BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Halusinasi merupakan
akibat adanya gangguan dalam proses berpikir dan orientasi realitas. Individu
tidak mampu membedakan rangsangan internal dan eksternal. Halusinasi
didefinisikan sebagai persepsi sensori dari suatu obyek tanpa adanya suatu
rangsangan dari luar. Gangguan persepsi ini meliputi seluruh panca indra.
Disfungsi yang terjadi
pada halusinasi menggambarkan hilangnya kemampuan menilai realitas, klien hidup
dalam dunianya sendiri dan merasa terganggu dalam interaksi sosialnya sehingga
menyebabkan gangguan berhubungan sosial, komunikasi susah, dan kadang-kadang membahayakan diri
klien, orang lain maupun lingkungan, menunjukan bahwa klien memerlukan
pendekatan asuhan keperawatan secara intensif dan komprenhensif.
Berdasarkan pengamatan
yang dilakukan di ruang Perkutut, terdapat ± 70 % (dari 24 klien) yang
mengalami halusinasi. Masalah keperawatan yang ada, yakni klien belum
tahu bagaimana cara mengontrol halusinasinya, klien menunjukan perilaku menarik
diri, hubungan interpersonal dan komunikasi kurang sebagai dampak dari
timbulnya halusinasi.
Menilik kondisi tersbut
di atas kami kelompok terdorong mengambil topik “Asuhan Keperawatan Klien S.
dengan Masalah Utama Halusinasi Dengar “ dengan harapan dapat bersama-sama tim
keperawatan ruang Perkutut pada khususnya untuk memberikan asuhan keperawatan
klien halusinasi.
B. Tujuan
Tujuan kelompok mahasiswa
merawat klies S., melakukan seminar dan menulis laporan studi kasus adalah :
·
Mengerti asuhan keperawatan klien halusinasi berdasarkan
konsep dan teori yang benar.
·
Menerapkan asuhan keperawatan
klien halusinasi
·
Menyebarluaskan asuhan
keperawatan yang telah dilakukan kepada klien dengan halusinasi dengar.
C. Proses Penyusunan Makalah
Berdasarkan hasil
pengamatan kelompok di ruang Perkutut, sebagian besar klien di ruang tersebut
banyak yang menarik diri. Dan setelah dikaji klien banyak mengalami halusinasi
dengar. Selanjutnya kelompok tertarik dan memilih kasus klien dengan halusinasi,
khususnya halusinasi dengar.
Selanjutnya, kelompok
menyiapkan diri dengan mempelajari konsep-konsep yang berhubungan dengan kasus
halusinasi dengar, memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif pada klien
berdasarkan konsep yang telah dipelajari, mempresentasikan pada seminar, dan
menulis seluruh hasilnya pada makalah atau laporan ini.
BAB II
GAMBARAN KASUS
A. Pengkajian
Tn. S. , laki-laki, usia
40 tahun, pendidikan terakhir SMP kelas III, status menikah tidak mempunyai
anak, pernah bekerja di Koperasi Simpan Pinjam selama 3 tahun, kemudian keluar
karena merasa jenuh / bosan, kemudian bekerja di bengkel bubut selama 1 tahun,
kemudian keluar karena klien merasa capek. Setelah itu klien tidak bekerja.
Klien beragama Islam, suku jawa. Klien merupakan anak ke 4 dari 8 bersaudara.
Klien dibawa ke Rumah
Sakit Jiwa Jakarta pada bulan Pebruari 1994 dengan keluhan klien sering
menyendiri, melamun, marah-marah, yaitu dengan membanting gelas, piring karena
disuruh roh halus yang membisiki ditelinganya.
Klien dirawat di RSJ
Jakarta untuk keempat kalinya dengan masalah atau keluhan utama yang sama. Dari
RSJ Jakarta klien dinyatakan sembuh,
tetapi sampai di rumah kambuh lagi, lalu keluarga membawanya ke RSJ Jakarta.
Sebelum dirawat di RSJP. Jakarta, 10 tahun yang lalu klien mengalami
kecelakaan ketika mengendarai sepeda motor. Menurut klien waktu itu ada yang
mendorong dari belakang sehingga klien terjatuh. Kemudian klien dirawat di RSU
Pekalongan - Jawa Tengah dan dilakukan operasi pada lengan bawah karena patah.
Dari hasil observasi
tanggal 10 April 1997 sampai dengan 24 April 1997, klien sering menyendiri,
tidur di tempat tidur, jarang berinteraksi dengan klien lainnya. Klien
cenderung diam, mendengarkan pembicaraan orang lain dalam berinteraksi, klien
tampak putus asa. Klien memberikan jawaban bila ditanya oleh perawat, meskipun
jawabannya singkat, jarang membicarakan masalahnya dengan orang lain. Pada saat
tiduran kadang sepertinya klien mendengar sesuatu, mulut komat-kamit, dan kadang-kadang
tersenyum sendiri. Penampilan diri klien : rambut tidak disisir rapih, gigi
kotor, pakaian kusut, klien malas mandi,
klien mandi satu kali sehari, gosok gigi jarang, ganti pakaian dua hari
sekali, mencuci rambut seminggu sekali, kulit agak kotor, rambut kotor, kuku
panjang dan hitam. Jarang melakukan aktifitas.
Pada pengkajian keluarga:
keluarga mengatakan belum bisa merawat klien dengan halusinasi, dengan marah,
dengan menarik diri, dan gangguan kebersihan diri. (Pengkajian lengkapnya ada
di lampiran)
B. Masalah Kperawatan
Dari data diatas dapat dirumuskan masalah keperawatan sebagai
berikut:
Halusinasi dengar
Data Subyektif: Klien
mengatakan :
·
Sering mendengar suara-suara,
terutama kalau sedang melamun, menjelang tidur.
·
Saya dibawa ke rumahh sakit
karena membanting gelas dan piring karena disuruh oleh roh halus.
·
“Bolehkah saya berteman dengan
roh halus karena ia yang sering mengajak saya berbicara ?”
Data Obyektif :
·
Klien tampak sedang mendengar
sesuatu.
·
Klien sering senyum sendiri,
mulut komat-kamit
Gangguan hubungan sosial : Isolasi sosial
Data Subyektif : Klien mengatakan:
·
Sering tiduran di tempat tidur
dan jarang berbicara dengan klien lain atau perawat.
·
Bila berinteraksi klien lebih
suka diam dan mendengarkan pembicaraan.
·
Jarang membicarakan masalahnya
dengan orang lain.
Data Obyektif:
·
Klien sering tiduran, bengong
di tempat tidur, melamun
·
Klien tampak putus asa
Gangguan kebersihan diri
Data Subyekti : Klien mengatakan:
·
Mandi sehari sekali,
kadang-kadang dua hari sekali, mencuci rambut seminggu sekali, mengganti
pakaian dua hari sekali.
Data Obyektif :
·
Kulit agak kotor, rambut kotor
tidak disisir, gigi kotor, pakaian kusut, kuku panjang dan hitam.
Kurangnya minat
Data Subyektif : Klien mangatakan:
·
Malas untuk mandi, mencuci
rambut, memotong kuku, menggosok gigi.
Data Obyektif:
·
Klian banyak tiduran di tempat
tidur
·
Bila klien disuruh mandi, klien
menunda-nunda untuk mandi.
Potensial melukai diri sendiri dan orang lain.
Data Subyektif : Klien mengatakan:
·
Saya di bawa ke rumah sakit
karena membanting gelas dan piring karena disuruh oleh roh halus.
·
Klien mendengar suara-suara
yang mengancam, yaitu: “saya tidak takut sama kamu !” Klien juga menjawab:
“Saya juga tidak takut pada kamu !”
Potensial amuk
Data Subyektif : Klien mengatakan :
·
Kalau di rumah pernah mengamuk
·
Jika kesal berdiam diri dan
masuk ke kamar
·
Klien tidak tahu cara mengatasi
marah yang baik.
C. Pohon Masalah (Problem Tree)
BAB
III
TINJAUAN
TEORI
A. Proses Terjadinya Halusinasi
Halusinasi
dapat terjadi oleh karena berbagai faktor diantaranya gangguan mental organik,
harga diri rendah, menarik diri, sidrome putus obat, keracunan obat, gangguan
afektif dan gangguan tidur.
Halusinasi
klien timbul karena perubahan hubungan sosial. Perkembangan sosial yang tidak
adekuat menyebabkan kegagalan individu untuk belajar dan mempertahankan
komunikasi dengan orang lain. Akibatnya klien cenderung memisahkan diri dan
hanya terlibat dengan pikirannya sendiri yang tidak memerlukan kontrol orang
lain. Sehingga timbulnya kesepian, isolasi sosial, hubungan yang dangkal dan
tergantung (Haber, 1987).
Akibat dari menikmati suara-suara yang
didengar, maka klien S. hanya terlibat dalam pikirannya sendiri, sehingga klien
malas atau kurang berminat dalam melaksanakan aktifitas sehari-hari seperti;
kebersihan diri, makan, dan lain-lain.
Pada
klien S. terjadi halusinasi dengar, hal ini disebabkan oleh karena klien
mempunyai riwayat putus cinta dengan kekasihnya satu kali, kemudian oleh keluarga klien dinikahkan. Setelah
menikah selama tiga bulan, isteri meninggalkannya dan klien S. merasa sangat
kecewa, sering menyendiri, melamun, tak mau makan kemudian klien dirawat di
rumah sakit jiwa Jakarta selama 8 bulan.
Hal ini sesuai dengan proses terjadinya
halusinasi pada fase pertama yang diungkapkan oleh Haber, Dkk, 1982. Pada fase
ini klien mengalami kecemasan, stress, perasaan yang terpisah, kesepian. Klien
mungkin melamun atau memfokuskan pikiran pada hal yang menyenangkan untuk
menghilangkan kecemasan dan stres . Cara ini menolong sementara, klien masih
dapat mengontrol kesadarannya dan mengenal pikirannya namun intensitas persepsi
meningkat.
Setelah
delapan bulan dirawat, klien dinyatakan sembuh dan boleh pulang. Pada saat di
rumah, klien mangalami kecelakaan saat mengendarai sepeda motor kemudian
dirawat di rumah sakit. Setelah keluar dari rumah sakit, beberapa hari kemudian
klien mulai melamun dan mendengar suara-suara yang mengatakan atau menyuruh dia melemparkan gelas dan
piring. Gejala-gejala pada klien S. ini menunjukan bahwa klien mengalami gejala
halusinasi fase ke dua, yaitu dimana klien berada pada tingkat listening,
pemikiran internal lebih menonjol seperti gambaran suara dan sensasi.
Satu
bulan yang lalu klien mendengar suara-suara tersebut dan klien menanyakan
kepada perawat apakah boleh berteman dengan roh halus, karena dia yang sering
mengajaknya berbicara. Sesuai dengan tahapan halusinasi, klien berada pada fase
ketiga, yaitu halusinasi lebih menonjol, menguasai, halusinasi memberikan kesenangan tersendiri
dan rasa aman yang sementara.
Dan selanjutnya klien memasuki fase keempat
yaitu dengan gejala halusinasi bersifat mengancam yaitu klien mendengar
suara-suara “ Saya tidak takut sama kamu !”. Lalu klien S. menjawab “ Saya juga
tidak takut sama kamu !”
Dengan
adanya halusinasi ini, maka masalah yang timbul pada klien S. adalah potensial
amuk, potensial melukai diri sendiri dan orang lain, gangguan kebersihan diri,
gangguan ADL. Klien cenderung menarik diri, tersenyum dan berbicara sendiri.
Akibatnya
ia tidak dapat memberi respon emosional yang adekuat, klien tampak bisar, tidak
sesuai (Fortinash, 1991; Benner, 1989; Hater,1987). Potensial melukai diri
sendiri dan orang lain, potensial amuk dapat terjadi pada klien S, karena klien
S. mendengar suara-suara yang bersifat mengancam, mengejek, klien S disuruh
oleh roh halus untuk membanting piring dan gelas.
B. Masalah Keperawatan
Dari masalah-masalah itu ditemukan masalah
keperawatan sejumlah sebelas buah, yaitu :
1.
Gangguan orientasi realitas
2.
Gangguan hubungan interpersonal
: Menarik diri
3.
Gangguan komunikasi verbal dan
nonverbal
4.
Koping individu tidak efektif
5.
Gangguan persepsi: Halusinasi
dengar
6.
Gangguan perawatan mandiri
7.
Koping keluarga tidak efektif
8.
Potensial melukai diri sendiri
dan orang lain
9.
Potensial amuk
10.
Potensial gangguan nutrisi :
kurang dari kebutuhan tubuh
11.
Potensial kambuh
Pada klien S. ini timbul masalah keperawatan
sebagai berikut:
1.
Potensial melukai diri sendiri
dan orang lain
2.
Menarik diri
3.
Potensial amuk
4.
Kurangnya minat terhadap
kebersihan diri
5.
Potensial kambuh.
C. Tindakan Keperawatan untuk semua
masalah kepada klien
Adapun tindakan keperawatan pada klien S
adalah sebagai berikut :
Masalah Keperawatan 1
Halusinasi dengar.
Tujuan jangka panjang :
Klien dapat mengontrol halusinasinya dan
tidak melukai diri sendiri atau orang
lain.
Rencana tindakannya :
Psikoterapeutik:
·
Adakan kontak yang sering dan
singkat
·
Observasi tingkah laku verbal
dan nonverbal yang berhubungan dengan halusinasi
·
Berikan kesempatan kepada klien
mengungkapkan apa yang dirasakan klien sesuai dengan respon verbal dan
nonverbal klien.
·
Terima halusinasi sebagai hal
yang nyata bagi klien dan berikan
pendapat bahwa halusinasi tidak nyata pada perawat.
·
Ajukan pertanyaan terbuka yang
membutuhkan jawaban luas.
Kegiatan sehari-hari (Actifity Daily
Living)
·
Bersama klien membuat jadwal
aktifitas untuk menghidari kesendirian
·
Bersama klien mendiskusikan
cara mengontrol halusinasi dengar: seperti bergabung dengan orang lain utnuk
bercakap-cakap, nonton TV, mengikuti kegiatan TAK aktifitas group.
·
Bimbing klien pada kegiatan
yang disukai
Psikofarmaka
·
Diskusikan dengan klien dan
keluarganya tentang terapi obat serta
efek samping yang timbul.
·
Berikan obat-obatan dengan
prinsip lima benar.
·
Dampingi klien saat minum obat
·
Yakinkan bahwa obat telah
diminum oleh klien.
·
Berikan reinforcement posistif,
bila klien minum obat dengan teratur.
·
Lakukan pencatatan setelah
pemberian obat.
Terapi Lingkungan
·
Sediakan alat penunjuk waktu :
jam dinding dan kelender.
·
Beri tanda / nama di ruangan
klien
·
Panggilah klien sesuai nama
panggilan yang disukai klien
·
Petugas memakai papan nama.
·
Kenalkan nama setiap
beriteraksi dengan klien
·
Dampingi klien dalam kegiatan
kelompok secara bertahap
·
Tingkatkan respon klien pada
realita dengan cara menunjukan kelender, jam, nama ruang.
Pendidikan Kesehatan :
·
Mendiskusikan bersama klien
tentang faktor pencetus timbulnya halusinasi.
·
Anjurkan klien untuk melaporkan
pada perawat jika timbul halusinasi
·
Beri informasi pada klien
termpat klien minta bantuan apabila sulit mengendalikan diri saat halusinasi
timbul.
·
Jelaskan pada klien tanda-tanda
halusinasi, cara mengatasi, situasi yang menimbulkan halusinasi serta fasilitas
yang dapat digunakan apabila mengalami kesulitan.
Masalah keperawatan 2:
Isolasi sosial sehubungan dengan menarik diri
Tujuan jangka panjang :
Klien tidak menarik diri dan berinteraksi
dengan orang lain
Rencana tindakannya:
Psikoterapeutik
·
Bina hubungan saling percaya
·
Dengarkan apa yang diungkapkan
oleh klien
·
Lakukan kontak yang sering dan
singkat
·
Support dan anjurkan klien
untuk berkomunikasi dengan perawat bila ada sesuatu yang dipikirkan.
·
Berikan reinforcement positif
·
Dorong klien untuk melihat
hal-hal yang positif tentang dirinya.
Kegiatan sehari-hari (ADL)
·
Batasi klien untuk tidak
melamun / menyendiri dengan cara libatkan klien dalam aktifitas rutin di
ruangan, misalnya menyiapkan makanan, menyapu, merapikan tempat tidur, mencuci
piring.
Psikofarmaka
·
Diskusikan dengan klien dan
keluarganya tentang terapi obat serta
efek samping yang timbul.
·
Berikan obat-obatan dengan
prinsip lima benar.
·
Dampingi klien saat minum obat
·
Yakinkan bahwa obat telah
diminum oleh klien.
·
Berikan reinforcement posistif,
bila klien minum obat dengan teratur.
·
Lakukan pencatatan setelah
pemberian obat.
Terapi Lingkungan
·
Anjurkan klien untuk berkenalan
dengan orang lain, satu kali tiap hari.
·
Diskusikan cara berinteraksi
lebih lanjut.
·
Temani klien dengan berada di
samping klien mulai dari diam sampai berkomunikasi verbal sederhana, bertahap
sesuai dengan kemampuan klien.
·
Libatkan klien dalam
berinteraksi kelompok yang dilakukan secara bertahap dari kelompok yang kecil
sampai kelompok yang besar.
·
Libatkan klien dalam kegiatan
aktifitas kelompok (TAK: Sosialisi)
·
Sediakan sarana informasi dan
hiburan seperti majalah, surat kabar,
TV.
Pendidikan Kesehatan
·
Libatkan keluarga untuk selalu untuk selalu kontak
dengan klien, misalnya keluarga mengunjungi klien minimal satu seminggu.
·
Mengajarkan klien cara
berkenalan pada klien lain.
·
Diskusikan dengan klien
peristiwa yang menyebabkan menarik diri
·
Memberikan penjelasan kepada
keluarga tentang cara merawat klien dengan menarik diri
·
Anjurkan pada keluarga
mengikutisertakan klien dalam keluarga dan lingkungan masyarakat.
·
Berikan penjelasan pentingnya
minum obat secara teratur pada klien dan
keluarga.
Masalah Kepererawatan 3
Ketidakmampuan mengungkapkan cara
marah yang konstruktif.
Tujuan jangka panjang :
Klien tidak amuk dan dapat mengungkapkan
marah yang konstruktif
Rencana tindakannya:
Psikoterapeutik
·
Berespons terhadap respons
verbal dan nonverbal klien dengan sikap yang tenang dan tidak mengancam
·
Berikan kesempatan kepada klien
untuk mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan marah.
·
Anjurkan klien untuk
mengungkapkan cara-cara mengekspresikan marah yang dilakukan selama ini.
Kegiatan sehari-hari (ADL)
·
Anjurkan klien untuk makan
makanan yang telah disajikan.
·
Anjurkan klien untuk
menyalurkan energi dengan melakukan kegiatan yang bermanfaat seperti mengepel
lantai, membersihkan got, merapihkan tempat tidur, membersihkan kamar mandi,
bersihkan taman, dan lain-lain.
·
Buat jadwal bersama klien
tantang kegiatan yang disenangi.
Psikofarmaka
·
Diskusikan dengan klien dan
keluarganya tentang terapi obat serta
efek samping yang timbul.
·
Berikan obat-obatan dengan
prinsip lima benar.
·
Dampingi klien saat minum obat
·
Yakinkan bahwa obat telah
diminum oleh klien.
·
Berikan reinforcement posistif,
bila klien minum obat dengan teratur.
·
Lakukan pencatatan setelah
pemberian obat.
Terapi Lingkungan
·
Siapkan ruangan yang akan
dipakai untuk perawatan klien
·
Pindahkan alat-alat yang
membahayakan klien dan lingkungannya.
seperti benda tajam, dan alat
pecah belah.
·
Orientasi klien pada sarana
yang tersedia untuk menyalurkan energi yang berlebihan pada dirinya.
Pendidikan Kesehatan
·
Diskusikan dengan klien tentang
cara-cara mengungkapkan marah yang destruktif
·
Diskusikan dengan klien tentang
cara-cara mengungkapkan marah yang konstruktif
·
Diskusikan dengan klien tentang
tanda-tanda marah yang destruktif
·
Anjurkan klien untuk
mengungkapkan cara marah yang konstruktif
·
Diskusikan dengan keluarga
tentang tanda-tanda marah
·
Ajarkan cara mengarahkan klien
agar mengungkapkan marah secara konstruktif.
·
Anjurkan keluarga untuk
menciptakan lungkungan rumah yang baik untuk mengendalikan klien marah.
Masalah Keperawatan 4
Kurangnya minat terhadap kebersihan
diri
Tujuan Jangka Panjang:
Klien berminat dan mampu memelihara
kebersihan dirnya
Rencana tindakan
Psikoterpeutik
·
Kaji perasaan klien dan
pengetahuan tentang kebersihan diri
·
Berikan dukungan yang posisif
terhadap hal-hal yang dicapai oleh klien
·
Support secara terus menerus
agar mempertahankan dan meningkatkan kebersihan dirinya.
·
Beri reinforcement positif
terhadap hal-hal yang telah dilakukan klien
Kegiatan sehari-hari (ADL)
·
Buat jadwal bersama klien
tentang perawatan diri : mandi, gosok
gigi, cuci rambut, potong kuku.
·
Bersama klien menyiapkan
alat-alat kebersihan diri.
·
Buat jadwal bersama klien
tantang kegiatan kebersihan diri.
·
Mengingatkan klien tentang
waktu melakukan kebersihan diri
·
Mengajak klien untuk melakukan
kegiatan kebersihan diri sesuai jadwal.
Psikofarmaka
·
Diskusikan dengan klien dan
keluarganya tentang terapi obat serta
efek samping yang timbul.
·
Berikan obat-obatan dengan
prinsip lima benar.
·
Dampingi klien saat minum obat
·
Yakinkan bahwa obat telah
diminum oleh klien.
·
Berikan reinforcement posistif,
bila klien minum obat dengan teratur.
·
Lakukan pencatatan setelah
pemberian obat.
Terapi lingkungan
·
Libatkan klien dalam terapi
aktifitas kelompok (TAK: Kebersihan diri)
·
Orientasikan klien pada
fasilitas / sarana untuk kebersihan diri, seperti : kamar mandi, lemari
pakaian, washtafel, jemuran handuk.
·
kolaborasi dengan perawat ruangan
dan keluarga untuk mengadakan kebersihan
diri: handuk, sabun, sikat gigi, odol, guntuing kuku, dan lain-lain.
·
Bersama klien menciptakan
suasana lingkungan yang bersih.
·
Berikan gambar-gambar / poster,
lukisan yang mendukung klien untuk kebersihan diri, seperti: Bersih itu sehat,
sudah rapikah anda, gambar cara menggosok gigi yang benar.
Pendidikan kesehatan
·
Diskusikan dengan klien tujuan
kebersihan diri
·
Diskusikan cara-cara kebersihan
diri, antara lain : mandi dua kali dengan sabun, ganti pakaian setiap hari,
sikat gigi dengan odol, mencuci rambut dua sampai tiga kali seminggu, potong
kuku kalau panjang.
·
Diskusikan cara mandi yang
benar.
·
Anjurkan klien ganti baju,
celana, gosok gigi setiap hari
·
Kaji pengetahuan klien tentang
kebersihan diri.
·
Diskusikan dengan keluarga
tentang kebersihan diri, arti bersih, tanda-tanda bersih, tujuan
kebersihan diri
·
Diskusikan dengan keluarga
tentang cara-cara menjaga kebersihan diri.
Masalah Keperawatan 5
Ketidakmampuan keluarga merawat klien
di rumah
Tujuan Jangka Panjang :
Klien tidak kambuh
Recana tindakannya :
Psikoterapeutik:
·
Bina hubungan saling percaya
dengan keluarga
·
Kaji persepsi keluarga tentang
perilaku maldaptif klien
·
Ajak klien untuk mengunjungi
sanak keluarga lainnya.
·
Libatkan seluruh anggota
keluarga untuk menerima klien apa adanya
·
Libatkan klien dalam pertemuan
keluarga.
·
Libatkan klien dalam aktifitas
kegiatan di rumah sesuai dengan kemampuan klien
·
Buat jadwal bersama klien
(kegiatan yang dapat dilakukan klien)
Kegiatan sehari-hari (ADL)
·
Libatkan klien dalam aktifitas
kegiatan di ruangan sesuai dengan kemampuannya.
·
Buatlah jadwal tentang kegiatan
yang dapat dilakukan klien di rumah
Psikofarmaka
·
Diskusikan dengan klien dan
keluarganya tentang terapi obat serta
efek samping yang timbul.
·
Berikan obat-obatan dengan
prinsip lima benar.
·
Dampingi klien saat minum obat
·
Yakinkan bahwa obat telah
diminum oleh klien.
·
Berikan reinforcement posistif,
bila klien minum obat dengan teratur.
·
Lakukan pencatatan setelah
pemberian obat.
Terapi Lingkungan
·
Libatkan klien dan keluarga
dalam menyiapkan kamar klien
·
Batasi peralatan rumah tangga
yang dapat menimbulkan stimulus bagi klien untuk amuk.
·
Hindarkan barang-barang yang
berbahaya seoerti; berang dari kaca, benda tajam
·
Menyiapkan sarana untuk
kebersihan diri
·
Ciptakan suasana rumah yang
memungkinkan klien menyendiri.
Pendidikan Kesehatan
·
Diskusikan dengan keluarga
tentang pengertian keluarga tentang klien dan sikap keluarga terhadap tingkah
laku klien yang maladaptif.
·
Diskusikan tentang harapan
keluarga pada prilaku maladaptif klien.
·
Diskusikan bersama keluarga
tentang pentingnya membesuk klien saat klien dirawat di rumah sakit.
·
Jelaskan pada keluarga tentang
permasalahan klien yang timbul saat ini.
·
Diskusikan dengan keluarga
dalam membuat perencanaan cara merawat klien apabila klien pulang ke rumah
meliputi jadwal kegiatan yang dapat dilakukan oleh klien, seperti memelihara kebersihan
diri, merapihkan tempat tidur, dan lain-lain.
·
Anjurkan keluarga untuk
memberikan reinforcement positif bila klien melakukan kegiatan
·
Ajarkan keluarga untuk
penanganan awal bila timbul keluhan
·
Anjurkan pada keluarga untuk
kontrol secara teratur sesuai dengan jadwalnya.
BAB
IV
PELAKSANAAN
ASUHAN KEPERAWATAN
Pada pelaksanaan asuhan keperawatan disini kelompok menguraikan
tentang pelaksanaan tindakan yang diberikan kepada klien S. Dan untuk lebih
jelasnya mohon membacanya pada lampiran makalah ini.
Diagnosa keperawatan 1
Potensial melukai diri sendiri dan
orang lain sehubungan dengan halusinasi dengar.
Tujuan
Klien dapat mengontrol halusinasinya.
Tindakan yang telah dilakukan.
Mengadakan kontak yang sering tapi singkat,
tiap 20 menit sekali. Mengobservasi tingkah laku verbal dan nonverbal yang
berhubungan dengan halusinasi dengan
memperhatikan isi kalimat dan memperhatikan bila klien tiba-tiba tersenyum
sendiri atau diam. Menerima halusinasi sebagai hal nyata bagi klien, tetapi
tidak nyata bagi perawat. Mengidentifikasi bersama klien tentang faktor
pencetus timbulnya halusinasi. Menganjurkan klien untuk lapor pada perawat,
pada saat mendengar suara-suara. Melibatkan klien dalam kegiatan ruangan,
seperti: merapihkan tempat tidur, mengelap meja dan menyiapkan makanan.
Melibatkan klien dalam terapi aktifitas kelompok (TAK), olah raga : senam dan
volley. Bersama klien membuat jadwal
kegiatan sehari-hari yang dapat mengontrol halusinasi, seperti: menonton TV
dengan teman-teman lainnya, bergabung dengan klien lain, ngobrol atau bercakap-cakap, melakukan kegiatan hari-hari
di ruangan secara rutin, memberikan pujian / reinforcement posistif saat klien
mau berbincang-bincang dengan klien lain dan mau menonton TV dengan klien lain.
Evaluasi
Subyektif
|
·
Klien mengatakan masih
mendengar suara-suara hanya pada waktu
malam hari.
·
Klien mengatakan untuk
mengatasi suara-suara pada siang hari dengan
melakukan kegiatan seperti; membersihkan kaca, mengepel, menyapu, bercerita dengan teman serta nonton TV.
|
Obyektif
|
Mulut klien tampak komat-kami, Klien
kadang tersenyum sendiri.
|
Analisa
|
Masalah belum teratasi
|
Planing
(Tindak lanjut)
|
Pertahankan rencana keperawatan
|
Diagnosa keperawatan 2
Isolasi sosial sehubungan dengan menarik diri
Tujuan
Klien tidak menarik diri dan berinteraksi
dengan orang lain
Pelaksanaan Tindakan
Membina hubungan saling percaya antar
perawat dan klien : memperkenalkan diri, menyebutkan nama dan tujuan datang,
memanggil nama klien sambil tersenyum, mendengarkan respon verbal dan
memperhatikan respon nonverbal. Bersikap empati, menepati janji dengan datang
tepat waktu untuk menemui klien: melakukan kontak mata dua kali setiap pertemuan 15 - 20 menit, memberi
support agar klien bersedia mengungkapkan perasaannya bila ada sesuatu yang
dipikirkan. Menganjurkan klien untuk berkenalan dengan klien lain dengan cara :
memperkenalkan diri, berjabat tangan, saling menyebut nama, kontak mata,
berhadapan. Memulai melakukan hubungan interpersonal (antara perawat dan klien)
dengan cara : mendekati klien, duduk berhadapan, mempertahankan kontak mata,
diam, aktif, menunggu respon verbal, dan berinteraksi secara bertahap,
mengenalkan klien dengan perawat-perawat (FIK) yang lain. Melibatkan klien
dalam kegiatan ruangan: merapihkan tempat tidur, mengelap meja, menyiapkan
makanan. Melibatkan klien dalam terapi aktifitas kelompok (TAK), sosialisasi:
bermain dan menyanyi.
Evaluasi
Subyektif
|
Klien mengatakan masih mau berhubungan
dengan klien lain dan perawat
|
Obyektif
|
·
Klien sering berkumpul dengan
teman-temannya saat nonton TV,
·
Klien dapat berinteraksi
dengan teman-temannya.
·
Klien terlibat dalam kegiatan
ruangan seperti menyapu lantai,
mengepel dan membersihkan kaca.
|
Analisa
|
Masalah teratasi
|
Planing
(Tindak lanjut)
|
Pertahankan rencana keperawatan
|
Diagnosa Keperawatan 3
Potensial amuk sehubungan dengan tidak tahu cara mengungkapkan marah
yang konstruktif.
Tujuan
Klien dapat mengungkapkan marah yang
konstruktif dan tidak amuk.
Pelaksanaan Tindakannya:
Memberikan dorongan kepada klien agar klien
mau menceritakan kejadian yang dialami sehingga klien di bawa ke Rumah Sakit
Jiwa. Mendiskusikan tentang hal-hal yang menyebabkan klien marah dengan cara :
bicara pelan dan jelas, posisi berhadapan, mempertahankan kontak mata, suasana
interaksi cukup tenang. bersama klien mengidentifikasi cara marah yang
digunakan pada waktu lalu. Mendiskusikan dengan klien tentang cara-cara
megungkapkan marah yang konstruktif yaitu tidak menyakiti diri sendiri dan
orang lain, seperti: mengungkapkan secara verbal yang dapat diterima oleh orang
lain, mengungkapkan marah dengan menyalurkan lewat kegiatan olah raga (sepak
bola, volley, tenis meja, dan lain-lain). Menganjurkan klien untuk mencoba
menerapkan cara marah yang telah dipelajari dalam berhubungan dengan klien lain
selama perawatan.
Evaluasi
Subyektif
|
Klien mengatakan akan berusaha untuk
mengungkapkan marah seperti yang telah dijelaskan.
|
Obyektif
|
Klien tidak pernah marah dan amuk
|
Analisa
|
Masalah teratasi
|
Planing
(Tindak lanjut)
|
Pertahankan rencana keperawatan
|
Diagnosa Keperawatan 4
Gangguan perawatan diri sehubungan
dengan kurangnya minat
Tujuan
Klien mampu memelihara kebersihan dirnya
Pelaksanaan Tindakan:
Mendiskusikan dengan klien mengenai
pengertian kebersihan diri. Arti bersih: tidak kotor, rapih dan tidak berbau.
Tanda-tanda bersih : badan tak berbau, kulit bersih, rambut bersih, rapih,
mulut dan gigi bersih, kuku pendek dan bersih, baju bersih tidak kusut.
Mendiskusikan dengan klien tujuan kebersihan diri : memelihara kesehatan badan,
meningkatkan rasa nyaman, mencegah kulit gatal (penyakit gatal). Mendiskusikan
cara-cara yang benar tentang mandi, menggosok gigi dan mencuci rambut: mengkaji
kemampuan klien tentang mandi, menggosok gigi dan mencuci rambut, menjelaskan
manfaat mandi, menggosok gigi, dan mencuci rambut, menjelaskan manfaat
penggunaan sabun dan pasta gigi,
menganjurkan klien untuk mandi, menggosok gigi dan mencuci rambut.
Evaluasi
Subyektif
|
Klien mengatakan mandi dua kali sehari
pagi dan sore, gosok gigi dan memotong kuku jika telah panjang dan kotor.
|
Obyektif
|
Klien tampak bersih , baju rapih dan
bersih, rambut bersih dan disisir rapih, gigi bersih, kuku pendek dan bersih.
|
Analisa
|
Masalah teratasi
|
Planing
(Tindak lanjut)
|
Pertahankan rencana keperawatan dengan selalu
mengingatkan klien jika tampak tidak rapi dan kotor.
|
Diagnosa Keperawatan 5
Potensial kambuh sehubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat klien di rumah
Tujuan
Klien tidak kambuh
Pelaksanaan Tindakan
Membina hubungan saling percaya dengan
keluarga dengan: cara memperkenalkan diri, berjabat tangan, menjelaskan tujuan
kunjungan rumah, mendengarkan dengan
penuh perhatian apa yang diucapkan oleh keluarga dan bersikap empati. Mengakaji
persepsi keluarga tentang penyebab perilaku maladaptif klien. Mendiskusikan
dengan keluarga tentang pengertian sikap keluarga terhadap tingkah laku klien
yang maladaptif. Mendiskusikan dengan keluarga tentang perntingnya keluarga
membesuk dua minggu sekali selama klien
dirawat di RSJ Jakarta. Mendiskudsikan tentang support sistem terhadap klien.
Mendiskusikan dengan keluarga tentang cara-cara yang tidak tepat terhadap klien
seperti; klien tidak boleh melakukan pekerjaan, membiarkan klien menyendiri,
dan lain-lain. Bersama keluarga dalam membuat perencanaan cara merawat klien
apabila klien pulang ke rumah, mengikuti jadwal yang telah ditentukan serta
sesuai dengan kemampuan klien. Menganjurkan keluarga untuk memberikan pujian
atau reinforcement bila klien melakukan kegiatan yang baik. Menjelaskan tentang
kotrol yang teratur. Mendiskusikan tentang pemberian obat yang benar serta
mengobservasi efek samping obat.
Evaluasi
Subyektif
|
·
Keluarga mengatakan akan
berusaha menerapkan apa yang didiskusikan bersama jika klien sudah pulang ke
rumah.
·
Keluarga juga akan
mengunjungi klien dua minggu sekali secara teratur.
|
Obyektif
|
·
Keluarga tampak mengerti apa
yang telah dijelaskan oleh perawat.
·
Keluarga mengunjungi klien di
rumah sakit.
|
Analisa
|
Masalah teratasi
|
Planing
(Tindak lanjut)
|
Pertahankan rencana keperawatan dengan
selalu mengingatkan klien jika keluarganya akan datang ke rumah sakit.
|
PEMBAHASAN
Dalam
bab pembahasan ini akan diuraikan sejauh mana keberhasilan tindakan keperawatan
secara teoritis yang telah diaplikasikan terhadap klien S. Proses terjadinya
halusinasi dengar pada klien S. sejalan dengan fase-fase atau tahap-tahap dalam
teori halusinasi, yaitu dimulai dengan klien sering menyendiri, melamun,
pemikiran internal menjadi lebih menonjol seperti gambaran suara dan sensasi,
klien berada pada tingkat listening disusul dengan halusinasi lebih menonjol.
Klien menjadi lebih terbiasa dan tidak berdaya pada halusinasi, dimana
halusinasi memberikan kesenangan dan rasa aman sementara, dan ahhirnya
halusinasi berubah menjadi mengancam.
Adapun
tindakan keperawatan pada klien halusinasi dengar salah satunya adalah tidak
menyangkal dan tidak mendukung. Setelah diaplikasikan pada klien S ternyata
teori tersebut dapat diterima oleh klien. Klien dapat menerima realita bahwa
suara-suara tersebut hanya didengar oleh klien, sedangkan orang lain tidak
mendengar. Dalam teori tindakan halusinasi dengar harus dilakukan kontak yang
sering dan singkat dengan tujuan untuk memutuskan stimulus interna, setelah
diaplikasikan pada klien S, ternyata kontak sering dan singkat setiap 20 menit
selama 3-5 menit klien mengeluh merasa capek kemudian kami lakukan modifikasi
dengan melakukan kontak setiap 1 jam selama 10 menit, dan hasilnya lebih baik.
Stimulasi internal dapat terputus dan klien tidak merasa kelelahan. Disamping
melalui kontak yang sering dan singkat, didukung juga oleh kegiatan yang
dilakukan secara rutin di ruangan dengan melibatkan klien dalam pembuatan
jadwal kegiatan sehari-hari. Hasil akhir halusinasi dengar klien S yang semula
didengar pada pagi, siang, sore dan malam hari, sekarang hanya didengar pada
malam hari ketika menjelang tidur.
Terapi
aktifitas kelompok: sosialisasi dan gerak (senam dan bermain volley) yang telah
dilakukan pada klien S, sangat membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi
klien, terutama pada masalah menarik diri dan halusinasi dengar. Melalui
kegiatan terapi aktifitas kelompok (TAK) tersebut klien mampu berhubungan
dengan orang lain dan mampu memutuskan stimulus internal.
Didalam
menyelesaikan masalah klien tentang tidak tahu cara mengungkapkan marah yang
konstruktif, kelompok menerapkan konsep cara mengungkapkan marah yang
konstruktif yaitu mendorong klien untuk mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan
klien marah, cara-cara mengekspresikan marah yang dilakukan selama ini,
berdiskusi dengan klien tentang cara mengungkapkan marah yang destruktif dan
konstruktif. Setelah tiga kali pertemuan, hal ini dapat membantu klien dalam
mengekspresikan marah secara konstruktif. Klien juga dapat mengerti tanda-tanda
marah dalam dirinya, klien dapat mendemostrasikan cara mengungkapkan marah yang
konstruktif.
Pada
klien dengan halusinasi dengar, muncul masalah gangguan kebersihan diri. Tetapi
dengan tindakan yang selalu mengingatkan klien atau membuat jadwal kegiatan
yang teratur membantu klien untuk memelihara kebersihan dirinya.
Dari
lima diagnosa keperawatan yang ditemukan pada klien S. (satu diagnosa
keperawatan pada keluarga) yang dapat terselesaikan ada tiga diagnosa
keperawatan, yaitu masalah tentang menarik diri, tidak tahu cara mengungkapkan
marah secara konstruktif dan gangguan kebersihan diri.
BAB
VI
KESIMPULAN
DAN SARAN
Setelah
membandingkan teori dan pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien S dengan
halusinasi dengar, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.
Dengan melakukan kontak yang
sering dan singkat disertai dengan tidak mendukung dan tidak menyangkal apa
yang diungkapkan klien dapat membantu memutuskan siklus halusinasi klien dan
mempercepat orientasi klien pada realita.
2.
Terapi akitifitas kelompok :
sosialisasi dan gerak merupakan bentuk terapi kelompok yang dapat membantu
menyelesaikan masalah halusinasi dengar dan menarik diri.
3.
Cara mengungkapkan marah yang
kostruktif sangat diperlukan pada klien halusinasi dengar, khususnya isi
halusinasinya bersifat menyuruh, mengejek dan mengancam.
Dari
kesimpulan di atas dapat kami memberikan beberapa saran sebagai berikut :
1.
Dalam memberikan asuhan
keperawatan klien dengan halusinasi dengar, hendaknya dilakukan kontak yang
sering dan singkat dengan
memodifikasinya berdasarkan kemampuan dan kebutuhan klien. Selain itu tidak
mendukung dan tidak menyangkal isi halusinasinya.
2.
Terapi aktifitas kelompok (TAK)
hendaknya dilakukan secara rutin dan teratur karena merupakan sustu terapi yang
dapat mempercepat proses penyembuhan. (dapat memutuskan stimulus internal klien
dengan memberikan stimulus eksternal).
3.
Klien dengan halusinasi dengar
hendaknya diajarkan cara-cara marah yang konstruktif, terutama bila isi
halusinasinya bersifat menyuruh, mengejek dan mengancam agar tidak membahayakan
diri sendiri, orang lain atau lingkungan.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Fortinash, K.M. dan Worrest, H.A.P. (1991). Psychiatric Nursing Care Plans,
St. Louis: Mosby Year Book.
Kumpulan Kuliah : Mata Ajaran Keperawatan Jiwa Dalam
Konteks Keluarga. Disajikan di Fakultas Ilmu Keperawatan
-Universitas Indonesia, Jakarta: tidak dipublikasikan, 1997.
Rawlins, R.P, dan Heacock, P.E. (1993). Clinical Mannual of
Psychiatric Nursing. St. Louis: Mosby Year Book.
Stuart, G.W, dan Sundeen, S.J. (1991). Principles and
Practice of Psychiatric Nursing, 4 th ed. St.
Louis: Mosby Year Book.
ANALISA DATA
KLASIFIKASI DATA
|
MASALAH
|
Data Subyektif:
Klien mengatakan :
·
Sering tiduran diu tempat
tidur dan jarang berbicara dengan klien lain atau perawat.
·
Bila berinteraksi klien lebih
suka diam dan mendengar pembicaraan.
·
Jarang membicarakan
masalahnya dengan orang lain
·
Kalau sembuh mau ngapain
ijasah saya hanya SD
Data Obyektif:
·
Klien sering tiduran, bengong
di tempat tidur, melamun
·
Klien sering tampak putus
asa.
|
Gangguan hubungan sosial : menarik diri
|
Data Subyektif :
Klien mengatakan :
·
Sering mendengar suara-suara,
terutama kalau sedang melamun, bengong dan menjelang tidur.
·
Saya dibawa ke rumah sakit
karena saya membanting gelas, piring, barang-barang lainnya karena disuruh
oleh roh halus.
·
Bolehkah berteman dengan roh
halus karena ia yang sering mengajak saya berbicara.
Data Obyektif:
·
Klien tampak mendengarkan
sesuatu bila tiduran di tempat tidur
·
Klien sering tersenyum
sendiri, mulut komat-kamit
|
Potensial melukai diri sendiri dan orang
lain.
|
Data Subyektif:
Klien mengatakan :
· Dibawah ke rumah sakit karena di rumah kliem membanting piring,
gelas dan barang lain.
· Jika kesal atau marah suka berdiam diri dalam kamar
· Klien tidak mengetahui cara mengatasinya
|
Potensial marah yang destruktif
|
Data Subyektif:
Klien mengatakan :
· Klien mandi sekali sehari, kadang-kadang dua hari sekali, mencuci
rambut seminggu sekali.
· Malas untuk mandi, mencuci rambut, memotong kuku, menggosok gigi.
Data Obyektif:
· Kulit agak kotor
· Rambut kotor ,tidak disisir
· Gigi kotor
· Pakaian kusut
· Kuku panjang dan hitam
· Klien banyak tiduran di
tempat tidur
· Jarang melakukan aktifitas termasuk
|
Gangguan kebersihan diri.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar