Pengertian interaksi social
Menurut H. Bonner dalam bukunya yang
berjudul Sosial Psychology, mengemukakan bahwa : Interaksi social adalah suatu
hubungan antara dua atau lebih individu manusia, dimana kelakuan individu yang
satu mempengaruhi, mengubah dan memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya.
Dengan demikian antara individu yang
berinteraksi senantiasa merupakan hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi
secara timbal balik pula.
Faktor-faktor yang mendasari
berlangsungnya interaksi social
Interaksi dari :
-
Faktor imitasi
-
Faktor sugesti
-
Faktor identifikasi
-
Faktor simpati
Kelangsungan interaksi social ini,
sekalipun dalam bentuknya yang sederhana, ternyata merupakan proses yang
kompleks, ternyata ada beberapa factor yang mendasari kelangsungan interaksi
social.
Adapun factor-faktor yang mendasarinya
adalah sebagai berikut :
- Faktor Imitasi :
Pada mulanya
seluruh kehidupan social berawal dari proses imitasi. Misalnya saja kita amati
bagaimana seorang anak belajar berbicara, mula-mula ia seakan-akan mengimitasi
dirinya sendiri, ia mengulang-ulang bunyi kata-kata seperti : ba-ba-ba atau
la-la-la yang bertujuan untuk melatih fungsi lidah dan mulutnya untuk
berbicara. Kemudian ia mengimitasi orang lain, biasanya dari orang yang
terdekat lebih dahulu yaitu ibunya, untuk mulai mengucapkan kata-kata dan
kalimat yang ia dengar dan ia mulai mengartikan kata-kata dan mengimitasinya
dari orang lain.
Sebelum
seseorang mengimitasi suatu hal terlebih dahulu haruslah terpenuhi beberapa
syarat, yaitu :
a.
Minat perhatian yang cukup besar
akan hal tersebut.
b.
Sikap menjunjung tinggi atau
mengagumi hal-hal yang diimitasi.
c.
Dapat juga orang-orang
mengimitasi suatu pandangan atau tingkah laku karena hal itu mempunyai
penghargaan social yang tinggi.
Jadi seseorang mungkin mengimitasi sesuatu karena ingin memperoleh
penghargaan social didalam lingkungannya. Jadi sebenarnya imitasi merupakan
suatu segi dari proses interaksi social yang menerangkan mengapa dan bagaimana
dapat terjadi keseragaman dalam pandangan dan tingkah laku.
- Faktor sugesti
Arti sugesti dan
imitasi dalam hubungannya dengan interaksi social hampir sama, bedanya ialah
bahwa dalam imitasi seseorang mengikuti sesuatu diluar dirinya, sedangkan pada
sugesti adalah dimana seseorang memberikan pandangan atau sikap dari dirinya
lalu diterima pleh orang lain.
Rumusan sugesti
dalam ilmu jiwa social adalah : proses dimana seorang individu menerima suatu
cara penglihatan atau pedoman-pedoman tingkah laku dari orang lain tanpa kritik
terlebih dahulu.
Persyaratan yang
memudahkan sugesti terjadi pada seseorang yaitu :
a. Sugesti
karena hambatan berfikir.
Hal ini sering terjadi pada orang yang telah berfikir atau pada
seseorang yang sedang mengalami rangsangan-rangsangan emosional, sehingga
proses sugesti yang terjadi pada orang tersebut secara langsung menerima tanpa
mempertimbangkan terlebih dahulu segala pengaruh atau pandangan-pandangan dari
orang lain.
b.
Sugesti karena pikiran
terpecah-pecah {disosiasi}.
Sugesti mudah
terjadi juga pada orang-orang yang sedang mengalami pemikiran yang
terpecah-pecah. Hal ini dapat terjadi, misalnya pada seseorang yang mengalami
kebingungan karena dihadapkan pada kesulitan-kesulitan hidup yang terlalu
komplek, sehingga ia lebih mudah terkena oleh sugesti orang lain yang
mengetahui jalan keluarnya dari kesulitan-kesulitan yang ia hadapi tersebut.
c.
Sugesti karena otoritas atau
prestise.
Proses sugesti
cendrung terjadi pada orang-orang yang sikapnya menerima pandangan-pandangan
tertentu dari seseorang yang memiliki keahlian tertentu,
sehingga
dianggap otoritas dalam keahlian tersebut atau dari seseorang yang mempunyai
prestise social yang tinggi.
d.
Sugeti karena mayoritas.
Dalam hal ini
orang banyak kerap kali cendrung akan menerima suatu pandangan atau ucapan itu
disokong oleh mayoritas oleh sebagian besar dari golongannya, kelompoknya atau
masyarakatnya. Mereka cenderung untuk menerima pandangan itu tanpa pertimbangan
lebih lanjut, karena kalau kelompok atau golongan sudah berpendapat demikian, ia
pun rela ikut berpendapat demikian pula.
e.
Sugesti karena “well to
believe”
Yang terjadi
dalam sugesti ini adalah diterima suatu sikap, pandangan karena sikap atas
pandangan itu sebenarnya sudah terdapat padanya, tetapi dalam keadaan
terpendam.
Dalam hal ini
isi dari sugesti akan diterima tanpa pertimbangan lebih lanjut karena pada
orang yang bersangkutan sudah terdapat suatu kesediaan.Untuk lebih sadar dan
yakin akan hal-hal yang sebenarnya sudah terdapat padanya.
- Faktor Identifikasi :
Identifikasi adalah sebuah istilah dari
psikologi Sigmund Freud, diman menjelaskan bahwa cara-cara seseorang anak
belajar norma-norma social dari orang tuanya. Hal tersebut mulai pada umur
kurang lebih 5 tahun anak mulai menyadari bahwa dalam kehidupan itu ada
norma-norma dan peraturan-peraturan yang harus dipenuhi, dan yang harus ia
pelajari.
Pertama-tama ia
mempelajarinya karena mendapat didikan dan arahan dari orangtuanya, biasanya
anak lelaki terhadap ayahnya dan anak perempuan kepada ibunya. Identifikasi itu
berarti kecenderungan atau keinginan dalam diri anak untuk menjadi sama seperti
kedua orang tuanya.
Proses
terjadinya identifikasi :
-
Berlangsung secara tak sadar
{dengan sendirinya}.
-
Secara irasional berdasarkan
perasaan-perasaan.
-
Berkembang bahwa identifikasi
berguna untuk melengkapi system norma dan cita-cita.
Setelah masa
pubertas, paling banyak melakukan identifikasi dengan orang lain dari pada
orang tuanya, mulai melepaskan identifikasinya dengan orang tua dan mencapai
norma kehidupan sendiri. Tetapi pada manusia dewasa kerap kali akan
mengidentifikasinya dirinya dengan anak-anak {orang yang lebih muda} sehingga
terjadi suatu kondisi yang timbal balik, yang merupakan cirri khas dalam
interaksi social. Disini jelas bahwa interaksi hubungan social yang berlangsung
pada identifikasi itu lebih mendalam daripada hubungan yang berlangsung melalui
proses-proses sugesti maupun imitasi.
- Faktor simpati.
Simpati dapat
dirumuskan sebagai perasaan tertariknya seseorang terhadap orang lain yang timbul
atas dasar penilaian perasaan. Pada simpati dorongan utama adalah ingin
mengerti dan ingin kerja sama dengan orang lain, sedangkan pada identifikasi
dorongan utamanya adalah ingin mengikuti, meniru jejak orang lain yang dianggap
ideal bagi dirinya.
Jenis-jenis situasi social.
Situasi social adalah suatu situasi dimana
terdapat saling hubungan antara manusia yang satu dengan yang lainnya. Dengan
kata lain tiap-tiap situasi social dimana terjadi interaksi social disebut
situasi social.
Menurut seorang ahli bernama M. Sherif
situasi social itu dapat dibagi kedalam 2 golongan utama, yaitu :
1.
Situasi kebersamaan.
2.
Situasi kelompok social.
Faktor yang menentukan berlangsungnya
interaksi social.
Salah satu cara seseorang melakukan
interaksi social yaitu dengan menggunakan komunikasi antar individu atau
komunikasi secara interpersonal.
Adapun factor-faktor untuk menumbuhkan
hubungan interpersonal yang baik adalah sebagai berikut :
- Adanya rasa percaya
Faktor percaya
merupakan hal yang penting pengaruhnya terhadap komunikasi interpersonal.
Secara ilmiah percaya didefinisikan sebagai : mengandalkan perilaku orang untuk
mencapai tujuan yang dikehendaki, yang pencapaiannya tidak pasti dan dalam
situasi yang penuh resiko.{Eiffin, 1967:224-234}.
Definisi diatas
menyebutkan tiga unsure percaya :
a.
Ada situasi yang menimbulkan
resiko.
b.
Orang yang menaruh kepercayaan
kepada orang lain berarti menyadari bahwa akibat-akibatnya bergantung pada
perilaku orang lain.
c.
Orang yang yakin bahwa perilaku
orang lain akan berakibat baik baginya.
Ada beberapa
factor yang dapat menumbuhkan rasa percaya :
a.
Menerima adalah kemampuan
berhubungan dengan orang lain tanpa menilai dan berusaha mengendalikan.
b.
Empati adalah factor kedua yang
menumbuhkan sikap percaya diri orang lain.
c.
Kejujuran adalah factor ketiga
yang menumbuhkan sikap percaya.
- Sikap suportif.
Adalah sikap
yang mengurangi sikap melindungi diri dalam komunikasi yang terjadi dalam
interaksi social. Seorang ahli yang bernama Jack R. Gibb mengemukakan 6
perilaku yang menimbulkan perilaku suportif. Hasil penelitiannya bahwa sering
orang menggunakan perilaku defensif, makin besar kemungkinan komunikasi menjadi
defensif.
Iklim Defensif
antara lain adalah :
a.
Evaluasi.
b.
Kontrol.
c.
Strategi.
d.
Netralitas.
e.
Superioritas.
f.
Kepastian.
Iklim Suportif
antara lain adalah :
a.
Deskripsi.
b.
Orintasi masalah.
c.
Spontanitas.
d.
Empati.
e.
Persamaan.
f.
Profesinalisme.
- Sikap terbuka.
Sikap terbuka
amat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan komunikasi interpersonal yang efektif.
Perbedaan
karakteristik orang yang terbuka dengan orang yang tertutup :
Sikap terbuka :
a.
Menilai pesan secara objektif
dengan menggunakan data dari keajegan logika.
b.
Membedakan dengan mudah melihat
nuansa.
c.
Berorintasi pada isi.
d.
Mencari informasi dari berbagai
sumber.
e.
Lebih bersifat professional dan
bersedia mengubah kepercayaannya.
Sikap tertutup :
a.
Menilai pesan berdasarkan
motif-motif pribadi.
b.
Berfikir simplitis { berfikir
hitam putih tanpa nuansa }
c.
Bersandar lebih banyak pada
sumber pesan daripada isi pesan.
d.
Mencari informasi tentang
kepercayaan orang dari sumbernya sendiri.
e.
Secara kaku mempertahankan dan
memegang teguh system kepercayaannya
f.
Menolak, mengabaikan, menolak
pesan yang tidak konsisten dengan system kepercayaannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar