INTERAKSI ANTARA KETURUNAN DAN
LINGKUNGAN
FAKTOR EKSTRINSIK PENYAKIT
Beberapa
penyebab penting dari penyakit pada manusia
adalah agen infeksi, trauma mekanis, bahan
kimia beracun, radiasi, suhu yang ekstrim, masalah gizi dan
stres psikologik. Walaupun faktor
ekstrinsik ini merupakan penyebab
penting dari kesengsaraan manusia, tetapi pandangan tentang penyakit
yang hanya memperhitungkan faktor-faktor ini tidaklah lengkap. Karena penyakit sesungguhnya merupakan bagian
dari hidup individu yang sakit, karena itu harus juga dipertimbangkan mekanisme
respon intrinsik dari individu tersebut dan
semua proses biologis yang terpengaruh oleh agen ekstrinsik tertentu.
FAKTOR INTRINSIK PENYAKIT
Banyak sitat dan
individu yang merupakan faktor intrinsik penyakit, karena sifat-sifat tersebut
mempunyai dampak yang penting pada perubahan
berbagai keadaan pada individu. Umur,
jenis kelamin, dan kelainan-kelainan yang didapatkan dari perjalanan penyakit
sebelumnya adalah faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam
patogenesis penyakit. Di atas segalanya, keadaan
genetik atau genom individu juga merupakan bagian esensial dari
penyebab penyakit. Hal ini benar, sebab sifat anatomik hospes, berbagai macam
mekanisme fisiologis kehidupan sehari-hari, dan cara memberikan respons terhadap
cedera semuanya ditentukan oleh informasi
genetik yang terkumpul pada saat konsepsi. Dalam mempelajari sifat
biologi penyakit, maka faktor keturunan dan lingkungan selalu harus
diperhatikan.
Interaksi
antara Faktor Ekstrinsik dan Intrinsik: Suatu
spektrum
Kita
sering mendengar pertanyaan, "Apakah penyakit ini menurun?" Dalam
beberapa hal, pertanyaan tersebuttidak
tepat. Faktor intrinsik hampir selalu
terlibat dalam penyakit. Karena itu sebaiknya
pertanyaan tersebut diungkapkan sebagai
berikut, "Sampai seberapa jauhkah pentingnya faktor keturunan pada
penyakit ini?" Pengecualian dari prinsip ini relatif sedikit dan cukup
ekstrim. Hares diakui, bahwa keturunan tidak mempunyai
arti penting jika penderita terkena ledakan
atau jika is ditabrak oleh trek yang berjalan melampaui batas kecepatan maksimum; tetapi, dengan mengesampingkan kejadian-kejadian semacam itu, keturunan selalu merupakan faktor.
Walaupun pada penyakit infeksi yang jelas penyebabnya eksogen, faktor genetik
dapat dan mempengaruhi kepekaan terhadap
agen yang menular tersebut dan
terhadap pola penyakit yang ditimbulkannya.
Dengan
memperhatikan keseimbangan relatif antara
keturunan dan lingkungan sebagai penyebab
timbulnya penyakit, terdapat spektrum yang lebar. Pada ujung yang satu dari spektrum itu terdapat penyakit-penyakit yang terutama ditentukan oleh beberapa agen lingkungan terlepas dari latar belakang keturunan individu, sedangkan pada ujung yang lain terdapat penyakit-penyakit
yang merupakan akibat dari perencanaan susunan
genetik yang salah. Penyakit-penyakit yang
terakhir ini mencakup yang biasanya disebut sebagai penyakit keturunan,
penyakit yang diwujudkan pada hampir setiap orang pembawa informasi genetik yang salah tanpa mengindahkan pengaruh ekstrinsik. Hampir semua penyakit pada manusia berada di antara kedua ujung spektrum ini dan kedua faktor tersebut, baik faktor
genetik maupun faktor ekstrinsik, saling mempengaruhi secara bermakna.
SIFAT
GENOM
Asam
Nukleat dan Kode Genetik
Asam Nukleat adalah zat kimia yang bertanggung jawab atas penyimpanan dan penyaluran
semua informasi yang diperlukan untuk perencanaan. pembentukan fungsi dari satu
sel dan bahkan seluruh tubuh secara utuh.
Asam nukleat terbentuk dari nitrogen yang mengandung basa (purin dan pirimidin), gula (deoksiribosa atau ribosa), dan asam fosfat. Asam nukleat yang
mengandung deoksiribosa disebut asam deoksiribonukleatatau DNA,
sedangkan satu lagi yang mengandung ribosa
disebut asam ribonukleat atau RNA. DNA merupakan pembawa informasi genetik untuk sintesis protein; RNA, termasuk
mRNA (messengerRNA), tRNA (transfer
RNA) dan rRNA (ribosomal RNA),
melaksanakan instruksi-instruksi yang dibawa oleh DNA.
DNA dibentuk oleh dua untaian susunan molekul fosfat dan deoksiribosa secara bergantian dengan satu basa purin (adenin atau guanin) atau satu basa pirimidin (timin atau sitosin). Da-lam satu nukleotida terdapat satu deoksiribosa, satu kelompok fosfat, dan satu basa, dan satu untai DNA merupakan polinukleotida. Basa tersusun
seperti anak tangga dan deoksiribosa dan kelompok
fosfat tersusun seperti tiang dari tangga
tersebut. Kedua untai tersebut terkait pada
satu aksis yang sama dan membentuk heliks
ganda. Urutan basa pada satu untai berpasangan
secara saling melengkapi dengan basa
yang berada pada untai yang lain, sehingga adenin (A) pada untai yang satu selalu berpasangan dengan timin (T) pada untai yang lain, dan guanin (G) selalu berpasangan dengan sitosin (C). Pasangan basa ini diikat menjadi satu oleh ikatan hidrogen. Sewaktu terjadi replikasi DNA, maka urutan basa pada untai yang satu secara "otomatis" menentukan urutan basa
pada untai yang lain. Dalam tahap
persiapan pembelahan sel, untaian-untaian dalam heliks ganda berpisah dan masing-masing berfungsi sebagai tempat
sintesis dari pasangan untaian yang baru.
DNA membawa
informasi genetik dalam bentuk kode, kode
tersebut disusun dengan memakai dua basa
purin dan dua basa pirimidin. Tiga dari
basa-basa ini dalam susunannya pada kode molekul
DNA diperlukan untuk asam amino tertentu
dan dipakai sebagai sisipan pada peptida yang
sudah ada. Basa-basa ini menyalurkan semua
informasi yang diperlukan untuk sintesis protein. Suatu urutan
tiga basa seperti ini disebut kodon. Keempat macam basa di atas dapat diatur
menjadi 64 susunan tiga basa yang urutannya berbeda-beda,
lebih dari cukup untuk membentuk 20
macam asam amino yang berbeda dan derivatnya
yang diperlukan untuk membentuk protein tubuh.
Biosintesis
Protein
Pasangan basa sangat penting selama proses biosintesis protein, baik untuk RNA demikian jugs untuk DNA. Sebenarnya semua DNA yang berada di dalam sel berkedudukan di nukleus, sedangkan sintesis protein dari asam amino terjadi
dalam sitoplasma. RNA memainkan peranan sebagai
perantara dalam menyalurkan kode informasi dari nukleus ke sitoplasma,
kemudian membantu pembentukan rantai peptida. Transfer informasi dari nukleus ke sitoplasma dilakukan oleh mRNA. Di awal proses sintesis protein, mRNA
disintesis di dalam nukleus melalui proses yang
melibatkan pemasangan basa. Dalam proses
ini, nukleotida bebas dipasangkan sesuai dengan urutan nukleotida dalam DNA. Basa keempat dalam RNA adalah urasil bukan timin, tetapi prosesnya sesuai seperti yang dijelaskan di atas. Sekali terbentuk, mRNA memasuki sitoplasma
dan melekat pada struktur yang di
sebut ribosom. Asam amino bebas tidak langsung melekat pada mRNA, tetapi terlebih dahulu diikat oleh tRNA. Pada setiap 20 asam amino terdapat satu
tRNA. Bentuk RNA ini "mencari" tempat yang tepat untuk melepaskan asam amino melalui proses
pemasangan basa pada mRNA di ribosom. Sistem pemasangan yang kompleks ini akhirnya mengikatkan asam amino dalam urutan yang sesuai dengan urutan yang sudah ditentukan
sebelumnya oleh DNA di nukleus. Transfer informasi genetik dari DNA ke mRNA
dikenal
dengan nama transkripsi. I nformasi ini terakhir kali dipakai untuk menyusun asam amino menjadi
peptida, proses ini disebut translasi.
Cara penyusunan nukleotida DNA yang sangat bervariasi memungkinkan terbentuknya variasi DNA yang berbeda dalam jumlah yang sangat besar, demikian pula RNA pelengkapnya. Suatu bagian DNA tertentu dapat "memerintahkan" sel untuk menghasilkan bahan kimiatertentu untuk
mengontrol biosintesis sistem enzim yang diperlukan di dalam sel. Hampir sama
dengan itu, sebagian DNA lainnya
memerintahkan sel-sel untuk
mengembangkan susunan struktur-struktur tertentu. Pada akhirnya, adalah
DNA yang menentukan terkumpulnya ribuan juta sel yang membentuk tubuh. Bagian-bagian DNA menentukan batas tinggi
seseorang, bentuk wajah, dan sejumlah sifat bawaan dan proses-proses yang memberikan sifat pada seorang individu. Beberapa DNA bahkan dipakai untuk m*engendaiikan DNA
lain, dengan memerintahkan sel kapan waktu
untuk "menghidupkan" dan memakai sebagian informasi DNA yang
tersimpan didalamnya (Gambar 2-1).
Regulasi ekspresi* informasi genetik sangat penting, karena setiap sel somatik normal dari seorang individu memiliki total informasi genetik yang sama dengan setiap sel lain. Sehingga sel epidermis dari seorang individu mengandung informasi genetik yang sama dengan sel-sel hati orang terse but. Perbedaan kedua sel ini tergantung pada
bagian "program" mana yang dikodekan
oleh DNA untuk diekspresikan. Dengan kata lain,
"menghidupkan"segmen DNAyang memiliki kode untuk sifat-sifat sel
kulit menyebabkan perkembangan fenotip sel kulit, dan sisa informasi
genetik
lainnya yang berada di dalam sel ini tidak dipakai.
Dalam perkembangan sel-sel hati, segmen
lain dari DNA yang "dihidupkan". Proses di mana sel-sel mengalami perbedaan satu dengan yang lainnya, baik susunan maupun fungsinya disebut
sebagai diferensiasi.
Gen
dan Kromosom
Pada sel-sel yang tidak
membelah, DNA ditemukan hampir di seluruh bagian dalam nukleus. Walaupun
dengan mikroskop, molekul DNA tidak dapat
dilihat sebagai struktur yang tersendiri, tetapi hanya sebagai bagian dari bahan dalam nukleus yang diwarnai dengan jelas. Sewaktu sel mulai membelah, bahan tersebut mulai mengatur dirinya untuk membentuk untaian
kromosom. Kromosom ini mengandung banyak molekul DNA yang tersusun dalam urutan tertentu. Gen merupakan subunit dari kromosom. Gen adalah bagian DNA yang
menentukan produksi polipeptida yang mengendalikan perkembangan satu sifat
bawaan tertentu. Gen tidak tersebar secara
acak tetapi terletak pada posisi
tertentu pada kromosom, lokasi ini disebut loci.
Sel-sel
tubuh manusia pada umumnya terdiri dari 46 kromosom atau 23 pasang, merupakan
susunan diploid. Dari ke-23 pasang ini, 22 pa-sang disebut sebagai otosom,
dan satu pasang kromosom seks. Wanita memiliki dua kromosom X, dan pria
memiliki satu kromosom X dan satu kromosom Y
dalam setiap sel. Dalam terminologi standar,
seorang wanita normal ditandai dengan 46XX,
seorang pria normal ditandai dengan 46XY. Kromosom yang terbentuk pada
setiap individu berasal dari kedua orangtua
dalam porsi yang sama. Ovum dan sperma normal masingmasing mengandung 23 kromosom, merupakan susunan
haploid, sehingga pembuahan menghasilkan zigotyang yang
tersusun diploid dari 23 pasang yang homolog. Ovum hanya membawa kromosom X, sedangkan sprematozoa membawa
kromosom X atau kromosom Y.
Sebelum
proses pembelahan sel, DNA yang berada di dalam sel melipat ganda. Kemudian, selama pembelahan sel di mans setiap kromosom terpisah, terjadi pula pemisahan struktur, dan
terbentuklah dua sel anak yang identik. Pembelahan sel semacam ini disebut mitosis, berawal dari
zigot dan berakhir dengan pengalihan informasi genetik secara identik pada
setiap sel somatik dari seorang individu yang sedang berkembang. Setiap sel somatik normal memiliki 46 kromosom. Tetapi jika sel-sel gamet atau sel benih
dari seorang individu berkembang dalam proses
yang disebut gametogenesis, maka diperlukan pengurangan jumlah kromosom menjadi 23, sehingga zigot dari generasi selanjutnya akan
memiliki jumiah kromosom yang normal, masingmasing
23 kromosom dari gamet kedua orangtuanya.
Sehingga pada gametogenesis, terdapat fase pembelahan sel yang tidak
sama dengan mitosis, fase yang menghasilkan total DNA dan kromosomnya
berkurang. Pembelahan sel semacam ini disebut meiosis. Dalam proses pembelahan
meiosis, terjadi pengurutan informasi genetik
secara acak, sehingga setiap kromosom membawa campuran gen dari kedua
pasang kakek-nenek. "Pencampuran" informasi genetik ini terjadi pada
saat fertilisasi dari satu sperma yang terpilih secara acak dari sekelompok
sperma lain, dan satu ovum yang telah
tersedia. Gengen dari seorang individu membentuk genotip; ekspresi
luar dari genotip, atau penampilan luar dari seorang individu disebut fenotip.
Sehingga walaupun satu anggota keluarga memiliki lebih banyak bagian DNA
yang sama dibandingkan dengan mereka yang bukan anggota keluarga tersebut, tetapi tidak identik, genom identik
hanya dimiliki oleh mereka yang kembar identik, yaitu saudara kembar
hasil dari fertilisasi satu ovum yang sama.
Kromatin
Seks
Mated untuk membentuk kromosom disebut kromatin.
Kromatin seks, baik X maupun'Y, mudah dilihat dalam sel setelah diberi
pewarnaan khusus.
Setiap
sel hanya memiliki satu kromosom X yang aktif dan kromosom X kedua dari individu
normal tidak aktif secara genetik. Konsep
tentang satu kromosom X aktif
dikenal sebagai hipotesis dari
Lyon. Kromatin X yang tidak aktif disebut Barr body, yaitu massa yang
mendapat pewarnaan gelap jika dilihat dengan mikroskop, berada sangat dekat dengan membran nukleus terlihat pada
20% sampai 60% individu yamg memiliki lebih
dari satu kromosom X. Kromosom yang tidak aktif ini pada sel-sel yang
berbeda dalam satu individu yang sama dapat
berasal dari ayah atau dari ibu. Inaktivasinya timbul pada awal kehidupan embrionik dan tetap ada pada semua sel-sel
yang diturunkannya. Satu Barr body terlihat
pada wanita normal yang memiliki satu genotip XX, dan tidak terlihat
pada pria normal dengan genotip XY.
Kromatin
Y terlihat sebagai badan yang berfluoresensi cerah dalam sel. Satu badan Y berfluoresen
terlihat pada pria normal dengan genotip
XY; sedang pada wanita tidak terlihat badan berfluoresensi.
Kariotip
Kromosom
dapat divisualisasi dan dipelajan dalam susunan yang disebut kariotip
(Gambar 2-4). Untuk menemukan kelainan-kelainan yang terjadi. Sel-sel dari seorang individu, biasanya
sel darah putih, ditanam pada medium pembiakan dan diinduksi untuk membelah. Mitosis dihambat dengan menggunakan bahan kimia sewaktu berada
dalam metafase, karena untaian kromosom terlihat paling jelas. Setelah diwarnai
maka dilakukan pemotretan kromosom, pasangan-pasangan kromosom dapat dikenal
melalui ukurannya, posisinya dari
sentromer, dan panjangnya lengan. Kecuali kromosom seks pasangan-pasangan
kromosom lain tersusun dalan format standar.
Setelah itu setiap pasangan diberi nomor, 1 sampai 22, ditambah kromosom
seks, XX atau XY.
Kromosom
X terletak dalam urutan nomor 7 dan 8 jika
dilihat dari ukurannya dan merupakan satu dari kromosom besar. Lebih
dari 100 gen telah diketahui berada pada kromosom X. Kromosom Y merupakan
salah satu dari kromosom yang kecil dan mengandung informasi untuk menginduksi
perkembangan testis dan gen-gen untuk
sifat-sifat seks sekunder pria. Kromosom ini menentukan jenis kelamin dan
kehadirannya
memberikan
fenotip pria tanpa memperdulikan kehadiran kromosom X.
KELAINAN DENGAN WARISAN MULTI
FAKTOR
Ekspresi
Fenotip Dari Kelainan Genetik
Kelainan
Kromosom
Dua
tipe kelainan kromosom yang mungkin terjadi
dalam sindrom karakteristik adalah kelainan
dalam jumlah dan kelainan dalam struktur dari kromosom.
Kelainan jumlah
kromosom
Kelainan
kromosom dapat berkembang dengan berbagai
cars sewaktu pembelahan sel berlangsung. Kegagalan ini menghasilkan
kelainan jumlah kromosom dalam sel,
disebut aneuploidi. Kesalahan jumlah kromosom ini dapat terjadi
sewaktu pembelahan meiosis dari satu gamet atau terjadi karena kegagalan
berpisah di awal pembelahan sel dari satu
zigot. Kegagalan berpisah yaitu kegagalan dari pasangan kromosom homolog
untuk berpisah selama meiosis atau dalam tahap pertama pembelahan sel zigot. Kegagalan
ini mengakibatkan pembelahan sel menghasilkan satu sel anak yang mengandung satu kromosom ekstra dan satu sel anak lain yang jumlah
kromosomnya kurang satu dari normal.
Suatu aneuploidi yang
mengandung satu kromosom ekstra pada posisi tertentu (ada tiga bukan sepasang kromosom) disebut trisomi, dan aneuploidi
yang kromosomnya kurang satu (hanya satu dan bukan sepasang kromosom) disebut monosomi. Jika kegagalan berpisah terjadi pada
gamet, maka fertilisasi yang melibatkan sperms atau ovum tersebut akan
menghasilkan zigot dengan jumlah kromosom abnormal. Anomali ini akan terns ditransmisikan pada setiap sel keturunan
berikutnya. Jika kegagalan berpisah terjadi sewaktu pembelahan sel tahap
pertama dari zigot, akan terbentuk dua baris sel. Jika kegagalan berpisah terjadi pada tahap kedua atau tahap selanjutnya dari pembelahan sel, hanya turunan dari sel yang abnormal yang akan terkena
dan sel-sel lainnya akan tetap normal. Fenomena ini menimbulkan keadaan mosaik,
yaitu kondisi di mans informasi genetik pada
sel-sel seorang individu berbeda-beda. akibat yang ditimbulkan
bervariasi, tergantung dari jumlah pembelahan sel yang mengalami kegagalan
berpisah pada individu tersebut. Semakin dini kesalahan tersebut terjadi,
semakin banyak sel pada organisme tersebut
yang terlibat; karena itu, semakin besar kemungkinan bahwa organisme
tersebut tidak dapat hidup.
Kelainan struktur
kromosom
Kelainan
struktur kromosom terjadi jika kromosom pecah dan pecahannya hilang atau melekat
pada kromosom lain. Kejadian ini disebut translokasi. Pengaturan kembali
yang dilakukan set dapat menghasilkan keseimbangan normal tetapi dapat jugs
menjadi tidak seimbang. Jika terjadi
keseimbangan normal, total materi genetik di dalam sel tetap sama seperti dalam sel dengan
kromosom
normal. Pengaturan semacam ini biasanya tidak akan menimbulkan sindrom klinis.
Jika terjadi ketidakseimbangan, maka terjadi kelebihan
atau kekurangan materi genetik dalam barisan
sel-sel tersebut. Pengaturan semacam ini
biasanya menimbulkan perubahan dalam fenotip klinis.
Prognosis kelainan
kromosom
Kurang lebih 0,6% neonatus memiliki kelainan kromosom
mayor yang dapat menyebabkan peningkatan morbiditas atau mortalitas. Tetapi,
sebagian besar kelainan kromosom menyebabkan kematian, dan hasil konsepsi
lenyap pada tahap tertentu dalam kehamilan atau tidak melekat pada uterus.
Sekitar 50% dari embrio dan fetus yang mengalami abortus spontan memiliki
kelainan kromosom. Hilangnya sebagian kromosom atau duplikasi kromosom yang
tidak menimbulkan kematian seringkali mengakibatkan bentuk tubuh dismorfik,
retardasi mental, dan ketidakmampuan untuk berkembang. Trisomi otosom yang paling sering terjadi dan dapat tetap bertahan
hidup setelah lahir adalah trisomi 21, sindrom
Down; trisomi 18, sindrom Edward; dan trisomi 13, sindrom Patau (Tabel
2-1).
Zigot
yang kekurangan kromosom' X dapat tetap hidup
dan menghasilkan individu yang hidup dengan kromosom 45X komplemen, atau
Sindrom Turner. Kadang-kadang mosaik X nampak terlihat, dengan beberapa garis
sel mempunyai satu X atau tidak sama
sekali. Insidensnya kira-kira 1 di antara 2500 kelahiran bayi wanita dan
sekitar 8% pada abortus spontan. Frekuensinya lebih tinggi pada ibu usia muds.
Zigot dengan genotip pria dengan kromosom X ekstra menghasilkan individu dengan kromosom 47XYY komplemen atau
Sindrom Klinefelter. Insidensnya 1 dalam
850 kelahiran bayi pria. Keadaan ini mungkin tidak terdiagnosis pada
masa bayi atau anak-anak, namun baru diketahui pada masa adolesens ketika anak pria pergi ke dokter karena
pubertasnya terlambat.
Juga telah dilaporkan adanya beberapa
kombinasi Xs dan Ys majemuk yang berbeda.
Wanita dengan genotip 47XXX terjadi kurang lebih 1 dalam 1000 kelahiran.
Biasanya tidak terdapat stigmata fenotip, tetapi individu tersebut menga
Abnormalitas
Gen
Kongenital
tidak sinonim dari herediter. Abnormalitas dapat berupa kongenital, yaitu
jika terjadi pada waktu lahir dan tidak
ditentukan oleh genetik. Sebaliknya,
abnormalitas yang ditentukan oleh genetik dapat bukan kongenital, tapi
mungkin dapat bermanifestasi pada setiap saat dalam kehidupannya, dan pada
beberapa keadaan baru muncul pada usia pertengahan.
Ekspresi
fenotip dari gen dapat terjadi dalam satu
dari empat macam pola keturunan: dominan otosomal, resesif otosomal,
dominan terkait X, dan resesif terkait X (mendelian). Dalam tulisan, sifat
bawaan dominan ditunjukkan dengan huruf besar; sifat bawaan resesif ditunjukkan
dengan huruf kecil.
Ada
tiga kemungkinan dari genotip, AA, Aa, dan aa jika ada 2 alel (bentuk-bentuk
alternatif dari sebuah gen pada tempat yang sama dalam kromosom), A dan a, pada sebuah lokus. I ndividu yang mempunyai 2
gen yang sama, AA atau aa, disebut homozigos untuk gen tersebut; dan individu
yang mempunyai Aa disebut heterozigos untuk gen tersebut.
Jika
sifat bawaan dominan, maka ia selalu bermanifestasi bila
individu tersebut mempunyai gen A meskipun ada gen a dari heterozigot. Jika sifat
bawaan resesif, ia hanya dapat bermanifestasi bila tidak ada dosis
majemuk, yaitu bila individu itu mempunyai homozigos aa. Sifat bawaan ini
tidak bermanifestasi pada homozigot AA atau
heterozigot Aa. Namun, heterozigot Aa adalah karier untuk sifat bawaan,
sebab individu itu dapat meneruskan gen itu kepada keturunannya. Selain itu, heterozigot juga dapat menunjukkan
fenotip dari kedua alel. Bila kedua gen dapat bermanifestasi tanpa tergantung kepada yang lain maka gen-gen itu disebut sebagai kodominan.
Jika individu menunjukkan gangguan dominan otosomal, maka setidaknya satu dari orang
tuanya terkena (genotip Aa atau AA) atau bisa juga terjadi karena ada mutasi
baru (perubahan dari sebuah atau beberapa gen) dalam sebuah sel benih. Anak-anak pria dan wanita akan terpengaruh pada
jumlah yang sama. Sedan jenis kelamin dapat meneruskan sifat bawaannya kepada
anak pria dan wanitanya dan akan ada transmisi vertikal dari sebuah sifat
bawaan kepada generasi-generasi seterusnya. Mutasi baru, lebih sering terjadi
pada sel benih dari ayah yang berusia 5
sampai 7 tahun lebih tua dari pada populasi ayah pada umumnya yang meneruskan mutasi keturunan. Mutasi akibat usia
orang tua yang lanjut memegang peranan penting dalam terjadinya Sindrom Marfan
dan kerdil akondroplastik.
Gangguan dominan otosomal tidak sering terjadi.
Ekspresi sifat bawaan dari individu heterozigot dapat bervariasi sehingga
beberapa di antaranya nampak normal secara
klinis. Namun, pada keadaan homozigos
keadaan klinisnya dapat secara series atau bahkan dapat menyebabkan
kematian. Salah satu contoh adalah hiperkolesterolemi
familial. Dalam beberapa keadaan, seperti penyakit Huntington dan
penyakit ginjal polikistik, meskipun gen abnormalnya sudah ada pada waktu
konsepsi, keadaan patologisnya baru muncul pada saat dewasa.
Keadaan resesif otosomal hanya nampak bila individu
yang terkena mempunyai dua alel yang mutasi atau abnormal. Jika kedua orang
tuanya secara fenotip normal tapi heterozigos secara genotip (Aa), maka
anak-anaknya dapat terkena jika genotipnya aa. Kombinasi lain yang dapat mengakibatkan terkenanya anak adalah jika salah
satu orang tuanya terkena (aa) dan yang lainnya heterozigos (Aa). Pria dan
wanita sama kemungkinannya untuk terkena.
Contoh-contoh
dari gangguan gen tunggal
Dominan otosomal
Hiperkolesterolemi
familial Penyakit
ginjal polikistik Penyakit Huntington
Sferositosis herediter
Sindrom Marfan
Penyakit von
Willebrand Osteogenesis
imperfekta
Resesif otosomal
Anemia sel sabit
Fibrosis kistik
Penyakit Tay-Sachs
Fenilketonuria [PKU] Albinisme
Mukopolisakaridosis Glycogen storage
disease Galaktosemia
Beta warns
Terkait X
Distrofi otot
Duchenne Hemofilia
Abnormalitas gen
tunggal
Abnormalitas
dari gen tunggal tak dapat diketahui dengan pemeriksaan sel secara mikroskopis,
karena kariotip dari individu yang terkena
normal. Adanya gen abnormal dapat dilacak dengan mengamati sebuah sifat
bawaan fenotipik yang abnormal pada individu dan pada pohon keluarga.
Abnormalitas gen tunggal dapat nampak dalam berbagai keadaan, mulai dari defek
lokalisasi anatomis yang sederhana sampai pada
gangguan yang tak nyata atau kompleks dari kimia tubuh. Populasi secara
keseluruhan dari frekuensi gangguan gen tunggal adalah sekitar 1%, dengan 0,7% sebagai dominan, 0,25% sebagai resesif, dan 0,04% terkait X (lihat daftar di bawah
sebagai contoh dari gangguan gen tunggal).
Akibat
abnormalitas gen tunggal. Dalam sebuah kategori abnormalitas
gen tunggal, DNA yang menyimpang dapat
mengakibatkan produksi molekul protein abnormal, misalnya, molekul hemoglobin. Sedikit penyimpangan pada struktur hemoglobin dapat mengakibatkan perubahan secara
fisik dan dapat berkembang menjadi penyakit yang serius.
Individu dengan anemia sel sabit mempunyai gen
resesif abnormal yang homozigot yang mengubah satu asam amino dalam rantai
hemoglobin beta. Hemoglobin yang berbeda ini menghasilkan sel darah merah'yang mengalami deformitas atau
berbentuk sabit. Sel darah merah berbentuk sabit ini mudah sekali rusak, dan
mengakibatkan tanda-tanda dan gejala yang hebat.
Individu yang mempunyai gen hemoglobin abnormal yang heterozigot,
mempunyai sifat bawaan sel sabit dan tidak mempunyai gejala untuk penyakit ini.
Beberapa
gangguan resesif melibatkan abnormalitas dari protein enzim. Abnormalitas gen tunggal
ini mungkin muncul sebagai gangguan metabolisme sejak lahir. Pada keadaan
normal, jumlah enzim yang tersedia lebih dari yang dibutuhkan. Oleh karena
itu, penurunan sampai sebanyak 50%, seperti pada orang yang mempunyai hanya
satu alel yang mutasi, yaitu dengan genotip Aa, tidak akan menimbulkan gangguan
kesehatan. Tetapi defisiensi total pada individu dengan dua gen mutan, yaitu
genotip aa, akan mengakibatkan kelainan
metabolisme yang serius.
Akibat patologis pada gangguan metabolisme sejak
lahir disebabkan oleh gangguan pada jalur
metabolik
yang normal. Sebuah gen yang abnormal dapat mengakibatkan produksi yang salah
atau sama sekali tidak memproduksi. Jika produknya berupa enzim, maka akibat
dari abnormalitas gen itu adalah hilangnya
kerja dari enzim itu, keadaan yang
kadang-kadang disebut sebagai enzimopati
Akibat-akibat
dari enzimopati bermacam-macam. Penyakit dapat terjadi akibat tidak adanya
produk akhir, penumpukkan substrat yang tidak terpakai karena adanya hambatan,
atau akibat penimbunan produk dari jalur
metabolik lain yang biasanya sedikit dipakai akibat "terhambatnya"
jalur metabolik yang biasa dipakai. Contoh
klasik dari keadaan yang disebabkan
tidak adanya produk akhir adalah albinisme. Pigmen melanin tidak
diproduksi, akibatnya tidak ada pigmen pada
rambut, kulit atau iris. Contoh yang lain adalah tidak adanya hormon
tiroid yang mengakibatkan kretinisme; dan diabetes insipidus akibat tidak
diproduksinya hormon anti diuretik oleh kelenjar pituitaria.
Contoh
penumpukan substrat-substrat pada jalur
sebelum hambatan adalah galaktosemia, di mans galaktosa tidak diubah
menjadi glukosa karena tidak adanya enzim.
Akibatnya, galaktosa menumpuk pada darah dan jaringan lain, mengakibatkan kerusakan pada hati, otak dan ginjal.
Pada penyakit Tay-Sack, akibat ada enzim yang hilang, individu yang
terkena akan cepat sekali mengalami penumpukkan lipid tertentu di dalam
neuron-neuron otaknya. Ini mengakibatkan degenerasi
sel-sel ini yang menyebabkan kebutaan,
kelumpuhan, dan kematian, yang biasanya terjadi sebelum berusia 4 tahun.
Penyakit
dapat timbul akibat penumpukan metabolit tak terpakai yang terbentuk karena
dipakainya jalur metabolik alternatif. Metabolitmetabolit tak terpakai ini
dapat berbahaya jika ada dalam jumlah yang
berlebihan. Contoh klasik untuk keadaan ini adalah fenilketonuria (PKU).
Akibat tidak adanya enzim pada jalur yang memetabolisme protein makanan, maka
fenilalanin akan menumpuk. Jalur alternatif yang memetabolisme fenilalanin
akan menghasilkan zatzat toksik.
Abnormalitas gen tunggal lain dapat mengakibatkan kelainan pada pertumbuhan tulang atau kimia jaringan ikat atau aktivitas sekresi
dari sel. Pada fibrosis kistik, terdapat kelainan pada sekresi banyak
kelenjar eksokrin, seperti pada kelenjar keringat, pancreas, dan sekresi
bronchial individu yang terkena akan cepat meninggal akibat komplikasi paru-paru.
Ada jugs keadaankeadaan yang ditentukan
secara genetik di mans individu yang normal menunjukkan respon yang tidak
umum terhadap beberapa agen dari luar, misalnya obat. Hal ini diketahui dengan
adanya perkembangan dari ilmu farmakogenetik, yang mempelajari respon
yang berbeda-beds terhadap obat. Daftar fenotip abnormal dari keadaan ini
ditentukan oleh penurunan mendelian yang meliputi ratusan keadaan yang berbeda.
Gen kromosom seks
Sama
seperti halnya pada otosom, gen-gen pada kromosom X dapat bersifat dominan atau
resesif. Gen-gen abnormal yang terletak pada kromosom X disebut terkait X.
Karena wanita mempunyai dua kromosom X, maka ada dua kemungkinan bagi
terjadinya gen mutan yaitu homozigot atau heterozigot. Karena pria hanya
mempunyai satu kromosom X, maka bagi sifat bawaan terkait X selalu merupakan hemizigos.
Oleh karena itu, setiap sifat bawaan pada kromosom X selalu diekspresikan pada
pria, sedangkan pada wanita bisa bersifat resesif atau dominan. Karena seorang
pria hanya dapat menurunkan kromosom X-nya pada
anak wanita, maka tidak pernah ada penurunan (transmisi) sifat bawaan terkait X dari seorang ayah kepada
anak laki-lakinya, tapi selalu ada penurunan dari ayah kepada anak
wanitanya.
Wanita heterozigot memberikan transmisi yang
sebanding kepada anak pria dan anak wanitanya. Pria hemizigos hanya memberikan
transmisi kepada anak wanitanya dan tidak
kepada anak prianya. Ekspresi fenotip dari sifat bawaan yang diturunkan lebih bervariasi dan lebih ringan pada
wanita heterozigot, karena adanya kromosom X normal pada mereka. Jarang sekali ada tipe terkait X yang dominan. Pria
hemizigos mendapatkan ekspresi penuh
dari sifat bawaan karena mereka hanya mempunyai sebuah kromosom X, dan
bersifat abnormal.
Tipe terkait X yang resesif relatif sering terjadi. Kelainan
ini sepenuhnya diekspresikan hanya pada pria hemizigos. Wanita heterozigot
selalu normal, tapi mereka adalah karier
dari gen mutan
mempunyai kemungkinan 50% untuk menurunkan
kepada anak prianya. Anak wanitanya adalah karier dan separuhnya normal. Semua anak wanita dari pasangan ayah yang terkena
dan ibu yang normal adalah karier, tapi tidak
ada anak prianya yang terkena. Semua anak wanita dari pasangan ayah yang
terkena dengan ibu yang heterozigot, mempunyai gen yang abnormal; 50% di antaranya terkena secara fenotip. Keadaan
yang terakhir ini jarang terjadi. Hemofilia
A adalah gangguan pembekuan darah yang
diturunkan secara terkait X yang paling sering terjadi.
Pada
penurunan terkait Y, gen-gen pada kromosom Y diturunkan dari ayah kepada anak
prianya dan tidak kepada anak wanitanya. Gengen
yang diketahui ada pada kromosom Y adalah gen yang menentukan kelamin
pria dan antigen yang mempengaruhi penolakan pada proses pencangkokan.
Keadaan-keadaan
poligenik
Banyak hal yang "terjadi dalam keluarga" tapi tidak
mengikuti pola mendelian atau penurunan gen
tunggal. Banyak sifat bawaan seperti itu yang mengakibatkan timbulnya
gen majemuk berisiko tinggi yang disebut
sebagai poligenik. Analisa dari banyak keadaan poligenik, menunjukkan
bahwa itu adalah hasil dari interaksi dari beberapa gen yang terpisah dan
berbagai faktor lingkungan. Contoh dari
keadaan yang multifaktorial itu meliputi hipertensi esensial, diabetes melitus,
penyakit arteri koroner, skizofrenia, labio dan palatoskisis, penyakit jantung bawaan (lihat kotak di bawah).
Upaya pencegahan terjadinya kelainan poligenik
atau multifaktorial, dapat melibatkan banyak hal yang bersifat non-genetik,
karena pengaruh lingkungan seperti pembatasan diet atau perubahan gays hidup dan
kebiasaan merokok, akan bermanfaat meskipun tidak berhubungan dengan genetik.
Contoh
keadaam multifaktorial yang diturunkan
Genetik dengan
faktor-faktor lingkungan
Kelainan
jantung
Labioskisis
dan/atau palatoskisis
Hipospadia
Stenosis pilorus.
Penyakit Hirschprung
Dub
foot
Dislokasi
sendi panggul kongenital
Spina bifida
Anomali
atau malformasi kongenital umumnya merupakan hasil interaksi dari gen-gen
majemuk dengan beberapa keadaan lingkungan tertentu. Sebagian besar anomali
kongenital terjadi tanpa pola penurunan yang
jelas. Penyelidikan pada kembar menunjukkan bahwa kemungkinan untuk mendapatkan anomali tertentu pada
tiap anak kembar lebih besar pada kembar identik daripada kembar fraternal.
Lagipula, banyak penelitian pada keluarga menunjukkan bahwa kerabat dari seorang yang menderita anomali tertentu, mempunyai insidens yang lebih besar daripada
populasi pada umumnya. Sebaliknya, peranan dari lingkungan sudah jelas, karena
bahkan pada kembar identik sekalipun frekuensi
dari anomali tertentu tidak sepenuhnya 100%.
Pada segi lain, ada faktor-faktor lingkungan, seperti zat kimia toksik,
obat-obatan, pengaruh fisik, dan virus-virus yang mengakibatkan anomali
kongenital. Tetapi, bahkan pada lingkungan teratogen yang sudah jelas dan kuat
sekalipun seperti thalidomide, faktor-faktor lain (genetik dan/atau lingkungan)
tetap harus diperhitungkan, karena tidak semua janin yang terkena pada mass
kritisnya menunjukkan anomali. Tak perlu dikatakan lagi bahwa interaksi yang
kompleks antara gen majemuk dan faktor-faktor lingkungan mengakibatkan anomali
yang belum dapat dimengerti sepenuhnya.
Sebagai
kesimpulan, beberapa penyakit pada manusia timbul sebagai akibat langsung dari
abnormalitas DNA. Dasar persoalannya dapat
melibatkan gen tunggal, gen majemuk,
atau keseluruhan dari kromosom. Ekspresi dari abnormalitas dapat
bervariasi dari mulai malformasi anatomis yang terlokalisir, sampai kepada masalah kimiawi dan metabolik yang kompleks, atau meningkatnya
kerentanan terhadap sesuatu dari lingkungan.
TINDAKAN
PENCEGAHAN DAN KONSELING GENETIK
Penderita yang mempunyai penyakit herediter
umumnya merasa putus asa, sangat sedih dan merasa alam membuat mereka tidak
mungkin kembali menjadi orang normal. Perasaanperasaan ini jelas nampak pada
penyakit yang memang tidak mungkin disembuhkan seperti pada bayi yang hampir
meninggal karena penyakit Tay-Sachs. Meskipun demikian, hubungan antara
genetika dan penyakit jauh berbeda dengan apa
yang mula-mula dikenal sebagai menetapnya DNA.
Banyak
keadaan yang diturunkan yang manifestasinya dapat dihindari, meskipun ada satu
atau beberapa gen abnormal. Misalnya, kerusakan
akibat fenilketonuria dapat dicegah dengan dengan manipulasi diet yang
hati-hati. Perkembangan penyakit arteri koroner dapat dipengaruhi oleh manipulasi mulai dari pemberian obat
sampai pada perubahan kebiasaan. Tugas dari ahli genetika manusia pada keadaan
seperti ini tidak hanya mencatat dan memberikan daftar hal-hal yang tak dapat dihindari, tapi memberitahu penderita
mengenai risiko keadaanya berdasarkan
genetika dan mengurangi risiko tersebut dengan memanipulasi lingkungan.
Mengubah ekspresi dari abnormalitas gen adalah perwujudan dari ilmu biomedika di mass yang akan datang.
Keadaan-keadaan yang tak dapat dipengaruhi
dengan manipulasi lingkungan, membutuhkan
pencegahan penyakit dengan mencegah lahirnya individu yang terkena
kelainan tersebut. Proses ini mempunyai dua tingkatan, dan masing-masing
melibatkan keputusan dari individu-individu yang bersangkutan. Pada tingkatan
pertama, kehamilan yang memungkinkan
lahirnya individu yang abnormal dapat
dihindari oleh pasangan yang bersangkutan. Pada tingkatan kedua,
kehamilan dapat diakhiri dengan aborsi sebelum janin itu dapat hidup bebas, jika telah ditentukan bahwa janin
itu terkena dengan keadaan yang dikhawatirkan. Pada contoh pertama, orang tua harus dijelaskan secara seksama akan risiko yang mungkin terjadi pada
individu yang abnormal. Pembicaraan mengenai risiko pada bayi yang terkena ini
harus diutarakan pada saat kehamilan masih
muds, atau jika ada riwayat keluarga
yang kuat terhadap keadaan tertentu.
Demikian jugs pada kelompok populasi dengan risiko tinggi yang memiliki
insiden yang meningkat untuk keadaan tertentu. Contohnya, orang Yahudi Eropa
Timur menunjukkan meningkatnya insidens
terhadap penyakit Tay-Sachs. Pada
keadaan-keadaan tertentu, ada beberapa pemeriksaan khusus untuk mendeteksi
gen resesif tunggal pada orang tua, yang jika ada dalam dosis majemuk dapat
menyebabkan kelainan pada bayi, contohnya, seseorang dengan penyakit Tay-Sack atau penyakit sel sabit. Pada keadaan-keadaan ini, jika kedua orang tuanya adalah karier dari gen tersebut, maka
pasangan ini dapat diberi tahu tentang
kemungkinan
mempunyai bayi yang terkena sebesar satu di antara empat kehamilan. Berdasarkan
pengetahuan ini, orang tua dapat memutuskan untuk menghindari kehamilan sepenuhnya, atau mengambil risiko yang sudah diperhitungkan,
atau membiarkan kehamilan terjadi dan
berusaha mengetahui diagnosis prenatal untuk mengantisipasi keadaan dan
mungkin mengakhiri kehamilan itu. Misalnya-, pada penyakit Tay-Sachs sel-sel
janin dapat diperoleh dengan melakukan amniosentesis dan dapat ditentukan
kandungan enzim tertentu yang mengakibatkan penyakit itu. Dengan cars ini, pasangan orang tua dapat memiliki keluarga di mans
risiko abnormalitas pada kehamilannya sudah
diperhitungkan.
Keputusan yang sangat sulit dan peka ini harus
dibuat oleh orang tua yang bersangkutan, dan mereka harus diberi keterangan
yang tepat dan dapat dipahami mengenai keadaan dan prognosis dari penyakit yang
mungkin terjadi, pola penurunannya, dan kemungkinan munculnya penyakit pada keturunannya. Keterangan ini umumnya diberikan oleh orang yang telah dibekali
dengan ketrampilan khusus dalam bimbingan
genetik.
Bagi
yang belum berpengalaman, sering menemui kesulitan untuk mengenali keadaan
herediter. Banyak keadaan kongenital yang bukan
herediter, sebaliknya hampir semua keadaan identik adalah herediter.
Bahkan keadaan-keadaan yang sudah jelas familial, karena banyak terjadi dalam keluarga, mungkin saja bukan kelainan
herediter, tapi disebabkan karena pe
ngaruh
lingkungan di mjana seluruh keluarga terkena.
Lebih penting lagi, individu tertentu yang nampaknya seolah-olah
menderita penyakit A, yang berkaitan dengan gen, namun sebenarnya mempunyai penyakit
B, yang menyerupai penyakit A tapi
berkaitan dengan gen lain dan mempunyai pola penurunan yang berbeda.
Bahkan orang tersebut mungkin saja terkena
penyakit C, yang nampaknya bukan
seperti penyakit herediter. Konselor harus berhati-hati terhadap keadaan-keadaan
yang hampir sama seperti itu, dan harus
mampu menerapkan penyelidikan yang
tepat mulai dari analisa kimia dan kromosom
sel dari pasien dan/atau keluarga, sampai
kepada evaluasi seksama dari pohon keluarga, untuk membuktikan adanya
penyakit tersebut.
Seorang konselor kesehatan harus mempunyai
keahlian dan mampu menjelaskan diagnosis setepat mungkin. Konselor harus mampu
menjelaskan kepada pasien dengan ramah, tapi jelas mengenai sifat dan prognosis
penyakit itu serta dampaknya pada individu yang terkena, pengobatan yang ada,
dan cara-cara untuk mencegah timbulnya penyakit tersebut. Keputusan akhir dari
setiap tindakan dibuat oleh orang tua berdasarkan
pilihan-pilihan yang ada, sedangkan pengobatannya dilakukan oleh tim
kesehatan sesuai dengan keputusan yang
diambil. Meskipun apa yang telah dijelaskan di atas adalah untuk
kasus-kasus penyakit herediter, namun pada
dasarnya inti dari semua tindakan di atas sama dengan hakekat dari profesionalisme pelayanan kesehatan pada
umumnya.
3 komentar:
Blognya keren dan materinya bermanfaat khususnya buat Saya, tetap menulis dan semoga sukses dunia dan akhirat.
Terima kasih
terima kasih atas blognya, sangad membantu. semoga semakin banyak artikel2 kesehatan yang di tulis.
makasi atas artikelnya . sangat bermanfaat
Posting Komentar