residen) setiap hari selasa
D. CONTROLING
- Definisi
Controling merupakan suatu upaya
yang dilaksanakan secara berkesinambungan, sistematis, obyektif dan terpadu
dalam menetapkan penyebab masalah mutu pelayanan berdasarkan standart yang
telah ditetapkan, menetapkan dan melaksanakan cara penyelesaian masalah sesuai
dengan kemampuan yang tersedia, serta menilai hasil yang dicapai dan menyusun
saran tindak lanjut untuk lebih meningkatkan mutu (Azwar, 1996)
- Peran Leadhershifp Dalam Controling
j.
Mendorong staf untuk aktif
terlibat dalam pengawasan mutu
k.
Mengkomunikasikan secara jelas
standart yang diharapkan terhadap staf
l.
Mendorong / memotivasi standart
tertinggi untuk kualitas yang maksimal dengan menyediakan standart keamanan
minimum
m.
Mengimplementasikan pengawasan
mutu secara proaktif serta reaktif
n.
Menggunakan pengawasan sebagai
metode untuk menentukan mengapa tujuan tersebut tidak dapat dicapai
o.
Secara aktif mensyahkan hasil
pengawasan mutu yang ditemukan yang mempunyai kesatuan profesi dan kosumen
p.
Menghargai antara standart
klinis dengan standar menggunakan sumber-sumber yang meyakinkan pasien untuk
menerima perawatan sesuai yang diharapkan
q.
Bertindak sebagai role model
terhadap staf untuk menerima tanggung jawab dan tanggung gugat terhadap
tindakan keperawatan
r.
Secara aktif berpartisipasi
dalam usaha-usaha penelitian untuk mengidentifikasi dan mengukur sensitifitas
keperawatan sebagai hail pelayanan pasien
- Fungsi Manajemen Dalam Controling
Menghubungi individu dalam
organisasi, membentuk standart ukuran yang jelas terhadap keperawatan dan
menentukan metode yang paling tepat untuk mengukur standart yang ada.
- Sumber Data
§
Sumber Primer
Misal : Hasil observasi, wawancara langsung, angket/quesioner
§
Sumber Sekunder
Misal : Data dari laporan / dokumenter
§
Sumber Tersier
Misal : Data dari hasil publikasi badan-badan resmi
- Cara Pengumpulan Data
§
Wawancara
§
Inspeksi
§
Observasi partisipatif
- Jenis Data
Jenis data yang dikumpulkan mencakup data dalam lingkup kontrolling,
yang meliputi :
§
Evaluasi
-
Evaluasi kepuasan pasien :
Belum dilaksanakan, belum ada instrumen (questioner mengenai kepuasan pasien),
dulu pernah ada tetapi sekarang tidak berjalan. Evaluasi kepuasan pasien hanya
dilaksanakan dengan memasukkan saran atau kritik di kotak saran dari keluarga
/pasien setelah keluar dari RSJ yang sebelumnya sudah di berikan penjelasan
pada saat klien masuk UGD. Namun tetap tidak berjalan, karena kurang ditegaskan
kembali pada saat pasien dirawat di
ruangan oleh perawat.
-
Evaluasi kepuasan perawat :
belum ada instrumen khusus untuk mengevaluasi kepuasan perawat, namun evaluasi
kepuasan perawat tersebut sudah dilaksanakan dengan mengaudit perawat setiap
satu bulan sekali pada saat arisan bulanan
-
Evaluasi Kinerja perawat :
Selain di lakukan oleh kabag kepegawaian setiap 6 bulan sekali melalui DP3, di
ruangan ada buku suci dengan masing-masing nama perawat ruangan, dimana dari
masing-masing perawat yang merasa melakukan kesalahan wajib menulis dibuku
suci.
§
Kontrol Kualitas
Dilaksanakan dengan Gugus Kendali Mutu (GKM) dan diadakan pertemuan
1 bulan sekali apabila permasalahan yang ada tidak mendesak, namun jika
permasalahan tersebut dirasa mendesak dapat juga dilaksanakan 1 minggu sekali
atau bahkan ada saat itu juga dapat diadakan pertemuan GKM.
§
Sistem Informasi
-
Informasi mendesak : dikomunikasikan
langsung kepada yang bersangkutan dengan
melalui telepon atau melalui papan pengumuman
-
Informasi tidak mendesak :
dikomunikasikan melalui forum pertemuan bulanan
§
Hubungan dengan teman sejawat
Tidak ada konflik antara pegawai berkaitan dengan pelaksanaan tugas.
Di ruangan di terapkan dengan adanya tindakan saling memuji antar teman sejawat
dalam sehari minimal 2 kali.
§
Audit Klien
Dilakukan secara multi disiplin ilmu (dokter, perawat, psikolog,
residen) setiap hari selasa
ANALISA SWOT
Strength |
Weakness
|
Opportunity
|
Threatened
|
-
Sudah ada GKM
-
Sudah ada audit pasien
-
Sudah ada evaluasi kepuasan
perawat
-
Sudah ada instrumen evaluasi
kinerja perawat
|
-
Belum ada instrumen evaluasi
kepuasan klien
-
Sistem informasi belum
sentral sehingga data kurang up to date
|
-
Adanya mahasiswa PSIK yang praktek manajemen
keperawatan di RSJ
-
Adanya GKM yang terlaksana dengan baik
|
-
Adanya tuntutan masyarakat
untuk mendapatkan pelayanan yang lebih profesional
-
Adanya persaingan antar rumah
sakit
|
RUMUSAN MASALAH :
§ Evaluasi kepuasan pasien hanya dilaksanakan sebatas memasukkan sran
ataupun kritik di kotak saran (tidak ada questioner) sehingga pelaksanaan elum optimal
§ Sistem informasi belum sentral sehingga data kurang up to date
INTERVENSI
§ Menawarkan / mendiskusikan instrumen evaluasi kepuasan pasien /
pelanggan
§ Menawarkan / mendiskusikan
sistem informasi yang sentral dan up to date
BAB III
ANALISA SITUASI
I. ANALISA SITUASI RUANGAN
A. Data Gathering
1. Lingkungan Kerja
Lokasi penerapan proses manajerial
keperawaatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran manajemen keperawatan
mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan FK UNDIP Semarang adalah ruang Madrin
( XII ) RSJD Dr. Amino Gondo Hutomo Semarang dengan ruangan berkapasitas 15
tempat tidur khusus wanita. Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada tanggal
13 Desember 2004 – 14 Desember 2004 tercatat data sebagai berikut :
Gambaran umum jumlah tempat tidur di ruang XII :
Tanggal 13 Desember 2004 :
Kelas VIP :
2 bed ( 1 bed kosong )
Kelas I :
3 bed ( 2 bed kosong )
Kelas 2 :
10 bed ( 5 bed kosong )
BOR = 7/15 x 100 = 46 %
Tanggal 14 Desember 2004
Kelas VIP :
2 bed ( 1 bed kosong )
Kelas 1 :
3 bed ( 2 bed kosong )
Kelas 2 :
10 bed ( 5 bed kosong )
BOR = 7/15 x 100 = 46 %
Dari data diatas, dapat
disimpulkaan bahwa rata-rata jumlah pasien yang dirawat sebanyak 7 orang dengan
laju penggunaan tempat tidur / Bed Occupation Rate ( BOR ) sebesar 46 %.
a. Lokasi dan
Denah Ruangan
Lokasi yang digunakan dalam
penerapan proses penerapan manajerial adalah ruang Madrin ( XII ) RSJD Dr.
Amino Gondohutomo Semarang sebagai berikut :
Timur : Taman
Barat : Ruang Janoko ( IX )
Utara : Ruang Larasati ( XI ) dan taman
Selatan : Lapangan tenis
b. Fasilitas untuk Pasien
1). Tempat Tidur
Kelas VIP :
2 bed ( 1 kamar )
Kelas I :
3 bed ( 1 kamar )
Kelas II : 10 bed
( 2 kamar, 1 kamar berisi 5 bed )
2). Fasilitas
Ruangan
¨
Kelas VIP : Kursi sofa dan meja, 2 lemari
meja, AC, jam dinding, 2 kamar mandi
¨
Kelas I : Kursi sofa dan meja, 2 lemari meja, jam
dinding, 2 kamar mandi
¨
Kelas II : 2 lemari meja, 2 kamar mandi
3). Kipas angin 1
buah di tengah ruangan, termometer ruangan
4). Ruang
isolasi, ruang tindakan dan ruang terapi keluarga belum ada
5). Peralatan
makan
¨ Meja makan dan kursi di ruang tengah
¨
Gelas plastik :
buah
¨ Sendok : buah
¨ Air minum tersedia
6). Sarana
Audiovisual
¨
TV 1 buah
¨
Speaker
7). Peralatan
mandi
¨
Belum ada label nama
¨
Masing-masing pasien belum
terpisah
8). Lantai :
Bersih, tidak licin
c. Fasilitas
untuk Petugas Kesehatan
¨
Ruang nurse station di ruang
tengah
¨
Ruang pertemuan perawat di
bagian tengah
¨ Ruang ganti perawat di sebelah barat
¨
Kamar mandi dan WC 3 buah
¨
Gudang 2 kamar
¨
Ruang kepala ruang di dekat
nurse station
¨
Ruang dokter jaga di sebelah
timur
d. Fasilitas
Peralatan dan Bahan Kesehatan
¨
Alat tidak habis pakai : ECT, O2, Tensimeter,
Stetoskop, Linen
¨
Alat habis pakai : NGT, spuit, urine bag, infus set dan abbocath
¨
Obat emergensi :
ü Oral :
Parasetamol, antalgin, entromycine, tetrsiklin, istisin,, CTM, antasid,
dexametasone, papaaverin, HCT, reserpin, gliserin guikolat
ü Injeksi : Diazepam,
CPZ, SA, phenobarbitol, delladrl, vitamin B 12, vitamin K, dopamin, dormicum,
adrenalin
ü Cairan : D5%, RL,
NaCl
2. Sumber
a. Sumber daya
Manusia
1). Tenaga
Perawat
Tenaga keperawatan di ruang XII RSJD Dr. Amino
Gondohutomo Semarang yang ada sejumlah 10 orang.
D III Keperawaatan : 9 orang
S1 Keperawatan
: 1 orang
2). Tenaga non
Keperawatan
Tenaga non keperwatan
di ruang XII RSJD Dr. Amino Gondohutomo terdiri dari :
Pramu Husada :
1 orang
Cleaning Service :
1 orang
3). Ketenagaan
Keperawatan dan Pasien
Klasifikasi pasien tidak
berdasarkan tingkat ketergantungan, tetapi berdasarkan kelas yanag terdiri dari
kelas VIP, kelas 1 dan kelas 2. Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan
berdasarkan analisa jabatan. Jadwal dinas dibagi menjadi 3 shift yaitu
pagi ( rata-rata 3 orang dengan karu ),
siang ( 2 orang ), dan malam ( 2 orang )
b. Sumber Data
Sumber primer :
Observasi dan wawancara langsung
Sumber Sekunder :
Data dari laporan atau dokumentasi
Sumber Tersier :
Data dari publikasi badan- badan resmi
B. Planning
- Visi dan Misi
a. Visi
“Menjadi
Rumah Sakit Jiwa unggulan daaan pusat rujukan yang memberikan pelayanan
kesehatan menyeluruh, profesional dan terjangkau untuk mewujudkan masyarakat
Indonesia sehat dan produktif”.
b. Misi
1.
Meningkatkan penyuluhan
kesehatan jiwa dengan melibatkan peran serta masyarakat untuk meningkatkan
kualitas hidup.
2.
Mengembangkan pusat rujukan,
layanan, informasi kesehatan jiwa dan penyalahgunaan zat.
3.
Memberikan pelayanan kesehatan
jiwa dan pelayanan umum.
4.
Mengembangkan pendidikan,
pelatihan, penelitian di bidang medik-psikiatri keperawatan, administrasi dan
mutu.
5.
Mempertahankan RSJ Daerah Amono
Gondohutomo Semarang tetap terakreditasi.
- Standar
Di Ruang XII RSJ Daerah Amono Gondohutomo Semarang,
sudah memiliki standar asuhan keperawatan untuk masing – masing kasus atau
jenis gangguan jiwa yang dialami pasien, tertulis lengkap, tersusun rapi dan
mudah dibaca serta dipahami.
- Budget
Sumber dana sebagian besar berasal dari rumah sakit
ditambah dengan sumber dana dari penjualan soft drink yang dikelola
sendiri oleh ruangan. Dari ruangan sendiri belum ada sumber dana untuk
kesejahteraan pegawai / perawat ruangan.
- Kebijakan atau prosedur
Di ruangan sudah ada kebijakan – kebijakan atau prosedur
untuk setiap tindakan yang akan dilakukan pada pasien.
C. PENGORGANISASIAN
1. Struktur Organisasi
Di ruang XII sudah
mempunyai struktur organisasi, yang terdiri dari seorang kepala ruang, seorang
penyelia tiga orang ketua tim, 2 orang perawat asosiatif untuk setiap tim.
Namun ada beberapa orang yang pindah tetapi belum diganti.
2. Job Diskription
Pembagian tugas di ruangan sudah ada namun tidak terdapat uraian yang
jelas yang dituangkan dalam suatu prosedur tetap dan dalam pelaksanaannya
kadang terjadi tumpang tindih peran misalnya kadang seorang ketua tim merangkap
sebagai perawat asosiatif hal ini disebabkan karena keterbatasan personil.
3. Metode Penugasan dan Dokumentasi
Metode penugasan
yang digunakan adalah metode penugasan tim, namun dalam pelaksanaannya belum
bisa optimal karena tenaga keperawatan masih kurang sehingga terjadi konflik
peran atau peran ganda, kurangnya pemahaman tentang metode tim.
Dokumentasi proses keperawatan sudah
dilakukan namun belum bisa optimal hal ini masih terlihat pada catatan asuhan
keperawatan pasien masih ada beberapa hal yang perlu dibenahi.
D.
ACTUITING
1.
Pengembangan staf
Program pengembangan staf telah
dilakukan dengan pembuatan Rencana Induk Pengembangan yang dilaksanakan oleh
Diklat RUMAH SAKIT JIWA DAERAH dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Program
pengembangan yang telah dilakukan oleh ruangan XII baru secara lesan dan
menginduk pada bidang keperawatan dan Diklat. Kontribusi kepala ruang dalam
pengembangan staf dengan cara memberikan motivasi dan kesempatan pada stafnya
yang berminat untuk mengikuti pendidikan berkelanjutan. Sedangkan program pelatihan
dan seminar-seminar masih menginduk pada bidang perawatan
2.
Motivasi
Pemberian
motivasi yang dilakukan di ruang XII dengan cara :
a.
Kepala ruang memberikan reward
berupa pengakuan dan penginformasian kepada karyawan yang lain untuk karyawan
yang berprestasi
b.
Menciptakan suasana kerja yang
kondusif, dengan mencanangkan program saling memuji diantara teman minimal 2
kali sehari.
c.
Pemberian perhatuian kepada
berupa kartu ucaoan ulang tahun terhadap karyawan yang berulang tahun, program
ini menginduk pada bidang keperawatan.
d.
Adanya pemberian insentif
berupa jasa pelayanan yang diberikan tiap bulan mengacu pada peraturan rumah
sakit.
3.
Jadual
Jadual dinas dibagi menjadi 3 shift, yaitu pagi
rata-rata 2 orang staf 1 Karu, sore 2 orang dan malam 2 orang. Dinas malam
selama 3 hari dengan siklus malam dalam
1 bulan sebanyak 2 siklus, dinas sore 3 hari.
4.
Delegasi
Pendelegasian tugas dilakukan antara Karu dan Katim,
antara Katim dan Katim, antara katim dan PA serta antara PA dan PA.
Pendelegasian ini dilakukan baru secara lesan, belum ada prosedur tetap.
5.
Pendokumentasian
Sampai saat ini sistem pendokumentasian yang berlaku di
Ruang XII adalah sistem SOR (Source Oriented Record) yaitu suatu sistem
pendokumentasian yang berorientasi dari berbagai sumber tenaga kesehatan,
mkisalnya dari dokter, perawat, rehabilitas dll. Pendokumentasi selama ini
sudah dilaksanakan secara baik. Pendokumentasian setiap pasien menjadi satu set
catatan medical record.
6.
Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan dilakukan dengan cara musyawarah
mufakat untuk mencapai suatu tujuan. Staf dilibatkan secara aktif dalam
perencanaan sampai evaluasi.
7.
Perubahan
Perubahan
telah dilaksanakan di Ruang XII dengan cara :
a.
Adanya program penerapan Model
Praktek Keperawatan Profesional yang akan dilaksanakan pada bulan januari 2005.
b.
Adanya program pendidikan
berlanjut dimana semua perawat di Ruang XII sudah mengikuti pendidikan DIII
keperawatan.
c.
Metode perubahan menggunakan
change agent dari luar dengan mendatangkan pakar keperawatan.
d.
Adanya tehnik rekruitmen dengan
beberapa seleksi secara bertahap : tertulis, wawancara, membuat visi misi dan
program kerja sampai evaluasi program ( untuk Katim dan Karu )
8.
Supervisi
Supervisi dilakukan oleh Karu pada tiap pagi tetapi
belum terstruktur, sedangkan supervisi yang dilakukan pada sore dan malam hari
dilaksanakan oleh supervisor / direktur berupa sidak.
E.
CONTROLING
1. Evaluasi
a. Evaluasi Kepuasan Pasien :
Belum
dilaksanakan (belum ada instrumen questioner kepuasan pasien). Ada kotak saran,
tetapi sosialisasi keberadaan kotak saran masih kurang. Saat pasien akan
pulang, perawat ruangan tidak menegaskan kembali adanya kotak saran.
b. Evaluasi
Kepuasan Perawat
Belum
ada instrumen khusus untuk mengevaluasi kepuasan perawat. Evaluasi kepuasan
perawat dilaksanakan dengan melakukan
auidit perawat setiap satu bulan sekali pada saat arisan bulanan oleh kepala
ruang.
c.
Evaluasi Kinerja Perawat
Selain dilakukan oleh kabag kepegawaian
setiap 6 bulan sekali melalui DP3, diruangan ada “buku suci” untuk
mengevaluasi kinerja perawat. Bila ada perawat yang melakukan kesalahan,
perawat yang bersangkutan harus menuliskan sendiri di buku suci tentang
bentuk kesalahan tersebut.
2.
Kualitas kontrol
Dilaksanakan dengan Gugus Kendali Mutu
(GKM). GKM mengadakan pertemuan 1 bulan sekali, apabila permasalahan yang ada
tidak mendesak, namun bila permasalahan dirasa mendesak dapat juga dilaksankan
pertemuan 1 minggu sekali atau sesuai
dengan kepentingan.
Dalam pelaksanaannya, kualitas kontrol
dilakukan oleh 12 komite yang ada :
1.
Komite medik (SK Gubernur)
2.
Komite Keperawatan (SK
Gubernur)
3.
Komite Mutu (SK Direktur)
4.
Komite Rekam Medik (SK
Direktur)
5.
Komite Etika & Profesi (SK
Direktur)
6.
Komite Akreditasi (SK Direktur)
7.
Komite Farmasi & Terapi (SK
Direktur)
8.
Komite Akuntabilitas (SK
Direktur)
9.
Komite Satuan Pengawasan
Interna (SK Direktur)
10.
Komite Muster Budget (SK
Direktur)
11.
Komite Tarif (SK Direktur)
12.
Komite Inventori dan
Pengelolaan Barang (SK Direktur)
3.
Sistem Informasi
Informasi mendesak dikomunikasikan langsung
pada yang bersangkutan melaui telepon ataupun papan pengumunan. Informasi tidak
mendesak, dikomunikasikan melalui forum pertemuan bulanan.
4.
Hubungan dengan teman sejawat
Konflik antar teman sejawat
diminimalkan dengan bimbingan kepala ruang dan dibudayakan untuk saling memuji
antar teman sejawat minimal 2 kali dalam sehari
5.
Audit Klien
Dilakukan secara multi disiplin ilmu
(dokter, perawat, psikolog, mahasiswa, residen, petugas gizi, apoteker) setiap
hari selasa, tetapi belum ada audit klien khusus dari tim keperawatan
II. ANALISA SWOT DAN PERUMUSAN MASALAH
Sebelum menerapkan suatu metode pemberian asuhan
keperawatan maka perlu dikaji terlebih dahulu beberapa hal. Fokus identifikasi
bisa menggunakan pendekatan SWOT : Strength (kekuatan), Weakness
(kelemahan), Opportunity (kesempatan) dan Threatened (ancaman).
Dari hasil pengumpulan data yang sudah dilakukan di Ruang XII, dilakukan
analisa dengan menggunakan pendekatan analisa SWOT.
1. Ketenagaan
Streength
|
Weakness
|
Opportunity
|
Threatened |
-Tersedianya tenaga
Kepera-watan yang terdiri dari :
· D III : 9 orang
· S 1 : 1 orang
· Pramu husada : 1 orang
-
Adanya struktur organisasi
-
Adanya sistim pelatihan &
seminar
|
-
Belum ada rumusan
penghitungan jumlah kebutuhan tenaga
-
Belum ada job discirption yang
jelas
-
|
-
Adanya kebijakan dari Kepala
Bidang Keperawatan dalam pengaturan jumlah tenaga di setiap ruang/ bangsal
keperawatan
-
Adanya kebijakan dari
direktur rumah sakit dalam perekruitan tenaga
-
Adanya mahasiswa PSIK ysng
praktek manajemen keperawatan
|
- Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan yang
lebih profesional.
- Adanya pasar bebas, sehingga tertuntut untuk bersaing.
|
Rumusan masalah :
-
Pemenuhan jumlah tenaga
keperawatan di ruang XII belum sesuai dengan rumusan yang baku.
Intervensi :
-
Memberikan presentasi tentang
cara-cara penghitungan tenaga keperawatan
1.
Metode Penugasan
Analisa SWOT :
Strength
|
Weakness
|
Opportunity
|
Threatened
|
-
Tersedianya tenaga
Kepera-watan yang terdiri dari :
· D III : 9 orang
· S 1 : 1 orang
· Pramu husada : 1 orang
-
Adanya struktur organisasi
-
Adanya metode TIM
-
Adanya pelatihan-pelatihan
(MPKP)
|
-
Adanya peran ganda/ Double
job Discription (perawat merangkap tugas lain seperti administrasi,
farmasi)
-
Pelaksanaan metode TIM yang
belm optimal
|
-
Adanya kebijakan dari Kepala
Bidang Keperawatan dalam pengaturan jumlah tenaga di setiap ruang/ bangsal keperawatan
-
Adanya kebijakan dari
direktur rumah sakit dalam perekruitan tenaga
|
- Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan yang lebih profesional.
- Adanya pasar bebas, sehingga tertuntut untuk bersaing.
|
Rumusan Masalah
-
Penerapan metode penugasan
keperawatan khususnya metode penugasan TIM belum optimal atau perlu
ditingkatkan dan belum adanya job deskripsion keperawatan.
Intervensi :
-
Menawarkan pembuatan metode TIM
yang benar
-
Membuat uraian tugas dan
struktur organisasi
3. Kendali Mutu
Strength |
Weakness
|
Opportunity
|
Threatned
|
a.
Sudah ada GKM yang bekerja dengan baik
b.
Sudah tersedianya kotak saran
c.
Jumlah tenaga keperawatan 10
orang
d.
Adanya budaya saling memuji
antar teman sejawat
|
a.
Belum disosialisasikan
keberadaan kotak saran pada konsumen
b.
Belum ada instrumen evaluasi
kepuasan konsumen
c.
Tidak adanya alur protap
sosialisasi
|
a. Adanya
mahasiswa PSIK yang praktek manajemen keperawatan di RSJ
b. Adanya
wadah GKM
c. Ada
kotak kritik dan saran
|
a. Adanya tuntutan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang
profesional
b.Adanya persaingan antar rumah sakit
|
RUMUSAN MASALAH
-
Belum optimalnya sosialisasi
pada pelanggan tentang keberadaan kotak kritik & saran
-
Belm ada instrumen evaluasi
kepuasan konsumen
INTERVENSI
-
Mendiskusikan sosialisasi pada
pelanggan tentang keberadaan kotak kritik dan saran
-
endiskusikan pembuatan instrumen
evaluasi kepuasan konsumen
C. (POA) Plan Of Action
MASALAH
|
RENC. TINDAKAN
|
TUJUAN
|
SASARAN
|
TEMPAT
|
WAKTU
|
PENANGGUNG JAWAB
|
1.
Pemenuhan tenaga keperawatan
di Ruang XII belum menggunakan sistem perumusan yang baku
2.
Belum adanya metode penugasan
yang jelas dan job discription secara tertulis bagi perawat
3.
Tidak jelasnya alur
sosialisasi kotak saran & belum ada instrumen evaluasi kepuasan pelanggan
(khususnya keluarga) terhadap mutu pelayanan keperawatan
|
Menyelenggarakan presentasi tentang cara-cara penghitungan tenaga
keperawatan
Menawarkan pembuatan metode timyang benar
Membuat uraian tugas dan struktur organisasi
Menawarkan / mendiskusikan alur sosialisasi kotak saran kepada
pelanggan (keluarga) dan menawarkan / mendiskusikan evaluasi kepuasan
pelanggan (khususnya keluarga) tentang mutu pelayanan keperawatan
|
Pemenuhan tenaga keperawatan di Ruang XII sesuai dengan kebutuhan
Terlaksananya metode penugasan yang jelas dan sesuai dengan kondisi
Ruang XII
Ada uraian tugas yang tertulis dan dipahami oleh petugas
Terciptanya alur sosialisasi kotak saran dan terbentuknya
instrumen evaluasi kepuasan pelanggan (keluarga) tentang mutu pelayanan
keperawatan
|
Perawat, Karu dan Kabid. Perawatan
Perawat, Karu dan Kabid. Perawatan
Perawat, Karu, Kabid. Perawatan, komite mutu, komite keperawatan
|
Ruang XII
Ruang XII
Ruang XII
|
Minggu ke I
Minggu ke II
Minggu ke III
|
Agus Sulistyono & Titi Purwatiningsih
Achmad Saefudin & Muhammad Natsir
Indriyati & Ummu Muntamah
|
D. PENYELESAIAN MASALAH
Sesuai dengan POA (Plan Of Action) yang telah disepakati
bersama, maka pada tanggal 6 Januari 2005 telah dilaksanakan implementaasi dari
POA tentang sistem pengorganisasian di ruang XII.
Secara rinci hasil implementasi tersebut adalah sebagai
berikut :
1.
Ketenagaan
§ Dari hasil POA yang telah dibuat, kami mempresentasikan beberapa
metode penghitungan kebutuhan tenaga keperawatan pada tanggal 6 Januari 2005
dan akhirnya diperoleh kesepakatan
antara kelompok manajemen jiwa dengan Kepala ruang dan perawat ruang XII yaitu
memilih metode penghitungan kebutuhan tenaga perawat.
§ Tanggal 10 –11 Januari 2005 , kelompok telah melakukan negosiasi dan
diskusi dengan kepala ruang dan perawat R.XII tentang solusi penghitungan
tenaga keperawatan menurut Gillies untuk memenuhi kebutuhan tenaga perawatnya
dengan pertimbangan yaitu jumlah penghitungan tenaga perawat ruang XII
diperoleh hasil 16 orang perawat dengan alas an disamping melihat jumlah tenaga
perawat yang dibutuhkan setiap hari atu per shift (10 orang perawat), juga
sudah terhitung kebutuhan tenaga untuk yang libur, cuti tahunan, lepas malam
yaitu sebanyak 6 orang.
2.
Pengorganisasian
§ Dari hasil POA yang telah dibuat, kami mempresentasikan tentang
penugasan metode tim, membuat struktur organisasi, membuat uraian tugas pada
tanggal 6 Januari 2005 dan akhirnya diperoleh kesepakatan antara kelompok
manajemen jiwa dengan Kepala ruang dan perawat ruang XII yaitu menyederhanakan
jumlah Tim menjadi 2 tim. .
§ Tanggal 10 –01 Januari 2005 , kelompok telah melakukan negosiasi dan
diskusi dengan kepala ruang dan perawat R.XII tentang struktur organisasi dan
kepala ruang menyetujui ditindaklanjuti dengan pembuatan struktur organisasi
dan uraian tugas.
3.
Controlling
Berdasarkan
rumusan masalah tersebut, kami melakukan implementasi dengan pelaksanaan
sebagai berikut :
a.
Pada tanggal 18 Desember 2004,
kami menawarkan pembuatan alur sosialisasi kotak saran & instrumen evaluasi
kepuasan pelanggan (khususnya keluarga)
tentang mutu pelayanan keperawatan, dengan hasil disepakatinya pembuatan alur
sosialisasi kotak saran & instrumen evaluasi kepuasan pelanggan (khususnya
keluarga) tentang mutu pelayanan keperawatan tersebut.
b.
Pada tanggal 6 Januari 2005,
kami mempresentasikan alur sosialisasi kotak saran & instrumen evaluasi
kepuasan pelanggan (khususnya keluarga)
tentang mutu pelayanan keperawatan. Instrumen evaluasi kepuasan pelanggan (khususnya keluarga) tentang mutu pelayanan
keperawatan terdiri dari 25 item pertanyaan dengan 3 variasi jawaban. Jawaban ya
diberi skor 3, jawaban tidak diberi skor 2, jawaban tidak
tahu diberi skor 1. Interpretasi hasil dilakukan dengan rentang nilai :
·
25-42 ; kategori : pelayanan
tidak memuaskan
·
43-59 ; kategori : pelayanan cukup memuaskan
·
60-75 ; kategori : pelayanan sangat memuaskan
c.
Pada tanggal 11 Januari 2005,
kami melakukan negosiasi dengan ketua komite mutu tentang diterima / tidaknya
alur sosialisasi kotak saran & instrumen evaluasi kepuasan pelanggan (khususnya keluarga) tentang mutu pelayanan
keperawatan yang kami usulkan. Hasil negosiasi : ketua komite mutu menyetujui
alur sosialisasi kotak saran & instrumen evaluasi kepuasan pelanggan (khususnya keluarga) tentang mutu pelayanan
keperawatan dengan beberapa masukan :
·
Isi kotak saran ditindaklanjuti
bukan hanya oleh komite mutu, melainkan juga oleh bidang/komite keperawatan.
·
Item pertanyaan instrumen
evaluasi kepuasan pelanggan (khususnya
keluarga) tentang mutu pelayanan keperawatan lebih difokuskan mengenai mutu
pelayanan keperawatan (dieliminir item pertanyaan mengenai fasilitas umum,
administrasi keuangan dan pelayanan medis)
BAB IV
PEMBAHASAN
A. KETENAGAAN
B. PENGORGANISASIAN
1. Metode Penugasan
Sesuai dengan teori
metode Tim, Metode Tim merupakan pengorganisasian pelayanan keperawatan oleh
sekelompok perawat pada sekelompok klien. Di impin oleh perawat yang berijazah
dan berpengalaman serta memiliki pengetahuan dalam bidangnya (register nurse).
Konsep metode tim didasarkan pada falsafah bahwa sekelompok tenaga keperawatan
bekerja bersama-sama secara terkoordinasi dan kooperatif sehingga dapat
berfungsi secara menyeluruh dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap setiap
individu (Douglas 1984).
Metode tim
didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota tim berkontribusi dalam
merencanakan asuhan keperawatan sehingga akan timbul motivasi yang tinggi dan
rasa tanggung jawab bersama serta setiap anggota tim merasakan kepuasan karena
diakui kontribusinya didalam mencapai tujuan bersama yaitu memberikan asuhan
keperawatan yang bermutu, dengan harapan kualitas asuhan keperawatan dapat
meningkat (Kron & Gray 1987).
Didalam metode Tim
memuat ketentuan-ketentuan sebagai
berikut :
1.
Dalam satu unit terdapat 3
katim
2.
Masing-masing tim beranggotakan
4 – 7 orang
3.
Perputaran dinas masing-masing
tim minimal 3 bulan
4.
Tingkat ketergantungan pasien
diupayakan berimbang untuk masing-masing tim.
5.
Anggota tim diupayakan merawat
pasien sesuai spesialisasinya, sehingga mengupayakan agar pasien dengan
penyakit atau gangguan yang hampir sama berada dalam satu boks atau berdekatan.
Pada pelaksanaannya di ruang XII Di
ruang XII RSJD dr. Amino Gondhoutomo, metode penugasan yang digunakan adalah
metode TIM, yang terdiri dari 1 kepala ruang dan 3 kepala tim (Katim) yang
dibantu oleh masing-masing dua staf perawat (anggota Tim).
Sesuai dengan hasil pengkajian maka
didapatkan bahwa jumlah perawat yang sedikit (10 orang termasuk kepala ruang),
maka metode tim yang dijalankan menjadi kurang ideal karena dalam satu tim
hanya terdapat 3 orang perawat termasuk katim.
Untuk itu pada saat implementasi pada
tanggal 6 Januari 2005, kelompok telah bernegosiasi dengan kepala ruang dan
staff perawatan untuk memodifikasi metode tim yang ada dengan mengubah jumlah
Tim menjadi lebih sedikit, namun dengan anggota tim yang lebih banyak. Dari
hasil negosiasi tersebut maka dihasilkan kesepakatan bahwa di ruang XII
digunakan metode penugasan berupa metode tim dengan jumlah tim menjadi 2 tim
yang masing-masing beranggotakan 4 perawat pelaksana dan 3 perawat pelaksana .
2.
Struktur Organisasi
Sesuai dengan hasil implementasi tentang metode
penugasan tim yang telah disederhanakan menjadi 2 tim maka struktur organisasi
yang baru di ruang XII adalah sebagai berikut :
|
||||||||||
|
||||||||||
|
||||||||||
3.
Uraian Tugas
Metode penugasan yang digunakan di ruang XII adalah
metode Tim dengan uraian tugas sebagai berikut :
Tanggung Jawab Ketua Tim
1.
Mengkaji setiap klien dan
menerangkan tindakan keperawatan yang tepat.
2.
Mengkoordinasikan rencana
keperawatan dan pengobatan.
3.
Menyusun rencana keperawatan
tepat waktu, membimbing anggota tim.
4.
Menjamin evaluasi secara
tercatat.
5.
Menilai semua kemajuan klien
dari hasil pengamatan langsung atau laporan anggota tim.
Tanggung Jawab
Anggota Tim
1.
Mengikuti instruksi keperawatan
yang tertera dalam rencana keperawatan secara teliti termasuk program
pengobatan.
2.
Bertanggung jawab untuk setiap
klien di unit yang bersangkutan.
3.
Melaporkan secara tepat dan
akurat tentang asuhan keperawatan yang dilakukan maupun respon klien.
4.
Menerima bantuan dan bimbingan
katim.
Tanggung Jawab
Kapala Ruang
1.
Menetapkan standar kinerja
stafff
2.
Membantu stafff menetapkan
sasaran keperawatan pada unit yang dipimpinnya.
3.
Memberikan kesempatan pada
katim dan membantu untuk mengembangkan keterampilan manajemen dan kepemimpinan.
4.
Mengorientasikan staff baru tentang prosedur tim keperawatan.
5.
Menjadi nara sumber bagi katim
dan staff serta tempat berdiskusi.
6.
Melakukan komunikasi terbuka
untuk setiap staff yang dipimpinnya.
C. CONTROLLING
Berdasarkan permasalahan, rencana
intervensi dan pelaksanaannya, maka dapat dibahas beberapa hal yang berkaitan
dengan permasalahan fungsi kontroling di ruang XII, antara lain :
1. Kotak saran
Menurut Azwar (1996), controling merupakan suatu upaya yang
dilaksanakan secara berkesinambungan, sistematis, obyektif dan terpadu dalam
menetapkan penyebab masalah mutu pelayanan berdasarkan standart yang telah
ditetapkan, menetapkan dan melaksanakan cara penyelesaian masalah sesuai dengan
kemampuan yang tersedia, serta menilai hasil yang dicapai dan menyusun saran
tindak lanjut untuk lebih meningkatkan mutu .
Dari data yang ada di RSJD dr. Amino Gondo Hutomo Semarang, ada
kotak saran, namun belum digunakan secara maksimal. Hal ini bisa dikarenakan
kurangnya sosialisasi keberadaan kotak saran, yang mungkin bisa disebabkan
karena :
q Perawat kurang mensosialisasikan keberadaan kotak saran
q Tidak ada alur yang jelas tentang sosialisasi kotak saran
q Kurangnya feed back hasil kotak saran
Oleh karena itu, perlu adanya sosialisasi keberadaan kotak saran
mulai dari UGD sampai ke komite mutu dengan alur yang jelas (contoh bisa
dilihat dilampiran ). Tanpa alur yang
jelas, pelanggan (keluarga) kurang mampu memanfaatkan kotak saran, karena
kurang mengetahui fungsi dan cara memanfaatkannya. Selain itu, petugas akan saling
melempar tanggung jawab untuk mensosialisasikan kotak saran kepada pelanggan
(keluarga).
2.
Instrumen evaluasi kepuasan
pelanggan (khususnya keluarga) tentang
mutu pelayanan keperawatan.
Menurut Direktorat Jenderal Pelayanan Medik tahun 1995, untuk
mengetahui tingkat keberhasilan pelayanan perlu dilakukan penilaian secara
obyektif dengan menggunakan metode dan instrumen penilaian yang baku, salah
satunya dengan angket evaluasi kepuasan pelanggan (pasien / keluarga).
Dari data yang ada di RSJD dr. Amino Gondo Hutomo Semarang, belum
ada instrumen evaluasi kepuasan pelanggan
(khususnya keluarga) tentang mutu pelayanan keperawatan. Ada instrumen
evaluasi persepsi pasien terhadap mutu asuhan keperawatan, tetapi item
pertanyaan belum terfokus pada keluarga. Terjadi duplikasi sasaran item, yaitu
keluarga dan / pasien. Seperti kita ketahui, tidak ada jaminan bahwa pasien RSJ
yang pulang ke rumah bisa memberikan jawaban instrumen evaluasi kepuasan
pelanggan secara valid. Bila sasaran
instrumen evaluasi kepuasan pelanggan
adalah pasien RSJ, maka harus ada kriteria inklusi dari pasien tersebut.
Sehingga petugas perlu melakukan seleksi
pasien terlebih dahulu. Hal ini dirasa kurang praktis. Oleh karena itu kami
menawarkan instrumen evaluasi kepuasan pelanggan tentang mutu asuhan keperawatan dengan
sasaran keluarga. (contoh : lihat lampiran
).
Dari hasil negosiasi dengan ketua komite mutu pada tanggal 11
Januari 2005, disepakati untuk mengganti beberapa item pertanyaan yang kurang
terfokus pada evaluasi mutu pelayanan
keperawatan, antara lain : item pertanyaan mengenai fasilitas umum,
administrasi keuangan dan pelayanan medis. Pertanyaan tersebut perlu dieliminir
dan di rubah menjadi pertanyaan yang befokus pada mutu pelayanan keperawatan.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan dari hasil pembahasan, maka
dapat ditari kesimpulan :
1.
Solusi yang ditawarkan oleh
kelompok mengenai ketenagaan, struktur organisasi dan Kontrolling telah
disetujuai Kepala ruang XII.
2.
Negosiasi yang dilakukan
kelompok tanggal 10 dan 11 Januari tentang penghitungan kebutuhan tenaga
perawat, pengorganisasian dan Kontroling telah berhasil diperoleh kesepakatan
yaitu untuk ketenagaan memilih metode penghitungan tenaga menurut Gillies,
untuk pengorganisasian akan dibuat struktur organisasi yang baru beserta uraian
tugas Karu, Katim, perawat pelaksana.
3.
Untuk mengetahui mutu pelayanan
kesehatan di RSJD dr. Amino Gondo Hutomo Semarang, perlu di lakukan sosialisasi keberadaan kotak saran dengan
menetapkan alur yang jelas serta pembuatan instrumen evaluasi kepuasan
pelanggan mengenai mutu pelayanan keperawatan dengan sasaran keluarga.
SARAN :
q Perawat RSJD dr. Amino Gondo Hutomo Semarang, hendaknya
mensosialisasikan keberadaan kotak saran, mulai dari saat pasien masuk di UGD
sampai dengan pasien akan pulang.
q Komite mutu hendaknya menetapkan alur sosialisasi dan pengolahan
hasil dari kotak saran secara jelas.
q Komite mutu hendaknya membuat instrumen evaluasi kepuasan pelanggan
mengenai mutu pelayanan keperawatan dengan sasaran keluarga
REKOMENDASI :
Perawat perlu menindaklanjuti alur
sosialasi kotak saran dan instrumen evaluasi kepuasan pelanggan mengenai mutu
pelayanan keperawatan dengan sasaran keluarga yang kami tawarkan, dengan
melakukan uji coba .
DAFTAR PUSTAKA
1.
Nursalam, M Nurs, 2002, Manaajemen
Keperawatan : Apikasi Dalam Praktek Keperawatan Profesional, Edisi I,
Salemba Medika, Jakarta.
- Nasution, 2001, Manajemen Mutu Terpadu, Ghalia Indonesia, Jakarta.
- Swansburg, Russel C, 2000, Pengaaantar Kepemimpinaan Dan Manajemen Keperawatan Untuk Perawat Klinis, EGC, Jakarta.
- Ratna Sitorus, 2002, Model Praktek Keperawatan Profesional, Seminar Nasional pada RAPIM PPNI di Malang.
- Wijono, Joko, 1997, Manajemen Kepemimpinaan dan Organisasi Kesehatan, Airlangga Universitas Press, Jakarta.
- Tim Depke RI, 1994, Instumen Evaluasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit, Cetakan I, Jakarta : Depkes RI
Lampiran
INSTRUMEN EVALUASI KEPUASAN PELANGGAN
(KELUARGA) TENTANG MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN
DI RSJD DR. AMINO GONDO HUTOMO SEMARANG
Kepada
Pengguna Jasa
Pelayanan RSJD Dr. Amino Gondohutomo
Semarang
Dengan
hormat,
Sesuai misi RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang : menjadi rumah
sakit jiwa unggulan dan pusat rujukan yang memberikan pelayanan kesehatan
menyeluruh, profesional dan terjangkau untuk mewujudkan masyarakat Indonesia
yang sehat dan produktif, maka kami para petugas akan berusaha meningkatkan
mutu pelayanan secara maksimal. Untuk itu kami mohon dengan hormat agar para
pelanggan/ keluarga pasien memberi
jawaban terhadap angket yang kami ajukan, yang hasilnya akan kami gunakan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kami.
Anda tidak perlu mencantumkan identitas dan kerahasiaan angket ini akan kami jaga.
Terima kasih.
A. Keluarga Anda dirawat di ruang :………………………Kelas
:…………………
B.
Lama perawatan……………………….hari
C.
Pendidikan Anda :
ð SD ð SLTP ð SLTA ð Perguruan Tinggi
D.
Pekerjaan Anda :
ð PNS ð ABRI/POLRI ð Swasta ð Lain-lain
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memberikan tanda check list
(Ö ) pada jawaban yang telah disediakan.
Apakah saat keluarga Anda pertama kali
masuk ruang perawatan, diterima dengan baik oleh petugas/perawat ?
ð ya ð tidak ð
tidak tahu
Apakah saat
keluarga Anda pertama kali masuk ruang perawatan, keluarga/Anda diberi
informasi tentang peraturan rumah sakit ?
ð ya ð tidak ð tidak tahu
Apakah
keluarga Anda diberi informasi tentang fasilitas rumah sakit yang dapat dipergunakan selama perawatan ? (contoh :
kamar mandi, WC, alat panggil petugas, dll)
ð ya ð tidak ð tidak tahu
Selama
keluarga Anda tidak dapat melakukan aktifitas karena sakit, apakah perawat membantu semua
kebutuhannya ? (contoh : mandi, buang air kecil, buang air besar)
ð ya ð tidak ð tidak tahu
Apakah saat
perawat akan melakukan tindakan terhadap pasien, selalu
memberi tahu pasien
?
ð ya ð tidak ð tidak tahu
Apakah
saat perawat akan melakukan tindakan terhadap pasien, selalu memberi tahu
keluarga ?
ð ya ð tidak ð tidak tahu
Apakah
saat perawat akan melakukan tindakan terhadap pasien, selalu minta persetujuan
pasien terlebih dahulu ?
ð ya ð tidak ð tidak tahu
Apakah
saat perawat akan melakukan tindakan terhadap pasien, selalu minta persetujuan
keluarga terlebih dahulu ?
ð ya ð tidak ð tidak tahu
Apakah
saat perawat melayani pasien, mengajak pasien berbicara dengan ramah ?
ð ya ð tidak ð tidak tahu
Apakah
perawat segera datang saat dibutuhkan pasien ?
ð ya ð tidak ð tidak tahu
Apakah
perawat memperkenalkan diri sebelum
berinteraksi dengan pasien ?
ð ya ð tidak ð tidak tahu
12. Apakah
perawat menjaga kebersihan dan kerapian alat-alat tenun ?
ð ya ð tidak ð tidak tahu
13.
Apakah perawat menjelaskan kepada
keluarga/pasien tentang masalah yang
dihadapi pasien ?
ð ya ð tidak ð tidak tahu
14.
Apakah perawat memantau/menunggu saat pasien
minum obat ?
ð ya ð tidak ð tidak tahu
15.
Apakah perawat memantau atau mengobservasi
keadaan pasien setiap hari ?
ð ya ð tidak ð tidak tahu
16.
Apakah perawat menanyakan / memperhatikan
jumlah makanan/minuman yang pasien habiskan ?
ð ya ð tidak ð tidak tahu
17.
Apakah perawat menanyakan kenyamanan tidur
pasien selama di rawat di
rumah sakit ?
ð ya ð tidak ð tidak tahu
18.
Apakah perawat melarang pasien/pengunjung
merokok diruangan ?
ð ya ð tidak ð tidak tahu
19.
Apakah perawat memantau / menunggu saat pasien minum obat ?
ð ya ð tidak ð tidak tahu
20.
Apakah perawat menjelaskan kepada
pasien/keluarga tentang perawatan/pengobatan setelah pasien diperbolehkan
pulang ?
ð ya ð tidak ð tidak tahu
Setelah mengisi check list di
atas, apabila Anda ingin menuliskan kesan dan pesan selama dirawat di RS, silakan Anda tuliskan dibawah
ini !
1
………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
2
…………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………….………………………………………………………………………………
3
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………….………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
Skoring :
1. Jawaban ya :
skore 3
2. Jawaban tidak :
skore 2
3. Jawaban tidak tahu : score 1
Interpretasi hasil
:
1.
Jumlahkan seluruh skore
2.
Bila jumlah skore seluruhnya
20-33 : pelayanan tidak memuaskan
3.
Bila jumlah skore seluruhnya
34-47 : pelayanan cukup memuaskan
4.
Bila jumlah skore seluruhnya
48-60 : pelayanan sangat memuaskan
Lampiran :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar