- Pengertian
Demam Tifoid adalah suatu penyakit infeksi
akut yang biasanya mengenai saluran cerna dengan gejala demam lebih dari 7
hari, gangguan pada saluran cerna dan gangguan kesadaran. (Kapita Selekta
Kedokteran, 2000).
Demam
tifoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran cerna
dengan gejala demam lebih dari 1 minggu dan terdapat gangguan kesadaran. (Suriadi,
2001)
- Etiologi
Salmonella typhosa, basil gram negative, bergerak
dengan rambut getar, tidak berspora. Mempunyai sekurang-kurangnya 3 macam
antigen yaitu antigen O (somatik, terdiri dari zat komplek lipopolisakarida),
antigen H (flagella) dan antigen Vi. Dalam serum penderita terdapat zat anti
(aglutinin) terhadap ketiga macam antigen tersebut. (Ngastiyah, 1997)
- Manifestasi klinik
Masa inkubasi 10-14 hari. Penyakit
ini mempunyai tanda-tanda yang khas berupa perjalanan yang cepat yang
berlangsung kurang lebih 3 minggu. Gejala Demam Tifoid antara lain sebagai
berikut :
Ø
Demam > 1 minggu terutama pada malam hari
Demam
tidak terlalu tinggi dan berlangsung selama 3 minggu. Minggu pertama
peningkatan suhu tubuh berfluktuasi. Biasanya suhu tubuh meningkat pada malam
hari dan menurun pada pagi hari. Pada minggu kedua suhu tubuh terus meningkat
dan pada minggu ke tiga suhu berangsur-angsur turun dan kembali normal.
Ø
Nyeri kepala
Ø
Malaise
Ø
Letargi
Ø
Lidah kotor dengan tepi hiperemis (coated tongue)
Ø
Bibir kering pecah-pecah (regaden)
Ø
Mual, muntah
Ø
Neri perut
Ø
Nyeri otot
Ø
Anoreksia
Ø
Hepatomegali, splenomegali
Ø
Konstipasi, diare
Ø
Penurunan kesadaran
Ø
Macular rash, roseola (bintik kemerahan) akibat
emboli basil dalam kapiler
Ø
Skibala
Ø
Halitosis
Ø
Epistaksis
Ø
Meteorismus
Ø
Bradikardi
Ø
Mengigau (delirium)
- Patofisiologi
Bakteri Salmonella typhosa masuk melalui makanan /
minuman, setelah melewati lambung kuman mencapai usus halus (ileum) dan setelah
menembus dinding usus sehingga mencapai folikel limfoid usus halus (plaque
Peyeri). Kuman ikut aliran limfe mesenterial ke dalam sirkulasi darah
(bakteremia primer). Mencapai jaringan RES (hepar, lien, sumsum tulang, untuk
bermultiplikasi). Setelah mengalami bacteria sekunder, kuman mencapai sirkulasi
darah untuk menyerang organ lain (intra
dan ekstra intestinal). Masa inkubasi 10-14 hari. (IDAI, 2004)
Salmonella typhosa masuk melalui makanan atau minuman yang tercemar menuju tempat infeksi ileosekal
(usus halus) dan terjadi inflamasi minimal. Kuman masuk pembuluh darah dan
terjadi septicemia primer, kemudian masuk ke sistem retikuloendotelial untuk
berkembang biak (inflamasi local) pada kelenjar getah bening, hati dan limpa.
Kuman kembali ke pembuluh darah (septicemia sekunder) menuju tempat infeksi
utama ileosekal. (Tri Atmadja, 2001)
Kuman masuk melalui mulut. Sebagian kuman akan dimusnahkan dalam lambung
oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk usus halus, ke jaringan limfoid dan
berkembang biak menyerang vili usus halus kemudian kuman masuk ke peredaran
darah (bakteremia primer) dan mencapai sel retikuloendotelial, hati, limpa dan
organ-organ lainnya. Proses ini terjadi dalam masa tunas dan akan berakhir saat
sel-sel retikuloendotelial melepaskan kuman ke dalam peredaran darah dan
menimbulkan bakteremia untuk kedua kalinya. Selanjutnya kuman masuk ke beberapa
jaringan organ tubuh terutama limpa, usus dan kandung empedu. Pada minggu
pertama sakit, terjadi hyperplasia plaks peyer. Ini terjadi pada kelenjar
limfoid usus halus. Minggu ke dua terjadi nekrosis dan pada minggu ke tiga
terjadi ulserasi plaks peyer. Pada minggu ke empat terjadi penyembuhan ulkus
yang dapat menimbulkan sikatrik. Ulkus dapat menyebabkan perdarahan, bahkan
sampai perforasi usus. Selain hepar, kelenjar-kelenjar mesenterial dan limpa
membesar. Gejala demam disebabkan oleh endotoksin sedangkan gejala pada saluran
pencernaan disebabkan oleh kelainan pada usus halus. (Suriadi, 2001)
- Komplikasi
1.
Perforasi usus
|
5. Kolesistitis
|
2.
Perdarahan usus
|
6. Meningitis, Ensefalitis, Ensefalopati
|
3.
Peritonitis
|
7. Bronkopneumonia
|
4.
Sepsis
|
|
(Kapita selekta kedokteran, 2000)
- Pemeriksaan Penunjang
1.
Darah tepi : anemia, leucopenia, trombositopenia,
limfositosis, anemia
2.
Kultur : darah, air seni, tinja, sumsum tulang
3.
Serologi : widal positif
- Penatalaksanaan
1.
Keperawatan
Ø
Memenuhi kebutuhan nutrisi : kalori, cairan dan
elektrolit. Bila perlu melalui sonde
Ø
Diet TKTP, rendah serat dan mudah dicerna,
lunak, cair (klien dengan penurunan kesadaran)
Ø
Menurunkan demam
Ø
Mengawasi komplikasi
Ø
Mengelola oksigen
Ø
Health education : perawatan di rumah
(Ngastiyah, 1997)
Memonitor
vital sign
2.
Medis
Ø
Antipiretik
Ø
Antibiotik:cloramphenicol 50-100 mg/kgBB/hari,
cotrimoksasol 6-10 mg/kgBB/hari, amoksisilin 100 mg/kgBB/hari, Seftriakson 80
mg/kg BB/hari, sefiksim 10 mg/kg BB/hari
Ø
Infus D5 %, D10 %, KN 3A
Ø
Roboransia : Vitamin K ( untuk suplementasi
terhadap gangguan flora usus terhadap pemberian antibiotik yang lama).
Ø
Kortikosteroid diberikan pada kasus berat dengan
penurunan kesadaran.
Deksametoason 1-3 mg/Kg
BB/hari intravena dibagi menjadi 3 dosis hingga kesadaran membaik.
Ø
Lavemen, Laxantia
Ø
Tranfusi darah : kadang-kadang diperlukan pada
perdarahan saluran cerna dan perforasi
Ø
Oksigenasi : diberikan pada klien dengan penurunan kesadaran atau
kejang.
(SPM Anak RSUD Wates,2001)
- Asuhan Keperawatan
1.
Pengkajian
a.
Identitas : umur, alamat (daerah endemis ?, lingkungan rumah / sekolah
ada yang menderita demam tifoid ?)
b.
Riwayat Kesehatan
1)
Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat
pengkajian) : panas, muntah, epistaksis, perdarahan gusi
2)
Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang
diderita pasien saat masuk rumah sakit) : kapan mulai panas ?
3)
Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama
atau penyakit lain yang pernah diderita oleh pasien)
4)
Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama
atau penyakit lain yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik
bersifat genetik atau tidak)
5)
Riwayat tumbuh kembang : adakah keterlambatan tumbuh
kembang ?
6)
Riwayat imunisasi
c.
Pemeriksaan Fisik
1)
Keadaan umum : kesadaran, vital sign, status nutrisi
(berat badan, panjang badan, usia)
2)
Pemeriksaan persistem
a)
Sistem persepsi sensori :
Ø
Penglihatan : edema palpebra, air mata ada /
tidak, cekung / normal
Ø
Pengecapan : rasa haus meningkat/tidak, lidah
lembab / kering
b)
Sistem persyarafan : kesadaran, menggigil, kejang,
pusing
c)
Sistem pernafasan : epistaksis, dispneu, kusmaul,
sianosis, cuping hidung, odem pulmo, krakles
d)
Sistem kardiovaskuler : takikardi, nadi lemah dan cepat
/ tak teraba, kapilary refill lambat, akral hangat / dingin, epistaksis,
sianosis perifer, nyeri dada
e)
Sistem gastrointestinal :
Ø
Mulut : membran mukosa lembab / kering, lidah
kotor, perdarahan gusi
Ø
Perut :
turgor ?, kembung / meteorismus, distensi, nyeri, asites, lingkar perut, skibala ?
Ø
Informasi tentang tinja : warna (merah, hitam),
volume, bau, konsistensi, darah, melena
f)
Sistem integumen : RL test (+) ?, petekie, ekimosis,
kulit kering / lembab, perdarahan bekas tempat injeksi ?
g)
Sistem perkemihan : bak 6 jam terakhir, oliguria / anuria
d.
Pola Fungsi Kesehatan
1)
Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan : sanitasi ?,
2)
Pola nutrisi dan metabolisme : anoreksia, mual, muntah
3)
Pola eleminasi
a)
Bab : frekuensi, warna (merah ?, hitam ? ),
konsistensi, bau, darah
b)
Bak : frekuensi, warna, bak 6 jam terakhir ?, oliguria,
anuria
4)
Pola aktifitas dan latihan
5)
Pola tidur dan istirahat
6)
Pola kognitif dan perceptual
7)
Pola toleransi dan koping stress
8)
Pola nilai dan keyakinan
9)
Pola hubungan dan peran
10) Pola
seksual dan reproduksi
11) Pola
percaya diri dan konsep diri
2.
Diagnosa Keperawatan
1)
Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolic, dehidrasi,
proses infeksi
2)
Takut b.d hospitalisasi,
tindakan invasif.
3)
Cemas orang tua b.d penyakit anaknya
4)
Defisit self care b.d tirah baring
5)
Resiko konstipasi b.d tirah baring
6)
Resiko kebutuhan cairan kurang b.d intake tak adekuat,
muntah, hipertermi
7)
Resiko kebutuhan nutrisi kurang b.d intake tak adekuat
Rencana Perawatan
No
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan
|
Intervensi
|
1.
|
Hipertermi
b.d, pening-katan metabolik, viremia
Batasan
karakteristik :
-
Suhu tubuh >
nor-mal
-
Kejang
-
Takikardi
-
Respirasi
meningkat
-
Diraba hangat
-
Kulit memerah
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama … X 24 jam suhu badan klien normal,
dengan criteria :
Termoregulasi
(0800)
-
Suhu kulit
normal
-
Suhu badan 35,9˚C- 37,3˚C
-
Tidak ada sakit
kepala
-
Tidak ada nyeri
otot
-
Tidak ada
perubahan war-na kulit
-
Nadi, respirasi
dalam batas normal
-
Hidrasi
adequate
-
Klien
menyatakan nya-man
-
Tidak menggigil
-
Tidak iritabel
/ gragapan / kejang
|
Pengaturan Panas (3900)
1. Monitor suhu sesuai kebutuhan
2. Monitor
tekanan darah, nadi dan respirasi
3. Monitor suhu dan warna kulit
4. Monitor dan laporkan tanda dan gejala hipertermi
5. Anjurkan intake cairan dan nutrisi yang adekuat
6. Ajarkan klien bagaimana mencegah panas yang tinggi
7. Berikan obat antipiretik
8. Berikan obat
untuk mencegah atau me-ngontrol
menggigil
Pengobatan
Panas (3740)
1. Monitor suhu sesuai kebutuhan
2. Monitor IWL
3. Monitor suhu dan warna kulit
4. Monitor tekanan darah, nadi dan respirasi
5. Monitor derajat penurunan kesadaran
6. Monitor kemampuan aktivitas
7. Monitor leukosit, hematokrit, Hb
8. Monitor intake dan output
9. Monitor adanya aritmia jantung
10. Dorong peningkatan intake cairan
11. Berikan cairan intravena
12. Tingkatkan sirkulasi udara dengan kipas angin
13. Dorong atau lakukan oral hygiene
14. Berikan obat antipiretik untuk mencegah klien
menggigil / kejang
15. Berikan obat antibiotic untuk mengobati penyebab
demam
16. Berikan oksigen
17. Kompres dingin diselangkangan, dahi dan aksila.
18. Anjurkan klien untuk tidak memakai selimut
19. Anjurkan klien memakai baju berbahan dingin, tipis dan menyerap
keringat
Manajemen
Lingkungan (6480)
1. Berikan ruangan sendiri sesuai indikasi
2. Berikan tempat tidur dan kain / linen yang
bersih dan nyaman
3. Batasi pengunjung
Mengontrol
Infeksi (6540)
1. Anjurkan klien untuk mencuci tangan sebelum makan
2. Gunakan sabun untuk mencuci tangan
3. Cuci tangan sebelum dan sesudah me-lakukan kegiatan perawatan klien
4. Ganti tempat infuse dan bersihkan sesuai dengan SOP
5. Berikan perawatan kulit di area yang odem
6. Dorong klien untuk cukup istirahat
7. Lakukan pemasangan infus dengan teknik aseptik
8. Anjurkan klien minum antibiotik sesuai advis
dokter
|
2.
|
Defisit self care b.d
dengan tirah baring
|
Kebutuhan ADL klien terpenuhi selama
perawatan
Indikator:
-
Klien tampak
bersih dan rapi
-
Mengerti secara sederhana cara mandi, makan, toilet-ing, dan berpakaian
serta mau mencoba secara aman tanpa cemas
-
Klien mau berpartisipasi dengan senang hati tanpa
keluhan dalam memenuhi ADL
|
NIC: Membantu perawatan diri klien Mandi dan toiletting
Aktifitas:
1. Tempatkan alat-alat
mandi ditempat yang mudah dikenali dan mudah dijangkau klien
2. Libatkan klien dan dampingi
3. Berikan bantuan selama
klien masih mampu mengerjakan sendiri
4. Libatkan keluarga dalam
memenuhi kebutuhan mandi dan toileting
NIC: ADL Berpakaian
Aktifitas:
1.
Informasikan pd
klien dalam memilih pakaian selama perawatan
2.
Sediakan
pakaian di tempat yang mudah dijangkau
3.
Bantu
berpakaian yang sesuai
4.
Jaga privcy
klien
5. Berikan pakaian pribadi
yg digemari dan sesuai
6. Libatkan keluarga dalam
memenuhi kebutuhan berpakaian
NIC:
ADL Makan
1. Anjurkan duduk dan
berdo’a bersama teman
2.
Dampingi saat
makan
3. Bantu jika klien belum
mampu dan beri contoh
4. Libatkan keluarga dalam
memenuhi ke-butuhan makan dan minum
5. Beri rasa nyaman saat
makan
|
3.
|
Takut
b.d hospitalisasi, tindakan invasif, lavemen, pengalaman / lingkungan yang
kurang bersahabat. (00148)
Batasan
karakteristik :
-
Panik
-
Teror
-
Perilaku
menghindar atau menyerang
-
Impulsif
-
Nadi, respirasi,
TD sistolik meningkat
-
Anoreksia
-
Mual, muntah
-
Pucat
-
Stimulus
sebagai an-caman
-
Lelah
-
Otot tegang
-
Keringat
meningkat
-
Gempar
-
Ketegangan
mening-kat
-
Menyatakan
takut
-
Menangis
-
Protes
-
Melarikan diri
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama … X 24 jam rasa takut klien berkurang,
dengan kriteria :
Fear
control (1404) :
-
Klien tidak
menyerang atau menghindari sumber yang menakutkan
-
Klien
menggunakan teknik relaksasi untuk
mengura-ngi takut
-
Klien mampu
mengontrol respon takut
-
Klien tidak
melarikan diri.
-
Durasi takut
menurun
-
Klien kooperatif
saat di-lakukan perawatan dan pe-ngobatan (lavement)
Anxiety
control (1402)
-
Tidur pasien
adekuat
-
Tidak ada
manifestasi fisik
-
Tidak ada
manifestasi pe-rilaku
-
Klien mau
berinteraksi sosial
|
Coping enhancement (5230)
1. Kaji respon takut klien : data objektif dan
subyektif
2. Jelaskan klien / keluarga tentang proses penyakit
3. Terangkan klien / keluarga tentang semua pemeriksaan
dan pengobatan
4. Sampaikan sikap empati (diam, mem-berikan sentuhan,
mengijinkan me-nangis, berbicara dll)
5. Dorong orang tua untuk selalu menemani anak
6. Berikan pilihan yang realistik tentang aspek
perawatan
7. Dorong klien untuk melakukan aktifitas sosial dan
komunitas
8. Dorong penggunaan sumber spiritual
Anxiety Reduction (5820)
1. Jelaskan semua prosedur termasuk perasaan yang
mungkin dialami selama menjalani prosedur
2. Berikan objek yang memberikan rasa aman
3. Berbicara dengan pelan dan tenang
4. Membina hubungan saling percaya
5. Jaga peralatan pengobatan di luar penglihatan klien
6. Dengarkan klien dengan penuh perhatian
7. Ciptakan suasana saling percaya
8. Dorong klien mengungkapkan pera-saan, persepsi dan
takut secara verbal
9. Berikan aktivitas / peralatan yang menghibur untuk
mengurangi ke-tegangan
10. Anjurkan klien menggunakan teknik relaksasi
11. Anjurkan
orang tua untuk mem-bawakan mainan kesukaan dari rumah
12. Mengusahakan untuk tidak mengulang pengambilan darah
13. Libatkan orang tua dalam perawatan dan pengobatan
14. Berikan lingkungan yang tenang
15. Batasi pengunjung
|
4.
|
Cemas
orang tua b.d perkembangan penyakit
anaknya
Batasan
karakteristik :
-
Orang tua
sering ber-tanya
-
Orang tua
meng-ungkapkan perasaan cemas
-
Khawatir
-
Kewaspadaan
me-ningkat
-
Mudah
tersinggung
-
Gelisah
-
Wajah tegang,
me-merah
-
Kecenderungan
me-nyalahkan orang lain
|
Setelah dilakukan tindakan kepe-rawatan selama … X pertemuan cemas orang tua
berkurang, dengan riteria :
Anxiety
control (1402)
-
Tidur adekuat
-
Tidak ada
manifestasi fisik
-
Tidak ada
manifestasi pe-rilaku
-
Mencari
informasi untuk mengurangi cemas
-
Menggunakan
teknik re-laksasi untuk mengurangi cemas
-
Berinteraksi
sosial
Aggression
Control (1401)
-
Menghindari
kata yang meledak-ledak
-
Menghindari
perilaku yang merusak
-
Mampu
mengontrol verbal
Coping
(1302)
-
Mampu
mengidentifikasi pola koping yang efektif dan tidak efektif
-
Mampu
mengontrol verbal
-
Melaporkan
stress / ce-masnya berkurang
-
Mengungkapkan
menerima keadaan
-
Mencari
informasi ber-kaitan dengan penyakit dan pengobatan
-
Memanfaatkan
dukungan sosial
-
Melaporkan
penurunan stres fisik
-
Melaporkan
peningkatan kenyamanan psikisnya
-
Mengungkapkan
membu-tuhkan bantuan
-
Melaporkan
perasaan ne-gatifnya berkurang
-
Menggunakan
strategi ko-ping efektif
|
Coping enhancement (5230)
1. Kaji respon cemas orang tua
2. Jelaskan orang tua tentang proses penyakit anaknya
3. Terangkan orang tua tentang prosedur pemeriksaan dan
pengobatan
4. Beritahu dan jelaskan setiap perkembangan penyakit
anaknya
5. Dorong penggunaan sumber spiritual
Anxiety
Reduction (5820)
1
Jelaskan semua
prosedur termasuk perasaan yang mungkin dialami selama menjalani prosedur
2
Berikan objek
yang dapat memberikan rasa aman
3
Berbicara
dengan pelan dan tenang
4
Membina
hubungan saling percaya
5
Dengarkan klien dengan penuh perhatian
6
Ciptakan
suasana saling percaya
7
Dorong orang
tua mengungkapkan perasaan, persepsi dan cemas secara verbal
8
Berikan
peralatan / aktivitas yang menghibur
untuk mengurangi ke-tegangan
9
Anjurkan untuk
menggunakan teknik relaksasi
10 Berikan lingkungan yang tenang
11 Batasi pengunjung
|
5.
|
Resiko
konstipasi b.d tirah baring
Batasan
karakteristik :
1. Perubahan pola bab
2. Distensi abdomen
3. Perkusi abdomen dullness
4. Nyeri saat defekasi
5. Tegang saat defekasi
6. Frekuensi bab me-nurun
7. Feses keras
8. Teraba masa pada rectum (skibala)
9. Perasaan rectal penuh
10. Nyeri abdomen
11. Peristaltik menurun
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … X 24
jam klien tidak mengalami kon-stipasi, dengan kriteria :
Bowel Elemination (0501) :
1. Pola eleminasi dalam batas normal
2. Mampu mengontrol dorong-an bab
3. Warna feses dalam batas normal
4. Tidak ada darah dalam feses
5. Pengeluaran feses mudah
6. Pengeluaran feses nyaman
7. Nyeri kram tidak ditemukan
|
Manajemen konstipasi
(0450) :
1. Monitor tanda dan gejala konstipasi
2. Monitor gerakan usus termasuk fre-kuensi,
konsistensi, bentuk ,volume dan warna feses
3. Monitor suara usus
4. Kolaborasi dokter jika ada penurunan atau peningkatan
suara usus
5. Monitor tanda dan gejala rupture usus / peritonitis
6. Jelaskan penyebab konstipasi dan alasan dilakukan
tindakan
7. Identifikasi faKtor (obat, diet, bed rest) yang
mungkin menyebabkan konstipasi
8. Dorong peningkatan intake cairan
9. Evaluasi pengobatan yang meng-akibatkan efek
gastrointestinal
10. Anjurkan klien taat diet, intake cairan, latihan
(mobilisasi bertahap)
11. Evaluasi catatan intake makanan
12. Kolaborasi dokter jika konstipasi menetap
13. Kelola laksantia, lavemen
14. Informasikan dan jelaskan tentang prosedur manual
mengeluarkan feses
15. Keluarkan feses secara manual
Bowel irrigation (0420)
:
1.
Tentukan alasan
melakukan lavemen
2.
Hindari jika
ada kontraindikasi (kolitis ulserasi)
3.
Terangkan
prosedur kerja
4.
Jaga privacy klien
5.
Jelaskan pada klien
mungkin akan mengalami kram perut dan dorongan bab
6.
Siapkan alat
7.
Atur posisi
pasien
8.
Lindungi linen
pasien (dengan perlak)
9.
Sediakan bedpan
10.
Lakukan lavemen
pelan-pelan
11.
Monitor tanda
dan gejala diare, konstipasi
12.
Bersihkan area
anus
Bowel training (0440) :
1. Rencanakan program bowel training dengan klien
2. Kolaborasi dokter penggunaan obat supositoria
3. Dorong peningkatan intake cairan
4. Anjurkan klien bab secara teratur
5. Kelola pemberian supositoria
6. Jaga privacy
7. Evaluasi status bab pasien secara teratur
|
DAFTAR
PUSTAKA
-
Arif Mansjoer dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Media
Aesculapius FKUI Jakarta, 2000
-
Dina Kartika S, Pediatricia, Tosca Enterprise,
Yogyakarta, 2005
- Hardiono D. Pusponegoro dkk, Standar Pelayanan Medis
Kesehatan Anak, IDAI, 2004
- Helen Lewer, Learning to Care on the Paediatric Ward :
terjemahan, EGC Jakarta, 1996
- Joanne C. McCloskey, Nursing Intervention
Classification(NIC), Mosby Year Book, 1996
-
Joyce Engel, Pocket Guide to Pediatric Assesment :
terjemahan, EGC, 1998
-
Suriadi, Asuhan Keperawatan pada Anak, CV Agung Seto,
Jakarta, 2001
- Tri Atmadja DS,
Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak, RSUD Wates, 2001
Tidak ada komentar:
Posting Komentar