BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Prevalensi gangguan kesehatan jiwa di
Indonesia
menurut hasil studi Bahar dkk (1995) adalah 18,5%, yang berarti dari 1000
penduduk terdapat sedikitnya 185 penduduk dengan gangguan kesehatan jiwa atau
tiap-tiap rumah tangga terdapat seorang anggota keluarga yang menderita
gangguan kesehatan jiwa. (1)
Khusus untuk anak dan remaja masalah
kesehatan jiwa perlu diangkat menjadi fokus utama dalam tiap upaya peningkatan
sumber daya manusia, mengingat anak dan remaja merupakan generasi yang perlu
dipersiapkan sebagai kekuatan bangsa Indonesia. Jika ditinjau dari
proporsi penduduk, 40% dari total populasi terdiri dari anak dan remaja berusia
0-16 tahun, 13% dari jumlah populasi penduduk adalah anak berusia dibawah lima tahun (balita).Ternyata
7%-14% dari populasi anak dan remaja mengalami gangguan kesehatan jiwa dan
resiko tinggi mengalami gangguan perilaku. (2)
Keperawatan sebagai bagian integral
dari sistem kesehatan di Indonesia turut
menentukan dalam menanggulangi masalah kesehatan jiwa anak dan remaja.
Perawat merupakan kelompok mayoritas
tenaga kesehatan dan mempunyai kesempatan 24 jam dalam memberikan pelayanan
asuhan keperawatan baik secara langsung maupun tak langsung kepada anak dan
remaja dalam tiap tatanan pelayanan pada masyarakat. Kontribusi keperawatan
jiwa akan maksimal apabila perawat menggunakan metode penyelesaian masalah yang
disebut dengan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan yang diberikan
kepada anak dan remaja serta keluarganya. (2)
B. Permasalahan
Permasalahan yang akan dibahas pada
makalah ini adalah Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Jiwa Anak Dan Remaja.
C. Tujuan
1.
Tujuan Umum
Mengetahui gambaran umum tentang Konsep
Dasar Asuhan Keperawatan Jiwa Anak Dan Remaja.
2.
Tujuan khusus
2.1.
Diketahui defenisi keperawatan
jiwa pada anak dan remaja.
2.2.
Diketahui konsep-konsep teori
perkembangan anak dan remaja.
2.3.
Diketahui proses keperawatan jiwa anak dan
remaja;
2.3.1.
Pengkajian.
2.3.2.
Masalah Keperawatan.
2.3.3.
Perencanaan Keperawatan.
2.3.4.
Implementasi Keperawatan.
2.3.5.
Evaluasi Keperawatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Keperawatan Jiwa Anak
1. Defenisi Keperawatan Jiwa
Anak
Keperawatan jiwa anak merupakan
bagian spesialisasi dari keperawatan psikiatrik dan memberikan asuhan
keperawatan jiwa yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan normal pada anak dengan
berlandaskan pada teori perkembangan fisio-biologis, kognitif, sosial, sensori
motoris, moral dan filosofi. (1)
2. Teori Perkembangan Anak
2.1.
Teori Fisio-Biologis
Tiga konsep utama yang melandasi
teori fisio-biologis perkembangan anak adalah kepribadian, sifat (Traits) dan tempramen. Kepribadian didefenisikan sebagai
elemen-elemen yang membentuk reaksi menyeluruh anak terhadap lingkungan. Tempramen adalah gaya perilaku anak sebagai reaksinya terhadap
lingkungan dan berkaitan dengan Sifat
yang merupakan atribut kepribadian yang membentuk tempramen. (1)
Walaupun tidak bersifat genetik, sifat bawaan (Inborn Traits) menghasilkan gaya
respon sosial berbeda yang mempengaruhi pola keterikatan kepribadian (Attachment Personal Pattern) dan
perkembangan psikopatologi pada anak. (1)
Body image (Citra tubuh) merupakan
konsep biofisik yang juga mempunyai dimensi biologis dan sosial dalam
perkembangan anak, bersifat dinamis dan berkembang mengikuti perkembangan
interpersonal, lingkungan dan citra tubuh ideal serta penyesuaian sebagai
respon terhadap pertumbuhan fisik pada anak. Maturasi secara teratur dan
berangsur terbentuk yang mempunyai peranan dalam psikopatologik anak. (1)
2.2.
Teori Perkembangan Psikologis
Teori yang mendasari teori
perkembangan psikologis dikemukan oleh dua orang ahli dengan teori mereka yang
dikenal dengan; Teori Psikoanalitis yang dikemukan oleh Freud, menyatakan bahwa perkembangan kepribadian orang dewasa dalam
pengobatan psikologis sangat bergantung pada tahap perkembangan dan pengaruh
masa kecil. Disini Freud mengemukakan
bahwa masa lima tahun pertama kehidupan anak
sangat penting dan pada usia lima
tahun karakter dasar yang dimiliki anak terbentuk dan tidak dapat diubah lagi. (1)
Teori interpersonal psikiatris yang
dikenalkan oleh Sullivan yang
mendasari teori perkembangan psikologis lebih memfokuskan teori perkembangan anak
pada hubungan antara manusia. Tema sentral teori ini berkisar pada ansietas dan
menekankan bahwa masyarakat sebagai pembentuk kepribadian pada anak dan anak belajar
berperilaku tertentu karena adanya hubungan interpersonal. (1)
2.3.
Teori Perkembangan Kognitif
Teori perkembangan kognitif
dikemukan oleh Piaget dengan teorinya
yang dikenal dengan Teori Piaget.
Disini piaget menekankan bahwa cara
berpikir anak berbeda dengan orang dewasa, bahkan anak belajar secara spontan
tanpa mendapatkan masukan dari orang dewasa. Menurut Piaget, anak belajar melalui proses meniru dan bermain yang
menunjukkan proses kegiatan asimilasi anak dan akomodasi yang menjabarkan tiap
tahap dan usia dari kematangan kognitif pada anak. (1)
Perkembangan kognitif pada anak
mengintegrasikan struktur pola perilaku sebelumnya kearah pola perilaku baru
yang lebih kompleks. Kecepatan tiap tahap perkembangan pada anak dipengaruhi
oleh perbedaan tiap-tiap anak dan pengaruh sosial. (1)
2.4.
Teori Perkembangan Bahasa
Penguasaan bahasa merupakan struktur
perkembangan utama pada masa anak-anak, dimana struktur linguistik dan kognitif
berkembang secara paralel. Chomsky
(1975), dalam teorinya menyatakan bahwa anak menggunakan dan
menginterpretasikan kalimat baru melalui proses kognitif internal yang disebut
dengan transformasi penyusunan kata
menjadi kalimat. (1)
2.5.
Teori Perkembangan Moral
Perkembangan moral diartikan sebagai
konversi sikap dan konsep primitif pada anak ke dalam standar moral yang
komprehensif. Proses transformasi ini merupakan bagian dari kumpulan
pertumbuhan kognitif anak yang timbul sejalan dengan hubungan anak dengan dunia
luar. Teori perkembangan moral pada anak ini di kemukakan oleh Kohlberg. (1)
2.6.
Teori Psikologi-Ego
Teori Psikologi-Ego yang
menjembatani psikoanalitis dengan psikologi perkembangan ini menggunakan
pendekatan struktural untuk memahami anak dengan berfokus pada ego atau diri
sebagai unsur mandiri pada anak. Oleh karena itu dalam keperawatan jiwa pada
anak dapat digunakan suatu pendekatan yang berfokus pada keterampilan
kompetensi ego anak. Menurut Stuart dan Sunden (1995) pendekatan kompetensi ego
ini sangat efektif dan sensitif secara kultural dalam merencanakan dan
mengimplementasikan intervensi keperawatan apapun, diagnosis psikiatrik atau
dimanapun tatanan pelayanan kesehatan jiwa diberikan. Menurut Strayhorn (1989)
ada sembilan keterampilan kompetensi ego yang perlu dimiliki oleh anak dalam
proses perkembangan psikoanalitis untuk membentuk kepribadian anak tersebut
yakni;
2.6.1.
Menjalin hubungan dekat yang
penuh rasa percaya.
2.6.2.
Mengatasi perpisahan dan
membuat keputusan mandiri.
2.6.3.
Membuat keputusan dan mengatasi
konflik interpersonal secara bersama.
2.6.4.
Mengatasi frustasi dan kejadian
yang tidak menyenangkan.
2.6.5.
Menyatakan perasaan senang dan
merasakan kesenangan.
2.6.6.
Mengatasi penundaan kepuasan.
2.6.7.
Bersantai dan bermain.
2.6.8.
Proses kognitif melalui kata,
simbol dan citra (Image).
2.6.9.
Membina perasaan adaptif
terhadap arah dan tujuan. (1)
3. Proses Keperawatan
Sesuai dengan tahap proses
keperawatan dan dengan berorientasi pada keterampilan kompetensi ego anak, maka
tahap dari poses keperawatan yang harus dilakukan perawat adalah; (2)
3.1.
Pengkajian
Pada proses pengkajian perawat
mengkaji penguasaan anak terhadap tiap area keterampilan yang dibutuhkan anak
untuk dapat melalui proses tumbuh kembang secara komprehensif. Selain mengkaji
keterampilan yang telah diuraikan tersebut perawat juga perlu mengkaji hal-hal
sebagai berikut; (2)
3.1.1.
Data demografi
Pengkajian data demografi meliputi; nama, usia, tempat
dan tanggal lahir, nama orang tua, pendidikan orang tua, alamat orang
tua serta data lain yang dianggap perlu diketahui. Riwayat kelahiran, alergi,
penyakit dan pengobatan yang pernah diterima anak juga perlu dikaji. Selain itu
aktivitas kehidupan sehari-hari anak meliputi keadaan gizi termasuk berat
badan, jadwal makan, dan minat terhadap makanan tertentu, tidur termasuk
kebiasaan dan kualitas tidur, eliminasi meliputi kebiasaan dan masalah yang
berkaitan dengan eliminasi, kecacatan dan keterbatasan lainnya. (2)
3.1.2.
Data fisik
Dalam pengkajian fisik perlu diperiksa keadaan kulit,
kepala, rambut, mata, telinga, hidung, mulut, pernapasan, kardiovaskular, muskuloskletal
dan neurologis anak. Pemeriksaan fisik lengkap sangat diperlukan untuk
mengetahui kemungkinan pengaruh gangguan fisik terhadap perilaku anak. Selain
itu pemeriksaan fisik berguna sebagai dasar dalam menentukan pengobatan yang
diperlukan. Bahkan untuk mengetahui bekas penganiayaan yang pernah dialami anak.
(2)
3.1.3.
Data status mental
Pemeriksaan status mental anak bermanfaat untuk
memberikan gambaran mengenai fungsi ego anak. Perawat membandingkan perilaku
dengan tingkat fungsi ego anak dari waktu ke waktu. Oleh karena itu status
mental anak perlu dikaji setiap waktu dengan suasana yang santai dan nyaman
bagi anak. Menggunakan alat bermain sangat bermanfaat untuk mengalihkan fokus
dari anak (bagi anak yang menimbulkan ansietas) ke karakter yang digunakan
dalam permainannya. Data dicatat sesuai dengan perilaku yang diamati untuk
menjaga objektivitas pengkajian, kesan, perasaan dan pendapat perawat. (2)
Pemeriksaan status mental meliputi; keadaan emosi,
proses berpikir dan isi pikiran (halusinasi dan persepsi, cara bicara dan
orientasi). Pengkajian terhadap hubungan interpersonal anak dilihat dalam
hubungannya dengan anak sebayanya yang penting untuk mengetahui kesesuaian
perilaku dengan usia. Bentuk contoh pertanyaan yang perlu diperhatikan perawat
ketika mengkaji hubungan interpersonal anak antara lain;
Ø Apakah anak berhubungan dengan anak sebaya dan jenis kelamin
tertentu?
Ø Apa posisi anak dalam struktur kekuasaan dalam kelompok?
Ø Bagaimana keterampilan sosial anak ketika menjalin dan berhubungan
dengan anak lain?
Ø Apakah anak mempunyai teman dekat? (2)
Kemampuan anak berhubungan dengan orang dewasa juga penting dikaji untuk
mengetahui kebutuhan anak akan tokoh panutan dan kebutuhan anak akan dukungan
dan kasih sayang. (2)
3.1.4.
Riwayat Personal dan Keluarga
Riwayat personal dan keluarga meliputi faktor pencetus
masalah, riwayat gejala, tumbuh kembang anak, biasanya dikumpulkan oleh tim
kesehatan. Data ini sangat diperlukan untuk mengerti perilaku anak dan membantu
menyusun tujuan asuhan keperawatan. Pengumpulan data keluarga merupakan bagian
penting dari pengkajian melalui pengalihan fokus dari anak sebagai individu ke
sistem keluarga. Tiap anggota keluarga diberi kesempatan untuk mengidentifikasi
siapa yang bermasalah dan apa yang telah dilakukan oleh keluarga untuk
menyelesaikan masalah tersebut.(2)
3.2.
Masalah Keperawatan
Untuk menentukan masalah keperawatan
data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisa sebagai dasar perencanaan asuhan
keperawatan selanjutnya. (2)
3.3.
Perencanaan Keperawatan
Setelah pengkajian selesai dan
masalah keperawatan pada anak telah ditentukan dan teridentifikasi, rencana
perawatan dan pengobatan yang komprehensif disusun dengan tujuan asuhan
keperawatan disusun sesuai dengan kebutuhan anak seperti; modifikasi
penyesuaian sekolah anak dan perubahan lingkungan pada anak. Contoh tujuan umum
dari rencana keperawatan jiwa pada anak adalah sebagai berikut;
3.3.1. Memenuhi kebutuhan emosi anak dan kebutuhan
untuk dihargai.
3.3.2. Mengurangi ketegangan pada anak dan kebutuhan
untuk berperilaku defensif.
3.3.3. Membantu anak menjalin hubungan positif dengan
orang lain.
3.3.4. Membantu mengembangkan identitas anak.
3.3.5. Memberikan anak kesempatan untuk menjalani
kembali tahapan perkembangan terdahulu yang belum terselesaikan secara tuntas.
3.3.6. Membantu anak berkomunikasi secara efektif.
3.3.7. Mencegah anak untuk menyakiti baik diri
sendiri maupun orang
lain.
3.3.8. Membantu anak memelihara kesehatan fisik.
3.3.9. Meningkatkan uji coba realitas yang tepat. (2)
3.4.
Implementasi
Berbagai bentuk terapi pada anak dan
keluarga dapat diterapkan yang terdiri dari;
3.4.1. Terapi Bermain
Pada umumnya merupakan media yang tepat bagi anak untuk
mengekspresikan konflik yang belum terselesaikan, selain itu juga berfungsi
untuk;
Ø Menguasai dan mengasimilasikan kembali pengalaman yang telah lalu
dan tidak dapat dikendalikan.
Ø Berkomunikasi dengan kebutuhan yang tidak disadari.
Ø Berkomunikasi dengan orang
lain.
Ø Menggali dan mencoba belajar bagaimana berhubungan dengan diri
sendiri, dunia luar dan orang
lain.
Ø Mencocokkan tuntutan dan dorongan dari dalam diri dengan realitas. (2)
3.4.2. Terapi Keluarga
Semua anggota keluarga perlu diikutsertakan dalam terapi
keluarga . Orang tua perlu belajar secara
bertahap tentang peran mereka dalam permasalahan yang dihadapi dan bertanggung
jawab terhadap perubahan
yang terjadi pada anak dan keluarga. Biasanya cukup sulit bagi keluarga untuk
menyadari bahwa keadaan dalam keluarga turut menimbulkan gangguan pada anak.
Oleh karena itu perawat perlu berhati-hati dalam meningkatkan kesadaran
keluarga. (2)
3.4.3. Terapi Kelompok
Terapi kelompok dapat berupa suatu kelompok yang
melakukan kegiatan atau berbicara. Terapi kelompok ini sangat bermanfaat untuk
meningkatkan uji realitas, mengendalikan impuls (dorongan internal),
meningkatkan harga diri, memfasilitasi pertumbuhan, kematangan dan keterampilan
sosial anak. Kelompok dengan lingkungan yang terapeutik memungkinkan anggotanya
untuk menjalin hubungan dan pengalaman sosial yang positif dalam suatu
lingkungan yang terkendali. (2)
3.4.4. Terapi Psikofarmakologi
Walaupun terapi obat belum sepenuhnya diterima dalam psikitarik
anak, tetapi tetap bermanfaat untuk mengurangi gejala (hiperaktif, depresi,
impulsif dan ansietas) dan membantu agar pengobatan lainnya lebih efektif.
Pemberian obat ini tetap diawasi oleh dokter dan menggunakan pedoman yang
tepat. (2)
3.4.5. Terapi Individu
Ada berbagai terapi individu, terapi bermain psikoanalitik,
psikoanalitis berdasarkan psikoterapi dan terapi bermain pengalaman. Hubungan
antara anak dengan Therapist
memberikan kesempatan pada anak untuk mendapatkan pengalaman mengenai hubungan
positif dengan orang dewasa dengan penuh kasih sayang dan uji realitas. (2)
3.4.6. Pendidikan pada orang tua
Pendidikan pada orang tua merupakan hal yang penting
untuk mencegah gangguan kesehatan jiwa pada anak., begitu pula untuk
meningkatkan kembali penyembuhan setelah dirawat. Orang tua diajarkan tentang
tahap tumbuh kembang anak, sehingga orang tua dapat mengetahui perilaku sesuai
dengan usia anak. Keterampilan berkomunikasi juga meningkatkan pengertian dan
empati antara orang tua dan anak. Tekhnik yang tepat dalam mengasuh anak juga
diperlukan untuk mengembangkan disiplin diri anak. Hal-hal lain seperti
psikodinamika keluarga, konsep kesehatan jiwa dan penggunaan obat-obatan juga
diajarkan. (2)
3.4.5. Terapi Lingkungan
Konsep dari terapi lingkungan dilandaskan pada kejadian
dalam kehidupan sehari-hari yang dialami anak. Lingkungan yang aman dan
kegiatan yang teratur dan terprogram, memungkinkan anak untuk mencapai tugas
terapeutik dari rencana penyembuhan dengan berfokus pada modifikasi perilaku. (2)
Peran perawat dan orang tua dituntut untuk mampu
menciptakan lingkungan yang terbuka, komunikasi yang jujur dan memberikan
gambaran yang jelas tentang batasan hubungan anak dengan orang dewasa. (2)
Lingkungan yang terapeutik juga harus memberikan perlindungan
pada anak dari ancaman dinamika keluarga yang patologis. (2)
3.5.
Evaluasi
Pada umumnya fasilitas penyembuhan
bagi anak dengan gangguan jiwa mempunyai program yang dirancang untuk jangka
waktu tertentu. Waktu perawatan jangka pendek biasanya berkisar antara 2 sampai
4 minggu dan direncanakan untuk menentukan masalah keperawatan dan menegakkan
diagnosa keperawatan, intervensi krisis dan perencanaan yang disertai dengan
implementasi yang komprehensif dan evaluasi hasil keperawatan yang spesifik
untuk masalah keperawatan jiwa yang dialami oleh anak tersebut. Aspek yang
perlu dievaluasi pada keperawatan jiwa pada anak adalah sebagai berikut;
Ø Keefektifan intervensi penanggulangan perilaku anak.
Ø Kemampuan untuk berhubungan dengan teman sebaya, orang
dewasa dan orang
tua secara wajar.
Ø Kemampuan untuk menggunakan kegiatan program sebagai rekreasi dan
proses belajar.
Ø Respon terhadap peraturan dan rutinitas.
Ø Status mental secara menyeluruh.
Ø Koordinasi dan rencana pemulangan. (2)
B.
Keperawatan Jiwa Remaja
1. Defenisi Keperawatan Jiwa
Remaja
Keperawatan jiwa remaja merupakan
keperawatan psikiatrik yang memberikan asuhan keperawatan jiwa pada masa
peralihan suatu individu dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dengan rentang
usia antara 12-18 tahun. (1)
2. Landasan Teoritis Keperawatan
Jiwa Remaja
Menurut Wilson dan Kneisl (1988),
mengemukakan dua teori yang menjadi landasan utama untuk memahami tentang
perkembangan remaja yakni; (1)
2.1.
Teori Perkembangan
Pada teori perkembangan memungkinkan
perawat untuk mengidentifikasi penyimpangan yang terjadi pada proses tumbuh
kembang remaja.
Teori Sigmun Freud, Erik Erikson
dan Sullivan memberikan penghayatan
kepada perawat tentang perjuangan remaja dalam mencapai keremajaan;
Disini dinyatakan proses perkembangan
identitas diri remaja memerlukan Self
Image (citra diri) juga hubungan antar peran yang akan datang dengan
pengalaman masa lalu. Untuk mendapatkan kesamaan dan kesinambungan, pada
umumnya remaja harus mengulangi penyelesaian krisis masa lalu dengan
mengintegrasikan elemen masa lalu dan membina identitas akhir. Periode krisis
yang perlu ditinjau kembali ialah rasa percaya, rasa otonomi dan rasa
inisiatif. (1)
Pada tahap pertama, remaja perlu
mencari ide dan objek untuk tempat melimpahkan rasa percaya (SenseOf Trust). Konflik yang tidak
terselesaikan pada tahap pertama ini membuat remaja merasa ditinggalkan,
biasanya dimanifestasikan melalui perilaku makan yang berlebihan, ucapan kasar
dan bermusuhan serta menyakiti diri sendiri, orang lain dan merusak lingkungan.
(1)
Pada tahap kedua, adalah rasa otonomi,
remaja belajar bertindak dan membuat keputusan secara mandiri. Konflik masa
lalu yang tidak terselesaikan membuat remaja takut mengikuti kegiatan yang akan
membuat dia ragu akan kemampuannya. (1)
Pada tahap ketiga, adalah rasa inisiatif,
dimana remaja tidak mementingkan bagaimana sesuatu akan terjadi baik itu
perilaku yang mengarah kepada hal yang positif maupun negatif, tetapi apa yang
dapat dilakukan dengan kemampuan tersebut. Pada tahapan ini mereka
mengujicobakan apa yang mungkin dilakukan dan bukan apa yang dapat dilakukan. (1)
2.2.
Teori Interaksi Humanistik
Perawat perlu mengintegrasikan
prinsip-prinsip interaksi humanistik dalam proses keperawatan jiwa pada remaja
untuk mengembangkan hubungan saling percaya dengan remaja. Perawat perlu
memperhatikan dampak tahapan perkembangan, faktor sosial budaya, pengaruh
keluarga dan konflik psikodinamika yang dimanifestasikan dalam perilaku remaja.
(1)
Contoh pertanyaan yang perlu digali
dari remaja dalam mengatasi permasalahan/konflik yang dihadapinya;
Ø Apa arti perilaku atau masalah bagi remaja?
Ø Apa yang dikatakan remaja tentang perilakunya?
Ø Apa dampak masalah yang dihadapi bagi remaja? Apakah hal tersebut
biasanya terjadi pada diri remaja tersebut?
Ø Bagaimana perubahan
ini mempengaruhi remaja dan hubungan dengan orang lain?
Ø Apa tujuan yang dimiliki remaja dalam waktu dekat dan yang akan
datang dalam rangka mengatasi konflik yang dihadapinya?
Ø Apa kekuatan personal yang dimiliki remaja untuk mengatasi konflik
yang sedang dihadapinya?
Ø Pertimbangan apa yang telah dibuat remaja berkaitan dengan faktor
keluarga, sosial budaya dan biologis untuk mengatasi konflik tersebut?
3. Proses Keperawatan Jiwa
Remaja
Sebagaimana halnya dengan asuhan
keperawatan jiwa pada anak, proses keperawatan jiwa juga diterapkan dalam
asuhan keperawatan bagi remaja; (2)
3.1.
Pengkajian
Pengumpulan data tentang status
kesehatan remaja meliputi observasi dan interpretasi pola perilaku yang
mencakup informasi;
Ø Pertumbuhan dan perkembangan.
Ø Keadaan bio-fisik (Penyakit dan Kecelakaan)
Ø Keadaan emosi (status mental, termasuk proses berpikir dan pikiran
tentang bunuh diri atau membunuh orang
lain).
Ø Latar belakang sosial dan budaya, ekonomi dan agama.
Ø Penampilan kegiatan kehidupan sehari-hari (di rumah dan di sekolah).
Ø Pola
penyelesaian masalah (pertahanan ego seperti; denial, acting out dan menarik
diri).
Ø Pola interaksi (keluarga, teman sebaya dan dengan orang lain).
Ø Persepsi remaja tentang kepuasan terhadap kesehatannya.
BAB III
KESIMPULAN
- Keperawatan jiwa pada anak dan remaja memerlukan kepekaan dan keterampilan khusus perawat. Perawat perlu memahami setiap pertumbuhan dan perkembang anak dan remaja, tingkat keterampilan kompetensi anak dan pengetahuan tentang dampak konflik yang tidak terselesaikan pada tahapan sebelumnya terhadap perkembangan jiwa anak dan remaja.
- Proses keperawatan; pengkajian, identifikasi masalah keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan dilakukan secara sistematis dan menyeluruh dengan melibatkan tidak saja anak dan remaja tetapi juga orang tua dan orang lain yang berinteraksi dengan anak dan remaja tersebut sehingga proses keperawatan jiwa pada anak dan remaja dapat diterapkan pada tiap tatanan pelayanan kesehatan baik bersifat promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar