PENGERTIAN






Jadi diare dapat diartikan suatu
kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu lebih dari 3 kali sehari
dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai darah
atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung atau
usus.
PEMBAGIAN DIARE
Diare Akut.
à Diare yang awalnya mendadak dan
berlangsung singkat, dalam beberapa jam sampai 7 atau 14 hari.
Penyebab utamanya adalah bakteri, parasit maupun
virus. Penyebab lain: toksin dan obat, nutrisi enteral diikuti puasa yang
berlangsung lama, kemoterapi dan berbagai kondisi lainnya.
- Diare Kronik.
à Diare yang berlangsung lebih dari tiga
minggu. Ketentuan ini berlaku bagi orang dewasa, sedangkan pada bayi dan anak
ditetapkan batas waktu dua minggu.
Proses terjadinya diare dipengaruhi dua hal pokok,
yaitu konsistensi feses dan motilitas usus, umumnya terjadi akibat pengaruh
keduanya.
ETIOLOGI
Ditinjau dari sudut patofisiologi, penyebab diare akut dapat dibagi dalam
dua golongan yaitu:

©
Infeksi virus, kuman-kuman patogen dan apatogen
seperti shigella, salmonela, E. Coli, golongan vibrio, B. Cereus, clostridium
perfarings, stapylococus aureus, comperastaltik usus halus yang disebabkan
bahan-bahan kimia makanan (misalnya keracunan makanan, makanan yang pedas,
terlalau asam), gangguan psikis (ketakutan, gugup), gangguan saraf, hawa
dingin, alergi dan sebagainya.
©
Defisiensi imum terutama SIGA (secretory imonol
bulin A) yang mengakibatkan terjadinya berlipat gandanya bakteri/flata usus dan
jamur terutama canalida.

© Malabsorpsi makanan: karbohidrat, lemak
(LCT), protein, vitamin dan mineral.
© Kurang kalori protein.
© Bayi berat badan lahir rendah dan bayi
baru lahir.
Diare juga dapat
disebabkan oleh faktor psikologi, misalnya ketakutan atau jenis-jenis stress
tertentu yang diperantarai oleh stimulasi usus oleh saraf para simpatis.
Juga terdapat jenis
diare yang ditandai oleh pengeluaran feses dalam jumlah kecil tapi sering.
Penyebab diare jenis ini anatara lain adalah Kolitis Ulserativa dan penyakit
Crohn. Kedua penyakit ini memiliki komponen fisik dan psikologik.
PATOFISIOLOGI
Mekanisme dasar yang menyebabkan
diare ialah:



Selain itu diare juga dapat
terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil
melewati rintangan asam lambung, mikroorganisme tersebut berkembang biak,
kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi
yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai berikut:

Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output)
lebih banyak dari pemasukan (input), merupakan penyebab terjadinya kematian
pada diare. Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis). Hal ini terjadi
karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja. Metabolisme lemak tidak sempurna
sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat
karena adanya anorexia jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam
meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria)
dan terjadinya pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan
intraseluler.

Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita
diare, lebih sering pada anak yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini
terjadi karena adanya gangguan penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan
adanya gangguan absorbsi glukosa.Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar
glukosa darah menurun hingga 40 mg% pada bayi dan 50% pada anak-anak gangguan
gizi.

-
Makanan
sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah yang bertambah
hebat.
-
Walaupun
susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran dan susu yang encer ini
diberikan terlalu lama.
-
Makanan
yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena
adanya hiperperistaltik.

Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan
(shock) hipovolemik, akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia,
asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran
menurun dan bila tidak segera diatasi klien akan meninggal.
MANIFESTASI KLINIS








PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

¨ Makroskopis dan mikroskopis
¨ PH dan kadar gula dalam tinja
¨ Bila perlu diadakan uji bakteri



KOMPLIKASI







DERAJAT DEHIDRASI
Menurut banyaknya cairan yang hilang, derajat dehidrasi dapat dibagi
berdasarkan:




PENATALAKSANAAN MEDIS
Dasar pengobatan diare adalah:


Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang
diberikan peroral berupa cairan yang bersifat NaCl dan NaHCO 3 dan glukosa.
Untuk diare akut dan kolera pada anak diatas 6 bulan kadar Natrium 90 mEg/l.
Pada anak dibawah umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan-sedang kadar natrium
50-60 mEg/l. Formula lengkap disebut oralit, sedangkan larutan gula garam dan
tajin disebut formula yang tidak lengkap karena banyak mengandung NaCl dan
sukrosa.

Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi
berat, dengan rincian sebagai berikut:















Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun
dengan berat badan kurang dari 7 kg, jenis makanan:



Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi.
Ada 4 hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan
rehidrasi yang cepat dan akurat, yaitu:
1. Jenis cairan yang hendak
digunakan.
Pada saat ini cairan Ringer Laktat
merupakan cairan pilihan karena tersedia cukup banyak di pasaran meskipun
jumlah kaliumnya rendah bila dibandingkan dengan kadar kalium tinja. Bila RL
tidak tersedia dapat diberiakn NaCl isotonik (0,9%) yang sebaiknya ditambahkan
dengan 1 ampul Nabik 7,5% 50 ml pada setiap satu liter NaCl isotonik. Pada
keadaan diare akut awal yang ringan dapat diberikan cairan oralit untuk
mencegah dehidrasi dengan segala akibatnya.
2. Jumlah cairan yang hendak
diberikan.
Pada prinsipnya jumlah cairan
pengganti yang hendak diberikan harus sesuai dengan jumlah cairan yang keluar
dari badan. Jumlah kehilangan cairan dari badan dapat dihitung dengan
cara/rumus:
-
Mengukur BJ Plasma
Kebutuhan cairan dihitung dengan rumus:
BJ Plasma - 1,025
———————- x BB x 4 ml
0,001
-
Metode Pierce:
Berdasarkan keadaan klinis, yakni:
ª diare ringan, kebutuhan
cairan = 5% x kg BB
ª diare sedang, kebutuhan
cairan = 8% x kg BB
ª diare ringan, kebutuhan
cairan = 10% x kg BB
3. Jalan masuk
atau cara pemberian cairan
Rute pemberian cairan pada orang
dewasa meliputi oral dan intravena. Larutan orali dengan komposisi berkisar 29
g glukosa, 3,5 g NaCl, 2,5 g NaBik dan 1,5 g KCl stiap liternya diberikan per
oral pada diare ringan sebagai upaya pertama dan juga setelah rehidrasi inisial
untuk mempertahankan hidrasi.
4. Jadwal
pemberian cairan
Jadwal rehidrasi inisial yang dihitung
berdasarkan BJ plasma atau sistem skor diberikan dalam waktu 2 jam dengan
tujuan untuk mencapai rehidrasi optimal secepat mungkin. Jadual pemberian
cairan tahap kedua yakni untuk jam ke-3 didasarkan pada kehilangan cairan
selama 2 jam fase inisial sebelumnya. Dengan demikian, rehidrasi diharapkan
lengkap pada akhir jam ke-3.
ASUHAN KEPERAWATAN DIARE
I.
PENGKAJIAN
Keluhan
Utama : Buang air berkali-kali dengan konsistensi encer.
- Riwayat Kesehatan Sekarang: Pada umumnya anak masuk Rumah Sakit dengan keluhan buang air cair berkali-kali baik disertai atau tanpa dengan muntah, tinja dpat bercampur lendir dan atau darah, keluhan lain yang mungkin didapatkan adalah napsu makan menurun, suhu badan meningkat, volume diuresis menurun dan gejala penurunan kesadaran.
- Riwayat Kesehatan Masa Lalu: meliputi pengkajian riwayat :
a. Feeding Air susu ibu atau
formula, umur disapih (2 tahun), jadwal makan/jumlahnya, pengenalan makanan
lunak pada usia 4-6 bulan, peubahan berat-badan, masalah-masalah feeding
(vomiting, colic, diare), dan penggunaan vitamin dan mineral atau suplemen
lain.
b. Penyakit sebelumnya Penyebabnya,
gejala-gejalanya, perjalanan penyakit, penyembuhan, kompliksi, insiden penyakit
dalam keluarga atau masyarakat, respon emosi terhadap rawat inap sebelumnya.
c. Obat-obat terakhir yang
didapat : Nama, dosis, jadwal, lamanya, alasan pemberian.
4. Pemeriksaan Fisik :
-
Tanda-tanda vital
Suhu badan : mengalami
peningkatan
Nadi : cepat dan lemah
Pernafasan : frekuensi nafas
meningkat
Tekanan darah : menurun
-
Antropometri
Pemeriksaan antropometri
meliputi berat badan, Tinggi badan, Lingkaran kepala, lingkar lengan, dan
lingkar perut. Pada anak dengan diare mengalami penurunan berat badan.
-
Pernafasan
Biasanya pernapasan agak
cepat, bentuk dada normal, dan tidak ditemukan bunyi nafas tambahan.
-
Cardiovasculer: Biasanya tidak ditemukan adanya kelainan, denyut nadi cepat
dan lemah.
-
Pencernaan
Ditemukan gejala mual dan
muntah, mukosa bibir dan mulut kering, peristaltik usus meningkat, anoreksia,
BAB lebih 3 x dengan konsistensi encer
-
Perkemihan: Volume diuresis menurun.
-
Muskuloskeletal: Kelemahan fisik akibat output yang berlebihan.
-
Integumen: lecet pada sekitar anus,
kulit teraba hangat, turgor kulit jelek
-
Endokrin: Tidak ditemukan adanya kelaianan.
-
Penginderaan: Mata cekung, Hidung,
telinga tidak ada kelainan
-
Reproduksi: Tidak mengalami
kelainan.
-
Neorologis: Dapat terjadi penurunan
kesadaran.
II.
DIAGNOSA KEPERAWATAN






III. INTERVENSI
Dx : Kekurangan volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah
serta intake terbatas (mual)
Tujuan : Kebutuhan cairan akan terpenuhi dengan kriteria
tidak ada tanda-tanda dehidrasi
Intervensi




Menilai status hidrasi, elektrolit dan keseimbangan asam basa

setelah penyebab diare diketahui
Dx : Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan
absorbsi nutrien
dan peningkatan peristaltik usus.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria
terjadi peningkatan bera badan
Intervensi

R à Menurunkan kebutuhan metabolik

R à Pembatasan diet per oral mungkin
ditetapkan selama fase akut untuk menurunkan peristaltik sehingga terjadi
kekurangan nutrisi. Pemberian makanan sesegera mungkin penting setelah keadaan
klinis klien memungkinkan.

R àMemenuhi kebutuhan nutrisi klien

R à Mengistirahatkan kerja gastrointestinal dan
mengatasi / mencegah kekurangan
nutrisi lebih
lanjut
Dx : Nyeri (akut) b/d hiperperistaltik, iritasi
fisura perirektal.
Tujuan : Nyeri berkurang dengan kriteria tidak terdapat
lecet pada perirektal
Intervensi

R à Menurunkan tegangan permukaan
abdomen dan mengurangi nyeri

R à Meningkatkan relaksasi, mengalihkan
fokus perhatian kliendan meningkatkan kemampuan koping

R à Melindungi kulit dari keasaman
feses, mencegah iritasi

R à Analgetik sebagai agen anti nyeri
dan antikolinergik untuk menurunkan spasme traktus GI dapat diberikan sesuai
indikasi klinis

R à Mengevaluasi perkembangan nyeri
untuk menetapkan intervensi selanjutnya
Tujuan : Keluarga mengungkapkan kecemasan berkurang.
Intervensi






Dx : Kurang
pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b/d
pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau
keterbatasan kognitif.
Tujuan :
Keluarga akan mengerti tentang penyakit dan pengobatan
anaknya, serta mampu
mendemonstrasikan perawatan anak
di rumah.
Intervensi

R à Efektivitas pembelajaran
dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan mental serta latar belakang pengetahuan
sebelumnya.

R à Pemahaman tentang masalah ini
penting untuk meningkatkan partisipasi keluarga klien dan keluarga dalam proses
perawatan klien

R à Meningkatkan pemahaman dan
partisipasi keluarga klien dalam pengobatan.

R à Meningkatkan kemandirian dan
kontrol keluarga klien terhadap kebutuhan perawatan diri anaknya
Dx: Kecemasan
anak b.d Perpisahan dengan orang tua, lingkugan yang baru
Tujuan : Kecemasan
anak
berkurang dengan kriteria memperlihatkan tanda-tanda
kenyamanan
Intervensi

R à Mencegah stres yang berhubungan
dengan perpisahan

R à Memberikan rasa nyaman dan
mengurangi stress

R à Meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan secara optimun
DAFTAR PUSTAKA
-
Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak Edisi 2004, Ikatan
Dokter Anak Indonesia, Jakarta.
-
Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga, Arif Mansjoer
dkk, Jakarta : Media Aesculapius, 2000.
-
Patofisiologi, Elizabeth J. Corwin, EGC Jakarta, 2000.
-
Price & Wilson 1995, Patofisologi-Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit, Buku 1, Ed.4, EGC, Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar